Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

PERCOBAAN 10
“PENJERAPAN ZAT CAIR PADA MATERIAL BERPORI”
Disusun Oleh:
Nama : Elisandro Bonaputra Sirah
NIM : 24030119130125
Hari, tanggal : Selasa, 29 September 2020
Kelompok :4
Asisten : Salwa Azzahra

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
MODUL 10
“PENJERAPAN ZAT CAIR PADA MATERIAL BERPORI”

Mengetahui, Semarang, 05 Oktober 2020


Asisten Praktikan

Salwa Azzahra
24030117130076
Elisandro Bonaputra Sirah
24030119130125
ABSTRAK

Dilakukan percobaanberjudul “Penjerapan zat cair pada Material


Berpori” dengan tujuan efek absorbs pada kedaan asan, netral dan basa
maupun pada senyawa ion logam. Prinsip yang digunakan adalah gaya van der
walls atau gaya tarik antar molekul pada senyawaan non polar yang
menyebabkan terbentuk energy kisi pada Kristal molekuler. Metode yang
dipakai yaitu metode absorbsi atau penyerapat yang terjadi ketika gas atau
fliuda diserap oleh senyawaan padat yang berpori. Bahan absorben
menggunakan carbon aktif. Hasil yang mungkin akan didapatkan adalah
perubahan warna zat yang diuji disertai perubahan pH. Hasil percobaan
adsorpsi akan cepat terjadi jika ada pengaruh kuat dari konsentrasi, luas
permukaan, dan adsorbennya. pH larutan NaOH sebelum diadsorpsi adalah 13
berwarna oranye pekat dan setelah diadsorpsi pH nya adalah 10 berwarna
bening. pH larutan HCl sebelum diadsorpsi adalah 1 berwarna merah muda
dan setelah diadsorpsi pHnya adalah 3 berwarna merah muda jernih. pH
larutan FeCl3 sebelum diadsorpsi adalah 2 berwarna coklat muda dan setelah
diadsorpsi pH nya adalah 3 berwarna coklat muda jernih. pH akuades sebelum
diadsorpsi adalah 5 berwarna bening dan setelah diadsorpsi pHnya tetap 5
berwarna bening. Absorbansi kurang efektif pada senyawaan netral seperti
aquades

Kata kunci : perubahan pH, indicator, asam basa netral, absorbsi, karbon aktif
PERCOBAAN X
PENJERAPAN ZAT CAIR PADA MATERIAL BERPORI

I. Tujuan Percobaan
Mempelajari fenomena penjerapan/adsorbsi larutan baik asam, basa,
netral dan larutan yang mengandung ion logam pada berbagai material
berpori.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan


yang mengandung karbon atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk
mendapatkan daya adsorpsi yang tinggi. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada
besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat
besar, yaitu 25-100% terhadap berat karbon aktif (Darmawan, 2008).

II.2 Adsorpsi

Adsorpsi adalah serangkaian proses yang terdiri atas reaksi- reaksi


permukaan zat padat (disebut adsorben) dengan zat pencemar (disebut
adsorbat), baik pada fasa cair maupun gas. Karena adsorpsi adalah fenomena
permukaan, maka kapasitas adsorpsi dari suatu adsorben merupakan fungsi luas
permukaan spesifik (Sawyer et al., 1994).
Istilah adsorpsi biasa digunakan untuk menggambarkan keadaan suatu
bahan tertentu (cairan atau padatan) dengan konsentrasi yang lebih tinggi pada
permukaannya. Pada proses adsorpsi terdapat dua komponen yaitu adsorbat
dan adrsorben. Zat yang terakumulasi pada permukaan disebut adsorbat,
sedangkan material permukaan padatan/cairan disebut adsorben. Proses
adsorpsi berbeda dengan absorbsi, di mana proses adsorpsi merupakan reaksi
kima antara molekul- molekul adsorbat dengan permukaan adsorben (Hendra,
2008).

II.3 Jenis-jenis Proses Adsorpsi

Berdasarkan interaksi molecular antara permukaan adsorben dengan


adsorbat, adsopsi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu (Suryawan, 2004) :

1. Adsorpsi Fisik (Physisorption)

Adsorpsi fisik merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya Van
Der Waals, yaitu gaya tarik menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan
permukaan adsorben. Adsorpsi ini terjadi apabila suatu adsorbat dialirkan
pada permukaan adsorben yang bersih. Pada adsorpsi fisik, adsorbat tidak
terikat kuat pada permukaan adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari
satu bagian permukaan ke bagian permukaan lainnya, dan pada permukaan
yang ditinggalkan oleh adsorbat yang satu dapat digantikan oleh adsorbat
lainnya (multilayer) Adsorpsi fisik mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
- Proses adsorpsi terjadi pada ambient dengan temperatur rendah di
bawah temperatur kritis dari adsorbet.
- Gaya tarik-menarik antar molekul yang terjadi adalah gaya Van Der
Waals.
- Proses adsorpsi terjadi tanpa memerlukan energi aktivasi.

- Panas adsorpsi yang dikeluarkan rendah, ΔH < 20 kJ/mol.

- Ikatan yang terbentuk dalam adsorpsi fisik dapat diputuskan dengan

o
mudah, yaitu dengan cara pemanasan pada temperaturr 150-200 C
selama 2-3 jam.
- Proses adsorpsi reversible.

2. Adsorpsi Kimia (Chemisorption)


Adsorpsi kimia merupakan adsorpsi yang terjadi karena
terbentuknya ikatan kovalen dan ion antara molekul-molekul adsorbat
dengan adsorben. Jenis adsorpsi ini diberi istilah absorpsi (Suryawan,
2004). Ikatan yang terbentuk merupakan ikatan yang kuat sehingga
lapisan yang terbentuk adalah lapisan monolayer. Adsorpsi kimia
memiliki ciri-ciri berikut ini :

- Proses adsorpsi terjadi pada ambient dengan temperatur


tinggi dibawah temperatur kritis dari adsorbat

- Interaksi antara adsorbat dan adsorben berupa ikatan


kovalen.

- Proses adsorpsi memerlukan aktivasi yang besar.

- Proses adsorpsi reversibel pada temperatur tinggi.

- Panas adsorpsi yang dikeluarkan 50 < ΔH < 800 kJ/mol

II.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Adsorpsi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi yaitu :
1) Proses pengadukan
Kecepatan adsorpsi selain dipengaruhi oleh film diffusion dan pore diffusion
juga
dipengaruhi oleh pengadukan. Jika proses pengadukan relatif kecil maka
adsorbant sukar menembus lapisan film antara permukaan adsorben dan film
diffusion yang merupakan faktor pembatas yang memperkecil kecepatan
penyerapan. Dan jika pengadukan sesuai maka akan menaikkan film diffusion
sampai titik pore diffusion yang merupakan faktor pembatas dalam sistem batch
dilakukan pengadukan yang tinggi.
2) Karakteristik Adsorbant
Adsorpsi dipengaruhi oleh dua sifat permukaan yaitu energi permukaan dan
gaya tarik permukaan. Oleh karena itu sifat fisik yaitu ukuran partikel dan luas
permukaan merupakan sifat yang terpenting dari bahan yang akan digunakan
sebagai adsorben.
3) Kelarutan adsorbant
Proses adsorpsi terjadi pada molekulmolekul yang ada dalam larutan harus
dapat berpisah dari cairannya dan dapat berikatan dengan permukaan adsorben.
Sifat unsur yang terlarut mempunyai gaya tarik-menarik terhadap cairannya yang
lebih kuat bila dibandingkan dengan unsur yang sukar larut. Dengan demikian
unsur yang terlarut akan lebih sulit terserap pada adsorben bila dibandingkan
dengan unsur yang tidak larut. (Herawati, tatik. 2007)

II.5 Adsorpsi pada zat berpori


Adsorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain.
Gaya tarik menarik dari suatu padatan dibedakan menjadi dua jenis
yaitu: gaya fisika dan gaya kimia yang masing-masing menghasilkan
adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Ada dua macam adsorpsi yaitu:
1. Adsorpsi Fisika, yaitu adsorpsi yang disebabkan oleh gaya van der
waals yang
ada pada permukaan adsorben. Panas adsorpsi fisika lebih rendah
dan lapisan
yang terjadi pada permukaan adsorben lebih dari satu molekul.
2. Adsorpsi Kimia, terjadi karena adanya reaksi antara zat yang diserap
dengan
adsorben, panas adsorpsi tinggi, lapisan molekul pada
permukaan
adsorbennya hanya satu lapis (Sukardjo,1990).
Persamaan Freundlinch dan Langmuir sering digunakan untuk
mengolah data adsorpsi dari larutan. Isoterm Freundlinch merupakan
persamaan dari yang menghubungkan jumlah material yang teradsorpsi
dengan konsentrasi material dalam larutan yang dirumuskan dalam
bentuk persamaan :
X= K.C1/n
log X = log K + log 1/n log C
x adalah jumlah gram zat yang diserap, m adalah jumlah gram
yang teradsorpsi per gram adsorben, C adalah konsentrasi adsorbat
pada kesetimbangan, K dan 1/n adalah tetapan, dengan mengukur m
sebagai fungsi C maka nilai n dan K akan ditentukan dari slop dan
intersupnya. Isoterm Freundlich tidak berlaku jika konsentrasi atau
tekanan dari zat yang akan teradsorpsi terlalu tinggi. (Keenan, 1990).
Model adsorpsi isoterm pada umumnya adalah kurva tak bernilai
yang menggambarkan fenomena yang mengatur penyimpanan suatu zat
dari media berair berpori atau lingkungan perairan solid pada suhu
konstan dan pH 32,33 (K.Y. Foo , 1999)
II.6 Gaya van der waals
Dalam adsorpsi kimia, reaksi kimia terjadi pada permukaan padatan dan
gas tertahan pada permukaan padatan yang relatif merupakan ikatan kimia yang
kuat. Dalam adsorpsi fisika, molekul gas tertahan pada permukaan padatan yang
relatif lemah karena terjadi ikatan intermolekular Van der Waals (Levine, I.R.,
2002).
Gaya Van der Waals merupakan salah satu jenis interaksi elektrostatis
yang kekuatan ikatannya sangat lemah dibandingkan ikatan kimia lainnya
seperti ikatan ionik, kovalen, kovalen koordinasi, dan ikatan logam.
Berdasarkan kepolaran molekul, ada tiga tipe gaya Van der Waals yang
ditemukan oleh ilmuwan sains yang berbeda-beda dimana tipe ini diberi nama
sesuai dengan nama penemunya, yaitu:
II.6.1 Gaya Keesom
Interaksi ini terjadi antara sesama molekul kovalen polar yang
memiliki momen dipol permanen. Momen dipol permanen ini terjadi
karena adanya perbedaan sebaran densitas elektron yang tidak merata
pada semua bagian atom-atomnya dimana elektron akan lebih banyak
berkumpul pada atom yang lebih elektronegatif dibandingkan atom
lainnya. Ketika molekul-molekul polar ini berdekatan satu dengan yang
lainnya, maka kutub positif dari satu molekul akan berikatan dengan
kutub negatif molekul lain. Interaksi ini merupakan interaksi yang lebih

kuat diantara keempat tipe gaya Van der Waals. Contoh: H3N----HCl

Atom N yang lebih elektronegatif akan cenderung menarik elektron ke


arahnya sehingga densitas elektron pada N lebih tinggi daripada H.
Demikian juga pada HCl, densitas elektron pada Cl lebih tinggi
daripada H. Gaya intermolekul ini terjadi antara atom N dari molekul

NH3 dengan atom H dari molekul HCl.


II.6.2 Gaya Debye
Interaksi ini terjadi antara molekul kovalen polar dan molekul
kovalen nonpolar. Ketika molekul nonpolar berdekatan dengan molekul
polar, maka kutub positif dari molekul polar berinteraksi dengan
elektron pada molekul nonpolar sehingga molekul nonpolar menjadi
terinduksi
II.6.3 Gaya London
Interaksi ini terjadi antara sesama molekul kovalen nonpolar. Ketika
sesama molekul kovalen nonpolar saling berdekatan maka, masing-masing
molekul tersebut cenderung mengalami self-polarised membentuk dipol
terinduksi akibat adanya osilasi awan-awan elektron yang akan
menyebabkan densitas elektron pada satu atom lebih besar daripada atom
lainnya sehingga molekul tersebut menjadi sedikit polar. Contohnya adalah

interaksi N2, O2 . Interaksi ini merupakan interaksi yang paling lemah


diantara gaya Van der Waals (Madan, R.D. 2003).

II.7 Ikatan Hidrogen


Hidrogen (H 2) molekul paling sederhana. Ikatan hidrogen merupakan
gaya tarik antarmolekul atau antar dipol-dipol yang terjadi antara dua muatan
listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan. Jenis interaksi dipol-dipol
yang teristimewa kuat terjadi antara molekul yang mengandung atom
hidrogen yang terikat pada nitrogen, oksigen, atau fluor. Masing-masing dari
unsur terakhir ini adalah elektronegatif dan mempunyai elektron valensi
menyendiri. Beberapa senyawa yang khas yang mengandung ikatan NH, OH,
atau FH adalah H2O, CH3OH, NH3, HF. Energi disosiasi ikatan hidrogen
hanya 5-10 kkal/mol, jauh lebih rendah daripada energi disosiasi ikatan dari
ikatan kovalen yang khas (80-100 kkal/mol), tetapi jelas lebih kuat daripada
kebanyakan tarikan dipol-dipol. Alasan untuk perbedaan ini adalah ukuran
atom yang bersangkutan. Atom hidrogen ukurannya lebih kecil bila
dibandingkan terhadap atom lain dan dapat menempati suatu kedudukan yang
sangat dekat dari elektron menyendiri dari atom elektronegatif. Hasilnya
ialah suatu tarikan elektrostatik yang kuat. Atom yang lebih besar daripada
hidrogen tak dapat menempati kedudukan yang demikian dekatnya terhadap
yang lain, akibatnya tarikan dipol-dipol antara atom yang lain lebih lemah
(Fessenden, 1986).

II.8 Analisa Bahan


II.8.1 Indikator PP
 Sifat fisik : Fenolftalein berupa serbuk putih-kuning yang
tidak berbau. Titik lelehnya berkisar antara 258oC-262oC
(Sukarta, 1999).
 Sifat kimia : Fenolftalein hampir tidak larut dalam air, sedikit
larut dalam kloroform, dan larut dalam alkohol, dietil eter,
larutan alkali encer, dan larutan panas alkali karbonat.
Merupakan senyawa yang memiliki gugus fenol, sehingga
bersifat sebagai asam lemah (Sukarta, 1999).
II.8.2 Metil Orange
 Sifat kimia : Zat warna organik yang digunakan dalam
indikator asam-basa, Berubah merah dibawah pH 3,1 dan
menjadi kuning di atas pH 4,4 (25 oC),digunakan pada titrasi
yang melibatkan basa lemah, Merupakan suatu basa.
 Sifat fisik : Berwarna kuning dalam bentuk molekulnya,
Mempunyai rumus MeNC6H4N.NC6H4IO2NO.(Basri, 1996)
II.8.3 Aquades
 Sifat Fisik : Senyawa dengan formula H2O, berbentuk cair,
tidak berwarna, tidak berbau tidak berbasa, titik leleh:0 0C, titik
didih: 100oC, densitas:1 g/ml,
 Sifat Kimia : Bersifat polar, dan merupakan pelarut universal.
(Basri,1996)
II.8.4 HCL
 Sifat Fisik : Cair, Tidak berasa, Tidak Warna, Berbau tajam, Titik
didih :108,58°C,Titik lebur: -62,25 ° C
 Sifat Kimi : Asam Kuat, Korosif, Larut dalam air dingin, air panas,
dietil eter

(MSDS)
II.8.5 Natrium Hidroksida (NaOH)
 Sifat fisik : Padatan putih yang menarik air dan CO2 dari udara,
titik cair 97,5 ºC, titik leleh 318,4 ºC, titik didih 1390 ºC, dan
indeks bias 2,13.
 Sifat kimia : NaOH larut dalam air menggunakan kalor, NaOH
dapat digunakan sebagai industri sabun, detergen, pulp kertas,
tekstil, dan plastic (Daintith, 1994).

II.8.6 Zeolit
 Sifat fisik : Memiliki struktur kristal berdimensi tiga yang terbuka
 Sifat kimia : dapat menyerap molekul lain yang ukurannya cocok,
merupakan alumnosilikat berhidrat.(Daintith, 1990)
II.8.7 FeCl3
 Sifat Fisik : Mr =162,2 g/mol, berwujud padat pada STP,
TD=315oC
 Sifat Kimia : merupakan asam Lewis yang relatif kuat, bereaksi
dengan cepat
terhadap oksalat membentuk kompleks
[Fe(C2O4)3]3−
(Holleman,2001)
IV. Data Pengamatan
NO Perlakuan Hasil
1. H2O
Sebelum diadsorpsi
- Pengamatan warna Bening
- Pengukuran pH pH 5
Satelah diadsorpsi
- Pengamatan warna Bening
- Pengukuran pH pH 5
2. HCl
Sebelum diadsorpsi
- Penambahan indikator mo
- Pengamatan warna Merah muda
- Pengukuran pH pH 1
Setelah diadsorpsi
- Pengamatan warna Merah muda jernih
- Pengukuran pH pH 3
3. FeCl3
Sebelum diadsorpi
- Pengamatan warna Coklat muda
- Pengukuran pH pH 2
Setelah diadsorpsi
- Pengamatan warna Coklat muda jernih
- Pengukuran pH pH 3
4. NaOH
Sebelum diadsorpsi
- Penambahan indikator PP
- Pengamatan warna Oranye pekat
- Pengukuran pH pH 13
Setelah diadsorpsi
- Pengamatan warna Bening
- Pengukuran pH pH 10
V. HIPOTESIS
Dilakukan percobaanberjudul “Penjerapan zat cair pada Material
Berpori” dengan tujuan efek absorbs pada kedaan asan, netral dan basa
maupun pada senyawa ion logam. Prinsip yang digunakan adalah gaya van der
walls atau gaya tarik antar molekul pada senyawaan non polar yang
menyebabkan terbentuk energy kisi pada Kristal molekuler. Metode yang
dipakai yaitu metode absorbsi atau penyerapat yang terjadi ketika gas atau
fliuda diserap oleh senyawaan padat yang berpori. Bahan absorben
menggunakan carbon aktif. Hasil yang mungkin akan didapatkan adalah
perubahan warna zat yang diuji disertai perubahan pH.
VI. Pembahasan

Dilakukan percobaanberjudul “Penjerapan zat cair pada Material


Berpori” dengan tujuan efek absorbs pada kedaan asan, netral dan basa
maupun pada senyawa ion logam. Prinsip yang digunakan adalah gaya van der
walls atau gaya tarik antar molekul pada senyawaan non polar yang
menyebabkan terbentuk energy kisi pada Kristal molekuler. Metode yang
dipakai yaitu metode absorbsi atau penyerapat yang terjadi ketika gas atau
fliuda diserap oleh senyawaan padat yang berpori. Bahan absorben
menggunakan carbon aktif.
Karbon aktif digunakan karena pada karbon aktif luas permukaan akan
lebih besar dan juga pori-pori nya mengalami pengembangan dalam
mengabsorbsi gas dan fluida dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut
atau yang terdispersi dalam cairan (Murdiyanto, 2005).

Struktur grafit karbon aktif :

(Harfi,2003)
Sedangkan adsorbat yang digunakan dalam percobaan ini adalah HCl,
NaOH, FeCl3, dan akuades (H2O). Sebelum dialirkan ke dalam adsorben
(karbon aktif), keempat adsorbat tersebut terlebih dahulu dilakukan
pengamatan warna dan pH nya.

VI.1 Penjerapan NaOH pada Karbon Aktif

Percobaan dilakukan dengan tujuan agar mengetahui pengaruh


absorbs karbon aktif dengan senyawa basa kuat yaitu NaOH, Percobaan
diawali dengan penimbangan sampel yaitu NaOH kemudian akan
dimasukan kedalam sebuah corong yang pada alas nya telah ditaruh
kapas, hal ini dilakukan agar bahan absorben dan absorbat dapat terpisah
serta kapas juga dapat meningkatkan proses absorbansi karena kapas
juga dapat mengabsorbsi senyawaan, hal ini diakibatkan karena kapas
memiliki pori-pori pada bahannya. Kemudian diletakan karbon aktif
pada atas kapas, dan dilapisi lagi dengan kertas saring. Kemudian akan
disusun alatnya dengan posisi corong pemisah dibagian atas, kemudian
dibawahnya berada tabung dengan karbon aktif didalamnya, dan
dibagian paling bawah berada Erlenmeyer sebagai wadah hasil
absorbansi. Pada sampel NaOH sebelum diabsorbansi akan dilakukan
pengukuran pH dan didapatkan nilai 13 yang berarti dalam keadaan
basa, NaOH pada mulanya berwarna bening. Kemudian akan
ditambahkan indicator PP pada sampel dengan tujuan diketahui
perubahan warna setelah dan sebelum absorbsi. Ketika ditambahkan PP
sampel menjadi berwarna orange muda.
Kemudian akan dilakukan proses absorbansi dengan cara
menuangkan sampel pada corong pemisah lalu sampel akan dialiri pada
tabung secara perlahan, hal ini dilakukan sampai absorban dan absorbat
dapat terpisah dengan sempurna. Hasil absorbansi didapatkan larutan
bening dengan pengukuran pH bernilai 10. Peristiwa ini menunjukan
terjadi pengurangan konsentrasi ion OH pada larutan, ion OH yang
berkurang tersebut dikarenakan telah diabsorbansi oleh karbon aktif
dengan bantuan gaya van der walls atau gaya tolak menolak antar NaOH
dengan karbon aktif.

Reaksi antara PP dengan NaOH:

(R
onald, 2003)

VI.2 Penjerapan FeCl3 pada karbon aktif


Percobaan dilakukan dengan tujuan agar mengetahui pengaruh
absorbsi karbon aktif dengan senyawa berion logam yaitu FeCl 3,
Percobaan diawali dengan penimbangan sampel yaitu FeCl3 kemudian
akan dimasukan kedalam sebuah corong yang pada alas nya telah ditaruh
kapas, hal ini dilakukan agar bahan absorben dan absorbat dapat terpisah
serta kapas juga dapat meningkatkan proses absorbansi karena kapas
juga dapat mengabsorbsi senyawaan, hal ini diakibatkan karena kapas
memiliki pori-pori pada bahannya. Kemudian diletakan karbon aktif
pada atas kapas, dan dilapisi lagi dengan kertas saring. Kemudian akan
disusun alatnya dengan posisi corong pemisah dibagian atas, kemudian
dibawahnya berada tabung dengan karbon aktif didalamnya, dan
dibagian paling bawah berada Erlenmeyer sebagai wadah hasil
absorbansi. Pada sampel FeCl3 sebelum diabsorbansi akan dilakukan
pengukuran pH dan didapatkan nilai 2 yang berarti dalam keadaan asam,
FeCl3 pada mulanya berwarna Coklat muda.
Kemudian akan dilakukan proses absorbansi dengan cara
menuangkan sampel pada corong pemisah lalu sampel akan dialiri pada
tabung secara perlahan, hal ini dilakukan sampai absorban dan absorbat
dapat terpisah dengan sempurna. Hasil absorbansi didapatkan larutan
coklat muda jernih dengan pengukuran pH bernilai 3. Peristiwa ini
menunjukan terjadi pengurangan konsentrasi senyawa FeCl3 pada
larutan, senyawa FeCl3 yang berkurang tersebut dikarenakan telah
diabsorbansi oleh karbon aktif dengan bantuan gaya van der walls atau
gaya tolak menolak antar FeCl3 dengan karbon aktif.

VI.3 Penjerapan HCl pada karbon aktif

Percobaan dilakukan dengan tujuan agar mengetahui pengaruh


absorbs karbon aktif dengan senyawa asam kuat yaitu HCl, Percobaan
diawali dengan penimbangan sampel yaitu HCl kemudian akan
dimasukan kedalam sebuah corong yang pada alas nya telah ditaruh
kapas, hal ini dilakukan agar bahan absorben dan absorbat dapat terpisah
serta kapas juga dapat meningkatkan proses absorbansi karena kapas
juga dapat mengabsorbsi senyawaan, hal ini diakibatkan karena kapas
memiliki pori-pori pada bahannya. Kemudian diletakan karbon aktif
pada atas kapas, dan dilapisi lagi dengan kertas saring. Kemudian akan
disusun alatnya dengan posisi corong pemisah dibagian atas, kemudian
dibawahnya berada tabung dengan karbon aktif didalamnya, dan
dibagian paling bawah berada Erlenmeyer sebagai wadah hasil
absorbansi. Pada sampel HCl sebelum diabsorbansi akan dilakukan
pengukuran pH dan didapatkan nilai 1 yang berarti dalam keadaan asam,
HCl pada mulanya berwarna bening. Kemudian akan ditambahkan
indicator MO pada sampel dengan tujuan diketahui perubahan warna
setelah dan sebelum absorbsi. Ketika ditambahkan MO sampel menjadi
berwarna Merah muda.
Kemudian akan dilakukan proses absorbansi dengan cara
menuangkan sampel pada corong pemisah lalu sampel akan dialiri pada
tabung secara perlahan, hal ini dilakukan sampai absorban dan absorbat
dapat terpisah dengan sempurna. Hasil absorbansi didapatkan larutan
merah muda dengan pengukuran pH bernilai 3. Peristiwa ini
menunjukan terjadi pengurangan konsentrasi ion H3O+ pada larutan, ion
H3O+ yang berkurang tersebut dikarenakan telah diabsorbansi oleh
karbon aktif dengan bantuan gaya van der walls atau gaya tolak menolak
antar HCl dengan karbon aktif.

Reaksi antara MO dengan HCl:


(Mulyono, 2005)

VI.4 Penjerapan akuades pada karbon aktif

Percobaan dilakukan dengan tujuan agar mengetahui pengaruh


absorbs karbon aktif dengan senyawa netral yaitu aquades, Percobaan
diawali dengan pengukuran sampel yaitu aquades kemudian akan
dimasukan kedalam sebuah corong yang pada alas nya telah ditaruh
kapas, hal ini dilakukan agar bahan absorben dan absorbat dapat terpisah
serta kapas juga dapat meningkatkan proses absorbansi karena kapas
juga dapat mengabsorbsi senyawaan, hal ini diakibatkan karena kapas
memiliki pori-pori pada bahannya. Kemudian diletakan karbon aktif
pada atas kapas, dan dilapisi lagi dengan kertas saring. Kemudian akan
disusun alatnya dengan posisi corong pemisah dibagian atas, kemudian
dibawahnya berada tabung dengan karbon aktif didalamnya, dan
dibagian paling bawah berada Erlenmeyer sebagai wadah hasil
absorbansi. Pada sampel aquades sebelum diabsorbansi akan dilakukan
pengukuran pH dan didapatkan nilai 5 yang berarti dalam keadaan
sedikit asam, Aquades pada mulanya berwarna bening.
Kemudian akan dilakukan proses absorbansi dengan cara
menuangkan sampel pada corong pemisah lalu sampel akan dialiri pada
tabung secara perlahan, hal ini dilakukan sampai absorban dan absorbat
dapat terpisah dengan sempurna. Hasil absorbansi didapatkan larutan
bening dengan pengukuran pH bernilai 5. Peristiwa ini menunjukan
bahwa pengaruh absorbansi tidak begitu signifikan pengaruhnya pada
senyawa ber-pH netral.

Pada adsorpsi HCl, NaOH, FeCl3 dengan karbon aktif sebagian


besar menunjukkan bahwa karbon aktif mampu bertindak sebagai
penjerap karena setelah dilakukan adsorpsi dengan karbon aktif larutan
menjadi lebih netral atau mendekati netral. Hal ini disebabkan oleh sifat
karbon aktif sebagai penukar ion yang menjadikan karbon aktif sebagai
penetral muatan lstrik. Ukuran pori memengaruhi daya adsorpsi. Jika
pori-pori adsorben makin kecil, maka kemampuan/daya adsorpsinya
makin besar. Karena ukuran pori adsorben berhubungan dengan luas
permukaan. Semakin kecil ukuran pori adsorben, maka luas permukaan
semakin besar sehingga jumlah molekul yang teradsorpsi akan
bertambah (Hamdan, 1992).

Ringkasan Video 1
Prinsip yang digunakan adalah gaya van der walls atau gaya tarik
antar molekul pada senyawaan non polar yang menyebabkan terbentuk
energy kisi pada Kristal molekuler. Metode yang dipakai yaitu metode
absorbsi atau penyerapat yang terjadi ketika gas atau fliuda diserap oleh
senyawaan padat yang berpori. Bahan absorben menggunakan carbon
aktif.

Dilakukan reaksi antara asam nitrat dan besi dan menghasilkan gas
nitrogen yang beracun dan berwarna coklat. Kemudian gas nitrogen
dipisahkan ke dalam kedua tabung yang bertutup. Pada salah satu tabung
ditambahkan carbon aktif, ketika ditinggalkan gas beracun pada tabing
dengan carbon aktof akan berkurang artinya gas beracun atau gas Nitrogen
diserap oleh karbon aktif.

Ringkasan Video 2
Prinsip yang digunakan adalah gaya van der walls atau gaya tarik
antar molekul pada senyawaan non polar yang menyebabkan terbentuk
energy kisi pada Kristal molekuler. Metode yang dipakai yaitu metode
absorbsi atau penyerapat yang terjadi ketika gas atau fliuda diserap oleh
senyawaan padat yang berpori. Bahan absorben menggunakan carbon
aktif.
Percobaan dilakukan dengan dimasukan kapas kedalam sebuah
corong yang pada alas nya telah ditaruh kapas, hal ini dilakukan agar
bahan absorben dan absorbat dapat terpisah serta kapas juga dapat
meningkatkan proses absorbansi karena kapas juga dapat mengabsorbsi
senyawaan, hal ini diakibatkan karena kapas memiliki pori-pori pada
bahannya. Kemudian diletakan karbon aktif pada atas kapas, dan dilapisi
lagi dengan kertas saring. Kemudian akan disusun alatnya dengan posisi
corong pemisah dibagian atas, kemudian dibawahnya berada tabung
dengan karbon aktif didalamnya, dan dibagian paling bawah berada
Erlenmeyer sebagai wadah hasil absorbansi. Pada sampel metilen biru
berwarna Biru Muda.
Kemudian akan dilakukan proses absorbansi dengan cara
menuangkan sampel pada corong pemisah lalu sampel akan dialiri pada
tabung secara perlahan, hal ini dilakukan sampai absorban dan absorbat
dapat terpisah dengan sempurna. Hasil absorbansi didapatkan larutan
bening. Peristiwa ini menunjukan terjadi pengurangan konsentrasi
metilen biru pada larutan, metilen biru yang berkurang tersebut
dikarenakan telah diabsorbansi oleh karbon aktif dengan bantuan gaya
van der walls atau gaya tolak menolak antar metilen biru dengan karbon
aktif.
VII. PENUTUP
VII. 1. Kesimpulan
VII.1.1. Adsorpsi akan cepat terjadi jika ada pengaruh kuat dari
konsentrasi, luas permukaan, dan adsorbennya.
VII.1.2. pH larutan NaOH sebelum diadsorpsi adalah 13 berwarna
oranye pekat dan setelah diadsorpsi pH nya adalah 10
berwarna bening.
VII.1.3. pH larutan HCl sebelum diadsorpsi adalah 1 berwarna merah
muda dan setelah diadsorpsi pHnya adalah 3 berwarna merah
muda jernih.
VII.1.4. pH larutan FeCl3 sebelum diadsorpsi adalah 2 berwarna
coklat muda dan setelah diadsorpsi pH nya adalah 3 berwarna
coklat muda jernih.
VII.1.5. pH akuades sebelum diadsorpsi adalah 5 berwarna bening
dan setelah diadsorpsi pHnya tetap 5 berwarna bening.

VII.2. Saran
VII.2.1. Sampel dalam percobaan dapat ditambahkan air kotor agar
diketahui pengaruh absorbansi yang berkaitan dengan
kehidupan bermasyarakat
VII.2.2. Senyawan sampel dapat digunakan dengan bahan yang
berbeda tergantung pada stok lab, seperti HCl dapat diganti
H2SO4
DAFTAR PUSTAKA
Basri, S, 1996, ’Kamus Kimia”, Jakarta: Rineka Cipta
Fessenden, Ralph J. 1986. Kimia Organik Jilid 1Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Hendra, AW. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Jakarta:
Pustaka Sinar. Harapan
Herawati, tatik. 2007. Uji Efektifitas CangkangTelur Untuk Mengadsorpsi Ion
Timbal.Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Cilegon-Banten.
 Holleman, A.F. (2001). Inorganic Chemistry. San Diego: Academic Press
Foo, K.Y, B.H Hameed. 2009. Insights in to The Modeling of
Adsorption Isotherm Systems. School of Chemical Engineering
Campus.. Malaysia : Universiti Sains Malaysia
Keenan, C.W, D.C Kleinfelter dan J.H Wood. 1990.  Kimia Untuk
Universitas. Jakarta : Erlangga
Levine, I.R. 2002. Physical Chemistry, 5th. Boston, MA: McGraw-Hill
Madan, R.D. 2003. Modern Inorganic Chemistry. New Delhi : S.Chand &
Company Ltd.
MSDS Hydrochloric acid .Science Lab.com
Mc. Graw-Hill.Suryawan, B., 2004, Karakteristik Zeoilit Indonesia sebagai
Adsorben Uap Air, Disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta
Sawyer et al. 1994. Chemistry for Environmental Engineering. Ed ke-4.
Singapore
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Jakarta : Rineka Cipta
Hamdan, H. 1992. “Introduction to Carbon Active Synthesis, Characterization
and Modification”. UTM: Malaysia.
Harfi. 2003. Senyawa-Senyawa Organik.Jakarta : Bumi Aksara.
Mulyono, H.A.M. 2005. ”Kamus Kimia”. Ganesindo: Jakarta.
Murdiyanto.2005.Senyawa Karbon.Malang : Universitas Brawijaya
Ronald D, K. 2003. “Ready to use spackle/repair product containing dryness
indicator”. DAP Products Inc.: USA.

Anda mungkin juga menyukai