PENDAHULUAN
1
1.3 Ruang Lingkup Praktikum
Adapun ruang lingkup yang terdapat pada penulisan laporan Analisis
Adsorbsi, diantaranya:
1. Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 25 November 2022 pukul 10.00
WIB secara luring.
2. Praktikum dilakukan dengan memfokuskan pada proses percobaan adsorpsi
oleh media karbon aktif.
3. Proses pelaksanaan praktikum dilaksanakan oleh satu kelompok yang
beranggotakan 8 orang di Laboratorium Air Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik, UPN “Veteran” Jawa Timur.
1.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses penggumpalan substansi terlarut dalam larutan oleh
permukaan zat penyerap yang membuat masuknya bahan dan mengumpul dalam
suatu zat penyerap. Keduanya sering muncul bersamaan dengan suatu proses
maka ada yang menyebutnya sorpsi. Pada Adsorpsi ada yang disebut Adsorben
dan Adsorbat. Adsorben adalah zat penyerap, sedangkan adsorbat adalah zat yang
diserap (Giyatmi, 2008).
Adsorpsi merupakan peristiwa menempelnya atom atau molekul suatu zat
pada permukaan zat lain karena ketidakseimbangan gaya pada permukaan. Zat
yang teradsorpsi disebut adsorbat dan zat pengadsorpsi disebut adsorben. Ada dua
metode adsorpsi yaitu adsorpsi secara fisika (physiosorption) dan adsorpsi secara
kimia (chemisorption). Pada proses adsorpsi secara fisika gaya yang mengikat
adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van der Waals (Ramadhani, 2013).
Proses adsorpsi dapat berlangsung jika padatan atau molekul gas atau cair
dikontakkan dengan molekul-molekul adsorbat maka didalamnya terdapat gaya
kohesif atau gaya hidrostatik dan gaya ikatan hidrogen yang bekerja diantara
molekul seluruh material. Gaya-gaya yang tidak seimbang menyebabkan
perubahan-perubahan konsentrasi molekul pada interface solid/fluida. Molekul
fluida yang diserap tetapi tidak terakumulasi/melekat ke permukaan adsorben
disebut adsorptif sedangkan yang terakumulasi/ melekat disebut adsorbat (A.M.
Husin, 2012).
Atas dasar interaksi molekul yang terjadi antara permukaan pengemban
dengan adsorbat, adsorpsi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu adsorpsi fisika dan
adsorpsi kimia.
1) Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya van der
Waals. Gaya tarik-menarik pada adsorpsi fisika antara molekul dalam fasa
cair dengan molekul pada permukaan padatan (intermolekular) lebih kecil
3
dari pada gaya tarik-menarik antar molekul fasa cair tersebut sehingga gaya
tarik-menarik antara adsorbat dengan permukaan adsorben relatif lemah.
Adsorpsi fisika bermanfaat untuk penentuan luas permukaan dan ukuran pori
(Murti, 2008).
2) Adsorpsi Kimia
Peristiwa adsorpsi kimia berlangsung karena adanya ikatan kimia yang terjadi
antara molekul adsorbat dengan permukaan pengemban. Ikatan kimia yang
terbentuk adalah ikatan kovalen atau ion. Ikatan yang terjadi pada adsorpsi
kimia adalah sangat kuat dan karena itu spesiesnya tidak dapat ditemukan.
Ikatan kimia yang terbentuk yang sangat kuat ini, mengakibatkan adsorbat
tidak mudah mengalami desorpsi (Prabowo, 2009). Adsorpsi kimia
bermanfaat untuk penentuan daerah pusat aktif dan kinetika reaksi permukaan
(Murti, 2008).
Menurut Yahya (2018), faktor-faktor yang mempengaruhi Adsorpsi suatu
bahan yaitu:
a. Karakteristik fisik dan kimia adsorben, antara lain luas permukaan, ukuran
pori, adsorpsi kimia dan sebagainya.
b. Karakteristik kimia adsorbat, antara lain ukuran molekul, polaritas molekul,
komposisi kimia dan sebagainya.
c. Konsentrasi adsorbat dalam larutan
d. Karakteristik larutan, antara lain pH dan temperatur
e. Lama waktu adsorpsi.
2.2 Karbon Aktif sebagai Adsorben
Adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung
terutama pada dinding-dinding pori atau pada letak-letak tertentu didalam
partikelnya. Karena poriporinya biasa kecil maka luas permukaan dalam mencapai
beberapa orde besaran lebih besar dari permukaan luar dan bisa sampai 2000
m2 /gr. Dalam kebanyakan hal komponen yang diadsorpsi melekat sedemikian
kuat sehingga memungkinkan pemisahan komponen itu secara menyeluruh dari
fluida tanpa terlalu banyak adsorpsi terhadap komponen lain sehingga
4
memungkinkan adsorbat yang dihasilkan dalam bentuk terkonsentrasi atau hampir
murni (Tandy, E, 2012).
Karbon aktif dapat digunakan sebagai adsorben dalam pengolahan air sebagai
upaya untuk mengeliminasi warna, bau dan rasa dari bahan organik yang
terkandug didalam air. Kontaminan pada air diserap karena adanya tarikan dari
atas bagian permukaan karbon aktif lebih kuat jika dibandingkan dengan
kemampuan larutan menahan zat didalamnya. Karbon aktif memiliki kontaminan
yang mampu memasuki pori lalu terakumulasi didalamnya, jika kontaminan yang
larut dalam air serta ukuran dari pori kontaminan yang lebih kecil jika dilakukan
perbandingan terhadap ukuran pori dari karbon aktif (Aisyah,Siti,dkk, 2019).
Karbon aktif mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan
permukaan yang lebih luas. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300-
3500 m2 /gram, ini berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan
karbon aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Daya serap karbon aktif sangat
besar, yaitu 25-1000% terhadap berat karbon aktif (Sembiring dan Sinaga, 2003).
2.3 Macam-Macam Model Isoterm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi adalah proses adsorpsi yang berlangsung pada temperatur
tetap. Model isoterm adsorpsi yang paling umum dan banyak digunakan dalam
adsorpsi adalah model isoterm Langmuir dan model isoterm Freundlich (Hafiyah,
2013).
2.3.1 Isoterm Langmuir
Isotermal Langmuir didasarkan pada asumsi bahwa adsorpsi tidak dapat
berlangsung melebihi satu lapisan. Semua bidang setimbang dan permukaannya
seragam. Selain itu, kemampuan dari molekul untuk menyerap pada bidang yang
diberikan adalah bebas dan didukung oleh bidang sekitarnya (Atkins, 1994).
Untuk mengevaluasi adsorpsi adsorbat dengan adsorben digunakan
persamaan Langmuir sebagai berikut :
Ce
qe=qm . KL
1+ KL . Ce
Dimana :
5
qm = kapasitas adsorpsi maksimum (mg/gr)
KL = Konstanta adsorpsi Langmuir (L/mg)
Konstanta qm dan KL dapat diperoleh dari perpotongan dan kemiringan pada plot
linear antara Ce/Qe terhadap Ce (Ho, 2004).
2.3.2 Isoterm Freundlich
Isothermal Freundlich ini digunakan pada energi permukaan yang
heterogen dengan konsentrasi yang berbeda-beda (Atkins, 1994). Isoterm
Freundlich merupakan persamaan yang menghubungkan jumlah zat yang
teradsorpsi dengan konsentrasi zat dalam larutan.
Untuk mengevaluasi adsorpsi adsorbat dengan adsorben digunakan
persamaan Freundlich sebagai berikut: (Ho,2004).
1
n
qe=Kf × Ce
Dimana :
Ce = Konsentrasi zat terlarut dalam larutan setelah terjadi kesetimbangan
adsorpsi.
Kf = Kapasitas maksimum adsorpsi
n = intensitas/konstanta freundlich
6
BAB III
PERALATAN DAN BAHAN
7
BAB IV
PROSEDUR KERJA
3. Larutan NaOH
0,1N dimasukkan kedalam 6
erlenmeyer dengan masing-
masing 25 ml dan tambahkan
1 erlenmeyer berisi 25 ml
NaOH 1N untuk distandarisasi
dengan HCL 0,1 N sebagai
nilai awal titrasi
8
No. Prosedur Kerja Gambar Alat
4. 6 Erlenmeyer yang berisi
NaOH masing-masing diberi
karbon aktif sesuai dengan 6
variasi berat
9
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5. 1 Data Hasil Pengamatan Volume NaOH Titrasi, Volume HCL Titrasi,
dan Konsentrasi NaOH
5.2 Perhitungan
Hasil perhtungan praktikum adsorpsi adalah sebagai berikut, yaitu :
5.2.1 Perhitungan Konsentrasi NaOH
Rumus
Konsentrasi HCL x Volume HCL = Konsentrasi NaOH x Volume NaOH
Konsentrasi HCL ( N ) x Volume HCL(mL)
= Konsentrasi NaOH
Volume NaOH (mL)
Massa Konsentrasi Volume Volume
Konsentrasi NaOH
Karbon Aktif HCL HCL NaOH
0 gr 0,1 N 11,8 mL 10 mL 0,1 N x 11,8 mL
x=
10 mL
10
x = 0,118 N
Massa Konsentrasi Volume Volume
Konsentrasi NaOH
Karbon Aktif HCL HCL NaOH
0,1 N x 9 , ,6 mL
x=
1 gr 9,6 mL 10 mL
x = 0,096 N
0,1 N x 7,4 mL
x=
2 gr 7,4 mL 10 mL
x = 0,074 N
0,1 N x 5,3 mL
x=
3 gr 5,3 mL 10 mL
x = 0,053 N
0,1 N 10 mL
0,1 N x 5 mL
x=
4 gr 5 Ml 10 mL
x = 0,050 N
0,1 N x 4,7 mL
x=
5 gr 4,7 mL 10 mL
x = 0,047 N
0,1 N x 4,4 mL
x=
6 gr 4,5 mL 10 mL
x = 0,045 N
Rumus
Konsentrasi NaOH awal− Konsentrasi NaOH akhir
%Removal = x 100%
Konsentrasi NaOH awal
Massa Konsentrasi Konsentrasi
Karbon NaOH NaOH %Removal
Aktif Awal Akhir
1 gr 0,118 N 0,096 N 0,118 N −0,096 N
%Removal = x
0,118 N
11
100 %
%Removal = 18,64 %
0,118 N −0,074 N
%Removal = x
0,118 N
2 gr 0,074 N
100 %
%Removal = 37,29 %
0,118 N −0,053 N
%Removal = x
3 gr 0,053 N 0,118 N
100 %
Massa Konsentrasi Konsentrasi
Karbon NaOH NaOH %Removal
Aktif Awal Akhir
%Removal = 55,08 %
0,118 N −0,050 N
%Removal = x
0,118 N
4 gr 0,050 N
100 %
%Removal = 57,63 %
0,118 N −0,047 N
%Removal = x
0,118 N 0,118 N
5 gr 0,047 N
100 %
%Removal = 60,17 %
0,118 N −0,045 N
%Removal = x
0,118 N
6 gr 0,045 N
100 %
%Removal = 61,86 %
Rumus
konsentrasi awal−konsentrasi akhir
Kapasitas Adsorpsi=
massa adsorben(karbon aktif ) yang digunakan
Massa Konsentrasi Konsentrasi Kapasitas Adsorpsi
Karbon NaOH NaOH
12
Aktif Awal Akhir
0,118 N −0,096 N
Kapasitas =
1 gr 0,096 N 1 gr
Kapasitas = 0,022 mg/gr
0,118 N −0,074 N
Kapasitas =
2 gr 0,074 N 2 gr
Kapasitas = 0,022 mg/gr
0,118 N −0,053 N
Kapasitas =
3 gr 0,118 N 0,053 N 3 gr
Kapasitas = 0,0216 mg/gr
0,118 N −0,050 N
Kapasitas =
4 gr 0,050 N 4 gr
Kapasitas = 0,017 mg/gr
0,118 N −0,047 N
Kapasitas =
5 gr 0,047 N 5 gr
Kapasitas = 0,0142 mg/gr
Massa Konsentrasi Konsentrasi
Karbon NaOH NaOH Kapasitas Adsorpsi
Aktif Awal Akhir
0,118 N −0,045 N
Kapasitas =
6 gr 0,118 N 0,045 N 6 gr
Kapasitas = 0,01216 mg/gr
5.3 Grafik
5.3.1 Pengaruh Massa Adsorben terhadap % Removal
13
Pengaruh Massa Adsorben terhadap % Removal
70
60.17 61.68
57.63
60 55.08
50
40 37.29
% Removal
30
18.64
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Massa Adsorben (gr)
0.02
Kapasitas Adsorpsi (mg/gr)
0.017
0.0142
0.015
0.01216
0.01
0.005
0
0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
Konsentrasi Akhir NaOH (N)
14
5.3.3 Persamaan Langmuir
Isoterm Langmuir
5.00
4.36
4.50
3.70
Konsentrasi akhir/Kapasitas
4.00
f(x) = 20.8184809957391 x + 2.08898739796438
3.36
3.50 3.31
R² = 0.41468661047457
2.94
3.00
2.45
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
Konsentrasi akhir NaOH
Diketahui :
y = 20,818x + 2,089
R2 = 0,4147
b = konstanta langmuir
1
=slope
a
1
=20,818
a
1
a= =0,048
20,818
15
1
=intersep
a xb
1
=2,089
a xb
1
=2,089
0,048 x b
1
b= = 9,973
0,048 x 2,089
Isoterm Freundlich
-1.5
-1.4 -1.35 -1.3 -1.25 -1.2 -1.15 -1.1 -1.05 -1
-1.55
-1.6
Log Kapasitas Adsorpsi
Diketahui :
y = 0,6469X – 0,9543
R2 = 0,5811
n = konstanta freundlich
16
Log K = intersep
Log K = 0,9543
K = inv.Log (0,9543)
K = 9,001
1
=slope
n
1
=0,6469
n
1
n= =1,5458
0,6469
5.4 Pembahasan
17
5.4.2 Pengaruh Konsentrasi terhadap Kapasitas Adsorpsi
Berdasarkan data hasil pengamatan, diperoleh data bahwa perlakuan
adsorbsi menggunakan karbon aktif dapat dikatakan sangat efektif untuk
mereduksi komponen organik terlarut dalam air berupa COD karena memiliki
rata-rata persen penyisihan partikel yang tinggi (>90%) baik pada waktu kontak
25 menit. Hasil analisa menunjukkan pori karbon aktif setelah proses adsorpsi
sudah tertutupi oleh adsorbat yang terserap pada permukaan karbon aktif.
Penurunan paling efektif terdapat pada adsorben dengan massa 6 gr dengan
kapasitas NaOH akhir 0,045 dengan hasil adsorpsi 0,01216.
5.4.3 Persamaan Langmuir dan Persamaan Freundlich
Tipe isoterm adsorpsi dapat digunakan untuk mempelajari mekanisme
adsorpsi. Adsorpsi fase padat-cair pada umumnya menganut tipe isoterm
Freundlich dan Langmuir (Atkins, 1999). Berdasarkan gambar 5.3 dan 5.4
didapatkan linieritas (R2) dari isoterm langmuir yaitu 0,4147 dan isoterm
freundlich sebesar 0,5811. Nilai linieritas pada isoterm freundlich lebih besar
dibandingkan isoterm Langmuir. Hal ini menandakan bahwa isoterm adsorpsi
logam Cu (II) oleh karbon aktif dianggap mengikuti tipe isoterm Freundlich.
Menurut (Apriliani, 2010), Jika adsorpsi mengikuti tipe isoterm Freundlich maka
adorpsi berlangsung secara fisisorpsi multilayer. Namun, nilai R2 tidak ada yang
mendekati 1. Karena Jika nilai R2 yang diperoleh mendekati 1, maka hasil yang
diperoleh sudah linear atau baik (Prasad, dkk., 2009).
Dari grafik juga didapatkan nilai persamaan Langmuir yaitu y = 20,818x +
2,089. Dan dari persamaan tersebut didapatkan nilai kapasitas adsorpsi
maksimum sebesar 0,048 mg/gr. Dan untuk nilai konstanta Langmuir didapatkan
sebesar 9,973. Nilai konstanta isoterm ini menunjukkan afinitas antara biomassa
dengan logam berat, dimana semakin besar nilai konstanta kesetimbangan, maka
semakin besar juga afinitas adsorben terhadap logam berat (Wulandari, dkk.,
2014).
Sedangkan dari grafik persamaan Freundlich didapatkan nilai persamaan
yaitu y = 0,6469x – 0,9543. Dan dari persamaan tersebut didapatkan nilai
18
kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 9,0001 mg/gr. Dan untuk nilai konstanta
Freundlich didapatkan sebesar 1,5458.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada praktikum analisa adsorpsi digunakan karbon aktif NaOH sebagai
adsorben dengan 6 variasi massa yaitu 1 gr sampai 6 gr.
2. Percobaan dilakukan dengan kecepatan shacker sebesar 250 rpm dengan
waktu 25 menit.
3. Perlakuan adsorpsi menggunakan karbon aktif dapat dikatakan cukup efektif
untuk mereduksi komponen organik terlarut dalam air berupa COD.
4. Isoterm adsorpsi logam Cu (II) oleh karbon aktif dianggap mengikuti tipe
isoterm Freundlich.
5. Persamaan Langmuir yang didapatkan yaitu y = 20,818x + 2,089.
6. Persamaan Freundlich yang didapatkan yaitu y = 0,6469x – 0,9543.
6.2 Saran
Diharapkan praktikan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur kerja dan
standar yang telah ditetapkan, selain itu proses sterilisasi alat juga harus
diperhatikan agar tidak terjadi kontaminasi. Praktikan harus lebih teliti dalam
memasukkan data karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil dan kesimpulan.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Husin. (2012). Skripsi, Adsorpsi dan Desorpsi Gas Metana pada Bejana
Bertekanan (Vessel) dengan Kenaikan TekananSecara Bertahap. Depok:
Fakultas Teknik Program Teknik Mesin Universitas.
Apriliani, A. (2010). Pemanfaatan Arang Ampas Tebu sebagai Adsorben Ion
Logam Cd, Cr, Cu dan Pb dalam Air Limbah. Skripsi, 54–56.
https://doi.org/10.1016/j.actbio.2011.09.032
Atkins PW. (1994). Physical Chemistry 5th Edition. Oxford: Oxford University
Press.
Atkins, P. W. (1999). Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Giyatmi, dkk. (2008). Penurunan Kadar Cu, Cr, dan Ag dalam Limbah Cair
Industri Perak di Kotagede Setelah Diadsorpsi dengan Tanah Liat dari
Daerah Godean. Yogyakarta.
Murti, S. (2008). Pembuatan Karbon Aktif dari Tongkol Jagung untuk Adsorpsi
Molekul Amonia dan Ion Krom. Depok : Skripsi Universitas Indonesia.
21
Aplikasinya Untuk Adsorpsi Cu, Pb, dan Amonia. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Prasad, A.G.D. & Abdullah, M.A. (2009). Biosorption of Fe(II) from Aqueous
Solution Using Tamarind Bark and Potato Peel Waste: Equilibrium and
Kinetics Studies. Journal of Applied Sciences in Enviromental Sanitation.
4(3): 273-282.
Sembiring, M. T., dan Sinaga, T. S. (2003). Arang aktif pengenalan dan proses
pembuatannya). USU Digital Library, 1–9.
22
Nama : Arini Sayyidah Achmad
NPM : 20034010031
23
kandungan lignin yang rendah dan kandungan selulosa yang tinggi.
Karbon aktif dapat digunakan sebagai adsorben dalam pengolahan air
sebagai upaya untuk mengeliminasi warna, bau dan rasa dari bahan organilo
yang terkandug didalam air.
Benzena merupakan senyawa aromatik tersederhana. Cincin benzena
dianggap sebagai induk sama seperti alkana rantai lurus. Gugus alkil,
halogen dan gugus nitro dinamai dalam bentuk awalan pada benzena itu.
Bahaya senyawa benzena adalah dari paparan melaui ingesti dapat
menyebabkan mual, iritasi perut, pusing, kantuk, tremor, detak jantung tidak
stabil, bahkan kematian. Kontak terhadap cairan dan uap benzena dapat
menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernafasan atas. Paparan
melaui kulit dapat menyebabkan bercak-bercak merah.
8. LANDASAN TEORI
Karbon aktif dapat digunakan sebagai adsorben dalam pengolahan air
sebagai upaya untuk mengeliminasi warna, bau dan rasa dari bahan organilo
yang terkandug didalam air. Kontaminan pada air diserap karena adanya
tarikan dari atas bagian permukaan karbon aktif lebih kuat jika
dibandingkan dengan kemampuan larutan menahan zat didalamnya. Karbon
aktif memiliki kontaminan yang mampu memasuki pori lalu terakumulasi
didalamnya, jika kontaminan yang larut dalam air serta ukuran dari pori
kontaminan yang lebih kecil jika dilakukan perbandingan terhadap ukuran
pori dari karbon aktif.
9. METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam peneltian ini yaitu oven, Furnace, Labu ukur,
Pipet volume, peralatan gelas, ayakan 100 mesh, desikator, tiang statif,
Buret, pipet mikro, neraca analitik, magnetic stirer, spektofotometer UV-
VIS, Scanning Electron Microscopy (SEM). Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu limbah batang pisang, larutan H3PO4. 20% (v/v), larutan
Na2S2O3 0,1 N; larutan iodin 0,1 N; indikator amilum 1% (b/v), pH
universal, larutan metilen biru 300 ppm, kertassaring, aquades, alumunium
foil.
24
Prosedur pada penelitian ini yang pertam ayaitu determinasi batang pisang
dimana dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran klasifikasi
dari sampel yang akan digunakan sebagai bahan uji dalam penelitian ini.
Selanjutnya, karbonisasi yaitu batang pisang dioven pada suhu 110 OC
selama 1 jam lalu dipanaskan dalam tanur dengan suhu 400OC selama 30
menit. Kemudian didinginkan, digerus dan diayak dengan ayakan ukuran
100 mesh. Selanjutnya aktivasi kimia, Pada tahap aktivasi ini direndam
sebanyak 100 gram karbon aktif dalam larutan H3PO4 20% sebanyak 500
mL selama 24 jam, disaring menggunakan kertas saring dan dicuci dengan
aquades hingga pH netral. Residu yang dihasilkan kemudian dikeringkan
dalam oven pada suhu 110OC selama 3 jam lalu didinginkan dalam
desikator. Tahap selanjutnya ada pembuatan larutan induk etilen biru 1000
ppm. Lalu, Pengujian karakteristik karbon dimana ada beberapa tahapan
pengujian yaitu rendemen, kadar air, kadar zat terbang, dan kadar karbon
terikat. Setelah itu, melakukan penentuan daya serap terhadap larutan I 2,
penentuan luas permukaan dengan larutan metilen biru, penentuan panjang
gelombang maksimum, pengujian karakteristik karbon, dan melakukan
adsorpsi karbon aktif dari limbah batang pisang terhadap benzene.
10. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji karakteristik karbon batang pisang meliputi kadar air, kadar abu,
kadar zat terbang, kadar karbon, luas permukaan dan daya serap I 2.
Perbandingan bobot karbon yang dihasilkan dengan bobot bahan baku awal
yang digunakan. Dimana didapatkan % rendemen sebesar 54,93%. Dalam
penelitian ini hasil kadar air yang diperoleh sebesar 4,6 %, sehingga
memenuhi persyaratan SNI yaitu maksimum 15%. Hal ini disebabkan oleh
kandungan air yang terikat dalam arang tersebut telah menguap selama
proses karbonisasi. . Dalam penelitian ini didapatkan hasil kadar zat terbang
dalam karbon aktif darui batang pisang sebesar 24,14% hal ini memenuhi
syarat SNI yaitu maksimum 25%. Dari penelitian ini didapakatkan hasil
kadar abu dalam karbon aktif batang pisang sebesar 24,42% hal ini tidak
memenuhi syarat SNI yaitu maksimum 10 %. Hasil dalam penelitian ini
25
tidak memenuhi syarat SNI disebabkan oleh meningkatnya kadar abu terjadi
karena terbentuknya garam-garam mineral pada saat proses pengarangan
yang bila proses tersebut berlanjut akan membentuk partikel-partikel halus
dari garam-garam mineral tersebut. Selain itu khusus untuk arang aktif
batang pisang, kadar abu yang tinggi disebabkan karena pada dasarnya
batang pisang mengandung selulosa dan lignin. Dalam penelitian ini kadar
karbon terikat pada karbon aktif batang pisang sebesar 48,74% hal ini tidak
memenuhi syarat SNI yaitu minimum 65%. Hal ini disebabkan oleh karbon
aktif yang kurang sempurna pengabuannya sehingga mengakibatkan
kandungan karbon pada arang aktif batang pisang tidak memenuhi syarat.
Dari hasil penelitian ini, didapatkan karbon dari batang pisang sebelum
dilakukan aktivasi kemampuan daya serap terhadap I2 sebesar 290,62 mg/g
dan untuk karbon dari batang pisang sesudah dilakukan aktivasi sebesar
347,73 mg/g. Hasil penelitian tersebut tidak memenuhi dari syarat SNI yaitu
minimal 750 mg/g sehingga kemampuan penyerapannya rendah. Rendahnya
kemampuan daya serap I2 dikarenakan bagian permukaan pada arang aktif
masih terdapat pengotor, pori-pori yang terbentuk berjumlah sedikit
sehingga luas permukaanya yang rendah dan kemampuan penyerapan I2
masih rendah. Dari hasil penelitian ini, didapatkan luas permukaan dari
arang batang pisang sebelum aktivasi sebesar 174,7 m 2/g dan sesudah
aktivasi sebesar 176,5 m2/g. Hasil yang didapatkan ini masih jauh dari
syarat SNI yaitu minimal 300 m2/g. Hal ini disebabkan pori-pori yang
terbentuk di permukaan arang aktif mempunyai ukuran yang lebih kecil
daripada molekul metilen biru sehingga pada saat penyerapan pori-pori yang
memiliki ukuran sekitar 1,5-2,5 nm akan diisi oleh molekul metilen biru
sedangkan yang memiliki ukuran lebih kecil akan diisi oleh molekul iodin.
Dalam penelitian ini luas permukaan arang aktif sebelum dan sesudah
aktivasi tidak berbeda jauh sehingga dapat dikatakan proses aktivasi tidak
maksimal.
Dari hasil gambar karbon batang pisang sebelum diaktivasi dapat dilihat
karbon limbah batang pisang memiliki diameter rongga-rongga yang
26
tertutup oleh zat pengotor sehingga luas permukaannya lebih kecil
sedangkan dapat dilihat karbon limbah batang pisang sesudah diaktivasi
memiliki diameter rongga-rongga yang telah terbuka karena adanya aktivasi
sehingga luas permukaannya lebih besar dan mampu menyerap lebih banyak
senyawa benzena.
Terjadinya naik dan turun pada grafik kapasitas disebabkan belum
tercapainya kapasitas optimum yang menyebabkan nilai kapasitas adsorben
pada masing-masing variasi waktu terhadap berat tidak stabil. Dimana dari
variasi waktu yang telah dilakukan didapatkan waktu optimum pada berat
0,8 gram karbon aktif dengan lama waktu engadukan selama 45 menit
dengan kapasitas adsorpsi sebesar 1,692 mg/g.
11. KESIMPULAN
27