Anda di halaman 1dari 9

I.

JUDUL
Identifikasi Zat Warna pada Golongan II di Serat Protein

II. MAKSUD dan TUJUAN


Maksud :
Mampu mengidentifikasi zat warna pada serat protein
Tujuan :
1. Mampu mengidentifikasi zat warna Bejana pada kain contoh uji
2. Mampu mengidentifikasi zat warna Naftol pada kain contoh uji
3. Mampu mengidentifikasi zat warna Reaktif pada kain contoh uji

III. DASAR TEORI


III.1 Zat Warna Bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam
pencelupannya harus dirubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa
leuko tersebut memiliki substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat
tercelup.
Adanya oksidator atau oksigen dari udara, bentuk leuko yang
tercelup dalam serat tersebut akan teroksidasi kembali kebentuk semula
yaitu pigmen zat warna bejana.
Senyawa leuko zat warna bejana golongan indigoida larut dalam
alkali lemah sedangkan golongan antrakwinon hanya larut dalam alkali kuat
dan hanya sedikit berubah warnanya dalam larutan hipiklorit. Umunya zat
warna turunan tioindigo dan karbasol warna hampir hilang dalam uji
hipoklorit dan didalam larutan pereduksi warnanya menjadi kuning. Ikatan
zat warna bejana dengan serat antara lain ikatan hydrogen dan ikatan
sekunder seperti gaya-gaya Van der Waals.hanya saja karena zat warna
bejana tidak larut dalam air maka ketahanan luntur dan cucinya tinggi.
Larutan ekstrak contoh uji yang telah larut ditambah Na2S2O4, dan
dilakukan pencelupan kapas dengan bantuan NaCl. Kemudian kapas
dioksidasi dengan NaNO2 dan Na2Cr2O7 dalam asam asetat warna akan
timbul kembali.
Contoh Struktur molekul Zat Warna Bejana Larut. (Gambar a )

III.2 Zat Warna Naftol


Zat warna naftol atau zat warna ingrain merupakan zat warna yang
terbentuk di dalam serat dari komponen penggandeng, (coupler) yaitu naftol
dan garam pembangkit, yaitu senyawa diazonium yang terdiri dari senyawa
amina aromatik. Zat warna ini juga disebut zat warna es atau ”ice colours”,
karena pada reaksi diazotasi dan kopling diperlukan bantuan es.
Penggunaannya terutama untuk pencelupan serat selulosa. Selain itu juga
dapat dipergunakan untuk mencelup serat protein (wol, sutera) dan serat
poliester.
Zat warna naftol termasuk golongan zat warna azo yang tidak larut
dalam air. Untuk membedakan dengan jenis zat warna azo lainnya sering
juga disebut zat warna azoic. Daya serapnya (substantivitas) terhadap serat
selulosa kurang baik dan bervariasi, sehingga dapat digolongkan dalam 3
golongan, yaitu yang mempunyai substantivitas rendah, misalnya Naftol AS,
substantivitas sedang, misalnya Naftol AS – G dan substantivitas tinggi,
misalnya Naftol AS – BO.
Sifat utama dari zat warna naftol ialah tahan gosoknya yang kurang,
terutama tahan gosok basah, sedang tahan cuci dan tahan sinarnya sangat
baik. Zat warna naftol baru mempunyai afinitas terhadap serat selulosa
setelah diubah menjadi naftolat, dengan jalan melarutkannya dalam larutan
alkali.
Garam diazonium yang dipergunakan sebagai pembangkit tidak
mempunyai afinitas terhadap selulosa, sehingga cara pencelupan dengan
zat warna naftol selalu dimulai dengan pencelupan memakai larutan naftolat,
kemudian baru dibangkitkan dengan garam diazonium.
Zat warna naftol dapat bersifat poligenik, artinya dapat memberikan
bermacammacam warna, bergantung kepada macam garam diazonium yang
dipergunakan dan dapat pula brsifat monogetik, yaitu hanya dapat
memberikan warna yang mengarah ke satu warna saja, tidak bergantung
kepada macam garam diazoniumnya. Gambar b Struktur Zat Warna Naftol
AS-BO.

III.3 Zat Warna Reaktif


Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat, sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari
serat (ikatan kovalen). Oleh karena itu zat warna ini mempunyai ketahanan
cuci yang baik ( tahan luntur tinggi ) . Zat warna ini mempunyai berat molekul
yang kecil oleh karena itu kilapnya lebih baik dibandingkan dengan zat
warna direk.

Sifat-sifat umum :

a. Larut dalam air


b. Berikatan kovalen dengan serat
c. Karena kebanyakan gugusnya azo maka zat warna ini mudah rusak oleh
reduktor kuat
d. Tidak tahan terhadap oksidator yang mengandung klor ( NaOCl )

Zat warna reaktif dikenal sebagai zat warna yang dapat bereaksi
secara kimia dengan serat selulosa dalam ikatan yang stabil. Ikatan ini
memberikan sifat tahan luntur warna yang baik terhadap pelarut organik dan
air. Karena tidak ada cara yang khusus untuk menguji zat warna reaktif,
maka perlu diadakan dulu pengujian yang menunjukkan zat warna tersebut
adalah zat warna reaktif.

Contoh Struktur molekul Zat Warna Reaktif.

IV. ALAT dan BAHAN

Alat : Bahan :
a. Tabung reaksi dan raknya a. Kain contoh uji ,, dan
b. Penjepit tabung reaksi b. Kain kapas putih
c. Pipet ukur dan Filler c. Serat wool
d. Pipet tetes d. Kain kapas naftol
e. Kertas e. Kertas lakmus
f. Gelas piala Pereaksi :
g. Batang pengaduk a. NaOH 10%
h. Penangas air b. Na2SO4 (s)
c. Ch3COOH/ asam sulfat pekat
d. Alkohol
e. NaCl
f. Parafin
g. DMF 1:1 dan DMF 100%
h. (Na2SO4 + H2SO4)l
i. H2O

V. CARA KERJA
V.1 Pengujian Zat Warna Bejana
a. Masukan kain contoh uji tambahkan 2 mL air dan 2 mL NaOH 10%,
didihkan kemudian tambahkan Na2S2O4 didihkan lagi selama satu
menit,
b. Ambil kain contoh uji masukan kapas putih dan NaCl didihkan selama
dua menit, biarkan dingin,
c. Kapas tercelup kembali dengan warna contoh asli tetapi lebih muda
menunjukkan zat warna bejana.
d. Masukan kain contoh uji ke dalam lelehan parafin dalam sendok,
e. Apabila padatan parafin pada kertas saring berwarna maka menunjukkan
adanya zat warna bejana (Zat warna belerang tidak mewarnai parafin).
V.2 Pengujian Zat Warna Naftol
a. Masukan kain contoh uji ke dalam tabung reaksi, tambahkan NaOH 10%,
alkohol, didihkan selama satu menit kemudian tambahkan Na2S2O4
didihkan lagi selama satu menit,
b. Keluarkan kain contoh uji kemudian oksidasi dengan udara, Warna tidak
kembali ke warna semula maka menunjukkan zat warna golongan III.
c. Lunturan ditambahkan dengan NaCl, kapas naftol, panaskan lalu contoh
ujici amati di bawah sinar UV, jika kain berpendar menujukan zat warna
naftol.
d. Masukan kain contoh uji ke dalam lelehan parafin dalam sendok,
e. Apabila padatan parafin pada kertas saring berwarna maka menunjukkan
adanya zat warna naftol.
V.3 Pengujian Zat Warna Reaktif
a. Masukan kain contoh uji dalam larutan DMF 1 : 1, didihkan selama dua
menit lalu amati warnanya,
b. Ulangi pengerjaan dengan menggunakan larutan DMF 100%.
c. Evaluasi : Pewarnaan muda pada larutan DMF 1 : 1 dan tidak terwarnai
pada DMF 100% menunjukan zat warna Reaktif.
d. Kain contoh uji ditambahkan NaOH 5%, H2SO4 + wol, wol terwarnai
menunjukan zat warna reaktif,
e. Kain contoh uji ditambahkan Na2SO4 + H2SO4 + wol, wol terwarnai
menunjukan zat warna reaktif.
VI. DATA PENGAMATAN
( Terlampir )

VII. PEMBAHASAN
VII.1 Zat warna Bejana
Dalam penentuan uji bejana dilakukan dengan dua cara uji. Uji
pertama yaitu dengan uji pencelupan pada kain kapas. Contoh uji
ditambahkan kedalam NaOH lalu didihkan dan ditambah Na2S2O4 ditambah
2 kapas didihkan kembali. Pelunturannya digunakan pereduksi Na2S2O4 yang
menyebabkan sistem terkonjugasi sehingga molekul zat warna larut dalam
air, karena Zat Warna Bejana memiliki struktur molekul yang kecil tidak
berwarna dan harus dibentuk leuko agar berawarna, tidak larut dalam air
sehingga ketahanan luntur terhadap pencuciannya tinggi dan mengadakan
ikatan dengan ion zat warna berupa ikatan ionik (elektrovalen).
Kapas pertama dioksidasi di dalam udara pencelupan kembali menggunakan
kain kapas tidak terwarnai saat kain kapas dikeluarkan setelah dicelup
namun akan terwarnai muda setelah oksidasi udara selama ±10 menit. Pada
analisa contoh uji no 88,2, dan 50 tidak ada yang tercelup muda.
Kapas kedua digunakan uji dengan NaOCl direndam dan dicuci,
berdasarkan literature zat warna bejana tidak akan rusak dengan oksidator
pada kain contoh uji 88,2, dan 50 tidak rusak dengan oksidator.
Uji kedua adalah uji penetuan dengan parafin, contoh uji di masukkan
kedalam lelehan parafin panas, contoh uji no 50 lelehan parafin terwarna
sedangkan 2 dan 88 tidak terwarnai. Zat warna bejana akan mewarnai
parafin karena sifat nya yang tidak larut/hidrofob sehingga saat dilakukan
pemanasan maka pori-pori zat warna bejana akan terbuka dan mewarnai
parafin.
Contoh uji no 50 adalah zat warna bejana, namun saat pemeriksaan
contoh uji no 50 adalah zat warna naftol, kesalahan ini dapat terjadi karena
parafin terwarnai tidak hanya pada bejana tetapi juga pada naftol.

Reaksi yang terjadi :

VII.2 Zat Warna Naftol


Pada pengujian zat warna naftol dilakukan 2 uji, Uji pertama yaitu
contoh uji di tambahkan 1 ml NaOH, digunakan NaOH karena Zat Warna
Naftol tidak larut dalam air tetapi larut sementara dalam kostik lalu
ditambahkan alkohol lalu dipanaskan dan ditambahkan Na2S2O4 didihkan
dan ditambahkan NaCl dan dua kapas naftol, digunakan kapas naftol karena
apabila menggunakan kapas putih biasa dikhawatirkan terdapat OBA yang
belum hilang karena akan berpengaruh pada uji dibawah sinar UV.
Setelah 2 kapas contoh uji di cuci pertama di keringkan dan dilihat
dibawah sinar UV, contoh uji 88 berpendar dibawah sinar UV, sedangkan
contoh uji no 2 dan 55 berpendar biru dibawah sinar UV.
Uji kedua yaitu dengan garam naftol, garam naftol akan mewarnai
kapas naftol, pada analisa contoh uji no 88 terwarnai oleh garam naftol
sedangkan pada contoh uuji 2 dan 55 tidak terwarnai oleh garam naftol.
Berdasarkan data dapat dianalisa bahwa contoh uji no 88 adalah kain
yang dicelup oleh zat warna naftol tetapi saat pemeriksaan contoh uji no 88
adalah kain yang dicelup oleh zat warna reaktif. Hal yang dapat dievaluasi
adalah pada saat uji berpendar dibawah sinar UV berwarna kuning dari hasil
kotoran.

Reaksi yang terjadi :

VII.3 Zat Warna Reaktif


Pada pengujian zat warna reaktif dilakukan uji pendahuluan terlebih
dahulu yaitu dengan menggunakan pelarut DMF. Contoh uji direndam
didalam 1 mL DMF 1:1 dan DMF 100%, zat warna reaktif akan luntur banyak
dan muda pada DMF 1:1 karena zat warna reaktif tidak dapat luntur pada
DMF pekat, sehingga harus ada air nya karena kandungan DMF adalah 50%
DMF dan 50% air. Contoh uji 2 terwarnai muda di DMF 1:1 dan contoh uji 88
dan 50 tidak terwarnai di DMF 1:1 tetapi terwarnai di DMF 100%. Tetapi uji
DMF ini tidak dapat dijadikan acuan.
Selanjutnya uji penentuan, uji penentuan satu yaitu dengan cara
contoh uji ditambah dengan NaOh 10% kemudian di panaskan dan ditambah
H2SO4 dan duji dengan kertas lakmus, lakmus biru akan berubah warna
menjadi merah.
Masukkan benang wol dan kain kapas kedalam lunturan kemudian
panaskan. Wol akan tercelup bila menggunakan zat warna reaktif, pada
contoh uji no2 benang wool tercelup lebih tua dibandingkan dengan contoh
uji no 88 dan 50.
Uji penentuan kedua yaitu contoh uji ditambah 2 mL larutan
(Na2S2O4+H2SO4 ) ditambahkan kapas dan wool, pada evaluasi wool akan
tercelup lebih tua dibandingkan kapas. contoh uji no2 benang wool tercelup
lebih tua dibandingkan dengan contoh uji no 88 dan 50.
Uji penentuan ketiga yaitu dengan NaOCl, contoh uji direndam pada
larutan NaOCl, hasil evaluasi menunjukkan bahwa ketiga contoh uji tidak
dirusak oleh NaOCl.
Reaksi yang terjadi :

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan pengamatan


dengan kesimpulan :
a. Contoh uji no 2 adalah zat warna Bejana karena akrilat tercelup tua
b. Contoh uji no 50 adalah zat warna Naftol karena kapas tercelup tua
c. Contoh uji no 88 adalah zat warna Reaktif karena wool tercelup tua

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, Agung. 2004. Pengujian Zat Warna Pada Protein. Bandung : Politeknik
STTT Bandung.

John,Shore. 2002. Colorant and Auxiliaries vol 1. Manchester,UK.

Rahayu, Hariyanti.1993.Penuntun Praktikum Evaluasi tekstil Kimia II. Bandung :


STTT Bandung.
Ralph,Fessenden.1984.Kimia Organik Jilid 2.Jakarta : Erlangga

Wibowo moerdoko.1975.Evaluasi Tekstil bagian kimia.Bandung : ITT

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL II

IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA PROTEIN

NAMA : Adzarani Alifanisa Fauzi


NPM : 17020006

GROUP : 2K1

DOSEN : Maya K.,S.Si T.M.T

ASISTEN : Kurniawan,S.Si.,MT

Witri A.S.,S.ST

POLITEKNIK STTT BANDUNG


(Jl. Jakarta No.31, Kebonwaru, Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat 40272)

2018

Anda mungkin juga menyukai