JUDUL
Identifikasi Zat Warna pada Golongan II di Serat Protein
Sifat-sifat umum :
Zat warna reaktif dikenal sebagai zat warna yang dapat bereaksi
secara kimia dengan serat selulosa dalam ikatan yang stabil. Ikatan ini
memberikan sifat tahan luntur warna yang baik terhadap pelarut organik dan
air. Karena tidak ada cara yang khusus untuk menguji zat warna reaktif,
maka perlu diadakan dulu pengujian yang menunjukkan zat warna tersebut
adalah zat warna reaktif.
Alat : Bahan :
a. Tabung reaksi dan raknya a. Kain contoh uji ,, dan
b. Penjepit tabung reaksi b. Kain kapas putih
c. Pipet ukur dan Filler c. Serat wool
d. Pipet tetes d. Kain kapas naftol
e. Kertas e. Kertas lakmus
f. Gelas piala Pereaksi :
g. Batang pengaduk a. NaOH 10%
h. Penangas air b. Na2SO4 (s)
c. Ch3COOH/ asam sulfat pekat
d. Alkohol
e. NaCl
f. Parafin
g. DMF 1:1 dan DMF 100%
h. (Na2SO4 + H2SO4)l
i. H2O
V. CARA KERJA
V.1 Pengujian Zat Warna Bejana
a. Masukan kain contoh uji tambahkan 2 mL air dan 2 mL NaOH 10%,
didihkan kemudian tambahkan Na2S2O4 didihkan lagi selama satu
menit,
b. Ambil kain contoh uji masukan kapas putih dan NaCl didihkan selama
dua menit, biarkan dingin,
c. Kapas tercelup kembali dengan warna contoh asli tetapi lebih muda
menunjukkan zat warna bejana.
d. Masukan kain contoh uji ke dalam lelehan parafin dalam sendok,
e. Apabila padatan parafin pada kertas saring berwarna maka menunjukkan
adanya zat warna bejana (Zat warna belerang tidak mewarnai parafin).
V.2 Pengujian Zat Warna Naftol
a. Masukan kain contoh uji ke dalam tabung reaksi, tambahkan NaOH 10%,
alkohol, didihkan selama satu menit kemudian tambahkan Na2S2O4
didihkan lagi selama satu menit,
b. Keluarkan kain contoh uji kemudian oksidasi dengan udara, Warna tidak
kembali ke warna semula maka menunjukkan zat warna golongan III.
c. Lunturan ditambahkan dengan NaCl, kapas naftol, panaskan lalu contoh
ujici amati di bawah sinar UV, jika kain berpendar menujukan zat warna
naftol.
d. Masukan kain contoh uji ke dalam lelehan parafin dalam sendok,
e. Apabila padatan parafin pada kertas saring berwarna maka menunjukkan
adanya zat warna naftol.
V.3 Pengujian Zat Warna Reaktif
a. Masukan kain contoh uji dalam larutan DMF 1 : 1, didihkan selama dua
menit lalu amati warnanya,
b. Ulangi pengerjaan dengan menggunakan larutan DMF 100%.
c. Evaluasi : Pewarnaan muda pada larutan DMF 1 : 1 dan tidak terwarnai
pada DMF 100% menunjukan zat warna Reaktif.
d. Kain contoh uji ditambahkan NaOH 5%, H2SO4 + wol, wol terwarnai
menunjukan zat warna reaktif,
e. Kain contoh uji ditambahkan Na2SO4 + H2SO4 + wol, wol terwarnai
menunjukan zat warna reaktif.
VI. DATA PENGAMATAN
( Terlampir )
VII. PEMBAHASAN
VII.1 Zat warna Bejana
Dalam penentuan uji bejana dilakukan dengan dua cara uji. Uji
pertama yaitu dengan uji pencelupan pada kain kapas. Contoh uji
ditambahkan kedalam NaOH lalu didihkan dan ditambah Na2S2O4 ditambah
2 kapas didihkan kembali. Pelunturannya digunakan pereduksi Na2S2O4 yang
menyebabkan sistem terkonjugasi sehingga molekul zat warna larut dalam
air, karena Zat Warna Bejana memiliki struktur molekul yang kecil tidak
berwarna dan harus dibentuk leuko agar berawarna, tidak larut dalam air
sehingga ketahanan luntur terhadap pencuciannya tinggi dan mengadakan
ikatan dengan ion zat warna berupa ikatan ionik (elektrovalen).
Kapas pertama dioksidasi di dalam udara pencelupan kembali menggunakan
kain kapas tidak terwarnai saat kain kapas dikeluarkan setelah dicelup
namun akan terwarnai muda setelah oksidasi udara selama ±10 menit. Pada
analisa contoh uji no 88,2, dan 50 tidak ada yang tercelup muda.
Kapas kedua digunakan uji dengan NaOCl direndam dan dicuci,
berdasarkan literature zat warna bejana tidak akan rusak dengan oksidator
pada kain contoh uji 88,2, dan 50 tidak rusak dengan oksidator.
Uji kedua adalah uji penetuan dengan parafin, contoh uji di masukkan
kedalam lelehan parafin panas, contoh uji no 50 lelehan parafin terwarna
sedangkan 2 dan 88 tidak terwarnai. Zat warna bejana akan mewarnai
parafin karena sifat nya yang tidak larut/hidrofob sehingga saat dilakukan
pemanasan maka pori-pori zat warna bejana akan terbuka dan mewarnai
parafin.
Contoh uji no 50 adalah zat warna bejana, namun saat pemeriksaan
contoh uji no 50 adalah zat warna naftol, kesalahan ini dapat terjadi karena
parafin terwarnai tidak hanya pada bejana tetapi juga pada naftol.
VIII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, Agung. 2004. Pengujian Zat Warna Pada Protein. Bandung : Politeknik
STTT Bandung.
GROUP : 2K1
ASISTEN : Kurniawan,S.Si.,MT
Witri A.S.,S.ST
2018