Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM ZAT PEMBANTU TEKSTIL

ZAT AKTIF PERMUKAAN


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Praktikum Zat Pembantu Tekstil

Oleh :

Nama : Risna Alifia Nur’aini

NPM : 18020074

Grup : 2K4

Dosen : Wulan S.,S.ST., M.T.

Asisten : Mia F.,S.ST.

Samuel M.,S.ST.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2019/2020
I. Judul Praktikum
I.1 Pengujian Daya Tahan Sadah
I.2 Pengujian Daya Tahan Asam
I.3 Pengujian Daya Tahan Alkali
I.4 Uji Daya Tahan Basah
I.5 Density
I.6 Viskositas
I.7 Penggolongan Zat Aktif Permukaan
I.8 Solid Content
I.9 MBAS
I.10 Clouding Point

II. Maksud dan Tujuan


II.1Pengujian Daya Tahan Sadah
Untuk mengetahui daya tahan zat aktif permukaan terhadap garam penyebab
sadah dari air sadah 20°, 30° dan 40° DH.
II.2Pengujian Daya Tahan Asam
Untuk mengetahui daya tahan zat aktif permukaan terhadap larutan asam dengan
konsentrasi tertentu.
II.3Pengujian Daya Tahan Alkali
Untuk mengetahui daya tahan zat aktif permukaan terhadap alkali dengan
konsentrasi tertentu.
II.4Uji Daya Tahan Basah
Untuk mengetahui daya tahan basah zat aktif permukaan, terhadap benang kapas
dengan konsentrasi tertentu.
II.5Density
Untuk mengetahui berat jenis suatu larutan zat aktif permukaan pada beberapa
konsentrasi tertentu.
II.6Viskositas
Untuk mengetahui kekentalan suatu larutan zat aktif permukaan pada beberapa
konsentrasi tertentu.
II.7Penggolongan Zat Aktif Permukaan
Untuk mengetahui penggolongan suatu zat aktif permukaan.
II.8Solid Content
Untuk mengetahui tingkat kemurnian dari suatu zat aktif permukaan.
II.9MBAS
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam MBAS, mengetahui
cara menganalisa kadar MBAS, mengetahui kandungan zat-zat dalam MBAS,
memahami cara dan tujuan analisa MBAS, dan mengevaluasi hasil proses analisa
MBAS.
II.10 Clouding Point
Untuk mengetahui titik kerja optimum dari suatu larutan zat aktif permukaan.

III. Teori Dasar


III.1 Zat Aktif Permukaan

Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan. Surfaktan ini memiliki gugus


hidrofilik dan gugus hidrofobik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri
dari air dan minyak. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya.
Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian
non polar yang suka akan minyak/lemak (hidrofobik). Bagian polar molekul surfaktan
dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan
surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air,
membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai
hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase
minyak. Umumnya bagian non polar (hidrofobik) adalah merupakan rantai alkil yang
panjang ”ekor”, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus
hidroksil dan nampak sebagai “kepala” surfaktan.

  Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air,
sedangkan gugus hidrofobik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan
minyak. Pada suatu molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan
jumlahnya. Molekul-molekul surfaktan akan diadsorpsi lebih kuat oleh air
dibandingkan dengan minyak apabila gugus polarnya yang lebih dominan. Hal ini
menyebabkan tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinyu. Sebaliknya, apabila gugus non polarnya lebih
dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diadsorpsi lebih kuat oleh
minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi
lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinyu.

Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan


permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan
konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut critical micelle concentration (cmc). Tegangan
permukaan akan menurun hingga cmc tercapai. Setelah cmc tercapai, tegangan
permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan
terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya.

Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari molekul-
molekul surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50 sampai 100
molekul asam lemak dari sabun.

Berdasarkan struktur ion : ada tidaknya muatan ion pada rantai panjang bagian
hidrofobiknya, dikenal 4 macam, yaitu : Surfaktan kationik, Surfaktan anionik,
Surfaktan nonionik, Surfaktan amfolitik.
a. Surfaktan anionic
Surfaktan ini bila terionisasi dalam air/larutan membentuk ion negatif. Surfaktan
ini banyak digunakan untuk pembuatan detergen mesin cuci, pencuci tangan dan
pencuci alat-alat rumah tangga. Surfaktan ini memiliki sifat pembersih yang
sempurna dan menghasilkan busa yang banyak. Contoh surfaktan ini yaitu,
alkilbenzen sulfonat linier, alkohol etoksisulfat, dan alkil sulfat.
b. Surfaktan nonionic
Surfaktan ini tidak dapat terionisasi dalam air/larutan sehingga surfaktan ini tidak
memiliki muatan. Dalam pembuatan detergen surfaktan ini memiliki keuntungan
yaitu tidak terpengaruh oleh keadaan air karena surfaktan ini resisten terhadap air
sadah. Selain itu juga detergen yang dihasilkan hanya menghasilkan sedikit busa.
Contohnya alkohol etoksilat.
c. Surfaktan kationik
Surfaktan ini akan terionisasi dalam air/larutan membentuk ion positif. Dalam
detergen, surfaktan ini banyak digunakan sebagai pelembut. Contohnya senyawa
amonium kuarterner
d. Surfaktan amfolitik.
Bila terionisasi dalam air/larutan akan terbentuk ion positif, ion negative atau
nonionik bergantung pada pH air/larutannya. Surfaktan ini digunakan untuk
pencuci alat-alat rumah tangga. Contoh imidazolin dan betain. 

Surfaktan anionik : umumnya merupakan garam natrium, akan terionisasi


menghasilkan Na+ dan ion surfaktannya bermuatan negatif. Surfaktan anionik
umumnya diproduksi secara besar-besaran pada industri detergen. Detergen anionik
yang digunakan adalah sekitar 75% dari seluruh surfaktan yang digunakan, dan
hampir 95% darinya adalah alkil-alkil sulfat dan alkil benzen sulfonat. Jenis ini
merupakan komponen polutan utama detergen pada air permukaan.Contoh : Natrium
dodekil sulfonat : C12H23CH2SO3-Na+, Natrium dodekil benzensulfonat :
C12H25ArSO3-Na+

Surfaktan anionic merupakan surfaktan yang memiliki gugus hidrofilik


anionik. Contoh surfaktan anionic biasa disebut “sabun” (sabun asam lemak), garam
asam alkilsulfonat (komponen utama deterjen sintetis, seperti alkil benzene sulfonat
(LAS) ), lemak alcohol sulfat (komponen utama shampoo atau deterjen netral) dan
lain-lain. Karena sabun asam lemak adalah garam dari asam lemak dan logam basa
(garam asam lemah dan basa kuat), maka sabun ini terhidrolisis dalam air dan
larutannya menjadi sedikit basa. Namun, larutan dari surfaktan anionik lainnya adalah
netral. Larutan deterjen sintetis diatur agar sedikit basa, tapi bukan disebabkan oleh
deterjen itu sendiri (deterjennya netral) melainkan karena efek dari zat tambahan
(natrium karbonat dan lain-lain). Ini merupakan perbedaan utama antara sabun dan
deterjen sintetis. surfaktan anionik yang paling umumdigunakan adalah Alkyle
Benzene Sulfonate (ABS). Surfaktananionik ini sangat tidak menguntungkan karena
ternyata sangatlambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya
rantaibercabang pada strukturnya. Oleh kerena itu ABS kemudiandigantikan oleh
surfaktan yang dapat dibiodegradasi yang dikenaldengan Linier Alkilbenzen Sulfonat
(LAS).

III.2 Pengujian daya tahan asam, alkali, dan sadah

Air sadah adalah air yang banyak mengandung ion-ion kalsium dan magnesium.
Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua yaitu air sadah sementara dan air sadah
tetap. Kedua jenis air sadah ini berbeda dalam kandungan anion dan cara
menghilangkannya. Air sadah sementara mengandung anion bikarbonat (HCO3-)
sedangkan air sadah tetap mengandung anion klorida (Cl-) dan sulfat (SO42-). Adapun
cara penghilangan untuk air sadah sementara adalah cukup dengan pemanasan
sehingga akan terbentuk terak sesuai persamaan berikut :

Ca(HCO3)2(aq) CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)


Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang
menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun
di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun tidak dapat membentuk busa,
tetapi malah membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun) yang sukar
dihilangkan. Efek ini timbul karena ion 2+ menghancurkan sifat surfaktan dari sabun
dengan membentuk endapan padat (sampah sabun tersebut). Komponen utama dari
sampah tersebut adalah kalsium stearat, yang muncul dari stearat
natrium, komponen utama dari sabun:
2 C17H35COO- + Ca2+ → (C17H35COO)2Ca
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah
kerugian. Pada industri yang menggunakan ketel uap, air yang digunakan harus
terbebas dari kesadahan. Hal ini dikarenakan kalsium dan magnesium karbonat
cenderung mengendap pada permukaan pipa dan permukaan penukar panas.
Presipitasi (pembentukan padatan tak larut) ini terutama disebabkan
oleh dekomposisi termal ion bikarbonat, tetapi bisa juga terjadi sampai batas tertentu
walaupun tanpa adanya ion tersebut. Penumpukan endapan ini dapat mengakibatkan
terhambatnya aliran air di dalam pipa. Dalam ketel uap, endapan mengganggu aliran
panas ke dalam air, mengurangi efisiensi pemanasan dan memungkinkan komponen
logam ketel uap terlalu panas. Dalam sistem bertekanan, panas berlebih ini dapat
menyebabkan kegagalan ketel uap. Kerusakan yang disebabkan oleh endapan kalsium
karbonat bervariasi tergantung pada bentuk kristal, misalnya, kalsit atau aragonit.

Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam mineral


(anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan.Asam sulfat
mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan
utama termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan
pengilangan minyak. Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah
reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi
pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari
masalah ini disebabkan perbedaan isipadu kedua cairan. Air kurang padu dibanding
asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam. Reaksi tersebut membentuk
ion hidronium:
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-.
Definisi umum dari basa atau alkali adalah senyawa kimia yang menyerap ion
hidronium ketika dilarutkan dalam air. Alkali adalah lawan dari asam, yaitu
ditunjukkan untuk unsur atau senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik
merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa
kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut
melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut. Pengujian
daya tahan alkali secara kualitatif dilakukan dengan penambahan NaOH 25% ke dalam
larutan detergen, yang kemudian dididihkan dengan memakai pendingin refluks,
dicatat adanya pemisahan minyak atau terjadinya penggaraman pada larutan detergen.
Kemudian disaring dan diambil residunya. Residu diencerkan dan dinetralkan dengan
asam dengan penunjuk indikator metil jingga.

III.3 Daya basah

Daya basah yang dilakukan pada percobaan ini menggunakan cara Brauco dan
Clarkson. Pembasahan dan penyebaran pada permukaan benda padat, bergantung
pada besarnya sudut kontak pada antar muka padat-cair dan penurunan tegangan antar
muka. Cara ini dilakukan dengan menggunakan kait dan bandul sebagai pemberat
dengan bobot tertentu. Di mana ketentuan untuk bandul pemberat adalah terbuat dari
logam timbal tahan karat, berat 40 gram dan diameter 4 cm,panjang benang pembantu
2cm.

Sejumlah berat benang dengan nomor tertentu, diberi bahan dengan kait dan bandul
tersebut dan dibiarkan tenggelam dalam larutan ZAP tersebut, hingga tercapai titik
akhir pada saat penenggelaman.

III.4 Densitas
Massa jenis atau densitas adalah suatu besaran kerapatan massa benda yang
dinyatakan dalam berat benda per satuan volume benda tersebut. Besaran massa jenis
dapat membantu menerangkan mengapa benda yang berukuran sama memiliki berat
yang berbeda. Berdasarkan rumus massa jenis yaitu massa/volume, maka satuan
massa jenis adalah satuan massa/satuan volume. Dalam sistem satuan internasionnal
(sistem SI), satuan standar untuk massa jenis atau densitas adalah kg/m3 (kilogram
per meter kubik). Pada dasarnya setiap satuan massa/satuan volume dapat digunakan
untuk menyatakan massa jenis. Beberapa satuan massa jenis yang banyak digunakan
antara lain sebagai berikut: kilogram per meter kubik (kg/m3), kilogram per liter
(kg/L), gram per milliliter (g/mL), milligram per deciliter (mg/dL), metric ton per
meter kubik (t/m3), gram per cubic centimeter (g/cc)
III.5 Viskositas
Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu Sifat cairan yang
menentukan besarnya perlawanan terhadap gayageser. Viskositas terjadi terutama
karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan. Semua fluida nyata (gas dan
zat cair) memiliki sifat-sifat khusus yang dapat diketahui, antara lain: rapat massa
(density), kekentalan (viscosity), kemampatan(compressibility), tegangan permukaan
(surface tension), dan kapilaritas(capillarity). Beberapa sifat fluida pada
kenyataannya merupakan kombinasi dari sifat-sifat fluida lainnya. Sebagai contoh
kekentalan kinematik melibatkan kekentalan dinamik dan rapat massa. Sejauh yang
kita ketahui, fluida adalah gugusan yang tersusun atas molekulmolekul dengan jarak
pisah yang besar untuk gas dan kecil untuk zat cair. Molekul-molekul itu tidak terikat
pada suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain.
Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser (t) pada
waktu bergerak atau mengalir. Kekentalan disebabkan adanya kohesi antara
partikel zat cair sehingga menyebabkan adanya tegangan geser antara molekul
molekul yang bergerak. Zat cair ideal tidak memiliki kekentalan. Kekentalan zat
cair dapat dibedakan menjadi dua yaitu kekentalan dinamik (μ) atau kekentalan
absolute dan kekentalan kinematis (n).Zat cair Newtonian adalah zat cair yang
memiliki tegangan geser (t) sebanding dengan gradien kecepatan normal terhadap
arah aliran. Gradien kecepatan adalah perbandingan antara perubahan kecepatan dan
perubahan jarak tempuh aliran.
III.6 Penggolongan zat aktif permukaan

Zat aktif permukaan adalah zat yang cenderung terkonsentrasi pada antar muka
dan mengaktifkan antar muka serta mempunyai kemampuan untuk menurunkan atau
menaikkan tegangan permukaan. Molekul zat aktif permukaan terdiri dari dua gugus
penting yaitu gugus hidrofil (menarik pelarut) dan hidrofob (menolak pelarut). Gugus
hidrofob biasanya terdiri dari rantai alifatik yang umumnya paling sedikit sepuluh
atom karbon (C). Gugus hidrofob bersifat menjauhi air. Dan gugus hidrofil yang
memiliki sifat mendekati air. Mengingat banyaknya jenis zat aktif permukaan maka
perlu dibedakan antara golongan dan penggolongan menurut sifat aktif ionnya yaitu
golongan aktif anion dan aktif nonion yang pada umumnya bersifat menurunkan
tegangan permukaan, dan golongan aktif kation yang bersifat menaikan tegangan
permukaan. Analisa penggolongan terhadap sifat aktif ion dapat dilakukan menurut
cara Wurtzschmitt. Menurut cara Wurtzschmitt berdasarkan pengendapan dengan
pereaksi tertentu yang dibagi menjadi 8 golongan, yaitu :

1. Kondensat polialkohol.
2. Kondensat alkil amida.
3. Zat aktif anion.
4. Zat aktif kation.
5. Poliakilena amina (bukan senyawa kuartener).
6. Polialkilena oksida dengan lebih dari 10 mol etilen oksida yang tidak
tersulfonkan.
7. Polialkilena oksida dengan 10 mol etilen oksida yang tidak tersulfonkan.
8. Polialkilena tersulfonkan.

Tabel penggolongan menurut Wutzchmitt

Golongan Hasil Uji


a B c d e f g h
I - - - - - - - -
II - - - - - - - -
III + - - - - -/+ - -
IV - + - - - - + +
V - + - + - + - -
VI - - + + - + - -
VII - - - + + + - -
VIII - - - - - - + -

Sedangkan penggolongan yang lain menurut struktur kimia zat aktif permukaan
(menurut cara Linsenmeyer), yaitu:

1. Golongan sabun.
2. Minyak tersulfonkan.
3. Minyak tersulfon tingkat tinggi.
4. Naftalena sulfonat.
5. Alkil alkohol sulfonat.
6. Mersolat.
7. Kondensat asam lemak.
8. Kondensat protein asam lemak.
Kondensat etilena oksida
III.7 MBAS
Zat aktif biru metilen (MBAS) adalah surfaktan anionik yang dapat dideteksi
dengan metode reaksi colometric atau warna. Assay MBAS adalah jenis analisis yang
menggunakan zat yang disebut methylene blue untuk mendeteksi keberadaan berbusa
agen, deterjen serta bahan anionik lainnya dalam air di bawah pengujian. Dengan
metode MBAS uji, komponen yang tidak diinginkan dalam sampel air dapat dideteksi
dengan tepat. Hal ini untuk mencegah korosi air atau kontaminasi.
Corrosionpedia menjelaskan Methylene Biru Bahan Aktif (MBAS)
Zat aktif biru metilen dapat ditemukan di sampel air. Ini mungkin termasuk zat-zat
yang dapat menyebabkan kerusakan industri dan kesehatan, seperti:
a) sulfonat
b) Fosfat
c) Sulfat
d) Karboksilat   
Dengan demikian, deteksi dini sangat penting untuk mencegah efek berbahaya
dari zat korosif. Hal ini dapat dicapai melalui teknik MBAS assay.
Uji MBAS dilakukan oleh pengasaman sampel air dengan menggunakan asam borat
atau zat serupa. Maka kloroform ditambahkan dengan larutan biru metilen, pewarna
jenis kationik. Campuran biphasic yang dihasilkan untuk membubarkan reagen
melalui fase organik dan air. Jika surfaktan anionik ditemukan, menggabungkan
dengan kationik methylene blue untuk membentuk sepasang ion yang diekstraksi ke
tahap organik. Dengan konsentrasi surfaktan yang lebih tinggi, warna kloroform juga
meningkatkan. Karena MBAS adalah zat yang dikendalikan yang mungkin ada dalam
limbah perdagangan didistribusikan dengan sistem air limbah, teknik seperti uji
MBAS dapat membantu dalam mengendalikan tingkat tinggi MBAS. Ketika tidak
dikelola dengan baik, MBAS dapat mempengaruhi anestesi air dan bahkan
menyebabkan buih.

IV. Alat dan Bahan


IV.1 Pengujian Daya Tahan Sadah
Berikut adalah alat yang digunakan dalam praktikum pengujian daya tahan sadah,
diantaranya:
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Pipet volume 10 mL
Berikut adalah bahan yang digunakan dalam praktikum pengujian daya tahan sadah,
diantaranya:

1. Air sadah 20o DH


2. Air sadah 30o DH
3. Air sadah 40o DH
4. Larutan sampel ZAP
5. Air suling
IV.2 Pengujian Daya Tahan Asam
Berikut adalah alat yang digunakan dalam praktikum pengujian daya tahan asam,
diantaranya:
1. Labu ukur 100 ml
2. Labu Erlenmeyer
3. Batu didih
4. Pipet tetes
5. Pipet ukur 10 ml
6. Refluks

Berikut adalah bahan yang digunakan dalam praktikum pengujian daya tahan asam,
diantaranya:

1. Larutan sampel ZAP 10%


2. Air suling
3. Asam sulfat 10%
4. Asam sulfat pekat
IV.3 Pengujian Daya Tahan Alkali
Berikut adalah alat yang digunakan dalam praktikum pengujian daya tahan alkali,
diantaranya:
1. Batu didih
2. Timbangan digital
3. Refluks
4. Kertas saring
5. Corong
6. Piala gelas 250 ml
7. Buret + statif
8. Erlenmeyer 500 ml

Berikut adalah bahan yang digunakan dalam praktikum pengujian daya tahan alkali,
diantaranya:

1. Larutan sampel ZAP 10%


2. HCl
3. Indikator MO
4. Air suling
5. NaOH padat
IV.4 Uji Daya Tahan Basah
Berikut adalah alat yang digunakan dalam praktikum uji daya tahan basah,
diantaranya:
1. Gelas ukur 500 ml
2. Pipet ukur 10 ml
3. Bandul pemberat
4. Stopwatch
5. Benang penyangga
6. Timbangan digital

Berikut adalah bahan yang digunakan dalam praktikum uji daya tahan basah,
diantaranya:

1. Larutan sampel ZAP 10%


2. Benang kapas yang telah di reeling
3. Air suling
IV.5 Density
Berikut adalah alat yang digunakan dalam praktikum density, diantaranya:
1. Pipet ukur 10 ml
2. Piknometer
3. Desikator
4. Oven
5. Thermometer
6. Timbangan digital
7. Piala gelas
8. Gelas ukur 100 ml

Berikut adalah bahan yang digunakan dalam praktikum density, diantaranya:

1. Larutan sampel ZAP


2. Air suling
IV.6 Viskositas
Berikut adalah alat yang digunakan dalam praktikum viskositas, diantaranya:
1. Viskonometer
2. Stopwatch
3. Labu ukur 100 ml
4. Pipet ukur 10 ml

Berikut adalah bahan yang digunakan dalam praktikum viskositas, diantaranya:

1. Larutan sampel ZAP 10%


2. Air suling
IV.7 Penggolongan Zat Aktif Permukaan
Berikut adalah alat yang digunakan dalam praktikum penggolongan zat aktif
permukaan, diantaranya:
1. Tabung reaksi
2. Batang pengaduk pipet ukur
3. Pipet tetes
4. Penangas air

Berikut adalah bahan yang digunakan dalam praktikum penggolongan zat aktif
permukaan, diantaranya:

1. Sampel ZAP
2. Zat aktif anion
3. Zat aktif kation
4. BaCl2
5. Tanin
6. Yodium
7. HCl encer
8. Air dingin
9. CH3COOh 15%
10. CaCl2 20oDH
11. HCl pekat
12. NaOH 10%
13. CuSO4
14. Lakmus merah
15. Fenol
IV.8 Solid Content
Berikut adalah alat yang digunakan dalam praktikum solid content, diantaranya:
1. Cawan poselin
2. Oven
3. Eksikator
4. Timbangan digital
5. Pipet ukur 10 ml
6. Hot plate
7. Penjepit

Berikut adalah bahan yang digunakan dalam praktikum solid content, diantaranya:

1. Larutan sampel ZAP 10%


IV.9 MBAS
Berikut adalah alat yang digunakan dalam praktikum MBAS, diantaranya:
1. Pipet ukur 10 ml
2. Labu ukur 100 ml
3. Corong pemisah
4. Pipet volume 25ml
5. Erlenmeyer tutup asah
6. Gelas ukur 100 ml
7. Labu ukur 25 ml
8. Penyumbat (wol)
9. Pipet tetes

Berikut adalah bahan yang digunakan dalam praktikum MBAS, diantaranya:

1. Larutan LAS
2. Larutan sampel ZAP 10%
3. Air suling
4. Indikator PP
5. NaOH
6. H2SO4
7. MBAS
8. CH3Cl
9. Larutan pencuci
IV.10 Clouding Point
Berikut adalah alat yang digunakan dalam praktikum clouding point, diantaranya:
1. Cawan porselin
2. Hot plate
3. Thermometer

Berikut adalah bahan yang digunakan dalam praktikum clouding point, diantaranya:

1. Larutan sampel ZAP 10%

V. Langkah Kerja
V.1Pengujian Daya Tahan Sadah
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum pengujian daya tahan sadah, diantaranya:
1. Buatlah larutan dengan konsentrasi 1% di dalam air sadah.
2. Untuk air 20˚DH, 2 ml air sadah 100˚DH ditambah dengan 1 ml contoh uji
diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung rekasi.
3. Untuk air 30˚DH, 3 ml air sadah 100˚DH ditambah dengan 1 ml contoh uji
diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung rekasi.
4. Untuk air 40˚DH, 4 ml air sadah 100˚DH ditambah dengan 1 ml contoh uji
diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung rekasi.
5. Masing-masing larutan dikocok-kocok dan diamati, pengujian dilakukan pada
suhu kamar.
Evaluasi :
a) Apabila terjadi kekeruhan dan pengendapan air sadah 20˚, 30˚ dan 40˚ DH
berarti ZAP tidak tahan sadah.
b) Apabila terjadi kekeruhan pada air sadah 30˚DH dan pengendapan pada air
sadah 40˚DH dan tidak ada perubahan pada air sadah 20˚DH, berarti ZAP
cukup tahan sadah.
c) Apabila sama sekali tidak ada perubahan pada ketiga air sadah tersebut
berarti ZAP tahan sadah.
V.2Pengujian Daya Tahan Asam
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum pengujian daya tahan asam, diantaranya:
1. 100 ml larutan ZAP 1 % (10 ml ZAP 10% encerkan menjadi 100 ml) masukkan
kedalam Erlenmeyer, tambahkan batu didih dan 1 ml asam sulfat 10%.
2. Didihkan larutan selama 5 menit dengan refluks, amati adanya perubahan, apakah
terjadi kekeruhan, pemisahan minyak atau terjadi daya busa (Pengamatan I).
3. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 0,5 ml asam sulfat pekat didihkan dengan
refluks amati apakah ada perubahan dengan perlakuan dengan konsentrasi asam
sulfat 1% ini (Pengamatan II).
4. Bila terjadi perubahan naikkan konsentrasi asam sulfat dalam larutan menjadi 3%
dengan menambahkan 1 ml asam sulfat pekat dan kemudian direfluks selama 15
menit. Amati apakah ada perubahan pada kondisi ini (Pengamatan III).
5. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 6,5 ml asam sulfat pekat agar konsentrasi
asam dalam larutan menjadi 10% kemudian refluks selama 15 menit. Amati
apakah ada perubahan (Pengamatan IV).
6. Bila tidak terjadi perubahan, percobaan dihentikan. Bila pada pengamatan IV
terjadi pengendapan atau pemisahan minyak, larutan diencerkan dalam air dengan
volume yang sama dan dikocok-kocok dengan teratur, kemudian diamati apakah
masih timbul busa (Pengamatan V).
Evaluasi :
a) Bila pada pengamata I terjadi penguraian atau pemisahan minyak, ZAP
dinyatakan sangat tidak taha asam.
b) Bila pada pengamatan II terjadi perubahan, ZAP dinyatakan tak tahan asam.
c) Bila pada pengamatan III terjadi perubahan ZAP dinyatakan agak tidak tahan
asam.
d) Bila pada pengamatan IV terjadi perubahan ZAP dinyatakan agak tahan asam.
e) Bila pada pengamatan V ZAP masih berbusa, ZAP dinyatakan tahan terhadap
asam.
f) Bila pada pengamatan IV tidak terjadi perubahan. ZAP dinyatakan sangat
tahan terhadap asam.
V.3Pengujian Daya Tahan Alkali
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum pengujian daya tahan alkali, diantaranya:
1. Larutkan 1 gram ZAP (10 ml ZAP 10%) yang akan diuji dengan 65 ml air suling,
kemudian tambahkan 25 gram NaOH padat dan 1-2 butir batu didih.
2. Kocoklah hingga larut sempurna, kemudian amati adanya perubahan (Pengamatan
I).
3. Didihkan larutan tersebut, pada refluks selama 15 menit, amati adanya perubahan,
apakah terjadi penggaraman (Pengamatan II).
4. Dinginkan larutan tersebut, kemudian saring sisa yang tidak larut pada kertas
saring dipindahkan ke dalam piala gelas yang berisi 25 ml air suling.
5. Titrasi dengan HCl sampai netral dengan indikator MO (Pengamatan III).
6. Kocok dengan hati-hati larutan tersebut kemudian didihkan selama 5 menit dang
dinginkan sampai suhu kamar, amati adanya perubahan (Pengamatan IV)
Evaluasi
a) Bila pada pengamatan I terjadi penggaraman atau pemisahan minyak, ZAP
dinyatakan tidak tahan alkali.
b) Bila pada pengamatan II terjadi penggaraman yang larut sempurna dalam
asam (Pengamatan III) ZAP dinyatakan tahan alkali.
c) Bila pada pengamatan IV tidak terjadi penggaraman, ZAP dinyatakan sangat
tahan alkali.
V.4Uji Daya Tahan Basah
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum uji daya tahan basah, diantaranya:
1. Ditimbang 5 gram contoh uji (benang kapas yang telah di riling).
2. Larutan ZAP dibuat sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan.
3. Kaitkan dan hubungkan dengan pemberat, dipasang pada ujung benang kapas.
4. Ujung benang yang lain dipegang diatas permukaan larutan lalu dilepas perlahan-
perlahan ke dalam larutan ZAP sehingga benang terendam seluruhnya.
5. Waktu pembasahan dihitung sejak bandul pemberat menyentuh dasar gelas ukur
hingga seluruh benang jatuh ke dasar gelas ukur.
6. Ulangi percobaan diatas sebanyak 5 kali percobaan.
V.5Density
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum density, diantaranya:
1. Membuat larutan contoh uji 0.1 ; 0.2 ; 0.3 %.
2. Piknometer kosong dioven kurang lebih 1 jam pada suhu 105 - 110°C.
3. Piknometer kosong dieksikator kurang lebih 15 menit (berat terhadap a gram).
4. Masukkan contoh uji konsentrasi 0.1 % lalu timbang (berat tetap b gram) amati
suhu nya.
5. Lakukan proses pada contoh uji konsentrasi 0.2 ; 0.3 seperti pada contoh uji 0.1
%.
V.6Viskositas
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum viskositas, diantaranya:
1. Hitung waktu alir H2O.
2. Hitung waktu alir contoh uji.
V.7Penggolongan Zat Aktif Permukaan
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum penggolongan zat aktif permukaan,
diantaranya:
A. Cara Wutzchmitt
Larutan ZAP dibuat larutan 1%
a) Uji kation
1 ml larutan Cu ditambah 1 – 2 ml zat kanion.
b) Uji anion
1 ml larutan Cu ditambah 1 – 2 ml zat anion.
c) Pemanasan I
1 ml larutan Cu dipanaskan dalam tabung reaksi.
d) Pemanasan II
1 ml larutan Cu dipanaskan dalam tabung reaksi.
e) Tanin I (pH 7 & 5)
1 ml larutan Cu ditambah beberapa tetes tannin.
f) Tanin II (pH 4.5)
1 ml larutan Cu ditambah beberapa tetes tanin.
g) Tanin III (pH 2.5)
1 ml larutan Cu ditambah beberapa tetes tanin.
h) Iodium Jenuh
1 ml larutan Cu ditambah larutan iodium jenuh.
B. Cara Linsenmeyer
Contoh ZAP dibuat larutan 1%.
a) 1 ml asam asetat 15%, didihkan sebentar, kemudian amati.
b) 1 ml larutan contoh ditambah 1 ml CaCl2 20˚ DH, amati.
Apabila terjadi kekeruhan kemungkinan golongan 1 dan 2.
Golongan 2 :
Untuk golongan 2. Larutan contoh uji (2) ditambah BaCl2 10%, bila timbul
endapan putih/adanya penguraian menunjukan golongan 2.
c) 1 ml larutan contoh uji ditambah 1-2 tetes HCl pekat, amati.
Kalau ada kekeruhan kemungkinan golongan 3 dan 8
Golongan 3 dan 8 :
1 ml larutan contoh uji ditambahkan 1-2 tetes NaOH 10% atau 4N lalu
ditambah 1-2 tetes CuSO4, panaskan terbentuk warna merah ungu dan
ditambah 1-2 tetes HCl encer panaskan → warna coklat dan berbau amis
d) 1 ml contoh uji ditambahkan 1-2 tetes HCl pekat, panaskan beberapa menit
kemudian tuangkan dalam 10 ml air dingin lalu amati perubahan yang terjadi.
Apabila terjadi kekeruhan kemungkinan golongan 4 dan 5.
Golongan 4 dan 5 :
e) 1 ml contoh uji ditambah 1-2 tetes HCl pekat panaskan, tuangkan 10 ml air
dingin, amati.
Apabila tidak terjadi kekeruhan kemungkinan golongan 6, 7 atau 9.
Golongan 6
1 ml larutan contoh ditambah 1-2 ml larutan BaCl2 10% terjadi endapan
putih.
Golongan 7
1 ml larutan contoh uji ditambah 1-2 tetes NaOH 10% → adanya nitrogen
dengan uji amoniak, lakmus merah menjai biru.
Golongan 9
1 ml larutan contoh uji ditambah 1 ml fenol menjadi berwarna putih keju.

V.8Solid Content
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum solid content, diantaranya:
1. Cawan porselen di oven pada suhu 105o – 110o C selama 1 jam
2. Cawan porselen dimasukkan ke eksikator selama 15 menit
3. Cawan porselen kosong ditimbang (a gram)
4. Contoh uji larutan ZAP 10% ditambahkan sebanyak 25 ml pada cawan porselen,
kemudian ditimbang (b gram)
5. Cawan porselen yang berisi contoh uji diuapkan sampai agak kering diatas hot
plate
6. Dioven selama kurang lebih 1 jam
7. Dimasukkan ke eksikator selama 15 menit
8. Ditimbang berat akhir (c gram)
V.9MBAS
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum MBAS, diantaranya:
1. Persiapan larutan standar LAS
Buat variasi konsentrasi larutan standar LAS yang memindahkan 0; 3,0; 5,0; 10,0;
15,0; 20,0 mL larutan LAS standar. Tambahkan dengan aquadest sehingga
volume 100 mL standar ini mengandung : 0; 0,3; 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 mg LAS/L
2. Persiapan contoh
Volume contoh untuk keperluan pemeriksaan tergantung pada perkiraan kadar
LAS.
3. Ekstraksi dan pewarnaan
a) Tambahkan 2 – 5 tetes indikator pp kedalam masing – masing larutan blanko,
deretan larutan standar dan corong dalam corong pemisah. Tambahkan larutan
NaOH 1 N tetes per tetes supaya larutan bersifat basa (hingga berwarna
merah). Tambahkan, tetesan larutan asam sulfat 1 N untuk menghilangkan
warna merah saja.
b) Tambahkan larutan metilen blue sebanyak 25 ml. Tambahkan 10 mL CHCl3
dengan pipet ukur, kocok kuat – kuat untuk mengekstraksi selama 30 detik,
buka tutup corong perlahan – lahan.
c) Biarkan terjadi pemisahan fasa, goyangkan corong perlahan – lahan keluarkan
lapisan bawah (kloroform) ke dalam corong pisah yang lain ulangi ekstraksi
pada lapisan air sebanyak 3x pengerjaan dengan penambahan chloroform.
Kumpulkan ke dalam corong pisah yang lain.
d) Gabungkan semua ekstrak kloroform ke dalam corong pemisah kemudian
tambahkan larutan pencuci 50 ml menggunakan gelas ukur. Adukselama 30
detik. Biarkan terjadi pemisahan fasa, goyangkan perlahan – lahan, keluarkan
lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool, masukkan ke dalam labu ukur
25 ml. Encerkan dengan kloroform sampai batas volume. Gram yang terjadi
berwarna stabil tetapi pembacaan harus dilakukan tidak lebih dari 3 jam
setelah ekstaksi pada spektofotometer dengan panjang gelombang 652 nm.
e) Perhitungan
Hasil pemeriksaan dinyatakan sebagai zat aktif Metilen Blue (MBAS)
perhitungan konsentrasi, MBAS dalam cotoh dapat dilakukan dengan
membuat kalibrasi atau dari persamaan garis yang dibuat standar LAS, atau
langsung konsentrasi pada alat spektofotometer dengan model konsentrasi.
V.10 Clouding Point
Berikut adalah langkah kerja dari praktikum clouding point, diantaranya:
1. Pindahkan 100 ml larutan ZAP kedalam cawan porselin
2. Panaskan cawan diatas hot plate hingga larutan terdapat busa yang menandakan
suhu optimum ZAP
3. Lakukan pengukuran suhu

VI. Data Praktikum


VI.1 Pengujian Daya Tahan Sadah
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10 % = 10 ml x 1%
V1 = 1 ml (larutan ZAP)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada saat penambahan air suling dengan
air sadah (20o DH, 30o DH, 40o DH) sama sekali tidak terjadi perubahan berarti ZAP
yang diuji tahan sadah.

20o DH 30o DH 40o DH


- - -
Keterangan : - = tidak terjadi perubahan

VI.2 Pengujian Daya Tahan Asam

Pengamatan 1 = ketika ditambahkan 1 ml H2SO4 10% tidak terjadi perubahan

Pengamatan 2 = ketika ditambahkan 0,5 ml H2SO4 pekat tidak terjadi perubahan

Pengamatan 3 = ketika ditambahkan 1,0 ml H2SO4 pekat tidak terjadi perubahan

Pengamatan 4 = ketika ditambahkan 6,5 ml H2SO4 pekat terjadi kekeruhan

VI.3 Pengujian Daya Tahan Alkali


Berdasarkan pengamatan ketika larutan ZAP ditambahkan air suling, tidak terjadi
perubahan. Sedangkan ketika penambahan 25 gram NaOH dan direfluks selama 15
menit, terjadi perubahan dimana artinya terjadi penggaraman dalam larutan ZAP
tersebut. Sehingga dapat dikatakan larutan ZAP ini tidak tahan alkali.
VI.4 Uji Daya Tahan Basah
ZAP yang digunakan = ZAP II
Berat bahan = 5,4 gram
Data pengamatan daya basah

No Konsentrasi (%) Waktu (detik)


1 2,5 % 05,58 detik
2 2% 06,78 detik
3 1,5 % 07,38 detik
4 0,5 % 28,94 detik
5 0,1 % >60 detik
Grafik uji daya tahan basah

Grafik daya basah


70
> 60
60

50
waktu (detik)

40
28.94
30

20

10
KKM 7.38 6.78 5.58

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
konsentrasi (%)

VI.5 Density

Berat piknometer (a) = 15, 6322 gram

Berat piknometer + contoh uji (b) 0,1 % = 39,7515 gram, suhu = 27,5oC

Berat piknometer + contoh uji (b) 0,2 % = 39,7623 gram, suhu = 27oC

Berat piknometer + contoh uji (b) 0,3 % = 39,7650 gram, suhu = 27,5oC

Berat piknometer + air = 39,7831 gram, suhu = 27oC

V = volume piknometer (isi air) = 25 ml

Sampel ZAP = ZAP putih keruh no.4


VI.6 Viskositas

x̄ air = 0,860 “

x̄ ZAP 0,1% = 0,909 “

x̄ ZAP 0,2% = 0,839 “

x̄ ZAP 0,3% = 0,838 ”

VI.7 Penggolongan Zat Aktif Permukaan

Gol a b c d e f g h
I - - - - - - - -
II - - - - - - - -
III + - - - - -/+ - -
IV - + - - - - + +
V - + - + - - - -
VI - - + + - - - -
VII - - - + + - - -
VIII - - - - - - + -
Sampel = ZAP ungu

a. Uji wurtcsmith
a b c d e f g H
+ - - + - + + -
Keterangan:
+ = terjadi perubahan
- = tidak terjadi perubahan

Data diatas menunjukkan golongan 3 = zat anion

b. Uji linsenmeyer
I II III IV V VI VII VIII IX
- - - - - - - - -
Data diatas menunjukkan ZAP contoh uji tidak berada pada golongan.
VI.8 Solid Content

Uji pH meter menunjukkan ZAP contoh uji ber-pH 8

Data praktikum solid content

Diketahui

a= 46,6623 gram
b= 27,1600 gram

c=47,0551 gram

keterangan :

a= cawan porselin kosong

b= berat ZAP 25 ml

c= cawan porselin + residu

VI.9 MBAS
Tabel data pengamatan antara konsentrasi terhadap absorbansi pada larutan standar
LAS dalam λ 652 nm

No Konsentrasi (x) Absorbansi (y) X2 Y2 Xy


1 0 g/L 0A 0 0 0
2 0,3 g/L 1,090 A 0,09 1,188 0,327
3 0,5 g/L 1,244 A 0,25 1,548 0,622
4 1 g/L 1,557 A 1 2,424 1,557
5 1,5 g/L 1,710 A 2,25 2,924 2,565
6 2 g/L 1,958 A 4 3,834 3,916
Σ 5,3 g/L 7,559 A 7,59 11,918 8,987
VI.10 Clouding Point
Cloud point ZAP IV adalah 63oC

VII. Perhitungan
VII.1 Pengujian Daya Tahan Sadah
(tidak ada perhitungan)
VII.2 Pengujian Daya Tahan Asam
(tidak ada perhitungan)
VII.3 Pengujian Daya Tahan Alkali
(tidak ada perhitungan)
VII.4 Uji Daya Tahan Basah

Membuat larutan konsentrasi ZAP yang berbeda-beda

1. Konsentrasi 2,5%
V1 x N1 = V2 x N2
100 ml x 2,5% = V2 x 10%

V2 = 125 ml

2. Konsentrasi 2%
V1 x N1 = V2 x N2

500 ml x 2% = V2 x 2,5%

V2 = 400 ml

3. Konsentrasi 1,5%
V1 x N1 = V2 x N2

500 ml x 1,5% = V2 x 10%

V2 = 75 ml

4. Konsentrasi 0,5%
V1 x N1 = V2 x N2

500 ml x 0,5% = V2 x 1,5%

V2 = 166,6 ml

5. Konsentrasi 0,1%
V1 x N1 = V2 x N2

500 ml x 0,1% = V2 x 0,5%

V2 = 100 ml

VII.5 Density
b−a
Densitas=
v

39,7831 gram−15 , 6322 gram


ρ air= =0,9660 g/ml
25 ml

39,7515 gram−15 , 6322 gram


ρ ZAP 0,1 %= =0,9648 g /ml
25 ml

39,7623 gram−15 , 6322 gram


ρ ZAP 0,2 %= =0,9652 g /ml
25 ml
39,7650 gram−15 , 6322 gram
ρ ZAP 0,3 %= =0,9653 g/ml
25 ml

VII.6 Viskositas
0,96 60 x 0 , 860 x 0,4768
ƞ air= =0,4768 cps
0,9660 x 0,860

0,9648 x 0,909 x 0,4768


ƞ ZAP 0,1 %= =0,5034 cps
0,9660 x 0,860

0,9652 x 0,839 x 0,4768


ƞ ZAP 0,2 %= =0,4647 cps
0,9660 x 0,860

0,9653 x 0,838 x 0,4768


ƞ ZAP 0,3 %= =0,4642cps
0,9660 x 0,860

VII.7 Penggolongan Zat Aktif Permukaan


(tidak ada perhitungan)
VII.8 Solid Content

Perhitungan solid content (%) :

c−a
% solid content= x 100 %
b

47,0551 gram−46,6623 gram


% solid content= x 100 %
27,1600 gram

% solid content=1,446 %

VII.9 MBAS

Perhitungan :

( n ( Σxy ) )−( Σx )( Σy )
a= 2
n ( Σ x 2 )−( Σx )

( 6 ( 8,987 ) ) −( 5,3 )( 7,559 )


a=
6 ( 7,59 ) −( 5,3 )2

53,922−40,063
a=
45,54−28,09

13,859
a=
17,45
a=0,794

(Σy)( Σ x 2 )−( Σx ) ( Σxy )


b= 2
n ( Σ x 2 )−( Σx )

(7,559)(7,59)−( 5,3 ) ( 8,987 )


b=
6 ( 7,59 )−( 5,3 )2

57,373−47,631
b=
45,54−28,09

9,742
b=
17,45

b=0,558

Dalam perhitungan diatas, didapatkan a = 0,794 dan b= 0,558 sehingga didapatkan

Y = ax + b

Y = 0,794x + 0,558

2.5
Spektro MBAS

1.94 1.96
2 f(x) = 0.79 x + 0.56
R² = 0.77 1.71 Larutan
Standar LAS
Absorbansi (A)

1.56
1.5
1.24 Linear
1.09 (Larutan
Standar
1 LAS)

0.5 Sampel ZAP


II 1%
0
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5

Konsentrasi (g/L)
Pada grafik diatas diperoleh persamaan y=0,7942x + 0,5583. Hal ini menunjukkan
bahwa antara hasil perhitungan dengan grafik benar-benar tervalidasi atau bernilai
sama.

Sampel ZAP = ZAP II 10%

V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10% = 100 ml x 1%

V1 = 10 ml

Sampel ZAP II dengan konsentrasi 1%, ketika di spektro dengan λ 652 nm memiliki
nilai absorbansi sebesar 1,942 A.

Y = ax + b

1,942 = 0,794x + 0,558

X = 1,942 – 0,558 / 0,794

X = 1,743 ppm

VII.10 Clouding Point


(tidak ada perhitungan)

VIII. Reaksi
VIII.1 Pengujian Daya Tahan Sadah

sampel ZAP + air sadah 20°DH jernih

sampel ZAP + air sadah 30°DH jernih

sampel ZAP + air sadah 40 DH jernih

VIII.2 Pengujian Daya Tahan Asam

sampel ZAP + 1 ml H2SO4 10% jernih jernih.

+ 0,5 ml H2SO4 pekat jernih jernih.

+ 1,0 ml H2SO4 pekat jernih jernih.

+ 6,5 ml H2SO4 pekat jernih terjadi kekeruhan

VIII.3 Pengujian Daya Tahan Alkali

sampel ZAP + air suling jernih

Sampel ZAP + air + NaOH(S) terjadi penggaraman


VIII.4 Penggolongan Zat Aktif Permukaan
Penggolongan ZAP Menurut Linsenmeyer
1. ZAP + asam asetat 15% (-)
2. ZAP + 1-2 tetes CaCl2 20°DH (-)
3. ZAP+ HCl pekat (-)
4. ZAp + HCl pekat + 10 ml air dingin tidak keruh (-)

Penentuan :

Golongan 6

ZAP + BaCl2 tidak mengendap (-)

Golongan 7

ZAP + 1-2 tetes NaOH 10% uji amoniak lakmus merah merah (-)

Golongan 9

ZAP+ 1 ml fenol tidak putih keju (-)

Penggolongan ZAP Menurut Linsenmeyer


1. Uji kation tidak keruh (-)
2. Uji anion keruh (+)
3. Uji pemanasan 1 tidak keruh (-)
4. Uji pemanasan 2 keruh (+)
5. Uji tanin 1 tidak keruh (-)
6. Uji tanin 2 keruh kecoklatan (+)
7. Uji tanin 3 keruh kecoklatan (+)
8. Uji yodium jenuh tidak keruh (-)
VIII.5 Clouding point
Sampel ZAP terjadi kekeruhan

IX. Pembahasan
IX.1 Daya tahan sadah, daya tahan asam, daya tahan alkali
(Sampel ZAP yang digunakan adalah larutan ZAP yang berwarna ungu)
Praktikum ini sangat penting untuk dilakukan, sebab agar kita mengetahui apakah
ZAP sampel tahan terhadap sadah, alkali atau asam. Hal ini dapat memudahkan kita
ketika menggunakan sampel ZAP tersebut, dengan cara menyesuaikan kedaya
tahanannya tersebut sehingga kerja ZAP sebagai suraktan akan optimum dan tidak
akan terganggu oleh zat yang membuat ZAP rusak. Dalam dunia tekstil ZAP tahan
sadah sangat diminati karena dapat menghemat biaya dengan tidak dilakukannya
pemurnian air, selain menghemat biaya juga menghemat waktu karena tidak
dilakukannya proses tambahan yaitu proses pemurnian air. ZAP yang tahan asampun
sangat di minati di dunia tekstil karena dibutuhkan untuk proses persiapan
penyempurnaan misalnya proses scouring, hal ini karena zat-zat pembantu lain yang
digunakan banyak yang mengandung asam walaupun tidak dalam konsentrasi tinggi.
ZAP yang tahan alkali pun sangat diminati di industry tekstil hal ini dikarenakan
proses tekstil banyak digunakan zat pembantu yang bersifat alkali seperti halnya
NaOH. Pengujian daya tahan ZAP dapat diuji melalui uji daya tahan sadah, daya
tahan asam dan daya tahan alkali.
Uji daya tahan sadah dilakukan agar kita mengetahui apakah ZAP tahan terhadap
air sadah atau tidak. Dalam praktikum ini dilakukan percobaan dengan menggunakan
air sadah 20oDH, 30oDH, dan 40oDH. Pada praktikum ini konsentrasi sampel ZAP
dibuat menjadi 1%, hal ini dilakukan bertujuan untuk mengurangi kepekatan ZAP
sehingga pada saat dilakukan pengujian tidak membutuhkan zat penguji yang terlalu
banyak, sebab pengujiannya dilakukan secara kualitatif saja. Berdasarkan pengujian
yang telah dilakukan terhadap sampel ZAP, dihasilkan data yang negative di ke-3
percobaan air sadah tersebut artinya tidak terjadi kekeruhan atau perubahan pada
pengujian tersebut hal ini dapat terjadi sebab sampel ZAP tersebut tidak bereaksi atau
berikatan dengan air sadah sehingga tidak terjadi pembentukan endapan dengan ion
Ca mataupun dengan ion Mg. Dengan demikian sampel ZAP tersebut tahan terhadap
air sadah.
Uji daya tahan asam dilakukan agar kita mengetahui apakah ZAP tahan terhadap
zat kimia asam atau tidak. Dalam praktikum ini dilakukan percobaan dengan
menggunakan larutan H2SO4 sebab asam sulfat termasuk jenis asam kuat (memiliki
tingkat keasaman yang tinggi), sehingga dapat dijadikan indikator apakah suatu ZAP
tahan terhadap asam atau tidak. Selain itu juga asam sulfat yang digunakan pada
praktikum ini memiliki konsentarsi yang berbeda-beda hal ini bertujuan untuk
mengetahui pada konsentrasi berapa ZAP tersebut tahan asam. Pada praktikum ini
konsentrasi sampel ZAP dibuat menjadi 1%, hal ini dilakukan bertujuan untuk
mengurangi kepekatan ZAP sehingga pada saat dilakukan pengujian tidak
membutuhkan zat penguji yang terlalu banyak, sebab pengujiannya dilakukan secara
kualitatif saja. Dalam percobaan ini selalu per refluksan, hal ini dilakukan agar reaksi
antara ZAP dengan asam sulfat berlangsung dengan cepat, sehingga perubahan dapat
teramati dengan cepat tanpa perlu menunggu lama. Pada saat pengujian oleh asam
sulfat 10 % 1 ml hingga asam sulfat pekat 1 ml tidak terjadi perubahan pada larutan
ZAP baik itu pengendapan maupun pemisahan minyak. Namun ketika diuji dengan
larutan asam sulfat 6,5 ml terjadi kekeruhan pada larutan ZAP, ini menunjukkan
bahwa ZAP mulai tidak tahan asam. Sehingga dalam praktikum ini, sampel ZAP
dapat digolongkan agak tahan asam.
Uji daya tahan alkali dilakukan agar kita mengetahui apakah ZAP tahan terhadap
zat kimia alkali atau tidak. Pada praktikum ini konsentrasi sampel ZAP dibuat
menjadi 1%, hal ini dilakukan bertujuan untuk mengurangi kepekatan ZAP sehingga
pada saat dilakukan pengujian tidak membutuhkan zat penguji yang terlalu banyak,
sebab pengujiannya dilakukan secara kualitatif saja. Dalam praktikum ini dilakukan
percobaan dengan menggunakan NaOH padat, dimana NaOH merupakan basa kuat
sehingga dapat dijadikan indikator apakah suatu ZAP tahan terhadap alkali atau tidak.
Selin itu juga digunakan HCl yang berguna untuk menetralkan larutan. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan ketika larutan ZAP ditambahkan air suling tidak
terjadi perubahan sama sekali. Namun ketika ditambahkan 25 gram NaOH terjadi
proses penggaraman sehingga larutan menjadi keruh. Maka dapat dikatakan bahwa
larutan sampel ZAP tidak tahan terhadap alkali
Sehingga pada sampel ZAP (ZAP berwarna ungu) dapat dibuktikan bahwa sampel
ini tahan sadah, agak tahan asam, dan tidak tahan alkali.
IX.2 Daya tahan basah
(Sampel ZAP yang digunakan adalah larutan ZAP II)
Praktikum ini dilakukan agar mengetahui daya pembasah suatu ZAP terhadap
benang kapas yang telah di reeling. Dalam praktikum ini yang digunakan adalah
benang kapas sebab benang kapas dalam keadaan standar memiliki moisture regain
sebesar 7-8,5% (tergolong MR yang tinggi) sehingga uji daya tahan basah mudah
dilakukan jika menggunakan benang kapas. Pada praktikum ini menggunakan sampel
ZAP II yang dibuat dalam beberapa konsentrasi berbeda yakni konsentrasi 2,5%;
2%; 1,5%; 0,5% dan 0,1%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui daya pembasah ZAP
pada konsentrasi terntentu. Ketika pengujian konsentrasi 0,1% daya pembasahan
lebih dari 60 detik sehingga perhitungan dihentikan. Sedangkan untuk konsentrasi
diatas 0,1% yakni 0,5%; 1,5%; 2% dan 2,5% daya pembasahan kurang dari 60 detik.
Untuk daya pembasahan yang paling cepat terjadi pada konsentrasi 2,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi suatu ZAP maka semakin cepat daya
pembasahan terjadi. Hal ini terjadi karena didalam konsentrasi yang besar tersebut
terdapat partikel ZAP yang lebih banyak sehingga memiliki kemampuan yang lebih
besar untuk menurunkan/menaikkan tegangan permukaan sehingga benang mudah
terbasahi dan semakin banyak air yang terserap pada bahan, hal ini sesuai dengan
fungsi ZAP sendiri yaitu untuk menaikkan/menurunkan tegangan permukaan dan
memudahkan benang terbasahi. Dalam dunia tekstil, ZAP berperan dalam proses
pembasahan (wetting agent) yaitu digunakan untuk membasahi permukaan sehingga
memudahkan zat lain untuk melakukan penetrasi kedalam serat. Selain membantu zat
lain juga untuk melalukan penetrasi kedalam serat, sehingga dapat mempercepat
waktu proses dan menghemat waktu.
IX.3 Densitas dan viskositas
(Sampel ZAP yang digunakan adalah larutan ZAP no.4 yang berwarna putih keruh)
Densitas adalah berat jenis yang merupakan bilangan yang menyatakan beberapa
gram bobot 1 cm3 suatu zat. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan berat
jenis suatu larutan ZAP dalam beberapa konsentrasi. Dalam mengukur massa jenis
suatu sampel ZAP ini digunakan alat bantu yaitu piknometer. Sebelum digunakan
pastikan piknometer tersebut bersih dari kotoran dan tidak basah (kering), hal ini
perlu untuk diperhatikan sebab hal tersebut dapat mempengaruhi nilai akhir massa
jenis sampel yang akan diuji. Pengukuran densitas pada praktikum ini yaitu dengan
cara memasukkan masing-masing larutan dengan konsentrasi yang berbeda kedalam
piknometer, kemudian ditimbang sehingga didapatkan bobot piknometer beserta
larutan ZAP nya, maka nilai massa jenis dari larutan ZAP dapat diketahui. Pada
praktikum ini juga dilakukan pengukuran suhu ketika larutan sampel ZAP akan
ditimbang bersama piknometernya (begitu pula untuk pengukuran densitas air), hal
ini dilakukan karena dalam pengukuran densitas harus dilakukan pada suhu yang
sama, karena suhu berpengaruh terhadap nilai densitas. Jika suhu bertambah tinggi
maka benda (sampel) dapat menguap, dan jika suhu rendah maka benda (sampel)
dapat membeku sehingga sulit untuk mengetahui densitasnya sebab volumenya tidak
stabil. Namun dalam praktikum ini suhu ketika pengukuran densitas air dan larutan
sampel ZAP (0,1% ; 0,2%; 0,3%) suhunya serentak sama yakni berkisar antara 27 oC
– 27,5oC sehingga tidak mempengaruhi nilai densitas air, sampel ZAP 0,1%; 0,2%;
0,3% yang sedang dijui. Dalam praktikum ini didapatkan nilai massa jenis air sebesar
0,9660 g/ml (dalam suhu 27oC) hal ini hampir mendekati nilai literature yaitu 1,000
g/ml (dalam suhu 4oC). Sedangkan untuk sampel ZAP dengan konsentrasi 0,1%
memiliki massa jenis 0,9648 g/ml, untuk ZAP dengan konsentrasi 0,2% memiliki
massa jenis sebesar 0,9652 g/ml dan untuk yang konsentrasi 0,3% yaitu sebesar
0,9653 g/ml. Hal ini selaras dengan literature, bahwa semakin besar konsentrasi ZAP
maka semakin besar pula massa jenisnya.
Viskositas adalah sifat dari suatu zat cair untuk melawan tegangan geser (t)
pada waktu bergerak atau mengalir dan disebabkan juga oleh kohesi suatu
partikelnya. Tujuan dari praktikum ini adalah dapat menentukan kekentalan suatu
larutan sampel ZAP dalam beberapa konsentrasi. Pengukuran viskositas dalam
praktikum ini dilakukan dengan uji kuantitatif, caranya yakni memasukan larutan
ZAP dari hasil praktium densitas ke dalam viskonometer samapai batas garis dengan
cara menghisap, lalu hitung berapa waktu tempuh (waktu alir) larutan ZAP tersebut
jatuh. Praktikum ini dilakukan sebanyak 10 kali percobaan, hal ini bertujuan untuk
memperoleh data yang tepat. Dalam praktikum ini didapatkan nilai viskositas air
sebesar 0,4768 cps, ƞ ZAP0,1 % sebesar 0,55034 cps, besar ƞ ZAP 0,2 % sebesar
0,4647 cps, dan besar ƞ ZAP0,3 % sebesar 0,4642 cps. Hal ini tidak selaras dengan
literature bahwa semakin tinggi konsentrasi ZAP, maka seharusnya kekentalannya
pun semakin tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya
adalah ketidaktelitian dalam melakukan perhitungan waktu alir air maupun larutan
sampel ZAP.
IX.4 Penggolongan Zat Aktif permukaan dan Solid content
(Sampel ZAP yang digunakan adalah larutan ZAP yang berwarna ungu)
Praktikum penggolongan zat aktif permukaan bertujuan untuk mengetahui
dan menganalisis golongan ZAP yang diuji. Penggolongan ZAP ini dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu linsenmeyer dan wurtzschmitt. Yang pertama dilakukan adalah
penggolongan ZAP cara wurtzschmitt. Pada percobaan penggolongan ZAP cara
wurzchmitt ini bertujuan untuk membagi ZAP berdasarkan pengendapan ZAP dengan
tiap macam-macam pereaksi menjadi 8 golongan. Pengujian dilakukan dengan cara
kualitatif dimana hasil pengamatan hanya dengan cara visual. Cara pengujian
penggolongan ZAP menurut cara Wurzchmitt ini dilakukan dengan delapan kali
penggolongan yang terdiri dari uji kation, uji anion, pemanasan I, pemanasan II, tanin
I (pH 7 & 5), tanin II (pH 4.5), tanin III (pH 2.5), dan iodium jenuh. Dalam praktikum
ini dilakukan dengan cara mereaksikan sampel ZAP dengan zat pereaksinya masing-
masing. Sehingga jika timbul perubahan diberi tanda (+) dan jika tidak timbul
perubahan diberi tanda (-). Percobaan dilakukan hingga golongan 8, sehingga
diperoleh data (+) dan (-) pada setiap golongannya, dan cocokkanlah dengan data
literature. Berdasarkan pengujian ZAP (yang berwarna ungu) termasuk kedalam
golongan 3. Sebab pada pengujian kation dan tanin II (pH 4.5) hasilnya positif.
Golongan 3 ini menunjukkan jenis ZAP anion yaitu ZAP yang mengalami pengionan
menjadi ion negative didalam larutan atau medium air. Pada percobaan penggolongan
ZAP cara linsenmeyer bertujuan untuk membagi ZAP menjadi 9 golongan yang
menunjukkan struktur molekul ZAP. Langkah pertama pengujian penggolongan ZAP
cara linsenmeyer yaitu dengan membuat larutan sampel ZAP menjadi 1%, hal ini
bertujuan untuk mengurangi kepekatan ZAP sehingga pada saat dilakukan pengujian
tidak membutuhkan zat penguji yang terlalu banyak. Kemudian diuji berdasarkan
cara kerja dengan menggunakan tabung reaksi. Pengujian penggolongan ZAP cara
linsenmeyer ini dilakukan dengan uji kualitatif, dimana pengujian dapat ditentukan
dengan perubahan yang terjadi pada larutan ZAP. Berdasarkan cara linsenmeyer ini
dihasilkan data (-) di semua golongannya, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi
perubahan disetiap penambahan pereaksinya. Maka sampel ZAP ini tidak berada pada
golongan linsenmeyer.
Praktikum solid content ini bertujuan untuk mengetahui % SC (Solid Content)
yang terkandung pada ZAP contoh uji dan mengetahui pH dari ZAP tersebut. Dari
praktikum ini kita dapat mengetahui tingkat kemurnian dari sampel ZAP yang akan
kita uji. Prinsip dari pengujian ini dalah dengan menimbang cawan porselin sebagai
berat awal kemudian ZAP dimasukkan ke cawan dan dipanaskan dilakukan
penimbangan kembali untuk dibandingkan beratnya dengan berat awal. ZAP yang
ditambahkan adalah konsentrasi 1% hal ini bertujuan agar larutan yang dipanaskan
diatas hot plate cepat menyisakan residu, jika konsentrasinya pekat maka proses
pembentukan residu diatas hot plate membutuhkan waktu yang lama . Kemudian
residu di oven sampai kering. Menurut literature ZAP yang bagus hanya mengandung
solid content hanya kurang dari 1%. Besar solid content pada sampel ZAP (yang
berwarna ungu) adalah sebesar 1,446%. Sedangkan untuk pengujian ph dilakukan
dengan menggunakan ph meter, praktikum ini menunjukkan bahwa sampel ZAP ini
memiliki pH sebesar 8.
IX.5 MBAS dan Clouding point
(sampel ZAP adalah larutan ZAP II)
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar LAS (linear alkil sulfonat) yang
terkandung di dalam larutan sampel ZAP dengan menggunakan metode MBAS
(methylene blue active subtances). Prinsip analisa dari praktikum ini yaitu metilen
blue akan mengikat surfaktan anionic yang ada di ZAP yang kemudian akan berikatan
membentuk senyawa kompleks berwarna biru yang akan larut dalam pelarut organic
(kloroform). Pada awal praktikum ini terlebih dahulu dibuat larutan standar dengan
konsentrasi LAS yang erbeda-beda untuk menentukan kurva standar LAS.
Konsentrasi LAS pada larutan standar diantaranya 0 g/l; 0,3 g/l; 0,5 g/l; 1,0 g/l; 1,5
g/l dan 2,0 g/l. masing-masing larutan standar LAS tersebut diuji agar diperoleh kadar
LAS pada larutan standarnya. Langkah pertamanya adalah memasukan larutan
standar LAS kedalam corong pemisah kemudian ditammbahkan indikator pp,
indikator ini memiliki rentang ph 8-10 sehingga berfungsi untuk memudahkan
penunjuk larutan yang bersifat alkali. Kemudian ditambahkan larutan NaOH hingga
berwarna merah muda, hal ini dilakukan bertujuan untuk membuat larutan menjadi
alkali sehingga asam lemak bebas yang masih terkandung didalam larutan standar
LAS dapat terikat oleh NaOH. Kemudian ditambahkan larutan asam sulfat hingga
warna merah muda hilang, hal ini bertujuan untuk membuat larutan menjadi netral
sehingga alkali bebas yang masih terkandung di dalam larutan standar LAS dapat
terikat oleh asam sulfat. Lalu ditambahkan metilen blue yang bberfungsi untuk
mengikat surfaktan anionic yang terkandung didalam ZAP yang kemudian akan
membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Lalu ditambahkan kloroform yang
berfungsi untuk melarutkan senyawa kompleks biru tersebut. Selanjutnya corong
pemisah digoyang-goyang sekuat tenaga hingga didapatkan 2 fasa didalam corong
pemisah tersebut, untuk fasa yang diatas corong pemisah merupakan larutan selain
MBAS,LAS, dan kloroform yakni seperti alkali bebas, asam lemak bebas, asam
sulfat, NaOH, atau air. Sedangkan untuk fasa yang berada dibagian bawah adalah
LAS, MBAS, dan juga kloroform. Fasa yang bagian bawah di pindahkan ke gelas
Erlenmeyer tutup asah dan untuk fasa yang bagian diatas dibuang, lakukan
pengerjaan diatas sebanyak 3kali percobaan, hal ini dilakukan agar menghasilkan
ekstraksi klorofom dalam jumlah yang banyak. Lalu, hasil dari ekstraksi kloroform
tersebut dipindahkan ke corong pemisah di tambahkan larutan pencuci yang berguna
untuk membersihkan larutan hasil ekstraksi kloroform dari zat selain LAS, MBAS,
dan kloroform sehingga dihasilkan larutan yang murni mengandung LAS, MBAS,
dan kloroform saja. Lalu diaduk corong pemisahnya sekuat tenaga, dan timbul 2 fasa,
keluarkan fasa bagian bawah ke labu ukur 25 ml dengan disumbat oleh wol agar
partikel besar tidak masuk ke dalam labu ukur. Lalu tanda batasi labu ukur 25 ml
tersebut menggunakan kloroform kemudian homogenkan. Intensitas warna biru yang
terbentuk diukur dengan spektrofotometer UV-VIS dengan panjang gelombang 652
nm sebab warna biru memiliki panjang gelombang sebesar 652 nm. Serapan yang
terukur setara dengan kadar surfaktan anioniknya (LAS). Lakukan langkah diatas
pada larutan standar LAS lainnya, untuk mendapatkan data dan kurva standar LAS.
Selain itu juga lakukan langkah diatas untuk larutan sampel ZAP yang akan diuji.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dihasilkan garis linear pada kurva
standar LAS dengan persamaan Y = 0,794x + 0,558 melalui persamaan ini kadar LAS
pada larutan sampel ZAP dapat diketahui, yakni memiliki nilai absorbansi sebesar
1,942 A sehingga kadar LAS yang terkandung di sampel ZAP sebesar 1,743 ppm.
Clouding point dilakukan bertujuan untuk mengetahui titik optimum suatu ZAP.
Prinsip dari praktikum ini adalah larutan ZAP di panaskan diatas cawan porcelain
hingga keruh, kekeruhan ini menandakan partikel-partikel ZAP sedang dalam masa
reaktif sehingga pada skeadaan inilah suhu larutan ZAP diukur dan dijadikan sebagai
suhu optimum suatu ZAP bekerja. Pada praktikum ini sampel yang digunakan adalah
sampel ZAP IV, ketika sampel ini dipanaskan terjadi kekeruhan di suhu 63 oC, artinya
ZAP IV ini memiliki suhu optimum 63oC jika suhu melebihi suhu optimum tersebut
maka ZAP akan rusak dan sebaliknya jika suhu lebih kecil dari suhu optimum maka
ZAP tidak akan bekerja secara optimum.

X. Kesimpulan
X.1Pengujian Daya Tahan Sadah
Berdasarkan praktikum pengujian daya tahan sadah yang telah dilakukan,
larutan ZAP yang diuji sama sekali tidak terjadi perubahan berarti ZAP tersebut
tahan sadah.
X.2Pengujian Daya Tahan Asam
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
larutan ZAP agak tahan asam.
X.3Pengujian Daya Tahan Alkali
Berdasarkan praktikum dapat disimpulkan bahwa larutan ZAP tidak tahan
alkali disebabkan terjadinya penggaraman.

X.4Uji Daya Tahan Basah


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dsimpulkan bahwa
untuk mencari KKM didapatkan konsentrasi yang bervariasi yaitu 2,5% ; 2% ;
1,5% ; 0,5% ; dan 0,1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar
konsentrasi ZAP maka waktu daya serapnya semakin cepat.
X.5Density
Pada praktikum densitas, diperoleh massa jenis air = 0,9660 g/ml dan
diperoleh ρ ZAP 0,1 %sebesar 0,9648 g/ml, ρ ZAP 0,2 % sebesar 0,9652 g/ml, dan
ρ ZAP 0,3 % sebesar 0,9653 g/ml.
X.6Viskositas
Berdasarkan praktikum viskositas yang dilakukan, besar ƞ air
sebesar 0,4768 cps , ƞ ZAP0,1 % sebesar 0,55034 cps, besar ƞ ZAP0,2 % sebesar
0,4647 cps, dan besar ƞ ZAP 0,3 % sebesar 0,4642 cps.
X.7Penggolongan Zat Aktif Permukaan
Dapat disimpulkan bahwa menurut wurtcsmith hasil praktikum ZAP
termasuk golongan III dan menurut uji linsenmeyer yaitu tidak ada pada golongan
linsenmeyer.
X.8Solid Content
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pada ZAP contoh uji mengandung solid content sebesar 1,446%.
X.9MBAS
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
sampel ZAP II 1 % memiliki nilai absorbansi 1,942 A dan konsentrasi LAS dalam
larutan sampel ZAP tersebut sebesar 1,743 ppm.
X.10 Clouding Point
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa titik
kerja optimum larutan ZAP IV dengan metode clouding point adalah sebesar
63oC.

DAFTAR PUSTAKA

Iriani, Sri., Juhana, Juju., Rahayu, Haryanti. 2006. Bahan Ajar Praktikum Kimia Zat
Pembantu Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

http://ukurandansatuan.com/cara-menghitung-massa-jenis-densitas.html/

http://pengertianahli.id/2013/12/pengertian-viskositas-apa-itu-viskositas.html
http://dunia-wahyu.blogspot.com/2012/03/kimia-permukaan-surfaktan.html
https://welovechemistry2009.wordpress.com/2012/07/09/analisis-kadar-surfaktan-anion-
deterjen-pada-limbah-secara-mbas/

Anda mungkin juga menyukai