Setelah mengikuti kegiatan praktikum sesuai dengan Modul Kegiatan Belajar 8 ini, mahasiswa
diharapkan:
1. Mengetahui dengan baik prinsip dasar teknik pencapan kain kapas dengan zat warna reaktif metoda
satu tahap.
2. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi hasil proses pencapan kain kapas dengan zat warna
reaktif metoda satu tahap agar diperoleh hasil pencapan yang baik.
3. Dapat membuat perencanaan proses pencapan kain kapas dengan zat warna reaktif metoda satu
tahap.
4. Mampu melakukan proses pencapan kain kapas dengan zat warna reaktif metoda satu tahap dengan
baik.
5. Dapat membuat perencanaan proses pencapan kapas dengan zat warna reaktif metoda satu tahap.
6. Dapat menghitung kebutuhan bahan, zat warna dan zat pembantu sesuai resep pencapan.
7. Mampu melakukan proses pencapan kapas dengan zat warna reaktif metoda satu tahap dengan
hasil pencapan yang rata, tajam, tahan luntur warna dan ketuaan warna sesuai yang dipersyaratkan.
8. Mampu mengevaluasi dan menganalisa hasil proses pencapan.
9. Melaksanakan prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja.
1. Pendahuluan
Pada Modul Kegiatan Belajar 8, mahasiswa akan mempelajari prinsip-prinsip dasar proses
pencapan kapas dengan zat warna reaktif metoda satu tahap. Kegiatan belajar ini dimaksudkan
untuk mempelajari proses persiapan dan pencapan kain kapas dengan zat warna reaktif dingin,
dimulai dari pemilihan zat warna dan zat pembantu yang akan digunakan, menghitung
kebutuhan zat warna dan zat pembantu yang sesuai dengan resep, cara membuat pengental
induk dan pasta cap, melaksanakan proses pencapan dan mengevaluasi hasil proses
pencapan.
3. Uraian materi
3.1 Teori pendekatan
3.1.1 Pendahuluan
Seperti halnya proses pencapan yang lain, sebelum kain siap untuk proses pencapan, kain
kapas harus sudah dilakukan proses persiapan penyempurnaan. Pencapan dengan zat warna
reaktif dapat dilakukan menurut dua cara pencapan yaitu cara pencapan satu tahap dan
pencapan dua tahap. Cara pencapan satu tahap menggunakan resep pasta cap yang
mengandung alkali, sedangkan pencapan dua tahap menggunakan pasta cap netral (pasta
tidak mengandung alkali). Dalam proses ini perlu dilakukan pemilihan zat warna reaktif,
pengental dan zat pembantu tekstil yang sesuai dengan bahan yang akan dicap, penentuan
urutan proses dan resep yang tepat, perhitungan kebutuhan zat yang tepat dan pelaksanaan
proses pencapan yang baik sehingga diperoleh hasil pencapan sesuai yang dipersyaratkan.
Zat warna reaktif dapat mengadakan reaksi dengan serat selulosa membentuk ikatan kovalen.
Berdasarkan kereaktifannya, dikenal dua jenis zat warna reaktif, yaitu zat warna reaktif dingin
dan zat warna reaktif panas. Zat warna raktif dingin lebih reaktif (misalnya diklorotriazin)
daripada zat warna reaktif panas (monoklorotriazin), oleh karena itu zat warna reaktif dingin
fiksasinya dapat dilakukan dengan diangin-anginkan.
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan zat warna reaktif adalah kestabilan
pasta capnya dan kemungkinan terjadinya penodaan warna dasar pada saat proses pencucian.
Pada proses pencapan dengan zat warna reaktif, zat warna reaktif yang terhidrolisa dapat
menimbulkan masalah serius. Ketika kain dicap dengan zat warna reaktif cara langsung,
kebanyakan zat warna bereaksi dengan serat pada bagian yang dicap dan sebagian dari zat
warna terhidrolisa; tentunya zat warna yang terhidrolisa ini harus dihilangkan. Selain itu,
pengental yang digunakan pada pasta cap juga harus dihilangkan dari kain. Pada saat proses
pencucian sabun keduanya dihilangkan. Namun, dalam larutan pencucian tersebut sekarang
mengandung zat warna reaktif yang terhidrolisa dan membentuk “larutan celup” untuk kain.
Akibatnya dasar putih diluar motif menjadi terwarnai atau ternodai oleh zat warna yang
terhidrolisa itu. Sehingga untuk mendapatkan hasil yang baik, proses pencuciannya harus
benar-benar diperhatikan.
Beberapa contoh zat warna reaktif adalah dari golongan mono- dan diklorotriazin (Procion,
Cibacron, Amaryl, Chemictive, Goldazol, dsb), sufatoetil sulfon (Remazol, Natictive, dsb),
trikloro pirimidin (Reactone, Drimarene, dsb). Zat warna tersebut dapat digunakan pada proses
pencelupan maupun pencapan. Beberapa zat warna seperti Procion Supra, Cibacron Pront,
dan sebagainya khusus dikembangkan untuk proses pencapan. Biasanya golongan zat warna
ini mempunyai kereaktifan tinggi dan/atau afinitas yang rendah terhadap serat. Zat warna
dengan reaktifitas yang tinggi lebih cenderung bereaksi dengan serat; dan dengan afinitas yang
rendah zat warna yang terhidrolisa tidak akan menodai dasar putih pada kain cap.
Untuk menjaga kestabilan zat warna, ke dalam pasta cap ditambahkan zat anti reduksi dan
sebagai zat higroskopis dapat digunakan urea.
Alkali sangat diperlukan untuk menghasilkan gugus ion selulosat sehingga dapat bereaksi
dengan zat warna. Natrium bikarbonat selain harganya murah juga memberikan kestabilan
pasta cap yang tinggi dengan hampir semua jenis zat warna reaktif. Jika digunakan jenis zat
warna yang mempunyai kestabilan yang cukup tinggi dapat digunakan natrium karbonat atau
soda kostik karena akan memberikan hasil pewarnaan yang lebih baik pada kondisi yang lebih
alkali.
Untuk jenis zat warna reaktif dingin atau yang kereaktifannya tinggi, konsentrasi bikarbonat
dapat dikurangi. Pemilihan jenis alkali berdasarkan pada kereaktifan zat warna yang digunakan
dan kestabilan dari pasta cap yang disyaratkan.
Reaksi zat warna reaktif dengan selulosa dan dengan air dapat digambarkan sebagai berikut
:
1. Golongan diklorotriazin
Cl O-Sel
alkali
D-NH- + sel-OH D-NH-
Cl Cl
Cl O-Sel
alkali
D-NH- + H-OH D-NH-
Cl OH
Jadi ada kemungkinan gugus klor kedua-duanya bereaksi dengan selulosa (sel-OH) sehingga
pewarnaannya sempurna atau terhidrolisa oleh air (H-OH) menjadi tidak reaktif lagi sebelum
bereaksi dengan serat selulosa.
Sebagian zat warna reaktif bereaksi dengan air yang mengandung alkali dan menyebabkan zat
warna terdeaktivasi.
alkali
D-SO2-CH=CH2 + H-OH D-SO2-CH2-CH2-OH
Tidak reaktif
Untuk menghilangkan zat warna yang terdeaktivasi dari kain yang sudah dicelup atau dicap
yaitu dengan proses penyabunan. Proses penyabunan ini harus dilakukan dengan deterjen,
lebih baik lagi dengan deterjen nonionik tanpa alkali (soda ash).
Pengental yang digunakan untuk pencapan dipilih yang tidak dapat bereaksi dengan zat warna.
Pengental yang umum digunakan adalah jenis pengental natrium alginat. Pengental sintetik dari
jenis asam poliakrilat dapat digunakan sebagai pengganti natrium alginat serta dapat
memberikan hasil pewarnaan yang lebih memuaskan dan lebih mudah dihilangkan pada proses
pencucian dibandingkan jika menggunakan pengental natrium alginat. Pengental emulsi penuh
dan setengah emulsi baik dari tipe minyak dalam air (oil-in-water) dan air dalam minyak (water-
in-oil) juga umum digunakan.
Pengental jenis alginat merupakan satu-satunya pengental alam yang cocok untuk pencapan
dengan zat warna reaktif. Karbohidrat lainnya bereaksi dengan zat warna sehingga
menurunkan pencapaian warna atau pegangan kain yang tidak memuaskan karena
ketidaklarutan pengentalnya. Natrium alginat juga mengandung gugus hidroksil, tetapi ini
bereaksi sangat kecil, karena gugus karboksil yang terionisasi pada setiap lingkaran rantai
polimer menolak anion zat warna.
Karena harga alginat yang relatif mahal dan persedian alginat yang terbatas, maka perhatian
difokuskan untuk mencari alternatif pengental lainnya. Pengental sintetik dengan muatan
anionik menunjukkan potensi yang besar. Asam polikrilat tidak bereaksi sama sekali dengan zat
warna reaktif, pencapaian warna tinggi dibanding dengan pengental alginat, dan washing off
dapat diselesaikan lebih cepat.
Tipe emulsi minyak dalam air dan air dalam minyak juga cocok dan tipe setengah emulsi sudah
banyak digunakan pada pencapan dengan zat warna reaktif.
Proses fiksasi penting karena terjadi ikatan kovalen antara serat dengan zat warna reaktif.
Waktu proses fiksasi yang terlalu lama dari yang dibutuhkan akan menyebabkan turunnya hasil
pewarnaan yang disebabkan ketidakstabilan ikatan kovalen serat dengan zat warna dibawah
kondisi alkali. Oleh karena itu kondisi fiksasi yang tepat sangatlah penting baik ditinjau dari segi
ekonomis juga hasil pewarnaan yang tinggi. Penentuan kondisi fiksasi bergantung pada tingkat
kereaktifan zat warna.
Zat warna dengan kereaktifan tinggi dapat dikerjakan dengan proses fiksasi cepat, namun bila
zat warna yang dipakai mempunyai kereaktifan rendah, lebih aman bila menggunakan suhu dan
waktu pengukusan normal.
Diketahui bahwa hampir setiap jenis merek dagang zat wana reaktif mempunyai tingkat
kereaktifan yang berbeda. Selama psoses fiksasi berlangsung, selain terjadi ikatan kovalen
antara serat dengan zat warna, juga terjadi hidrolisa zat warna oleh air, sehingga tidak ada lagi
zat warna tersisa dalam bentuk reaktif. Zat warna yang terhidrolisa tersebut harus dihilangkan
secara sempurna dari kain pada proses pencucian.
Pada waktu proses pencucian dan penyabunan dengan deterjen nonionik dan alkali, sebagian
zat warna yang telah bereaksi dengan selulosa dapat terpisah dan terbentuk zat warna vinil
sulfon yang reaktif lagi. Kemudian dapat mengadakan reaksi dengan kain putih dasar dan
mengakibatkan penodaan warna yang permanen.
Pencapan dengan zat warna reaktif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Urea 100 g
Ludigol 1 : 2 30 g
Balance x g
1000 g
Persiapan pasta cap dilakukan dengan mencampur zat warna dengan urea dan air panas, urea
akan membantu melarutkan zat warna. Setelah ditambahkan zat anti reduksi (digunakan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya reduksi zat warna terutama zat warna yang mempunyai inti
azo), pengental alginat ditambahkan, diaduk, dan dibiarkan dingin. Alkali ditambahkan terakhir
(bisa ddigunakan antara lain soda kue, soda abu atau campuran kalium karbonat dengan
sedikit soda api).
Bila menggunakan pasta pengental setengah emulsi dapat dipersiapkan sebagai berikut:
Zat pengemulsi 20 g
1000 g
Persiapan pasta setengah emulsi dilakukan dengan cara air dingin dicampur dengan zat
pengemulsi diaduk, kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit minyak tanah sambil diaduk
dengan kecepatan tinggi (2000-3000 rpm). Setelah terbentuk emulsi, ditambahkan kedalam
pengental alginat.
Pengental setengah emulsi terutama digunakan untuk memperoleh hasil pencapan dengan
motif-motif yang halus dan tajam. Hal tersebut sulit dicapai oleh pengental alginat.
Kebanyakan zat warna reaktif menunjukkan kelarutan yang cukup untuk metode satu tahap ini,
diikuti dengan pengadukan kecepatan tinggi untuk mendapatkan hasil pencapan yang halus.
Zat warna dapat dilarutkan terlebih dahulu menggunakan urea untuk menaikkan kelarutan zat
warna dalam sedikit air panas. Natrium bikarbonat hanya ditambahkan setelah campuran
larutan zat warna dan pengental sudah dingin sampai suhu kamar.
Fiksasi dengan pengukusan untuk mayoritas zat warna reaktif efektif dilakukan dengan uap
jenuh (saturated steam) pada suhu 100-103°C selama 3-10 menit. Lama waktu pengukusan
bergantung pada tingkat kereaktifan zat warna. Waktu fiksasi dapat dipercepat dengan uap
temperatur tinggi pada suhu 130-160°C selama 1 sampai 5 menit. Penambahan urea sebanyak
50-200 g/kg pasta cap sebagai zat higroskopis (jumlah urea bergantung pada besarnya suhu
fiksasi) adalah penting untuk menjaga kelembaban pasta cap dan reaksi zat warna dengan
serat terjadi sesuai yang diinginkan, sehingga hasil pewarnaan optimum.
Fiksasi dengan udara panas dapat diterapkan karena ukuran zat warna reaktif yang relatif kecil
dan afinitasnya rendah. Penambahan urea sebanyak 100-200 g/kg pasta cap sangat penting
dan seleksi zat warna lebih ketat dibanding untuk fiksasi pengukusan. Zat warna reaktif yang
memiliki difusi dan reaktifitas tinggi menghasilkan pewarnaan yang terbaik, misalnya dari
golongan klorotriazindan vinil sulfon. Suhu udara panas antara 140-160°C selama 3-6 menit
atau 1 menit pada 180°C.
Fiksasi dengan cara penganginan dilakukan jika zat warna reaktif yang digunakan mempunyai
reaktifitas yang tinggi (zat warna reaktif dingin). Dalam hal ini jumlah soda abu pada resep di
atas diganti dengan campuran antara 5 gram soda abu dengan 20 gram soda kue. Setelah kain
dicap dengan pasta cap mengandung alkali, dilakukan penganginan selama 24-48 jam.
Pengental alginat dibuat dengan cara menambahkan bubuk pengental alginat sedikit demi
sedikit ke dalam air panas dalam ember plastik sambil diaduk dengan mixer sampai homogen.
Pasta cap:
Semua zat pembantu yang tidak dalam bentuk larutan harus dilarutkan lebih dahulu dengan air
atau air panas, agar tidak mengganggu homogenitas pasta cap. Zat warna dilarutkan dengan
air ditambah urea untuk membantu kelarutan zat warna reaktif. Siapkan pengental dalam ember
plastik, kemudian sambil diaduk tambahkan zat warna, anti reduksi, dan terakhir setelah dingin
tambahkan alkali, misalnya natrium bikarbonat.
2. Tahap pencapan
Setelah meja cap, kain, pasta cap, kasa dan peralatan lain siap, maka pencapan kain kapas dengan zat
warna reaktif dapat segera dilakukan sesuai dengan metode yang dipilih (fiksasi pengukusan/udara
panas atau pengangin-anginan.
- Pengental berfungsi untuk meningkatkan kekentalan pasta cap, melekatkan zat warna pada
bahan tekstil dan sebagai pengatur viskositas.
- Urea berfungsi sebagai zat higroskopis dan membantu pelarutan zat warna reaktif.
- Alkali berfungsi untuk memberikan suasana alkali dan membantu proses fiksasi zat warna
reaktif.
- Ludigol berfungsi sebagai zat anti reduksi.
Pengeringan
Bilas
Cuci dingin
Pengeringan
Keterangan:
Untuk fiksasi pengukusan atau udara panas dapat dilakukan dengan cara:
2. Resep pencapan
Contoh resep pencapan metoda pencapan satu tahap:
- Urea 100 g
- Air 250 g
- Ludigol 1 : 2 30 g
- Balance x g
1000 g
3. Resep pencucian
- Teepol 2 g/L
- Suhu 90°C
- Waktu 15 menit
3.3 Prosedur
1. Siapkan meja cap (harus bersih, meja dapat dilap bila perlu), kain, kasa dan alat pencapan
lainnya.
2. Siapkan zat warna reaktif, pengental, dan zat pembantunya untuk pencapan serat kapas,
sesuai warna dan tahan luntur yang dipersyaratkan.
3. Hitunglah kebutuhan pengental, zat warna, air dan zat pembantu pencapan sesuai dengan
resep.
4. Lakukan proses pencapan sesuai tahap proses dan diagram alir pencapan yang digunakan.
5. Evaluasi dan analisa hasil pencapannya.
4. Rangkuman pembelajaran 8
Pencapan kain kapas dengan zat warna reaktif dapat dikerjakan dengan cara satu tahap (all-in-
method) dan dua tahap.
- Diangin-angin
- Penguapan dengan uap normal: 102°C ~ 3-8 menit
- Termofikasi dengan udara panas: 150°C ~ 3 menit
- Penguapan dengan uap suhu tinggi: 170-130°C ~ 4-6 menit
Perencanaan proses pencapan kain kapas dengan zat warna reaktif diawali dengan
mengidentifikasi contoh warna motif yang dipersyaratkan, terutama dalam hal warna motif dan
ketahanan lunturnya. Dari spesifikasi tersebut dapat direncanakan proses pencapan yang tepat
dalam memilih zat warna, membuat diagram alir proses dan resep pencapannya. Selanjutnya
dilakukan pencapan sesuai diagram alir, lalu hasil capnya dianalisis dan dievaluasi apakah
telah sesuai dengan yang dipersyaratkan atau tidak.
5. Umpan balik
5.1 Tugas
1. Carilah contoh struktur zat warna reaktif.
2. Carilah pustaka, bagaimana terjadinya ikatan antara zat warna reaktif dengan serat kapas.
3. Carilah beberapa proses fiksasi yang dapat diterapkan pada proses pencapan dengan zat
warna reaktif metoda satu tahap.
1. Berdasarkan kereaktifannya, dikenal dua jenis zat warna reaktif, yaitu? Jelaskan perbedaan
tingkat kereaktifan dari kedua jenis zat warna reaktif tersebut!