Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PENCELUPAN KAIN WOL DAN

SUTERA DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN VARIASI NaCI


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Pencelupan 1

Disusun oleh :

Nadhira Rahmanda Putri (21420043)

Rafly Prahmantia Putra (21420046)

Nurhasanah Ummil Atqiya (21420049)

Maghfira Izzani Fadillah (21420058)

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2022
I. MAKSUD DAN TUJUAN
- Mengetahui dengan baik prinsip dasar proses pencelupan wol dan sutera
dengan zat warna reaktif dingin
- Dapat membuat perencanaan proses pencelupan wol dan sutera dengan zat
warna reaktif dingin
- Mampu mengevaluasi dan menganalisa hasil proses pencelupan

II. TEORI DASAR

2.1 Serat protein


Serat wol dan sutra merupakan serat protein yang strukturnya
berupa polipeptida, bersifat hidrofil dan daya serap airnya besar,
moisture regain (MR) wol 16% sedang sutra 11%. Gugus amina (-
NH2) dan karboksil (-COOH) pada serat protein merupakan gugus
fungsi yang berperan untuk mengadakan ikatan dengan ion zat
warna berupa ikatan ionik (elektrovalen).
Serat protein umunya lebih tahan asam tapi kurang tahan
suasana alkali, sehingga pengerjaan proses pencelupannya biasa
dilakukan dalam suasana asam. Dibanding serat wol, serat sutra
urang tahan asam, pada pengerjaan dengan amonium sulfat pekat
serat akan rusak, tetapi agak lebih tahan alkali. Namun demikian
dalam suasana dalam agak alkalis dan suhu tinggi serat sutra juga
akan rusak.

2.2 Zat Warna Reaktif Dingin


Zat warna reaktif dingin larut dalam air, warnanya cerah dengan
ketahanan luntur warna yang baik,kecuali terhadap kaporit(khlor).
Ketahana luntur warna yang tinggi diperoleh karena zat warna reaktif
dapat berikatan kovalen dengan serat.

Berdasarkan sistem reaktifnya, ada golongan zat warna reaktif


yang fiksasi dalam suasana asam yang cocok untuk mencelup wol
dan sutra, antara lain zat warna reaktif dengan sistem reaktif metilol,
bromoasetil dan fosfonat., tetapi zat warna reaktif jenis tersebut saat
ini susah didapat, oleh karena itu, maka zat warna reaktif yang saat
ini dipakai intuk mencelup serat wol dan sutra adalah zat warna
reaktif yang fiksasi dalam suasana alkali, namun tentu saja harus
dipilh zat warna reaktif yang dapat fiksasi dalam suasana alkali lemah
dan suhunya rendah. Karena wol dan sutra kurang tahan suasana
alkali kuat. Dalam hal ini pilihan yang tepat adalah menggunakan zat
warna reaktif dingin

Struktur kimia zat warna reaktif

Pada umumnya struktur zat warna reaktif yang larut dalam air mempunyai

Bagian-bagian dengan fungsi tertentu dan dapat


digambarkan sebagai berikut: S – K – P – R – X
S = susunan pelarut, misal gugusan asam sulfonat, karboksilat.
K = Khromofor, misalnya sistem-sistem yang
mengandung gugusan azo, antrakinon dan
halosianin.
P = gugusan penghubung antara khromofor dan sistem
yang reaktif misalnya gugusan amina, sulfoamina, dan
amida.
R = sistem yang reaktif, misalnya triazin, pirimidin, kinoksianin dan vinil.
X = gugusan reaktif yang mudah terlepas dari sistem
yang reaktif misalnya gugusan klor dan sulfat.

Beberapa jenis zat warna reaktif yang cocok digunakan untuk


pencelupan sutra dan wol antara lain yang fiksasi dengan mekanisme
subtitusi yaitu zat warna reaktif dingin jenis dikloro triazin (DCT) dan
difluoro-monokloro-primidin (DPMCP) serta yang fiksasi dengan
mekanisme adisi yaitu jenis bromotilaktiolil. Reaksi fiksasinya adalah
sebagai berikut : Sedikit berbeda dengan fiksasi pada wol, selain
dapat membentuk ikatan kovalen dengan gugus amin pada sutra, zat
warna reaktif dingin juga bisa membentuk ikatan kovalen dengan
gugus fenolik dari tirosin pada sutra.

Mekanisme pencelupan zat warna reaktif dingin


1. Tahap awal proses pencelupan

Pada awal proses sesuai dengan sifat serat wol dan sutra
yang tidak tahan alkali, suasana larutan celup dibuat dalam suasana
asam dalam kondisi tersebut zat warna reaktif dingin akan
berperilaku seperti zw asam, sehingga dapat mencelup serat wol dan
sutra karena adanya tempat-tempat positif pada bahan.
Jumlah tempat positif pada bahan sangat bergantung pada 2
faktor yaitu jumlah gugus amina dalam serat serta keasaman dari
larutan celup. Mekanisme terbentuknya tempat-tempat bermuatan
positif pada bahan adalah sebagai berikut.
Pada larutan dengan suasana asam terbentuk muatan positif
pada serat, akibat adanya ion H+ yang terserap gugus amina dari wol
atau sutra.

2. Tahap fiksasi zat warna

Pada 20 menit terakhir proses pencelupan kedalam larutan


celup ditambahkan alkali lemah seperti NH4OH atau NAHCO2
sehingga akan mengubah suasana larutan celup dari suasana asam
ke suasana agak alkalis, sehingga warna reaktif dingin yang sudah
masuk kedalam serat akan fiksasi dan ikatan ionik dengan serat
berubah menjadi ikatan kovalen
3. Tahap pencucian dengan sabun

Guna memperbaiki ketahanan luntur warnanya zat warna


yang hanya menempel di permukaan serat harus dihilangkan, untuk
itu perlu dilakukan pencucian ringan dengan sabun netral, mengingat
wol dan sutra kurang tahan alkali
Faktor – faktor yang mempengaruhi

Pencelupan zat warna reaktif ini dipengaruhi faktor sebagai berikut :


 Alkali (pH)
Alkali digunakan untuk mendapatkan kondisi yang tepat selama
proses pencelupan. Juga berpengaruh dalam fiksasi zat warna
dengan serat, akan tetapi warnanya akan luntur apabila tidak
ditambahkan alkali.
 Suhu
Suhu selama proses pencelupan berpengaruh pada fiksasi zat
warna. Pada pencelupan dengan zat warna reaktif dingin suhu tidak
boleh lebih dari 40 oC karena pada temperatur tersebut zat warna
mudah bereaksi dengan air
 Vlot
Zat warna reaktif dingin pada pemakaiannya mempunyai kereaktifan
yang tinggi dibandingkan dengan zat warna reaktif panas.
III. DIAGRAM ALIR

persiapan proses
pencucia bilas dan evaluasi
larutan pencelup
n sabun keringkan akhir
celup an
IV. ALAT DAN BAHAN
 Alat :
1. Gelas ukur
2. Gelas piala
3. Pipet
4. Pengaduk
5. Timbangan
6. Gunting
7. Bunsen atau kompor
 Bahan :
1. Kain wol dan sutera
2. Zat warna reaktif dingin
3. Pembasah
4. NaCI
5. (NH4)2SO4
6. Sabun

V. RESEP
4.1 Resep Pencelupan :

Zat warna reaktif dingin : 2% owf

Pembasah : 1 ml/L

Asam Asetat : 1 ml/L

Perata (leveling) : 1 ml/L

NaCI : 10 g/L, 15 g/L, 20 g/L, 25 g/L

Vlot : 1 : 50

Suhu, waktu : 600C , 30 menit

4.2 Resep pencucian :


Teepol : 1 ml/L

Suhu : 60°C

Waktu : 15 menit

Vlot : 1:50

VI. FUNGSI ZAT


- Asam asetat 30% berfungsi untuk mendapatkan suasana asam agar serat
bermuatan positif
- NaCI pada pH >3 berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna,
sedangkan pada pH rendah berfungsi sebagai perata
- Pembasah berfungsi untuk meratakan dan mempercepat proses
pembasahan kain.
- Sabun netral berfungsi untuk proses pencucian
- Ammonium hidroksida berfungsi untuk memberi suasana agak alkali larutan
pencelupan pada akhir proses pencelupan

VII. DATA PENGAMATAN


1.1 Ketuaan warna
Data pengamatan atau evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan
metode rangking 1-4 dan angka 1 memiliki ketuaan warna yang terbaik.
1.2 Kerataan warna
Data pengamatan atau evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan
metode rangking range 1-4 dengan 4 memiliki kerataan warna yang
terbaik.
Berikut tabel pengamatan untuk pencelupan zat warna reaktif dingin
variasi NaCI :

Variasi Hasil uji sampel kain Rangking Rangking


ketuaan kerataan

NaCI 10 g/L 4 1

NaCI 15 g/L 3 2

NaCI 20 g/L 2 3

NaCI 25 g/L 1 4

VIII. DISKUSI

Dalam proses pencelupan reaksi fiksasi zat warna reaktif dengan serat terjadi
simultan dengan reaksi hidrolisis antara zat warna dengan air. Kereaktifan zat
warna reaktif meningkat dengan meningkatnya pH larutan celup.

Oleh karena itu pada dasarnya mekanisme pencelupan zat warna reaktif
terdiri dari dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap penyerapan zat warna
reaktif dari larutan celup ke dalam serat. Pada tahap ini tidak terjadi reaksi
antara zat warna dengan serat karena belum ditambahkan alkali. Selain itu,
karena reaksi hidrolisis terhadap zat warna lebih banyak terjadi pada pH tinggi,
maka pada tahap ini zat warna akan lebih banyak terserap ke dalam serat dari
pada terhidrolisis. Penyerapan ini dibantu dengan penambahan elektrolit.

Bahan yang telah didegumming, kemudian dicelup dalam larutan celup


yang mengandung zat warna pada suhu kamar selama 20 menit. Selanjutnya
ditambahkan variasi (10, 15, 20, 25g/L) garam dapur dan suhunya dinaikkan
sampai 60℃ selama 50 menit.
Bahan kemudian dicuci dengan sabun panas dan dibilas sampai bersih dan
dikeringkan. Setelah dikeringkan, terlihat jelas perbedaan dengan variasi garam
dapur pada serat sutera ini dimana semakin sedikit garam dapur atau NaCl yang
digunakan, maka warna yang akan diperoleh lebih mendekati ke arah muda dan
memiliki kerataan yang kurang baik.

IX. KESIMPULAN

Kain dengan variasi terbaik dengan kerataan dan ketuaan paling optimum
terdapat pada variasi NaCl 25g/L

X. DAFTAR PUSTAKA
Karyana, Dede. Elly K. 2005. Bahan Ajar Praktikum PENCELUPAN I
(PENCELUPAN SERAT KAPAS, WOL, DAN SUTRA). Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil.
XI. LAMPIRAN
9.1 Perhitungan Resep Pencelupan
 Variasi Nacl 10 g/l
Berat bahan: 2,01 gram
Kebutuhan larutan: 2,01 ×50=100,5ml / l
2 100
Zat warna: ×2,01=0,0402× =4,02 ml/l
100 1
1
Pembasah: ×100,5=0,1 ml/l
1000
10
NaCl: ×100,5=1,005 g /l
1000
1
Asam asetat : ×100,5=0,1 ml/l
1000
1
Perata : ×100,5=0,1 ml/ L
1000
Kebutuhan air: 100,5−4,02−0,1−0,1−0,1=96,18 ml /l

 Variasi NaCl 15 g/l


Berat bahan: 2,08 gram
Kebutuhan larutan: 2,08 ×50=104 ml /l
2 100
Zat warna: ×2,08=0,0416 × =4,16 ml/l
100 1
1
Pembasah: ×104=0,1 ml /l
1000
15
NaCl: ×104=1,56 g/l
1000
1
Asam asetat : ×104=0,1 ml /l
1000
1
Perata : ×104=0,1 ml /L
1000
Kebutuhan air: 104−0,1−0,1−0,1−4,16=99,54 ml /l

 Variasi NaCl 20 g/l


Berat bahan: 1,81 gram
Kebutuhan larutan: 1,81 ×50=90,5 ml/l
2 100
Zat warna: ×1,81=0,0362× =3,62 ml /l
100 1
1
Pembasah: × 90,5=0,09 ml /l
1000
20
NaCl: × 90,5=1,81 g / l
1000
1
Asam asetat : ×105=0,09 ml /l
1000
1
Perata : ×105=0,09 ml /L
1000
Kebutuhan air: 90,5−0,09−0,09−0,09−3,62=86,61 ml /l

 Variasi NaCl 25 g/l


Berat bahan: 1,85 gram
Kebutuhan larutan: 1,85 ×50=92,5 ml/l
2 100
Zat warna: ×1,85=0,037 × =3,7 ml /l
100 1
1
Pembasah: × 92,5=0,09 ml /l
1000
25
NaCl: × 92,5=2,3 g/l
1000
1
Asam asetat : × 92,5=, 09 ml /l
1000
1
Perata : × 92,5=0,09 ml /L
1000
Kebutuhan air: 92,5−0,09−0,09−0,09−3,7=88,5 ml/l

9.2 Perhitungan Resep Pencucian


 Variasi NaCl 10 g/l
Kebutuhan larutan : 2,01 ×50=100,5ml /l
1
Teepol : ×100,5=0,1 ml/l
1000

 Variasi NaCl 15 g/l


Kebutuhan larutan : 2,08 ×50=104 ml /l
1
Teepol : ×104=0,1 ml /l
1000

 Variasi NaCl 20 g/l


Kebutuhan larutan : 1,81 ×50=90,5 ml/l
1
Teepol : × 90,5=0,09 ml /l
1000

 Variasi NaCl 25 g/l


Kebutuhan larutan : 1,85 ×50=92,5 ml/l
1
Teepol : × 92,5=0,09 ml /l
1000

Anda mungkin juga menyukai