Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK REMEDIASI LINGKUNGAN

ADSORPSI AIR TERCEMAR

Dosen : Bieby Voijant Tangahu, S.T., M.T., Ph.D.


Prof. Dr. Ir.Sarwoko Mangkoedihardjo MscES

Asisten Laboratorium : Nadevan Istighfariansyah

Disusun oleh:
Mas Den Rum 03211740000021
Cahyaningrum Ayu Ardhani 03211740000028
Nabila Idzni Bayani 03211740000033
Wahyu Prayudha 03211740000057
Novi Diah Yuliana 03211740000069

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kemampuan media adsorben
pada proses adsorpsi delam meremediasi air tercemar oleh pencemar organik dan inorganik.

1.2 Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan adsorpsi pada air tercemar yaitu melakukan analisis konsentrasi
pencemar dalam larutan pewarna tekstil yang tercemar zat organik dengan penambahan
adsorben sesuai spesifikasi adsorbat sehingga terjadi proses adsorpsi. Adsorpsi dapat
diartikan sebagai konsentrasi dari zat pada suatu permukaan atau sebagai peristiwa fisika
pada permukaan suatu bahan yang bergantung dari spesifikasi antara adsorben dan adsorbat.

1.3 Dasar Teori


Proses adsropsi dapat dijelaskan dengan permukaan padatan yang kontak dengan
suatu larutan cenderung untuk menghimpun lapisan dari molekul-molekul zat terlarut pada
permukaannya akibat ketidakseimbangan gaya-gaya pada permukaan. Adsorpsi kimia
menghasilkan pembentukan lapisan monomolekular adsorbat pada permukaan melalui gaya-
gaya dari valensi sisa dari molekul-molekul pada permukaan. Adsorpsi fisika diakibatkan
kondensasi molekular dalam kapiler-kapiler dari padatan. Secara umum, unsur-unsur dengan
berat molekul yang lebih besar akan lebih mudah diadsorpsi. Terjadi pembentukan yang
cepat sebuah kesetimbangan konsentrasi antarmuka, diikuti dengan difusi lambat ke dalam
partikel-partikel karbon. Laju adsorpsi keseluruhan dikendalikan oleh kecepatan difusi dari
molekul-molekul zat terlarut dalam pori-pori kapiler dari partikel karbon. Kecepatan itu
berbanding terbalik dengan kuadrat diameter partikel, bertambah dengan kenaikan
konsentrasi zat terlarut, bertambah dengan kenaikan temperature dan berbanding terbalik
dengan kenaikan berat molekul zat terlarut.
(Widayatno dkk., 2017)

Adsorpsi adalah proses akumulasi adsorbat pada permukaan adsorben yang


disebabkan oleh gaya tarik antar molekul adsorbat dengan permukaan adsorben. Interaksi
yang terjadi pada molekul adsorbat dengan permukaan adsorben kemungkinan diikuti lebih
dari satu interaksi, tergantung pada struktur kimia dari masingmasing komponen. Fasa yang
menyerap disebut adsorben dan fasa yang terserap disebut adsorbat. Kebanyakan adsorben
adalah bahanbahan yang memiliki pori karena berlangsung terutama pada dinding-dinding
pori atau letak-letak tertentu didalam adsorben. Jenis adsorben yang termasuk kedalam
kelompok adsorben polar adalah silika gel, alumina aktif, dan zeolit. Jenis adsorben yang
termasuk kedalam kelompok adsorben non polar adalah polimer adsorben dan karbon aktif.
(Rahmi & Sajidah, 2017)

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi ion logam
dalam limbah cair diantaranya adalah pengendapan, penukar ion dengan menggunakan resin,
filtrasi dan adsorpsi. Adsorpsi merupakan metode yang paling umum dipakai karena memiliki

1
konsep yang lebih sederhana dan juga ekonomis. Proses adsorpsi yang paling berperan adalah
adsorben. Arang aktif telah banyak dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat. Adsorpsi
menggunakan adsorben adalah proses yang paling populer dan efektif untuk menghilangkan
logam berat dari limbah cair. Proses adsorpsi menawarkan fleksibilitas dalam desain dan
operasi pada banyak kasus. Perlakuan yang dilakukan cocok untuk menghilangkan warna dan
bau serta adsorbennya dapat digunakan kembali. Proses adsorpsi kadang-kadang bersifat
reversible sehingga regenerasi adsorben dimungkinkan.
(Ningsih dkk., 2016)

Logam berat seperti timbal, cadmium, nikel, dan kromium berdampak berbahaya
kepada lingkungan dikarenakan unsur toksisitas dan ketidakmampuannya dalam menguraikan
secara biologis. Timbal digolongkan tinggi dalam toksisitas dan dapat menumpuk racun yang
terakumulasikan umumnya pada tulang, otak, ginjal, dan otot. Kandungan timbal yang
diizinkan di dalam air minum dan air permukaan yang telah tertera di dalam EU, EPA, dan
WHO adalah 0,01, 0,05 dan 0,01 mg L–1 secara berurutan. Sehingga konsentrasi timbal yang
rendah di dalam air adalah sangat toksik. Karbon aktif dengan luas area yang tinggi, memiliki
pori-pori sangat kecil (mikro), dan sifat kimia di permukaan yang membuat karbon aktif
menjadi adsorben yang berpotensi untuk menghilangkan logam berat di dalam air. Gugus-
gugus fungsi organik seperti karboksilat, laktonik, fenolik, dan lainnya terletak di lapisan tepi
heksagonal yang bertanggung jawab dalam reaktivitas permukaan karbon aktif. Ionisasi
gugus-gugus fungsi ini dalam larutan bergantung pada pH dan berdampak pada pembangunan
antarmuka yang bermuatan antara permukaan padat dan sebagian besar larutan
(Shrestha dkk., 2011)

Pencemaran timbal di perairan dapat dicegah dengan menetralkan limbah cair industri
sebelum dibuang ke perairan melalui metode adsorpsi dengan karbon aktif. Keunggulan dari
metode ini adalah mempunyai daya adsorpsi yang tinggi, dapat diregenerasi, harga relatif
murah dengan bahan baku yang melimpah sehingga cara ini lebih banyak digunakan oleh
industri pada umumnya. Bahan baku yang dapat dibuat menjadi karbon aktif adalah semua
bahan yang mengandung lignoselulosa (lignin dan selulosa), baik yang berasal dari tumbuh –
tumbuhan maupun dari binatang. Adsorpsi karbon aktif dapat ditingkatkan dengan cara
aktivasi yaitu suatu perlakuan terhadap karbon yang bertujuan untuk memperbesar pori.
Proses aktivasi meliputi aktivasi fisika dan kimia, aktivasi secara fisika dilakukan dengan
pemanasan pada suhu tinggi (800-1000°C), sedangkan aktivasi kimia dilakukan dengan
menggunakan bahan pengaktif seperti ZnCl2, CaCl2, NaCl, NaOH, dan lain-lain. Kapasitas
adsorpsi ditentukan dengan menggunakan persamaan isotherm adsorpsi. Isotherm adsorpsi
menggambarkan konsentrasi yang bergantung pada kesetimbangan distribusi ion-ion logam
antara larutan dan fase padat.
(Jasmal dkk., 2015)

Karbon aktif selain berbentuk kristal dan memiliki pori, permukaan karbon aktif juga
memiliki struktur kimia. Kapasitas adsorpsi karbon aktif ditentukan dari sifat fisik atau
struktur pori tetapi, juga sangat dipengaruhi oleh struktur kimia permukaan karbon. Dalam
grafit yang memiliki struktur kristal sangat teratur, kapasitas adsorpsi ditentukan terutama

2
oleh komponen dispersi dari gaya van der walls. Adsorpsi timbul sebagai akibat dari gaya
molekuler tidak jenuh dan tidak seimbang yang terdapat pada setiap permukaan padat. Jadi,
ketika permukaan padat kontak dengan cairan atau gas, akan timbul interaksi antara medan
gaya dari permukaan liquid atau gas. Permukaan padat cenderung memenuhi sisa kekuatan
dengan menarik dan mempertahankan pada permukaannya molekul, atom, atau ion gas atau
liquid .Sehingga menghasilkan konsentrasi gas atau liquid yang lebih besar di sekitar dekat
permukaan padat daripada jumlah besar dalam fase gas atau uap terlepas dari sifat gas atau
uapnya. Proses dimana kelebihan permukaan ini disebabkan disebut adsorpsi. Karbon aktif
memiliki luas permukaan yang sama tetapi dibuat dengan metode yang berbeda atau
diberikan perlakuan aktivasi yang berbeda menunjukkan sifat adsorpsi yang sangat berbeda.
Dalam adsorpsi dari larutan, konsentrasi larutan dan pH merupakan faktor tambahan yang
penting.
(Bansal dan Goyal, 2005)

Salah satu alternatif pengolahan limbah cair adalah dengan metode filtrasi dan
adsorpsi. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat pengolahan limbah cair
menggunakan metode filtrasi dan adsorpsi antara lain ijuk, pasir, batu kerikil, arang aktif, dan
zeolit. Arang aktif dapat digunakan sebagai adsorben karena arang aktif bersifat sangat aktif
terhadap partikel yang kontak dengan arang aktif tersebut. Arang aktif memiliki ruang pori
yang sangat banyak dengan ukuran tertentu yang dapat menangkap partikel yang sangat halus
dan menjebaknya disana. Salah satu contoh arang aktif yang murah dan efisien sebagai
adsorben adalah arang aktif dari batok kelapa. Zeolit telah diketahui mampu bertindak
sebagai adsorben (penyerap). Mekanismenya melalui proses pengikatan senyawa dan
molekul tertentu yang hanya terjadi dipermukaan.
(Sulistyanti dkk., 2018)

Limbah logam berat banyak terdapat pada limbah industri kimia, misalnya pada
industri elektroplating, metalurgi, smelting. Logam-logam berat yang dihasilkan antara lain
nikel, merkuri, tembaga, krom, timbal, seng, kadmium. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk menurunkan konsentrasi ion logam dalam limbah cair ataupun industri
pelapisan logam diantaranya adalah adsorpsi, pengendapan, penukar ion dengan
menggunakan resin, dan filtrasi. Diantara metode-metode tersebut, adsorpsi merupakan
metode yang paling umum dipakai karena memiliki konsep yang lebih sederhana dan
ekonomis. Proses adsorpsi merupakan bagian dari pengolahan limbah dimana biasanya
dilakukan pada tahap filtrasi dengan menggunakan beberapa adsorben seperti pelet, zeolite,
karbon aktif, gel slika, alumina aktif, dan biosorben. Bahan-bahan yang sering diganakan
dalam pembuatan adsorben yaitu bahan senyawa organik seperti: limbah pertanian, kulit
kerang, slika, kulit jengkol, dll.
(Pandia dan Budi, 2016)

Adsorpsi adalah proses pengumpulan suatu material pada permukaan adsorben solid.
Reaksi ini merupakan reaksi permukaan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya fisik dan ikatan
kimia antara material yang diserap (adsorbat) dengan material penyerap (adsorben). Jika
gaya-gaya fisik lebih dominan, maka yang terjadi adalah adsorpsi fisik, sedangkan jika yang

3
terjadi adalah ikatan kimia antara adsorbat dan adsorben, maka akan terjadi adsorpsi kimia.
Aplikasi adsorpsi banyak digunakan dalam pengendalian pencemaran udara. Dalam desain
unit adsorpsi, pemilihan adsorben merupakan faktor yang penting. Selain dapat mereduksi
polutan, adsorben yang digunakan memiliki nilai ekonomi rendah, mudah didapatkan, dan
tidak membahayakan lingkungan pada kondisi jenuh.
(Perdanawati dam Dewi, 2010)

Karbon aktif merupakan senyawa karbon yang telah diaktivasi sehingga senyawa
tersebut memiliki pori dan luas permukaan yang sangat besar yang bertujuan untuk
meningkatkan daya adsorpsinya. Pori pada karbon aktif memiliki gaya Van der Waals yang
kuat. Karbon aktif dapat dibuat dengan dengan cara aktivasi fisika maupun kimia. Teknologi
adsorpsi oleh karbon aktif dianggap sebagai yang paling menjanjikan untuk menghilangkan
ion logam berat dari limbah. Karena biaya yang rendah, efisiensi yang tinggi, dan mudah
dioperasikan.
(Erlina dkk., 2015)

Adsorpsi adalah proses mengikat dan menghilangkan zat tertentu dari larutan melalui
penggunaan adsorben. Karbon aktif adalah adsorben yang paling umum digunakan dalam
pengolahan air, air limbah kota, dan limbah industri organik, karena kemampuannya untuk
menyerap berbagai senyawa organik, serta kelayakan ekonomis dari penggunaannya. Dalam
pengolahan air, karbon aktif digunakan untuk menghilangkan senyawa organik yang
menyebabkan rasa, bau, dan warna yang tidak semestinya. Dalam pengolahan air limbah
dengan teknologi canggih, karbon digunakan untuk mengadsorpsi senyawa organik, dan
dalam pengolahan air limbah industri, karbon digunakan untuk mengadsorpsi senyawa
organik beracun. Biasanya digunakan dalam bentuk butiran dalam aplikasi kolom adsorpsi
karbon dalam pemurnian air dan air limbah, tetapi juga digunakan dalam bentuk bubuk-aktif,
lumpur karbon-aktif untuk pengolahan air limbah.
(Wang dkk., 2005)

Berdasarkan interaksinya, adsorpsi dibagi menjadi dua yaitu adsorpsi secara fisik dan
secara kimia. Adsorpsi secara fisika dipengaruhi oleh gaya Van Des Waals dan adsorpsi
secara kimia dipengaruhi oleh electron yang ada pada adsorbat serta adsorben. Pada
umumnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi adsorpsi antara lain luas permukaan
adsorben, jenis adsorbat, struktur molekul adsorbat, konsentrasi adsorbat, temperature, pH,
kecepatan pengadukan saat adsorpsi, dan waktu kontak. Karbon aktif terdiri dari dua jenis
yaitu karbon aktif berbentuk powder (serbuk) dan berbentuk granular (butiran). Pada
dasarnya pembuatan karbon aktif terbagi menjadi dua tahap yaitu proses karboniasasi dan
aktivasi.
(Coudari dkk., 2016)

Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengurangi kadar logam berat yang
melampaui ambang batas, salah satunya dengan menggunakan metode adsorpsi. Adsorpsi
adalah terserapnya suatu zat pada bagian permukaan adsorben. Jika dibanding dengan metode
yang lain, adsorpsi memiliki kelebihan yaitu prosesnya sederhana, efektifitas dan efisiensinya

4
tinggi, biaya murah, dan dapat digunakan kembali. Adsorben yang dapat digunakan pada
proses adsorpsi yaitu karbon aktif, bentonite, zeolite, dan silika. Karbon aktif atau arang
merupakan padatan berpori yang mempunyai daya serap tertentu terhadap warna, bau-bau,
atau zat-zat lain.
(Islamiyah dan Toeti, 2014)

Karbon aktif umumnya digunakan untuk mengadsorpsi senyawa organik alami,


senyawa rasa dan bau, dan bahan kimia organik sintetik dalam pengolahan air minum.
Adsorpsi adalah proses fisik dan kimia dari akumulasi suatu zat pada antarmuka antara fase
cair dan padat. Karbon aktif adalah adsorben yang efektif karena merupakan bahan berpori
tinggi dan menyediakan area permukaan yang luas yang dapat diadsorpsi oleh kontaminan.
Dua jenis utama karbon aktif yang digunakan dalam aplikasi pengolahan air adalah karbon
aktif granular dan karbon aktif bubuk. Karakteristik utama yang membedakan antara GAC
dan PAC adalah ukuran partikelnya.
(Environmental Protection Agency, 2003)

Penggunaan karbon aktif atau arang dalam metode adsorpsi merupakan salah satu
cara yang sering digunakan untuk menangani pencemaran limbah. Hal ini dikarenakan oleh
biaya yang relative murah, metode sederhana, mudah dilakukan, dan cocok untuk zat yang
beracun. Adsorpsi menggunakan karbon aktif menjadi alternatif dalam mengatasi masalah
pencemaran oleh limbah tekstil. Zat warna sintetis lebih banyak digunakan karena harga
relatif lebih murah dan tersedia warna yang beraneka ragam. Zat warna sintetis yang sering
digunakan adalah zat warna reaktif azo yang sulit didegradasi sehingga dapat membahayakan
lingkungan.
(Aisyahlika dkk., 2018)

5
BAB II
METODE PERCOBAAN
2.1 Skema Kerja
2.1.1 Pembuatan Reaktor

Botol Aqua bekas 600ml


 Dipotong bagian bawahnya ±1cm
 Dilubangi bagian tutup botol 6 lubang menggunakan jarum/paku
 Diselipkan kasa pada antara mulut botol dan tutup botol lalu tutup rapat
 Dimasukkan kapas secukupnya hingga menyumbat mulut botol

Serbuk Karbon Aktif

 Ditimbang dengan neraca sebanyak 200 gr


 Dimasukkan kedalam botol
 Botol diposisikan terbalik (mulut botol menjadi bagian bawah)

Hasil (Reaktor)

2.1.2 Pembuatan Larutan Sampel

Larutan Wantex

 Diambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur


 Dimasukkan kedalam labu pengencer 1000ml

Aquadest

 Ditambahkan aquadest kedalam labu pengencer hingga 1000 ml


 Dikocok hingga homogen

PercobaanSampel
Adsorps

2.1.3 Percobaan Adsorpsi


 Dituang 10 mL kedalam gelas beker I 50 mL (t = 0)
Sampel
 Dituang kedalam reaktor hingga PAC terendam seluruhnya
 Disiapkan 6 gelas beker secara berderet dan diberi label nomor
 Dialirkan lalu ditampung pada gelas beker (±10 mL) dengan selang waktu
penuangan setiap 2 menit hingga hasil penyaringan jernih

6
Sampel

 Diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang


gelombang 540 nm
 Dicatat hasilnya lalu diplot ke dalam persamaan garis dari kurva kalibrasi
 Dihitung konsentrasi zat pencemar tiap larutan
 Dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dan absorbansi atau waktu adsorpsi

Hasil

2.2 Alat dan Bahan


a. Neraca analitik
b. Botol plastik bekas 600 ml
c. Spektrofotometer
d. Labu pengencer
e. Gelas Ukur
f. Gelas beker
g. Jarum / paku kecil
h. 200 gr Powdered Activated Carbon
i. 30 mL bahan pencemar organik (larutan wantex)
j. Kain kasa
k. Aquades
l. Kapas

7
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Pembuatan Reaktor

No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

Disiapkan botol air


Sifat fisik botol:
minum plastik ukuran
- Tergolong PET
600 mL kemudian
1. - Transparan
dipotong sedikit bagian
- Tahan pelarut
bawah botol Gambar 1
- Kedap gas dan air
menggunakan cutter Botol plastik 600 mL

Dilubangi bagian tutup


Terdapat 6 lubang pada
2. botol menggunakan
tutup botol
jarum kecil Gambar 2
Tutup Botol yang Sudah
Dilubangi

Sifat fisik kasa:


- Berwarna putih
dengan serabut yang
Diselipkan kasa pada
jelas terlihat dan
mulut botol kemudian
3. lebih longgar
dirapatkan penutupnya
- Bersuhu ruang
dengan penutup botol
- Tidak berbau
- Tipis Gambar 3
Meletakkan kasa pada
mulut botol

Dimasukkan kapas
Sifat fisik kapas:
secukupnya hingga ke
- Berwarna putih
dasar mulut botol.
dengan serabut yang
Peletakan kapas tidak
4. lebih rapat dari pada
terlalu dimampatkan
kasa
sehingga masih ada
- Bersuhu ruang
sedikit rongga
- Tidak berbau
Gambar 4
Kapas pada dasar mulut
botol
5. Ditimbang karbon aktif Sifat fisik karbon aktif:

8
- Berbentuk serbuk
(ukuran lebih besar
daripada serbuk pada
(PAC) sebanyak 200
umumnya)
gram menggunakan
- Berwarna hitam pekat
neraca massa
- Bersuhu ruang
- Tidak berbau
Gambar 5
Menimbang serbuk karbon
aktif

Urutan media pada


Dimasukkan karbon
reaktor dari atas ke
aktif ke dalam botol
6. bawah ialah serbuk
yang telah disipakan
karbon aktif, kapas, dan
sebelumnya
kasa

Gambar 6
Reaktor

3.1.2 Pembuatan Larutan Sampel

No. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

Diambil larutan wantex Sifat fisik larutan wantex:


sebanyak 10 mL dengan 1. Berbentuk cairan
menggunakan gelas 2. Berwarna ungu
1.
ukur lalu dimasukkan pekat
kedalam labu pengencer 3. Tidak berbau
1000 mL 4. Bersuhu ruang

Gambar 7
Menuangkan larutan
wantex kedalam gelas ukur

9
Sifat fisik akuades:
1. Berbentuk cairan
2. Tidak berwarna
Diencerkan larutan 3. Tidak berbau Gambar 8
wantex dengan akuades 4. Bersuhu ruang Mengencerkan larutan
2. hingga 1000 mL
kemudian di Setelah diencerkan,
homogenkan warna ungu larutan
sampel menjadi lebih
pudar dan homogen

Gambar 9
Menghomogenkan larutan

3.1.3 Percobaan Adsorpsi

No. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

Gelas baker diberi label


yang menunjukkan
larutan hasil adsopbsi
Disiapkan gelas beker
1. pada menit ke-n untuk
50 mL sebanyak 6 buah
memudahkan
pengamatan Gambar 10
Menyiapkan gelas beker

2. Dituang 10 mL larutan Sifat fisik larutan hasil


sampel ke gelas beker 1 penyaringan:
(t = 0) sebanyak 10 mL 1. Berwujud cairan dan
kemudian dituang encer
larutan sampel ke dalam 2. Lebih jernih dari
reaktor hingga larutan sampel
mendekati penuh dan sebelumnya
dibiarkan mengalir lalu 3. Suhu ruang
ditampung pada gelas 4. Tidak berbau Gambar 11
beker 2 dan seterusnya 5. Bewarna ungu Sampel menit ke 10
setiap 2 menit (±10 mL) kemudaan
hingga hasil
penyaringan jernih

10
Gambar 12
Proses penyaringan pada
reaktor

Diperoleh absorbansi
setiap larutan:

t (menit) Absorbansi
Diukur absorbansi tiap (A)
larutan hasil 0 0,109
penyaringan dengan
2 0,008
3. menggunakan
4 0,007
spektrofotometer
6 0,006
dengan panjang
8 0,005
gelombang 540 nm
10 0,004
12 0,003

Gambar 13
Hasil pembacaan
spektrofotometer

11
BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

Praktikum Remediasi Lingkungan yang berjudul “Adsorpsi pada Air Tercemar”


dilaksanakan pada hari Senin, 7 September 2019 di Laboratorium Remediasi Lingkungan,
Departemen Teknik Lingkungan, FTSLK, ITS. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan
kemampuan media adsorben pada proses adsorpsi dalam meremediasi air tercemar oleh
pencemar organik dan inorganik. Prinsip praktikum ini yaitu melakukan analisis pencemar
organik dan inorganik dengan penambahan adsorben sesuai spesifikasi adsorbat sehingga
terjadi proses adsorpsi.Adsorpsi dapat diartikan sebagai konsentrasi dari zat pada suatu
permukaan atau sebagai peristiwa fisika pada permukaan suatu bahan yang bergantung dari
spesifikasi antara adsorben dan adsorbat. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
botol plastik air mineral 600 ml, jarum, spektrofotometer, neraca massa, gelas ukur, labu
pengencer 1000 mL, 6 buah gelas beker 100 mL, dan gelas beker 250 mL. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah karbon aktif berjenis Powdered Activated Carbon (PAC), akuades,
kain kasa, kapas, dan larutan pewarna tekstil (wantex).
Menurut Arfan (2006), karbon aktif (activated carbon) adalah senyawa karbon yang
telah diproses dengan cara diaktivasi sehingga senyawa karbon tersebut berpori dan memiliki
luas permukaan yang sangat besar dengan tujuan untuk meningkatkan daya adsorpsinya.
Karbon aktif merupakan material yang unik karena memiliki pori/celah/rongga dengan
ukuran skala molekul (nanometer). Pori tersebut memiliki gaya Van Der Waals yang kuat.
Sementara adsorpsi merupakan suatu proses perubahan konsetrasi yang terjadi pada batas
permukaan dari dua fasa atau penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Keadaan ini
melibatkan interaksi fisik, kimia, dan gaya elektrostatik antara adsorbat dengan adsorben
pada permukaan adsorben.
Praktikum ini dimulai dengan membuat reaktor. Pertama-tama, memotong bagian
bawah botol plastik 600 mL kurang lebih 1 cm (setara dengan 100 mL air) dari dasar botol
menggunakan cutter dan melubangi tutup botol sebanyak 6 lubang dengan jarum. Ciri fisik
dari botol plastik yang digunakan adalah tergolong PET, transparan, tahan pelarut, kedap gas
dan air. Tujuan pemotongan pada bagian bawah botol adalah sebagai media masuknya kapas,
adsorben, dan larutan. Sementara tujuan dari pelubangan tutup botol adalah sebagai media
keluarnya larutan hasil adsorpsi.
Langkah selanjutnya adalah penyusunan isi reaktor. Dimulai dengan meletakkan kasa
di antara mulut dengan tutup botol. Botol harus tertutup rapat agar larutan benar-benar
tersaring oleh kertas saring dan hanya keluar melalui 6 lubang di tutup botol. Karakteristik
kertas saring ialah tipis, putih, dan berongga kecil. Kasa ini berfungsi untuk memisahkan
partikel suspensi dengan cairan. Kemudian, memasukkan kapas ke dalam botol plastik dan
digumpalkan hingga menyumbat mulut botol. Karakteristik kapas ialah berserat, putih, dan
lembut. Tujuan dari peletakkan kapas adalah untuk menyaring larutan yang akan keluar dari
reaktor supaya serbuk tidak ikut keluar dan larutan menjadi lebih jernih.
Sementara itu, menimbang serbuk karbon aktif (PAC) dengan gelas ukur 250 mL
menggunakan neraca masa hingga 200 gram lalu menuangkan serbuk ke dalam reaktor.
Karakteristik PAC adalah hidrofobik, berbentuk seperti butiran pasir, ukuran partikel <0.18

12
mm, halus, hitam, dan tidak berbau. Dalam hal ini PAC berfungsi sebagai adsorben.
Adsorben dapat didefinisikan sebagai zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari
suatu fase fluida. Adsorben adalah zat atau material yang mempunyai kemampuan untuk
mengikat dan mempertahankan cairan atau gas didalamnya. Adsorben merupakan material
berpori, dan proses adsorpsi berlangsung di dinding pori-pori atau pada lokasi tertentu pada
pori tersebut.
Secara keseluruhan, susunan bahan-bahan di dalam reaktor dengan posisi botol
terbalik dari atas ke bawah adalah PAC, kapas, kain kasa, dan tutup botol. Penyusunan bahan-
bahan berdasarkan ukuran diameter bahan yang semakin ke bawah semakin kecil. Sehingga
memaksimalkan proses adsorpsi dan penjerapan cairan. Setelah reaktor siap, dilanjutkan
dengan pembuatan larutan pewarna tekstil (wantex) dengan konsentrasi yang sudah
ditentukan. Dalam praktikum ini, larutan wantex yang disediakan laboran memiliki
konsentrasi sebesar 500 ppm dengan volume sebesar 1000 mL. Ciri fisik larutan wantex ini
adalah berwarna ungu, pekat, bersuhu normal, dan tidak berbau. Larutan yang digunakan
untuk pecobaan harus memiliki konsentrasi 15 ppm. Sehingga untuk mengencerkan menjadi
larutan sampai konsentrasinya 15 ppm dilakukan perhitungan sebagai berikut:
M1 x V1 = M2 x V2
15 ppm x 1000 mL = 500 ppm x V2
V2 = 30 mL
dimana :
M1 = kosentrasi larutan yang dibutuhkan
V1 = volume larutan yang diencerkan
M2 = konsentrasi larutan yang tersedia
V2 = volume larutan yang dibutuhkan

Maka diambil 30 mL larutan pewarna stok menggunakan gelas ukur dan


menuangkannya ke dalam labu pengencer 1000 mL kemudian menambahkan akuades hingga
volumenya 1000 mL dan dihomogenkan. Akuades digunakan karena sifatnya sebagai pelarut
universal. Ciri fisik akuades adalah bening, tidak berwarna, tidak berbau, bersuhu normal.
Proses pengenceran ini dilakukan menggunakan labu pengencer agar hasilnya akurat. Ciri
fisik larutan setelah pengenceran adalah berwarna ungu namun tidak terlalu pekat, encer,
suhu normal. Tujuan dari pengenceran larutan wantex yaitu menurunkan kepekatan dan
konsentrasi larutan agar mudah dibaca dengan alat spektrofotometer.
Langkah selanjutnya adalah menuangkan larutan wantex hasil pengenceran ke dalam
gelas beker pertama sebanyak 10 mL (menit ke-0). Larutan ini berperan sebagai larutan
stock/standard. Kemudian menuangan larutan wantex hasil pengenceran ke reaktor
secukupnya hingga seluruh PAC terendam. Untuk menampung larutan yang mengalir dari
tutup botol reaktor, disiapkan terlebih dahulu 6 buah gelas beker secara berderet yang sudah
diberi label sesuai dengan urutan. Larutan hasil proses adsorpsi ini ditampung sebanyak ±10
mL di setiap gelas beker, dengan selang jeda waktu penuangan yaitu 2 menit dari satu gelas
beker ke gelas beker setelahnya hingga larutan yang keluar menjadi jernih. Dengan demikian,
setiap gelas beker berisi larutan hasil adsorpsi dengan durasi kontak terhadap PAC yang
bervariasi tiap 2 menit. Hal ini dilakukan untuk menentukan efektivitas daya adsorpsi. Dari

13
hasil percobaan, larutan jernih hasil adsorpsi didapat pada penuangan ke-6, yaitu setelah
menit ke-12.
Setelah itu larutan stock dan larutan hasil adsorpsi di setiap beaker glass diukur nilai
absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Larutan blanko
yang digunakan adalah akuades, sebagai larutan blanko universal. Cara kerja
spektrofotometer yakni dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
sesuai jenis atom pada suatu obyek kaca yang disebuit kuvet. Sebagian cahaya akan diserap
(absorbansi) dan sisanya akan dilewatkan (transmitansi). Nilai absorbansi dari cahaya yang
diserap sebanding dengan konsentrasi larutan dalam kuvet, yang dalam hal ini adalah
konsentrasi unsur logam/zat pencemar dalam larutan. Bila konsentrasi larutan bertambah,
maka cahaya akan lebih banyak diserap.
Untuk mengetahui konsentrasi larutan sampel, perlu dilakukan plot terhadap kurva
kalibrasi larutan zat standar terlebih dahulu. Dengan mengetahui konsentrasi tiap-tiap larutan,
baik konsentrasi awal serta konsentrasi setelah melalui proses adsorpsi, dapat diketahui
efektivitas adsorpsi dalam menghilangkan zat-zat pencemar dari larutan sampel. Berikut hasil
baca absorbansi tiap larutan sampel (wantex) yang didapat.

Tabel 1. Hasil Absorbansi Larutan Stock


Urutan Waktu Kontak Larutan dengan Absorbansi
Penuangan PAC (A)
1 (tanpa adsorpsi) 0 menit 0,109
2 2 menit 0,008
3 4 menit 0,007
4 6 menit 0,006
5 8 menit 0,005
6 10 menit 0,004
7 12 menit 0,003

Adapun berikut adalah data kurva kalibrasi larutan standar sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Absorbansi Larutan Stock sebagai Kalibrasi


Konsentrasi larutan Absorbansi
(mg/L) (A)
0 0
50 0.365
100 0.714
150 1.158
200 1.657
250 1.985
300 2.376

14
Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Stock

Dari kurva kalibrasi didapatkan persamaan garis linear Y = 0,0081X – 0,0326, dimana Y
adalah nilai absorbansi dan X adalah nilai konsentrasi larutan. Sehingga, untuk menentukan
nilai konsentrasi tiap larutan hasil adsorpsi (x) adalah dengan mesubstitusi hasil baca
absorbansi larutan sebagai Y sesuai persamaan berikut.

X=

Tabel 3. Konsentrasi Larutan Stock dalam Larutan Hasil Adsorpsi


Waktu Kontak Larutan dengan Absorbansi Konsentrasi Larutan Stock
PAC (Y) (A) (X) (mg/L)
0 menit 0,109 17,48
2 menit 0,008 5,012
4 menit 0,007 4,888
6 menit 0,006 4,765
8 menit 0,005 4,642
10 menit 0,004 4,518
12 menit 0,003 4,395

Tabel di atas sesuai dengan hukum Lambert-Beer yang mengatakan bahwa absorbansi suatu
sampel akan sebanding dengan konsentrasi sampel.

15
Gambar 2. Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan dengan Waktu Kontrak pad Proses
Adsorpsi

Grafik diatas menunjukkan bahwa keadaan awal larutan pewarna tekstil yang digunakan
sebagai sampel dalam parktikum ini adalah sangat tercemar oleh kontaminan, sebesar 17,5
mg/L. Setelah dilakukan proses adsorpsi, konsentrasi zat pencemar tersebut mengalami
penurunan seiring dengan penambahan waktu kontak PAC sebagai adsorben dengan larutan
pewarna tekstil dalam reaktor.

16
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Adsorpsi Pada Air Tercemar dapat disimpulkan bahwa:
Powder Activated Carbon (PAC) mampu menyerap zat logam pencemar/kontaminan dari
larutan pewarna tekstil (wantex) melalui proses adsorpsi. Konsentrasi zat pencemar
dalam larutan sebanding dengan daya absorbansi larutan, dimana semakin besar
konsentrasi larutan maka semakin besar cahaya yang diserap, semakin besar pula nilai
absorbansinya dan sebaliknya. Efektivitas daya serap adsorpsi berbanding lurus dengan
waktu kontak fluida dengan adsorben, dalam hal ini PAC. Semakin sering dilakukan
pengulangan adsorpsi maka konsentrasi zat pencemarnya berkurang karna terserap oleh
adsorben dalam reaktor, dibuktikan dengan larutan yang semakin jernih.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aisyahlika, S. Z., Firdaus, M. L., & Elfia, R. (2018). Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif
Cangkang Bintaro (Cerbera odollam) Terhadap Zat Warna Sintetis Reactive Red-120
dan Reactive Blue-198. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2(2), 148-155.
Bansal, R. C., & Goyal, M. (2005). Activated Carbon Adsorption (1 ed.). Boca Raton: CRC
Press.
Coudari, L., Melsi, M. F., & Caesar, F. (2016). Pengaruh Waktu Sampling dan Ukuran
Partikel Adsorben Terhadap Adsorpsi Kontinyu Limbah Kain Jumputan. Jurnal
Teknik Kimia, 22(4), 19-26.
Erlina., Umiatin., & Budi, E. (2015). Pengaruh Konsentrasi Larutan KOH Pada Karbon Aktif
Tempurung Kelapa Untuk Adsorpsi Logam Cu. Prosiding Seminar Nasional Fisika
(pp. 55-60). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Islamiyah, S. N., & Toeti, K. (2014). Penggunaan Karbon Aktif Granular Sebagai Adsorben
Logam Cu(II) di Air Laut Kenjeran. UNESA journal of Chemistry, 3(3), 164-169.
Jasmal., Sulfikar., & Ramlawati. (2015). Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon Aren
(Arenga pinnata) terhadap Pb2+. Jurnal Sainsmat, 4(1), 57- 66.
Ningsih, D. A., Irwan, S., & Purnama, N. (2016). Adsorpsi Logam Timbal (Pb) dari
Larutannya Dengan Menggunakan Adsorben dari Tongkol Jagung. Jurnal Akedemika
Kimia, 5(2), 55-60.
Pandia, S., & Budi, W. (2016). Pemanfaatan Kulit Jengkol Sebagai Adsorben Dalam
Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapis Logam. Jurnal Teknik
Kimia USU, 5(4), 57-63.
Perdanawati, U., & Dewi, K. (2010). Pemakaian Reaktor Adsorpsi Menggunakan Adsorben
Limbah Las Karbid Untuk Mengolah CO2. Jurnal Teknik Lingkungan, 16(2), 210-
221.
Rahmi, R., & Sajidah. (2017). Pemanfaatan Adsorben Alami (Biosorben) Untuk Mengurangi
Kadar Timbal (Pb) Dalam Limbah Cair. Prosiding Seminar Nasional Biotik (pp. 271-
279). Banda Aceh: Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry.
Shrestha, R. M., Pradhananga, R. R., Varga, M., & Varga, I. (2011). Preparation of Activated
Carbon for the Removal of Pb (II) from Aqueous Solutions. J. Nepal Chem. Soc, 28,
94 - 101.
Sulistyanti, D., Antoniker, & Nasrokhah. (2018). Penerapan Metode Filtrasi dan Adsorpsi
Dalam Pengolahan Limbah Laboratorium. EduChemia, 2(3), 147-156.
United States Environmental Protection Agency. (2003). Granular Activated Carbon. New
York: U.S. Government Printing Office.
Wang, L. K., Hung, Y.-T., & Shammas, N. K. (2005). Granular Activated Carbon Adsorption.
Physicochemical Treatment Processes. Cleveland: Humana Press.
Widayatno, T., Yuliawati, T., & Susilo, A. A. (2017). Adsorpsi Logam Berat (Pb) Dari
Limbah Cair Dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Jurnal Teknologi Bahan Alam,
1(1), 17-23.

18

Anda mungkin juga menyukai