PERCOBAAN 10
PENJERAPAN ZAT CAIR PADA MATERIAL BERPORI
Disusun oleh:
Kelompok :2
NamaNIM : Devis Saputra /24030122120029
Hari/Tanggal : Selasa, 28 November 2023
Asisten/NIM : Komang Diamantiarani Karyasa / 24030120120003
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
ABSTRAK
PERCOBAAN 10
“PENJERAPAN ZAT CAIR PADA MATERIAL BERPORI”
Mengetahui,
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Mempelajari fenomena penjerapan/adsorbsi larutan baik asam,
basa, netral dan larutan yang mengandung ion logam pada
berbagai material berpori.
Gaya Van der Waals dalam bidang kimia mengacu pada interaksi tarik-
menarik antara molekul. Saat ini, istilah ini lebih spesifik mengacu pada
gaya-gaya yang timbul karena polarisasi molekul menjadi dipol seketika.
Meskipun merupakan jenis ikatan antar molekul yang paling lemah, gaya
Van der Waals sering terjadi dalam berbagai zat kimia, terutama dalam fase
gas. Pada suatu waktu tertentu, molekul dapat mengalami perubahan
menjadi dipol sementara, di mana muatan negatifnya terkonsentrasi di satu
sisi molekul. Dalam kondisi ini, molekul dapat saling menarik atau tolak
elektron lain, menyebabkan atom lain menjadi dipol. Fenomena tarik-
menarik sesaat ini dikenal sebagai gaya Van der Waals. (Widiastuti, 2019)
II. 7. Zeolit
Zeolit adalah kristal aluminosilikat terhidrasi yang memiliki
struktur mikroporus dengan saluran atau rongga berukuran molekuler
kecil, berkisar antara 0,3 hingga 1,5 nm dalam diameter. Kerangka zeolit
terdiri dari tetrahedra alumina (AlO4) dan silika (SiO4) yang terhubung
satu sama lain. Struktur tiga dimensi zeolit dibentuk oleh unsur
aluminium, oksigen, dan silikon, bersama dengan ion-ion logam alkali
atau alkali-tanah (seperti natrium, kalium, dan magnesium), serta molekul
air yang terperangkap di celah antara komponen-komponen tersebut.
Zeolit memiliki beragam struktur kristal yang bervariasi, dengan pori-pori
besar yang tersusun secara teratur dan hampir seukuran dengan molekul
Karbon aktif adalah bahan dengan struktur pori yang kompleks dan
memiliki variasi yang signifikan. Keanekaragaman struktur karbon aktif ini
dihasilkan oleh adanya berbagai jenis pori, termasuk mikro, meso, dan
makro, dengan berbagai ukuran. Produksi karbon aktif dalam skala
komersial melibatkan bahan baku yang beragam, dan sifat permukaannya,
seperti komposisi kimia, luas permukaan, dan ukuran pori, bervariasi
tergantung pada bahan baku dan proses pembuatan, termasuk metode
aktivasi, suhu, dan parameter lainnya. Karbon aktif memiliki kapasitas
adsorpsi yang tinggi karena luas permukaannya yang besar, struktur
mikroporinya, dan reaktivitas permukaannya yang tinggi. Oleh karena itu,
bahan ini sering digunakan secara luas untuk keperluan pemurnian melalui
proses adsorpsi(Ismadji et al., 2021)
II. 9. Analisa Bahan
II.9.1. Zeolit
Sifat fisik:
o Tampilan padat
o Tidak berlaku titik nyala
Sifat kimia
o Stabil dalam penyimpanan yang disarankan
o Higroskopis
o Digunakan dalam pemurnian air dan pemisahan molekul
(MSDS, 2021b)
Sifat Fisik
o Bentuk Padatan berpori
o Massa jenis 0,3-0,6 g/cm3
o Hitam
Sifat Kimia
o Berisiko meledak dengan Minyak, nitrat dan peroksida
o Sturktur stabil pada suhu ruang
(MSDS, 2021a)
II.9.3. HCl
Sifat Fisik
o Berat Molekul : 36,46 g/mol
o Bentuk cair
o Tidak bewarna
o Tidak berbau
Sifat Kimia
o pH 1,2
o Stabil pada suhu ruang
o Menghasilkan uap berbahaya jika mengalami kontak
dengan logam
(MSDS, 2017a)
II.9.4. NaOH
Sifat Fisika
o Berat Molekul 40 g/mol
o Bentuk padat
o Bewarna Putih
o Tak Berbau
Sifat Kimia
o pH >14
o Korosif
o Higroskopis
(MSDS, 2019c)
II.9.5. FeCl3
Sifat Fisik
o Berat molekul 162,21 g/mol
o Bentuk padat serbuk
o Bewarna hijau-hitam
o Bau menyengat
Sifat Kimia
o pH 1
o Korosif terhadap logam
o Tidak mudah terbakar
(MSDS, 2019a)
Sifat Fisik
o Berat Molekul 327,34 g/mol
o Berbentuk padat
o Bewarna jingga
o Berbau khas
Sifat Kimia
o pH 6,5
o Stabil pada suhu ruang
o Tidak mudah meledak
(MSDS, 2019b)
Sifat Fisik
o Berat Molekul 318,33 g/mol
o Bentuk padat
o Bewarna putih
o Tak berbua
Sifat kimia
o Stabil pada suhu ruang
o Produk ini tidak mudah menyala
(MSDS, 2017b)
III. Metode Percobaan
III.1. Alat dan Bahan
Alat
o 6 buah botol plastic bewarna bening
o Erlenmeyer 100ml sebanyak 6 buah
o Indikator universal
o Volt meter
o Neraca analitik
o Gelas Beker 100 ml sebanyak 6 buah
Bahan
o Zeolit
o Karbon aktif
o HCl 0,1 N
o NaOH 0,1 N
o FeCl3 0,1 N
o Aquadest
o Kapas
III.2. Skema Kerja
III.2.1. Penyiapan Kolom Penjerap
Botol Plastik
Pembuangan bagian alas pada
botol
Peletakan botol bagian atas
dengan posisi terbalik
Penyumbatan botol dengan
kapas
Pemasukan zeolit sebanyak 20
gram ke dalam botol
Hasil
III.2.2. Penyerapan Aquadest Pada Zeolita
50 Ml Aquadest
Gelas Beker
20 gr Zeolit
Botol Plastik
Penungguan cairan
hingga tidak menetes lagi
Filtrat Residu
Gelas Beker
Pengamatan perubahan
warna
Pengamatan pH
Hasil
III.2.3. Penjerapan HCl Pada Zeolit
50 ml Hcl 0,1 N
Gelas Beker
20 gr Zeolit
Botol Plastik
Penungguan cairan
hingga tidak menetes lagi
Filtrat Residu
Gelas Beker
Pengamatan perubahan
warna
Pengamatan pH
Hasil
III.2.4. Penjerapan NaOH pada Zeolit
50 ml NaOH 0,1 N
Gelas Beker
20 gr Zeolit
Botol Plastik
Penungguan cairan
hingga tidak menetes lagi
Filtrat Residu
Gelas Beker
Pengamatan perubahan
warna
Pengamatan pH
Hasil
III.2.5. Penjerapan HCl Pada Zeolit
50 ml FeCl3 0,1 N
Gelas Beker
20 gr Zeolit
Botol Plastik
Penungguan cairan
hingga tidak menetes lagi
Filtrat Residu
Gelas Beker
Pengamatan perubahan
warna
Pengamatan pH
Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
a. Penjerapan dengan zeolit
No. Perlakuan Hasil
1. HCl
Sebelum Penjerapan
Sebelum Penjerapan 1. Berwarna oranye pudar
1. Pengamatan warna 2. pH sebesar 1
2. Pengukuran pH
Setelah Penjerapan
1. Pengamatan warna Setelah Penjerapan
2. Pengukuran pH 1. Terbentuk larutan bening
2. Terbentuk pH sebesar 7
2. NaOH
Sebelum Penjerapan Sebelum Penjerapan
1. Pengamatan warna 1. Berwarna keunguan
2. Pengukuran pH 2. pH sebesar 13
Setelah Penjerapan
1. Pengamatan warna Setelah Penjerapan
2. Pengukuran pH 1. Terbentuk merah muda agak bening
2. Terbentuk pH sebesar 12
3. FeCl3
Sebelum Penjerapan Sebelum Penjerapan
1. Pengamatan warna 1. Berwarna oranye
2. Pengukuran pH 2. pH sebesar 2
Setelah Penjerapan
1. Pengamatan warna Setelah Penjerapan
2. Pengukuran pH 1. Terbentuk berwarna oranye jernih
2. Terbentuk pH sebesar 3
2. NaOH
Sebelum Penjerapan Sebelum Penjerapan
1. Pengamatan warna 1. Berwarna ungu pekat keruh
2. Pengukuran pH 2. pH sebesar 13
Pada percobaan ini didapatkan hasil berupa warna larutan HCl yang
sudah diadsorpsi berubah menjadi bening dari orange pudar disertai
perubahan pH dari 1 menjadi 7. Hasil ini berarti zeolit dapat bekerja dengan
sangat baik karena dapat menetralkan HCl. Secara umum berikut adalah
reaksi penjerapan HCl oleh zeolit:
Pada reaksi tersebut dapat dilihat terjadi pertukaran ion antara HCl
dengan zeolit dimana zeolit akan bermuatan positif pada permukaan karena
membawa ion H+. Hal ini terjadi dikarenakan zeolit mempunyai nilai point
zero charge (pH pzc) sebesar 6,2-6,5. Hal ini berarti adsorben akan
memiliki muatan negatif pada permukaan jika pH>pH pzc dan akan
bermuatan positif ketika pH larutan<pH pzc. Nilai ini juga dapat
menandakan efektivitas adsorben dalam menjerap adsorbat (Kragović et al.,
2019). Pada percobaan diketahui pH awal HCl sebesar 1 dan setelah
penjerapan menjadi 6 disertai perubahan warna menjadi bening yang
menandakan sudah tidak asam lagi. Hasil ini menandakan zeolit yang
digunakan bekerja dengan sangat baik sesuai teori. Selain itu diketahui juga
bahwa perubahan warna terjadi karena perubahan konsentrasi H+ pada hasil
filtrasi akibat penjerapan oleh zeolit yang menarik ion dengan gaya Van der
Waals sehingga ion H+ mengalami pengurangan berlebih dan menyebabkan
interaksi antar ion dengan metil orange melemah sehingga warna dan pH
mengalami perubahan. Reaksi antara HCl dan indikator metil orange adalah
sebagai berikut :
(Kurp, 2003)
Pada reaksi tersebut dapat dilihat terjadi pertukaran ion antara FeCl3
dengan zeolit dimana zeolit akan bermuatan positif pada permukaan yang
disebabkan oleh gaya van der waals. Hal ini dikarenakan zeolit mempunyai
nilai point zero charge (pH pzc) sebesar 6,2-6,5. Hal ini berarti adsorben
akan memiliki muatan negatif pada permukaan jika pH>pH pzc dan akan
bermuatan positif ketika pH larutan<pH pzc. Nilai ini juga dapat
menandakan efektivitas adsorben dalam menjerap adsorbat
Pada percobaan ini didapatkan hasil berupa warna larutan HCl yang
sudah diadsorpsi berubah dari merah menjadi merah bening disertai
perubahan pH dari 1 menjadi 2. Hasil ini berarti karbon aktif tidak dapat
bekerja dengan maksimal karena tidak dapat menetralkan HCl secara
efektif. Hal ini dikarenakan karbon aktif yang digunakan pada percobaan ini
berupa bijih padatan sehingga proses adsorpsi tidak terjadi secara efektif,
hal ini disebabkan oleh karbon aktif yang berbentuk bijihan tidak dapat
menyerap larutan HCl dan larutan HCl melewati celah celah bijih karbon
aktif sehingga larutan HCl tidak sampai masuk ke pori pori di karbon aktif
yang digunakan, sehingga hasil perubahan pH yang seharusnya mendekati
netral secara sedikit signifikan tidak terjadi. Hal ini tidak menunjukkan hasil
adsopsi yang baik, yang bisa disebabkan karena cara perlakuan tahapan –
tahapannya yang kurang, seperti memampatan kapas, yang mana fungsi
kapas yaitu menahan agar adsorbat tida langsung turun ke wadah
penampungan, yang menyebabkan tidak adanya waktu kontak antara
adsorbat dan adsorben, sehingga keduanya tidak sempat bereaksi dan tidak
menghasilkan perubahan warna dan pH larutan yang signifikan. Selain itu,
karbon aktif merupakan partikel dengan bentuk butiran besar dan jika
dilakukan pemadatan maka tetap masih ada celah antar butirannya karna
bentuk karbon aktif yang berbeda – beda, dengan begini larutan HCl yang
diadsopsi dengan adsorben karbon aktif lebih cepat turun ke wadah
penampungan, karena tidak ada yang menahan, dan waktu kontaknya lebih
kecil atau tidak bereaksi sama sekali.
Pada percobaan ini didapatkan hasil berupa warna larutan HCl yang
sudah diadsorpsi berubah dari ungu menjadi ungu bening namun tidak
disertai perubahan pH yang mana pH proses adsorpsi ini masih bernilai
berubah dari 13 menjadi 12. Hasil ini berarti karbon aktif tidak dapat bekerja
dengan maksimal karena tidak dapat menetralkan NaOH secara efektif.
Hal ini dikarenakan karbon aktif yang digunakan pada percobaan ini
berupa bijih padatan sehingga proses adsorpsi tidak terjadi secara efektif,
hal ini disebabkan oleh karbon aktif yang berbentuk bijihan tidak dapat
menyerap larutan FeCl3 dan larutan FeCl3 melewati celah celah bijih
karbon aktif sehingga larutan FeCl3 tidak sampai masuk ke pori pori di
karbon aktif yang digunakan, sehingga hasil perubahan pH yang seharusnya
mendekati netral secara sedikit signifikan tidak terjadi.
VII. PENUTUP
VII.1. Kesimpulan
VII.1.1 Fenomena penjerapan pada percobaan ini terjadi karena gaya
van der waals dimana terjadi pertukaran ion dengan permukaan
adsorben. Pada percobaan ini yang diuji adalah pH, dan pH
dipengaruhi oleh pH pzc dari adsorben dimana jika nilai pH larutan
> pH pzc maka permukaan adsorben akan bermuatan negatif, dan
ketika pH larutan < pH pzc maka permukaan adsorben akan
bermuatan positif. Didapatkan hasil berupa pH Hcl naik dari 1
menjadi 7 dan pH FeCl3 yang juga naik dari 2 menjadi 3 sedangkan
NaOH memiliki pH yang turun dari 13 menjadi 12 disertai
perubahan warna larutan pada tiap sample menjadi lebih bening,
yang mana sampel yang digunakan sebagai absorben adalah zeolit.
Sedangkan dengan penggunaan sampel karbon aktif yang berbentuk
bijihan tidak menghasilkan perubahan pH dan warna yang signifikan
bahkan dalam beberapa pH sampel tersebut tidak berubah sama
sekali, yang mana karena larutan dapat melewati celah dari bijih
karbon aktif sehingga penyerapan tidak dapat terjadi secara efektif.
VII.2. Saran
Faisal, M., Suhartana, S., & Pardoyo, P. (2015). Zeolit Alam Termodifikasi
Logam Fe sebagai Adsorben Fosfat (PO43-) pada Air Limbah. Jurnal Kimia
Sains Dan Aplikasi, 18(3), 91–95.
Ismadji, S., Soetaredjo, F. E., Santoso, S. P., Putro, J. N., Yuliana, M., Irawaty,
W., Hartono, S. B., & Lunardi, V. B. (2021). Adsorpsi pada fase cair:
Kesetimbangan, kinetika, dan termodinamika. Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya.
Kragović, M., Stojmenović, M., Petrović, J., Loredo, J., Pašalić, S., Nedeljković,
A., & Ristović, I. (2019). Influence of alginate encapsulation on point of zero
charge (pHpzc) and thermodynamic properties of the natural and Fe (III)-
modified zeolite. Procedia Manufacturing, 32, 286–293.
Micoli, L., Bagnasco, G., & Turco, M. (2013). HCl removal from biogas for
feeding MCFCs: Adsorption on microporous materials. International Journal
of Hydrogen Energy, 38(1), 447–452.
Mulyono, P., & Bendiyasa, I. M. (2018). Analisis Sistem Teknik Kimia. UGM
PRESS.
Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C., Raharjo, J., Kimia, J., Matematika, F., Ilmu,
D., & Alam, P. (2010). INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA DARI
EKSTRAK BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa sinensis L) Indicator of Acid-
Base Titration from the Extract of Hibiscus rosa sinensis L Flower. In
AGRITECH (Vol. 30, Issue 3).
Pida Renni, C., Widhi Mahatmanti, F., & Nuni Widiarti, dan. (2018). Indonesian
Journal of Chemical Science Pemanfaatan Zeolit Alam Teraktivasi sebagai
Adsorben Ion Logam Fe(III) dan Cr(VI). In J. Chem. Sci (Vol. 7, Issue 1).
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs
Rasyid, R., & Yani, S. (2018). PENJERAPAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
DENGAN MENGGUNAKAN LIGNIN HASIL ISOLASI JERAMI PADI.
Journal Of Chemical Process Engineering, 03(01).