Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA BELERANG


METODE EXHAUST VARIASI Na2S
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktikum Pencelupan 1

Disusun Oleh : Risna Alifia Nur’aini

NPM : 18020074

Kelompok :3

Grup : 2K4

Dosen : Wulan S.,S.ST,M.T.

Asisten Dosen : Eka O., S.ST.M.T.

David Christian, S.ST.

POLITEKNIK STT TEKSTIL BANDUNG

PRODI KIMIA TEKSTIL

2020/2021
I. JUDUL

Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Belerang Variasi Na2S Metode Exhaust.

II. MAKSUD

Maksud dari praktikum ini adalah untuk melakukan proses pencelupan kain kapas
menggunakan zat warna belerang metode exhaust dan melakukan evaluasi ketuaan dan
kerataan warna.

III. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi Na2S terhadap
proses pencelupan kain kapas dengan zat warna belerang.

IV. DASAR TEORI


IV.1 Serat Kapas
Serat selulosa merupaka serat yang bersifat hidrofil yang strukturnya berupa
polimer selulosa, dengan derajat polimerisasi yang bervariasi. Makin rendah DP
maka daya serap serat makin besar contoh : (MR) rayon 11-13% dan kapas 7-8%.

Struktur serat selulosa adalah sebagai berikut,

H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

Gambar Struktur molekul selulosa

Gugus hidroksil primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan
untuk mengadakan ikatan dengan zat warna direk berupa ikatan hidrogen. Serat
selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan asam, sehingga pengerjaan
proses persiapan penyempurnaan dan pencelupannya lazim dilakukan dalam
suasana netral atau alkali. Bahan yang akan dicelup biasanya sudah melalui proses
pre-treatment. Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat kimia selulosa,
yaitu :
a. Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
b. Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
c. Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
d. Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang menyebabkan
penggelembungan serat.
e. Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik gugus
hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus hidroksil
dalam molekul air. Sehingga serat yang memiliki banyak gugus hidroksil akan lebih
mudah menyerap air. Maka akan dengan mudahnya molekul-molekul air terserap
kedalam serat dan hal tersebut akan menyebabkan serat mudah dicelup. Alkali
mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali alkali kuat akan dengan
konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada serat.

IV.2 Zat Warna Belerang


4.2.1. Pengertian Zat warna belerang
Zat warna belerang adalah zat warna yang setiap struktur molekulnya
selalu terdapat rantai belerang. Zat warna belerang tidak larut di dalam air,
tetapi dapat larut dalam larutan natrium sulfida sebagai larutan pereduksi,
dengan atau tanpa penambahan natrium karbonat. Natrium sulfida yang
bertindak sebagai pereduksi, memutuskan rantai belerang dan memecahkan
molekul menjadi komponen yang lebih sederhana yang larut dalam suasana
alkali dan substantif terhadap serat selulosa. Terbentuknya tiolat yang
mengandung gugus SNa, akan terserap oleh serat dan akan mudah teroksidasi
membentuk zat warna yang mengendap didalam serat dan memberikan
ketahanan luntur yang sangat baik dalam pencucian.

Struktur molekul zat warna belerang, CI Sulphur Red 5


4.2.2. Sifat Umum Zat Warna Belerang
Sifat umum zat warna belerang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang
sebagai kromofor dan gugusan samping yang berguna dalam proses
pencelupan.
2. Struktur molekulnya sangat kompleks dan zat warna belerang tidak larut
dalam air, karena itu diperlukan reduktor dalam suasana alkali untuk
melarutkannya.
3. Murah harganya dan mudah pemakaiannya.
4. Ketahanan luntur warna terhadap terhadap pencucian baik, sedangkan
terhadap sinar cukup.
5. Tidak tahan terhadap klor
6. Warnanya agak suram. Umumnya zat warna semula akan terbentuk
setelah dilakukan proses oksidasi dengan udara atau semua jenis oksidator
kecuali oksidator yang mengandung klor seperti kaporit dan natrium
hipoklorit.
7. Pereduksi kuat akan menguraikan ikatan sulfida. Jenis pereduksi yang
sering digunakan adalah natrium sulfida dan natrium hidrosulfit.
8. Zat warna belerang dalam bentuk tereduksi mempunyai sifat seperti zat
warna direk, yangpenyerapannya meningkat dengan penambahan
elektrolit.
9. Cara penyimpanan zat warna belerang dalam bejana tertutup, terhindar
dari sinar matahari langsung dan dalam kondisi kering. Meskipun
tindakan pencegahan ini dilakukan, zat warna belerang tidak dapat
disimpan dalam jangka waktu yang tidak terbatas karena selama
penyimpanan tersebut besar kemungkinan terjadi kemunduran yang
berangsur-angsur.
4.2.3. Mekanisme pencelupan zat warna belerang
Tahapan Proses Pencelupan dengan Zat Warna Belerang:
a. Pelarutan zat warna belerang
Na2S + 4H2O Na2SO4 + 8 Hn

+Na2CO3
N D-S-S-D + 2n Hn 2n D-S-H 2n D-S-Na
Zw.Belerang Asam Leuco Garam Leuco
(tidak larut) (sedikit larut) (larut)

b. Pencelupan
Dengan dibantu NaCl sebagai pendorong penyerapan zat warna, garam
leuco akan masuk ke pori-pori serat kapas.
Selulosa + 2n D-S-Na Selulosa-2n D-S-Na

c. Oksidasi (pembangkitan warna)


Garam leuco zat warna belerang dalam serat dirubah menjadi zat warna
belerang yang tidak larut dan berikatan secara fisika dengan serat.
Selulosa 2n D-S-Na Selulosa n(D-S-S-D)

d. Pencucian dan proses tambahan (bila diperlukan)


Selain unsur belerang yang terdapat pada kromofor dan jembatan
disulfide, unsur belerang lain adalah belerang bebas sebagai zat pengotor.
Zat pengotor ini terutama ketika pencelupan warna tua sering
menimbulkan efek bronzing, yaitu pegangan kain hasil pencelupan jadi
kasar dan warnanya lebih suram.

V. ALAT DAN BAHAN

V.1Alat
 Gelas kimia 500 mL
 Batang pengaduk
 Timbangan digital
 Termometer
 Kasa + kaki tiga
 Bunsen
 Gelas ukur 100 mL
 Pipet ukur
 Mesin stenter
V.2Bahan
 Zat warna Belerang
 Wetting Agent
 Kain Kapas
 Na2S
 Na2CO3
 H2O2
 NaCl
 Air

VI. RESEP

VI.1 Resep Pencelupan


Zat warna belerang : 1% owf
Zat pembasah : 1 ml/L
Na2S : 2 g/L dan 4 g/L variasi resep
NaCl : 30 g/L
Na2CO3 : 4 g/L
Vlot : 1:50
Suhu : 90oC

Waktu : 30 menit

VI.2 Resep Pembangkitan Warna (Oksidasi)


H2O2 : 3 mL/L
Vlot : 1 : 20
Waktu : 15 menit
Suhu : 60 oC

VI.3 Resep Pencucian


Sabun : 1 ml/L
Na2CO3 : 1 g/L
Vlot : 1:20
Suhu : 80oC
Waktu : 15 menit
VII. SKEMA PROSES

ZW 90oC
Wetting
agent
Na2S
Na2CO3 NaCl
40oC

30oC

10 ‘ 40 ‘ 70 ‘ 90 ‘

VIII. DIAGRAM ALIR

Pembuatan larutan
leuco atau Persiapan Larutan
perdispersian zat Celup
Proses Pencelupan
warna

Pembangkitan
Proses Pencucian warna (oksidasi)

IX. FUNGSI ZAT


- Na2CO3 berfungsi untuk merubah asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco
yang larut, juga berfungsi sebagai pencuci.
- Zat warna belerang berfungsi untuk mewarnai kain.
- Pembasah berfungsi untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain.
- NaCl berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna.
- Na2S berfungsi sebagai reduktor untuk mereduksi zat warna belerang menjadi
asam leuco.
- H2O2 berfungsi untuk mengoksidasi garam leuco zat warna belerang agar kembali
ke bentuk semula yang tidak larut (untuk pembangkitan warna).
- Sabun berfungsi untuk proses pencucian setelah proses pencelupan guna
menghilangkan zat warna belerang yang menempel dipermukaan serat hasil
celupan

X. PERHITUNGAN RESEP

a. Resep Pencelupan

Larutan induk zat warna belerang 1% : 0,5 gram zat warna direk diencerkan dengan air
hingga 50 mL sebagai faktor pengenceran.
1. Resep I
 Berat bahan : 4,27 gram
 Kebutuhan larutan : Vlot x Berat bahan
: 50 x 4,27
: 213,5 mL
1
 Zat warna belerang 1% : × Berat bahan
100
1
: × 4,27
100
: 0,042 gram
Kebutuhan zat warna : zat warna yang ditimbang x faktor
pengenceran
: 0,042 x 50
: 2,1 mL
1
 Pembasah : × 213,5
1000
: 0,2 mL
2
 Na2S2 : × 213,5
1000
: 0,4 gram
30
 NaCl : × 213,5
1000
: 6,4 gram
4
 Na2CO3 : × 213,5
1000
: 0,8 gram
 Kebutuhan air :kebutuhan larutan-(zat warna + pembasah)
: 213,5 – (2,1 + 0,2)
: 211,2 mL
2. Resep II
 Berat bahan : 4,39 gram
 Kebutuhan larutan : Vlot x Berat bahan
: 50 x 4,39
: 219,5 mL
1
 Zat warna belerang 1% : × Berat bahan
100
1
: × 4,39
100
: 0,043 gram
Kebutuhan zat warna : zat warna yang ditimbang x faktor
pengenceran
: 0,043 x 50
: 2,2 mL
1
 Pembasah : × 219,5
1000
: 0,2 mL
4
 Na2S : × 219,5
1000
: 0,8 gram
4
 Na2CO3 : × 219,5
1000
: 0,8 gram
30
 NaCl : × 219,5
1000
: 6,6 gram
 Kebutuhan air :kebutuhan larutan-(zat warna + pembasah)
: 219,5 – (2,2 + 0,2)
: 217,1 mL
b. Resep Oksidasi
1. Resep I
3
 H2O2 : × 20 x 4,27
1000
: 0,2 mL
 Kebutuhan air : 85,4 – 0,2
: 85,2 mL
2. Resep II
3
 H2O2 : × 20 x 4,39
1000
: 0,26 mL
 Kebutuhan air : 87,8 – 0,26
: 87,54 mL

XI. DATA PENGAMATAN

1 2
Kain ke-
(Na2S 2 g/L) (Na2S 4 g/L)

Rangking 2
Ketuaan Rangking 1
(Muda)
Warna (Tua)

Kerataan Rangking 2 Rangking 1


Warna (Cukup rata) (Rata)

XII. DISKUSI
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan proses pencelupan kain kapas dengan zat
warna belerang digunakan zat pembantu lain diantaranya adalah zat pembasah, NaCl,
Na2CO3 serta Na2S. Ke empat zat tersebut tentunya sangat berpengaruh pada proses
pencelupan ini, salah satunya adalah Na2S. Zat warna belerang mempunyai sifat tidak
mudah larut dan senyawanya sangat kompleks, hal ini dapat diatasi dengan penambahan
zat pereduksi pada proses pencelupannya. Zat itu adalah Na2S yang akan mereduksi zat
warna belerang dengan cara memutus jembatan belerang sehingga menjadi molekul yang
lebih sederhana hal ini membuat zat warna jadi memiliki substantifitas yang baik
terhadap serat, akibatnya zat warna dapat menyerap masuk kedalam serat.
Pada percobaan ini dilakukan variasi resep terhadap zat Na 2S yakni 2 g/L dan 4 g/L.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, pengaruh Na2S terhadap ketuaan
warna adalah semakin banyak kadar natrium sulfat yang ditambahkan pada proses
pencelupan maka warna yang akan dihasilkan akan semakin tua. Hal ini dapat terjadi
karena zat warna belerang banyak yang tereduksi menjadi molekul yang sederhana
sehingga ukurannya menjadi kecil sehingga zat warna yang menyerap ke seratnya lebih
banyak dan tidak menumpuk dipermukaan sehingga hasil yang diperoleh warnanya
menjadi semakin tua. Sedangkan untuk penambahan kadar natrium sulfat dalam jumlah
sedikit menghasilkan warna yang lebih muda sebab zat warna masih dalam bentuk
senyawa yang kompleks, maka hanya sedikit zat warna yang dapat terserap ke dalam
serat. Selain itu juga zat warna hanya mampu menumpuk di permukaan serat sebab
ukurannya masih terlalu besar untuk dapat masuk kedalam serat, sehingga ketika
dilakukan pencucian warnanya akan luntur dan menjadi berwarna muda. Maka dari itu
kain dengan ketuaan paling tinggi ada pada kain dengan variasi Na2S 4 g/L.
Pengaruh kadara natrium sulfat terhadap kerataan warna yakni semakin besar
penambahan Na2S maka akan semakin rata kain hasil celupnya. Hal ini dapat terjadi
karena dengan adanya zat pereduksi ini ukuran molekul zat warna belerang lebih kecil
sehingga memiliki substantifitas yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya,
tentunya dalam hal ini dibantu oleh elektrolit yang beguna untuk mendorong zat warna
masuk kedalam serat secara merata. Peningkatan kerataan warna juga dapat disebabkan
karena dengan penambahan Na2S dapat mengurangi terjadinya oksidasi prematur pada
proses pencelupan. Karena dengan masih adanya zat pereduksi dalam larutan celup,
garam leuco zat warna yang teroksidasi prematur dapat direduksi kembali. Maka kain
yang lebih rata ada pada kain yang memakai variasi Na2S 4 g/L.

XIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
penambahan konsentrasi Na2S berbanding lurus terhadap ketuaan dan kerataan warna
pada pencelupan dengan zat warna belerang. Konsentrasi Na2S optimum untuk
menghasilkan kain dengan ketuaan dan kerataan warna paling baik adalah 4 g/L.
DAFTAR PUSTAKA

Karyana Dede, Elly K. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan I. Bandung: Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.

Kemal, Noerati. 2012. SERAT-SERAT TEKSTIL I . Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil.

Sunarto. (2008). Teknologi Pencelupan dan Pencapan JILID 2 untuk SMK.Jakarta:


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Anda mungkin juga menyukai