TUGAS AKHIR
Oleh
TUGAS AKHIR
Oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan penyertaan-Nya penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kawasan Pelabuhan PT.
Pelindo I Cabang Belawan, Kota Medan” sebagai persyaratan kelulusan sarjana pada
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Sumatera Utara. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu serta memberikan dukungan dari awal sampai akhir proses pelaksanaan dan
penyusunan Tugas Akhir ini, khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Amir Husin, S.T.,M.T dan bapak Ir. Joni Mulyadi, M.T. selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan dan membantu saya dalam penyusunan tugas akhir ini.
2. Ibu Ir. Netti Herlina, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan USU,
atas segala bantuan yang telah diberikan.
3. Ibu Isra’ Suryati, S.T., M.Si. selaku koordinator Tugas Akhir atas segala
bimbingan dan bantuan yang telah diberikan.
4. Ibu Meutia Nurfahadi yang selalu memberikan dukungan dan bimbingan.
5. Para dosen program studi Teknik Lingkungan atas bimbingan ilmu, motivasi, dan
semangat yang diberikanuntuk terus menggali ilmu dan memberikan manfaat bagi
sesama.
6. Ibu Gesti Sinaga dan Ibu Pono selaku staf tata usaha di Teknik Lingkungan USU
yang telah banyak membantu penulis selama menjalani aktivitas di TL USU.
7. Orang tua, saudara kami dan keluarga besar yang selalu memberikan semangat
dan doa yang tak terhingga.
8. Kepada teman-teman Teknik Lingkungan 2014 yang selalu memberi semangat
dan penghiburan terkhususnya Hizki, Andro, Arlando,dan Panjes, Nuzul, Lolyta,
Eka, Paul, Weni, Robby, Rawi, Dwiki, Rendy, Leti, Heni, Inggrid, Hary, Yunela,
Desy, Kartini, Laura, Afifah, Martha, Andre, Abraham, Fizha, Yanti.
9. Adik-adikku di kampus Ecy, Grace, Samuel, Yolanda, Delviero, Yose, Anro,
Angga, Yohanes, Hotna, Edwin, Nadya, Lourena, Ana, Regina, April yang selalu
mengingatkan, mensupport dan menghibur setiap ke kampus.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala kritik, saran, dan masukan yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan agar di masa yang akan datang proposal ini lebih sempurna. Akhir kata,
penulis berharap semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor
Perhubungan Laut yang bergerak dalam bidang pengusahaan jasa kepelabuhanan. PT. Pelindo I saat ini
dalam pengembangan menuju eco Port dan salah satu sektor yang dikaji untuk mewujudkan hal itu ialah
pengolahan air buangan. Berdasarkan uji sampel dan data air limbah pada outlet drainase air buangan,
diperoleh bahwa kandungan bahan organik telah melebihi baku mutu yaitu BOD 332 mg/l, COD 626
mg/l, TSS 73 mg/l, minyak dan lemak 24 mg/l berdasarkan data nilai tertinggi. Hasil pengolahan data
rekening air, kapasitas perencanaan instalasi pengolahan air limbah sebesar 400 m3/hari. Studi
perbandingan merekomendasikan sistem pengolahan dengan menggunakan proses lumpur aktif
(activated sludge) dan unit-unit yang diperlukan terdiri dari bak pemisah lemak dengan volume 16,8 m3,
bak ekualisasi dengan volume 80 m3, bak sedimentasi awal dengan volume 50 m3, bak aerasi (activated
sludge) dengan volume 241 m3, bak sedimentasi akhir dengan volume 50 m3, dan bak desinfeksi dengan
volume 4,2 m3 dan luas lahan yang diperlukan berkisar ±184 m2. Estimasi biaya yang diperlukan dalam
pembuatan instalasi pengolahan air limbah kawasan pelabuhan PT. Pelindo I Belawan adalah sebesar
Rp. 2.153.260.000.
Kata Kunci: Air Limbah, eco port, kawasan pelabuhan, perancangan IPAL
vi
viii
vii
ix
Dewasa ini industri semakin berkembang, baik jumlah, teknologi, tingkat produksi
maupun limbah yang di hasilkan. Industri-industri khususnya yang berada di dekat aliran
sungai cenderung akan membuang limbahnya ke dalam sungai yang dapat mencemari
ekosistem air, karena pembuangan limbah industri ke dalam sungai dapat menyebabkan
berubahnya susunan kimia dan fisik air. Polutan yang dihasilkan oleh industri dapat
berupa logam berat dan panas (Bougherira et al, 2014).
Limbah rumah tangga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pencemaran
lingkungan khususnya air sungai. Karena dari limbah rumah tangga dihasilkan beberapa
zat organik dan anorganik yang dibuang dan dialirkan melalui selokan-selokan dan
akhirnya bermuara ke sungai (Milovanovic, 2007).
Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang
disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan
pencemaran lingkungan juga diakibatkan dari meningkatnya jumlah penduduk beserta
aktifitasnya. Limbah yang berbentuk cair yang tidak dikelola dengan baik bisa
menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup
lainnnya.
Sebagai studi penelitian, diambil PT. Pelindo I selaku BUMN yang bergerak di bidang
jasa kepelabuhan, pelayanan peti kemas, terminal dan lain-lain. Perusahaan
memfokuskan kegiatan utamanya di bidang penyelengaraan dan pengusahaan jasa
kepelabuhan, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan
untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.
Untuk melindungi kepentingan dan ketertiban umum dari dampak lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh setiap usaha dan/atau kegiatan serta untuk menjaga peletarian fungsi
lingkungan hidup setiap orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan usaha dan/atau
kegiatan yang menghasilkan limbah wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha
dan/atau kegiatan (PP Kota Medan No.13, 2003).
Saat ini pengelolaan air buangan dari perusahaan tersebut belum memiliki instalasi
pengolahan air limbah sendiri dan pengelolaan air buangan hanya dengan meyalurkan
buangan melalui drainase menuju laut. Dan dalam waktu dekat PT. Pelindo I akan
menerapkan dan mengembangkan pelabuhan berwawasan lingkungan (ecoport) dan salah
satu aspek yang dilihat ialah pengelolaan air buangan.
Dari uraian yang telah disebutkan diatas maka, perlu dilakukan penelitian untuk
perencanaan instalasi pengolahan air limbah dengan melakukan perhitungan efisiensi
instalasi pengolahan air limbah serta perbandingan karakteristik limbah yang dihasilkan
dari PT. Pelindo I.
I-2
1. Bagaimana kualitas dan kuantitas limbah yang dihasilkan PT. Pelindo I cabang
Belawan ?
2. Bagaimana teknologi pengolahan air limbah pada PT. Pelindo I cabang Belawan yang
dapat dijadikan referensi untuk pembuatan IPAL ?
3. Bagaimana perancangan instalasi pengolahan air limbah yang sesuai untuk diterapkan
pada PT. Pelindo I cabang Belawan berdasarkan studi penelitian?
1. Mengetahui kualitas dan kuantitas air limbah yang dihasilkan PT. Pelindo I cabang
Belawan.
2. Menentukan kapasitas dan unit-unit dalam perencanaan instalasi pengolahan air
limbah di PT. Pelindo I cabang Belawan Kota Medan.
3. Menentukan dan merancang dimensi unit instalasi pengolahan air limbah di PT.
Pelindo I cabang Belawan Kota Medan.
4. Mendapatkan dan menentukan rencana anggaran biaya dalam perencanaan instalasi
pengolahan air limbah.
1. Penentuan kuantitas dan kualitas air limbah yang dihasilkan PT. PT. Pelindo I cabang
Belawan
2. Pemilihan metode pengolahan yang sesuai diterapkan di PT. Pelindo I cabang
Belawan.
3. Perencanaan dan perancangan bangunan instalasi pengolahan air limbah di PT.
Pelindo I cabang Belawan.
4. Perhitungan rencana anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan instalasi
pengolahan air limbah PT. Pelindo I cabang Belawan.
5. Perencanaan wilayah studi hanya dilakukan di pelabuhan belawan.
I-3
I-4
Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga dan industri serta tempat-tempat umum
lainnya dan mengandung bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia
serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup (Kusnoputranto, 1985).
Air limbah (waste water) adalah air buangan dari masyarakat, rumah tangga, industri, air
tanah, air permukaan serta buangan lainnya (Sutapa DAI, 1999). Didalam limbah cair
terkandung zat-zat pencemar dengan konsentrasi tertentu yang bila dimasukkan ke bahan
air dapat mengubah kualitas airnya. Kualitas air merupakan pencerminan kandungan
konsentrasi makhluk hidup, energi, zat-zat, atau komponen lain yang ada dalam air.
Limbah cair mempunyai efek negative bagi lingkungan karena mengandung zat-zat
beracun yang mengganggu keseimbangan lingkungan dan kehidupan makhluk hidup
yang terdapat di dalamnya.
II-2
b. Bau. Karakteristik bau paling khas dari air limbah septik berasal dari hidrogen sulfida,
yang diproduksi oleh mikroorganisme anaerob yang mengubah sulfat menjadi sulfida.
Bau telah dinilai sebagai perhatian utama publik untuk pelaksanaan fasilitas pengolahan
air limbah. Dalam bebrapa tahun terakhir, kontrol bau telah menjadi pertimbangan utama
dalam desain dan operasi pengumpulan air limbah, pengolahan, dan fasilitas pembuanga,
khususnya yang berkenaan dengan penerimaan publik dari fasilitas ini (Metcalf
&Eddy,2004)
d. Warna. Warna merupakan ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi
umum air limbah. Jika warna coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna abu-
abu muda sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang mengalami
pembusukan atau telah ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa lama. Bila warnanya
abu-abu tua atau hitam, air limbah sudah membusuk setelah mengalami pembusukan oleh
bakteri dengan kondisi anaerobik.
II-3
a. pH. Konsentrasi ion-hidrogen merupakan parameter kualitas penting dari perairan alam
dan air limbah. Rentang konsentrasi yang cocok untuk keberadaan kehidupan sebagian
besar kehidupan biologis cukup sempit dan kritis. Air limbah dengan konsentrasi ion-
hidrogen yang merugikan ion sulit untuk ditangani dengan cara biologis, dan jika
konsentrasi tidak berubah sebelum dibuang, effluen air limbah dapat mengubah
konsetrasi di perrairan alami. (Metcalf & Eddy,2004)
b. Nitrogen. Unsur nitrogen dan fosfor sangat penting untuk pertumbuhan tanaman dan
prostia dan karena itu dikenal sebagai nutrisi atau biostimulants. Kuantitas kecil unsur-
unsur lain seperti besi juga diperlukan untuk pertumbuhan biologis, tetapi nitrogen dan
fosfor, dalam banyak kasus merupakan nutrisi penting utama. Karena nitrogen adalah
sebuah unsur pembangun penting dalam sintesis protein, data nitrogen akan dibutuhkan
untuk mengevaluasi treatability air limbah dengan proses biologis. Nitrogen yang tidak
cukup dapat mengharuskan penambahan nitrogen untuk membuat air dapat diolah.
(Metcalf & Eddy,2004)
c. Fosfor. Fosfor juga penting untuk pertumbuhan alga dan organisme biologis lainnya.
Karena ganggang berbahaya yang terdapat di permukaan air, sehingga terdapat kebutuhan
untuk mengendalikan jumlah senyawa fosfor yang memasuki perairan permukaan di
pembangunan limbah domestik dan industri dan limpasan alami. Air limbah kota
misalnya, terdapat mengandung 4-15 mg/l fosfor dalam bentuk P. (Metcalf &Eddy, 2004)
d. Surfaktan. Surfaktan memasuki badan air dari limbah industri maupun rumah tangga.
Walaupun bukan merupakan senyawa yang beracun, surfaktan dapat mempengaruhi biota
air. Deterjen dapat memberikan rasa dan bau pada konsetrasi 0,4-3 mg/l dalam air dan
klorinasi dapat meningkatkan efeknya. (Chapman,1996)
II-4
a. Minyak dan Lemak. Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai
komponen utama karbon dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam air.
Bahan-bahan tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan, manusia dan bahkan ada
dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat lainnya adalah relatif stabil, tidak
mudah terdekomposisi oleh bakteri. Minyak dan lemak adalah senyawa-senyawa organik
yang dapat diekstrak dari suatu larutan menggunakan heksan atau CFC. (Sawyer et
al.,1994)
Kandungan minyak dan lemak di dalam suatu air limbah dapat menimbulkan berbagai
masalah baik di saluran maupun di dalam instalasi pengolahan air limbah itu sendiri.
Keberadaannya di dalam air permukaan dapat mengganggu kehidupan biota serta dapat
menggangu estetika dengan terbentuknya materi-materi terapung dan lapisan film diatas
permukaan air. (Metcalf & Eddy,2004)
2.2.2.3 Gas
Gas Pada umumnya ditemukan dalam air limbah mencakup nitrogen (N2), oksigen (O2),
karbon dioksida (CO2), yang merupakan gas umum dari atmosfer dan akan ditemukan di
seluruh perairan yang terkena udara, dan hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), dan
metana (CH4) yang berasal dari dekomposisi bahan organik pada air limbah. Meskipun
tidak ditemukan dalam air limbah yang tidak diolah, gas-gas lainnya yang harus diketahui
dalam pengolahan limbah yaitu klorin (Cl2) dan ozon (O3) (untuk desinfeksi dan kontrol
bau), dan oksida sulfur dan nitrogen (proses pembakaran).
II-5
Biological Oxygen Demand merupakan analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Dalam analisis
BOD dilakukan pula pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO) yang digunakan
mikroorganisme dalam reaksi oksidasi terhadap materi organik, dan standar yang
digunakan reaksi oksidasi dalam kurun waktu 5 hari pada suhu 20oC. Pemeriksaan BOD
dilakukan untuk menentukan beban pencemaran akibat buangan dan untuk merancang
sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar. Prinsip pemeriksaan BOD didasarkan
atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut
berlangsung karena adanya bakteri. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon
dioksida, air dan amoniak. Dengan demikian zat organik yang ada dalam air diukur
berdasarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organik
tersebut. (Alaerts dan Santika,1987)
Tes COD juga digunakan untuk mengukur bahan organik dalam limbah industri dan kota
yang mengandung senyawa yang beracun bagi kehidupan biologis. COD limbah secara
II-6
II-7
Metode yang digunakan untuk mengolah air limbah sering disebutkan sebagai unit
operasi atau unit proses. Secara umum, unit operasi melibatkan penghilangan
kontaminan dengan menggunakan gaya fisika, sementara unit proses melibatkan reaksi
kimia dan atau biologis.
Unit operasi dan unit proses yang umumnya digunakan dalam pengolahan air limbah
dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Unit Operasi dan Proses untuk Menghilangkan Konstituen Pada Air limbah
Kontaminan Unit Operasi atau Unit Proses
Padatan Tersuspensi Screening Grit Flotasi Pengendapan
Removal kimia Depth
Sedimentasi Filtration
High-Rate Clarification Surface filtration
II-8
Dalam pengolahan air limbah kota dan industri, pengolahan pendahuluan seperti
screening dan shredding, grit removal, flow equalization, quality equalization dan
netralisasi mungkin diperlukan. Untuk air limbah kota, screening dan shredding dan
grit removal selalu diperlukan untuk kinerja instalasi pengolahan yang baik.
2.3.1.1 Screening
Screening atau biasa disebut dengan bar screen digunakan dalam pengolahan air limbah
kota atau industri, untuk menghilangkan padatan kasar berupa potongan-potongan kayu,
bahan-bahan dari plastik, dan kain. Padatan yang disaring kemudian dibuang ke wadah
yang terletak di belakang screen untuk penyimpanan sebelum dibuang. Peran utama
II-9
Umumnya bar screen terbuat dari batangan besi/baja yang dipasang miring ke suatu
kerangka yang melintang saluran. Ditempatkan dengan kemiringan 30 o sampai 45o dari
horizontal (Metcalf & Eddy, 2004). Tebal batang biasanya 5 sampai 15 mm dengan jarak
antar batang 25 sampai 50 mm yang diatur sehingga tinja lolos. Bar screen didesain
dengan perencanaan pada aliran puncak (Qasim, 1985).
Grit chamber disediakan untuk melindungi peralatan mekanis bergerak dari abrasi dan
keausan normal yang menyertainya, mengurangi frekuensi digester cleaning yang
disebabkan oleh akumulasi grit yang berlebihan. Grit removal sangat penting untuk
dipasang di depan sentrifugal, heat exchangers, dan high-pressure diaphragm pumps.
(Metcalf & Eddy, 2004).
Ada tiga jenis grit chamber: aliran horisontal, baik dari konfigurasi baik segi empat atau
persegi; tipe aerated; atau vortex. Pada tipe aliran horisontal, aliran melewati chamber
dalam arah horisontal dan kecepatan garis lurus dari aliran dikontrol oleh dimensi unit,
gerbang distribusi influen, dan weir pada akhir efluen. Jenis aerated terdiri dari tangki
II-10
Manfaat utama dari aplikasi bak ekualisasi antara lain, pengolahan biologis ditingkatkan,
karena shock loading dihilangkan atau dapat diminimalisir, zat penghambat dapat
diencerkan, dan pH dapat distabilkan, kualitas effluen dan kinerja tangki sedimentasi
sekunder setelah pengolahan biologis ditingkatkan melalui peningkatan konsistensi
dalam pemuatan padatan, kebutuhan luas permukaan filtrasi efluen dikurangi, filter
kinerja ditingkatkan, dan siklus filter-backwash yang lebih seragam dimungkinkan
dengan muatan hidrolik yang lebih rendah dalam pengolahan kimia, redaman loading
massa meningkatkan kontrol pakan kimia dan keandalan proses. Kekurangan dari flow
equalization meliputi, yaitu memerlukan area atau lokasi yang relatif besar, fasilitas
ekualisasi mungkin harus menanggung kontrol bau dekat daerah perumahan, operasi dan
pemeliharaan tambahan diperlukan, dan biaya modal meningkat. (Metcalf & Eddy, 2004).
II-11
Tujuan utama dari sedimentasi primer adalah untuk menghilangkan settleable solid dan
material mudah mengambang dan dengan demikian mengurangi kandungan padatan
tersuspensi. Sedimentasi primer digunakan sebagai langkah awal dalam pengolahan lebih
lanjut dari air limbah. Rancangan dan pengoperasian yang efisien dari tangki sedimentasi
primer harus menghilangkan dari 50-70% dari padatan tersuspensi dan dari 25-40% BOD.
(Metcalf & Eddy, 1985)
Tangki sedimentasi juga telah digunakan sebagai tangki retensi stormwater, yang
dirancang untuk memberikan waktu detensi sedang (10 sampai 30 menit) untuk overflow
baik dari combined sewers maupun storm sewers. Tujuannya sedimentasi ini adalah untuk
menghapus sebagian besar dari padatan organic yang kemudian dapat dilepas langsung
ke badan air penerima.Tangki sedimentasi juga telah digunakan untuk menyediakan
waktu detensi yang cukup untuk desinfeksi efektif untuk aliran tersebut.
Efisiensi bak sedimentasi yang berkaitan dengan penghilangan BOD dan TSS berkurang
dengan arus putaran yang dibentuk oleh inersia dari cairan yang masuk, sirkulasi sel
terinduksi angin yang terbentuk pada tangki terbuka, arus konveksi termal, air dingin atau
hangat menyebabkan pembentukan kepadatan arus yang bergerak sepanjang bagian
bawah bak dan air hangat yang naik dan mengalir di bagian atas tangki, dan stratifikasi
termal di iklim kering panas. (Metcalf & Eddy, 2004).
II-12
II-13
Untuk memenuhi standar baku mutu, fraksi organik ini, baik padatan tersuspensi maupun
padatan terlarut harus direduksi. Penghilangan organik ini mengacu pada pengolahan
sekunder, yang dapat terdiri dari proses kimia-fisika maupun proses biologis. Kombinasi
dari operasi kimia-fisika seperti koagulasi, microscreening, filtrasi, oksidasi kimia,
adsorpsi karbon, dan proses lain dapat digunakan untuk menghilangkan padatan dan
mereduksi BOD sampai pada batas yang dapat diterima. Meskipun demikian proses ini
merupakan opsi yang berbiaya tinggi baik secara kapital maupun operasional sehingga
jarang digunakan. Pada prakteknya, proses biologis merupakan proses yang umum
digunakan sebagai pengolahan sekunder bagi air limbah.
Penghilangan partikulat dan BOD karbon terlarut dan stabilisasi materi organik yang
ditemukan dalam air limbah dilakukan secara biologis dengan menggunakan berbagai
mikroorganisme, terutama bakteri. Mikroorganisme digunakan untuk mengoksidasi atau
mengubah materi organik terlarut dan partikel karbon menjadi produk akhir yang
sederhana dan biomassa tambahan, yang diwakili oleh persamaan berikut untuk oksidasi
biologis aerobik bahan organik,
II-14
Karena biomassa memiliki berat jenis sedikit lebih besar dari air, biomassa dapat
dihilangkan dari air limbah yang diolah dengan pengendapan gravitasi. Penting untuk
dicatat bahwa kecuali biomassa yang dihasilkan dari bahan organik akan dihapus secara
periodik, pengolahan lengkap belum dicapai karena biomassa, yang merupakan organik,
akan diukur sebagai BOD dalam efluen. Tanpa penghilangan biomassa dari cairan yang
diolah, pengolahan yang dicapai hanyalah yang terkait dengan oksidasi bakteri dari
bagian dari materi organik yang ada pada awalnya.
II-15
Step Aeration
Contact Stabilization
Proses Biomassa
Tersuspensi
Suspended Culture Extended Aeration
Oxidation Ditch
Lain-lain
Trickling
Filter/Biofilter
Rotating Biological
Proses Biomassa Contactor
Pengolahan Air
Limbah Secara Melekat (Attached
Biologis Culture) Contact
Oxidation/Contact
Lain-lain
Lagoon/Kolam
II-16
Sistem ini mempunyai efisiensi penguraian polutan organic yang sangat bagus dan cocok
diterapkan pada daerah dimana lahan tidak cukup tersedia. Dibandingkan sistem biologis
lain seperti facultative lagoon, sistem lumpur aktif memiliki beberapa keunggulan
berikut:
• Kualitas hasil olahan terutama pH dan kandungan oksigen lebih bagus
• Kebutuhan lahan untuk IPAL relative kecil
• Cocok untuk kandungan polutan organik (BOD, COD) yang tidak terlalu tinggi
(dibawah 3000 mg/l)
• Konsentrasi BOD pada air hasil olahan dapat mencapai lebih rendah dari 25 mg/l
Secara umum proses biologis yang terdapat dalam sistem aerasi biologis atau lebih
dikenal dengan Activated Sludge adalah sebagai berikut. Air limbah yang mengalir
kedalam bak aerasi (aeration basin) mengandung material organik (BOD) sebagai suplai
makanan. Bakteri memetabolisasi sampah organik tersebut, menghasilkan pertumbuhan
dengan mengambil oksigen terlarut dan melepaskan karbon dioksida.
II-17
Suspensi cair mikroorganisme dalam bak aerasi secara umum dikenal dengan mixed
liquor, dan pertumbuhan biologis disebut sebagai Mixed Liquor Suspended Solid
(MLSS). Nama lumpur aktif atau activated Sludge diambil berdasarkan suspensi biologis
yang dikembalikan ke bak aerasi, karena berbentuk seperti lumpur dan sangat aktif dalam
menghilangkan material organic terlarut dari air limbah. Proses ekstraksi ini merupakan
respon metabolik dari bakteri dalam keadaan respirasi endogen atau membutuhkan
makanan. Proses activated sludge merupakan proses aerobic karena endapan biologis
tersuspensi dalam mixed liquor yang mengandung oksigen. (Hammer, 2008).
Variabel perencanaan (variable design) yang umum digunakan dalam proses pengolahan
air limbah dengan sistem lumpur aktif (Davis dan Cornwell, 1985; Verstraete dan
Vaerenbergh,1986) adalah sebagai berikut :
a. Beban BOD (BOD Loading rate)
Beban BOD adalah jumlah massa BOD di dalam air limbah influen dibagi dengan volume
reaktor.
𝑄 𝑥 𝑆0
Beban BOD (kg/m3.hari) = Pers. 2.4
𝑉
II-18
II-19
Gambar 2.3 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Lumpur Aktif
Standar (Konvensional)
Cara yang paling mudah untuk pengecekan apakah oksigen yang disuplai ke dalam tangki
aerasi proses lumpur aktif cukup atau tidak, dapat dilihat dari oksigen terlarut (DO) air
limbah di dalam kolam aerasi maupun aerasi di air hasil olahan. DO yang
direkomendasikan adalah antara 2-4 mg/l.
II-20
Proses pengolahan air limbah dengan trickling filter pada dasarnya hampir sama dengan
sistem lumpur aktif, di mana mikroorganisme berkembang biak dan menempel pada
permukaan media penyangga.
Gambar 2.4 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Trickling Filter
Pertama, air limbah dialirkan ke dalam bak pengendapan awal untuk mengendapkan
padatan tersuspensi (suspended solids), selanjutnya air limbah dialirkan ke bak trickling
II-21
Air limbah yang masuk ke dalam bak trickling filter selanjutnya akan keluar melalui pipa
under-drain yang ada di dasar bak dan keluar melalui saluran efluen. Dari saluran efluen
dialirkan ke bak pengendapan akhir dan air limpasan dari bak pengendapan akhir adlah
merupakan air olahan.
II-22
II-23
Gambar 2.7 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Sistem RBC
Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah yang mengandung
polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikroorganisme (microbial film) yang
melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor. Media tempat melekatnya film
biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan polimer atau plastik yang ringan dan
disusun dari berjajar – jajar pada suatu poros sehingga membentuk suatu modul atau
paket, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian
ke dalam air limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut (Said,
2008).
Menurut Said (2008), terdapat beberapa parameter desain yang harus diperhatikan dalam
sistem RBC, diantaranya adalah:
II-24
Beban BOD (BOD surface loading) yang biasa digunakan untuk perencanaan sistem
RBC adalah 5-20 gram-BOD/m2/hari. Hubungan antara beban konsentrasi BOD inlet dan
beban BOD terhadap efisiensi pemisahan BOD untuk air limbah domestik ditunjukkan
pada tabel 2.8, sedangkan hubungan antara beban BOD terhadap efisiensi penghilangan
BOD ditunjukkan pada tabel 2.8.
Tabel 2.8 Hubungan Antara Konsentrasi BOD Inlet Dan Beban BOD Untuk
Mendapatkan Efisiensi Penghilangan BOD 90%
Konsentrasi BOD Inlet (mg/l) Beban BOD, LA (gr/m2.hari)
300 30
200 20
150 15
100 10
50 5
Sumber: Ebie Kunio dan Ashidate Noriatsu. ”Eisei Kougaku Enshu-Jousuidou to Gesuidou”. Morikata
Shupan, Tokyo, 1992 di dalam Nusa Idaman Said, 2017.
II-25
Keunggulan dari sistem RBC yakni proses operasi maupun konstruksinya sederhana,
kebutuhan energi relatif lebih kecil, tidak memerlukan udara dalam jumlah yang besar,
lumpur yang terjadi relatif kecil dibandingkan dengan proses lumpur aktif, serta relatf
II-26
2.3.4 Desinfeksi
Air limbah mengandung berbagai macam tipe organisme yang dapat masuk ke dalam
tubuh manusia dan memiliki asosiasi dengan penyakit yang tersebar melalui air
(waterborne diseases). Disinfeksi merupakan proses destruksi selektif penyebab penyakit
yang disebabkan oleh organisme pada suatu suplay air minum atau effluen air limbah
(Qasim, 1985).
Secara umum, metode disinfeksi terbagi menjadi tiga kategori, yaitu disinfeksi secara
fisika, disinfeksi secara radiasi, dan disinfeksi secara kimia. Pembahasan selanjutnya
hanya akan berbicara mengenai disinfeksi secara kimia.
Ada banyak tipe disinfektan kimia yang digunakan untuk aplikasi yang berbeda. Dari
berbagai macam tipe ini, disinfeksi dengan klorin merupakan yang paling umum
digunakan, termasuk untuk pengolahan air limbah.
Tabel 2.10 Karakteristik Disinfektan yang Ideal
Karakteristik Properti/Respon
Ketersediaan Harus tersedia dalam jumlah besar dan harga
yang memadai
Kemampuan menghilangkan bau Harus dapat menghilangkan bau saat desinfeksi
Homogenitas Larutan harus seragam dalam komposisi
Interaksi dengan bahan asing Harus tidak dapat diabsorbsi oleh zat organik
selain sel bakteri
Tidak korosif dan tidak memberi Tidak merubah bentuk logam atau menodai kain
noda
Tidak toksik terhadap tingkat Harus toksik terhadap mikroorganisme dan tidak
kehidupan yang lebih tinggi toksik terhadap manusia dan hewan
lainnya
Penetrasi Harus memiliki kapasitas untuk penetrasi
melewati permukaan
Keselamatan Harus aman untuk dipindahkan, disimpan,
ditangani dan digunakan
Kelarutan Harus dapat larut di dalam air atau jaringan sel
Stabilitas Harus memiliki tingkat kehilangan aksi germicidal
rendah terhadap waktu saat digunakan
II-27
II-28
II-29
II-31
II-32
II-33
Metodologi adalah prosedur atau cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan
tertentu. Pelaksanaan dalam perencanaan diuraikan berikut ini.
Persiapan
Pengolahan dan
Analisis data - Kualitas air buangan
- Kualitas air buangan
- Perhitungan
PT Pelabuhan PT Pelabuhan
data debit air
Indonesia cabang limbah
Indonesia cabang
Belawan. berdasarkan Belawan.
data - Data administratif PT
pemakaian Pelabuhan Indonesia
air cabang Belawan
- Analisis - Data kebutuhan air
kualitas air
bersih PT Pelabuhan
limbah
Indonesia cabang
Belawan
- Denah lokasi
Selesai
III-2
Tujuan yang menjadi sasaran studi dan identifikasi pustaka adalah meninjau dan
mengidentifikasi kuantitas dan kualitas air limbah untuk kemudian merencanakan dan
mendesain instalasi pengolahan air limbah berdasarkan baku mutu yang ditetapkan
pemerintah.
Adapun langkah - langkah pelaksanaan perencanaan ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan perencanaan tahap awal yang dilaksanakan yakni tahap persiapan.
Pada tahap ini perencana melakukan persiapan untuk langkah-langkah selanjutnya dalam
penyusunan tugas akhir.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh segala macam informasi yang dapat
menunjang proses perancangan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara survey,
sampling dan lain-lain. Cara-cara pengumpulan yang dipilih disesuaikan berdasarkan
jenis data yang hendak diambil.
III-3
b. Data sekunder meliputi : Data kualitas air dan rekening air, gambar denah atau layout
wilayah studi, data administratif
Analisa kualitas air limbah dimaksudkan untuk mengambil contoh air limbah eksisting
pada saluran outlet pembuangan limbah , guna mengetahui berapa nilai pH, BOD, COD,
TSS, minyak dan lemak, serta NH3 . Dimana nilai tersebut akan digunakan untuk
merancang instalasi pengolahan air limbah, sehingga diharapkan outlet dari desain IPAL
yang sudah dilakukan dapat memenuhi kriteria baku mutu.
b. Debit perancangan diperoleh dari rekening atau data pemakaian air yang dimiliki oleh
perusahaan. Dari data penggunaan air selanjutnya dihitung penggunaan air rata-rata dari
perusahaan tersebut. Air limbah dihitung dengan cara mengasumsikan debit air limbah
sebagai 80% pemakaian air.
III-4
Keterangan :
Qave = debit limbah rata-rata (m3/bulan)
ΣQ = jumlah debit dalam 12 bulan (m3/bulan)
Debit yang diperoleh selanjutnya dikonversi baik dalam satuan m3/hari maupun dalam
satuan m3/jam. Cara mengkonversi debit disajikan dalam persamaan berikut :
Qave (m3/hari) =Q(m3/bulan) 25 ℎ𝑎𝑟i Pers. 3.3
Qave (m3/jam) =Q(m3/hari) 24 𝑗𝑎𝑚 Pers. 3.4
Debit peak dihitung dengan mengalikan debit rata-rata dengan factor peak. Perhitungan
debit peak menggunakan persamaan :
Qpeak (m3/jam) =Qave x factor peak Pers. 3.5
Baku mutu digunakan sebagai nilai pembanding untuk mengetahui apakah limbah yang
telah diolah atau dihasilkan industri sudah memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air.
Selain itu, baku mutu juga dapat menjadi acuan dalam perancangan ini untuk mengetahui
berapa nilai polutan yang perlu disisihkan agar dapat memenuhi baku mutu. Setelah
mengetahui nilai polutan yang perlu disisihkan dapat diketahui pula berapa tahapan
pengolahan yang diperlukan.
III-5
8. Kesimpulan
Dari semua hasil analisa data dan perancangan desain Instalasi Pengolahan Air Limbah
yang sudah dilakukan, hasil tersebut dapat diberikan berupa kesimpulan dan saran terkait
tentang instalasi pengelolaan air limbah di PT. Pelindo I cabang Belawan, Kota Medan.
Kesimpulan tersebut meliputi :
1. Kualitas dan kuantitas air limbah di PT. Pelindo I cabang Belawan, Kota Medan.
2. Kapasitas dan unit-unit yang optimum diterapkan di PT. Pelindo I cabang Belawan,
Kota Medan.
3. Merancang desain IPAL yang sesuai dengan karakteristik limbah di PT. Pelindo I
cabang Belawan, Kota Medan.
III-6
III-7
III-8
III-9
III-10
Dalam perencanaan instalasi pegolahan air limbah terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan sebagai dasar perencanaan dan menjadi penentu dalam pemilihan proses
pengolahan. Faktor-faktor ini diantaranya adalah kuantitas air buangan dan karakteristik
air buangan.
4. 1 Aktivitas Kegiatan
Pelabuhan Belawan berlokasi di pantai timur Sumatera Utara, di muara sungai belawan
pada posisi 03o 47’ 00’’ LU dan 98o 42’ 00’’ BT. Kegiatan-kegiatan dalam kepelabuhan
yang dilakukan mencakup ekspor impor barang namun seiring dengan perkembangan dan
peningkatan kegiatan tersebut mengakibatkan adanya perubahan tata guna lahan dari
lahan hijau menjadi lahan industri, pergudangan dan sarana kegiatan layanan jasa
lainnya. Saat ini di kawasan pelabuhan Pelindo I telah banyak berdiri industri dan sudah
beroperasi, beberapanya ialah industri kelapa sawit, industri semen, pergudangan dan
lain-lain. Timbulnya beberapa kegiatan ini tentunya mengakibatkan bertambahnya
jumlah dan jenis limbah yang dihasilkan sehingga dapat mempengaruhi kondisi
keseimbangan lingkungan.
4.2 Analisis Kuantitas Air Limbah Kawasan Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan
Jumlah/kuantitas air limbah yang dihasilkan sangat penting untuk diketahui karena
merupakan dasar penentuan kapasitas pengolahan dan dimensi unit yang akan dirancang
untuk pengolahan limbah itu sendiri. Untuk menentukan kuantitas air limbah yang
dihasilkan dari kawasan pelabuhan PT. Pelindo I Belawan dilakukan berdasarkan
IV-2
IV-3
Berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa total pemakaian air bersih di kawasan
pelabuhan PT. Pelindo I Belawan berjumlah 379,72 m3/hari berdasarkan perhitungan
rekening air.
Berdasarkan data yang diperoleh di kawasan pelabuhan Belawan terdapat penggunaan air
tanah dan digunakan untuk pencucian tangki timbun. Pencucian tangki timbun pada
umumnya dilakukan 3 kali setahun dan setiap pencucian tangki timbun diperlukan air
bersih sebanyak 20 m3. Tangki timbun di kawasan Pelabuhan Belawan terdapat sebanyak
261 tangki. Dengan diketahuinya jumlah tangki, maka perkiraan jumlah kebutuhan air
bersih untuk pencucian tangki di kawasan Pelabuhan Belawan dapat diketahui.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pemakaian air bersih untuk proses
pencucian tangki timbun sebesar 52,2 m3/hari.
Sehingga dapat disimpulkan total pemakaian air bersih di kawasan pelabuhan Belawan
sekitar 431,92 m3/hari.
IV-4
Maka berdasarkan analisis didapatkan total air limbah yang dihasilkan pada Kawasan
Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan yaitu sebesar 345,5 m3/hari.
Sehingga kapasitas IPAL yang akan di rencanakan untuk Kawasan Pelabuhan PT. Pelindo
I Belawan adalah pembulatan dari 345,5 m3/hari menjadi 400 m3/hari. Berikut rincian
perhitungan kebutuhan air dan jumlah/kuantitas air limbah.
IV-5
IV-6
IV-7
IV-8
Dalam pemilihan proses instalasi pengolahan air limbah juga melihat aspek-aspek berupa
lahan, performansi unit pengolahan, kemudahan operasi dan pemeliharaan, biaya
investasi awal, dan residu hasil pengolahan. Dari aspek-aspek tersebut juga dilakukan
analisis dengan metode pemilihan yang dilakukan dengan membandingkan dan menilai
ketigas jenis pengolahan berdasarkan keunggulannya (skala 1-3) kemudian nilai ini akan
dikalikan dengan bobot dari masing-masing aspek yang menjadi pertimbangan pemilihan
proses instalasi pengolahan yang telah ditentukan berdasarkan tingkat prioritasnya.
Tabel 4.9 Perbadingan Pemilihan Proses Berdasarkan Aspek Pembangunan IPAL
Teknologi Pengolahan
No. Kriteria Pemilihan
Activated Sludge RBC Trickling Filter
1 Kebutuhan Lahan Relatif Kecil Sedang Relatif Besar
Performasi Unit
2 Sangat Baik Kurang Baik Cukup Baik
Pengolahan
Kemudahan Operasi
3 Sulit Mudah Cukup Mudah
dan Pemeliharaan
Menguntungkan
Relatif
Menguntungkan untuk kapasitas
Menguntungkan
4 Biaya Investasi Awal untuk kapasitas kecil dan efisiensi
untuk kapasitas
besar yang tidak terlalu
kecil atau medium
tinggi
Residu Hasil
5 Sedang Sedikit Sedikit
Pengolahan
Sumber : Studi literatur, 2018
Tabel 4.10 Pemilihan Unit Pengolahan Berdasarkan Kriteria
Bobot Penilaian
Bobot
No. Kriteria Pemilihan Activated Trickling
(%) RBC
Sludge Filter
1 Kebutuhan Lahan 50 3 2 1
2 Performasi Unit Pengolahan 15 3 1 2
Kemudahan Operasi dan
3 15 1 3 2
Pemeliharaan
4 Biaya Investasi Awal 15 3 2 1
5 Residu Hasil Pengolahan 5 1 3 2
Nilai 100 2,6 2,05 1,35
Sumber : Studi Literatur, 2018
IV-9
Melalui sistem pengolahan yang dipilih yaitu activated sludge diharapkan mampu
mengurangi polutan organik yang terkandung pada air limbah di kawasan Pelabuhan PT.
Pelindo I Belawan.
1 2 3 4 6
Keterangan:
1. Bar Screen 4. Bak Pengendap Awal 7. Bak Desinfeksi
2. Bak Pemisah Lemak 5. Bak Aerasi (Activated Sludge) 8. Blower Udara
3. Bak Ekualisasi 6. Bak Pengendap Akhir
IV-10
Removal
BOD5 = ± 4,2 mg/l BOD 88%
COD = ± 19,52 mg/l COD 73%
TSS = ± 3,06 mg/l TSS 50%
IV-11
dimana,
b = Lebar saluran
B = Jarak bukaan antar batang
D = Daiameter kisi
0,5 𝑚
= (0,025+0,010)𝑚 = 14,28 = 15 celah
dimana,
d = Kedalaman air pada daluran
sin 60o = Slope
0,3
= 0,866 0,34 m
• Kehilangan Tekanan
𝑤
hL= β ( 𝑏 )4/3 hv sinα Pers. 4.3 (Qasim,1985)
𝑣2
hv = 2𝑔 = velocity head (m) Pers. 4.4 (Qasim,1985)
dimana,
hL = Kehilangan tekanan (head loss) (m)
β = Faktor bentuk kisi, untuk kisi berbentuk lingkaran, β = 1,79
W = Diameter kisi yang menghadap arah aliran (m)
b = Jarak antara kisi (m)
α = Sudut perletakan kisi terhadap horizontal (o)
IV-12
= 6,9 x 10-3 m
= 16,7 m3
Dimensi bak :
Panjang = 2,8 m
Lebar =4m
Kedalaman Air = 1,5 m
Ruang Bebas = 0,5 m
IV-13
• Perhitungan
Kapasitas Pengolahan = 400 m3/hari
Waktu tinggal di dalam bak = 4-8 jam
Ditetapkan waktu tinggal = 4,8 jam
Vol.bak = Q x td Pers. 4.6 (Ariska, 2016)
dimana,
Q = Debit (m3/hari)
td = Waktu tinggal (jam)
4,8 jam x 400 m3 /hari
= = 80 m3
24 hari/jam
IV-14
dimana,
MLSS = Mixed Liquor Suspended Solids (mg/l)
Css = Konsentrasi SS yang masuk bak aerasi (mg/l)
IV-15
Di mana konsentrasi SS di dalam lumpur sirkulasi (return sludge), CR = 8000 mg/l, dan
R = 0,25 (ditetapkan). Maka,
180 + 0,25 . 8000
MLSS = = 1.744 mg/l
1+0,25
dimana,
Q = Laju alir limbah (m3/hari)
Cs = Konsentrasi BOD yang masuk bak aerasi (mg/l)
MLSS = Mixed Liquor Suspended Solids (mg/l)
LS = BOD-SS Loading (kg/kg.hari)
= 241 m3
Ditetapkan: kedalaman air di dalam bak = 2,5 m dan lebar bak = 5 meter. Jadi,
241 m3
Panjang bak = 2,5 m . = 19,28 m
5m
IV-16
Di mana:
Ro = jumlah oksigen yang diperlukan (kg/hari)
a’ = jumlah oksigen yang dikonsumsi per jumlah BOD yang dihilangkan (kg-O2/kg-
BOD).
Biasanya a’ = 0,42
BODR = jumlah BOD yang dihilangkan (kg-BOD/hari)
b’ = oksigen yang dikonsumsi oleh respirasi endogenous (kg-O2/kg-MLSS).
Biasanya harga b’ = 0,12
X = jumlah MLSS di dalam bak aerasi
Maka,
X = 1744 gr/m3 . 241 m3 = 420.304 gr = 430,304 kg
jumlah oksigen yang diperlukan = (0,42 x 72 + 0,12 x 430,304) = 30,24 + 51,64
= 82 kg/hari
Temperatur udara rata-rata; 28o. Berat udara pada suhu 28o c = 1,1725 Kg/m3
Diasumsikan jumlah oksigen di dalam udara 23,2%. Maka, volume udara yang diperlukan
adalah:
82 kg/hari
Volume Udara yang diperlukan = 1,1725kg/m3 x 0,232g O = 301,45 m3/hari
2 /g udara
= 11 m3/menit
Blower udara yang diperlukan:
Spesifikasi blower,
Kapasitas blower = 11 m3/menit
Jumlah = 2 unit
Tipe = Root Blower
Merek = Shofu Tipe
IV-17
Untuk mengantisipasi beban air limbah yang berlebihan, ditetapkan total jumlah difuser
di dalam bak aerasi adalah 160 buah, sehingga total difuser yang digunakan ialah 320
buah.
Cek:
QxC
s 400 x 210
BOD – SS Loading (Ls) = V x MLSS = 241 x 1744 = 0,2 kg-BOD/kg-SS.hari
IV-18
Dimensi bak,
Vol.bak = Q x td Pers. 4.13
= 16,7 m3/jam x 0,25 jam
= 4,2 m3
Ditetapkan,
Panjang =3m
Lebar = 1,4 m
Kedalaman Air =1m
Tinggi ruang Bebas = 0,5 m
IV-19
IV-20
IV-21
IV-22
IV-23
ENGINEER ESTIMATE
RINCIAN RENCANA ANGGARAN BIAYA
HARGA TOTAL
No. URAIAN PEKERJAAN ANALISA VOLUME SATUAN SATUAN BIAYA
( Rp ) ( Rp )
1 2 3 4 5 6 7 = (4) x (6)
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pematokan & Pengukuran Ulang (Uitzef) 1,00 Ls 2.500.000 2.500.000
2 Pembersihan dan Perataan Lapangan A.2.1.(9) 325,20 m2 14.878 4.838.163
3 Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank A.2.1.(4) 100,15 m1 104.904 10.506.180
4 Mobilisasi & Demobilisasi Alat 1,00 Ls 5.000.000 5.000.000
Sub Total -- A 22.844.343
B. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
1 Galian Tanah Biasa ( Mekanis ) El.2.2.(7) 221,00 m3 43.691 9.655.762
2 Timbunan Kembali Tanah Biasa Bekas Galian A.2.2.(12) 66,30 m3 49.638 3.290.966
3 Buangan Tanah Sisa Galian A.2.2.(8) 154,70 m3 29.915 4.627.773
4 Timbunan Pasir Urug Dibawah Kolam IPAL, Tebal 10 cm A.2.2.(10) 32,52 m3 198.660 6.460.423
Sub Total -- B 24.034.925
2 Bak Ekualisasi
a) Lantai Kerja Beton K-100, Tebal 5 cm A.4.1.(1) 4,00 m3 874.332 3.497.327
b) Plat Lantai Dasar Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm
Membuat Beton Mutu K-275, f'c = 24,0
A.4.1.(8) 16,00 m3 1.187.875 19.006.003
Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53
- Pembesian A.4.1.(16a) 3.200,00 Kg 24.504 78.413.280
- Bekisting untuk Plat Lantai Dasar A.4.1.(19) 7,20 m2 265.371 1.910.668
6 Desinfektasi
a) Lantai Kerja Beton K-100, Tebal 5 cm A.4.1.(1) 0,52 m3 874.332 454.652
b) Plat Lantai Dasar Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 2,08 m3 1.187.875 2.470.780
- Pembesian A.4.1.(16a) 416,00 Kg 24.504 10.193.726
- Bekisting untuk Plat Lantai Dasar A.4.1.(19) 2,64 m2 265.371 700.578
c) Sloof Beton Bertulang K-275, Uk. (20/20) cm
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 0,53 m3 1.187.875 627.198
- Pembesian A.4.1.(16a) 105,60 Kg 24.504 2.587.638
- Bekisting Untuk Sloof (2x Pakai) A.4.1.(20) 5,28 m2 288.218 1.521.789
d) Dinding Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 3,96 m3 1.187.875 4.703.986
- Pembesian A.4.1.(16a) 792,00 Kg 24.504 19.407.287
- Bekisting Untuk Dinding (2x Pakai) A.4.1.(24) 5,28 m2 332.593 1.756.091
D. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Bar Screen 1.00 Unit 5,000,000 5,000,000
18,850,000.
2 Pompa Submersible, Panel dan Aksesoris 2.00 Unit 37,700,000
00
3 Pipa Besi 5.00 M 58,500 292,500
4 Kaporit untuk Commissioning 50.00 Unit 14,000 700,000
V-8
b. Sistem pengolahan yang sesuai untuk diterapkan pada kawasan pelabuhan PT. Pelindo
I Belawan adalah menggunakan proses lumpur aktif (activated sludge) dengan unit-
unit yang diperlukan terdiri dari bak pemisah lemak, bak ekualisasi, bak pengendap
awal, bak aerasi, bak pengendap akhir, dan bak desinfeksi.
c. Berdasarkan perhitungan, didapatkan dimensi bak pemisah lemak panjang 2,8 m, lebar
4 m, kedalaman Air 1,5 m, tinggi ruang bebas 0,5 m, volume efektif 16,8 m3, bak
ekualisasi panjang 8 m, lebar 4 m, kedalaman 2,5 m, tinggi ruang bebas 0,5 m, volume
80 m3, bak pengendap awal panjang 5 m, lebar 4 m, kedalaman 2,5 m, tinggi ruang
bebas 0,5, volume 50 m3, bak aerasi Panjang 19,3 m, lebar 5 m, kedalaman 2,5 m,
6.2 Saran
a. Sebaiknya pengambilan sampel air dilakukan di setiap outlet yang ada agar hasil lebih
akurat dan lebih baik.
b. Sebaiknya penggambaran desain dilakukan secara tiga dimensi agar lebih mudah
dipahami.
VI-2
Ansari & Yashwant. 2013. Conceptual Design Of Wastewater Treatment Plant For The Dera
Bassi Industrial Estat, Punjab (India). Global Journals Inc. (USA). India.
Anwar, Ruslin dkk. 2008. Studi Evaluasi Pengolahan Air Limbah Industri Secara Terpusat di
Kawasan Industri Rembang Pasuruan (PIER). Jurnla Publikasi Universitas Brawijaya Vol.
2 No.3. Malang.
Arbasyaroh. 2017. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sederhana Pada
Bangunan Ruko 3 Lantai. Publikasi Tugas Akhir Politeknik Negeri Balikpapan.
Balikpapan.
Ariska, Nawa Inti dkk. 2017. Perencanaan Instalasi Pengolahan air limbah (IPAL) Pabrik
Penyamakan Kulit Di Desa Mojopurno Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.
Universitas Brawijaya.Malang.
Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi. Contoh Perencaan Dan Pembangunan IPAL
Domestik Kapasitas 150 m3 per Hari. www.bppt.go.id diakses pada tanggal 8 september
2018.
Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi. Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Trickling
Filter. www.bppt.go.id diakses pada tanggal 28 agustus 2018.
Binilang, Alex dan Fuad Halim. 2016. Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di
Kelurahan Istiqlal Kota Manado. Jurnal Publikasi Universitas Sam Ratulangi Vol. 4 No.
3. Manado.
Cahyani, Desy Nur. dkk. 2016. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri
Kerupuk Kulit di Kelurahan Sembung Kabupaten Tulungagung. Jurnal Publikasi
Universitas Brawijaya. Malang.
Hammer, Mark J. & Jr, Mark J. Hammer. 2008. Water and Wastewater Technology. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.
Hartaja, Dinda Rita dan Imam Setiadi. 2016. Perencanaan Desain Instalasi Pengolahan Limbah
Industri Nata De Coco Dengan Proses Lumpur Aktif. Jurnal Publikasi BPPT Vol. 9 No.2.
Jakarta.
Hero, Neva. 2014. Watewater Treatment In Harbours. Instituto Superior Tecnico. Lisbon.
Kemenkes RI. 2011. Seri Sanitasi Lingkungan Pedoman Teknik Instalasi Pengolahan Air Limbah
Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. ciptakarya.
pu.go.id diakses pada tanggal 6 September 2018. Jakarta.
Kusumadewi, Rahani Yunanda dan Arseto Yekti Bagastyo. 2016. Perencanaan Instalasi
Pengolahan Air Limbah Kegiatan Peternakan Sapi Perah dan Industri Tahu. Jurnal
Publikasi ITS Vol. 5 No. 2. Surabaya.
Marhadi. 2016. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Tahu Di
Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi. Jambi.
Metcalf & Eddy, Inc., Tchobanoglous, G., Burton, F.L., & Stensel, H.D. 2004. Wastewater
Engineering Treatment And Reuse (4th ed). Mc. Graw Hill. Singapore.
Mufida, Diana Khusna dkk. 2015. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Dengan
Menggunakan Kombinasi Sistem Anaerobik-Aerobik Pada Pabrik Tahu “Duta” Malang.
Jurnal Publikasi Universitas Brawijaya. Malang.
Oktiawan, Wiharyanto dkk. 2013. Masterplan Sistem Pengelolaan Air Limbah Industri Di
Kawasan Industri BSB City, Mijen-Semarang. Jurnal Publikasi Undip. Semarang.
Prakoso, Dandy dan Bieby Voijant Tangahu. 2016. Desain IPAL Komunal Limbah Domestik
Perumahan Sukolilo Dian Regency Dengan Teknologi Contructed Wetland. Jurnal
Publikasi ITS Vol. 5 No. 2. Surabaya.
Qasim, Syed. 1985. Wastewater Treatment Plants Planning, Design, And Operation. New York
: CBS College Publishing.
Ratnawati, Rhenny dkk. 2014. Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biofilter Untuk
Mengolah Air Limbah Poliklinik Unipa Surabaya. Jurnal Publikasi Unipasby Vol. 12 No.
2-ISSN: 1412-1867. Surabaya.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2010
Tentang Baku Mutu Air Limbah Kawasan Industri. Menteri LH RI. Indonesia.
Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik.
Menteri PUPR RI. Indonesia.
Rini,Nita. 2016. Kajian Pencemaran Air Sungai Deli Oleh Limbah Domestik Dan Industri Serta
Strategi Pengendalian Pencemaran Air Di Kota Medan. Tesis Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Rosidi, Mohammad. 2017. Perancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pabrik Kertas
Halus PT. X Sidoarjo. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Said, Nusa Idaman. 2008. Pengelolaan Air Limbah Domestik di DKI Jakarta Tinjauan
Permasalahn, Strategi Dan Teknologi Pengolahan. Pusat Teknologi Lingkungan Deputi
Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Badan Pengkajian Dan Penerapan
Teknologi. Jakarta.
Said, Nusa Idaman. 2017. Teknologi Pengolahan Air Limbah Teori dan Aplikasi. Penerbit
Erlaangga. Jakarta.
Samal, Swati. 2016. Design Of Sewage Treatment Plant. IOSR Journal Of Mechanical and Civil
Engineering (IOSR-JMCE). India.
Sawyer, Clair & Mccarty, perry L. (2003). Chemistry For Environmental Engineering And
Science, 5th Edition. Mcgraw-Hill. Singapore.
Sekman, et al. 2011. Treatment Of Oily Wastewater From Port Waste Reception Facilities By
Electrocoagulation. Int. J. Environ. Res., 5(4): 1079-1086, Autumn 2011. Istanbul.
Thohuroh, Masfufahtut dkk. 2016. Studi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pabrik Tahu
“3 Saudara” Malang dengan Kombinasi Biofilter Anaerobik-Aerobik. Jurnal publikasi
Universitas Brawijaya. Malang.
Wulandari, Dwica. 2012. Evaluasi Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah Kantor Pusat
Pertamina. Skripsi Universitas Indonesia. Depok.
Yenti, Sefni. 2011. Evaluasi Instlasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit (Studi Kasus:
Rumah Sakit ST. Carolus Jakarta). Skripsi Universitas Indonesia. Depok.
.a1?'"i:"ff"HiffiftT,i1*#i;111ffi
e-mail : bind-medan@kemenperin.go.id
#I
PENGUJT Medanyxnxw
F3
fr
'A;;,13""o*o"ationof
Kmlb Akrcdiktiilfilon.l
bboffid{n hnrurl
p.521.rDl{
E0 0001
a0w
Dok.No. F -LP -Ot6/Z-l'001t5
SERTIFIKAT HASIT UJI
Cerffiate of Test Results
Halaman :I dari2
Page
#",M m%wwwwm
Kode
Code
Sertifikat Hasil Uji ini berlaku 9O hari sejak tanggal dikeluarkan hanya untuk nama/jenis contoh diatas.
The certificate of fest nesults valid within 90 days siice the date issued, to the name/kind of sample (s) above only.
Dilarang memperbanyak atau mempublikasikan sertifikat ini tanpa tertulis dari Manajemen Universitas Sumatera Utara
LP-BIM
- Do not reproduce this certificate without a ualid written approval from LP-BIM Management
U
C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg
Jl. Pelabuhan I
Jl. Pelabuhan 2
Jl. Pelabuhan 3
Jl. Sulawesi 2
Jl. Sulawesi 2
buhan
Jl. Pela
To
lB
elm
er
a
Jl. B
aga
nL
am
a
1m
0.35 m
0.34 m
0,2 m
0,5 m
1,5 m
2,8 m
4m
2,8 m
0,2 m
0,5 m
2,5 m
8m
4m
8m
0,2 m
0,5 m
1,5 m
1m
0,5 m
5m
0,2 m
4m
5m
0,5 m
2,5 m
19,3 m
0,2 m
5m
19,3 m
1m
3m
1,4 m
3m
9m
37,1 m
Jl. Sulawesi 2
1
Universitas Sumatera Utara
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3816);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3838);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4161);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4747);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4987);
10. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang
telah memiliki izin usaha kawasan industri.
2. Perusahaan kawasan industri adalah perusahaan yang mengusahakan
pengembangan dan/atau pengelolaan kawasan industri.
2
Universitas Sumatera Utara
3. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke
dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
4. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air,
sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara.
5. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair.
6. Kadar maksimum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur pencemar
dalam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air.
7. Kuantitas air limbah maksimum adalah sejumlah air limbah tertinggi
yang masih diperbolehkan dibuang ke sumber air setiap satuan produk.
8. Debit maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan
dibuang ke lingkungan.
9. Titik penaatan adalah satu lokasi atau lebih yang dijadikan acuan
untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air limbah.
10. Lahan kawasan terpakai adalah total luas lahan yang dimiliki atau
dikuasai oleh pemakai lahan industri (tenant) yang tercantum dalam
perjanjian jual beli atau sewa lahan di dalam kawasan industri yang
membuang air limbahnya ke dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) kawasan industri.
11. Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat yang selanjutnya disebut
IPAL terpusat adalah instalasi yang digunakan untuk mengolah air
limbah yang berasal dari seluruh industri dan aktivitas pendukungnya
yang ada dalam kawasan industri.
12. Kejadian tidak normal adalah kondisi dimana peralatan proses
produksi dan/atau instalasi pengolahan air limbah tidak beroperasi
sebagaimana mestinya karena adanya kerusakan dan/atau tidak
berfungsi secara normal peralatan tersebut.
13. Keadaan darurat adalah kondisi tidak berfungsinya peralatan proses
produksi dan/atau tidak beroperasinya instalasi pengolahan air limbah
sebagaimana mestinya karena adanya bencana alam, kebakaran,
dan/atau huru-hara.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 2
(1) Setiap kawasan industri yang telah mempunyai IPAL terpusat wajib
menaati baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(2) Dalam hal kawasan industri belum mempunyai IPAL terpusat, berlaku
baku mutu air limbah bagi jenis usaha dan/atau kegiatan sesuai
dengan peraturan menteri yang mengatur mengenai baku mutu air
limbah.
(3) Baku mutu air limbah bagi kawasan industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan kadar dan kuantitas air limbah
maksimum.
3
Universitas Sumatera Utara
Pasal 3
Baku mutu air limbah kawasan industri sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini setiap saat tidak boleh dilampau.
Pasal 4
(1) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1),
khusus untuk parameter amoniak (NH3) tidak berlaku bagi kawasan
industri yang sebagian besar industrinya menggunakan bahan baku
utama mengandung amoniak (NH3).
(2) Parameter Amoniak (NH3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pasal 5
(1) Pemerintahan daerah provinsi dapat menetapkan:
a. baku mutu air limbah bagi kawasan industri dengan ketentuan sama
atau lebih ketat dari ketentuan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini; dan/atau
b. parameter tambahan di luar parameter sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini setelah mendapat persetujuan
Menteri.
(2) Menteri dapat menyetujui atau menolak permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling lama 90 (sembilan puluh) hari
kerja sejak diterimanya permohonan tersebut dengan memperhatikan
saran dan pertimbangan instansi teknis terkait.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) Menteri
tidak memberikan keputusan terhadap permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, permohonan dianggap disetujui.
(4) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai
dengan alasan penolakan.
(5) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan peraturan daerah provinsi.
Pasal 6
Dalam hal pemerintah daerah provinsi menetapkan baku mutu air limbah
bagi kawasan industri lebih ketat dari baku mutu air limbah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), diberlakukan baku mutu air limbah yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi.
Pasal 7
Dalam hal hasil kajian kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL) atau rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) dari kawasan
industri mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat dari baku mutu air
limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 5 ayat (1),
diberlakukan baku mutu air limbah bagi kawasan industri sebagaimana
yang dipersyaratkan oleh AMDAL atau rekomendasi UKL dan UPL.
Pasal 8
Dalam hal hasil kajian mengenai pembuangan air limbah bagi kawasan
industri mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat dari baku mutu air
4
Universitas Sumatera Utara
limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), atau
Pasal 7, diberlakukan baku mutu air limbah berdasarkan hasil kajian.
Pasal 9
Penanggung jawab kawasan industri wajib:
a. menaati baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Menteri ini;
b. melakukan pengelolaan air limbah sehingga mutu air limbah yang
dibuang ke sumber air tidak melampaui baku mutu air limbah yang
telah ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri ini;
c. menggunakan saluran pembuangan air limbah yang kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan;
d. tidak melakukan pengenceran air limbah, termasuk mencampur
buangan air bekas pendingin ke dalam aliran buangan air limbah yang
berasal dari IPAL terpusat;
e. memisahkan saluran buangan air limbah dengan saluran limpasan air
hujan;
f. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji;
g. memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah dan melakukan
pencatatan debit harian air limbah tersebut;
h. melakukan pemantauan harian kadar parameter baku mutu air limbah,
untuk parameter pH dan COD;
i. memeriksakan kadar parameter baku mutu air limbah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan ke laboratorium yang telah
terakreditasi dan teregistrasi di Kementerian Lingkungan Hidup;
j. menyampaikan laporan debit harian air limbah, pemantauan harian
kadar parameter air limbah, dan hasil analisa laboratorium terhadap
baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam huruf g, huruf h,
dan huruf i secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada gubernur, Menteri,
dan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundangan-undangan;
dan
k. melaporkan kepada bupati/walikota dengan tembusan gubernur dan
Menteri mengenai terjadinya keadaan darurat dan/atau kejadian tidak
normal yang mengakibatkan baku mutu air limbah dilampaui serta
upaya penanggulangannya paling lama 2 x 24 jam.
Pasal 10
(1) Bupati/walikota wajib mencantumkan baku mutu air limbah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 7,
atau Pasal 8 dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ke
dalam izin pembuangan air limbah bagi kawasan industri yang
membuang air limbahnya ke sumber air.
(2) Menteri atau gubernur yang diberikan delegasi oleh Menteri sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang mengatur
mengenai persyaratan dan tata cara perizinan pembuangan air limbah ke
laut wajib mencantumkan baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, atau Pasal 8 dan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ke dalam izin
5
Universitas Sumatera Utara
pembuangan air limbah bagi kawasan industri yang membuang air
limbahnya ke laut.
Pasal 11
Baku mutu air limbah bagi kawasan industri yang ditetapkan lebih longgar
dari Peraturan Menteri ini wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan
Menteri ini paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkan.
Pasal 12
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: KEP-03/MENLH/1/1998 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kawasan Industri dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 13
Peraturan Menteri ini mulai berlaku 1 (satu) tahun pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal : 18 Januari 2010
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
ttd
Ilyas Asaad.
6
Universitas Sumatera Utara
Lampiran
Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 03 Tahun 2010
Tanggal : 18 Januari 2010
1 pH - 6–9
2 TSS mg/L 150
3 BOD mg/L 50
4 COD mg/L 100
5 Sulfida mg/L 1
6 Amonia (NH3-N) mg/L 20
7 Fenol mg/L 1
8 Minyak & Lemak mg/L 15
9 MBAS mg/L 10
10 Kadmium mg/L 0,1
11 Krom Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,5
12 Krom total (Cr) mg/L 1
13 Tembaga (Cu) mg/L 2
14 Timbal (Pb) mg/L 1
15 Nikel (Ni) mg/L 0,5
16 Seng (Zn) mg/L 10
17 Kuantitas Air Limbah 0,8 L perdetik per Ha Lahan
Maksimum Kawasan Terpakai
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
ttd
Ilyas Asaad.
NIM : 140407015
Asal Sekolah:
Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Universitas Sumatera Utara periode
2016/2017
2. Kepala Departemen Komunikasi Dan Informasi Ikatan Mahasiswa Teknik Lingkungan Indonesia
Regional 1
3. Kerja Praktik di PT. Agincourt Resources Martabe Gold Mine tahun 2017
1. PPA 2016