Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI KERUSAKAN

SERAT

ANALISA KERUSAKAN SERAT WOOL I DAN II

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Pengujian dan Evaluasi
Kerusakan Serat

Disusun Oleh
Nama : Rindy Eka Pratiwi
NPM : 21420054
Grup : 2K3
Dosen : 1. Luciana, S.Teks., M.Pd
2. Mia K., S.ST.
3. Mia E., S.ST.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud
- Melakukan pengujian pewarnaan pada serat wol dengan
menggunakan perak nitrat amoniakal, , Indigo Carmine, Metilen biru
dan C.I. Acid Red 1
- Melakukan pengujian penggelembungan pada serat wol dengan
menggunakan NaOH 0,1 N, KOH amoniakal (pereaksi krais viertel)
secara mikroskop
1.2 Tujuan
- Mengetahui perbedaan dari jenis-jenis kerusakan serat pada serat wol
dari kerusakan mekanik atau kimia.
- Untuk menunjukkan derajat kerusakan serat wol karena zat kimia
- Mengetahui penyebab kerusakan serat wol.
- Untuk membedakan kerusakan serat wol karena zat kimia.

1.3 Dasar teori


1.3.1 Serat Wol
Wool merupakan serat yang dihasilkan dari rambut biri-biri yang
merupakan serat yang halus, biasanya keriting dan tumbuh terus menerus
dan dipotong tiap tahunnya. Struktur kimia wool tersusun dari asam amino
dan keratin, diantara rantai utama terdapat ikatan silang berupa ikatan
sistina atau jembatan belerang (hal ini tidak dimiliki oleh sutera.

Tabel 3.1 Komposisi pada serat wool


Komposisi Merino Cross bed
Wool/serat 49% 61%
Air 10% 12%
Lilin 16% 11%
Keringat 6% 8%
Debu/kotoran 19% 8%

a. Bentuk dan Dimensi Serat Wool


- Diameter wool rata-ata berkisar antara 16-17μ.
- Keiting, wool mempunyai keriting tiga dimensi yaitu bergelombang
menurut bidang.
- Bentuk penampang lintang wool bervariasi dari bulat sampai lonjong.
- Panjang staple wool terutama ditentukan oleh jenis biri-biri tetapi juga
tergantung pada kondisi selama pertumbuhan wool.

b. Sifat Kimia Serat Wool


- Pengaruh air dan uap
Dalam air serat wool akan menggelembung dan derajat
penggelembungan wool bergantung pada suhu air dan tegangan
serat.
- Pengaruh asam basa
Seperti protein-protein yang lain, wool bersifat amfoter yaitu dapat
bereaksi dengan asam maupun basa.
- Pengaruh garam
Garam-garam yang bersifat asam atau alkali mempunyai sifat seperti
asam-asam atau alkali pada pH yang sesuai.
- Pengaruh zat-zat oksidator atau reduktor
Wool peka terhadap zat-zat oksidator, zat oksidator yang kuat akan
merusak serat karena putusnya ikatan lintang sistin.
- Bakteri dan jamur
Dibandingkan dengan serat lain, wool paling tahan terhadap
serangan jamur dan bakteri. Wool yang masih baik tahan terhadap
serangan jamur dan bakteri tetapi akan mudah terserang jamur dan
bakteri apabila wool telah rusak oleh zat-zat kimia terutama alkali.
Wool mudah rusak karena dimakan serangga. Untuk mencegah
serangan serangga biasanya dikerjakan dengan insektisida atau
dimodifikasi secara kimia

c. Sifat Fisika Serat Wool


- Kilau wool berbeda-beda dan bergantung pada struktur permukaan
serat, ukuran serta lurus tidaknya serat, kilau wool ini tidak tampak
pada satu serat, hanya tampak dalam suatu kelompok benang atau
kain.
- Berat jenis dan indeks bias, berat jenisnya 1,304 sedangkan indeks
bias 1,553-1,542.
- Kekuatan dan mulur, kekuatan serat dalam keadaan kering berkisar
antara 1,2-1,7 g/denier dengan mulur 30-40%, sedangkan kekuatan
serat dalam keadaan basah berkisar antara 0,8-1,4 g/denier dengan
mulur 50-70%.
- Elastisitas, dalam air dingin wool mempunyai elastisitas sempurna.
- Set dan pengerutan, dalam air panas wool mempunyai sifat lain,
apabila serat wool ditarik sampai mulur 50% di dalam air mendidih
dan dibiarkan selama 30 menit dalam keadaan tetap tegang, setelah
itu dilepaskan didalam air dingin, wool tersebut tidak akan mengkeret.
Serat setelah itu dilepaskan didalam air dingin, wool tersebut tidak
akan mengkeret. Serat tersebut dikatakan telah di “set”. Set dan
pengerutan hebat juga bisa dilakukan pada wool pada suhu rendah
dari suhu didih air, tetapi pengaruhnya banyak berkurang.
- Pengaruh sinar, sinar matahari menyebabkan kemunduran kekuatan
dan mulur serat wool karena putusnya ikatan lintang sistin dan sinar
dapat pula menyebabkan timbulnya warna kuning pada wool.
- Sifat panas, wool mempunyai sifat menahan panas yang baik.

2.1. Identifikasi Kerusakan Serat Wool


Jenis kerusakan pada pengujian ini dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Kerusakan Mekanika

Kerusakan Mekanika adalah kerusakan yang menyebabkan


terjadinya perubahan fisik pada bahan atau serat sebagai akibat
gerakan mekanik pada bahan tersebut.

- Serangga serangga: adanya bekas gigitan dan jaring sarang serangga


pada
bagian serta yang rusak.
- Gesekan: gesekan benang dapat tejadi selama proses pengerjaan
benang sampai menjadi kain.
- Putus karena tarikan dan potongan: kerusakan karena tarikan ujung
serat biasanya tercabik-cabik dan terdiri dari campuran serat putus dan
tidak putus, sedangkan serat tepotong biasanya ujung seratnya rata.
- Tusukan: Kerusakan dapat dilihat dengan adanya tusukan atau lubang
kecil dalam suatu pola yang berulang.

2. Kerusakan Secara Kimia


Kerusakan kimia dapat disebabkan oleh serangan jasad renik
(microbial attack), cahaya, panas serta pengerjaan dengan
menggunakan zat kimia. Pada umumnya kerusakan serat karena zat
kimia dapat dibedakan dari kerusakan mekanika dengan cara
mengukur fluiditas serat.

- Serangan jasad renik: kerusakan disebabkan karena jasad renik


tersebutmengeluarkan enzim yang menyebabkan terjadinya kerusakan
kimia
- Cahaya: kerusakan serat ditandai dengan terjadinya pemutusan ikatan
primer membentuk gugus-gugus yang dapat ditunjukkan dengan
pewarnaan atau titrasi.
- Panas: kerusakan oleh panas dapat ditunjukkan dengan timbulnya
penodaan pada dinding primer selulosa yang berbentuk spiral.
- Pengaruh alkali: wool tidak tahan terhadap alkali, adanya alkali
mengakibatkan ikatan lintang disulfida mudah sekali putus, sehingga
wool menjadi rusak.
- Pengaruh oksidator dan reduktor: wool larut dalam NaOCl 5%, zat
oksidator menyerang jembatan sistin dan mengoksidasi semua gugus
disulfida menghasilkan asam sisteat seperti asam per asetat.
- Pengaruh asam dan basa: adsorpsi asam atau basa akan memutuskan
ikatan garam tetapi dapat Kembali lagi. Wool lebih tahan asam kecuali
asam pekat panas karena dapat memutuskan ikatan peptida.

2.2. Cara Pengujian Kerusakan Wool


 Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Bagian serat wol yang rusak karena cuaca, menggelembung lebih
besar daripada bagian yang tidak rusak. Kerusakan karena cuaca
pada satu sisi serat wool akan menimbukan bentuk lekungan
tertentu. Pada pengujian ini larutan alkali digunakan sebagai
medium didalam pengamatan dengan mikroskop, sehingga
tingkat-tingkat penggelembungan dan pengeritingan dapat
diamati.

 Penggelembungan dengan KOH Amoniakal


Wool yang rusak karena asam dengan cepat menggelembung
dengan gelembung yang sangat besar, gelembung-gelembung
tersebut segera timbul disepanjang serat. Seluruh reaksi tersebut
berlangsung dalam 2-5 menit akan tampak garis-garis
memanjang dari lapisan fibrilnya, setelah 10 menit timbul
beberapa gelembung didalam serat, dan dalam waktu 20 menit
berkembang menjadi blister.

 Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal


Larutan perak nitrat amoniakal termasuk pereaksi yang
berbahaya karena dapat meledak. Serat akan berwarna cokelat
muda sampai hitam didalam larutan pereaksi yang dingin. Uji ini
terutama sesuai untuk menunjukkan kerusakan karena cahaya
atau cuaca.

 Pengujian Pewarnaan dengan Indigo Carmine


Larutan jenuh indigo carmine yang diasamkan dengan asam
sulfat 1 N, akan mewarnai wool yang rusak karena asam, alkali,
hipoklorit asam atau peroksida, dengan warna biru yang jelas.
Pengamatan akan lebih jelas apabila diamati dibawah mikroskop
dengan penyinaran sudut lebar yang menggunakan medium
gliserol pekat.

 Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru


Larutan jenuh metilen blue dingin diasamkan dengan larutan
asam sulfat 2N sambal diaduk. Wool rusak karena alkali,
hipoklorit asam maupun alkali dan peroksida akan terwarnai
dengan warna biru.

 Pengujian Pewarnaan dengan C.L Acid Red 1


Serat yang rusak tetap tidak terwarnai, kecuali beberapa serat
yang sisik-sisiknya lepas. Sedangkan serat yang rusk dam wool
yang dikhlorinasi akan berwarna merah dengan ketuaan warna
yang tegantung pada derajat kerusakannya.
Berdasarkan keadaan dari kerusakan kimia, maka dapat
dbedakan tiga jenis hasil pengujian:
 Serat tidak berubah, tetapi terlihat seperti kaca dan sisik-sisiknya
lebih jelas → kerusakan serat disebabkan karena alkali atau
panas.
 Terdapat retakan memanjang pada serat → serat tidak rusak,
kerusakan yang terjadi bukan karena kimia atau karena oksidasi.
 Terjadi penggelembungan yang besar pada serat kemudian
menimbulkan banyak retakan-retakan dan terjadi blister, akhirnya
terurai → kerusakan yang terjadi disebabkan oleh asam.
BAB II
PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Kerusakan Serat Wol I
Pewarnaan pada serat wol
ALAT: BAHAN:
1. Tabung reaksi - Uji perak amoniakal
2. Rak tabung reaksi (larutan perak nitrak amoniakal)
3. Mikroskop - Uji indigo carmine (C.I. Acid Blue
4. Kaca preparat 74)
5. Cover glass (larutan indigo carmine jenuh
diasamkan dengan asam sulfat 1N)
- Uji metilen blue (C.I. basic blue 9)
(larutan metilen blue diasamkan
dengan asam sulfat 2 N)
- Uji C.I. Acid Red 1
(larutan Acid Red 1 1 gram 0,1%)
2.1.2 Kerusakan Serat Wol II
Penggelembungan pada serat wol
ALAT: BAHAN:
1. Mikroskop - Uji NaOH 0,1
2. Kaca Preparat (pereaksi NaOH 0,1 N)
3. Cover Glass - Uji KOH Amoniakal
(KOH Amoniakal)
- Uji indigo carmine
(indigo carmine)
- Uji metilen biru
(metilen blue)
Bahan :1. Wool baik 6. Wool rusak oleh hipoklorit basa
2. Wool rusak oleh H2O2 7. Wool rusak oleh panas
3. Wool rusak oleh KMnO4 8. Wool rusak oleh alkali
4. Wool rusak oleh asam 9. Wool rusak oleh hipoklorit asam
5. Wool rusak oleh kaporit
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Kerusakan Serat wol I
Pewarnaan serat wol
1) Pengujian Pewarnaan dengan uji Perak Amoniakal
- Contoh uji direndam dalam larutan perak nitrat amoniakal selama 5-
10 menit
- Kemudian amati warna yang terjadi.
2) Pengujian pewarnaan dengan indigo carmine (C.I. Acid Blue 74)
- Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi selama 10 menit pada
suhu kamar.
- Contoh uji dicuci dengan menggunakan air dingin.
- Kemudian amati dibawah mikroskop
3) Pengujian pewarnaan dengan metilen blue (C.I. basic blue 9)
- Contoh uji direndam dalam larutan Metilen biru selama 5-10 menit
pada suhukamar.
- Contoh uji dicuci dengan menggunakan air dingin, amati warna
yang terjadi
4) Pengujian pewarnaan dengan C.I. Acid Red 1
- Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi selama 10 menit
pada suhukamar.
- Contoh uji dicuci air dingin.
- Kemudian amati dibawah mikroskop
2.2.2 Kerusakan Serat Wol II
Penggelembungan serat wol
1) Uji NaOH 0,1
- Contoh uji dipotong-potong sepanjang 1-2 mm
- Letakkan pada kaca objek dengan medium air
- Tutup kaca penutup dan dipanaskan didalam oven dengan suhu
45-60℃
- Tambahkan pereaksi dari sisi kaca penutup
- Amati dibawah mikroskop
2) Uji KOH Amoniakal
- Contoh uji yang rusak dan tidak rusak diletakkan pada kaca
objek
- Tutup dengan kaca penutup
- Tetesi dengan KOH Amoniakal sebagai medium
- Panaskan pada oven dengan menggunakan suhu 40℃ selama
2-3 menit
- Amati dibawah mikroskop
3) Uji indigo carmine
- Letakkan contoh uji baru pada kaca objek dengan medium
indigo carmine
- Tutup dengan kaca penutup dan panaskan pada oven dengan
suhu 40℃ selama 5 menit
- Bersihkan kaca objek dan penutupnya dengan cara meneteskan
air bersih melalui sisinya sampai seluruh medium hilang
- Keringkan dengan menggunakan kertas penghisap
- Amati dibawah mikroskop
4) Uji metilen biru
- Letakkan contoh uji baru pada kaca objek dengan menggunakan
medium metilen biru
- Tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan pada oven dengan
suhu 40℃ selama 2 menit
- Bersihkan kaca objek dan penutupnya dengan cara meneteskan
air bersih melalui sisinya sampai seluruh medium hilang
- Amati dibawah mikroskop

2.3 Evaluasi
2.3.1 Kerusakan Serat Wol I
Pewarnaan serat wol
1) Pengujian Pewarnaan dengan uji Perak Amoniakal
- Contoh uji yang rusak akan berwarna coklat sampai hitam (ketuaan
warna bergantung pada derajat kerusakan seratnya)
2) Pengujian pewarnaan dengan indigo carmine (C.I. Acid Blue 74)
- Serat yang rusak oleh asam, alkali, hipoklorit asam dan peroksida
akan berwarna biru tua (ketuaan warna tergantung pada derajat
kerusakan seratnya)
3) Pengujian pewarnaan dengan metilen blue (C.I. basic blue 9)
- Contoh uji yang rusak karena alkali, hipoklorit dan peroksida akan
berwarna biru tua (ketuaan warna tergantung dari derajat kerusakan
seratnya)
4) Pengujian pewarnaan dengan C.I. Acid Red 1
- Contoh uji yang rusak akan berwarna merah.

2.3.2 Kerusakan Serat Wol II


Penggelembungan serat wol
1) Uji NaOH 0,1
- Wol yang rusak karena cuaca akan menggelembung lebih besar
dibandingkan dengan wool baik
2) Uji KOH Amoniakal
- Wool yang rusak akan menggelembung dengan sangat cepat
dengan penggelembungan sangat besar
- Gelenbung timbul disepanjang serat kemudia membentuk blister
- Wool yang tidak rusak menggelembung setelah 5 menit dan akan
tampak garis-garis memanjang dari lapisan fibrilnya
- Setelah 10 menit timbul gelembung didalam serat dan dalam 20
menit berkembang menjadi bliter
- Wol yang rusak karena alkali, reaksinya baru berlangsung setelah
30 menit. Apabila serat tidak berubah tetapi keliatan seperti kaca
dan sisiknya jelas menunjukkan kerusakan alkali atau panas.
3) Uji indigo carmine
- Apabila contoh uji terwarnai maka kerusakan disebabkan oleh
alkali
- Apabila tidak terwarnai kerusakan karena panas
4) Uji metilen biru
- Apabila contoh uji tidak terwarnai maka kerusakan bukan karena
kerusakan kimia
- Bila terwarnai dilanjut uji indigo carmine
BAB III
DATA PERCOBAAN

3.1 Kerusakan Serat Wol, Pewarnaan serat wol Data percobaan terlampir
3.2 Kerusakan Serat Wol, Penggelembungan serat wol, Data percobaan
terlampir
BAB IV
DISKUSI

4.1 Kerusakan Serat Wol 1, pewarnaan serat wol


1) Pengujian perak amoniakal
Proses pengujian pewarnaan dengan menggunakan perak nitrat
amoniakal kerusakan serat wol dilihat dari warna contoh uji dari yang
berwarna coklat sampai hitam. Pada percobaan ini terlihat bahwa wol yang
rusak karena KMnO4 memiliki warna yang paling tua, warna agak muda
wol yang rusak karena hipoklorit asam dan wol rusak H2O2. Maka serat
yang semakin tua mengalami kerusakan yang besar dibandingkan serat
yang masih berwarna muda.
2) Pengujian indigo carmine (C.I. Acid Blue 74)
Pengujian dengan pewarnna ini menunjukkan dengan hasil yang
mana ketika sudah direaksikan menghasilkan warna biru tua yang dimana
hasil yang lebih tua itu menunjukan tingkat derajat kerusaknnya. Tetapi
hasil dari praktikum tidak ada hasil yang menunjukkan berwarna biru tua.
3) Pengujian metilen blue (C.I. basic blue 9)
Pada percobaan uji pewarnaan dengan metilen biru, serat wol yang
rusak karena alkali, KMnO4, hipoklorit asam, hipoklorit basa, kaporit dan
H2O2 akan berwarna biru tua, makin rusak wol maka warna akan semakin
tua. Pada percobaan ini wol yang rusak karena alkali memiliki warna yang
lebih tua dibandingkan yang lainnya.
4) Pengujian C.I. Acid Red 1
Pada percobaan uji pewarnaan dengan menggunakan C.1. Acid
Red, wol rusak dan wol yang diklorinasi ditindai dengan warna merah.
Semakin rusak wol maka warnanya akan semakin tua, dan pada
percobaan ini wol yang rusak karena KMnO4, hipoklorit basa, kaporit, asam
dan hipoklorit asam memiliki warna yang lebih tua dibandingkan yang
lainnya. Kerusakan terparah terjadi pada serat wol rusak oleh KMnO4

4.2 Kerusakan Serat Wol II, Penggelembungan serat wol


Adanya alkali menyebabkan sisik pada wol menjadi terbuka lalu menjadi
garam amino karboksilat.
Sisik wol terbuka menjadi gelembung lalu pecah menjadi blister.
1) Uji NaOH 0,1 (pereaksi NaOH 0,1 N)
Pada uji penggelambungan dengan NaOH 0,1 N pada wol baik
masih terdapat sisik. Wol yang rusak karena cuaca akan menggelembung
lebih besar dibandingkan dengan wol yang lain, ini terbukti pada
kerusakan wol karena panas terjadi penggelembungan yang besar
dibandingkan yang lain. Pada wol yang rusak oleh asam
penggelembungan terjadi secara cepat dan besar serta timbul
sepanjang serat wol, timbul retakan - retakan, timbul blister yaitu sisik
yang terurai atau terputus - putus. Pada wol yang rusak oleh alkali
terjadi penggelembungan, serat, sisik terlihat seperti kaca/transparan
dan terlihat lebih jelas. Wol yang rusak oleh hipoklorit basa akan
menggelembung besar dan terjadi blister.
2) Uji KOH Amoniakal (KOH Amoniakal)
Pada pengujian ini menunjukkan kerusakan wol oleh alkali ditandai
dengan warna coklat, tetapi penggunaan uji ini banyak digunakan untuk
kerusakan wol oleh cuaca atau cahaya yang akan merusak jembatan
disulfida dan didalamnya terjadi campuran oksidasi dan reduksi.
Serat wol yang rusak karena asam akan menggelembung dengan
cepat dan sangat besar, gelembung timbul disepanjang serat kemudian
akan membentuk blister. Wol yang tidak rusak akan menggelembung
selama 5 menit dan akan tampak garis-garis memanjang dari lapisannya
seperti wol rusak karena KMnO4. Lalu setelah 10 menit timbul gelembung
dalam serat dan pada 20 menit berkembang menjadi blister.
Serat wol yang mangalami kerusakan yang parah yaitu yang rusak
oleh alkali. Wol yang rusak karena alkali reaksi berlangsung selama 30
menit, apabila serat tidak berubah, tetapi terlihat seperti kaca dan sisiknya
jelas menunjukkan kerusakan oleh alkali atau panas. Pada percobaan kali
ini kerusakan karena asam terjadi blister dan terjadi penggelembungan.
3) Uji Indigo Carmine
Pada uji indigo carmine apabila contoh uji terwarnai maka
kerusakan disebabkan oleh alkali, apabila tidak terwarnai kerusakan
karena panas. Pada percobaan kali ini, wol rusak karena asam, hipoklorit
asam, hipoklorit basa, alkali tidak terwarnai yang menandakan bahwa serat
tersebut rusak karena alkali. Lalu pada serat wol yang rusak karena panas,
KMnO4, kaporit, dan H2O2 mengalami pewarnaan yang menandakan
bahwa serat tersebut rusak karena panas.
4) Uji Metilen Blue
Pada uji metilen biru, apabila contoh uji terwarnai maka kerusakan
bukan karena kimia. Pada percobaan kali ini, wol rusak karena panas tidak
terwarnai yang menandakan tidak rusak karena kimia
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian analisa kerusakan serat wol dari 9 jenis wol,
dapat disimpulkan bahwa:
5.1 Kerusakan Serat Wol I
Hasil dari praktikum evaluasi kerusakan serat wol II adalah:
1) Pengujian perak amoniakal
Serat wol yang mengalami kerusakan yang parah adalah wol yang rusak
oleh KMnO4
2) Pengujian indigo carmine (C.I. Acid Blue 74)
Tidak ada serat wol yang mengalami kerusakan yang parah.
3) Pengujian metilen blue (C.I. basic blue 9)
Serat wol yang mengalami kerusakan yang parah adalah wol yang rusak
oleh alkali dan wol rusak oleh KMnO4
4) Pengujian C.I. Acid Red 1
Serat wol yang mengalami kerusakan yang parah adalah wol yang rusak
oleh KMnO4 dan wol rusak oleh hipoklorit basa
5.2 Kerusakan Serat Wol II
Hasil dari praktikum evaluasi kerusakan serat wool II adalah:
1. Pengujian penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Yang tidak mengalami penggelembungan
- Wol rusak karena hipoklorit basa
- Wol rusak karena hipoklorit asam
- Wol rusak karena asam
2. Pengujian penggelembungan dengan KOH Amoniakal
Yang mengalami penggelembungan langsung
- Wol rusak karena asam
- Wol rusak karena panas
- Wol baik
3. Pengujian penggelembungan dengan Indigo carmine
Yang mengalami pewarnaan serat (rusak alkali)
- Wol baik
- Wol rusak karena KMnO4
- Wol rusak kaporit
- Wol rusak panas
- Wol rusak alkali

4. Pengujian penggelembungan dengan metilen blue


Contoh uji yang terwarnai (rusak karena kimia)
- Wol baik
- Wol rusak asam
- Wol rusak hipoklorit asam
- Wol rusak hipoklorit basa
- Wol rusak KMnO4
- Wol rusak alkali
- Wol rusak karena kaporit
- Wol rusak H2O2
DAFTAR PUSTAKA

Evaluasi Tekstil Bagian Kimia, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1975.Penuntun


Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil I, Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil,Bandung, 1993.
Hariyanti Rahayu, H. O. (2005). Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Kimia 1 Analisa
Kualitatif dan Kuantitatif Kerusakan Serat Tekstil.

Merdoko, W. D. Pengujian Evaluasi Tekstil. Bandung: Institut Teknologi Tekstil

https://id.scribd.com/embeds/267457645/content?start_page=1&view_mode=scr
oll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf [Online] diakses pada 28
oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai