Anda di halaman 1dari 25

ANALISA ZAT AKTIF PERMUKAAN

( Penggolongan ZAP, uji daya basah, uji daya tahan sadah, uji daya tahan asam, uji daya
tahan alkali, viskositas dan densitas)

LAPORAN PRAKTIKUM ZAT PEMBANTU TEKSTIL

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Zat Pembantu Tekstil yang ditujukan
oleh
Dosen :
1) Eka O., S.ST., MT.
2) Lestari W., S.Pd, M. Tr.
3) Anisa Intanika S. K., S.T

ditulis oleh

Gadi Dzikri Maulana

NPM 22420025

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2023
I. Judul Praktikum
a. Penggolongan zat aktif permukaan dengan cara Wutzhmitt dan cara Linsenmeyer
b. Penguijian daya tahan basah
c. Pengujian daya tahan sadah
d. Pengujian daya tahan asam
e. Pengujian daya tahan alkali
f. Pengujian densitas
g. Pengujian viskositas

II. Maksud dan tujuan


a. Penggolongan zat aktif permukaan dengan cara Wutzhmitt dan cara
Linsenmeyer
Untuk mengetahui penggolongan suatu zat aktif permukaan berdasarkan pengendapan
zat aktif permukaan dan berdasarkan struktur molekulnya yang berbeda.

b. Penguijian daya tahan basah


Dapat menentukan daya basah atau kemampuan suatu zat pembasah untuk mempercepat
pembasahan.
c. Pengujian daya tahan sadah
Dapat menguji daya tahan zat aktif permukaan terhadap garam penyebab sadah dan air
sadah 20ºDH, 30ºDH, 40ºDH.
d. Pengujian daya tahan asam
Dapat menentukan daya tahan suatu ZAP terhadap asam dengan konsentrasi tertentu.
e. Pengujian daya tahan alkali
Praktikan bisa menentukan daya tahan suatu zat aktif permukaan terhadap alkali.
f. Pengujian densitas
Mengetahui berat jenis suatu larutan ZAP pada beberapa konsentrasi tertentu.
g. Pengujian viskositas
Mengetahui kekentalan suatu larutan ZAP pada beberapa konsentrasi tertentu

III. Dasar Teori


3. 1 Zat Aktif Permukaan

Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan. Surfaktan ini memiliki gugus hidrofilik
dan gugus hidrofobik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul
surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar
yang suka akan minyak/lemak (hidrofobik). Bagian polar molekul surfaktan dapat
bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan
dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk
lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke
udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya
bagian non polar (hidrofobik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang ”ekor”,
sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil dan nampak
sebagai “kepala” surfaktan.

Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air,
sedangkan gugus hidrofobik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak.
Pada suatu molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya.
Molekul-molekul surfaktan akan diadsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan
minyak apabila gugus polarnya yang lebih dominan. Hal ini menyebabkan tegangan
permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase
kontinyu. Sebaliknya, apabila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekul-molekul
surfaktan tersebut akan diadsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air.
Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar
dan menjadi fase kontinyu.

Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan


permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan
konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut critical micelle concentration (cmc). Tegangan permukaan
akan menurun hingga cmc tercapai. Setelah cmc tercapai, tegangan permukaan akan
konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang
berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya.

Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari molekulmolekul
surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50 sampai 100 molekul asam
lemak dari sabun.
Berdasarkan struktur ion ada tidaknya muatan ion pada rantai panjang bagian
hidrofobiknya, dikenal 4 macam, yaitu :

a. Surfaktan anionik

Surfaktan ini bila terionisasi dalam air/larutan membentuk ion negatif. Surfaktan ini
banyak digunakan untuk pembuatan detergen mesin cuci, pencuci tangan dan
pencuci alat-alat rumah tangga. Surfaktan ini memiliki sifat pembersih yang
sempurna dan menghasilkan busa yang banyak. Contoh surfaktan ini yaitu,
alkilbenzen sulfonat linier, alkohol etoksisulfat, dan alkil sulfat.

b. Surfaktan nonionik

Surfaktan ini tidak dapat terionisasi dalam air/larutan sehingga surfaktan ini tidak
memiliki muatan. Dalam pembuatan detergen surfaktan ini memiliki keuntungan
yaitu tidak terpengaruh oleh keadaan air karena surfaktan ini resisten terhadap air
sadah. Selain itu juga detergen yang dihasilkan hanya menghasilkan sedikit busa.
Contohnya alkohol etoksilat.

c. Surfaktan kationik

Surfaktan ini akan terionisasi dalam air/larutan membentuk ion positif. Dalam
detergen, surfaktan ini banyak digunakan sebagai pelembut. Contohnya senyawa
amonium kuarterner.

d. Surfaktan amfolitik

Bila terionisasi dalam air/larutan akan terbentuk ion positif, ion negative atau
nonionik bergantung pada pH air/larutannya. Surfaktan ini digunakan untuk pencuci
alat-alat rumah tangga. Contoh imidazolin dan betain.

Zat aktif permukaan adalah zat yang cenderung terkonsentrasi pada antar muka dan
mengaktifkan antar muka serta mempunyai kemampuan untuk menurunkan atau
menaikkan tegangan permukaan. Molekul zat aktif permukaan terdiri dari dua gugus
penting yaitu gugus hidrofil (menarik pelarut) dan hidrofob (menolak pelarut). Gugus
hidrofob biasanya terdiri dari rantai alifatik yang umumnya paling sedikit sepuluh atom
karbon (C). Gugus hidrofob bersifat menjauhi air. Dan gugus hidrofil yang memiliki sifat
mendekati air. Mengingat banyaknya jenis zat aktif permukaan maka perlu dibedakan
antara golongan dan penggolongan menurut sifat aktif ionnya yaitu golongan aktif anion
dan aktif nonion yang pada umumnya bersifat menurunkan tegangan permukaan, dan
golongan aktif kation yang bersifat menaikan tegangan permukaan. Analisa
penggolongan terhadap sifat aktif ion dapat dilakukan menurut cara Wurtzschmitt.
Menurut cara Wurtzschmitt berdasarkan pengendapan dengan pereaksi tertentu yang
dibagi menjadi 8 golongan, yaitu :

1) Kondensat poliakohol
2) Kondensat polialkil amida
3) Zat aktif anion
4) Zat aktif kation
5) Polialkilena amina (bukan senyawa kuarterner)
6) Polialkilena oksida dengan 10 mol etilena oksida tidak tersulfonkan
7) Polialkilena oksida dengan lebih dari 10 mol etilena oksida tidak tersulfonkan
8) Polialkilena oksida tersulfonkan

Tabel penggolongan menurut Wurtzschmitt

Sedangkan penggolongan yang lain menurut struktur kimia zat aktif permukaan
(menurut cara Linsenmeyer), yaitu:

1) Golongan sabun
2) Minyak tersulfonkan
3) Minyak tersulfon tingkat tinggi
4) Naftalena sulfonate
5) Alkil alkohol sulfonate
6) Mersolat
7) Kondensat asam lemak
8) Kondensat protein asam lemak
9) Kondensat etilena oksida
3. 2 Pengujian daya basah
Daya basah yang dilakukan pada percobaan ini menggunakan cara Brauco dan
Clarkson. Pembasahan dan penyebaran pada permukaan benda padat, bergantung pada
besarnya sudut kontak pada antar muka padat-cair dan penurunan tegangan antar muka.
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kait dan bandul sebagai pemberat dengan bobot
tertentu. Di mana ketentuan untuk bandul pemberat adalah terbuat dari logam timbal
tahan karat, berat 40 gram dan diameter 4 cm,panjang benang pembantu 2 cm. Sejumlah
berat benang dengan nomor tertentu, diberi bahan dengan kait dan bandul tersebut dan
dibiarkan tenggelam dalam larutan ZAP tersebut, hingga tercapai titik akhir pada saat
penenggelaman.
3. 3 Pengujian daya tahan sadah
Air sadah adalah air yang banyak mengandung ion-ion kalsium dan magnesium.
Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.
Kedua jenis air sadah ini berbeda dalam kandungan anion dan cara menghilangkannya.
Air sadah sementara mengandung anion bikarbonat (HCO -) sedangkan air sadah tetap
mengandung anion klorida (Cl-) dan sulfat (SO42-).
Adapun cara penghilangan untuk air sadah sementara adalah cukup dengan
pemanasan sehingga akan terbentuk terak sesuai persamaan berikut :
Ca(HCO3)2(aq) → CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang
menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di
rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun tidak dapat membentuk busa, tetapi
malah membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun) yang sukar dihilangkan. Efek
ini timbul karena ion 2+ menghancurkan sifat surfaktan dari sabun dengan membentuk
endapan padat (sampah sabun tersebut). Komponen utama dari sampah tersebut adalah
kalsium stearat, yang muncul dari stearat natrium, komponen utama dari sabun:
2 C17H35COO- + Ca2+ → (C17H35COO)2Ca
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah
kerugian. Pada industri yang menggunakan ketel uap, air yang digunakan harus terbebas
dari kesadahan. Hal ini dikarenakan kalsium dan magnesium karbonat cenderung
mengendap pada permukaan pipa dan permukaan penukar panas. Presipitasi
(pembentukan padatan tak larut) ini terutama disebabkan oleh dekomposisi termal ion
bikarbonat, tetapi bisa juga terjadi sampai batas tertentu walaupun tanpa adanya ion
tersebut. Penumpukan endapan ini dapat mengakibatkan terhambatnya aliran air di dalam
pipa. Dalam ketel uap, endapan mengganggu aliran panas ke dalam air, mengurangi
efisiensi pemanasan dan memungkinkan komponen logam ketel uap terlalu panas. Dalam
sistem bertekanan, panas berlebih ini dapat menyebabkan kegagalan ketel uap.
Kerusakan yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat bervariasi tergantung pada
bentuk kristal, misalnya, kalsit atau aragonit.
3. 4 Pengujian daya tahan asam
Asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang
disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam
bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Pengujian
daya tahan alkali secara kualitatif dilakukan dengan penambahan NaOH 25% ke dalam
larutan detergen, yang kemudian dididihkan dengan memakai pendingin refluks, dicatat
adanya pemisahan minyak atau terjadinya penggaraman pada larutan detergen.
Kemudian disaring dan diambil residunya. Pengujian terhadap asam menunjukan ZAP
ketahan ZAP terhadap asam, dengan ciri yaitu saat dipanaskan masih berbusa dan tidak
terlihat adanya minyak.
3. 5 Pengujian daya tahan alkali
Basa atau alkali adalah senyawa kimia yang menyerap ion hidronium ketika
dilarutkan dalam air. Alkali adalah lawan dari asam, yaitu ditunjukkan untuk unsur atau
senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan
untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa
sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan
konsentrasi larutan basa tersebut. Pengujian daya tahan alkali secara kualitatif dilakukan
dengan penambahan NaOH 25% ke dalam larutan detergen, yang kemudian dididihkan
dengan memakai pendingin refluks, dicatat adanya pemisahan minyak atau terjadinya
penggaraman pada larutan detergen. Kemudian disaring dan diambil residunya. Residu
diencerkan dan dinetralkan dengan asam dengan penunjuk indikator metil jingga.\
3. 6 Densitas
Massa jenis atau densitas adalah suatu besaran kerapatan massa benda yang
dinyatakan dalam berat benda per satuan volume benda tersebut. Besaran massa jenis
dapat membantu mencrangkan mengapa benda yang berukuren sama memiliki berat
yang berbeda. Berdasarkan rumus massa jenis yaitu massa/volume, maka satuan massa
jenis jenis adalah adalah satuan satuan massa massa/satuan auua volume. Dalam sistem
satuan internasionnal (sistem SI), satuan standar untuk massa jenis atau densitas ,daiah
adalah ko/m3 kg/m3 (kilogram per meter kubik). Pada dasarnya setiap satuan
massa/satuan volume dapat digunakan untuk menyatakan massa jenis. Beberapa satuan
massa jenis yang banyak digunakan antara lain sebagai berikut: kilogram per meter kubik
(kg/m3), kilogram per liter (kg/L), gram per milliliter (g/mL), milligram per deciliter
(mg/dL), metric ton per
meter kubik (t/m3), gram per cubic centimeter (g/cc)
3. 7 Viskositas
Arti dari viskositas bukan kekentalan, namun viskositas ini memiliki hubungan yang
erat dengan kekentalan, viskositas merupakan kondisi yang hanya terdapat pada fluida.
Bila diartikan secara harfiah viskositas adalah resistensi satu lapisan untuk meluncur
(sliding) diatas lapisan lainnya. Dengan demikian, viskositas berhubungan langsung
dengan besarnya friksi dan tegangan geser yang terjadi pada partikel-partikel fluida.
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan
tekanan maupun tegangan. Semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga
pergerakan dari fluida tersebut.
II. Alat dan bahan
4. 1 Penggolongan ZAP
Alat:
 Tabung reaksi
 Batang pengaduk
 Pipet ukur
 Pipet tetes
 Penangas air
Bahan:
 Sampel ZAP
 Zat aktif anion
 Zat aktif kation
 BaCl2
 Tanin
 Yodium
 HCl encer
 Air dingin
 CH3COOH 15%
 CaCl2 20°DH
 HCl pekat
 NaOH 10%
 CuSO4
 Lakmus merah
 Fenol
4. 2 Pengujian daya basah
Alat:
 Gelas ukur 500 ml
 Pipet ukur 10 ml
 Bandul pemberat
 Stopwatch
 Benang penyangga
 Timbangan digital
Bahan:
 Larutan ZAP 10%
 Benang kapas grey yang telah direeling
 Air suling
4. 3 Pengujian daya tahan sadah
Alat:
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Pipet volume 10 ml
Bahan:
 Air sadah 20°DH
 Air sadah 30°DH
 Air sadah 40°DH
 Larutan sampel ZAP
 Air suling
4. 4 Pengujian daya tahan asam
Alat:
 Labu ukur 100 ml
 Erlenmeyer
 Batu didih
 Pipet tetes
 Pipet ukur 10 ml
 Refluks
Bahan:
 Larutan sampel ZAP 10%
 Air suling
 Asam sulfat 10%
 Asam sulfat pekat
4. 5 Pengujian daya tahan alkali
Alat:
 Erlenmeyer 200 ml
 Gelas piala 250 ml
 Kertas saring
 Corong
 Refluks
Bahan:
 NaOH padat
 Indicator MO
 HCl pekat
 HCl 1N
4. 6 Densitas
Alat:
 Pipet ukur 10 ml
 Piknometer
 Desikator
 Oven
 Thermometer
 Timbangan digital
 Piala gelas
 Gelas ukur 100 ml
Bahan:
 Larutan sampel ZAP
 Air suling
4. 7 Viskositas
Alat:
 Viskosmeter
 Stopwatch
 Labu ukur 100 ml
Bahan:
 Larutan sampel ZAP 10%
 Air suling
V. Langkah kerja
5. 1 Penggolongan ZAP
A. Cara Wutzchmitt
1) Zat Aktif Permukaan golongan 3 dan 8
a. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 10 tetes larutan
aktif kation (b)
b. Bila terjadi pengendapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 3 dan 8
2) Zat Aktif Permukaan golongan 4 dan 5
a. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 10 tetes larutan
aktif anion, kocok dengan baik (a)
b. Bila terjadi pengendapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 4 dan 5
(c)
3) Zat Aktif Permukaan golongan 6
a. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 2 ml air suling
kemudian panaskan. Amati!
b. Bila terjadi kabut pada dasar tabung reaksi, maka zat aktif permukaan termasuk
golongan 6
4) Zat Aktif Permukaan golongan 5, 6, dan 7
a. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahlan 10 tetes larutan
asam tanin pH 2,5 (g)
b. Bila terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 5, 6, dan 7
c. Bila tidak terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 1 dan 2
5) Zat Aktif Permukaan golongan 4 dan 8
a. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 10 tetes ml
larutan asam tanin pH 4 – 4,5 (f)
b. Bila terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 4 dan 8
c. Bila tidak terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 1 dan 2
6) Zat Aktif Permukaan golongan 4
a. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 10 tetes larutan
Iodium jenuh (h)
b. Bila terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 4
c. Bila tidak terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 1 dan 2
7) Zat Aktif Permukaan golongan 1 dan 2
a. Maasukkan 2 ml larutan contoh, masing-masing kedalam 10 tetes larutan asam
tanin pH 2,5 (g) ; 10 tetes larutan asam tanin pH 4 – 4,5 (f) ; 10 tetes larutan asam
tanin pH 7 – 7,5 (e) ; 10 tetes larutan Iodium jenuh (h)
b. Bila pada masing-masing tabung larutan asam tanin tersebut tidak terjadi endapan,
maka zat aktif permukaan termasuk golongan 1 dan 2
c. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 10 tetes larutan
NaCl 10% (atau CaCl2 10% ; atau BaCl2 10%), kemudian panaskan larutan tersebut
dan amati apa yang terjadi pada dasar tabung reaksi! (d)
d. Bila tidak terjadi kabut pada dasar tabung reaksi, maka zat aktif permukaan
termasuk golongan 1 dan 2
B. Cara Linsenmeyer
Contoh ZAP dibuat larutan 1%.
a. 1 ml asam asetat 15%, didihkan sebentar, kemudian amati.
b. 1ml larutan contoh ditambah 1 ml CaCl2 20° DH, amati. Apabila terjadi
kekeruhan kemungkinan golongan 1 dan 2.
Golongan 2:
Untuk golongan 2. Larutan contoh uji (2) ditambah BaC12 10%, bila timbulendapan
putih/adanya penguraian menunjukan golongan 2.
c. 1 ml larutan contoh uji ditambah 1-2 tetes HCI pekat, amati. Kalau ada kekeruhan
kemungkinan golongan 3 dan 8
Golongan 3 dan 8:
1 ml larutan contoh uji ditambahkan 1-2 tetes NaOH 10% atau 4N lalu ditambah 1-2
tetes CuSO,, panaskan terbentuk wama merah ungu dan ditambah 1-2 tetes HCI
encer panaskan → warna coklat dan berbau amis
d. ml contoh uji ditambahkan 1-2 tetes HCI pekat, panaskan beberapa menit
kemudian tuangkan dalam 10 ml air dingin lalu amati perubahan yang terjadi.
Apabila terjadi kekeruhan kemungkinan golongan 4 dan 5.
Golongan 4:
Akan memberikan endapan dengan penambahan 1-2 tetes CuSO4
e. 1 ml contoh uji ditambah 1-2 tetes HCI pekat panaskan, tuangkan 10 ml air
dingin, amati Apabila tidak terjadi kekeruhan kemungkinan golongan 6, 7 atau 9.
Golongan 6
1 ml larutan contoh ditambah 1-2 ml larutan BaC12 10% terjadi endapan putih.
Golongan 7
1 ml larutan contoh uji ditambah 1-2 tetes NaOH 100 10% → adanya adanya
nitrogen dengan uji amoniak, lakmus merah menjadi biru
Golongan 9
1 ml larutan contoh uji ditambah 1 ml fenol menjadi berwarna putih keju
5. 2 Pengujan daya basah
a. Ditimbang 5 gram contoh uji (benang kapas yang telah di riling).
b. Larutan ZAP dibuat sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan.
c. Dikaitkan dan hubungkan dengan pemberat, dipasang pada ujung benang kapas.
d. Ujung benang yang lain dipegang diatas permukaan larutan lalu dilepas
perlahan-perlahan ke dalam larutan ZAP sehingga benang terendam seluruhnya.
e. Waktu pembasahan dihitung sejak bandul pemberat menyentuh dasar gelas ukur
hingga seluruh benang jatuh ke dasar gelas ukur.
5. 3 Pengujian daya tahan sadah
a. Dibuat larutan dengan konsentrasi 1% di dalam air sadah.
b. Untuk air 20˚DH, 2 ml air sadah 100˚DH ditambah dengan 1 ml contoh uji
diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung rekasi.
c. Untuk air 30˚DH, 3 ml air sadah 100˚DH ditambah dengan 1 ml contoh uji
diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung rekasi.
d. Untuk air 40˚DH, 4 ml air sadah 100˚DH ditambah dengan 1 ml contoh uji
diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
e. Masing-masing larutan dikocok-kocok dan diamati, pengujian dilakukan pada
suhu kamar.
5. 4 Pengujian daya tahan asam
a. Dimasukkan 100 ml larutan ZAP 1% (10 ml ZAP 10% diencerkan menjadi 100
ml) kedalam labu erlenmeyer, tambahkan batu didih dan 1 ml (asam sulfat) H2SO4
10%.
b. Dididihkan larutan selama 15 menit dengan refluks, amati adanya perubahan,
apakahterjadi kekeruhan, pemisahan minyak, atau kehilangan daya busa
(Pengamatan I) .
c. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 0,5 ml (asam sulfat) H2SO4 pekat,
didihkandengan refluks, amati apakah ada perubahan pada perlakuan dengan
konsentrasi asam sulfat 1% ini (Pengamatan II) .
d. Bila tidak terjadi perubahan, naikkan konsentrasi asam sulfat dalam larutan
menjadi 3% dengan menambahkan 1 ml asam sulfat pekat dan kemudian didihkan
selama 15 menit. Amati apakah ada perubahan pada kondisi ini (Pengamatan III).
e. Bila tidak terjadi perubahan, ditambahkan 6,5 ml asam sulfat pekat agar
konsentrasi asam dalam larutan menjadi 10%, kemudian refluks selama 15 menit.
Amati apakah ada perubahan (Pengamatan IV).
f. Bila pada pengamatan IV tidak terjadi pengendapan atau pemisahan minyak,
larutan diencerkan dengan air dalam volume yang sama dan dikocok-kocok dengan
teratur, kemudian diamati apakah masih timbul busa atau tidak (Pengamatan
V).
g. Bila tidak terjadi perubahan, percobaan dihentikan (Pengamatan VI).
Evaluasi
 Bila pada pengamatan (I) terjadi penguraian atau pemisahan minyak, ZAP
dinyatakan sangat tidak tahan asam.
 Bila pada pengamatan (II) terjadi perubahan, ZAP dinyatakan tidak tahan asam.
 Bila pada pengamatan (III) terjadi perubahan, ZAP dinyatakan agak tidak
tahanasam.
 Bila pada pengamatan (IV) terjadi perubahan, ZAP dinyatakan agak tahan asam.
 Bila pada pengamatan (V) ZAP masih berbusa, ZAP dinyatakan tahan
terhadapasam.
 Bila pada pengamatan (VI) tidak terjadi perubahan, ZAP dinyatakan sangat tahan
terhadap asam
5. 5 Pengujian daya tahan alkali
a. Dilarutkan 1 gram ZAP (10 ml ZAP 10%) yang akan diuji dengan 65 ml air
suling, kemudian tambahkan 25 gram NaOH padat dan 1-2 butir batu didih.
b. Dikocok hingga larut sempurna, kemudian amati adanya perubahan (Pengamatan
I).
c. Dididihkan larutan tersebut, pada refluks selama 15 menit, amati adanya
perubahan, apakah terjadi penggaraman (Pengamatan II).
d. Dinginkan larutan tersebut, kemudian saring sisa yang tidak larut pada kertas
saring dipindahkan ke dalam piala gelas yang berisi 25 ml air suling.
e. Titrasi dengan HCl sampai netral dengan indikator MO (Pengamatan III).
f. Kocok dengan hati-hati larutan tersebut kemudian didihkan selama 5 menit dang
dinginkan sampai suhu kamar, amati adanya perubahan (Pengamatan IV)
Evaluasi
 Bila pada pengamatan (I) terjadi penggaraman atau pemisahan minyak, ZAP
dinyatakan tidak tahan alkali
 Bila pada pengamatan (II) terjadi penggaraman yang larut sempurna dalam asam
(pengamatan III) ZAP dinyatakan tahan alkali
 Bila pada pengamatan (IV) tidak terjadi penggaraman, ZAP dinyatakan sangat
tahan alkali
5. 6 Densitas
a. Dibuat larutan contoh uji 0,1% ; 0,2% ; 0,3%
b. Piknometer kosong dioven ± 1 jam pada suhu 105-110°C
c. Piknometer dieksikator ± 15 menit (a gram)
d. Dimasukkan contoh uji konsentrasi 0,1% lalu timbang (b gram) amati suhunya
e. Dilakukan proses pada contoh uji konsentrasi 0,2 ; 0,3 seperti pada contoh uji
0,1%
5. 7 Viskositas
a. Hitung waktu alir H2O.
b. Hitung waktu alir contoh uji.
VI. Data pengamatan dan perhitungan
6. 1 Penggolongan ZAP
a. Cara Wurtzschmitt

Pengujian Cara kerja Hasil Kesimpulan


pengamatan
Uji gol. I&II a. Uji tanin 1 pH 7-7,5 Keruh (+)
CU + 1-2 tetes tanin 1
b. Uji tanin 2 pH 4,5 Keruh (+)
CU + 1-2 tetes tanin 2
c. Uji tanin 3 pH 2,5 Keruh (+)
CU + 1-2 tetes tanin 3
d. Uji dengan chlorida Keruh (+)
CU + 1-2 tetes BaCl2
Uji gol. III&IV Uji anion Tidak keruh (-)
(bersifat anion) CU + 1-2 tetes zat aktif
kation
Uji gol. III&V Uji kation Tidak keruh (-)
(bersifat kation) CU + 1-2 tetes zat aktif
anion
Uji gol. V, Uji tanin pH 2,5 Keruh (+)
VI&VII
Polialkilena CU + 1-2 tetes tanin 3
Uji gol IV Uji iodium jenuh Tidak keruh (-)
CU + 1-2 tetes iodium
jenuh
Uji gol VI Uji pemanasan Tidak keruh (-)
CU↑

Golonga
Hasil uji
n
a b c d e f g h
I (-) (+) (+) (+)
II (-) (+) (+) (+)
III (-)
IV (-) (+) (-)
V (-) (+)
VI (-) (+)
VII (+)
VIII (-) (+)
Contoh uji nomor 25

b. Cara linsenmeyer

Pengujian Cara uji Hasil pengamatan Kesimpulan


Uji gol. I&II 1. CU + 1-2 tetes Tidak keruh -
CH3COOH 15% ↑
2. CU + CaCl Tidak keruh -
20°DH
Penentuan gol. II CU + BaCl2 10% Tidak ada endapan -
putih
Uji gol. III&VIII CU + HCl pekat Tidak keruh -
Uji gol. IV&V CU + HCl pekat ↑ Tidak keruh -
+ 10 ml air dingin
Uji gol. VI, CU + HCl pekat ↑ Tidak keruh -
VII&IX + 10 ml air dingin
Penentuan gol. VI CU + BaCl2 Tidak ada endapan -
putih
Penentuan gol. VII CU + NaOH 10% Lakmus berwarna -
→uji amoniak, merah
lakmus merah
Penentuan gol. IX CU + fenol Putih keju +
Contoh uji nomor 25
6. 2 Pengujian daya basah
Perhitungan
 V1.10% = 8%.500 ml
V1 = 400 ml
 V1.8% = 6%.500 ml
V1 = 375 ml
 V1.6% = 4%.500 ml
V1 = 333,333 ml
 V1.4% = 2%.500 ml
V1 = 250 ml
Tabel waktu pembasahan

No Konsentrasi larutan Berat benang Waktu


1 8% 5,06 gram 06,02 detik
2 6% 5,07 gram 10,50 detik
3 4% 5,07 gram 20,10 detik
4 2% 5,06 gram 57,01 detik
5 0% 5,01 gram >60 detik
Grafik daya basah
70.00
60.00
50.00

Waktu (detik) 40.00


30.00
KKM
20.00
10.00
0.00
0.00% 2.00% 3.70% 4.00% 6.00% 8.00%
Konsentrasi larutan ZAP (%)

6. 3 Pengujian daya tahan sadah

Pengujian Cara uji Data pengamatan


Air sadah 20°DH 2 ml air sadah 100°DH + 1 Tidak keruh
ml CU + 7 ml air suling
Air sadah 30°DH 3 ml air sadah 100°DH + 1 Tidak keruh
ml CU + 6 ml air suling
Air sadah 40°DH 4 ml air sadah 100°DH + 1 Tidak keruh
ml CU + 5 ml air suling

6. 4 Pengujian daya tahan asam

Pengujian Cara Uji Data pengamatan


Pengamtan I 10 ml ZAP + 90 ml aquades + batu Bening, tidak berubah,
didih + H2SO4 1 ml 10%↑ tidak keruh
Pengamatan II + H2SO4 0,5 ml↑ Bening, tidak berubah,
tidak keruh
Pengamatan III + H2SO4 pekat 1 ml↑ Bening, tidak berubah,
tidak keruh
Pengamtan IV +H2SO4 6,5 ml↑ Bening, tidak berubah,
tidak keruh
Pengamatan V +100 ml air suling kocok Bening, tidak berubah

6. 5 Pengujian daya tahan alkali


Pengujian Cara uji Data pengamatan
Pengamatan I 10 ml CU ZAP + 65 Keruh, terjadi lapisan
aquades + 25 g NaOH minyak
padat, kocok

6. 6 Densitas
a. Bobot piknometer kosong : 34,766 gram
b. Bobot piknometer + aquades : 60,484 gram
c. Bobot piknometer + larutan ZAP 0,1% : 60,4566 gram
d. Bobot piknometer + larutan ZAP 0,2% : 60,4543 gram
e. Bobot piknometer + larutan ZAP 0,3% : 60,4595 gram
f. Suhu larutan : 28°C
g. Suhu aquades : 28°C
h. Volume piknometer : 25 ml
i. Bobot aquades : 25,7151 gram
j. Bobot larutan ZAP 0,1% : 25,6906 gram
k. Bobot larutan ZAP 0,2% : 25,6883 gram
l. Bobot larutan ZAP 0,3% : 25,6935 gram
Perhitungan
 V1.10% = 100 ml.0,1%
V1 = 1 ml
 V1.10% = 100 ml.0,2%
V1.10% = 2 ml
 V1.10% = 100 ml.0,3%
V1 = 3 ml
bobot isi zat t ° C
d4t = xdaqt
bobot isi aquades t ° C
25,6906
d(0,1) = x0,99626
25,7151

= 0,9953

25,6884
d(0,2) = x0,99626
25,7151

= 0,9952
25,6953
d(0,3) = x0,99626
25,7151

= 0,4954

Pembanding densitas

ρ = m/v

ρ(0,1) = 25,6906/25

= 1,0276

ρ(0,2) = 25,6883/25

= 1,0275

ρ(0,3) = 25,6935/25

= 1,0277

6. 7 Viskositas

Jenis/nama sampel Waktu rata-rata sampel (detik)


Aquades 27,303 detik
ZAP 0,1 28,609 detik
ZAP 0,2 28,675 detik
ZAP 0,3 30,129 detik
Perhitungan

dc x tc x μs
μ=
ds x ts

0,9953 x 28,609 x 0,8360


μ0,1 =
0,99626 x 27,303

= 0,8751 cp

0,9952 x 28,675 x 0,8360


μ0,2 =
0,99626 x 27,303

= 0,8770 cp

0,9954 x 30,129 x 0,8360


μ0,3 =
0,99626 x 27,303
= 0,9217 cp

VII. Diskusi
7. 1 Penggolongan ZAP
a. Cara Wurtzschmitt
Pada praktikum kali ini yaitu penggolongan zat aktif permukaanyang bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis golongan ZAP yang uji. Penggolongan ZAP ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu penggolongan ZAP cara wurtzschmitt. Pada percobaan
penggolongan ZAP cara wurzchmitt ini bertujuan untuk membagi ZAP berdasarkan
pengendapan ZAP dengan tiap macam-macam pereaksi menjadi 8 golongan. Pengujian
dilakukan dengan cara kualitatif dimana hasil pengamatan hanya dengan cara visual.
Cara pengujian penggolongan ZAP menurut cara Wurzchmitt ini dilakukan dengan
delapan kali penggolongan yang terdiri dari uji kation, uji anion, pemanasan I,
pemanasan II, tanin I (pH 7 & 5), tanin II (pH 4.5), tanin III (pH 2.5), dan iodium jenuh.
Dalam praktikum ini dilakukan dengan cara mereaksikan sampel ZAP dengan zat
pereaksinya masing-masing. banyaknya jenis zat aktif permukaan maka perlu dibedakan
antara golongan penggolongan menurut sifat aktif ionnya yaitu golongan aktif anion dan
aktif nonion yang pada umumnya bersifat menurunkan tegangan permukaan, dan
golongan aktif kation yang bersifat menaikan tegangan permukaan. Analisa
penggolongan terhadap sifat aktif ion dapat dilakukan menurut cara Wurtzschmitt.
Menurut cara Wurtzschmitt berdasarkan pengendapan dengan pereaksi tertentu yang
dibagi menjadi 8 golongan. Berdasarkan ZAP nomor 25 termasuk ke dalam golongan
VII. Golongan VII ini menunjukkan jenis ZAP polialkliena oksida.
b. Cara Linsenmeyer
Pada percobaan penggolongan ZAP cara linsenmeyer bertujuan untuk membagi ZAP
menjadi 9 golongan yang menunjukkan struktur molekul ZAP. Langkah pertama
pengujian penggolongan ZAP cara linsenmeyer yaitu dengan membuat larutan sampel
ZAP menjadi 1%, hal ini bertujuan untuk mengurangi kepekatan ZAP sehingga pada saat
dilakukan pengujian tidak membutuhkan zat penguji yang terlalu banyak. Kemudian
diuji berdasarkan cara kerja dengan menggunakan tabung reaksi. Pengujian
penggolongan ZAP cara linsenmeyer ini dilakukan dengan uji kualitatif, dimana
pengujian dapat ditentukan dengan perubahan yang terjadi pada larutan ZAP. Dari hasil
percobaan dalam sampel ZAP nomor 25 termasuk dalam golongan IX yaitu kondensat
etilena oksida .
7. 2 Pengujian daya basah
Dari data percobaan dan grafik dapat dillihat bahwa semakin banyak konsentrasi
sabun yang ditambahkan maka daya pembasahan akan semakin meningkat. Sehingga
ketika konsentrasi dari penambahan ZAP ditambahkan maka daya basah yang dihasilkan
akan semakin tinggi. Pada grafik didapatkan nilai uji yang sesuai dengan persyartan daya
pembasahan yaitu 25 detik. Hasil tersebut terletak di angka konsentrasi 3,7 % pada
contoh ZAP nomor 1
7. 3 Pengujian daya tahan sadah
Pada percobaan ini praktikan diharuskan untuk melakukan pengujian daya tahan ZAP
terhadap air sadah, air sadah 20 °dH, 30°dH dan 40°dH. Pada praktikum ini konsentrasi
sampel ZAP dibuat menjadi 1%, hal ini dilakukan bertujuan untuk mengurangi
kepekatan ZAP sehingga pada saat dilakukan pengujian tidak membutuhkan zat
penguji yang terlalu banyak, sebab pengujiannya dilakukan secara kualitatif saja. Apabila
terjadi kekeruhan atau pengendapan pada larutan 1% detergen dalam air sadah tersebut,
maka ZAP tidak tahan air sadah. Apabila terjadi kekeruhan pada air 30°dH dan terjadi
pengendapan pada air 40°dH dan tidak ada perubahan pada air 20°dH berarti ZAP cukup
tahan terhadap air sadah. Apabila sama sekali tidak terjadi perubahan pada air 20°dH,
30°dH, 40°dH, berarti ZAP sangat tahan terhadap air sadah. Berdasarkan pengujian yang
telah dilakukan terhadap sampel ZAP no 25, dihasilkan data dari ketiga hasil tidak terjadi
perubahan/ kekeruhan hal ini dapat terjadi sebab sampel ZAP tersebut tidak bereaksi atau
berikatan dengan air sadah sehingga tidak terjadi pembentukan endapan dengan ion Ca
mataupun dengan ion Mg. Dengan demikian sampel ZAP nomor 25 tersebut tahan
terhadap air sadah.
7. 4 Pengujian daya tahan asam
Uji daya tahan asam dilakukan agar kita mengetahui apakah ZAP tahan terhadap zat
kimia asam atau tidak. Dalam praktikum ini dilakukan percobaan dengan menggunakan
larutan H2SO4 sebab asam sulfat termasuk jenis asam kuat (memiliki tingkat keasaman
yang tinggi), sehingga dapat dijadikan indikator apakah suatu ZAP tahan terhadap asam
atau tidak. Selain itu juga asam sulfat yang digunakan pada praktikum ini memiliki
konsentarsi yang berbeda-beda hal ini bertujuan untuk mengetahui pada konsentrasi
berapa ZAP tersebut tahan asam. Pada praktikum ini konsentrasi sampel ZAP dibuat
menjadi 1%, hal ini dilakukan bertujuan untuk mengurangi kepekatan ZAP sehingga
pada saat dilakukan pengujian tidak membutuhkan zat penguji yang terlalu banyak,
sebab pengujiannya dilakukan secara kualitatif saja. Dalam percobaan ini selalu per
refluksan, hal ini dilakukan agar reaksi antara ZAP dengan asam sulfat berlangsung
dengan cepat, sehingga perubahan dapat teramati dengan cepat tanpa perlu menunggu
lama. Pada saat pengujian oleh asam sulfat 10 % 1 ml hingga asam sulfat pekat 1 ml
tidak terjadi perubahan pada larutan ZAP baik itu pengendapan maupun pemisahan
minyak. Lalu ketika ditambahkan asam sulfat pekat lagi dan direfluks tidak terjadi
perubahan pada larutan ZAP. Pengujian dilakukan sampai pengamatan ke 5 dan tetap
tidak ada perubahan. Dengan demikian sampel ZAP nomor 25 sangat tahan asam
7. 5 Pengujian daya tahan alkali
Uji daya tahan alkali dilakukan agar kita mengetahui apakah ZAP tahan terhadap
alkali atau tidak. Pada praktikum ini konsentrasi sampel ZAP dibuat menjadi 1%, hal ini
dilakukan bertujuan untuk mengurangi kepekatan ZAP sehingga pada saat dilakukan
pengujian tidak membutuhkan zat penguji yang terlalu banyak sebab pengujiannya
dilakukan secara kualitatif saja. Dalam praktikum ini dilakukan percobaan dengan
menggunakan NaOH padat, dimana NaOH merupakan basa kuat sehingga dapat
dijadikan indikator apakah suatu ZAP tahan terhadap alkali atau tidak Selain itu juga
digunakan HCI yang berguna untuk menetralkan larutan. Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan ketika larutan ZAP ditambahkan air suling tidak terjadi perubahan sama
sekali. Namun ketika ditambahkan 25 gram NaOH terjadi proses penggaraman sehingga
larutan menjadi keruh. Maka dapat dikatakan bahwa larutan sampel ZAP tidak tahan
terhadap alkali.
7. 6 Densitas
Densitas adalah berat jenis yang merupakan bilangan yang menyatakan beberapa
gram bobot 1 cm³ suatu zat. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan berat
jenis suatu larutan ZAP dalam beberapa konsentrasi. Dalam mengukur massa jenis suatu
sampel ZAP ini digunakan alat bantu yaitu piknometer. Sebelum digunakan pasitkan
piknometer tersebut bersih dari kotoran dan tidak basah (kering), hal ini perlu untuk
diperhatikan sebab hal tersebut dapat mempengaruhi nilai akhir massa jenis sampel yang
akan diuji. Pengukuran densitas pada praktikum ini yaitu dengan cara memasukkan
masing-masing larutan dengan konsentrasi yang berbeda kedalam piknometer, kemudian
ditimbang sehingga didapatkan bobot piknometer beserta larutan ZAP nya, maka nilai
massa jenis dari larutan ZAP dapat diketahui. Pada praktikum ini juga dilakukan
pengukuran suhu kctika larutan sampel ZAP akan ditimbang bersama piknometernya
(begitu pula untuk pengukuran densitas air), hal ini dilakukan karena dalam pengukuran
densitas harus dilakukan pada suhu yang sama, karena suhu berpengaruh terhadap nilai
densitas. Jika suhu bertambah tinggi maka benda (sampel) dapat menguap, dan jika suhu
rendah maka benda (sampel) dapat membeku sehingga sulit untuk mengetahui
densitasnya sebab volumenya tidak stabil. Namun dalam praktikum ini suhu ketika
pengukuran densitas air dan larutan sampel ZAP (0,1% ; 0,2%; 0,3%) suhunya 28°C.
Dalam praktikum ini didapatkan nilai massa jenis air sebesar 0,96626 g/ml (dalam suhu
28oC) hal ini hampir mendekati nilai literature yaitu 1,000 g/ml (dalam suhu 4°C).
Sedangkan untuk sampel ZAP dengan konsentrasi 0,1% memiliki massa jenis 0,9953
g/ml, untuk ZAP dengan konsentrasi 0,2% memiliki massa jenis sebesar 0,9952 g/ml dan
untuk yang konsentrasi 0,3% yaitu sebesar 0,9954 g/ml. Hal ini selaras dengan literature,
bahwa semakin besar konsentrasi ZAP maka semakin besar pula massa jenisnya.
7. 7 Viskositas
Viskositas adalah sifat dari suatu zat cair untuk melawan tegangan gesesr (t) pada
waktu waktu bergerak atau mengalir dan disebabkan juga oleh kohesi suatu partikelnya.
Tujuan dari praktikum ini adalah dapat menentukan kekentalan suatu larutan sampel
ZAP dalam beberapa konsentrasi. Pengukuran viskositas dalam praktikum ini dilakukan
dengan uji kuantitatif, caranya yakni memasukkan larutan ZAP dari hasil praktikum
densitas ke dalam viskonometer sampai batas gari dengan cara menghisap, lalu hitung
berapa waktu tempuh (waktu alir) larutan ZAP tersebut jatuh. Praktikum ini dilakukan
sebanyak 10 kali percobaan, hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang tepat. Dalam
praktikum ini didapatkan nilai viskositas air sebesar 0,8368 cp, μZAP 0,1% sebesar
0,8751 cp, μZAP 0,2% sebesar 0,8776 cp, μZAP 0,3% sebesar 0,9217 cp. Hal ini selaras
dengan literatur, bahwa semakin besar konsentrasi ZAP maka semakin besar pula
viskositasnya.
VIII. Kesimpulan
8. 1 Penggolongan ZAP
Dapat disimpulkan bahwa menurut Wurtzschmitt contoh uji nomor 25 merupakan
golongan VII yaitu polialkilena oksida tersulfonkan dan menurut uji linsenmeyer
merupakan golongan IX yaitu kondensat etilena oksida.
8. 2 Pengujian daya basah
Berdasarkan praktikum uji daya basah didapat KKM sebesar 3,7% dalam waktu 25 detik
pada ZAP nomor 1
8. 3 Pengujian daya tahan sadah
Berdasarkan praktikum pengujian daya tahan sadah didapat data bahwa contoh uji ZAP
nomor 25 tahan sadah
8. 4 Pengujian daya tahan asam
Berdasarkan praktikum pengujian daya tahan asam didapat data bahwa contoh uji ZAP
nomor 25 sangat tahan asam
8. 5 Pengujian daya tahan alkali
Berdasarkan praktikum pengujian daya tahan alkali didapat data bahwa contoh uji ZAP
nomor 25 tidak tahan alkali
8. 6 Densitas
Pada praktikum densitas diperoleh sampel ZAP dengan konsentrasi 0,1% memiliki
massa jenis 0,9953 g/ml, untuk ZAP dengan konsentrasi 0,2% memiliki massa jenis
sebesar 0,9952 g/ml dan untuk yang konsentrasi 0,3% yaitu sebesar 0,9954 g/ml.
8. 7 Viskositas
Berdasarkan praktikum viskositas yang dilakukan diperoleh μZAP 0,1% sebesar 0,8751
cp, μZAP 0,2% sebesar 0,8776 cp, μZAP 0,3% sebesar 0,9217 cp.

DAFTAR PUSTAKA
 Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2009. Tuntunan Jurnal Praktikum Zat Pembantu
Tekstil Bab Zat Aktif Permukaan STTT. Bandung.
 Gitopadmojo, Isminingsih, DR. 1972. Teori Deterjensi dan Analisa Zat Aktif
Permukaan. ITT: Bandung.
 Gitopadmojo, Isminingsih, DR, dkk. 1976. Penuntun Praktikum Kimia Analisa dan
Zat Pembantu Tekstil. ITT: Bandung.
 Rahayu, Hariyanti, Sri Iriani, Juju Juhana. 2006. Bahan Ajar Praktikum Kimia Zat
Pembantu Tekstil. Sekolah Teknologi Tekstil: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai