PENDAHULUAN
1.2.2 Tujuan
Mengetahui serta dapat merencanakan suatu desain Instalasi
Pengolahan Air Minum berdasarkan perhitungan distribusi air minum suatu
perkotaan, serta memperkirakan beban biaya pengolahan air dari penggunaan
air daerah setempat.
Permukaan air tanah di sumur dari air tanah bebas adalah permukaan air bebas
dan permukaan air tanah dari akuifer terkekang adalah permukaan airterkekang.
Jadi permukaan air bebas adalah batas antara zona aerasi atau zona yang tidak jenuh
di atas zona jenuh. (Linsley dan Franzini,1991) Uraian mengenai terbentuknya air
tanah menunjukkan bahwa peranan formasi geologi atau akuifer amatlah penting.
Formasi geologi tertentu, baik yang terletak pada zona bebas (unconfined aquifer)
maupun zona terkekang (confined aquifer), dapat memberikan pengaruh tertentu
pula terhadap keberadaan air tanah. Dengan demikian, karakteristik akuifer
mempunyai peranan yang menentukan dalan proses pembentukan air tanah.
Dengan demikian, karakteristik akuifer mempunyai peranan yang menentukan
dalam proses pembentukan tanah.
6 | PERANCANGAN LINGKUNGAN 4 (IPAM)
2.2 Kualitas Air Baku
Air baku yang berasal dari sumber yang berlainan akan mempunyai
karakteristik yang berbeda pula, bahkan air baku yang berasal dari sumber yang
sama akan memiliki karakteristik yang berbeda karena perbedaan musim, misalnya
air baku yang berasal dari sungai akan mempunyai karakteristik yang berfluktuasi
pada setiap musim. Pada musim hujan debit air besar sehingga terjadi pengenceran
bahan-bahan pencemar, kandungan bahan organik cendrung turun tetapi, kekeruhan
akan cendrung naik karena air mengandung lumpur. Pada musim kemarau debit air
mengecil, bahan pencemar tetap tidak berubah. Akibatnya konsentrasi bahan
organik tinggi, tingkat kekeruhan akan turun karena tidak terlalu ada lumpur yang
terbawa. Dalam SNI 6773:2008 bagian Persyaratan Teknis kualitas air baku yang
bisa diolah oleh Instalasi Pengolahan Air Minum adalah :
a. Kekeruhan, maximum 600 NTU (nephelometric turbidity unit) atau 400 mg/l
SiO2.
b. Kandungan warna asli (appearent colour) tidak melebihi dari 100 Pt Co dan
warna sementara mengikuti kekeruhan air baku.
c. Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air baku sesuai PP No. 82 tahun
2000 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
d. Dalam hal air sungai daerah tertentu mempunyai kandungan warna, besi dan
atau bahan organic melebihi syarat tersebut diatas tetapi kekeruhan rendah
(<50 NTU) maka digunakan IPA system DAF (Dissolved Air Flotation) atau
system lainnya yang dapat di pertanggung jawabkan.
Pada dasarnya, ada dua sisi yang harus dipenuhi oleh suatu air baku sistem
pengolahan air minum, yaitu:
Segi Kualitas
Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat kualitas fisik,
kimia dan biologi yang menjamin bahwa air tersebut akan aman dikonsumsi
oleh masyarakat tanpa khawatir akan terkena penyakit bawaan air. Dalam hal
ini, air harus memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001.
Segi Kuantitas
Air yang akan dipergunakan harus tersedia dalam jumlah yang cukup
sehingga dapat dipergunakan selama dibutuhkan. Untuk menjaga kehidupan
Reservoir Distribusi
Chlorinasi
Rekarbonasi Filtrasi Reservoir
(Chlor)
Distribusi
GambarGambar
1. 1 Pengolahan
2. 1 Persyaratan
Air Tanah
Kualitas
denganAir
Kesadahan
Minum Berlebih
2. Air baku air tanah dengan Fe dan Mn berlebihan
Chlorinasi
Rekarbonasi Filtrasi Reservoir
(Chlor)
Distribusi
1. Kecamatan Ponorogo
2. Kecamatan Siman
3. Kecamatan Mlarak
4. Kecamatan Jetis
5. Kecamatan Balong
6. Kecamatan Kauman
7. Kecamatan Sukorejo
8. Kecamatan Babadan
9. Kecamatan Jenangan
Nama
No 2013 2014 2015 2016 2017
Kecamatan
49 1 10 7 2 3 3
1 Ngrayun 0
38 5 5 7 1 2 6
2 Slahung 0
29 3 3 4 1 1 3
3 Bungkal 0
23 5 4 2 1 1 2
4 Sambit 0
40 2 6 4 - 1 4
5 Sawoo 0
22 1 2 1 1 - -
6 Sooko 0
8 - 1 - - - -
7 Pudak 0
40 6 5 2 1 1 1
8 Pulung 0
25 4 4 4 1 3 3
9 Mlarak 0
23 9 2 3 1 - 3
10 Siman 1
21 5 4 5 2 2 4
11 Jetis 1
27 4 4 3 2 2 3
12 Balong 0
25 4 4 3 1 3 3
13 Kauman 0
Nama Perguruan
No SD MI SMP Mts SMA SMK MA
Kecamatan Tinggi
24 6 3 4 1 1 3
14 Jambon 0
32 3 4 3 1 1 2
16 Sampung 0
36 7 2 4 - 1 2
17 Sukorejo 0
34 6 13 9 7 13 11
18 Ponorogo 6
31 11 5 7 2 7 4
19 Babadan 0
34 11 5 8 2 3 5
20 Jenangan 0
18 - 3 1 - - 1
21 Ngebel 0
1 Ngrayun - 1 4 56 - 3
2 Slahung - 2 6 69 - 12
3 Bungkal - 1 3 71 - 4
4 Sambit - 2 2 48 - 6
5 Sawoo - 2 4 59 1 2
7 Pudak - 1 2 12 - 3
8 Pulung - 2 4 71 2 4
9 Mlarak - 1 2 51 - 4
10 Siman - 2 2 48 1 3
11 Jetis - 1 2 44 - 2
12 Balong - 1 3 66 2 3
13 Kauman - 2 1 59 - 3
14 Jambon - 1 2 47 1 3
15 Badegan - 1 2 39 - 8
16 Sampung - 2 3 50 - 3
17 Sukorejo - 1 4 63 5 3
18 Ponorogo 6 2 2 76 17 12
19 Babadan - 2 2 59 8 5
20 Jenangan - 2 2 75 3 2
21 Ngebel - 1 3 37 1 1
JUMLAH 6 31 57 1129 41 89
TOTAL
2 Slahung 98 174 3 - -
3 Bungkal 80 162 - - -
4 Sambit 57 172 - - -
5 Sawoo 107 183 - - -
6 Sooko 74 71 1 - -
7 Pudak 23 35 - - -
10 Siman 75 128 - - -
11 Jetis 43 124 - - -
12 Balong 73 176 - - -
13 Kauman 69 158 - - -
14 Jambon 49 146 - - 1
15 Badegan 44 117 - - -
16 Sampung 54 141 1 1 1
17 Sukorejo 87 200 1 - -
1 Ngrayun - - 7 7
2 Slahung - 2 17 12
3 Bungkal - 1 14 15
4 Sambit - 2 9 5
5 Sawoo - - 24 13
6 Sooko - 1 11 7
8 Pulung - 1 25 15
9 Mlarak - 1 12 11
10 Siman - 1 39 13
11 Jetis - 4 11 5
12 Balong - - 29 17
13 Kauman - 7 27 18
14 Jambon - 1 17 12
15 Badegan - 1 8 10
16 Sampung - - 10 11
17 Sukorejo - 3 26 15
18 Ponorogo 4 34 143 60
19 Babadan - 4 61 5
20 Jenangan 1 1 34 34
21 Ngebel - - 14 3
Nama
No 2013 2014 2015 2016 2017
Kecamatan
1 2013 0 0 0 0 0
2. Metode Geometri
NO TAHUN X X2 Y X.Y Y2
NO TAHUN X X2 Y X.Y Y2
Dari nilai R ketiga metode, maka nilai yang mendekati satu digunakan
sebagai metode proyeksi. Dari hasil perhitungan makan di dapatkan nilai R
Geometri yang mendekati satu.
1 ARITMATIK 0.36
2 GEOMETRI 0.99
KECAMATAN NGRAYUN
No TAHUN JUMLAH PENDUDUK SELISIH PRESENTASE %
1 2013 56.413 0 0
2 2014 56.237 -176 -0,31
3 2015 56.373 136 0,24
4 2016 56.497 124 0,22
5 2017 56.600 103 0,18
JUMLAH 0,33
RATA-RATA 0,08
Sumber : Hasil Perhitungan
KECAMATAN SAMBIT
No TAHUN JUMLAH PENDUDUK SELISIH PRESENTASE %
1 2013 34.957 0 0
2 2014 35.694 737 2,11
3 2015 35.684 -10 -0,03
4 2016 35.666 -18 -0,05
5 2017 35.632 -34 -0,10
JUMLAH 1,93
RATA-RATA 0,48
Sumber: Hasil Perhitungan
Pn = Po (1+r)dn
Keterangan : Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun periode
No Nama Kecamatan 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
1 Ngrayun 56,600 56,748 56,896 57,045 57,194 57,344 57493 57644 57794 57945 58097
2 Slahung 49,350 49,479 49,608 49,738 49,868 49,998 50129 50260 50391 50523 50655
3 Bungkal 34,634 34,725 34,815 34,906 34,998 35,089 35181 35273 35365 35457 35550
4 Sambit 35,632 35,725 35,819 35,912 36,006 36,100 36194 36289 36384 36479 36574
5 Sawoo 53,770 53,911 54,051 54,193 54,334 54,476 54619 54761 54905 55048 55192
6 Sooko 21,995 22,052 22,110 22,168 22,226 22,284 22342 22401 22459 22518 22577
7 Pudak 9,550 9,575 9,600 9,625 9,650 9,675 9701 9726 9752 9777 9803
8 Pulung 46,826 46,948 47,071 47,194 47,317 47,441 47565 47689 47814 47939 48064
9 Mlarak 37,004 37,101 37,198 37,295 37,392 37,490 37588 37686 37785 37884 37983
10 Siman 43,240 43,353 43,466 43,580 43,694 43,808 43923 44037 44152 44268 44384
11 Jetis 28,943 29,019 29,094 29,171 29,247 29,323 29400 29477 29554 29631 29708
13 Kauman 38,869 38,971 39,072 39,175 39,277 39,380 39483 39586 39689 39793 39897
14 Jambon 39,118 39,220 39,323 39,426 39,529 39,632 39735 39839 39943 40048 40153
15 Badegan 29,413 29,490 29,567 29,644 29,722 29,799 29877 29955 30034 30112 30191
16 Sampung 35,430 35,523 35,615 35,709 35,802 35,895 35989 36083 36178 36272 36367
17 Sukorejo 51,073 51,206 51,340 51,475 51,609 51,744 51879 52015 52151 52287 52424
18 Ponorogo 77,545 77,748 77,951 78,155 78,359 78,564 78769 78975 79181 79388 79596
19 Babadan 66,423 66,597 66,771 66,945 67,120 67,296 67471 67648 67825 68002 68180
20 Jenangan 53,391 53,531 53,670 53,811 53,951 54,092 54234 54376 54518 54660 54803
21 Ngebel 19,549 19,600 19,651 19,703 19,754 19,806 19858 19909 19962 20014 20066
Jumlah Total 869,894 872,168 876,466 878753 881045 881,321 883625 885934 888250 890571 892899
Fasilitas dalam hal ini adalah unit-unit non-domestik. Proyeksi fasilitas ini bertujuan untuk menghitung jumlah fasilitas yang
dibutuhkan oleh masyarakat kecamatan Rungkut, Surabaya untuk 10 tahun mendatang. Berikut adalah rumus untuk menghitung proyeksi
penduduk :
4.
Seperti rumus diatas, untuk menghitung proyeksi fasilitas umum terlebih dahulu harus mengetahui jumlah fasilitas umum tahun
terakhir, jumlah penduduk tahun terakhir, serta jumlah penduduk tahun proyeksi.
Jumlah Penduduk
No Nama Kecamatan Sd Mi Smp Mts Sma Smk Ma Perguruan Tinggi 2017 2027 Sd Mi Smp Mts Sma Smk Ma Perguruan Tinggi
49 1 10 7 2 3 3 56,600 58097 50 1 10 7 2 3 3 0
1 Ngrayun 0
29 3 3 4 1 1 3 34,634 35550 30 3 3 4 1 1 3 0
3 Bungkal 0
23 5 4 2 1 1 2 35,632 36574 24 5 4 2 1 1 2 0
4 Sambit 0
40 2 6 4 - 1 4 53,770 55192 41 2 6 4 0 1 4 0
5 Sawoo 0
22 1 2 1 1 - - 21,995 22577 23 1 2 1 1 0 0 0
6 Sooko 0
8 - 1 - - - - 9,550 9803 8 0 1 0 0 0 0 0
7 Pudak 0
40 6 5 2 1 1 1 46,826 48064 41 6 5 2 1 1 1 0
8 Pulung 0
25 4 4 4 1 3 3 37,004 37983 26 4 4 4 1 3 3 0
9 Mlarak 0
23 9 2 3 1 - 3 43,240 44384 24 9 2 3 1 0 3 1
10 Siman 1
21 5 4 5 2 2 4 28,943 29708 22 5 4 5 2 2 4 1
11 Jetis 1
27 4 4 3 2 2 3 41,539 42638 28 4 4 3 2 2 3 0
12 Balong 0
25 4 4 3 1 3 3 38,869 39897 26 4 4 3 1 3 3 0
13 Kauman 0
24 6 3 4 1 1 3 39,118 40153 25 6 3 4 1 1 3 0
14 Jambon 0
32 3 4 3 1 1 2 35,430 36367 33 3 4 3 1 1 2 0
16 Sampung 0
36 7 2 4 - 1 2 51,073 52424 37 7 2 4 0 1 2 0
17 Sukorejo 0
34 6 13 9 7 13 11 77,545 79596 35 6 13 9 7 13 11 6
18 Ponorogo 6
31 11 5 7 2 7 4 66,423 68180 32 11 5 7 2 7 4 0
19 Babadan 0
34 11 5 8 2 3 5 53,391 54803 35 11 5 8 2 3 5 0
20 Jenangan 0
18 - 3 1 - - 1 19,549 20066 18 0 3 1 0 0 1 0
21 Ngebel 0
JUMLAH
PENDUDUK
Jenis Fasilitas Kesehatan Kabupaten Ponorogo Jenis Fasilitas Kesehatan Kabupaten Ponorogo
N Nama Rumah Puskes Puskesmas Posya Balai Polin Rumah Puskes Puskesmas Posya Balai Polin
2017 2027
o Kecamatan Sakit mas Pembantu ndu Pengobatan des Sakit mas Pembantu ndu Pengobatan des
Tabel Jumlah Kepemilikan Surat Ijin Perdagangan Usaha ( SIUP ) Proyeksi Kepemilikan Surat Ijin Perdagangan Usaha ( SIUP )
Kabupaten Ponorogo Kabupaten Ponorogo
JUMLAH
PENDUDUK
Jenis Kepemilikan Surat Ijin Perdagangan Usaha ( SIUP ) Kabupaten Jenis Kepemilikan Surat Ijin Perdagangan Usaha ( SIUP )
Ponorogo Kabupaten Ponorogo
Tabel Jumlah Tempat Ibadah Kabupaten Ponorogo Proyeksi Tempat Ibadah Kabupaten Ponorogo
JUMLAH PENDUDUK
Jenis Tempat Ibadah Kabupaten Ponorogo Jenis Tempat Ibadah Kabupaten Ponorogo
No Nama Kecamatan Masjid Musholla Gereja Pura Vihara 2017 2027 Masjid Musholla Gereja Pura Vihara
SR KU
N KECAMA TERLAYA JUMLAH PENDUDUK Q Q Q TOTAL
O TAN NI (%) PENDUDUK 2027 TERLAYANI TERLA TERLA DOMESTIK
(L/S (L/S
YANI YANI
) )
Ngrayu 51,1
1 58097 55192 44154 11038 3,83 54,94
n 95 0
44,5
2 Slahung 50655 48122 38498 9624 3,34 47,90
95 6
Bungka 31,2
3 35550 33772 27018 6754 2,35 33,62
l 95 7
32,1
4 Sambit 36574 34746 27796 6949 2,41 34,58
95 7
48,5
5 Sawoo 55192 52432 41946 10486 3,64 52,19
95 5
19,8
6 Sooko 22577 21448 17158 4290 1,49 21,35
95 6
7 Pudak 9803 9312 7450 8,62 1862 0,65 9,27
95
42,2
8 Pulung 48064 45661 36529 9132 3,17 45,45
95 8
33,4
9 Mlarak 37983 36083 28867 7217 2,51 35,92
95 1
1 39,0
Siman 44384 42164 33731 8433 2,93 41,97
0 95 4
1 26,1
Jetis 29708 28223 22578 5645 1,96 28,09
1 95 3
1 37,5
Balong 42638 40506 32405 8101 2,81 40,32
2 95 1
1 Kauma 35,0
39897 37902 30322 7580 2,63 37,73
3 n 95 9
1 35,3
Jambon 40153 38145 30516 7629 2,65 37,97
4 95 2
1 Badega 26,5
30191 28681 22945 5736 1,99 28,55
5 n 95 6
1 Sampun 31,9
36367 34549 27639 6910 2,40 34,39
6 g 95 9
1 Sukorej 46,1
52424 49802 39842 9960 3,46 49,57
7 o 95 1
1 Ponoro 70,0
79596 75616 60493 15123 5,25 75,27
8 go 95 1
1 Babada 59,9
68180 64771 51817 12954 4,50 64,47
9 n 95 7
Dimana :
Diketahui :
= 125.660.220 lt/hr
= 125.660.220 / 86.400
= 1.454,40 lt/dtk
Dan dari perhitungan di atas dapat di tentukan Q domestic hmax, dengan cara :
Perhitungan,
= 1.751,28 lt/dt
Pra-
Intake Aerasi
sedimentasi
Desinfeksi Reservoir
Gambar 5.3 Diagram alir proses pengolahan air gambut dan partikel
koloid tinggi
Reservoir
Gambar 5.4 Diagram alir proses pengolahan air rawa bersifat payau
Gambar 5.5 Diagram alir proses pengolahan air tanah berkadar besi dan
mangan tinggi
Desinfeksi Reservoir
PRAA
SEDI RESE
INTAK SEDI AERA KOAG FLOK FILTR DESIN
MENT RVOI
E MENT SI ULASI ULASI ASI FEKSI
ASI R
ASI
Vol = Q x td A x H = Q x td A = Q x td/H
Keterangan :
Q = Kapasitas pengolahan (m3/hari)
td = Lama waktu kontak (Hari, jam, menit, detik)
H = Ketinggian (m)
Q=AxV A = Q/Vs
Keterangan :
A = Luas lahan untuk satu unit IPAM (m2)
Q = Kapasitas pengolahan (m3/hari)
Vs = Kecepatan pengendapan (m)
A = td x Q/H A = t x Q/H
Keterangan :
A = Luas lahan untuk satu unit IPAM (m2)
Q = Kapasitas pengolahan (m3/hari)
td = Lama waktu kontak (Hari, jam, menit, detik)
H = Ketinggian (m)
t = Waktu Kontak
Vres = Vhari x P
Keterangan :
Vres = Volume reservoir
Vhari = Volume air terproduksi sehari
P = Persen air tersimpan di reservoir
A = Luas permukaan, A= Vres/H
Q = % tersimpan (Kapasitas Penyimpanan)
td = Lama waktu kontak (Hari, jam, menit, detik)
H = Kedalaman air di dalam reservoir
= 1,75128 m3/detik
Pembahasan :
Volume Bangunan = 𝑸 × 𝑻𝒅
= 1,75128 𝑥 1800
= 3152,30
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑩𝒂𝒏𝒈𝒖𝒏𝒂𝒏 =
𝑲𝒆𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎𝒂𝒏
3152,30
=
6
= 525,38 𝑚2
4 × 525,38
=√
3,14
= 25,8 𝑚
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑩𝒂𝒏𝒈𝒖𝒏𝒂𝒏 = 𝑸 × 𝒕𝒅
= 6.304,60 × 0,25
= 1.576,15 𝑚3
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑩𝒂𝒏𝒈𝒖𝒏𝒂𝒏 =
𝑲𝒆𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎𝒂𝒏
1.576,15
=
6
= 262,69 𝑚2
𝑫𝒊𝒎𝒆𝒏𝒔𝒊 𝑩𝒂𝒌 = 𝑷 ∶ 𝑳 = 𝟐: 𝟏
𝑷 𝒃𝒂𝒌 = 𝟐𝑳 𝒃𝒂𝒌
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑩𝒂𝒌 = 𝑷 𝒃𝒂𝒌 × 𝑳 𝒃𝒂𝒌
= 2𝐿 𝑏𝑎𝑘 × 𝐿 𝑏𝑎𝑘
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝒃𝒂𝒌 𝟎,𝟓
𝑳𝒆𝒃𝒂𝒓 𝑩𝒂𝒌 =( )
𝟐
262,69 0,5
=( )
2
= 11,4 𝑚
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝒃𝒂𝒌
𝑷𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒂𝒌 =
𝑳𝒆𝒃𝒂𝒓 𝒃𝒂𝒌
262,69
=
11,4
= 23,04 𝑚
5.3.5 Sedimentasi
Perhitungan desain :
3
Q = 𝟏. 𝟕𝟓𝟏, 𝟐𝟖 L⁄dt = 1,75128 𝑚 ⁄dt
2. Q = A × Vf
1,75128 m3/detik
Qper unit = = 0,11 m3/detik
16 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑄 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
A = 𝑉𝑓
0,11 m3/detik
= 0,002 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 55 m2
A=p×l l = √27,5
A = 2l × l l = 5,24 m
55 m2
l2 = P = 2 × 5,24 m = 10,48 m
2
5.3.7 Desinfeksi
Dimensi bak kontak
Vol = Q desain x td Kontak desinfektan
= 1,75128 m3/dtk x 1800 dtik (30 menit) = 3.152,30 m3
Vol = p x l x h
3,152.30 m3 = 2L2 x 3 m
3,152.30
L2 = 2𝑥3
2
L = 525,38 m
L = 22,92 m
P = 2L = 2 x 22,92 = 45,84
b) Canal Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber
sebagian terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa pengolahan
selanjutnya.
Beberapa hal dibawah ini merupakan komponen dari suatu intake, yaitu :
1. Bangunan sadap,
Bangunan yang berfungsi untuk mengefektifkan air masuk menuju
sumur pengumpul.
Pada tabel berikut dapat dilihat faktor dari masing-masing bentuk batang:
Tabel 6. 1 Bentuk Bar dan Faktor Bentuk Bar
A = 2L x L
788,07 m3/dt = 2L2
788,07
L = √ = 19,85 m
2
P =2xL
= 2 x 19,85 m = 39,7 m
3. Perhitungan Hfmayor
Diketahui : L = 19,85 m
Qpengolahan = 1,75128 m3/dt
D = 1,36 m
C = 130
Jawab :
L Q1,85
Hf =
(0,00155 C D 2,63 )1,85
19,85×(1,75128)1,85
=
(0,00155×130×(1,36)2,63 )1,85
55,97168
=
0,230485
= 242,84 m2
Jawab :
Hfv = k x v2 / 2 x g
= 1 x ( 1,2 m/ dt2)2 / 2 x 10 m/dt3 = 0,06 m2
5. Perhitungan Hf total
Hftotal = Hf mayor + Hf minor
= 242,84 m2+ 0,06 m2
= 242,90 m2
= 5,5 buah
= 6 buah
b = (25-75) mm = 60 mm = 6 cm
β = 1,78
Q = 1,75128 m3/dt
L = 19,85 m
N = 6 buah
N = 7 buah
Jawab :
𝑤 4/3
Hf screen = β x ( 𝑏 ) x h.v x sin α
1,5 cm 4/3
= 1,78 x ( 6 cm ) x 5 x 1,2 m/dt.x sin45 ( 0,707)
= 1,1946 m/dt
7. Pompa
Diketahui : Q = 1.751,28 lt/dt = 1,75128 m3/dt
L = 19,85 m
C = 0,25
D5 = 1,36 m
Elevasi muka tanah di Rumah Pompa = 9,8 m
Elevasi muka tanah di IPA = 8,4 m
∆𝐻 = 9,8 – 8,4 = 1,4 m
Jawab :
𝐶𝑥𝐿
Hf screen = (12 𝑥 1 𝑥 D^5 ) x Q5
= 5,09 m = 5,1 m
Head Pressure = 1,4 m
Hs =5m
Head Total = Hf + Hp + Hs
=5 + 1,4 + 5
= 11,4 m
Untuk jumlah H total yaitu 11,4 atau 11,5 m. Akan tetapi terdapat beberapa
pertimbangan untuk nilai kehilangan energi tekan dengan yang di akibatkan
aksesoris pipa sebesar 20% ari total Hea yaitu didapatkan nilai sebesar 2,3 meter.
Kehilangan tekanan akibat belokan pipa sebesar 20% dari total head yang di dapat
adalah 2,2 meter serta kehilangan tekan yang terjadi saat air masuk dalam pompa
sebesar 10% dari total head yang didapat adalah 0,75 meter. Kehilangan tekan yang
dihasilkan bak koagulasi yaitu 5 meter . Maka mempertimbangkan jumlah H yang
diperbesar menjadi 16,25 meter. Dan efisiensi pompa yang digunakan sebesar 80%
maka :
𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ𝑥𝑄
HP =
𝜇
1 𝑥 9,8 𝑥 16,25 𝑥 1,75128
HP =
0,75
46,3209
HP = = 371,8 kw
0,75
1 HP = 0,746 kw
HP = 371,8 x 0,746 kw
= 277k
4. Bak lingkaran (circular basin) Suatu bak sedimentasi secara ideal dengan proses
kontinyu dibagi menjadi empat daerah (zone), yaitu;
Daerah masuk (inlet zone)
Berdasarkan hasil pembahasan zona pengendapan, maka inlet yang paling
tepat adalah terletak di tengah atau tipe center feed. Inlet bak tersebut dapat
beragam, misalnya air dibiarkan melimpah melalui inlet di tengah bak atau
dinding inlet dirancang berlubang-lubang, sehingga air akan mengalir
melewati lubang-lubang tersebut. Selain itu, pada inlet juga dapat dipasang
dimana:
Xt = Efisiensi removal
Xo = Fraksi berat yang tersisa
dxi = Fraksi berat
Vxi = Kecepatan pengendapan untuk tiap fraksi
Vs = Kecepatan pengendapan
2. Diameter Partikel
1/ 2
18 .Vs.
d=
g ( Ss 1)
dimana:
d = Diameter partikel (m)
Vs = Kecepatan pengendapan (m/dt)
υ = Viskositas kinematik air
Ss = Spesific gravity partikel
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
3. Bilangan Reynolds
Perhitungan ini digunakan untuk mengontrol kondisi aliran dalam bangunan
agar laminer.
VH .R
NRe =
5. Kecepatan Penggerusan
Perhitungan ini digunakan untuk mengontrol agar tidak terjadi penggerusan
lumpur yang telah terkumpul.
0,5
8k ( Ss 1) g .d
Vs
f
Keterangan : Pada uji lab telah didapatkan nilai Vo adalah 0,001 m/dt dan Fo
adalah 0,01. Data yang didapat setelah didapat luas daerah diatas kurva adalah
sebagai berikut :
dF V V.dF
∑V.dF 0,0000020
1 𝐹𝑜
𝑅 = (1 − 𝐹𝑜) + ∫ 𝑉. 𝑑𝐹
𝑉𝑜 0
𝐹𝑜
1
𝑅 = (1 − 0,01) + ∫ 0,00000020
0,001 0
R = 0.999 ~ 99,91%
Perhitungan :
1,75128 m3/detik
Karena terdapat 2 bak, maka = Q (1bak) = = 0,87564 m3/s
2
𝑄 1,75128 m3/detik
Luas Bak (A) = = = 2.694,27 m2
𝑆𝑜 6.5 x 10−4 m/s
𝑃 74
V horizontal (Vh) = = = 44,84 m /jam = 5,18 x 10-4 m/s
𝑡𝑑 1,65
1/2
18.𝑉𝑠.𝜐 1/2 18 𝑥 0.001 𝑥 0,8039.10−6
Diameter partikel (d) = [𝑔(𝑆𝑠−1)] =[ ]
9.81(2.65−1)
= 3 x 10-5 m
8𝑘 (𝑆𝑠−1)𝑔.𝑑 0.5
Kontrol Penggerusan (Vsc) = [ ]
𝑓
0.5
8 𝑥 0.04 (2.65 − 1)9.81 𝑥 3 𝑥 10−5 𝑚
= [ ]
0.02
= 0,088 m/s
Karena Vh < Vsc → tidak terjadi penggerusan ( OK ! )
Kontrol Nre dan Nfr
𝐵𝑥𝐻 37 𝑥 2,60
R= = = 2,27
𝐵+2𝐻 37+2 (2,60)
95
52877+ 𝑥 52877
5
= 1082,5
ℎ
tan 𝛼 =
𝐿 × 𝐿′
( 2 )
24,42
tan 𝛼 =
4×3
( 2 )
tan 𝛼 = 4,07
𝛼 =0,07o
2. Penggerus Pipa
Direncanakan :
1. Pengurasan lumpur dilakukan secara gravitasi
2. V dalam pipa = 1 m/dt
3. Waktu pengurasan = 10 menit = 600 dt
𝑄 0,407
3. A pipa = = = 0,407 𝑚2 ⁄𝑑𝑡
𝑣 1
4𝐴 4×0,407
4. D pipa = √ =√ = 0,72 𝑚 = 72 𝑐𝑚
𝜋 3,14
= ( 37 m x 2 ) + 0,2 = 74,2 m
Dimensi Saluran
𝑄
A =𝑉
88 | PERANCANGAN LINGKUNGAN 4 (IPAM)
1,75128 𝑚3 /𝑑𝑡
= = 3.50 m2
0.5 𝑚/𝑑𝑡
A =HxH
3.50 = 2 H2
H = 1.32 m
B = 2H = 2.64 m
Dimensi Saluran Pengumpul :
Tinggi (H) + Freeboard (fb) = 1,32 m + 0,17 m = 1,49 m
Panjang (L) = 74 m
Lebar (B) = 2.64 m
Headloss di Saluran Pengumpul :
ℎ𝑓 = 0,625 𝑚
Head Kecepatan
𝑣2 0,52
ℎ𝑣 = = = 0,0127 𝑚
2𝑔 2 × 9,81
ℎ𝑓 0,625
Slope = = = 8,44 𝑥 10−3
𝐿 74
Headloss total = ℎ𝑓 + ℎ𝑣
= 0,625 𝑚 + 0,0127 𝑚
= 0,6377 𝑚
𝑄 2 1 0,87564 2 1
𝐻𝑓 = (𝜇 𝑥 𝐵 𝑥 𝐻) 𝑥 2𝑔
= 𝐻𝑓 = (0,8 𝑥 1 𝑥 0,38) 𝑥 2 𝑥 9,81
= 0,422 m
Perhitungan :
0,87564
Panjang weir yang dibutuhkan (B) =
𝑊𝐿𝑅
0,87564 𝑚3/𝑠
=
3 𝑥 10−3 𝑚2 /dt
= 292 m = 29200 cm
3. Saluran Outlet
Berfungsi untuk mengumpulkan air dari tiap-tiap bak yang kemudian akan
dialirkan ke saluran pembawa. Data Perencanaan (sesuai perhitungan
sebelumnya):
- Headloss
-
- total = hf + hv
= 0,018 + 0,018 = 0,036 m
KOAGULASI
8.1 Dasar Teori
Koagulasi adalah suatu proses untuk menggabungkan partikel-partikel kecil
untuk bergabung dan membentuk partikel yang lebih besar dengan bantuan
koagulan. Air baku banyak yang mengandung partikel-partikel koloid. Bentuk
partikel ini sangat halus dan sulit diendapkan tanpa melalui proses pengolahan
yang lain. Karakteristik dari partikel koloid adalah sebagai berikut:
1. Sangat halus
2. Umumnya bermuatan listrik. Partikel anorganik mempunyai muatan positif,
sedangkan partikel organik bermuatan negatif.
3. Koloid juga dapat digolongkan menjadi dua, yaitu hidrofobik (susah bereaksi
dengan air) dan hidrofilik (mudah bereaksi dengan air).
Oleh karena ukuran partikel yang sangat halus, maka untuk
mengendapkannya perlu digabungkan agar ukurannya menjadi lebih besar
sehingga lebih mudah untuk mengendap. Fungsi lain dari bangunan pengaduk
cepat ini, antara lain:
1. Untuk mendapatkan kelarutan koagulan dalam air. Misalnya, koagulan alum
untuk proses koagulasi partikel flokulen, larutan kapur untuk penurunan
kesadahan, atau larutan KMnO4 dalam proses penurunan kandungan Fe dan
Mn.
2. Untuk mendistribusikan koagulan secara merata dalam air.
3. Untuk menghasilkan partikel-partikel sebagai inti koagulasi sebelum reaksi
koagulasi selesai.
Koagulasi juga sangat efektif dalam menghilangkan kandungan warna, rasa
dan bau, makromolekul organik, dan partikulat lainnya yang terkandung dalam air
baku. Mikroorganisme dengan ukuran yang cenderung besar, termasuk alga,
plankton, dan amuba juga bisa terhilangkan dengan diikuti oleh proses fiLrasi.
Penghilangan bakteri dan bakteri patogen dapat mencapai 99% bahkan dapat
ditingkatkan lagi, sedangkan untuk polivirus sebanyak 98% (Sanks, 1979).
Ada dua cara dalam melakukan proses pencampuran antara koagulan dengan
partikel-partikel pengotor, yaitu:
Rumus :
1. Unit Pengaduk
Diketahui : Q = 1,75128 m3/dt
Td = ( 10 sampai 30 dtk )
= 30 dtk
Volume = Q x Td
= 1,75128 m3/dt x 30 dtk
= 52,53 m3/dtk
= 7 kW = 7 x 103 N.m/detik
Ukuran impeller da kecepatan rotasi
Digunakan Straught blade turbine dengan 4 blade turbine mixer dengan rasio
L/H = 0,2; maka Np = 3,3
Diasumsikan diameter blade = 2 m
𝑝
N =( )1/3
𝜌𝑁𝑝𝑑5
7 𝑥 103
=( )1/3
998,23 𝑥 3,3 𝑥 25
𝑑2 𝑛𝑝
Nre = 𝜇
𝑄 1,75128 𝒎𝟑/𝒅𝒕
A=𝐴= = 1,75128 m2
1 𝑚/𝑠
1
1,75128 m2 = 4 𝜋𝑑 2
1
1,75128 m2 = 4 𝑥 3,14 𝑥 𝑑 2
D = 1,5 m = 1.500 mm
3. Outlet
Dpipa outlet = Dpipa inlet
= 150 cm
Panjang Pipa outlet = ketebalan bangunan = 1.500 mm
4. Bak pembubuhan
Pipa pembubuh alum
1. Terdiri dari dua buah pipa yaitu primary feed line dan standby feed line.
2. Diasumsikan dosis koagulan = 50 mg/L, maka untuk debit air
1.751,28 lt/dt, koagulan yang dibutuhkan = 50 mg/L x 1.751,28 lt/dt =
87.564 mg/detik.
3. Diasumsikan dosis alum = 10 mg/ml = 10.000 mg/L, jadi 10.000 mg alum
dilarutkan dalam 1 L air, sehingga untuk kebutuhan 87.564 mg/detik, maka
dibutuhkan debit pengaliran alum ke dalam unit pengaduk cepat
sebesar
87.564 mg/detik
= = 8,7564L/det = 0,00875m3 /dtk
10.000mg/L
Maka :
𝑄 0,00875m3 /dtk
A=𝐴= =0,0087564m2
1 𝑚/𝑠
1
0,0087564m2 = 4 𝜋d2
1
0,0087564m2 = 4 𝑥 3,14 𝑥 d2
dimana :
N = jumlah baffle
μ = viskositas absolut (kg/m.dt)
td= waktu detensi (dt)
ρ = densitas (kg/m3)
f = koefisien friksi baffle (0,3)
h = kedalaman baffle (m)
G = gradien kecepatan (dt-1)
L = panjang bak (m)
Q = debit (m3/dt)
Jarak antar baffle (bl)
𝐿𝑏𝑎𝑘
bl =
(𝑁+1)
dimana :
bl = jarak antar baffle (m)
Lbak = panjang bak (m)
N = jumlah baffle
Kecepatan pada saluran lurus (Vl)
𝑄
Vl =
(𝐵𝑙 𝑥 ℎ)
dimana :
Vl = kecepatan pada saluran lurus (m/dt)
Q = debit (m3/dt)
bl = jarak antar baffle (m)
h = kedalaman bak (m)
2. Kompartemen II
- Jumlah baffle (N)
1
2 × μ × td H × L × G 2 3
N={ [ ] }
ρ(1,44 + f) Q
1
2 × 0,903 x 10−3 × 600 3 × 46 × 40 2 3
={ [ ] }
1000 × (1,44 + 0,3) 1,75128
- = 17,83 buah ≅ 18 buah
- Jarak antar baffle (bl)
Lbak 46
bl = = = 2,42 m
(N + 1) (18 + 1)
- Kecepatan pada saluran lurus (VI)
Q 1,75128
VI = = = 0,24 m⁄detik
bl × H (1,12 × 3)
- Kecepatan pada belokan (Vb)
Q 1,75128
Vb = = = 0,58 m⁄detik
d×H 1×3
- Jari – jari hidrolis (R)
A bl × H 2,42 × 3
R= = = = 0,86 m
P bl + 2H 2,42 + 2(3)
3. Kompartemen III
- Jumlah baffle (N)
1
2 × μ × td H × L × G 2 3
N={ [ ] }
ρ(1,44 + f) Q
1
2 × 0,903 x 10−3 × 600 3 × 46 × 20 2 3
={ [ ] }
1000 × (1,44 + 0,3) 1,75128
- = 11,28 buah ≅ 12 buah
- Jarak antar baffle (bl)
Lbak 46
bl = = = 3,54 m
(N + 1) (12 + 1)
- Kecepatan pada saluran lurus (VI)
Q 1,75128
VI = = = 0,16 m⁄detik
bl × H (3,54 × 3)
- Kecepatan pada belokan (Vb)
Q 1,75128
Vb = = = 0,58 m⁄detik
d×H 1×3
- Jari – jari hidrolis (R)
A bl × H 3,54 × 3
R= = = = 1,1 m
P bl + 2H 3,54 + 2(3)
4. Perencanaan Outlet
Saluran outlet merupakan saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air
olahan menuju ke bangunan selanjutnya (sedimentasi). Berikut ini desain dari
saluran outlet :
Berbentuk saluran terbuka
Q = 1,75128 m3/detik
v = 0,6 m/detik
n = 0,015
Psaluran =3m
Perhitungan :
Q 1,75128
- A= = = 2,92 m2
v 0,6
- b = 2h
A=b×h
2,92 = 2h × h
h = 1,21 m
H = 0,3 + fb
H = 0,3 + 0,2
H = 0,5 m
b = 2h = 2,42 m
SEDIMENTASI
Gambar 10.2. Alat Tes Kolom Pengendapan dan Kurva Removal Partikel Flokulen
Kurva Surface
Td
Removal Loading %RT
(menit)
(%) (m3/hari.m2)
20 16 180 35,5
30 29 99,3 47,5
40 44 65,5 57,3
50 57 50,5 62,8
60 87 33,1 77,5
80
70
60 y = 0.7573x + 23.86
50 R² = 0.9707
40 %RT
30
20 Linear (%RT)
10
0
0 20 40 60 80
Waktu Pengendapan, td (menit)
20 y = -0.2554x + 78
R² = 0.8775
10
0
0 50 100 150 200
Surface Loading, SL (m3/hari.m2)
0,43782 m3 ⁄detik
= 1,7875×10−4 m⁄detik
= 2449,3 m2 = 2450 m2
Direncanakan panjang (L) : lebar (B) = 1 : 4, L = 4B
Berikut adalah perhitungan Dimensi Bak :
AS = L x B
AS = 4B2
2450 = 4B2
B = 24,8 m
L = 99,2 m
Sehingga panjang bak (L) = 24,8 m
Lebar bak (B) = 99,2 m
𝑉ℎ .𝑅 5,85×10−3 ×8,7
NRe = = = 56206,5 > 1000 (tidak laminer)
υ 0,9055 x 10−6
𝑉ℎ2 (5,85×10−3 )2
NFr = = = 4,01 x 10-7 < 10-5 ( Tidak Terjadi Aliran
𝑔. 𝑅 9,81×8,7
pendek)
Karena Nre tidak memenuhi syarat aliran laminer, maka digunakan
plate settler dengan tujuan untuk memperbaiki kineja dari bak
sedimentasi.
- SL = 2,75.10-4 m/detik
𝑊
Vh = SL x cos 𝛼 (1+𝑊 cos 𝛼)
0,06
= 2,75.10-4 x cos 60 (1+0,06 cos 60)
= 3,2 x 10-5
𝑤 0,06
R= = = 0,03
2 2
𝑉𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝑥 𝑅
Nre = 𝑣
3,2 x 10−5 𝑥 0,03
= = 1,06 (Laminer)
0,9055 x 10−6
Karena nilai Nre sudah memenuhi, maka dengan adanya plate settler
tersebut dapat berfungsi dengan baik.
A =WxH
𝐴 5,8
W =H= 0,8
= 7,25 m
Dimensi Saluran Pembagi :
Panjang (L) = 5 m
Lebar (W) = 7,25 m
Kedalaman (H) = 0,8 + 0,3 = 1,1 m
b. Perhitungan Headloss
Mayor Losses
2 1
1 𝑊𝑥𝐻 3 𝐻𝑓 2
V = [ ] x [ ]
0,015 𝑊+2𝐻 𝐿
Hf = 1,80 × 10-4
𝐻𝑓 1,80 × 10−4
- Slope (S) = = = 3,60 × 10-5 m
L 5
𝑣2 0,32
- Headloss Kecepatan(Hv) = 2 g = 2 x 9,81 = 4,6 x 10−3 m
- Headloss total = Hf + Hv
= 0,00018 + 0,0046
= 0,00478 m
= 8,7 m2
A=WxH
𝐴 8,7
W= =
H 0,8
= 10,8 m
Dimensi Saluran Pembagi :
Panjang (L) =2m
Lebar (W) = 10,8 m
Kedalaman (H) = 0,8 + 0,1= 0,9 m
b. Perhitungan Headloss
Mayor Losses
1 𝑊 𝑋 𝐻 2/3 𝐻𝑓 1/2
V = [ ] x [ ]
0,015 𝑊+2𝐻 𝐿
Hf = 0,000029
𝐻𝑓 0,000029
- Slope (S) = = = 0,000014 m
L 2
𝑣2 0,22
- Headloss Kecepatan (Hv) = = = 0,002 𝑚
2g 2 x 9,81
- Headloss total = Hf + Hv
= 0,000014 + 0,002
= 0,002014 m
Q = 1.751,28 liter/det
Input kekeruhan di bak sedimetasi = 700 NTU x 1.751,28 liter/det
= 1225896 mg/det
= 105918 kg/hari
Total kekeruhan bak sedimentasi = 105918 kg/hari
Lumpur yang diendapkan = 90% x Total kekeruhan
= 90% x 105918 kg/hari
= 95326,2 kg/hari (Produksi lumpur)
Diasumsikan bahwa kadar solid = 4% dan kadar air = 96%, maka
ρlumpur= ρkekeruhan (4 %) + ρair (96 %)
= 1200 kg/m3 (4 %) + 1000 kg/m3 (96 %)
= 1008 kg/m3
95326,2 kg/hr
Vol lumpur = = 2364,25 𝑚3 ⁄ℎ𝑎𝑟𝑖
4% 𝑥 1008 kg/hr
H = 0,48 m
Dimensi pipa pengurasan lumpur
Menggunakan pompa non clogging.
Q = 1,75128 m3/det
= 630,46 𝑚
Jumlah weir direncanakan 4 buah sehingga dengan persamaan di bawah
ini dapat dihitung lebar saluran weir yang dibutuhkan. Persamaan
tersebut yaitu :
w = n x s + (n – 1) x 3s + 60(t)
Dimana :
w = lebar bak = 24,8 m = 2480 cm
s = lebar saluran
t = tebal dinding saluran = 10 cm
n = jumlah weir = 4 buah
2 3⁄
1,75128 = x 0,6 x 24,8 x √2 × 9,81 x ℎ 2
3
H = 0,116 m = 11,6 cm
Dimensi saluran pelimpah
b = s = 144,62 cm = 1,4462 m
Q = 1,84 x b x ℎ2/3
1,75128 = 1,84 x 1,4462 x ℎ2/3
H = 0,53 m = 53 cm
Slope pada gutter :
𝑄 1,75128
V = 𝐴 = 0,53×1,4462 = 2,28 m/s
𝑏𝑥ℎ 1,4462 𝑥 0,53
R = 𝑏+2ℎ = 1,4462+2(0,53) = 0,30 m
1
V = x 𝑅 2/3 x 𝑆1/2
𝑛
1
2,28 = 0,015 x 0,30 2/3 x 𝑆 1/2 ,
FILTRASI
1. Mechanical straining
Adalah proses penyaringan partikel suspended yang terlalu besar untuk
dapat lolos melalui lubang diantara buti butiran pasir. Proses ini terjadi pada
permukaan filter. Clogging pada filter akan mengurangi ukuran pori
sehingga secara teoritis akan meningkatkan efisiensi straining, dengan
bertambahnya waktu, meningkatkan tahanan/resistance filter sehingga
perlu dipilih butiran yang lebih besar.
2. Sedimentasi
Proses mengendapkan partikel suspended yang lebih halus ukurannnya
dari lubang pori pada permukaan butiran. Pada prisipnya semua butiran
filter dapat menjadi tempat pengendapan ini. Jika filtrasi sudah berjalan
cukup lama,endapan akan mengurangi ukuran efektif pori dan kecepatan
turunnya air akan bertambah. Hal ini akan menggerus endapan sehingga
terbawa ke efluen dan menandai perlu diadakannya back wash.
3. Adsorbsi
Merupakan proses yang paling penting dalam filtrasi, karena dapat
menghilangkan partikel-partikel koloid yang berasal dari bahan anorganik
maupun bahan organik yang tidak terendapkan.Proses ini dapat terjadi
karena secara alamiah pasir kuarsa pada pH normal mamilki muatan negatif
sehingga dapat menarik partikel bermuatan positif dalam bentuk koloidal
matter seperti kristal dalam karbonat, flok dari besi dan aluminium
hidroksida serta kation-kation dari besi, mangan, aluminium dan lain-lain.
Namun secara umum media yang sering dipakai ialah antrasit, pasir, dan
kerikil. Dan susunan media yang baik untuk filtrasi adalah bagian atas yang
kasar, dan semakin ke bawah semakin halus. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya clogging di lapisan atas dan seluruh media dapat
dimanfaatkan sebgai filter. Adapun pencucian media dapat dilakukan denga
dua cara yaitu dengan sistem backwash dan sistem surface wash.
C. Pengaturan Backwash
Backwash bertujuan untuk menghilangkan material-material yang terdapat
dalam filter bed selama proses filtrasi berlangsung. Ketika filter dibackwash,
aliran upflow dikenakan pada rate tertentu untuk dapat mengekspansi media
filter dan membawa akumulasi kontaminan pada filter. Prosentase ekapansi
media pada setiap rate ialah fungsi dari ukuran dan spesivic gravity dari media
dan temperatur air .
UC = 1,5
Specific gravity Sg =1,35
N = 12 Q0,5
133 | PERANCANGAN LINGKUNGAN 4 (IPAM)
N = 12 (1,75128)0,5
N = 4,6
N = 5 unit
Ukuran setiap unit
A = 700 / 5 = 140 m2
140 =PxL
140 = 2L2
L = 8,3 m
P = 16,6 m
Cek Luas = P x L = 16,6 x 8,3 = 137,78 m2
𝑄 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Q = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡
1751,28
Q= = 350,25 L/detik
5
Q = 1260,9 m3/jam
350,25 𝑥 10−3
Vf tiap bak = = 2,5 x 10−3 m/detik = 9 m/jam
137,78
(memenuhi)
40 – 30 0,5 9 36,0000
30 – 20 0,7 29 59,1837
20 – 18 0,92 22 25,9924
18 – 16 1,10 20 16,5289
16 – 12 1,42 18 8,9268
12 – 8 2 2 0,5000
Ʃ 147,1318
∑ 𝑃𝑖 ⁄𝑑𝑖 2 150,1734
𝐻𝑓1 5 1−0,32 2
= 981 ∙ 0,8975 × 10−2 𝑐𝑚2 ⁄𝑑𝑒𝑡 ∙ 0,25 𝑐𝑚⁄𝑑𝑒𝑡 ∙ ( ) ∙
60 0,32
6 2
[ ] ∙ 147,1318
0,83
𝐻𝑓1 = 23,82 𝑐𝑚
b. Kehilangan Tekanan Melalui Media Antrasit (Hf2):
𝐻𝑓2 𝑘 1−𝑓 2 6 2 𝑃
= 𝑔∙𝑣∙v∙( ) ∙ (𝜑) ∙ ∑ (𝑑 𝑖2 )
𝑙 𝑓 𝑖
𝐻𝑓2 5 1−0,384 2
= ∙ 0,8975 × 10−2 𝑐𝑚2 ⁄𝑑𝑒𝑡 ∙ 0,25 𝑐𝑚⁄𝑑𝑒𝑡 ∙ ( ) ∙
30 981 0,384
6 2
[0,7] ∙ 150,1734
𝐻𝑓2 = 6,93 𝑐𝑚
Kontrol Pencampuran (Intermixing) backwash
Setelah backwash, ada kemungkinan terjadi pencampuran antara
antrasit dengan pasir. Untuk mengetahuinya, dapat dilakukan dengan
membandingkan kecepatan mengendap dari kedua media tersebut.
Syarat agar tidak terjadi intermixing tersebut adalah vs diameter
antrasit terbesar < vs diameter pasir terkecil. Berikut ini adalah urutan
proses pehitungannya.
Perhitungan :
Kecepatan mengendap (vs) diameter antrasit terbesar
Diketahui: diameter antrasit terbesar = 1 mm = 10.10-2 cm
a. Bilangan Reynold (Nre)
𝜑×𝑣𝑠×𝑑 0,7×𝑣𝑠×10∙10−2
𝑁𝑅𝐸 = = = 7,8 𝑣𝑠
𝑣 0,8975∙10−2
1⁄
4 𝑣𝑠0,6 2
𝑣𝑠 = [3 × 1000 × × (1,35 − 1) × 10 ∙ 10−2 ]
5,3
1⁄
𝑣𝑠 = [8,8 𝑣𝑠 0,6 ] 2
𝑣𝑠 = 2,96 𝑣𝑠 0,3
𝑣𝑠 0,7 = 2,96
𝑣𝑠 = 4,71 𝑐𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
Kecepatan mengendap (vs) diameter pasir terkecil
Diketahui: diameter pasir terkecil = 5.10-2 cm
a. Bilangan Reynold (Nre)
𝜑×𝑣𝑠×𝑑 0,83×𝑣𝑠×5∙10−2
𝑁𝑅𝐸 = = = 4,6 𝑣𝑠
𝑣 0,8975∙10−2
1⁄
4 𝑣𝑠0,6 −2 2
𝑣𝑠 = [3 × 1000 × × (2,65 − 1) × 10 ∙ 10 ]
7,4
1⁄
𝑣𝑠 = [14,8 𝑣𝑠 0,6 ] 2
𝑣𝑠 = 3,8 𝑣𝑠 0,3
𝑣𝑠 0,7 = 3,8
𝑣𝑠 = 6,7 𝑐𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
Sehingga:
Vs diameter antrasit terbesar = 4,71 cm/detik
Vs diameter pasir terkecil = 6,7 cm/detik
Sehingga vs diameter antrasit terbesar < vs diameter pasir terkecil, maka
tidak terjadi intermixing. (Memenuhi)
∑ 𝑃𝑖 ⁄𝑑𝑖 0,381
𝐻𝑓2 5 1−0,38 2 6 2
= 981 ∙ 0,8975 × 10−2 𝑐𝑚2 ⁄𝑑𝑒𝑡 ∙ 0,25 𝑐𝑚⁄𝑑𝑒𝑡 ∙ ( ) ∙ [0,83] ∙
50 0,38
0,381
𝐻𝑓3 = 0,03 𝑐𝑚
𝐻𝑓 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐻𝑓1 + 𝐻𝑓2 + 𝐻𝑓3
𝐻𝑓 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 23,82 + 6,93 + 0,03
𝐻𝑓 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 30,78 𝑐𝑚 ≈ 0,3 𝑚
(Memenuhi kriteria 0,3-2 m [SNI 67742008])
𝐿𝑒 = 40 ∙ (1 − 0,48) ∙ (3,581)
𝐿𝑒 = 74,48 𝑐𝑚
Prosentase antrasit terekspensi
74,48 − 40
(%) = ( ) × 100% = 86,2%
40
Kehilangan Tekanan melalui media antrasit selama ekspansi (Hf1)
𝐻𝑓𝑖 = 𝐿𝑒 ∙ (1 − 𝑓) ∙ (𝑆𝑠 − 1)
𝐻𝑓𝑖 = 74,48 ∙ (1 − 0,48) ∙ (1,35 − 1)
𝐻𝑓𝑖 = 13,55 𝑐𝑚
2. Perhitungan Kehilangan tekanan melalui media pasir (Hf2)
Diketahui :
Diameter pasir terbesar (d) = 0,2 cm
Porositas (f) pasir = 0,4
Spesific gravity (Ss) = 2,65 gr/𝑐𝑚3
Maka:
1⁄
4 𝑣𝑠0,6 2
𝑣𝑠 = [3 × 1000 × × (2,65 − 1) × 0,2]
3,2
𝑣𝑠 = 11,43 𝑣𝑠 0,3
𝑣𝑠 0,7 = 11,43
𝑣𝑠 = 32,47 𝑐𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
Kontrol terjadinya ekspansi
Syarat terjadi ekspansi = 𝑉𝑢𝑝 > 𝑉𝑠 × 𝑓 4,5
𝑉𝑢𝑝 = 1,25 𝑐𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
𝑉𝑠 × 𝑓 4,5 = 32,47 × 0,484,5
= 0,52
𝑽𝒖𝒑 > 𝑽𝒔 → 𝟏, 𝟐𝟓 > 𝟎, 𝟓𝟐
∴ Dengan demikian terjadi ekspansi (Memenuhi)
Tabel 11.5. Distribusi Media Antrasit yang Terekspansi
Diameter
Kecepatan Pi / (1
rata-rata Fe Pi Nre
(cm/detik) – fe)
(cm)
0,05 5,69 0,63 0,09 0,243 23,38
0,07 8,35 0,58 0,29 0,69 48,03
0,092 11.4 0,54 0,22 0,478 86,19
0,11 13,97 0,52 0,2 0,417 126,28
0,142 18,69 0,48 0,18 0,346 218,1
0,2 27,62 0,44 0,02 0,036 453,95
2,21
Keterangan :
Li = tebal media
142 | PERANCANGAN LINGKUNGAN 4 (IPAM)
Vs = Kecepatan mengendap
fe = (Vup/Vs)0,25
Tinggi Ekspansi (Le)
𝑃
𝐿𝑒 = 𝐿𝑖 ∙ (1 − 𝑓) ∙ ∑ (1−𝑓𝑖 )
𝑒
𝐿𝑒 = 50 ∙ (1 − 0,4) ∙ (2,21)
𝐿𝑒 = 66,3 𝑐𝑚
Prosentase antrasit terekspensi
66,3 − 50
(%) = ( ) × 100% = 32,6%
50
Kehilangan Tekanan melalui media antrasit selama ekspansi (Hf2)
𝐻𝑓2 = 𝐿𝑒 ∙ (1 − 𝑓) ∙ (𝑆𝑠 − 1)
𝐻𝑓2 = 66,3 ∙ (1 − 0,4) ∙ (2,65 − 1)
𝐻𝑓2 = 65,63 𝑐𝑚
3. Perhitungan kehilangan tekanan melalui media penyangga (Hf3)
Diketahui:
Diameter kerikil terkecil (d) = 0,773 cm
Porositas (f) kerikil = 0,38
Spesific gravity (Ss) = 2,65 gr/cm3
Maka:
Kecepatan mengendap (vs) diameter kerikil terbesar
1) Bilangan Reynold (Nre)
𝜑×𝑣𝑠×𝑑 0,83×𝑣𝑠×0,773
𝑁𝑅𝐸 = = = 71,5 𝑣𝑠
𝑣 0,8975∙10−2
1⁄
4 𝑣𝑠0,6 2
𝑣𝑠 = [3 × 1000 × × (2,65 − 1) × 0,773]
1,43
𝑣𝑠 = 34,2 𝑣𝑠 0,3
𝑣𝑠 0,7 = 34,2
𝑣𝑠 = 115,4 𝑐𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
Kontrol terjadinya ekspansi
Syarat terjadi ekspansi = 𝑉𝑢𝑝 > 𝑉𝑠 × 𝑓 4,5