ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh variasi tinggi terjunan
dan jumlah baffle terhadap penurunan kekeruhan dan ukuran flok dengan
menggunakan alat horizontal baffled channel berupa unit koagulator dan
flokulator yang menggunakan prinsip pengadukan secara hidrolis. Pengadukan
pada koagulator memanfaatkan terjunan sedangkan pada flokulator
menggunakan baffle channel. Pengukuran parameter pH, suhu, kekeruhan dan
ukuran flok dilakukan pada setiap variasi dengan dua kali percobaan (duplo).
Sampel air yang digunakan berupa larutan artifisial dengan kondisi awal sampel
memiliki kekeruhan 50 NTU, pH 7,55 dan suhu 26,5 0C. Kapasitas koagulator
adalah 11,25 liter dan bak flokulator 210 liter. Penelitian dilaksanakan dengan
melakukan proses koagulasi dan flokulasi menggunakan PAC dengan dosis
optimum 5 ppm. Variasi yang diterapkan pada penelitian ini adalah variasi tinggi
terjunan air (50 cm, 60 cm dan 70 cm) dan jumlah baffle pada saluran (13, 19
dan 27). Hasil penelitian menunjukkan pengadukan hidrolis optimum pada
variasi tinggi terjunan 70 cm dan jumlah baffle 27, yang menghasilkan gradien
kecepatan sebesar 369,75/det, penurunan kekeruhan 96,40 % dan ukuran flok
sebesar 304,31 µm. Analisis korelasi rank spearman, menunjukkan korelasi yang
sangat kuat (r = 1,000) dan positif serta memiliki hubungan yang signifikan (p <
0,01) antar parameter jumlah baffle, kekeruhan dan ukuran flok.
ABSTRACT
This research uses Horizontal Baffle Channel tool in the form of coagulator and
floculator unit using hydraulic stirring principle. Stirring on the coagulator takes
advantage of the sink and on the flocculator using the baffle channel. This study aims to
examine the effect of variation of baffles on the processing efficiency of coagulation-
flocculation process using hydraulic reactor to see the efficiency of final turbidity
removal. Water sample used in this research is an artificial solution made based on the
characteristic of raw water intake of Batang Kuranji River PDAM Gunung Pangilun
Kota Padang. Where the water sample is made with a mixture of clay and tap water
Department of Environmental Engineering Andalas University. The results showed that
the number of baffles had an effect on the flow type, in which the increasing number of
baffles used in HBC resulted in the flow of HBC to be turbulent. It is dikarenkan distance
between the smaller baffles. Based on the three variations of baffles, the most effective
removal efficiency in 6 baffles is 80.14%. Likewise with other parameters such as pH and
optimum temperature range, as well as for dissolved oxygen in the water increases up to
20%.
Gambar 1. Terjunan
Sumber: Droste,1997
Berdasarkan gambar diatas, turbulensi
dari sistem pengadukan ini dihasilkan
dari gejolak air yang terjadi pada saat air
telah jatuh ke bawah. Metode Gambar 2. Denah Pengadukan Lambat
pengadukan dengan sistem ini seperti dengan Horizontal Baffle Channel
pada air terjun dimana gejolak air terjadi Sumber: Qasim dkk, 2000
pada muka air yang lebih rendah. Sistem
terjunan ini dipengaruhi oleh tinggi jatuh Perhitungan dalam flokulator aliran
air ke permukaan air, dimana semakin horizontal didasarkan pada persamaan
besar tinggi jatuh air maka akan semakin berikut (Qasim dkk, 2000):
besar pula kecepatan pengadukan yang a. Perhitungan jumlah baffle
2 1
terjadi (Droste, 1997).
Dimana:
Jenis pengadukan hidrolis yang N = jumlah baffle
digunakan pada pengadukan lambat µ = kekentalan dinamis air
adalah aliran air yang menghasilkan (kg/m.detik)
energi hidrolik yang lebih kecil. Aliran ρ = massa jenis air (kg/m3)
air dibuat relatif lebih tenang dan Q = debit aliran (m3/detik)
dihindari terjadinya turbulensi agar flok H = kedalaman air dalam kanal (m)
yang terbentuk tidak pecah lagi. p = panjang bak flokulator (m)
Beberapa contoh pengadukan hidrolis t = waktu flokulasi (detik)
untuk pengadukan lambat adalah kanal f = koefisien gesek sekat
bersekat baffled channel, Gambar 2, G = gradien kecepatan (1/detik)
perforated wall, gravel bed dan
sebagainya. Bentuk aliran yang terjadi
pada baffle channel ini dipengaruhi oleh
Faktor yang Mempengaruhi Proses akhirnya mempercepat pembentukan
flok. Namun jika suhu optimum
Koagulasi-Flokulasi
telah tercapai, penambahan suhu
akan menurunkan efektifitas
Hammer (1997) menjelaskan bahwa
koagulasi.
terdapat beberapa faktor yang
3. Kosentrasi Koagulan
mempengaruhi terjadinya proses
koagulasi dan flokulasi, antara lain: Konsentrasi koagulan sangat
berpengaruh terhadap kontak antar
1. pH
partikel sehingga penambahan
Derajat keasaman atau yang dikenal koagulan harus sesuai dengan
dengan pH adalah suatu besaran kebutuhan untuk membentuk flok-
yang menyatakan sifat asam basa flok. Jika konsentrasi koagulan
dari suatu larutan (Hammer, 1997). kurang, akan mengakibatkan kontak
pH dapat mempengaruhi kelarutan antar partikel berkurang sehingga
dari suatu koagulan, kelarutan mempersulit pembentukan flok.
koagulan ini memberikan pengaruh Begitu juga sebaliknya jika
terhadap pembentukan flok. konsentrasi koagulan terlalu banyak,
Semakin mudah larut suatu maka flok tidak terbentuk dengan
koagulan, maka semakin mudah baik dan dapat menimbulkan
terbentuknya ion aquometalik kekeruhan kembali serta
sehingga partikel koloid semakin pemborosan dalam penggunaan
cepat ternetralisasi membentuk flok koagulan.
(Ndabingengesere dan Narasiah, 4. Pengadukan
1997).
Pengadukan yang baik diperlukan
2. Suhu
untuk memperoleh proses koagulasi
Suhu merupakan faktor penting dan flokulasi yang optimum.
dalam proses koagulasi. Suhu dapat Pengadukan terlalu lambat
mempengaruhi laju reaksi hidrolisis mengakibatkan waktu pembentukan
ion logam yang terkandung di dalam flok menjadi lama, sedangkan jika
koagulan. Laju reaksi akan terlalu cepat mengakibatkan flok-
meningkat seiring dengan flok yang terbentuk akan pecah
meninggakatnya suhu, begitu pula kembali.
sebaliknya. Selanjutnya dalam
proses koagulasi, suhu menentukan II. Metodologi Penelitian
distribusi koagulan. Pengaruh suhu Penelitian ini mencakup dosis optimum
terhadap koagulan ini berkaitan erat koagulan PAC dengan metode jar test
dengan viskositas, semakin tinggi yang diambil dari data PDAM Gunung
suhu air maka semakin kecil Pangilun Kota Padang. Dosis optimum
viskositasnya. Viskositas ini akan tersebut kemudian diaplikasikan terhadap
berpengaruh terhadap kelarutan dan Alat koagulator-flokulator yang
distribusi koagulan. Ketika menerapakan pengadukan hidrolis
viskositas semakin kecil, maka (Terjunan dan baffle channel) untuk
distribusi koagulan akan semakin mengetahui efisiensi pengolahan yang
merata atau homogen. Selain itu dihasilkan. Tinggi terjunan yang
Ndabingengesere dan Narasiah digunakan untuk proses koagulasi
(1997), menjelaskan bahwa divariasikan dengan 50 cm, 60 cm dan 70
peningkatan suhu akan cm. Sedangkan jumlah baffle yang
meningkatkan kecepatan gerak digunakan untuk proses flokulasi di
partikel dalam sistem sehingga variasikan dengan 13, 19, dan 27 baffle.
semakin banyak tumbukan antar Jumlah baffle yang berbeda itulah yang
partikel yang dapat terjadi hingga kemudian dibandingkan dengan
kekeruhan akhir untuk diambil akan terjadi. Pada bagian bak flokulasi
kesimpulan. Tahapan penelitian ini juga dilengkapi dengan sekat yang
keseluruhan secara umum meliputi studi divariasikan jumlahnya. Sekat inilah
literatur, persiapan alat dan bahan, yang akan membentuk turbulensi aliran
pengoperasian alat dengan variasi jumlah sehingga terjadi pengadukan.
baffle. Setelah diperoleh data hasil
Percobaan dengan Reaktor
penelitian dilanjutkan dengan analisis
data dan pembahasan. Sampel air yang dijadikan air baku dalam
penelitian ini adalah larutan artifisial
Persiapan Alat Koagulator-Flokulator yang dibuat dari air kran jurusan Teknik
Lingkungan dengan campuran clay yang
Penelitian ini menggunakan alat berupa
diambil di sekitaran Jurusan Teknik
unit koagulator dan flokulator yang
Lingkungan Universitas Andalas.
menggunakan prinsip pengadukan secara
hidrolis. Pengadukan pada koagulator Pembubuhan bahan kimia sebagai
memanfaatkan terjunan yang akan koagulan, dilakukan bersamaan dengan
menciptakan loncatan hidrolis pada bak terjunan air dengan demikian air yang
koagulasi yang memunculkan turbulensi sampai di bak koagulasi telah
pada aliran sehingga terjadi pengadukan. mengandung koagulan yang siap diaduk.
Dosis optimum yang digunakan
Setelah melalui proses koagulasi, air
berdasarkan Data PDAM Gunung
olahan kemudian mengalir menuju bak
Pangilun Kota Padang. Koagulan yang
flokulasi yang merupakan tahap
akan digunakan adalah PAC (Poly
pengadukan lambat. Tahap pengadukan
Alumunium Chloride) dalam bentuk
ini juga memanfaatkan pengadukan
larutan.
hidrolis dengan bentuk saluran pengaduk
dengan baffle horizontal. Pengadukan
Analisa Proses koagulasi-flokulasi
dengan saluran pengaduk ini
memanfaatkan energi pengadukan yang Analisa proses koagulasi-flokulasi disini
berasal dari friksi pada dinding saluran dilihat dari hasil percobaan menggunakan
pada saluran lurus dan turbulensi yang reaktor hidrolis koagulator-flokulator.
terjadi pada belokan. Untuk menghindari Data yang didapatkan dari percobaan
endapan dalam saluran pengaduk, tersebut diolah menggunakan grafik dan
kecepatan aliran air dalam saluran tidak tabel sehingga dapat dibahas bagaimana
boleh kurang dari 0,2 m/dtk. pengaruh pengadukan hidrolis terhadap
proses koagulasi-flokulasi yang terjadi
Alat ini, Gambar 3, terdiri dari beberapa
pada koagulator-flokulator. Analisa
bagian, yaitu bak penampung air sebelum
proses koagulasi-flokulasi dilihat dari
pengadukan yang dilengkapi dengan
perbandingan antara variasi jumlah baffle
saluran air. Saluran ini dilengkapi dengan
yang digunakan pada alat terhadap
pompa untuk mengatur debit air yang
parameter fisik dan kimia air seperti
akan mengalami terjunan. Bak koagulasi
kekeruhan akhir, ukuran flok, pH, dan
yang terbuat dari bahan akrilik ini
suhu air hasil olahan.
kemudian langsung tersambung dengan
bak flokulasi, dimana pengadukan lambat
Gambar 3. Skema Alat Koagulator-Flokulator
Saran
Saran yang dapat diberikan untuk
penelitian selanjutnya adalah melakukan
pengukuran karakteristik air baku agar
lebih aplikatif.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 4.6 Ukuran Flok terhadap Variasi
Andeslin, S dan Lusiani, G. 2017.
Tinggi Terjunan dan Jumlah Baffle
Operasional Dan Pemeliharaan
Berdasarkan Gambar 4.6 di atas dapat Instalasi Pengolahan Air (IPA)
disimpulkan bahwa ukuran flok rata-rata Kampai Tabu Karambia (KTK)
terbesar adalah 304,31 μm. Menurut Kim PDAM Kota Solok. Padang: Kerja
dkk (2006) dan Gao dkk (2008), proses Praktek
koagulasi-flokulasi mempengaruhi
Bargava dan Ojha. 1993. Headloss
ukuran flok yang terbentuk. Semakin Prediction in Operating Rapid Sand
besar ukuran flok yang terbentuk, maka Filters. Trans. Civ. Engrg., Inst. of
semakin baik proses koagulasi-flokulasi Engrs., Australia, Vol. 34 (3), 1992,
yang terjadi. hal 237-245
Levine, I. I. 2002. Physical Chemistry fifth Suharto, I. 2011. Limbah Kimia dalam
edition. New York: Mc Graw Hill Pencemaran Udara dan Air.
Book Yigyakarta: Andi
Linggawati, A., dkk. 2002. Efektivitas Pati- Tchobanoglous at al. 2003. Wastewater
Fosfat dan Aluminium Sulfat sebagai Engineering Treatment, Disposal,
Flokulan dan Koagulan. Jurnal Natur Reuse. Ne Dehli: McGraw-Hill Book
Indonesia, Vol 4 (2): hal 164 – 170 Company