Anda di halaman 1dari 8

I.

Judul Percobaan: Isotherm Adsorpsi Asam Klorida dengan Karbon Aktif


II. Hari/ Tanggal Percobaan: Rabu/ 14 November 2018, 10.20 WIB
III. Selesai Percobaan: 14 November 2018, 12.00 WIB
IV. Tujuan Percobaan: Untuk mengetahui pengaruh penambahan adsorben
terhadap konsentrasi adsorbat yang tersisa.
V. Dasar Teori:
1. Pengertian Adsorpsi
Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan
zat lain. Zat yang diserap disebut fase terserap (adsorbat), sedangkan zat yang
menyerap disebut adsorben (Giyatmi, 2008: 101). Menurut Sukardjo (2002)
bahwa molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai
gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi.
Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya
adsorpsi.
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap
masuk ke dalam adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap hanya pada
permukaan (Sukardjo, 2002). Kebanyakan zat adsorben adalah bahan-bahan
yang sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung pada dinding pori-pori yang
sangat kecil, luas permukaan dalam menjadi beberapa orde besaran lebih
besar dari permukaan luar. Pemisahan terjadi karena perbedaan molekul atau
karena perbedaan polaritas yang menyebabkan sebagian molekul melekat
pada permukaan yang lebih erat daripada molekul-molekul lainnya. Dalam
kebanyakan hal, komponen yang diadsorpsi atau adsorbat melekat sedemikian
kuat sehingga memungkinkan pemisahan komponen itu secara menyeluruh
dari fluida tanpa terlalu banyak adsorpsi terhadap komponen yang lain.

2. Mekanisme adsorpsi
Mekanisme yang terjadi pada proses adsorpsi yaitu :
 Molekul-molekul adsorben berpindah dari fase bagian terbesar ke
permukaan antara adsorben yaitu lapisan film yang melapisi permukaan
adsorben.
 Molekul-molekul adsorben berpindah dari permukaan antara adsorben ke
permukaan luar.
 Molekul-molekul adsorbat berpindah dari permukaan luar adsorben, dimana
molekul tersebut menyebar menuju pori-pori adsorben.
 Molekul-molekul adsorbat menempel pada permukaan pori-pori adsorben.

3. Jenis Adsorpsi
Adsorpsi ada dua jenis, yaitu adsorbsi fisika dan adsorbsi kimia
a. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi karena gaya Van der Walls dimana ketika gaya
tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar daripada
gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka substansi terlarut akan
diadsorpsi oleh permukaan media. Contoh : adsorpsi oleh arang aktif.
Aktivasi arang aktif pada temperatur yang tinggi akan menghasilkan
struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang besar. Semakin besar
luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang melekat
pada permukaan media adsorpsi.
b. Adsorpsi Kimia

Adsorpsi Kimia terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia antara


substansi terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media. Adsorpsi
Kimia terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel
adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya Van der Walls
atau melalui ikatan hidrogen. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada
permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen),
dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan
koordinasi dengan substrat. Contoh : Ion exchange (Atkin, 1999).
Tabel 1. Perbedaan adsorpsi kimia dan adsorpsi fisika

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi


Beberapa faktor yang memperngaruhi daya serap adsorpsi yaitu:
a. Waktu Kontak
Waktu kontak memungkinkan proses difusi dan penempelan
molekul adsorbat berlangsung lebih baik.
b. Karakteristik Adsorben
Ukuran partikel merupakan syarat yang penting dari suatu arang
aktif untuk digunakan sebagai adsorben. Kecepatan adsorpsi meningkat
dengan menurunnya ukuran partikel.
c. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang
diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil
ukuran diameter adsorben maka semakin luas permukaannya. Kapasitas
adsorpsi total dari suatu adsorbat tergantung pada luas permukaan total
adsorbennya.
d. Kelarutan Adsorbat
Agar adsorpsi dapat terjadi, suatu molekul harus terpisah dari
larutan. Senyawa yang mudah larut mempunyai afinitas yang kuat untuk
larutannya dan karenanya lebih sukar untuk teradsorpsi dibandingkan
senyawa yang sukar larut. Akan tetapi ada perkeculian karena banyak
senyawa yang dengan kelarutan rendah sukar diadsorpsi, sedangkan
beberapa senyawa yang sangat mudah larut diadsorpsi dengan mudah.
e. pH
pH pada proses adsorpsi terjadi menunjukkan pengaruh yang besar
terhadap adsorpsi itu sendiri. Hal ini dikarenakan ion hidrogen sendiri
diadsorpsi dengan kuat, sebagian karena pH mempengaruhi ionisasi dan
karenanya juga mempengaruhi adsorpsi dari beberapa senyawa. Asam
organik lebih mudah diadsorpsi pada pH rendah, sedangkan adsorpsi basa
organik terjadi dengan mudah pada pH tinggi. pH optimum untuk
kebanyakan proses adsorpsi harus ditentukan dengan uji laboratorium.
f. Temperatur
Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi
kecepatan dan jumlah adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi
meningkat dengan meningkatnya temperatur, dan menurun dengan
menurunnya temperatur. Namun demikian, ketika adsorpsi merupakan
proses eksoterm, derajad adsorpsi meningkat pada suhu rendah dan akan
menurun pada suhu yang lebih tinggi (Wirawan, tanpa tahun).
5. Pengertian Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan padatan yang berpori dimana mengandung


karbon sekitar 85% - 95%. Bahan-bahan yang mengandung karbon dapat
menghasilkan karbon aktif dengan cara memanaskan pada suhu tinggi
sehingga pori-pori pada karbon aktif tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
adsorben. Karbon aktif dapat ditingkatkan daya adsorpsinya melalui proses
aktivasi, dimana pada proses ini terjadi penghilangan hidrogen, gas-gas dan
air dari permukaan karbon sehingga terjadi perubahan fisik pada
permukaannya (Idrus, dkk; 2013)

6. Proses Aktivasi
Proses Aktivasi adalah suatu perubahan fisika dimana permukaan
karbon aktif menjadi jauh lebih banyak karena hidrokarbon yang terkandung
dalam karbon dihilangkan. Untuk memperoleh karbon yang berpori dan luas
permukaan yang besar dapat diperoleh dengan cara mengaktivasi bahan. Ada
dua cara dalam melakukan proses aktivasi yaitu:
a. Aktivasi Fisika
Proses aktivasi ini dilakukan dengan mengalirkan aktivator
dalam reaktor pada suhu tinggi. Proses ini harus mengontrol suhu, lama
waktu aktivasi dan laju alir aktivator sehingga dihasilkan karbon aktif
dengan susunan karbon yang padat dan memiliki pori-pori yang luas.
b. Aktivasi Kimia
Proses aktivasi ini dilakukan dengan cara merendam bahan baku
pada bahan kimia seperti asam kloria (HCl), asam nitrat (HNO3), asam
phosphat (H3PO4), natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida
(KOH), dan lain-lain sebelum proses karbonisasi. Metode aktivasi kimia
juga dapat dilakukan dengan merendam bahan baku yang telah
dikarbonisasi (Irianty,dkk; 2010)
Pada aktivasi kimia dengan KOH tanpa kehadiran oksigen akan
mengontrol reaksi pembakaran karbon melalui mekanisme sebagai
berikut:

Pada proses tersebut, karbon bereaksi dengan oxidizing agent dan


menghasilkan karbon dioksida yang berdifusi pada permukaan karbon.
Amorphous carbon yang menghalangi pori bereaksi pada tahap oksidasi
awal dan sebagai hasilnya closed pore akan terbuka. Selanjutnya reaksi
akan berlanjut dengan mengikis dinding karbon untuk membentuk pori-
pori baru (Manocha, 2003).

7. Isoterm Adsorpsi
Adsorpsi pada umumnya disangkut pautkan dengan isoterm
adsorpsi. Secara umum isoterm adsorpsi diartikan sebagai fungsi
konsentrasi zat terlarut yang terjerap pada padatan terhadap konsentrasi
larutan. Tipe isoterm adsorpsi dapat digunakan untuk mempelajari
mekanisme adsorpsi. Adsorpsi fase cair-padat pada umumnya mengikuti
tipe isoterm Freundlich dan Langmuir.
a. Persamaan Freundlich
Pendekatan isoterm adsorpsi yang cukup memuaskan dijelaskan
oleh H. Freundlich. Menurut Freundlich, jika y adalah berat zat
terlarut per gram adsorben dan c adalah konsentrasi zat terlarut dalam
larutan. Dari konsep tersebut dapat diturunkan persamaan sebagai
berikut:

dimana:
Xm = berat zat yang diadsorbsi
m = berat adsorben (zeolit)
C = konsentrasi zat
Kemudian k dan n adalah konstanta asdsorbsi yang nilainya
bergantung pada jenis adsorben dan suhu adsorbsi. Bila dibuat kurva
log (Xm / m) terhadap log C akan diperoleh persamaan linear dengan
intersep log k dan kemiringan 1/n, sehingga nilai k dan n dapat
dihitung (Mulyana, dkk; 2003)

b. Persamaan Langmuir
Model ini mendefinisikan bahwa kapasitas adsorpsi maksimum
terjadi akibat adanya lapisan tunggal (monolayer) adsorbat di
permukaan adsorben. Pendekatan Langmuir meliputi lima asumsi
mutlak, yaitu:
1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap.
2. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer.
3. Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap
kedudukan ikatan untuk molekul gas sama.
4. Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat.
5. Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya mereka
tidak bergerak pada permukaan.
Dimana persamaan Langmuir ditulis sebagai berikut:

Dengan membuat kurva m.c / Xm terhadap C akan diperoleh


persamaan linear dengan intersep 1/a dan kemiringan (b/a), sehingga
nilai a dan b dapat dihitung, dari besar kecilnya nilai a dan b
menunjukkan daya adsorbs (Mulyana, dkk; 2003).
VI. Alat dan Bahan
a. Alat:
- Gelas kimia 100 mL Iwaki glass 3 buah
- Erlenmeyer 250 mL Iwaki glass 3 buah
- Corong 3 buah
- Statif dan klem 1 set
- Buret Iwaki pyreks 1 buah
- Gelas ukur 10 mL Iwaki glass 1 buah
- Oven 1 buah
- Neraca analitis Ohaus 1 buah
- Gelas kimai 1000 mL 1 buah
b. Bahan:
- HCl secukupnya
- NaOH 0,2 N 1 buah
- Karbon secukupnya
- KOH 5% secukupnya
- Aquades secukupnya
- Kertas pH meter secukupnya

Anda mungkin juga menyukai