Anda di halaman 1dari 120

TA/TL-USU/2018/095

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)


DI KAWASAN PELABUHAN PT. PELINDO I
CABANG BELAWAN, KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh

RIYAN FERNANDES HUTAGALUNG


140407015

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua


Dr. Amir Husin, S.T.,M.T Ir. Joni Mulyadi, M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
DI KAWASAN PELABUHAN PT. PELINDO I
CABANG BELAWAN, KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh

RIYAN FERNANDES HUTAGALUNG


140407015

TUGAS AKHIR INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan penyertaan-Nya penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kawasan Pelabuhan PT.
Pelindo I Cabang Belawan, Kota Medan” sebagai persyaratan kelulusan sarjana pada
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Sumatera Utara. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu serta memberikan dukungan dari awal sampai akhir proses pelaksanaan dan
penyusunan Tugas Akhir ini, khususnya kepada :

1. Bapak Dr. Amir Husin, S.T.,M.T dan bapak Ir. Joni Mulyadi, M.T. selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan dan membantu saya dalam penyusunan tugas akhir ini.
2. Ibu Ir. Netti Herlina, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan USU,
atas segala bantuan yang telah diberikan.
3. Ibu Isra’ Suryati, S.T., M.Si. selaku koordinator Tugas Akhir atas segala
bimbingan dan bantuan yang telah diberikan.
4. Ibu Meutia Nurfahadi yang selalu memberikan dukungan dan bimbingan.
5. Para dosen program studi Teknik Lingkungan atas bimbingan ilmu, motivasi, dan
semangat yang diberikanuntuk terus menggali ilmu dan memberikan manfaat bagi
sesama.
6. Ibu Gesti Sinaga dan Ibu Pono selaku staf tata usaha di Teknik Lingkungan USU
yang telah banyak membantu penulis selama menjalani aktivitas di TL USU.
7. Orang tua, saudara kami dan keluarga besar yang selalu memberikan semangat
dan doa yang tak terhingga.
8. Kepada teman-teman Teknik Lingkungan 2014 yang selalu memberi semangat
dan penghiburan terkhususnya Hizki, Andro, Arlando,dan Panjes, Nuzul, Lolyta,
Eka, Paul, Weni, Robby, Rawi, Dwiki, Rendy, Leti, Heni, Inggrid, Hary, Yunela,
Desy, Kartini, Laura, Afifah, Martha, Andre, Abraham, Fizha, Yanti.
9. Adik-adikku di kampus Ecy, Grace, Samuel, Yolanda, Delviero, Yose, Anro,
Angga, Yohanes, Hotna, Edwin, Nadya, Lourena, Ana, Regina, April yang selalu
mengingatkan, mensupport dan menghibur setiap ke kampus.

Universitas Sumatera Utara


10. Bang pinem, bang ite, bang kevin, bang sam, bang andi, bang cristo yang selalu
memberikan motivasi, semangat dan pembicaraan banyak hal yang tiada hentinya.
11. Meilan Hutabarat, Arisya Fiqriyah, Faisal Fadly yang selalu memberi dukungan
dan semangat serta canda tawa setiap ketemu.
12. Teman-teman se-perjuangan Wandi Pagar Asi Napitupulu, Eki Nehemia
Pakpahan, Kristian Hutasoit, Rendy Adha Chaniago, Marzuki Anugrah, Iegi
Ginting, Iman Simanjuntak yang selalu rusuh.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala kritik, saran, dan masukan yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan agar di masa yang akan datang proposal ini lebih sempurna. Akhir kata,
penulis berharap semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 3 Desember 2018

Penulis

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor
Perhubungan Laut yang bergerak dalam bidang pengusahaan jasa kepelabuhanan. PT. Pelindo I saat ini
dalam pengembangan menuju eco Port dan salah satu sektor yang dikaji untuk mewujudkan hal itu ialah
pengolahan air buangan. Berdasarkan uji sampel dan data air limbah pada outlet drainase air buangan,
diperoleh bahwa kandungan bahan organik telah melebihi baku mutu yaitu BOD 332 mg/l, COD 626
mg/l, TSS 73 mg/l, minyak dan lemak 24 mg/l berdasarkan data nilai tertinggi. Hasil pengolahan data
rekening air, kapasitas perencanaan instalasi pengolahan air limbah sebesar 400 m3/hari. Studi
perbandingan merekomendasikan sistem pengolahan dengan menggunakan proses lumpur aktif
(activated sludge) dan unit-unit yang diperlukan terdiri dari bak pemisah lemak dengan volume 16,8 m3,
bak ekualisasi dengan volume 80 m3, bak sedimentasi awal dengan volume 50 m3, bak aerasi (activated
sludge) dengan volume 241 m3, bak sedimentasi akhir dengan volume 50 m3, dan bak desinfeksi dengan
volume 4,2 m3 dan luas lahan yang diperlukan berkisar ±184 m2. Estimasi biaya yang diperlukan dalam
pembuatan instalasi pengolahan air limbah kawasan pelabuhan PT. Pelindo I Belawan adalah sebesar
Rp. 2.153.260.000.

Kata Kunci: Air Limbah, eco port, kawasan pelabuhan, perancangan IPAL

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
PT. Pelabuhan Indonesia I (Pelindo I) is a state-owned enterprise (BUMN), a sector engaged in port
business services. PT. Pelindo I at this time in developing towards the eco port and one of the sectors
studied to make this happen is wastewater treatment . Based on the sample test and wastewater data at
the outlet drainage of waste water, obtained that organic matter content has exceeded the quality
standard namely BOD 332 mg /l, COD 626 mg /l, TSS 73 mg /l, oil and grease 24 mg /l based on the
highest value data. Result of water account data processing, the planning capacity of wastewater
treatment plants is 400 m3/day. Studies comparison recommend system processing with use activated
sludge and the units needed consist of grease trap with a volume 16.8 m3 , equalization tank with a
volume 80 m3 , first sedimentation basin with a volume 50 m3 , aeration tank ( activated sludge ) with a
volume 241 m3 , second sedimentation with a volume 50 m3 , and disinfection tank with a volume 4.2 m3
and the area needed is around ± 184 m2 . Estimated costs needed in the manufacture of wastewater
treatment plants at the port area of PT. Pelindo I Belawan is Rp. 2,153,260,000.

Keywords: Wastewater, eco port , port area , design of WWTP

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Abstrak iii
Daftar Isi v
Daftar Gambar vii
Daftar Tabel viii
Daftar Lampiran ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang I-1
1.2 Rumusan Masalah I-3
1.3 Tujuan Penelitian I-3
1.4 Ruang Lingkup I-3
1.5 Manfaat Penelitian I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah II-1
2.2 Karakteristik Air Limbah II-1
2.2.1 Karakteristik Fisik II-3
2.2.2 Karakteristik Kimia II-4
2.2.2.1 Kimia Anorganik II-4
2.2.2.2 Kimia Organik II-5
2.2.2.3 Gas II-5
2.2.2.4 Pengukuran Kandungan Organik II-6
2.2.3 Karakteristik Biologi II-7
2.3 Teknologi Pengolahan Air Limbah II-8
2.3.1 Pengolahan Pendahuluan (Preliminary Treatment) II-9
2.3.1.1 Screening II-10
2.3.1.2 Grit Removal II-10
2.3.1.3 Flow Equalization (Bak Ekualisasi) II-11
2.3.2 Pengolahan Primer (Primary Treatment) II-12
2.3.2.1 Sedimantasi Primer (Primary Sedimentation) II-12
2.3.3 Pengolahan Sekunder (secondary Treatment) II-14
2.3.3.1 Pengolahan Biologis II-14
2.3.3.1.1 Lumpur Aktif (Activated Sludge) II-16
2.3.3.1.2 Trickling Filter II-21
2.3.3.1.3 Rotary Biological Contactor (RBC) II-24
2.3.4 Disinfeksi II-27
2.4 Jurnal Teknologi Pengolahan Air Limbah Industri II-30
2.5 Air Limbah Kawasan Industri Di Pelabuhan II-31
2.6 Kegiatan Usaha PT. Pelindo I Belawan II-33
BAB III METODE PERANCANGAN
3.1 Waktu Dan Tempat III-1
3.2 Diagram Alir III-1
3.3 Tahap Perencanaan III-3
3.4 Kebutuhan Data Dan Alat III-7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN RANCANGAN IV-1
4.1 Aktivitas Kegiatan IV-1
v

Universitas Sumatera Utara


4.2 Analisis Kuantitas Air Limbah Kawasan Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan IV-1
4.2.1 Pemakaian Air Bersih Berdasarkan Rekening Air IV-1
4.2.2 Pemakaian Air Tanah IV-3
4.3 Kualitas Air Limbah Kawasan Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan IV-7
4.4 Pemilihan Proses Dan Perhitungan Desain Unit Pengolahan IV-7
4.4.1 Pemilihan Proses Instalasi Pengolhan IV-7
4.4.2 Perhitungan Desain Unit Pengolahan IV-10
4.4.2.1 Bar Screen IV-10
4.4.2.2 Bak Pemisah Lemak IV-11
4.4.2.3 Bak Ekualisasi IV-11
4.4.2.4 Bak Pengendap Awal IV-12
4.4.2.5 Bak Aerasi (Activated Sludge) IV-12
4.4.2.6 Bak Pengendap Akhir IV-14
4.4.2.7 Bak Desinfeksi IV-15
4.5 Rekapitulasi Desain IV-16
4.6 Spesifikasi Desain IV-17
4.6.1 Bak Pemisah Lemak IV-17
4.6.2 Bak Ekualisasi IV-17
4.6.3 Bak Pengendap Awal IV-17
4.6.4 Bak Aerasi IV-18
4.6.5 Bak Pengendap Akhir IV-18
4.6.6 Bak Desinfeksi IV-18
BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA RANCANGAN V-1
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan VI-1
6.2 Saran IV-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Limbah Domestik Secara Umum
Tabel 2.2 Unit Operasi dan Proses untuk Menghilangkan Konstituen Pada Air Limbah
Tabel 2.3 Kriteria Desain Tangki Sedimentasi Primer
Tabel 2.4 Kriteria Perencanaan Lumpur Aktif Standar (Konvensional)
Tabel 2.5 Jenis-Jenis Difuser dan Efisiensi Transfer Oksigen
Tabel 2.6 Kriteria Perencanaan Trickling Filter
Tabel 2.7 Kriteria Perencanaan Trickling Filter
Tabel 2.8 Hubungan Antara Konsentrasi BOD Inlet Dan Beban BOD Untuk
Mendapatkan Efisiensi Penghilangan BOD 90%
Tabel 2.9 Hubungan Antara Beban BOD dengan Efisiensi Penghilangan BOD Untuk
Air Limbah Domestik
Tabel 2.10 Karakteristik Disinfektan yang Ideal
Tabel 2.11 Perbandingan Ideal dan Aktual Disinfektan yang Umum Digunakan
Tabel 2.12 Perkiraan Karakteristik Air Limbah Pelabuhan
Tabel 3.1 Daftar Kebutuhan Data dan Alat
Tabel 4.1 Pemakaian Air Kelompok Perkantoran
Tabel 4.2 Pemakaian Air Kelompok Kegiatan Pergudangan
Tabel 4.3 Pemakaian Air Kelompok Kegiatan Tangki Timbun
Tabel 4.4 Pemakaian Air Kelompok Kegiatan Pabrik
Tabel 4.5 Perkiraan Pemakaian Air Tanah
Tabel 4.6 Rincian Perhitungan Kebutuhan Air dan Jumlah Air Limbah
Tabel 4.7 Data Kualitas Air
Tabel 4.8 Prakiraan Effluent Berdasarkan Alternatif
Tabel 4.9 Perbadingan Pemilihan Proses Berdasarkan Aspek Pembangunan IPAL
Tabel 4.10 Pemilihan Unit Pengolahan Berdasarkan Kriteria
Tabel 4.11 Kriteria Desain Bar Screen
Tabel 4.12 Kriteria Desain Bak Ekualisasi
Tabel 4.13 Rekapitulasi Detensi Waktu Pada Unit Pengolahan
Tabel 4.14 Rekapitulasi Luas Kebutuhan Lahan Unit Pengolahan
Tabel 5.1 Rencana Anggaran Baiaya
Tabel 5.2 Uraian Pekerjaan Anggaran Biaya

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komposisi Air Limbah
Gambar 2.2 Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis
Gambar 2.3 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Lumpur Aktif Standar
(Konvensional)
Gambar 2.4 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Trickling Filter
Gambar 2.5 Penampang Bak Trickling Filter
Gambar 2.6 Skema Penampang Bak Trickling Filter
Gambar 2.7 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Sistem RBC
Gambar 3.1 Diagram Alir Perencanaan
Gambar 3.2 Lokasi PT. Pelindo I cabang Belawan, Kota Medan

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Sertifikat Hasil Uji Sampel Air
Lampiran II Gambar Perancangan Unit-Unit Pengolahan Air Limbah
Lampiran II Permen LH Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Kawasan Industri

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air buangan merupakan air bekas pemakaian, baik pemakaian rumah tangga maupun
pemakaian dalam proses dan operasi industri. Air pemakaian rumah tangga, tidak hanya
dalam rumah tinggal, tetapi juga dalam kantor-kantor institusional, hotel, tempat hiburan,
daerah komersial, bahkan dalam lingkungan industri pun ada pemakaian air untuk rumah
tangga, yaitu dari fasilitas saniter seperti bak cuci (dapur, tangan), kamar mandi (bak
air/bak rendam/pancuran), kamar kecil (WC, peturasan), dan lain sebagainya. Air bekas
pemakaian rumah tangga dapat disebut dengan air limbah domestik. Sedangkan air bekas
pemakaian proses dan operasi industri dapat disebut dengan air limbah industri
(Hardjosuprapto, 2000:1).

Dewasa ini industri semakin berkembang, baik jumlah, teknologi, tingkat produksi
maupun limbah yang di hasilkan. Industri-industri khususnya yang berada di dekat aliran
sungai cenderung akan membuang limbahnya ke dalam sungai yang dapat mencemari
ekosistem air, karena pembuangan limbah industri ke dalam sungai dapat menyebabkan
berubahnya susunan kimia dan fisik air. Polutan yang dihasilkan oleh industri dapat
berupa logam berat dan panas (Bougherira et al, 2014).

Limbah rumah tangga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pencemaran
lingkungan khususnya air sungai. Karena dari limbah rumah tangga dihasilkan beberapa
zat organik dan anorganik yang dibuang dan dialirkan melalui selokan-selokan dan
akhirnya bermuara ke sungai (Milovanovic, 2007).

Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang
disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan
pencemaran lingkungan juga diakibatkan dari meningkatnya jumlah penduduk beserta
aktifitasnya. Limbah yang berbentuk cair yang tidak dikelola dengan baik bisa
menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup
lainnnya.

Upaya pencegahan timbulnya pencemaran lingkungan dan bahaya yang diakibatkannya


serta yang akan menyebabkan kerugian sosial ekonomi, kesehatan dan lingkungan, maka

Universitas Sumatera Utara


harus ada pengelolaan secara khusus terhadap limbah tersebut agar bisa dihilangkan atau
dikurangi sifat bahayanya. Selain itu, perlu diusahakan metode pengelolaan yang ramah
lingkungan serta pengawasan yang benar dan cermat oleh berbagai pihak.

Pencemaran oleh industri, diperkirakan kontribusi pencemaran organik limbah industri,


pada badan air secara rata-rata adalah 25-50 %. Program upaya untuk menurunkan
pencemaran oleh buangan limbah industri belum dapat mencapai tujuan karena adanya
kelemahan pada kemampuan pemerintah untuk memantau buangan industri dan
menerapkan baku mutu air limbah. Selain juga adanya kelemahan kemampuan industri
untuk merancang dan mengoperasikan sistem pengolahan air limbah (Supriyatno,2000).

Sebagai studi penelitian, diambil PT. Pelindo I selaku BUMN yang bergerak di bidang
jasa kepelabuhan, pelayanan peti kemas, terminal dan lain-lain. Perusahaan
memfokuskan kegiatan utamanya di bidang penyelengaraan dan pengusahaan jasa
kepelabuhan, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan
untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.

Untuk melindungi kepentingan dan ketertiban umum dari dampak lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh setiap usaha dan/atau kegiatan serta untuk menjaga peletarian fungsi
lingkungan hidup setiap orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan usaha dan/atau
kegiatan yang menghasilkan limbah wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha
dan/atau kegiatan (PP Kota Medan No.13, 2003).

Saat ini pengelolaan air buangan dari perusahaan tersebut belum memiliki instalasi
pengolahan air limbah sendiri dan pengelolaan air buangan hanya dengan meyalurkan
buangan melalui drainase menuju laut. Dan dalam waktu dekat PT. Pelindo I akan
menerapkan dan mengembangkan pelabuhan berwawasan lingkungan (ecoport) dan salah
satu aspek yang dilihat ialah pengelolaan air buangan.

Dari uraian yang telah disebutkan diatas maka, perlu dilakukan penelitian untuk
perencanaan instalasi pengolahan air limbah dengan melakukan perhitungan efisiensi
instalasi pengolahan air limbah serta perbandingan karakteristik limbah yang dihasilkan
dari PT. Pelindo I.

I-2

Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas dan kuantitas limbah yang dihasilkan PT. Pelindo I cabang
Belawan ?
2. Bagaimana teknologi pengolahan air limbah pada PT. Pelindo I cabang Belawan yang
dapat dijadikan referensi untuk pembuatan IPAL ?
3. Bagaimana perancangan instalasi pengolahan air limbah yang sesuai untuk diterapkan
pada PT. Pelindo I cabang Belawan berdasarkan studi penelitian?

1.3 Tujuan Perancangan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah :

1. Mengetahui kualitas dan kuantitas air limbah yang dihasilkan PT. Pelindo I cabang
Belawan.
2. Menentukan kapasitas dan unit-unit dalam perencanaan instalasi pengolahan air
limbah di PT. Pelindo I cabang Belawan Kota Medan.
3. Menentukan dan merancang dimensi unit instalasi pengolahan air limbah di PT.
Pelindo I cabang Belawan Kota Medan.
4. Mendapatkan dan menentukan rencana anggaran biaya dalam perencanaan instalasi
pengolahan air limbah.

1.4 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup penelitian dari tugas akhir ini antara kain sebagai berikut :

1. Penentuan kuantitas dan kualitas air limbah yang dihasilkan PT. PT. Pelindo I cabang
Belawan
2. Pemilihan metode pengolahan yang sesuai diterapkan di PT. Pelindo I cabang
Belawan.
3. Perencanaan dan perancangan bangunan instalasi pengolahan air limbah di PT.
Pelindo I cabang Belawan.
4. Perhitungan rencana anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan instalasi
pengolahan air limbah PT. Pelindo I cabang Belawan.
5. Perencanaan wilayah studi hanya dilakukan di pelabuhan belawan.

I-3

Universitas Sumatera Utara


6. Sumber air limbah yang akan diuji berasal dari outlet drainase pelabuhan Belawan.

1.5 Manfaat Perancangan


Adapun manfaat dari tugas akhir ini ialah sebagai rekomendasi perencanaan instalasi
pengolahan air limbah yang sesuai dengan karakteristik air limbah PT PT. Pelindo I
cabang Belawan serta sebagai referensi dan bahan kajian terhadap penelitian berikutnya.

I-4

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Limbah


Pengertian air limbah adalah air yang telah digunakan manusia dalam berbagai
aktivitasnya. Air limbah tersebut dapat berasal dari aktivitas rumah tangga, perkantoran,
pertokoan, fasilitas umum, industri maupun dari tempat-tempat lain. Atau, air limbah
adalah air bekas yang tidak terpakai yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia
dalam memanfaatkan air bersih.

Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga dan industri serta tempat-tempat umum
lainnya dan mengandung bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia
serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup (Kusnoputranto, 1985).

Air limbah (waste water) adalah air buangan dari masyarakat, rumah tangga, industri, air
tanah, air permukaan serta buangan lainnya (Sutapa DAI, 1999). Didalam limbah cair
terkandung zat-zat pencemar dengan konsentrasi tertentu yang bila dimasukkan ke bahan
air dapat mengubah kualitas airnya. Kualitas air merupakan pencerminan kandungan
konsentrasi makhluk hidup, energi, zat-zat, atau komponen lain yang ada dalam air.
Limbah cair mempunyai efek negative bagi lingkungan karena mengandung zat-zat
beracun yang mengganggu keseimbangan lingkungan dan kehidupan makhluk hidup
yang terdapat di dalamnya.

2.2 Karakteristik Air Limbah


Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi yang sangat
bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi secara garis besar air limbah
terdiri dari air dan padatan, dimana padatan terdiri dari zat organik yang berupa
karbohidrat, lemak, dan protein serta zat anorganik yang berupa garamgaram, logam-
logam dan butiran.

Universitas Sumatera Utara


Air Limbah

Air Bahan Padat


(99,9%) (0,1%)

Organik [protein Anorganik


(65%), karbohidrat (butiran
(25%), lemak (10%)]
garam,metal)

Gambar 2.1 Komposisi Air Limbah (Sugiharto,1987)

Tabel 2.1 Karakteristik Limbah Domestik Secara Umum


No. Parameter Satuan Minimum Maksimum Rata-rata
1 BOD mg/l 31,52 675,33 353,43
2 COD 46,62 1183,4 615,01
3 Angka Permanganat
mg/l 69,84 739,56 404,7
(KMnO4)
4 Amoniak (NH3) mg/l 10,79 158,73 84,76
5 Nitrit mg/l 0,013 0,274 0,1435
6 Nitrat mg/l 2,25 8,91 5,58
7 Klorida mg/l 29,74 103,73 66,735
8 Sulfat mg/l 81,3 120,6 100,96
9 pH mg/l 4,92 8,99 6,96
10 Zat Padat Tersuspensi mg/l 27,5 211 119,25
11 Deterjen mg/l 1,66 9,79 5,725
12 Minyak/Lemak mg/l 1 125 63
13 Cadmium (Cd) mg/l ttd 0,016 0,008
14 Timbal (Pb) mg/l 0,002 0,04 0,021
15 Tembaga (Cu) mg/l ttd 0,49 0,245
16 Besi (Fe) mg/l 0,19 70 35,1
17 Warna Pt-Co 31 150 76
18 Phenol mg/l 0,04 0,63 0,335
Sumber: Nusa Idaman Said, 2008

2.2.1 Karakteristik Fisik


a. Padatan. Padatan merupakan material yang tersuspensi atau terlarut dalam air atau air
limbah. Padatan dapat mempengaruhi kualitas limbah dengan berbagai cara. Padatan total
(total solid) merupakan sisa bahan yang tersisa setelah penguapan dan pengeringan

II-2

Universitas Sumatera Utara


sampel selanjutnya dalam oven pada suhu tertentu (103 hingga 105oC). Padatan total pada
dasrnya mencakup total padatan tersuspensi (total suspended solid), yang merupakan
porsi padatan keseluruhan ditahan oleh filter dan diukur setelah pengeringan pada suhu
105oC, dan total padatan terlarut (total dissolved solid), yang merupakan bagian yang
melewati filter berukuran pori 2 µm (atau lebih kecil) dibawah kondisi tertentu. (Standar
Method,1998)

b. Bau. Karakteristik bau paling khas dari air limbah septik berasal dari hidrogen sulfida,
yang diproduksi oleh mikroorganisme anaerob yang mengubah sulfat menjadi sulfida.
Bau telah dinilai sebagai perhatian utama publik untuk pelaksanaan fasilitas pengolahan
air limbah. Dalam bebrapa tahun terakhir, kontrol bau telah menjadi pertimbangan utama
dalam desain dan operasi pengumpulan air limbah, pengolahan, dan fasilitas pembuanga,
khususnya yang berkenaan dengan penerimaan publik dari fasilitas ini (Metcalf
&Eddy,2004)

c. Temperatur. Temperatur berpengaruh terhadap aktifitas biologis dan kimiawi dalam


air. Temperatur air limbah biasanya lebih tinggi dibanding air minum tergantung dari
lokasi dan waktu, temperatur, temperatur effluen limbah lebih tinggi atau lebih rendah
dibanding temperatur influen (Reynolds & Richards,1996)

d. Warna. Warna merupakan ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi
umum air limbah. Jika warna coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna abu-
abu muda sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang mengalami
pembusukan atau telah ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa lama. Bila warnanya
abu-abu tua atau hitam, air limbah sudah membusuk setelah mengalami pembusukan oleh
bakteri dengan kondisi anaerobik.

2.2.2 Karakteristik Kimia


2.2.2.1 Kimia Anorganik
Karakter kimia air limbah meliputi senyawa organik, senyawa anorganik dan gas.
Senyawa organik adalah karbon yang dikombinasikan dengan satu atau lebih elemen-
elemen lain (O,N,P,H). Saat ini terdapat lebih dari dua juta senyawa organik yang telah
diketahui. Senyawa anorganik terdiri atas semua kombinasi elemen yang bukan tersusun
dari karbon organik (Metcalf & Eddy,2004)

II-3

Universitas Sumatera Utara


Beberapa komponen anorganik air limbah dan air alami penting dalam membangun dan
mengendalikan kualitas air. Konsentrasi konstituen anorganik juga meningkat oleh proses
penguapan alami, yang menghilangkan sebagian air permukaan dan meninggalkan
substansi anorganik dalam air. Karena konsentrasi berbagai konstituen anorganik dapat
sangat mempengaruhi penggunaan menguntungkan dari air, adalah baik untuk memeriksa
sifat dari beberapa kosntituen. (Standar Method,1998)

a. pH. Konsentrasi ion-hidrogen merupakan parameter kualitas penting dari perairan alam
dan air limbah. Rentang konsentrasi yang cocok untuk keberadaan kehidupan sebagian
besar kehidupan biologis cukup sempit dan kritis. Air limbah dengan konsentrasi ion-
hidrogen yang merugikan ion sulit untuk ditangani dengan cara biologis, dan jika
konsentrasi tidak berubah sebelum dibuang, effluen air limbah dapat mengubah
konsetrasi di perrairan alami. (Metcalf & Eddy,2004)

b. Nitrogen. Unsur nitrogen dan fosfor sangat penting untuk pertumbuhan tanaman dan
prostia dan karena itu dikenal sebagai nutrisi atau biostimulants. Kuantitas kecil unsur-
unsur lain seperti besi juga diperlukan untuk pertumbuhan biologis, tetapi nitrogen dan
fosfor, dalam banyak kasus merupakan nutrisi penting utama. Karena nitrogen adalah
sebuah unsur pembangun penting dalam sintesis protein, data nitrogen akan dibutuhkan
untuk mengevaluasi treatability air limbah dengan proses biologis. Nitrogen yang tidak
cukup dapat mengharuskan penambahan nitrogen untuk membuat air dapat diolah.
(Metcalf & Eddy,2004)

c. Fosfor. Fosfor juga penting untuk pertumbuhan alga dan organisme biologis lainnya.
Karena ganggang berbahaya yang terdapat di permukaan air, sehingga terdapat kebutuhan
untuk mengendalikan jumlah senyawa fosfor yang memasuki perairan permukaan di
pembangunan limbah domestik dan industri dan limpasan alami. Air limbah kota
misalnya, terdapat mengandung 4-15 mg/l fosfor dalam bentuk P. (Metcalf &Eddy, 2004)

d. Surfaktan. Surfaktan memasuki badan air dari limbah industri maupun rumah tangga.
Walaupun bukan merupakan senyawa yang beracun, surfaktan dapat mempengaruhi biota
air. Deterjen dapat memberikan rasa dan bau pada konsetrasi 0,4-3 mg/l dalam air dan
klorinasi dapat meningkatkan efeknya. (Chapman,1996)

II-4

Universitas Sumatera Utara


2.2.2.2 Kimia Oragnik
Kimia organik secara umum terdiri dari kombinasi senyawa karbon, hydrogen, nitrogen
dan oksigen. Material organik pada air limbah biasanya terdiri dari protein (40-60%),
karbohidrat (25-60%), dan minyak dan lemak (8-12%). (Metcalf & Eddy,2004)

a. Minyak dan Lemak. Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai
komponen utama karbon dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam air.
Bahan-bahan tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan, manusia dan bahkan ada
dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat lainnya adalah relatif stabil, tidak
mudah terdekomposisi oleh bakteri. Minyak dan lemak adalah senyawa-senyawa organik
yang dapat diekstrak dari suatu larutan menggunakan heksan atau CFC. (Sawyer et
al.,1994)

Kandungan minyak dan lemak di dalam suatu air limbah dapat menimbulkan berbagai
masalah baik di saluran maupun di dalam instalasi pengolahan air limbah itu sendiri.
Keberadaannya di dalam air permukaan dapat mengganggu kehidupan biota serta dapat
menggangu estetika dengan terbentuknya materi-materi terapung dan lapisan film diatas
permukaan air. (Metcalf & Eddy,2004)

2.2.2.3 Gas
Gas Pada umumnya ditemukan dalam air limbah mencakup nitrogen (N2), oksigen (O2),
karbon dioksida (CO2), yang merupakan gas umum dari atmosfer dan akan ditemukan di
seluruh perairan yang terkena udara, dan hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), dan
metana (CH4) yang berasal dari dekomposisi bahan organik pada air limbah. Meskipun
tidak ditemukan dalam air limbah yang tidak diolah, gas-gas lainnya yang harus diketahui
dalam pengolahan limbah yaitu klorin (Cl2) dan ozon (O3) (untuk desinfeksi dan kontrol
bau), dan oksida sulfur dan nitrogen (proses pembakaran).

2.2.2.4 Pengukuran Kandungan Organik


Untuk menentukan kandungan organik dalam air limbah cair umumnya dipakai parameter
Biological Oxygen Demand (BOD), dan Chemical Oxygen Demand (COD).

II-5

Universitas Sumatera Utara


a. Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD adalah jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk
mengoksidasi semyawa organik yang ada dalam limbah. Hasil analisa BOD menunjukkan
besarnya kandungan senyawa organik yang dapat terbiodegradasi. (Driyanti Rahayu,
2007)

Biological Oxygen Demand merupakan analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Dalam analisis
BOD dilakukan pula pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO) yang digunakan
mikroorganisme dalam reaksi oksidasi terhadap materi organik, dan standar yang
digunakan reaksi oksidasi dalam kurun waktu 5 hari pada suhu 20oC. Pemeriksaan BOD
dilakukan untuk menentukan beban pencemaran akibat buangan dan untuk merancang
sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar. Prinsip pemeriksaan BOD didasarkan
atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut
berlangsung karena adanya bakteri. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon
dioksida, air dan amoniak. Dengan demikian zat organik yang ada dalam air diukur
berdasarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organik
tersebut. (Alaerts dan Santika,1987)

b. Chemical Oxygen Demand (COD)


Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah jumlah kebutuhan
oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi zat-zat organik. Angka COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi
melaui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya kandungan oksigen di
dalam air. Hasil pengukuran COD dapat dipergunakan untuk memperkirakan BOD
ultimate atau nilai BOD tidak dapat ditentukan karena bahan-bahan beracun.

Reaksi utama menggunakan dikromat sebagai agen pengoksidasi dapat direpresentasikan


secara umum dengan persamaan tidak seimbang berikut:

Material organik (CaHbOc) + Cr2O7-2 + H+ catalyst heat Cr+3 + CO2 + H2O

Tes COD juga digunakan untuk mengukur bahan organik dalam limbah industri dan kota
yang mengandung senyawa yang beracun bagi kehidupan biologis. COD limbah secara

II-6

Universitas Sumatera Utara


umum lebih tinggi dari BOD karena senyawa kimia lebih dapat teroksidasi daripada yang
bisa teroksidasi secara biologis. Untuk berbagai jenis limbah adalah mungkin untuk
mengkorelasikan BOD dengan COD. Ini dapat sangat berguna karena COD dapat
ditentukan dalam tiga jam, dibandingkan dengan lima hari untuk BOD. Setelah dikorelasi
telah ditetapkan, pengukuran COD dapat digunakan untuk mengontrol instalasi
pengolahan dan operasi (Standard Method,1998)

2.2.3 Karakteristik Biologi


Karakteristik biologi pada air limbah merupakan hal yang penting untuk diketahui karena
digunakan untuk mengontrol potensi terjadinya penyakit-penyakit bagi kehidupan
manusia yang ditimbulkan oleh organisme patogen. Selain itu, reaksi-reaksi dalam air
limbah seperti dekomposisi juga banyak melibatkan bakteri dan mikroorganisme lainnya.
Organisme patogen yang ditemukan dalam air limbah dapat bersumber dari manusia
ataupun hewan yang terinfeksi oleh penyakit tertentu, atau yang menjadi pembawa
(carier) untuk infeksi penyakit tertentu. Organisme patogen yang ditemukan dalam air
limbah dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori, antara lain ialah bakteri, protozoa,
helmints, dan virus.

Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme terpenting dalam sistem penanganan


limbah. Bakteri ada yang bersifat patogen sehingga merugikan dan ada yang bersifat non-
patogen. Bakteri patogen bermacam-macam bentuk dan jenisnya sehingga sulit dideteksi.
Yang paling berbahaya adalah bakteri coli (E-Coli dan Streptococci). Bakteri coli berasal
dari usus manusia dan makhluk hidup lain (ayam, sapi, itik, babi). Selain itu pada air
limbah juga ditemukan ganggang (fitoplankton) yang hidup dengan memanfaatkan
nutrien serta jamur yang bermanfaat dalam menguraikan senyawa karbon.

Analisa mikrobiologi untuk bakteri-bakteri tersebut maka diperlukan adanya indikator


organisme. Indikator organisme menunjukkan adanya pencemaran oleh tinja manusia dan
hewan sehingga mudah dideteksi. Dengan demikian bila indikator organisme tersebut
ditemui dalam sampel air, berarti air tersebut tercemar oleh tinja dan kemungkinan besar
mengandung bakteri patogen. Analisis menggunakan indikator organisme adalah metode
yang paling umum dan dilaksanakan secara rutin. (Gunawan,2006)

II-7

Universitas Sumatera Utara


2.3 Teknologi Pengolahan Air Limbah
Tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel tercampur,
dan membunuh mikroorganisme pathogen, serta menghilangkan bahan nutrisi, komponen
beracun yang tidak dapat didegradasi (Sugiharto, 1987). Air limbah diolah dalam unit
pengolahan sehingga air effluentnya bisa dibuang ke badan air tanpa menimbulkan
gangguan.
Menurut Moersidik 1996, tujuan pengolahan limbah cair adalah:
• Mengurangi jumlah padatan tersuspensi
• Mengurangi jumlah padatan terapung
• Mengurangi jumlah bahan organik
• Membunuh bakteri patogen
• Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan beracun
• Mengurangi unsur nutrisi (N dan P) yang berlebihan
• Mengurangi unsur lain yang dianggap dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
ekosistem

Metode yang digunakan untuk mengolah air limbah sering disebutkan sebagai unit
operasi atau unit proses. Secara umum, unit operasi melibatkan penghilangan
kontaminan dengan menggunakan gaya fisika, sementara unit proses melibatkan reaksi
kimia dan atau biologis.

Unit operasi dan unit proses yang umumnya digunakan dalam pengolahan air limbah
dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Unit Operasi dan Proses untuk Menghilangkan Konstituen Pada Air limbah
Kontaminan Unit Operasi atau Unit Proses
Padatan Tersuspensi Screening Grit Flotasi Pengendapan
Removal kimia Depth
Sedimentasi Filtration
High-Rate Clarification Surface filtration

II-8

Universitas Sumatera Utara


Kontaminan Unit Operasi atau Unit Proses
Organik yang biologis Lagoon variations Sistem
dapat terurai secara fisik kimia Oksidasi kimia
(biodegradable) Advanced oxidation Filtrasi
membran
Variasi pertumbuhan Aerobik Suspended Variasi
pertumbuhan Aerobik Attached Variasi
pertumbuhan Anaerobik Suspended
Variasi pertumbuhan Anaerobik Attached
Nutrien Oksidasi kimia (breakpoint chlorination)
Nitrogen Variasi pertumbuhan nitrifikasi dan denitrifikasi Fixed-
film nitrification dan denitrification variations
Air Stripping
Phosphorus Pertukaran ion
Pengolahan kimia
Penghilangan Fosforus secara Biologis
Nitrogen & phosphorus
Variasi Penghilangan Nutrien secara Biologis
Pathogen Chlorine compounds Ozone
Chlorine dioxide Radiasi Ultraviolet (UV)
Koloidal dan Membranes Carbon Adsorption
padatan Pengolahan kimia Pertukaran ion
terlarut
Volatile Organik Air stripping Advanced oxidation
Compounds (VOC) Adsorpsi karbon
Bau Chemical scrubbers Biofilters
Carbon adsorption Compost filters
Sumber : Metcalf dan Eddy, 2004

2.3.1 Pengolahan Pendahuluan (Preliminary Treatment)


Dalam pengolahan air dan air limbah, pengolahan pendahuluan mungkin diperlukan
untuk menghilangkan pengotor tertentu atau untuk membuat air atau air limbah dapat
menerima pengolahan berikutnya.

Dalam pengolahan air limbah kota dan industri, pengolahan pendahuluan seperti
screening dan shredding, grit removal, flow equalization, quality equalization dan
netralisasi mungkin diperlukan. Untuk air limbah kota, screening dan shredding dan
grit removal selalu diperlukan untuk kinerja instalasi pengolahan yang baik.

2.3.1.1 Screening
Screening atau biasa disebut dengan bar screen digunakan dalam pengolahan air limbah
kota atau industri, untuk menghilangkan padatan kasar berupa potongan-potongan kayu,
bahan-bahan dari plastik, dan kain. Padatan yang disaring kemudian dibuang ke wadah
yang terletak di belakang screen untuk penyimpanan sebelum dibuang. Peran utama

II-9

Universitas Sumatera Utara


screening adalah untuk menghilangkan bahan-bahan kasar dari aliran yang dapat merusak
peralatan proses selanjutnya, mengurangi keandalan dan efektivitas proses pengolahan
secara keseluruhan, atau mencemari saluran air. Fine screen kadang-kadang digunakan
di tempat setelah coarse screen, dimana penghilangan padatan yang lebih besar
diperlukan untuk melindungi peralatan proses atau menghilangkan bahan-bahan yang
dapat menghambat penggunaan kembali dari biosolids. (Reynolds & Richards, 1996).

Umumnya bar screen terbuat dari batangan besi/baja yang dipasang miring ke suatu
kerangka yang melintang saluran. Ditempatkan dengan kemiringan 30 o sampai 45o dari
horizontal (Metcalf & Eddy, 2004). Tebal batang biasanya 5 sampai 15 mm dengan jarak
antar batang 25 sampai 50 mm yang diatur sehingga tinja lolos. Bar screen didesain
dengan perencanaan pada aliran puncak (Qasim, 1985).

2.3.1.2 Grit Removal


Penghilangan grit dari air limbah dapat dicapai dalam grit chamber atau dengan
pemisahan sentrifugal padatan. Grit chamber yang dirancang untuk menghapus grit, yang
terdiri dari pasir, kerikil, arang, atau bahan padat lainnya yang memiliki velocity atau
specific gravity lebih besar daripada zat padat organik dalam limbah cair. Grit chamber
paling umum terletak setelah bar screen dan sebelum tangki sedimentasi primer. Tangki
sedimentasi primer memiliki fungsi utama untuk menghilangkan padatan organik berat.
Dalam beberapa instalasi, grit chamber mendahului fasilitas screening. Umumnya,
pemasangan fasilitas screening sebelum grit chamber membuat operasi dan pemeliharaan
fasilitas grit removal lebih mudah. (Reynolds & Richards, 1996).

Grit chamber disediakan untuk melindungi peralatan mekanis bergerak dari abrasi dan
keausan normal yang menyertainya, mengurangi frekuensi digester cleaning yang
disebabkan oleh akumulasi grit yang berlebihan. Grit removal sangat penting untuk
dipasang di depan sentrifugal, heat exchangers, dan high-pressure diaphragm pumps.
(Metcalf & Eddy, 2004).

Ada tiga jenis grit chamber: aliran horisontal, baik dari konfigurasi baik segi empat atau
persegi; tipe aerated; atau vortex. Pada tipe aliran horisontal, aliran melewati chamber
dalam arah horisontal dan kecepatan garis lurus dari aliran dikontrol oleh dimensi unit,
gerbang distribusi influen, dan weir pada akhir efluen. Jenis aerated terdiri dari tangki

II-10

Universitas Sumatera Utara


aerasi aliran spiral di mana akan dipasok ke dalam unit. Jenis vortex terdiri dari sebuah
tangki silinder di mana aliran tangensial memasuki chamber dan membentuk sebuah pola
aliran pusaran kekuatan sentrifugal dan gravitasi menyebabkan pasir untuk terpisahkan.
(Metcalf & Eddy, 2004).

2.3.1.3 Flow Equalization (Bak Ekualisasi)


Flow Equalization merupakan peredaman variasi laju aliran untuk mencapai suatu laju
aliran konstan atau hampir konstan dan dapat diterapkan dalam sejumlah situasi yang
berbeda, tergantung pada karakteristik sistem pengumpulan. Waktu detensi di bak
ekualisasi maksimum 30 menit untuk mencegah terjadinya pengendapan dan
dekomposisi air limbah. Tinggi muka air saat kondisi puncak harus berada dibawah aliran
masuk agar tidak terjadi aliran balik. Setelah keluar dari bak ekualisasi ini, debit air
buangan yang berfluktuasi akan menjadi debit rata-rata.

Manfaat utama dari aplikasi bak ekualisasi antara lain, pengolahan biologis ditingkatkan,
karena shock loading dihilangkan atau dapat diminimalisir, zat penghambat dapat
diencerkan, dan pH dapat distabilkan, kualitas effluen dan kinerja tangki sedimentasi
sekunder setelah pengolahan biologis ditingkatkan melalui peningkatan konsistensi
dalam pemuatan padatan, kebutuhan luas permukaan filtrasi efluen dikurangi, filter
kinerja ditingkatkan, dan siklus filter-backwash yang lebih seragam dimungkinkan
dengan muatan hidrolik yang lebih rendah dalam pengolahan kimia, redaman loading
massa meningkatkan kontrol pakan kimia dan keandalan proses. Kekurangan dari flow
equalization meliputi, yaitu memerlukan area atau lokasi yang relatif besar, fasilitas
ekualisasi mungkin harus menanggung kontrol bau dekat daerah perumahan, operasi dan
pemeliharaan tambahan diperlukan, dan biaya modal meningkat. (Metcalf & Eddy, 2004).

2.3.2 Pengolahan Primer (Primary Treatment)


Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan partikel-artikel
padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga
partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak
akan berada diatas/permukaan (disebut grease). Instalasi pada tahap pengolahan primer
diantaranya adalah sedimentasi primer dan flotasi.

II-11

Universitas Sumatera Utara


2.3.2.1 Sedimentasi Primer (Primary Sedimentation)
Tujuan sedimentasi awal adalah untuk menghilangkan zat padat yang tersuspensi.
Partikel tertentu, seperti padatan limbah kertas, pulp atau domestik, akan menggumpal
pada saat partikel tersebut menuju dasar tangki sedimentasi, sehingga mempengaruhi laju
pengendapan (Gunawan,2006)

Tujuan utama dari sedimentasi primer adalah untuk menghilangkan settleable solid dan
material mudah mengambang dan dengan demikian mengurangi kandungan padatan
tersuspensi. Sedimentasi primer digunakan sebagai langkah awal dalam pengolahan lebih
lanjut dari air limbah. Rancangan dan pengoperasian yang efisien dari tangki sedimentasi
primer harus menghilangkan dari 50-70% dari padatan tersuspensi dan dari 25-40% BOD.
(Metcalf & Eddy, 1985)

Tangki sedimentasi juga telah digunakan sebagai tangki retensi stormwater, yang
dirancang untuk memberikan waktu detensi sedang (10 sampai 30 menit) untuk overflow
baik dari combined sewers maupun storm sewers. Tujuannya sedimentasi ini adalah untuk
menghapus sebagian besar dari padatan organic yang kemudian dapat dilepas langsung
ke badan air penerima.Tangki sedimentasi juga telah digunakan untuk menyediakan
waktu detensi yang cukup untuk desinfeksi efektif untuk aliran tersebut.

Efisiensi bak sedimentasi yang berkaitan dengan penghilangan BOD dan TSS berkurang
dengan arus putaran yang dibentuk oleh inersia dari cairan yang masuk, sirkulasi sel
terinduksi angin yang terbentuk pada tangki terbuka, arus konveksi termal, air dingin atau
hangat menyebabkan pembentukan kepadatan arus yang bergerak sepanjang bagian
bawah bak dan air hangat yang naik dan mengalir di bagian atas tangki, dan stratifikasi
termal di iklim kering panas. (Metcalf & Eddy, 2004).

Kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan ukuran bak sedimentasi adalah :


surface loading (beban permukaan), kedalaman bak, dan waktu tinggal. Cara menghitung
beban permukaan adalah:
Vo = Q/A Pers. 2.1 (Said,2017)
Vo = laju limpahan / beban permukaan (m3/m2hari)
Q = aliran rata-rata harian (m3/hari)
A = total luas permukaan (m2)

II-12

Universitas Sumatera Utara


Surface loading sering juga disebut dengan istilah overflow rate.
Secara umum, tipe sedimentasi primer terdiri atas 3 jenis, yaitu horizontal flow, solids
contact, dan inclined surface. Pada penjernih (clarifier) jenis aliran horizontal, gradien
kecepatan secara dominan berada di arah horizontal, yang secara fisik dapat berupa
persegi panjang (rectangular), persegi empat (square), maupun sirkular (circular).

Menurut Qasim (1985), keuntungan penggunaan penjernih persegi panjang (rectangular


clarifier) dibandingkan penjernih sirkular (circular clarifier) di antaranya adalah
membutuhkan area yang lebih sedikit ketika beberapa unit dioperasikan, memberikan
keuntungan ekonomi dengan menggunakan common walls untuk beberapa unit, lebih
mudah dalam mengontrol bau, menyediakan waktu perjalanan yang lebih panjang untuk
terjadinya pengendapan, menyediakan lebih sedikit sirkuit pendek, menghasilkan
kehilangan yang lebih sedikit di bagian inlet dan outlet, membutuhkan konsumsi tenaga
yang lebih sedikit untuk pengumpulan dan penghilangan lumpur. Meskipun demikian,
keuntungan tersebut juga diikuti kerugian di antaranya, adanya kemungkinan area mati
(dead spaces), sensitif terhadap peningkatan debit secara tiba-tiba (flow surge), dan Biaya
perawatan tinggi terutama untuk penghilangan lumpur.
Kriteria desain untuk sedimentasi primer dengan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Kriteria Desain Tangki Sedimentasi Primer


Nilai
Parameter
Rentang Tipikal
Waktu Tinggal, jam 1.5 – 2.5 2.0
Laju Overflow, m3/m2.hari
Debit Rata-Rata 32 – 48
Debit Puncak 80 – 120 100
3
Beban Weir, m /m.hari 125 – 500 250
Dimensi bak, m
Kedalaman 3–5 3.6
Panjang 15 – 90 25 – 40
Lebar 3 – 24 6 – 10
Sumber : Peavy, Rowe, & Tchobanoglous, 1987

II-13

Universitas Sumatera Utara


Untuk menghitung persentase removal dari BOD dan TSS pada unit sedimentsi adalah
dengan menggunakan rumus
𝐵𝑂𝐷𝑖𝑛−𝐵𝑂𝐷𝑜𝑢𝑡
%BOD Removal = 𝑥100% Pers. 2.2
𝐵𝑂𝐷𝑖𝑛
𝑇𝑆𝑆𝑖𝑛−𝑇𝑆𝑆𝑜𝑢𝑡
%TSS Removal = 𝑥100% Pers. 2.3
𝑇𝑆𝑆𝑖𝑛

2.3.3 Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)


Effluen yang berasal dari pengolahan primer masih mengandung 40-50% jumlah padatan
tersuspensi dan secara virtual seluruh padatan terlarut dan padatan inorganik. (Peavy,
Rowe, & Tchobanoglous, 1987).

Untuk memenuhi standar baku mutu, fraksi organik ini, baik padatan tersuspensi maupun
padatan terlarut harus direduksi. Penghilangan organik ini mengacu pada pengolahan
sekunder, yang dapat terdiri dari proses kimia-fisika maupun proses biologis. Kombinasi
dari operasi kimia-fisika seperti koagulasi, microscreening, filtrasi, oksidasi kimia,
adsorpsi karbon, dan proses lain dapat digunakan untuk menghilangkan padatan dan
mereduksi BOD sampai pada batas yang dapat diterima. Meskipun demikian proses ini
merupakan opsi yang berbiaya tinggi baik secara kapital maupun operasional sehingga
jarang digunakan. Pada prakteknya, proses biologis merupakan proses yang umum
digunakan sebagai pengolahan sekunder bagi air limbah.

2.3.3.1 Pengolahan Biologis


Di dalam proses pengolahan air limbah khususnya yang mengandung polutan senyawa
organik, teknologi yang digunakan sebagian besar menggunakan aktivitas
mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutan organik tersebut. Proses
pengolahan air limbah dengan aktifitas mikroorganisme biasa disebut dengan proses
biologis.

Penghilangan partikulat dan BOD karbon terlarut dan stabilisasi materi organik yang
ditemukan dalam air limbah dilakukan secara biologis dengan menggunakan berbagai
mikroorganisme, terutama bakteri. Mikroorganisme digunakan untuk mengoksidasi atau
mengubah materi organik terlarut dan partikel karbon menjadi produk akhir yang
sederhana dan biomassa tambahan, yang diwakili oleh persamaan berikut untuk oksidasi
biologis aerobik bahan organik,

II-14

Universitas Sumatera Utara


v1(material organik) + v2O2 + v3NH3 + v4PO43- mikroorganisme v5(sel baru) +v6CO2 + v7H2O
di mana: vi = koefisien stoikiometri.
Dalam Persamaan, oksigen (O2), amonia (NH3), dan fosfat (PO43-) digunakan untuk
mewakili nutrisi yang dibutuhkan untuk konversi dari bahan organik untuk produk akhir
yang sederhana [yaitu karbon dioksida (CO2) dan air]. Mikroorganisme juga digunakan
untuk menghilangkan nitrogen dan fosfor dalam proses pengolahan air limbah. Bakteri
tertentu mampu mengoksidasi amonia (nitrifikasi) menjadi nitrit dan nitrat, sementara
bakteri lainnya dapat mengurangi nitrogen teroksidasi menjadi gas nitrogen. Untuk
penghilangan fosfor, proses biologis dikonfigurasi untuk mendorong pertumbuhan
bakteri dengan kemampuan untuk mengambil dan menyimpan sejumlah besar fosfor
anorganik.

Karena biomassa memiliki berat jenis sedikit lebih besar dari air, biomassa dapat
dihilangkan dari air limbah yang diolah dengan pengendapan gravitasi. Penting untuk
dicatat bahwa kecuali biomassa yang dihasilkan dari bahan organik akan dihapus secara
periodik, pengolahan lengkap belum dicapai karena biomassa, yang merupakan organik,
akan diukur sebagai BOD dalam efluen. Tanpa penghilangan biomassa dari cairan yang
diolah, pengolahan yang dicapai hanyalah yang terkait dengan oksidasi bakteri dari
bagian dari materi organik yang ada pada awalnya.

II-15

Universitas Sumatera Utara


Conventional/Standard
Activated Sludge

Step Aeration

Contact Stabilization
Proses Biomassa
Tersuspensi
Suspended Culture Extended Aeration

Oxidation Ditch

Lain-lain

Trickling
Filter/Biofilter

Rotating Biological
Proses Biomassa Contactor
Pengolahan Air
Limbah Secara Melekat (Attached
Biologis Culture) Contact
Oxidation/Contact

Lain-lain

Lagoon/Kolam

Gambar 2.2 Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis

2.3.3.1.1 Lumpur Aktif (activated sludge)


Proses lumpur aktif (activated sludge) adalah salah satu proses yang berhubungan dengan
pengolahan air limbah domestic dan air limbah industri dan dikembangkan pada sekitar
1912-1914. Ada berbagai macam desain, tetapi pada prinsipnya semua proses lumpur
aktif terdiri dari tiga komponen utama: sebuah bak atau tangki aerasi, yang berfungsi

II-16

Universitas Sumatera Utara


sebagai reaktor biologis, sebuah bak atau tangki pengendapan akhir (final clarifier) untuk
pemisahan padatan dari lumpur aktif dan air limbah dan air limbah yang telah diolah,
serta peralatan sirkulasi lumpur aktif (return activated sludge,RAS) yang berfungsi untuk
mentransfer lumpur aktif yang mengendap di bak pengendap akhir ke influen dari bak
aerasi. Campuran air limbah dan biomassa di dalam bak aerasi umumnya dikenal sebagai
mixed liquor suspended solids (MLSS). Efisiensi penghilangan dipengaruhi oleh
beberapa faktor berbeda seperti waktu tinggal hidrolik (hydraulic residence time,HRT) di
dalam bak aerasi, yang didefenisikan sebagai volume bak aerasi dibagi dengan debit air
limbah yang masuk. Faktor lain adalah influen yakni konsentrasi zat organic (BOD,
COD), konsentrasi amoniak, suplai udara atau oksigen, pengaruh suhu dan lainnya.

Sistem ini mempunyai efisiensi penguraian polutan organic yang sangat bagus dan cocok
diterapkan pada daerah dimana lahan tidak cukup tersedia. Dibandingkan sistem biologis
lain seperti facultative lagoon, sistem lumpur aktif memiliki beberapa keunggulan
berikut:
• Kualitas hasil olahan terutama pH dan kandungan oksigen lebih bagus
• Kebutuhan lahan untuk IPAL relative kecil
• Cocok untuk kandungan polutan organik (BOD, COD) yang tidak terlalu tinggi
(dibawah 3000 mg/l)
• Konsentrasi BOD pada air hasil olahan dapat mencapai lebih rendah dari 25 mg/l

Secara umum proses biologis yang terdapat dalam sistem aerasi biologis atau lebih
dikenal dengan Activated Sludge adalah sebagai berikut. Air limbah yang mengalir
kedalam bak aerasi (aeration basin) mengandung material organik (BOD) sebagai suplai
makanan. Bakteri memetabolisasi sampah organik tersebut, menghasilkan pertumbuhan
dengan mengambil oksigen terlarut dan melepaskan karbon dioksida.

Protozoa menggunakan bakteri sebagai energy untuk bereproduksi. Beberapa


pertumbuhan microbial mati, melepaskan isi kandungan sel kedalam air limbah untuk
proses resintesis. Setelah penambahan populasi besar mikroorganisme, aerasi air limbah
selama beberapa jam menghilangkan material organik dari air limbah melalui sintesis
kedalam sel microbial. Mixed liquor secara kontinyu ditransfer kedalam clarifier untuk
pemisahan flok biologis secara gravitasi dan melepaskan efluen yang telah melalui

II-17

Universitas Sumatera Utara


pengendapan. Flok yang mengendap dikembalikan secara kontinyu kedalam bak aerasi
untuk pencampuran dengan air limbah yang baru memasuki bak aerasi. (Hammer, 2008).

Suspensi cair mikroorganisme dalam bak aerasi secara umum dikenal dengan mixed
liquor, dan pertumbuhan biologis disebut sebagai Mixed Liquor Suspended Solid
(MLSS). Nama lumpur aktif atau activated Sludge diambil berdasarkan suspensi biologis
yang dikembalikan ke bak aerasi, karena berbentuk seperti lumpur dan sangat aktif dalam
menghilangkan material organic terlarut dari air limbah. Proses ekstraksi ini merupakan
respon metabolik dari bakteri dalam keadaan respirasi endogen atau membutuhkan
makanan. Proses activated sludge merupakan proses aerobic karena endapan biologis
tersuspensi dalam mixed liquor yang mengandung oksigen. (Hammer, 2008).

Variabel perencanaan (variable design) yang umum digunakan dalam proses pengolahan
air limbah dengan sistem lumpur aktif (Davis dan Cornwell, 1985; Verstraete dan
Vaerenbergh,1986) adalah sebagai berikut :
a. Beban BOD (BOD Loading rate)
Beban BOD adalah jumlah massa BOD di dalam air limbah influen dibagi dengan volume
reaktor.
𝑄 𝑥 𝑆0
Beban BOD (kg/m3.hari) = Pers. 2.4
𝑉

Q = debit air limbah influen (m3/hari)


So = konsentrasi BOD dalam air limbah influen (kg/m3)
V = volume reaktor (m3)

b. Mixed-Liquour Suspended Solids


MLSS adalah jumlah dari bahan organik dan mineral berupa padatan terlarut termasuk
mikroorganisme do dalam mixed liquor (Ignasius, 1999). MLSS merupakan jumlah total
dari padatan tersuspensi yang berupa material organik dan mineral, termasuk di dalamnya
adalah mikroorganisme. MLSS ditentukan dengan cara menyaring lumpur campuran
dengan kertas saring (filter), kemudian filter dikeringkan pada temperatur 105oC, dan
berat padatan ditimbang.

II-18

Universitas Sumatera Utara


c. Mixed-Liqour Volatile Suspended Solids
Porsi organik pada MLSS diwakili oleh MLVSS, yang berisi material organik bukan
mikroba, mikroba hidup dan mati, dan hancuran sel (Nelson dan Lawrence 1980).
MLVSS diukur dengan memanaskan terus sampel filter yang telah kering pada suhu 600-
650oC, dan nilainya mendekati 65-75% dari MLSS.

d. Food-to-Microorganism ratio atau Food-to-Mass-Ratio (F/M ratio)


Parameter ini menunjukkan jumlah zat organik (BOD) yang dihilangkan dibagi dengan
jumlah massa mikroorganisme di dalam bak aerasi atau reaktor. Besarnya ditunjukkan
dalam kilogram BOD per kilogram MLSS per hari.

e. Hidraulic Retention Time (HRT)


HRT adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh larutan influen masuk dalam tangki
aerasi untuk proses lumpur aktif; nilainya berbanding terbalik dengan laju pengenceran
(dilution rate, D).

f. Hidraulic Recycle Ratio


Hidraulic Recycle Ratio adalah perbandingan antara jumlah lumpur yang disirkulasi ke
bak aerasi dengan jumlah air limbah yang masuk ke dalam aerasi.

g. Umur lumpur (Sludge Age)


Parameter ini menunjukkan waktu tinggal rata-rata mikroorganisme dalam sistem lumpur
aktif. Jika HRT memerlukan waktu dalam jam, maka waktu tinggal sel mikroba dalam
bak aerasi dapat dalam hitungan hari. Parameter ini berbanding terbalik dengan laju
pertumbuhan mikroba.
Kelebihan yang dimiliki dalam pengolahan activated sludge adalah :
a. Efisiensi pengolahan baik dengan kemampuan removal yang besar
b. Hasil yang diperoleh memiliki kualitas effluent yang lebih baik (TSS lebih banyak
dihilangkan)
c. Memiliki kemampuan untuk mengadaptasikan dirinya pada kondisi influent air
buangan yang melonjak secara tiba-tiba, walaupun memang kondisi yang optimal
akan dicapai pada kondisi influent yang lebih konstan dan teratur
d. Dapat mengolah air limbah dengan beban BOD yang besar, sehingga luas lahan yang
dibutuhkan relatif tidak terlalu besar.

II-19

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan, kelemahan yang dimiliki dalam penggunaan activated sludge adalah:
a. Mekanisme kontroling dan prosesnya kompleks sehingga memerlukan ketelitian
lebih agar beroperasi dengan baik.
b. Adanya kemungkinan terjadinya bulking pada lumpur aktif, terdapat buih, dan
jumlah lumpur yang dihasilkan cukup besar .
c. Dibutuhkan tenaga ahli yang berkualitas untuk menjadi operator.
d. Biaya operasional dan kapitalnya lebih tinggi.

Gambar 2.3 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Lumpur Aktif
Standar (Konvensional)

Tabel 2.4 Kriteria Perencanaan Lumpur Aktif Standar (Konvensional)


Beban BOD
BOD – MLSS Loading 0,2 - 0,4 kg/kg.hari
BOD – Volume Loading 0,3 - 0,8 kg/m3.hari
MLSS 1500- 2000 mg/l
Umur Lumpur 2-4 hari
Kebutuhan Udara(Qudara/Qair) 3-7
Waktu Aerasi (T) 6-8 Jam
Rasio Sirkulasi Lumpur (Qlumpur/Qair Limbah) 20-40%
Efisiensi Pengolahan 85-95%
Sumber: Nusa Idaman Said,2017

Cara yang paling mudah untuk pengecekan apakah oksigen yang disuplai ke dalam tangki
aerasi proses lumpur aktif cukup atau tidak, dapat dilihat dari oksigen terlarut (DO) air
limbah di dalam kolam aerasi maupun aerasi di air hasil olahan. DO yang
direkomendasikan adalah antara 2-4 mg/l.

II-20

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.5 Jenis-Jenis Difuser dan Efisiensi Transfer Oksigen
Tipe Aerator dan Difuser Kedalaman Air (m) Efisiensi Transfer Oksigen (%)
Fine Bubble
Tube-Spiral Roll 4,5 15-20
Domes-Full Floor Coverage 4,5 27-31
Coarse Bubble 4,5 10-31
Tubes-Spiral Roll 4,5 10-13
Spargers-Spiral Roll 4,5 8,6
Jet Aerators 4,5 15-24
Static Aerators 9 10-11
Turbine 25-30
Surface Aerator
Low Speed 3,6 -
High Speed 3,6 -
Sumber: Nusa Idaman Said, 2017

2.3.3.1.2 Trickling Filter


Pengolahan air limbah dengan proses trickling filter adalah proses pengolahan dengan
cara menyebarkan air limbah ke dalam suatu tumpukan atau unggun media yang terdiri
dari bahan batu pecah (kerikil), bahan keramik, sisa tanur (slag), medium dari bahan
plastik atau lainnya. Dengan cara demikian maka pada permukaan medium akan tumbuh
lapisan biologis (biofilm) seperti lendir, dan lapisan biologis tersebut akan kontak dengan
air limbah dan akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.

Proses pengolahan air limbah dengan trickling filter pada dasarnya hampir sama dengan
sistem lumpur aktif, di mana mikroorganisme berkembang biak dan menempel pada
permukaan media penyangga.

Gambar 2.4 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Trickling Filter

Pertama, air limbah dialirkan ke dalam bak pengendapan awal untuk mengendapkan
padatan tersuspensi (suspended solids), selanjutnya air limbah dialirkan ke bak trickling

II-21

Universitas Sumatera Utara


filter melalui pipa berlubang yang berputar. Dengan cara ini maka terdapat zona basah
dan kering secara bergantian sehingga terjadi transfer oksigen ke dalam air limbah. Pada
saat kontak dengan media trickling filter, air limbah akan kontak dengan mikroorganisme
yang menempel pada permukaan media, dan mikroorganisme inilah yang akan
menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.

Air limbah yang masuk ke dalam bak trickling filter selanjutnya akan keluar melalui pipa
under-drain yang ada di dasar bak dan keluar melalui saluran efluen. Dari saluran efluen
dialirkan ke bak pengendapan akhir dan air limpasan dari bak pengendapan akhir adlah
merupakan air olahan.

Lumpur yang mengendap di dalam bak pengendapan akhir selanjutnya disirkulasikan ke


inlet bak pengendapan awal. Gambar penampang bak trickling filter dapat ditunjukkan
pada gambar 2.5 dan 2.6

Gambar 2.5 Penampang Bak Trickling Filter

Gambar 2.6 Skema Penampang Bak Trickling Filter

II-22

Universitas Sumatera Utara


Di dalam operasional trickling filter secara garis besar dibagi menjadi dua yakni trickling
filter standar (low rate) dan trickling filter kecepatan tinggi. Parameter desain untuk
trickling filter standard an trickling filter kecepatan tinggi ditunjukkan pada tabel 2.4

Tabel 2.6 Kriteria Perencanaan Trickling Filter


Parameter Trickling Filter Standar Trickling Filter (High Rate)
Beban Hidrolik m3/m2.hari 0,5 - 4 8 - 40
Beban BOD kg/m3.hari 0.08 - 4 0,4 - 4,7
Jumlah Mikroorganisme
4,75 - 7,1 3,3 - 6,5
(kg/m3.media)
Stabilitas Proses Stabil Kurang Stabil
BOD air olahan ≤ 20 Fluktuasi
Nitrat dalam air olahan Tinggi Rendah
Efisiensi Pengolahan 90-95 ± 80
Sumber: Gesuidou Shiketsu Shisshin to Kaisetsu, Nihon Gesuidou Kyoukai (Japan Sewage Work
Association), 1984 di dalam Nusa Idaman Said,2017.

Tabel 2.7 Kriteria Perencanaan Trickling Filter


Parameter Trickling Filter Trickling Filter Trickling Filter
Kecepatan Kecepatan Sedang Kecepatan
Rendah (Intermediate Tinggi (High
(Konvensional) Rate) Rate)
Beban Hidrolik m3/m2.hari 1-4 4-10 10-40
Beban BOD kg/m3.hari 0,08-0,32 0,28-0,48 0,32-1,0
Kedalaman, m 1,5-3,0 1,25-2,5 1,0-2,0
Rasio Resirkulasi 0 0-1,0 1-3;2-1
Media Filter Batu Pecah,
Batu Pecah, slag Batu Pecah, slag slag, material
sintetis
Kebutuhan Tenaga kW/103
2-4 2-8 6-10
m3
Lalat Pada Filter Sedikit, larva
Banyak Sedang
sedikit terbuang
Pengelupasan Biofilm Terputus-putus Terputus-putus
Kontinu
(intermittent) (intermittent)
Interval Pembubuhan Air Tidak lebih dari 5 Tidak lebih dari
15-60 detik
Limbah menit (terputus- 15 detik
(kontinu)
putus) (kontinu)
Nitrat Dalam Air Olahan Nitrifikasi
(Efluent) Tinggi Sedang terjadi pada saat
beban rendah
Sumber: Metcalf & Eddy.icn. di dalam Nusa Idaman Said, 2017.

II-23

Universitas Sumatera Utara


2.3.3.1.3 Rotary Biological Contactor (RBC)
Reaktor kontak biologis putar atau rotating biological contactor disingkat RBC
merupakan adaptasi dari proses pengolahan air limbah dengan biakan melekat (attached
growth). Media yang dipakai berupa piring (disk) tipis berbentuk bulat yang dipasang
berjajar-jajar dalam suatu poros yang terbuat dari baja, selanjutnya diputar di dalam
reaktor khusus dimana di dalamnya dialirkan air limbah secara kontinyu. Secara garis
besar, proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC terdiri dari bak pemisah pasir,
bak pengendap awal, bak kontrol aliran, reaktor/kontraktor biologis putar (RBC), bak
pengendap akhir, bak khlorinasi, serta unit pengolahan lumpur.

Gambar 2.7 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Sistem RBC
Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah yang mengandung
polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikroorganisme (microbial film) yang
melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor. Media tempat melekatnya film
biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan polimer atau plastik yang ringan dan
disusun dari berjajar – jajar pada suatu poros sehingga membentuk suatu modul atau
paket, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian
ke dalam air limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut (Said,
2008).
Menurut Said (2008), terdapat beberapa parameter desain yang harus diperhatikan dalam
sistem RBC, diantaranya adalah:

II-24

Universitas Sumatera Utara


• Ratio Volume Reaktor Terhadap Luas Permukaan Media (G)
Nilai G adalah menunjukkan kepadatan media yang dihitung sebagai perbandingan
volume rektor dengan luas permukaan media.
G = (V/A) x 103 (liter/m2) Pers 2.5 (Said, 2017)
dimana,
V = Volume efektif reaktor (m3)
A = Luas permukaan media RBC (m2)
• Beban BOD (BOD Surface Loading).
Beban BOD dihitung dengan rumus:
BODLoading = LA = (Q x C0) / A (gr/m2. Hari) Pers 2.6 (Said, 2017)
dimana,
Q : debit air limbah yang diolah (m3/hari)
C0 : konsentrasi BOD (mg/l)
A : Luas permukaan media RBC (m2)

Beban BOD (BOD surface loading) yang biasa digunakan untuk perencanaan sistem
RBC adalah 5-20 gram-BOD/m2/hari. Hubungan antara beban konsentrasi BOD inlet dan
beban BOD terhadap efisiensi pemisahan BOD untuk air limbah domestik ditunjukkan
pada tabel 2.8, sedangkan hubungan antara beban BOD terhadap efisiensi penghilangan
BOD ditunjukkan pada tabel 2.8.
Tabel 2.8 Hubungan Antara Konsentrasi BOD Inlet Dan Beban BOD Untuk
Mendapatkan Efisiensi Penghilangan BOD 90%
Konsentrasi BOD Inlet (mg/l) Beban BOD, LA (gr/m2.hari)
300 30
200 20
150 15
100 10
50 5
Sumber: Ebie Kunio dan Ashidate Noriatsu. ”Eisei Kougaku Enshu-Jousuidou to Gesuidou”. Morikata
Shupan, Tokyo, 1992 di dalam Nusa Idaman Said, 2017.

II-25

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.9 Hubungan Antara Beban BOD dengan Efisiensi Penghilangan BOD Untuk
Air Limbah Domestik
Beban BOD, LA (gr/m2.hari) Efisiensi Penghilangan BOD (%)
6 93
10 92
25 90
30 81
60 60
Sumber: Ebie Kunio dan Ashidate Noriatsu. ”Eisei Kougaku Enshu-Jousuidou to Gesuidou”. Morikata
Shupan, Tokyo, 1992 di dalam Nusa Idaman Said, 2017.

• Beban Hidrolik (Hydraulic Loading, HL)


Beban hidrolik adalah jumlah air limbah yang diolah persatuan luas permukaan media
per hari. Dalam RBC, parameter ini relatif kurang begitu penting dibanding dengan
parameter beban BOD, tetapi jika beban hidrolik terlalu besar maka akan mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan media.
• Waktu Tinggal Rata-rata (Average Detention Time, T)
Waktu tinggal rata-rata adalah debit air limbah yang diolah oleh volume efektif reaktor
setiap harinya.
• Jumlah Stage (Tahap)
Dalam reaktor RBC dapat dibuat tahapan. Semakin banyak jumlah tahap, efisiensi
pengolahan juga semakin besar (Metcalf & Eddy, 2004)
• Diameter Piringan
Diameter piringan yang kecil dengan jumlah tahapan yang banyak lebih efisien dibanding
dengan diameter piringan yang besar namun jumlah tahapan yang sedikit.
• Kecepatan Putaran
Apabila kecepatan putaran lebih besar maka transfer oksigen dari udara di dalam air
limbah akan mejadi lebih besar, tetapi akan memerlukan energi yang lebih besar.
• Temperatur
Suhu optimal untuk proses RBC berkisar antara 15-40 oC. Sistem RBC relatif sensitif
terhadap perubahan suhu. Suhu tergantung dari konsentrasi organik yang terlarut di
limbah tersebut (Metcalf & Eddy, 2004).

Keunggulan dari sistem RBC yakni proses operasi maupun konstruksinya sederhana,
kebutuhan energi relatif lebih kecil, tidak memerlukan udara dalam jumlah yang besar,
lumpur yang terjadi relatif kecil dibandingkan dengan proses lumpur aktif, serta relatf

II-26

Universitas Sumatera Utara


tidak menimbulkan buih. Sedangkan kekurangan dari sistem RBC yakni sensitif terhadap
temperatur. Berikut merupakan perbandingan antara proses pengolahan RBC dan
Activated sludge.

2.3.4 Desinfeksi
Air limbah mengandung berbagai macam tipe organisme yang dapat masuk ke dalam
tubuh manusia dan memiliki asosiasi dengan penyakit yang tersebar melalui air
(waterborne diseases). Disinfeksi merupakan proses destruksi selektif penyebab penyakit
yang disebabkan oleh organisme pada suatu suplay air minum atau effluen air limbah
(Qasim, 1985).

Secara umum, metode disinfeksi terbagi menjadi tiga kategori, yaitu disinfeksi secara
fisika, disinfeksi secara radiasi, dan disinfeksi secara kimia. Pembahasan selanjutnya
hanya akan berbicara mengenai disinfeksi secara kimia.

Ada banyak tipe disinfektan kimia yang digunakan untuk aplikasi yang berbeda. Dari
berbagai macam tipe ini, disinfeksi dengan klorin merupakan yang paling umum
digunakan, termasuk untuk pengolahan air limbah.
Tabel 2.10 Karakteristik Disinfektan yang Ideal
Karakteristik Properti/Respon
Ketersediaan Harus tersedia dalam jumlah besar dan harga
yang memadai
Kemampuan menghilangkan bau Harus dapat menghilangkan bau saat desinfeksi
Homogenitas Larutan harus seragam dalam komposisi
Interaksi dengan bahan asing Harus tidak dapat diabsorbsi oleh zat organik
selain sel bakteri
Tidak korosif dan tidak memberi Tidak merubah bentuk logam atau menodai kain
noda
Tidak toksik terhadap tingkat Harus toksik terhadap mikroorganisme dan tidak
kehidupan yang lebih tinggi toksik terhadap manusia dan hewan
lainnya
Penetrasi Harus memiliki kapasitas untuk penetrasi
melewati permukaan
Keselamatan Harus aman untuk dipindahkan, disimpan,
ditangani dan digunakan
Kelarutan Harus dapat larut di dalam air atau jaringan sel
Stabilitas Harus memiliki tingkat kehilangan aksi germicidal
rendah terhadap waktu saat digunakan

II-27

Universitas Sumatera Utara


Karakteristik Properti/Respon
Toksisitas terhadap Harus efektif pada tingkat pengenceran tinggi
mikroorganisme
Toksisitas pada temperature Harus efektif pada temperatur ambient
ambient
Sumber : Metcalf & Eddy, 2004

II-28

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.11 Perbandingan Ideal dan Aktual Disinfektan yang Umum Digunakan
Sodium Calcium Chlorine
Karakteristik Chlorine Ozone UV radiation
Hypochlorite Hypochlorite Dioxide
Ketersediaan/biaya Biaya rendah Biaya cukup Biaya cukup Biaya cukup Biaya cukup Biaya cukup
rendah rendah rendah tinggi tinggi
Kemampuan Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Na
menghilangkan bau
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Na
Interaksi dengan bahan Mengoksidasi Bahan Bahan Tinggi Mengoksidasi Absorbansi
asing bahan organik pengoksidasi pengoksidasi bahan dari
aktif aktif organik radiasi UV
Tidak korosif dan tidak Sangat korosif Korosif Korosif Sangat korosif Sangat korosif Na
memberi noda
Tidak toksik terhadap Sangat toksik untuk Toksik Toksik Toksik Toksik Toksik
tingkat kehidupan yang kehidupan
lebih tinggi lebih tinggi
Penetrasi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang
Keselamatan Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah
Kelarutan Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Na
Stabilitas Stabil Sedikit tidak Relatif stabil Tidak stabil Tidak stabil Na
stabil
Toksisitas terhadap Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
mikroorganisme
Toksisitas pada Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
temperatur ambien
Sumber : Metcalf & Eddy, 2004

II-29

Universitas Sumatera Utara


2.4 Jurnal Teknologi Pengolahan Air Limbah Industri
No. Judul Nama Tahun Penerbit Pembahasan
1. Masterplan Sistem Wiharyanto 2013 Jurnal Instalasi
Penglolaan Air ST,MT; Publikasi pengolahan
Limbah Industri Di Ir.Winardi Dwi Undip, dirancang dengan
Kawasan Industri BSB Nugraha,M.Si; Semarang. kapasitas sebesar
City, Mijen-Semarang. Ruli Triyani 755,58 m3/hari.
Dengan kualitas
air limbah yaitu,
BOD 270,743
COD 750,694
dan TSS 665,217.
Alternatif
pengolahan
meliputi,
activated sludge,
trickling filter
dan rotating
biological
contactor dan
dengan analisis
pengambilan
keputusan
metode goal
achievement
methods terpilih
activated sludge
sebagai sistem
pengolahan yang
lebih baik.
2. Optimasi Kinerja Nastiti Sri 2016 Jurnal Teknik Limbah cair yang
Instalasi Pengolahan Fatmawati; Joni ITS Vol 5, dihasilkan hingga
Air Limbah Industri Hermana; Agus No.2, mencapai 1500
Penyamakan Kulit Slamet Surabaya. m3/hari dari 78
Magetan unit usaha.
Industri
penyamakan kulit
Magetan telah
dilengkapi
dengan sarana
IPAL dengan
kapasitas 600
m3/hari dengan
teknologi lumpur
aktif. Optimasi
menggunakan
metode evaluasi
dan perhitungan
optimasi. Hasil
optimasi pada
proses lumpur
aktif yaitu nilai
MLSS pada bak
II-30

Universitas Sumatera Utara


aerasi I 1223
mg/l dan bak
aerasi II 774 mg/l
, waktu detensi
lumpur aktif I 2,5
jam dan lumpur
aktif II 2,8 jam.
3. Perencanaan Desain Dinda Rita K. 2016 Badan Berdasarkan
Instalasi Pengolahan Hartaja, ST. Pengkajian karakteristik air
Limbah Nata De Coco dan Imam dan Penerapan limbah nata de
dengan Proses Lumpur Setiadi,S.Kom. Teknologi, coco, maka
Aktif Jakarta. teknologi yang
paling efektif
untuk mengolah
limbah tersebut
adalah dengan
menggunakan
proses lumpur
aktif dengan
kapasitas 200
m3/hari. Unit-unit
yang
direncanakan
meliputi bak
pemisah lemak,
bak ekualisasi,
bak pengendap
awal dan akhir,
bak aerasi, dan
bak klorinasi.

2.5 Air Limbah Kawasan Industri di Pelabuhan


Dewasa ini, pengolahan air buangan sudah menjadi sebuah isu penting dikalangan masyarakat
modern. Selama 100 tahun lebih terakhir atau lebih, pengolahan air buangan di bumi sudah
dengan sukses dikembangkan. Namun, industri kawasan laut masih bekerja untuk
mengembangkan sarana pengolahan air limbah (Chen, 2013). Dalam menerima air (laut, sungai
atau danau) tidak hanya air limbah dari rumah tangga ditetapkan tetapi juga air limbah dari
industri lain, kontaminasi oleh berbagai logam berat, patogen, nutrient dan lain-lain. Dampak
dari buangan kawasan lingkungan laut perlu diperhatikan.
Tabel 2.12 Perkiraan Karakteristik Air Limbah Pelabuhan
Parameter Satuan Konsentrasi
pH 6-9
BOD mg/l 100-20.000
COD mg/l 200-300
Suspended Solid mg/l 10-500

II-31

Universitas Sumatera Utara


Parameter Satuan Konsentrasi
Amoniak (NH3) mg/l 4-80
Oil & Grease mg/l 6-700
Timbal (Pb) mg/l 0,6-0,8
Tembaga (Cu) mg/l 0,03-0,08
Sumber : Sekman et al, 2011 & Hero, 2014

2.6 Kegiatan Usaha PT. Pelindo I Belawan


Bidang Usaha PT. Pelabuhan Indonesia I cabang Belawan Kota Medan sesuai Anggaran Dasar
terakhir berdasarkan Akta Nomor 1 Tanggal 15 Agustus 2008 sebagai berikut:
1. Penyediaan dan/atau jasa pelayanan kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas
dan tempat-tempat berlabuhnya kapal.
2. Penyediaan dan/atau jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan (pilotage) dan
penundaan kapal.
3. Penyediaan dan/atau pelayanan dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat, bongkar muat
peti kemas, curah cair, curah kering, multi purpose, barang termasuk hewan (general
cargo) dan fasilitas naik turunnya penumpang dan/atau kendaraan.
4. Penyediaan jasa bongkar muat, peti kemas, curah cair, curah kering (general cargo) dan
kendaraan.
5. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering,
multipurpose, penumpang, pelayaran rakyat dan RO-RO.
6. Penyediaan dan/atau pelayanan gudang-gudang dan lapangan penumpukan dan
tangki/tempat penimbunan barang-barang, angkutan bandar, alat bongkar muat, serta
peralatan pelabuhan.
7. Penyediaan dan/atau pelayanan tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri dan
gedung-gedung/bangunan yang berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan
multi moda.
8. Penyediaan dan/atau pelayanan listrik, air minum, dan instalasi limbah serta pembuangan
sampah.
9. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa pengisian bahan bakar minyak untuk kapal dan
kendaraan di lingkungan pelabuhan.
10. Penyediaan dan/atau pelayanan kegiatan konsolidasi dan distribusi barang.
11. Penyediaan dan pengelolaan jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan
dengan kepelabuhan.

II-32

Universitas Sumatera Utara


12. Pengusahaan dan penyelenggaraan Depo Peti Kemas dan perbaikan, cleaning, fumigasi
serta pelayanan logistik.

II-33

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PERANCANGAN
Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik dan kuantitas air limbah yang akan
menjadi acuan dalam pembuatan instalasi pengolahan air limbah di kawasan pelabuhan
PT. Pelindo I Belawan, kota Medan. Pada penelitian ini data yang akan digunakan untuk
perencanaan ialah data primer dan sekunder yang berasal dari hasil analisis laboratorium
serta data dari pihak perusahaan.

Metodologi adalah prosedur atau cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan
tertentu. Pelaksanaan dalam perencanaan diuraikan berikut ini.

3.1 Waktu Dan Tempat


Waktu pelaksanaan tugas akhir ini direncanakan selama 3,5 (tiga setengah) bulan atau
105 (seratus lima) hari kalender tepatnya pada awal bulan april tahun 2018 hingga
pertengahan bulan juli 2018. Lokasi perencanaan ini akan dilakukan di PT. Pelindo I
cabang Belawan Kota Medan.

3.2 Diagram Alir


Diagram alir ini disusun dengan tujuan untuk :
1. Sebagai gambaran awal tahapan perencanaan sehingga dapat memudahkan dalam
penelitian.
2. Dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perancangan agar tujuan
perencanaan tercapai dan memudahkan pembaca dalam memahami mengenai
perancangan yang akan dilakukan.
3. Sebagai pedoman awal dalam pelaksaan perencanaan sehingga kesalahan beresiko
dapat diminimasi.
Tahapan perencanaan yang akan dilakukan disajikan pada gambar 3.1.

Universitas Sumatera Utara


Mulai

Persiapan

Identifikasi Wilayah Studi dan Studi


Literatur

Survey lapangan dan


Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Pengolahan dan
Analisis data - Kualitas air buangan
- Kualitas air buangan
- Perhitungan
PT Pelabuhan PT Pelabuhan
data debit air
Indonesia cabang limbah
Indonesia cabang
Belawan. berdasarkan Belawan.
data - Data administratif PT
pemakaian Pelabuhan Indonesia
air cabang Belawan
- Analisis - Data kebutuhan air
kualitas air
bersih PT Pelabuhan
limbah
Indonesia cabang
Belawan
- Denah lokasi

Membandingkan data kualitas air


limbah terhadap baku mutu :
- Permen LH No. 3 Tahun 2010

Penetapan dan pemilihan alternatif proses instalasi


pengolahan air limbah yang akan digunakan

Penetapan kriteria desain sesuai


dengan alternatif pengolahan terpilih

Perhitungan desain IPAL dan


menentukan rencana anggaran biaya

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Perencanaan

III-2

Universitas Sumatera Utara


3.3 Tahap Perencanaan
Tahapan perencanaan mencakup langkah - langkah pelaksanaan perencanaan dari awal
sampai akhir perencanaan. Pada tahapan perencanaan ini diawali dengan
mengidentifikasi wilayah studi yaitu Kawasan Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan, Kota
Medan. Adapun tujuan dari dilakukannya identifikasi wilayah studi tersebut adalah untuk
melakukan kegiatan persiapan dan pengumpulan data yang dibutuhkan, serta pustaka dan
acuan yang akan digunakan pada saat melakukan perencanaan desain instalasi
pengolahan air limbah.

Tujuan yang menjadi sasaran studi dan identifikasi pustaka adalah meninjau dan
mengidentifikasi kuantitas dan kualitas air limbah untuk kemudian merencanakan dan
mendesain instalasi pengolahan air limbah berdasarkan baku mutu yang ditetapkan
pemerintah.
Adapun langkah - langkah pelaksanaan perencanaan ini adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan perencanaan tahap awal yang dilaksanakan yakni tahap persiapan.
Pada tahap ini perencana melakukan persiapan untuk langkah-langkah selanjutnya dalam
penyusunan tugas akhir.

2. Identifikasi Wilayah Studi serta Pengumpulan Studi Pustaka


Pada tahapan ini akan dilakukan survey ke lapangan untuk melakukan identifikasi dan
pengamatan langsung di lokasi PT. Pelindo I cabang Belawan, Kota Medan. Tahapan ini
juga sekaligus mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan yang berakaitan dengan
masalah–masalah yang diteliti.

3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh segala macam informasi yang dapat
menunjang proses perancangan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara survey,
sampling dan lain-lain. Cara-cara pengumpulan yang dipilih disesuaikan berdasarkan
jenis data yang hendak diambil.

III-3

Universitas Sumatera Utara


Jenis data berdasarkan cara memperolehnya dibagi atas data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengukuran atau pengamatan
langsung dilapangan. Disisi lain data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
sumber data lain baik dari jurnal, dokumen dll.

Adapun data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut :


a. Data primer meliputi : Data kualitas PT. Pelindo I cabang Belawan, kota Medan serta
kondisi eksisting wilayah studi.

b. Data sekunder meliputi : Data kualitas air dan rekening air, gambar denah atau layout
wilayah studi, data administratif

4. Pengolahan Data dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan telah dikumpulkan.
Adapun pengolahan data yang dilakukan meliputi :
a. Analisa kualitas air limbah PT. Pelindo I cabang Belawan, kota Medan dengan
melakukan pengambilan sampel air sesaat (satu waktu dan satu tempat/grab sampling)
kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Adapun laboratorium yang akan
digunakan adalah di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan yang berada di Jl.
Sisingamangaraja No. 24 Kota Medan.

Analisa kualitas air limbah dimaksudkan untuk mengambil contoh air limbah eksisting
pada saluran outlet pembuangan limbah , guna mengetahui berapa nilai pH, BOD, COD,
TSS, minyak dan lemak, serta NH3 . Dimana nilai tersebut akan digunakan untuk
merancang instalasi pengolahan air limbah, sehingga diharapkan outlet dari desain IPAL
yang sudah dilakukan dapat memenuhi kriteria baku mutu.

b. Debit perancangan diperoleh dari rekening atau data pemakaian air yang dimiliki oleh
perusahaan. Dari data penggunaan air selanjutnya dihitung penggunaan air rata-rata dari
perusahaan tersebut. Air limbah dihitung dengan cara mengasumsikan debit air limbah
sebagai 80% pemakaian air.

III-4

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan air limbah dilakukan dengan persamaan :

Qair limbah = 80% x Qair bersih Pers. 3.1


Perhitungan debit air limbah rata-rata dilakukan dengan menjumlah seluruh produksi air
limbah selama satu tahun kemudian membagi debit tersebut dengan jumlah bulan dalam
satu tahun. Perhitungan debit rata-rata menggunakan persamaan :
Σ𝑄
Qave = Pers. 3.2
12

Keterangan :
Qave = debit limbah rata-rata (m3/bulan)
ΣQ = jumlah debit dalam 12 bulan (m3/bulan)

Debit yang diperoleh selanjutnya dikonversi baik dalam satuan m3/hari maupun dalam
satuan m3/jam. Cara mengkonversi debit disajikan dalam persamaan berikut :
Qave (m3/hari) =Q(m3/bulan) 25 ℎ𝑎𝑟i Pers. 3.3
Qave (m3/jam) =Q(m3/hari) 24 𝑗𝑎𝑚 Pers. 3.4

Debit peak dihitung dengan mengalikan debit rata-rata dengan factor peak. Perhitungan
debit peak menggunakan persamaan :
Qpeak (m3/jam) =Qave x factor peak Pers. 3.5

5. Penetapan Baku Mutu Effluent Air Limbah


Hasil laboratorium mengenai kualitas kimiawi limbah cair selanjutnya dibandingkan
dengan baku mutu. Nilai baku mutu yang digunakan dalam perancangan ini adalah
Permen LH No. 3 Tahun 2010 tentang baku mutu air limbah bagi Kawasan industri. Baku
mutu tersebut ditetapkan dikarenakan lokasi berada pada kawasan industri di area
Pelabuhan Belawan.

Baku mutu digunakan sebagai nilai pembanding untuk mengetahui apakah limbah yang
telah diolah atau dihasilkan industri sudah memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air.
Selain itu, baku mutu juga dapat menjadi acuan dalam perancangan ini untuk mengetahui
berapa nilai polutan yang perlu disisihkan agar dapat memenuhi baku mutu. Setelah
mengetahui nilai polutan yang perlu disisihkan dapat diketahui pula berapa tahapan
pengolahan yang diperlukan.

III-5

Universitas Sumatera Utara


6. Penetapan Alternatif Pengolahan Berdasarkan Data Kualitas dan Kuantitas
Alternatif pengolahan ditetapkan setelah menganalisa data kualitas, kuantitas dan hasil
analisa penenlitian pendahuluan. Alternatif pengolahan juga disusun secara berangkai
dimana alternative pengolahan dimulai dari pengolahan tahap pertama (fisik-kimia)
dilanjutkan dengan pengolahan tahap kedua.

7. Perencanaan Unit Pengolahan


Detail perencanaan unit pengolahan air limbah meliputi hal-hal berikut ini :
a. Perhitungan detail dimensi unit pengolahan.
Perhitungan ini untuk menentukan dimensi setiap unit pengolahan agar berfungsi secara
optimum. Penentuan dimensi disesuaikan dengan kriteria desain.

b. Gambar detail unit pengolahan.


Gambar detail unit pengolahan dibuat dengan menggunakan software AutoCAD versi
2010. Gambar dibuat sesuai dengan hasil perhitungan detail dimensi unit pengolahan.

c. Rencana anggaran biaya.


Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dilakukan berdasarkan Daftar Harga
Satuan Bahan dan Upah Tahun 2018 yang dapat diperoleh di kantor Dinas Pekerjaan
Umum Kota Medan dan daftar kebutuhan konstruksi dan peralatan berdasarkan desain
perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah. Analisa harga satuan pekerjaan merujuk
kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2016
tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.

8. Kesimpulan
Dari semua hasil analisa data dan perancangan desain Instalasi Pengolahan Air Limbah
yang sudah dilakukan, hasil tersebut dapat diberikan berupa kesimpulan dan saran terkait
tentang instalasi pengelolaan air limbah di PT. Pelindo I cabang Belawan, Kota Medan.
Kesimpulan tersebut meliputi :
1. Kualitas dan kuantitas air limbah di PT. Pelindo I cabang Belawan, Kota Medan.
2. Kapasitas dan unit-unit yang optimum diterapkan di PT. Pelindo I cabang Belawan,
Kota Medan.
3. Merancang desain IPAL yang sesuai dengan karakteristik limbah di PT. Pelindo I
cabang Belawan, Kota Medan.

III-6

Universitas Sumatera Utara


4. Rencana anggaran biaya dalam perencanaan instalasi pengolahan air limbah PT.
Pelindo I cabang Belawan, Kota Medan.

3.4 Kebutuhan Data dan Alat


Data yang diperlukan pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Alat yang
diperlukan merupakan alat untuk mendukung pengambilan data primer maupun data
sekunder di lapangan. Adapun kebutuhan data dan alat dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut
ini.

Tabel 3.1. Daftar Kebutuhan Data dan Alat


No Uraian Sumber
A. Data
1. Denah Lokasi atau Layout Wilayah Studi PT. Pelindo I cabang Belawan, Kota
Medan.
2. Rekening atau data kebutuhan air PT. Pelindo I cabang Belawan, Kota
perusahaan Medan.
3. Profil Perusahaan PT. Pelindo I cabang Belawan, Kota
Medan.
4. Data Eksisting Pelabuhan Belawan PT. Pelindo I cabang Belawan, Kota
Medan.
5. Daftar harga satuan upah dan bahan Dinas PU Kota Medan
Tahun 2018
B. Alat dan Bahan
1. Botol Ukuran 5 Liter Pembelian
2. Kamera Milik sendiri
Sumber : Hasil Analisis, 2018

III-7

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2 Lokasi PT. Pelindo I cabang Belawan, Kota Medan

Sumber :Google Earth, 2018

III-8

Universitas Sumatera Utara


3.5 Alternatif Pengolahan
Berdasarkan studi literatur, teknologi pengolahan limbah yang sesuai untuk diterapkan
pada lingkup kawasan pelabuhan dengan skala cukup besar yang terdapat tenant-tenant
,maka bisa kita tentukan alternatif unit pengolahan sebagai berikut :
Tabel 3.2 Alternatif Pengolahan
Alternatif I Alternatif II Alternatif III
Bar Screen Bar Screen Bar Screen
Bak Equalisasi Bak Equalisasi Grit Chamber
Bak Pengendap Awal Bak Pengendap Awal Bak Equalisasi
Activated Sludge Trickling Filter Bak Pengendap Awal
Bak Pengendap Akhir Bak Pengendap Akhir RBC
Bak Desinfeksi Bak Desinfeksi Bak Pengendap Akhir
Bak Desinfeksi
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Tabel 3.3 Efisiensi Removal Tiap Unit


No Proses Pengolahan Efisiensi Removal
BOD COD TSS
1 Sumur Pengumpul - - -
2 Bar Screen - - -
3 Grit Chamber 5%-20% 5%-20% 5%-30%
4 Bak Equalisasi - - -
Bak Pengendap Awal 30%-40% 30%-40% 50%-65%
5 Activated Sludge Konvensioanl 80%-95% 80%-85% 80%-90%
6 Rotating Biological Reaktor 81%-96% 60-90% 84%-95%
7 Trickling Filter 65%-95% 60%-80% 60%-85%
8 Bak Pengendap Akhir 88% 73% 50%
9 Sludge Drying Bed - - -
Sumber : aMetcalf and Eddy, Wastewater engineering treatment and reuse, 200
b
Qasim, Wastewater Treatment Plants,1985

Tabel 3.4 Pertimbangan Pemilihan Alternatif Pengolahan


Activated Sludge Rotary Biological Trickling Filter
(Konvensional) Contactor
Efisiensi pengolahan baik Proses operasi maupun Membutuhkan lahan yang
dengan kemampuan removal konstruksi sederhana luas
yang besar
Menguntungkan untuk Kebutuhan energi relatif Hanya untuk mengolah
kapasitas besar lebih kecil limbah encer dengan beban
BOD rendah
Sangat baik dan cocok pada Tidak memerlukan udara Sangat baik untuk oksidasi
daerah di mana lahan tidak dalam jumlah yang besar ataupun nitrifikasi
cukup tersedia
Konsentrasi BOD pada air Investasi awal relative Mudah pengoperasiannya
hasil olahan dapat mencapai menguntungkan untuk
lebih rendah dari 25 mg/l kapasitas kecil atau
medium

III-9

Universitas Sumatera Utara


Activated Sludge Rotary Biological Trickling Filter
(Konvensional) Contactor
Cocok untuk kandungan Stabil terhadap fluktuasi Proses sering terganggu oleh
polutan organic (BOD,COD) beban lalat yang datang
yang tidak terlalu tinggi (di menghampiri
bawah 3000 mg/l)
Konsentrasi biomassa dapat Lumpur yang terjadi Suplai oksigen dapat
dikontrol relative kecil diperoleh secara alamiah
dibandingkan activated melalui permukaan paling
sludge atas media
Menguntungkan untuk Tidak menimbulkan buih Sangat ekonomis dan praktis
kapasitas besar
Sumber : Studi literatur, 2018

III-10

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN RANCANGAN

Dalam perencanaan instalasi pegolahan air limbah terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan sebagai dasar perencanaan dan menjadi penentu dalam pemilihan proses
pengolahan. Faktor-faktor ini diantaranya adalah kuantitas air buangan dan karakteristik
air buangan.

4. 1 Aktivitas Kegiatan
Pelabuhan Belawan berlokasi di pantai timur Sumatera Utara, di muara sungai belawan
pada posisi 03o 47’ 00’’ LU dan 98o 42’ 00’’ BT. Kegiatan-kegiatan dalam kepelabuhan
yang dilakukan mencakup ekspor impor barang namun seiring dengan perkembangan dan
peningkatan kegiatan tersebut mengakibatkan adanya perubahan tata guna lahan dari
lahan hijau menjadi lahan industri, pergudangan dan sarana kegiatan layanan jasa
lainnya. Saat ini di kawasan pelabuhan Pelindo I telah banyak berdiri industri dan sudah
beroperasi, beberapanya ialah industri kelapa sawit, industri semen, pergudangan dan
lain-lain. Timbulnya beberapa kegiatan ini tentunya mengakibatkan bertambahnya
jumlah dan jenis limbah yang dihasilkan sehingga dapat mempengaruhi kondisi
keseimbangan lingkungan.

Sebagian besar perusahaan yang ada di wilayah kawasan Pelabuhan Belawan


menggunakan air bersih yang disediakan oleh PT.Metito dan terdapat perusahaan yang
menggunakan air tanah. Sebagian besar perusahaan seperti kegiatan pergudangan, tangki
timbun, perkantoran, perbengkelan maupun proses produksi saat ini masih belum
mempunyai unit pengolahan air limbah sendiri. Air limbah yang dihasilkan langsung
dibuang ke saluran drainase kawasan. Namun ada beberapa perusahaan yang memiliki
unit pengolahan, diantaranya PT. Musimas dan PT. Aspalt Bangun Sarana dengan
kapasitas IPAL sebesar 216 m3/hari dan 2 m3/hari.

4.2 Analisis Kuantitas Air Limbah Kawasan Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan
Jumlah/kuantitas air limbah yang dihasilkan sangat penting untuk diketahui karena
merupakan dasar penentuan kapasitas pengolahan dan dimensi unit yang akan dirancang
untuk pengolahan limbah itu sendiri. Untuk menentukan kuantitas air limbah yang
dihasilkan dari kawasan pelabuhan PT. Pelindo I Belawan dilakukan berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


rekening air dari PAM oleh PT. Metito dan dijumlahkan dengan pemakaian jumlah air
tanah.

4.2.1 Pemakaian Air Bersih Berdasarkan Rekening Air


Saat ini kebutuhan air bersih di Pelabuhan Belawan sebagian besar disuplai dari PT.
Metito yang merupakan perusahaan bergerak di bidang penyedian air bersih. Pada
kawasan pelabuhan PT. Pelindo I telah beroperasi 39 tenant dan perkantoran dengan jenis
kegiatan dan/atau usaha yang berbeda-beda. Dari berbagai jenis kegiatan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 4 yaitu perkantoran, pergudangan, tangka timbun (penimbunan
CPO, semen dll), dan pabrik. Berdasarkan data pemakaian air yang diperoleh dari PT.
Metito, total pemakaian air pada kelompok kegiatan perkantoran mencapai 114,96
m3/hari, sedangkan perusahan yang masuk dalam kelompok pergudangan, total
pemakaian air bersih mencapai 61,86 m3/hari. Untuk perusahaan yang masuk dalam
kategori usaha tangki timbun terdapat 14 perusahaan dengan total pemakaian air bersih
mencapai 139,78 m3/hari. Terakhir jenis perusahaan yang masuk dalam kategori pabrik
terdapat 5 perusahaan dan dengan total pemakaian air bersih setiap harinya sebesar 63,12
m3/hari. Berikut tabel menyajikan secara rinci total pemakaian air bersih dari masing-
masing kelompok kegiatan berdasarkan rekening dari PT. Metito.

Tabel 4.1 Pemakaian Air Kelompok Perkantoran


Kebutuhan Air Bersih
No. Mitra Usaha Jenis Usaha/Kegiatan (Sumber PT. Metito)
m3/bulan m3/hari
1 Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea & Cukai Tipe Perkantoran 445 14,83
Madya Pabean Belawan
2 PT. Smart Rak dan jalur pipa 18 0,72
3 PT. Sucofindo Gedung kantor 32 1,28
4 Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea & Cukai Tipe Gudang & Kantor 445 17,80
Madya Pabean Belawan
5 PT. Nubika Jaya Kantor / Instl. jalur pipa 40 1,60
6 PT. Dela Rohita Kantor & Work Shop 51 2,04
7 Administrator Pelabuhan
Perkantoran & dermaga 221 8,84
Belawan
8 PT. FKS Multi Agro Timbangan dan Fasilitas
37 1,48
pendukungnya
9 PT. PUSRI Kantor / Pabrik/
384 15,36
Conveyer

IV-2

Universitas Sumatera Utara


Kebutuhan Air Bersih
No. Mitra Usaha Jenis Usaha/Kegiatan (Sumber PT. Metito)
m3/bulan m3/hari
10 Balai Besar Karantina Perkantoran 169 6,76
Pertanian Belawan Perkantoran 420 16,80
11 Distrik Navigasi Gudang dan bengkel 612 24,48
Total 2.874 114,96
Sumber : Pelindo I, 2016

Tabel 4.2 Pemakaian Air Kelompok Kegiatan Pergudangan


Kebutuhan Air Bersih
No. Mitra Usaha Jenis Usaha/Kegiatan (Sumber PT. Metito)
m3/bulan m3/hari
1 PT. Perkebunan Nusantara III Gudang Latex 121 4,84
2 PT. Sarana Agro Nusantara Kantor / Gudang 988,5 39,54
3 PT. Bakrie Sumatera
Kantor / Instl gudang 49 1,96
Plantations
4 PT. Socfin Indonesia Medan Kantor / Tangki 64 2,56
5 PT. Sarana Agro Nusantara Kantor/Gudang 19 0,76
6 PT. PELNI Kantor / Gudang 69 2,76
7 PT. Karya Putra Mandiri Penyimpanan
68 2,72
material/hopper
8 PT. Panca Usaha Makmur Tempat penyimpanan
168 6,72
Forklift
Total 1546,5 61,86
Sumber : Pelindo I, 2016

Tabel 4.3 Pemakaian Air Kelompok Kegiatan Tangki Timbun


Kebutuhan Air Bersih
No. Mitra Usaha Jenis Usaha/Kegiatan (Sumber PT. Metito)
m3/bulan m3/hari
1 PT. Terminal
Station Pump dan Tangki Timbun 28 1,12
Liquid Belawan
2 PT. Soci Mas Tangki timbun CPO /turunannya 25 1,00
3 PT. Smart Tbk Tangki timbun CPO dan turunannya 487 19,48
4 PT. Belawan Tanki T. Timbun CPO 266 10,64
Indonesia T. Timbun CPO 446 17,84
5 PT. Smart Corp. Tangki 282 11,28
6 PT. Pacific Medan
T.Timbun CPO 155 6,20
Industri
7 PT. Berlian Eka
Pemb. Storage Tank & Ktr 189 7,56
Sakti Tangguh
8 PT. Aneka Kimia Peinmb. BBM dan bahan baku
377 15,08
Raya kimia
9 PT. Sarana Agro
Tangki / Lap. 988,5 39,54
Nusantara
10 PT. Salim Ivomas
Tangki Timbun 32 1,28
Pratama

IV-3

Universitas Sumatera Utara


Kebutuhan Air Bersih
No. Mitra Usaha Jenis Usaha/Kegiatan (Sumber PT. Metito)
m3/bulan m3/hari
11 PT. Musim Mas T.Timbun CPO dan bangunan/akses 86 3,44
T.Timbun CPO dan bangunan/akses 37 1,48
Tangki timbun dan pengolahan 96 3,84
minyak kelapa sawit serta
turunannya
Total 3494,5 139,78
Sumber : Pelindo I, 2016

Tabel 4.4 Pemakaian Air Kelompok Kegiatan Pabrik


Kebutuhan Air Bersih
No. Mitra Usaha Jenis Usaha/Kegiatan (Sumber PT. Metito)
m3/bulan m3/hari
1 PT. Musim Mas Pabrik CPO 83 3,32
Industri pengolahan
78 3,12
minyak kelapa sawit
Rafinasi & Fraksinasi 86 3,44
2 PT. Lafarge Cement Pabrik, Gudang
665,5 26,62
Indonesia pengantongan
3 PT .Prestige Packages Pabrik kertas &
665,5 26,62
Indonesia Fas.pendukung
Total 1578 63,12
Sumber : Pelindo I, 2016

Berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa total pemakaian air bersih di kawasan
pelabuhan PT. Pelindo I Belawan berjumlah 379,72 m3/hari berdasarkan perhitungan
rekening air.

Berdasarkan data yang diperoleh di kawasan pelabuhan Belawan terdapat penggunaan air
tanah dan digunakan untuk pencucian tangki timbun. Pencucian tangki timbun pada
umumnya dilakukan 3 kali setahun dan setiap pencucian tangki timbun diperlukan air
bersih sebanyak 20 m3. Tangki timbun di kawasan Pelabuhan Belawan terdapat sebanyak
261 tangki. Dengan diketahuinya jumlah tangki, maka perkiraan jumlah kebutuhan air
bersih untuk pencucian tangki di kawasan Pelabuhan Belawan dapat diketahui.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pemakaian air bersih untuk proses
pencucian tangki timbun sebesar 52,2 m3/hari.

Sehingga dapat disimpulkan total pemakaian air bersih di kawasan pelabuhan Belawan
sekitar 431,92 m3/hari.

IV-4

Universitas Sumatera Utara


Besarnya air bersih yang akan menjadi air limbah tersebut diperkirakan sebanyak 70% -
80% dari penggunaan air bersih (Pratiwi dan Purwanti. 2015). Untuk perhitungan
perkiraan air limbah yang dihasilkan di kawasan pelabuhan PT. Pelindo I Belawan
diasumsikan 80% dari jumlah pemakaian air.

Maka berdasarkan analisis didapatkan total air limbah yang dihasilkan pada Kawasan
Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan yaitu sebesar 345,5 m3/hari.

Sehingga kapasitas IPAL yang akan di rencanakan untuk Kawasan Pelabuhan PT. Pelindo
I Belawan adalah pembulatan dari 345,5 m3/hari menjadi 400 m3/hari. Berikut rincian
perhitungan kebutuhan air dan jumlah/kuantitas air limbah.

IV-5

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6 Rincian Perhitungan Kebutuhan Air dan Jumlah Air Limbah
Kebutuhan Air Bersih Jumlah Limbah
No. Mitra Usaha Jenis Usaha/Kegiatan Total Total
PDAM (m/3bln)
(m3/bln) (m3/hari)
1 Kantor Pengawasan dan pelayanan Bea 445 356 14.24
Perkantoran
& Cukai Tipe Madya Pabean Belawan
2 PT. Sucfindo Gedung Kantor 32 25.6 1.024
3 Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Gudang & Kantor
445 356 14.24
& Cukai
4 PT. Terminal Liqiud Belawan Station Pump dan Tangki Timbun 28 22.4 0.896
5 PT. Soci Mas Tangki Timbun CPO/Turunanya 25 20 0.8
6 PT. Nubika Jaya Kantor/Instl. Jalur Pipa 40 32 1.28
7 PT. Bakrie Sumatera Plantations Kantor/Instl. Gudang 49 39.2 1.568
8 PT. Socfin Indonesia Medan Kantor/Tangki 64 51.2 2.048
9 PT. Smart Tbk Tangki Timbun CPO dan Turunanya 487 389.6 15.584
10 PT. Smart Rak dan Jalur Pipa 18 14.4 0.576
11 PT. Sarana Agro Nusantara Kantor/Gudang 19 15.2 0.608
12 PT. Belawan Tanki Indonesia Tangki Timbun CPO 266 212.8 8.512
Tangki Timbun CPO 446 356.8 14.272
13 PT. Pasific Medan Industri Tangki Timbun CPO 155 124 4.96
14 PT. Dela Rohita Kantor & Work Shop 51 40.8 1.632
15 PT. Pelayanan Nasional Indonesia Kantor/Gudang 69 55.2 2.208
16 Administrator Pelabuhan Belawan Perkantoran/Dermaga 221 176.8 7.072
17 PT. Berlian Eka Sakti Tanggung Pemb. Storeg Tank & Ktr 189 151.2 6.048
18 PT. Aneka Kimia Raya Penimbunan BBM dan Bahan Baku Kimia 377 301.6 12.064
19 PT. Perkebunan Nusantara III Gudang Latex 121 96.8 3.872

IV-6

Universitas Sumatera Utara


Kebutuhan Air
Jumlah Limbah
Bersih
No. Mitra Usaha Jenis Usaha/Kegiatan
Total Total
PDAM (m/3bln)
(m3/bln) (m3/hari)
PT. Sarana Agro Nusantara Tangki/Lap 988,5 790.8 31.632
20
Kantor/Gudang 988,5 790.8 31.632
21 PT. Smart Corp. Tangki 282 225.6 9.024
PT. Pupuk Sriwidjaja Kantor/Pabrik/Conveyer
22 384 307.2 12.288
Palembang
23 PT. Salim Ivomas Pratama Tangki Timbun 32 25.6 1.024
24 PT. Karya Putra Mandiri Penyimpanan Material/Hopper 68 54.4 2.176
25 PT. FKS Multi Agro Timbangan dan Fasilitas pendukungnya 37 29.6 1.184
Balai Besar Karantina Pertanian Perkantoran 169 135.2 5.408
26 Belawan Perkantoran 420 336 13.44
27 PT. Panca Usaha Makmur Tempat Penyimpanan Forklift 168 134.4 5.376
28 PT. Musim Mas Pabrik CPO 83 66.4 2.656
Industri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit 78 62.4 2.496
Tangki Timbun CPO dan Bangunan/akses 86 68.8 2.752
Tangki Timbun CPO dan Bangunan/akses 37 29.6 1.184
Rafinasi & Fraksinasi 86 68.8 2.752
Tangki Timbun dan Pengolahan Minyak Kelapa Sawit dan
96 489.6 19.584
Turunannya
29 Distrik Navigasi Gudang & Bengkel 612 532.4 21.296
30 PT. Lafarge Cement Indonesia Pabrik. Gudang Pengantongan 665,5 532.4 21.296
31 PT. Prestige Packages Pabrik Kertas & Fas. Pendukung 665,5 76.8 3.072
Total 9493 7594.4 303.78

IV-7

Universitas Sumatera Utara


4.3 Kualitas Air Limbah Kawasan Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan
Data kualitas air limbah pada kawasan Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan didapatkan
melalui dua sumber, yaitu data sekunder dari pengujian effluent oleh PT. Pelindo I dan
data primer yang didapatkan dari pengujian sampel yang dilakukan oleh penulis. Sampel
kualitas air yang diambil dari outlet drainase air buangan kawasan pelabuhan PT. Pelindo
I Belawan disajikan dalam tabel berikut,

Tabel 4.7 Data Kualitas Air


Permen LH
No. Parameter Outlet 1 Outlet 2 Outlet 3 Outlet* Satuan No. 3 Tahun
2010
1 TSS 6 73 12 9 mg/l 150
2 BOD5 308 19,2 332 6,20 mg/l 50
3 COD 583 38 626 16,1 mg/l 100
Minyak &
4 6,6 5,4 3,6 24 mg/l 15
Lemak
5 NH3-N 2,6 1,05 2,2 0,22 mg/l 20
Sumber : Pelindo I, 2016
*Baristand Medan,2018
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa beberapa parameter telah melebihi
nilai ambang batas maksimum kualitas air yang dapat dibuang ke lingkungan yaitu BOD,
COD, serta minyak dan lemak. Ini berarti bahwa kawasan di Pelabuhan PT. Pelindo I
Belawan telah tercemar oleh buangan dari hasil kegiatan industri dan perkantoran.

4.4 Pemilihan Proses dan Perhitungan Desain Unit Pengolahan


4.4.1 Pemilihan Proses Instalasi Pengolahan
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, telah ditentukan alternatif pemilihan
teknologi pengolahan limbah yang sesuai untuk diterapkan pada Kawasan Pelabuhan PT.
Pelindo I Belawan, yaitu dengan menggunakan proses pengolahan Activated Sludge,
Rotary Biological Contactor (RBC) atau Trickling Filter. Dari alternatif pengolahan yang
disajikan dilakukan analisis terhadap efisiensi pengolahan dengan analisis pengambilan
keputusan metode Goal Achievement Methods dan diperoleh Weighted Final Score
terbesar adalah Alternatif 1. Air limbah yang diolah dengan alternatif 1 diperkirakan
dapat menghasilkan kualitas effluent cukup besar yang diperlihatkan dalam tabel 4.9

IV-8

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8 Prakiraan Effluent Berdasarkan Alternatif
Alternatif
Parameter Baku Mutu Permen LH No.3 Tahun 2010 Satuan
1 2 3
BOD 4,2 5,58 5,3 50 mg/l
COD 19,52 29,57 22,5 100 mg/l
TSS 3,06 3,0 2,92 150 mg/l
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Dalam pemilihan proses instalasi pengolahan air limbah juga melihat aspek-aspek berupa
lahan, performansi unit pengolahan, kemudahan operasi dan pemeliharaan, biaya
investasi awal, dan residu hasil pengolahan. Dari aspek-aspek tersebut juga dilakukan
analisis dengan metode pemilihan yang dilakukan dengan membandingkan dan menilai
ketigas jenis pengolahan berdasarkan keunggulannya (skala 1-3) kemudian nilai ini akan
dikalikan dengan bobot dari masing-masing aspek yang menjadi pertimbangan pemilihan
proses instalasi pengolahan yang telah ditentukan berdasarkan tingkat prioritasnya.
Tabel 4.9 Perbadingan Pemilihan Proses Berdasarkan Aspek Pembangunan IPAL
Teknologi Pengolahan
No. Kriteria Pemilihan
Activated Sludge RBC Trickling Filter
1 Kebutuhan Lahan Relatif Kecil Sedang Relatif Besar
Performasi Unit
2 Sangat Baik Kurang Baik Cukup Baik
Pengolahan
Kemudahan Operasi
3 Sulit Mudah Cukup Mudah
dan Pemeliharaan
Menguntungkan
Relatif
Menguntungkan untuk kapasitas
Menguntungkan
4 Biaya Investasi Awal untuk kapasitas kecil dan efisiensi
untuk kapasitas
besar yang tidak terlalu
kecil atau medium
tinggi
Residu Hasil
5 Sedang Sedikit Sedikit
Pengolahan
Sumber : Studi literatur, 2018
Tabel 4.10 Pemilihan Unit Pengolahan Berdasarkan Kriteria
Bobot Penilaian
Bobot
No. Kriteria Pemilihan Activated Trickling
(%) RBC
Sludge Filter
1 Kebutuhan Lahan 50 3 2 1
2 Performasi Unit Pengolahan 15 3 1 2
Kemudahan Operasi dan
3 15 1 3 2
Pemeliharaan
4 Biaya Investasi Awal 15 3 2 1
5 Residu Hasil Pengolahan 5 1 3 2
Nilai 100 2,6 2,05 1,35
Sumber : Studi Literatur, 2018

IV-9

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan jumlah bobot didapatkan, maka disimpulkan bahwa jenis pengolahan
Activated Sludge merupakan metode yang paling baik untuk diterapkan pada kawasan
Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan dengan perolehan nilai tertinggi, yaitu 2,65.

Melalui sistem pengolahan yang dipilih yaitu activated sludge diharapkan mampu
mengurangi polutan organik yang terkandung pada air limbah di kawasan Pelabuhan PT.
Pelindo I Belawan.

Gambar 4.1 Diagram Alir Pengolahan Air Limbah Kawasan


Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan

1 2 3 4 6

Keterangan:
1. Bar Screen 4. Bak Pengendap Awal 7. Bak Desinfeksi
2. Bak Pemisah Lemak 5. Bak Aerasi (Activated Sludge) 8. Blower Udara
3. Bak Ekualisasi 6. Bak Pengendap Akhir

IV-10

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2 Diagram Alir Kesetimbangan Massa Perencanaan
IPAL Kawasan Pelabuhan PT.Pelindo I Belawan

Bak Pengendap Awal Bak Aerasi

Influen Removal Removal


BOD5 = 232,4 mg/l
BOD5 = 332 mg/l BOD 30% BOD 85%
COD = 438,2 mg/l
COD = 626 mg/l COD 30% COD 83,5%
TSS =51,1 mg/l
TSS =73 mg/l TSS 30% TSS 88%

BOD5 = 35,03 mg/l


COD = 72,30 mg/l
TSS = 6,13 mg/l
Bak Pengendap
Effluent
Akhir

Removal
BOD5 = ± 4,2 mg/l BOD 88%
COD = ± 19,52 mg/l COD 73%
TSS = ± 3,06 mg/l TSS 50%

4.4.2 Perhitungan Desain Unit Pengolahan


4.4.2.1 Bar Screen
Screening digunakan untuk menyisihkan padatan kasar yang terdapat pada limbah cair
seperti kayu, ranting, papan, dan padatan besar/kasar lainnya. Bar screen yang akan
dibuat dalam perencanaan IPAL ini merupakan tipe coarse screen dibuat secara manual
dengan menggunakan baja tahan karat berdiameter 1 cm. Saringan ini dibersihkan
berskala secara manual.
Tabel 4.11 Kriteria Desain Bar Screen
Kriteria Desain Pembersihan Manual
Kecepatan aliran melalui screen (m/det) 0,3-0,6
Ukuran Bar (Batang) :
Lebar (mm) 4-8
Tebal (mm) 25-50
Jarak Antar Bar (Batang) (mm) 25-75
Slope dengan horizontal (derajat) 45-60
Head loss yang dibolehkan, clogged (mm) 150
Maksimum head loss, clogged screen (mm) 800
Sumber : Nusa Idaman Said, 2017

IV-11

Universitas Sumatera Utara


Ditetapkan:
Jarak bukaan antar batang (B) = 25 mm
Diameter kisi (D) = 10 mm
Sudut kemiringan terhadap horizontal (α) = 0,5 m
Lebar saluran (b) = 0,5 m
Kedalaman air pada saluran (d) = 0,3 m
• Banyaknya celah/bukaan antar batang:
𝑏
nc = (𝐵+𝐷) Pers. 4.1 (Cahyani,2016)

dimana,
b = Lebar saluran
B = Jarak bukaan antar batang
D = Daiameter kisi
0,5 𝑚
= (0,025+0,010)𝑚 = 14,28 = 15 celah

Jumlah Batang = nc – 1= 15-1 = 14 batang


Lebar bukaan efektif = 14 x 0,025 = 0,35 m
Panjang batang bar screen yang terendam
𝑑
o Pers. 4.2 (Cahyani, 2016)
sin 60

dimana,
d = Kedalaman air pada daluran
sin 60o = Slope
0,3
= 0,866 0,34 m

• Kehilangan Tekanan
𝑤
hL= β ( 𝑏 )4/3 hv sinα Pers. 4.3 (Qasim,1985)
𝑣2
hv = 2𝑔 = velocity head (m) Pers. 4.4 (Qasim,1985)

dimana,
hL = Kehilangan tekanan (head loss) (m)
β = Faktor bentuk kisi, untuk kisi berbentuk lingkaran, β = 1,79
W = Diameter kisi yang menghadap arah aliran (m)
b = Jarak antara kisi (m)
α = Sudut perletakan kisi terhadap horizontal (o)

IV-12

Universitas Sumatera Utara


g = Percepatan gravitasi (m/s2)
0,01𝑚 0,3
Maka, hL = 1,79 ( 0,025 )4/3 x 2.9,81 x sin 60o

= 6,9 x 10-3 m

4.4.2.2 Bak Pemisah Lemak


Tujuan dari pemisahan minyak dan lemak adalah untuk menghilangkan senyawa
hidrokarbon (HC) dan fraksi HC di dalam proses emulsi mekanik. Bak pemisah lemak
atau grease removal yang direncanakan adalah tipe gravitasi sederhana. Bak terdiri dari
tiga buah ruang yang dilengkapi dengan bar screen pada bagian inletnya.
Kapasitas pengolahan : 400 m3/hari
Kriteria perencanaan :
➢ Retention time = ± 60 menit
Vol.bak = Q x td Pers.4.5 (Cahyani,2016)
dimana,
Q = Debit (m3/hari)
td = Waktu tinggal (jam)
1
= 24 hari x 400 m3/hari

= 16,7 m3
Dimensi bak :
Panjang = 2,8 m
Lebar =4m
Kedalaman Air = 1,5 m
Ruang Bebas = 0,5 m

4.4.2.3 Bak Ekualisasi


Bak ekualisasi berfungsi untuk meratakan kandungan padatan, menyeragamkan
konsentrasi zat penyemar sehingga proses selanjutnya dapat berjalan dengan baik,
menghindari shock loading karena limbah yang dihasilkan dalam proses kegiatan industri
tidak stabil. Maka pada outlet bak ekualisasi menggunakan pompa celup (submersible
pump).

IV-13

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.12 Kriteria Desain Bak Ekualisasi
Parameter Minimum Satuan Nilai
Kedalaman Minimum m 1,5-2
Ambang Batas m 1
Laju Pemompaan Udara m3/m3-menit 0,01-0,015
Sumber: Metcalf & eddy, 2004

• Perhitungan
Kapasitas Pengolahan = 400 m3/hari
Waktu tinggal di dalam bak = 4-8 jam
Ditetapkan waktu tinggal = 4,8 jam
Vol.bak = Q x td Pers. 4.6 (Ariska, 2016)
dimana,
Q = Debit (m3/hari)
td = Waktu tinggal (jam)
4,8 jam x 400 m3 /hari
= = 80 m3
24 hari/jam

Dimensi bak ekualisasi :


Panjang =8m
Lebar =4m
Kedalaman Efektif = 2,5 m
Tinggi Ruang Bebas = 0,5 m

4.4.2.4 Bak Pengendap Awal


Sedimentasi adalah suatu unit operasi untuk menghilangkan materi tersuspensi atau flok
kimia secara gravitasi. Proses sedimentasi awal pada pengolahan air limbah umumnya
untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum dilakukan proses pengolahan
selanjutnya.
Kriteria perencanaan (sumber: Japan Sewage Work Association dalam Nusa Idaman
said,2017) :
➢ Waktu tinggal di dalam bak = 2-4 jam
➢ Beban permukaan (surface loading) atau over flow rate (OFR) = 20-50 m3/m2.hari
➢ Beban weir atau weir loading (WL) = < 250 m3/m.hari

IV-14

Universitas Sumatera Utara


Ditetapkan waktu tinggal di dalam bak 3 jam.
Vol. bak pengendap awal = Q x td Pers. 4.7 (Said,2017)
dimana,
Q = Debit (m3/hari)
td = Waktu tinggal (jam)
3 𝑗𝑎𝑚
= 24 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖 x 400 m3/hari = 50 m3

Kedalaman air efektif 2,5 meter.


50
Maka, luas area bak yang diperlukan = 2,5 = 20 m3
20 𝑚3
Lebar bak = 4 m Panjang bak = =5m
4𝑚

Dimensi bak pengendap awal:


Panjang =5m
Lebar =4 m
Kedalaman Air = 2,5 m
Tinggi ruang bebas = 0,5 m
400 m3 /hari
Beban permukaan (surface loading) = = 20 m3/m2.hari
5mx4m

4.4.2.5 Bak Aerasi (Activated Sludge)


Proses lumpur aktif termasuk proses biologis aerobik, yaitu proses peruraian polutan
organik dalam air limbah dengan menggunakan mikroorganisme. Di dalam bak aerasi ini
air limbah dihembus dengan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan
zat organik yang ada dalam air limbah.
Kriteria Perencanaan :
➢ MLSS : 1500-3000
➢ BOD – SS Loading (Ls) : 0,2-0,4 Kg-BOD/Kg-SS.hari
➢ Rasio Sirkulasi Lumpur (R) : 0,2–0,3

Untuk perhitungan desain, digunakan rumus:


𝐶𝑠𝑠 + 𝑅 . 𝐶𝑅
MLSS = Pers.4.8 (Said,2017)
1+𝑅

dimana,
MLSS = Mixed Liquor Suspended Solids (mg/l)
Css = Konsentrasi SS yang masuk bak aerasi (mg/l)

IV-15

Universitas Sumatera Utara


R = Rasio sirkulasi lumpur
CR = Konsentrasi SS di dalam lumpur (mg/l)

Di mana konsentrasi SS di dalam lumpur sirkulasi (return sludge), CR = 8000 mg/l, dan
R = 0,25 (ditetapkan). Maka,
180 + 0,25 . 8000
MLSS = = 1.744 mg/l
1+0,25

Volume bak aerasi dihitung dengan rumus


𝑄. 𝐶
V = 𝑀𝐿𝑆𝑆 . 𝑠𝐿 m3 Pers. 4.9 (Said,2017)
𝑠

dimana,
Q = Laju alir limbah (m3/hari)
Cs = Konsentrasi BOD yang masuk bak aerasi (mg/l)
MLSS = Mixed Liquor Suspended Solids (mg/l)
LS = BOD-SS Loading (kg/kg.hari)

Di mana Ls ditetapkan = 0,2 kg-BOD/kg-SS.hari (sumber: Japan Sewage Work


Association dalam Nusa Idaman said,2017). Maka,
400 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖 . 210 𝑚𝑔/𝑙
V = m3
1744 . 0,2

= 241 m3
Ditetapkan: kedalaman air di dalam bak = 2,5 m dan lebar bak = 5 meter. Jadi,
241 m3
Panjang bak = 2,5 m . = 19,28 m
5m

Ditetapkan Panjang bak = 19,3 m , sehingga dimensi bak aerasi:


Panjang Bak = 19,3 m
Lebar =5m
Kedalaman Air = 2,5 m
Tinggi Ruang Bebas = 0,5 m
Sehingga,
241 m3
Waktu tinggal di dalam bak aerasi = 400 m3 /hari x 24 jam/hari = 14,5 Jam

Perhitungan beban BOD dalam bak aerasi:


Beban BOD yang masuk bak aerasi = 400 m3/hari x 210 gr/m3 = 84.000 gr/hari = 84 kg-
BOD/hari.
Jumlah BOD yang keluar = 400 m3/hari x 30 gr/m3 = 12.000 gr/hari = 12 kg.BOD/hari.

IV-16

Universitas Sumatera Utara


Jumlah BOD yang dihilangkan = (84 – 12) kg/hari = 72 kg/hari
Jumlah Kebutuhan Oksigen:
Jumlah kebutuhan oksigen untuk proses aerasi dapat dihitung dengan rumus:

Ro = a’ . BODR + b’ . X Pers 4.10 (Said,2017)

Di mana:
Ro = jumlah oksigen yang diperlukan (kg/hari)
a’ = jumlah oksigen yang dikonsumsi per jumlah BOD yang dihilangkan (kg-O2/kg-
BOD).
Biasanya a’ = 0,42
BODR = jumlah BOD yang dihilangkan (kg-BOD/hari)
b’ = oksigen yang dikonsumsi oleh respirasi endogenous (kg-O2/kg-MLSS).
Biasanya harga b’ = 0,12
X = jumlah MLSS di dalam bak aerasi
Maka,
X = 1744 gr/m3 . 241 m3 = 420.304 gr = 430,304 kg
jumlah oksigen yang diperlukan = (0,42 x 72 + 0,12 x 430,304) = 30,24 + 51,64
= 82 kg/hari
Temperatur udara rata-rata; 28o. Berat udara pada suhu 28o c = 1,1725 Kg/m3
Diasumsikan jumlah oksigen di dalam udara 23,2%. Maka, volume udara yang diperlukan
adalah:
82 kg/hari
Volume Udara yang diperlukan = 1,1725kg/m3 x 0,232g O = 301,45 m3/hari
2 /g udara

Efisiensi Difuser = 2 % (Gelembung Halus)


301,45 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
Kebutuhan Udara Aktual = 0,02
= 15.072,5 m3/hari

= 11 m3/menit
Blower udara yang diperlukan:
Spesifikasi blower,
Kapasitas blower = 11 m3/menit
Jumlah = 2 unit
Tipe = Root Blower
Merek = Shofu Tipe

IV-17

Universitas Sumatera Utara


Difuser udara menggunakan diffuser tipe “Fine Bubble Diffuser” dengan spesifikasi
sebagai berikut:
Spesifikasi diffuser:
Size : 250 mm
Connection Diameter : ¾-1 “
Flow Rate : 60-80 liter/menit (Tipikal = 70 liter/menit)
Material : Plastik Single Membrane
11.000 liter/menit
Jumlah Difuser yang diperlukan = 70 liter/menit per buah = 157 buah

Untuk mengantisipasi beban air limbah yang berlebihan, ditetapkan total jumlah difuser
di dalam bak aerasi adalah 160 buah, sehingga total difuser yang digunakan ialah 320
buah.
Cek:
QxC
s 400 x 210
BOD – SS Loading (Ls) = V x MLSS = 241 x 1744 = 0,2 kg-BOD/kg-SS.hari

4.4.2.6 Bak Pengendapan Akhir


Kriteria perencanaan bak pengendap akhir:
➢ Waktu tinggal di dalam bak = 2-4 jam
➢ Beban permukaan (surface loading) = 20-30 m3/m2.hari
➢ Beban weir atau weir loading (WL) = < 250 m3/m.hari
Ditetapkan waktu tinggal di dalam bak = 3 jam. Sehingga,
Vol. bak pengendap akhir = Q x td Pers. 4.11 (Said,2017)
dimana,
Q = Debit (m3/hari)
td = Waktu tinggal (jam)
3 𝑗𝑎𝑚
= 24 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖 x 400 m3/hari = 50 m3

Kedalaman air efektif 2,5 meter.


50
Maka, luas area bak yang diperlukan = 2,5 = 20 m2
20 𝑚3
Lebar bak = 4 m, Panjang bak = =5m
4𝑚

Dimensi bak pengendap akhir:


Panjang =5m

IV-18

Universitas Sumatera Utara


Lebar =4m
Kedalaman Air = 2,5 m
Tinggi ruang bebas = 0,5 m

4.4.2.7 Bak Desinfeksi


Tujuan bak desinfeksi ialah untuk menhilangkan mikroorganisme patogen yang dapat
menyebabkan penyakit, termasuk virus, bakteri, dan protozoa parasit. Berikut
Perhitungan bak desinfeksi.
Kriteria desain (Kawamura,1991 dan Schulz-Okun, Newyork,1984):
➢ Cl sisa = 0,2 mg/l-0,4 mg/l
➢ pH = 6-8
➢ Waktu Kontak = (10-15) menit
➢ v = (0,3-6) m/dtk
➢ Kadar klor dalam kaporit = 70%
➢ Dosis desinfeksi yang diberikan = 2-8 mg/l
Menghitung influen bak pengendap akhir
Debit dari secondary clarifier = 400 m3/hari = 16,7 m3/jam
Dosis yang diberikan = 2 mg/l
Kebutuhan klor = Debit x Dosis klor
= 400 m3/hari x 0,002 kg/m3
= 0,8 kg/hari
berat klor 0,8 kg/hari
Kebutuhan kaporit dalam larutan = kadar klor = = 1,1 kg/hari
0,7

Dimensi bak,
Vol.bak = Q x td Pers. 4.13
= 16,7 m3/jam x 0,25 jam
= 4,2 m3
Ditetapkan,
Panjang =3m
Lebar = 1,4 m
Kedalaman Air =1m
Tinggi ruang Bebas = 0,5 m

IV-19

Universitas Sumatera Utara


4.5 Rekapitulasi Desain
Dari perhitungan desain yang telah dilakukan didapatkan jumlah waktu detensi dan luas
kebutuhan lahan masing-masing unit pengolahan pada instalasi pengolahan air limbah
kawasan Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan sebagai berikut.

Tabel 4.14 Rekapitulasi Detensi Waktu Pada Unit Pengolahan

No. Unit Pengolahan Waktu Tinggal Satuan


1. Bak Pemisah Lemak 0,5 Jam
2. Bak Ekualisasi 4,8 jam
3. Bak Pengendap Awal 3 jam
4. Bak Aerasi 14,5 jam
5. Bak Pengendap Akhir 3 jam
6. Bak Desinfeksi 0,25 jam
Total 26,05 jam
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 4.15 Rekapitulasi Luas Kebutuhan Lahan Unit Pengolahan

No. Unit Pengolahan Luas Lahan Satuan


1. Bak Pemisah Lemak 11,2 m2
2. Bak Ekualisasi 32 m2
3. Bak Pengendap Awal 20 m2
4. Bak Aerasi 96,5 m2
5. Bak Pengendap Akhir 20 m2
6. Bak Desinfeksi 4,2 m2
Total 184 m2
Sumber: Hasil Perhitungan

IV-20

Universitas Sumatera Utara


4.6 Spesifikasi Teknis
4.6.1 Bak Pemisah Lemak
Dimensi bak:
Panjang : 2,8 m
Lebar :4m
Kedalaman Air : 1,5 m
Ruang Bebas : 0,5 m
Volume efektif : 16,8 m3
Konstruksi : Beton K-275

4.6.2 Bak Ekualisasi


Dimensi Bak:
Panjang :8m
Lebar :4m
Kedalaman : 2,5 m
Tinggi Ruang Bebas : 0,5 m
Bahan : Beton K-275
Volume : 80 m3

Pompa Air Limbah yang direkomendasikan:


Jenis Pompa : Submersible Pump
Kapasitas :100-300 liter/menit
Total Head : 10 m
Output listrik : 1,5 kw
Bahan : Tahan Karat
Merk : Ebara
Model : 65 DLA atau setara

4.6.3 Bak Pengendap Awal


Dimensi Bak:
Panjang :5m
Lebar :4m
Kedalaman : 2,5 m

IV-21

Universitas Sumatera Utara


Tinggi Ruang Bebas : 0,5 m
Bahan : Beton K-275
Volume : 50 m3

4.6.4 Bak Aerasi


Dimensi Bak:
Panjang : 19,3 m
Lebar :5m
Kedalaman : 2,5 m
Tinggi Ruang Bebas : 0,5 m
Bahan : Beton K-275
Volume : 241 m3

4.6.5 Bak Pengendap Akhir


Dimensi Bak:
Panjang :5m
Lebar :4m
Kedalaman : 2,5 m
Tinggi Ruang Bebas : 0,5 m
Bahan : Beton K-275
Volume : 50 m3

4.6.6 Bak Desinfeksi


Dimensi Bak:
Panjang :3m
Lebar : 1,4 m
Kedalaman :1m
Tinggi Ruang Bebas : 0,5 m
Bahan : Beton K-275
Volume : 4,2 m3

IV-22

Universitas Sumatera Utara


4.7 Lokasi IPAL
Lokasi yang akan dilakukan rencana pembangunan instalasi pengolahan air limbah
kawasan pelabuhan di Belawan bertempat di kantor otoritas pelabuhan dan kantor distrik
navigasi yang memiliki luas area 2.027,50 m2 dan 5.103.65 m2. Penentuan calon lokasi
IPAL berdasarkan data dan rekomendasi pihak PT. Pelindo I.

Gambar 2.1 Lokasi Perencanaan Posisi IPAL

IV-23

Universitas Sumatera Utara


BAB V
RENCANA ANGGARAN BIAYA RANCANGAN
Rencana Anggaran Biaya merupakan perkiran biaya yang diperlukan dalam suatu pekerjaan
konstruksi. Di dalam menentukan Rancangan Anggaran Biaya dibutuhkan perhitungan volume
galian dan timbunan, volume pekerjaan dan harga satuan pekerjaan yang nantinya digunakan
sebagai acuan di dalam perhitungan anggaran. Perhitungan volume mengacu pada gambar
teknis yang telah dibuat. Perhitungan biaya meliputi biaya investasi dan biaya pengelolaan.
Berikut rencana anggaran biaya rancangan IPAL Kawasan Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan:

Universitas Sumatera Utara


V-2

ENGINEER ESTIMATE
RINCIAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

NAMA KEGIATAN PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH (IPAL)


:
KAWASAN PELABUHAN PT. PELINDO I BELAWAN

LOKASI KEGIATAN MEDAN BELAWAN


:
– KOTA MEDAN

HARGA TOTAL
No. URAIAN PEKERJAAN ANALISA VOLUME SATUAN SATUAN BIAYA
( Rp ) ( Rp )
1 2 3 4 5 6 7 = (4) x (6)

A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pematokan & Pengukuran Ulang (Uitzef) 1,00 Ls 2.500.000 2.500.000
2 Pembersihan dan Perataan Lapangan A.2.1.(9) 325,20 m2 14.878 4.838.163
3 Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank A.2.1.(4) 100,15 m1 104.904 10.506.180
4 Mobilisasi & Demobilisasi Alat 1,00 Ls 5.000.000 5.000.000
Sub Total -- A 22.844.343
B. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
1 Galian Tanah Biasa ( Mekanis ) El.2.2.(7) 221,00 m3 43.691 9.655.762
2 Timbunan Kembali Tanah Biasa Bekas Galian A.2.2.(12) 66,30 m3 49.638 3.290.966
3 Buangan Tanah Sisa Galian A.2.2.(8) 154,70 m3 29.915 4.627.773
4 Timbunan Pasir Urug Dibawah Kolam IPAL, Tebal 10 cm A.2.2.(10) 32,52 m3 198.660 6.460.423
Sub Total -- B 24.034.925

Universitas Sumatera Utara


V-3

C. PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG


1 Bak Pemisah Lemak
a) Lantai Kerja Beton K-100, Tebal 5 cm A.4.1.(1) 0,70 m3 874.332 612.032
b) Plat Lantai Dasar Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm - -
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 2,80 m3 1.187.875 3.326.051
- Pembesian A.4.1.(16b) 560,00 Kg 25.104 14.058.175
- Bekisting untuk Plat Lantai Dasar A.4.1.(19) 3,24 m2 265.371 859.801
c) Sloof Dinding Beton Bertulang K-250, Uk. (20/20) cm - -
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 0,65 m3 1.187.875 769.743
- Pembesian A.4.1.(16b) 129,60 Kg 25.104 3.253.463
- Bekisting Untuk Sloof (2x Pakai) A.4.1.(20) 6,48 m2 288.218 1.867.650
d) Dinding Utama Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm - -
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 6,48 m3 1.187.875 7.697.431
- Pembesian A.4.1.(16b) 1.296,00 Kg 25.104 32.534.633
- Bekisting Untuk Dinding (2x Pakai) A.4.1.(24) 64,80 m2 332.593 21.552.022
e) Dinding Partisi Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm - -
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 0,60 m3 1.187.875 712.725
- Pembesian A.4.1.(16b) 120,00 Kg 25.104 3.012.466
- Bekisting Untuk Dinding (2x Pakai) A.4.1.(24) 0,60 m2 332.593 199.556

2 Bak Ekualisasi
a) Lantai Kerja Beton K-100, Tebal 5 cm A.4.1.(1) 4,00 m3 874.332 3.497.327
b) Plat Lantai Dasar Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm
Membuat Beton Mutu K-275, f'c = 24,0
A.4.1.(8) 16,00 m3 1.187.875 19.006.003
Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53
- Pembesian A.4.1.(16a) 3.200,00 Kg 24.504 78.413.280
- Bekisting untuk Plat Lantai Dasar A.4.1.(19) 7,20 m2 265.371 1.910.668

Universitas Sumatera Utara


V-4

c) Sloof Beton Bertulang K-275, Uk. (20/20) cm


Membuat Beton Mutu K-275, f'c = 24,0
A.4.1.(8) 1,44 m3 1.187.875 1.710.540
Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53
- Pembesian A.4.1.(16a) 288,00 Kg 24.504 7.057.195
- Bekisting untuk Sloof (2x Pakai) A.4.1.(20) 1,44 m2 288.218 415.033
d) Dinding Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm
Membuat Beton Mutu K-275, f'c = 24,0
A.4.1.(8) 6,00 m3 1.187.875 7.127.251
Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53
- Pembesian A.4.1.(16a) 1.200,00 Kg 24.504 29.404.980
- Bekisting untuk Dinding (2x Pakai) A.4.1.(24) 216,00 m2 332.593 71.840.075

3 Bak Sedimentasi Awal


a) Lantai Kerja Beton K-100, Tebal 5 cm A.4.1.(1) 2,50 m3 874.332 2.185.829
b) Plat Lantai Dasar Beton Bertulang K-275, Tebal 30 cm
Membuat Beton Mutu K-275, f'c = 24,0
A.4.1.(8) 47,03 m3 1.187.875 55.859.831
Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53
- Pembesian A.4.1.(16b) 9.405,00 Kg 25.104 236.102.027
- Bekisting untuk Plat Lantai Dasar A.4.1.(19) 5,70 m2 265.371 1.512.613
c) Sloof Dinding Beton Bertulang K-275, Uk. (20/20) cm
- Beton Mutu K-270, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 1,14 m3 1.187.875 1.354.178
- Pembesian A.4.1.(16b) 228,00 Kg 25.104 5.723.685
- Bekisting Untuk Sloof (2x Pakai) A.4.1.(20) 11,40 m2 288.218 3.285.681
d) Dinding Utama Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 17,10 m3 1.187.875 20.312.666
- Pembesian A.4.1.(16b) 3.420,00 Kg 25.104 85.855.282
- Bekisting Untuk Dinding (2x Pakai) A.4.1.(24) 171,00 m2 332.593 56.873.393

4 Bak Aerasi (Activated Sludge)


a) Lantai Kerja Beton K-100, Tebal 5 cm A.4.1.(1) 6,04 m3 874.332 5.280.963

Universitas Sumatera Utara


V-5

b) Plat Lantai Dasar Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm


- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 24,16 m3 1.187.875 28.699.065
- Pembesian A.4.1.(16b) 4.832,00 Kg 25.104 121.301.966
- Bekisting untuk Plat Lantai Dasar A.4.1.(19) 9,24 m2 265.371 2.452.025
c) Sloof Dinding Beton Bertulang K-250, Uk. (20/20) cm
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 1,85 m3 1.187.875 2.195.193
- Pembesian A.4.1.(16b) 369,60 Kg 25.104 9.278.395
- Bekisting Untuk Sloof (2x Pakai) A.4.1.(20) 18,48 m2 288.218 5.326.262
d) Dinding Utama Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 27,72 m3 1.187.875 32.927.900
- Pembesian A.4.1.(16b) 5.544,00 Kg 25.104 139.175.932
- Bekisting Untuk Dinding (2x Pakai) A.4.1.(24) 277,20 m2 332.593 92.194.763
e) Dinding Partisi Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 4,80 m3 1.187.875 5.701.801
- Pembesian A.4.1.(16b) 960,00 Kg 25.104 24.099.728
- Bekisting Untuk Dinding (2x Pakai) A.4.1.(24) 3,20 m2 332.593 1.064.297

5 Bak Sedimentasi Akhir


a) Lantai Kerja Beton K-100, Tebal 5 cm A.4.1.(1) 2,50 m3 874.332 2.185.829
b) Plat Lantai Dasar Beton Bertulang K-275, Tebal 30 cm
Membuat Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c =
A.4.1.(8) 47,03 m3 1.187.875 55.859.831
0,53
- Pembesian A.4.1.(16b) 9.405,00 Kg 25.104 236.102.027
- Bekisting untuk Plat Lantai Dasar A.4.1.(19) 5,70 m2 265.371 1.512.613
c) Sloof Dinding Beton Bertulang K-275, Uk. (20/20) cm
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 1,14 m3 1.187.875 1.354.178
- Pembesian A.4.1.(16b) 228,00 Kg 25.104 5.723.685
- Bekisting Untuk Sloof (2x Pakai) A.4.1.(20) 11,40 m2 288.218 3.285.681

Universitas Sumatera Utara


V-6

d) Dinding Utama Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm


- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 17,10 m3 1.187.875 20.312.666
- Pembesian A.4.1.(16b) 3.420,00 Kg 25.104 85.855.282
- Bekisting Untuk Dinding (2x Pakai) A.4.1.(24) 171,00 m2 332.593 56.873.393

6 Desinfektasi
a) Lantai Kerja Beton K-100, Tebal 5 cm A.4.1.(1) 0,52 m3 874.332 454.652
b) Plat Lantai Dasar Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 2,08 m3 1.187.875 2.470.780
- Pembesian A.4.1.(16a) 416,00 Kg 24.504 10.193.726
- Bekisting untuk Plat Lantai Dasar A.4.1.(19) 2,64 m2 265.371 700.578
c) Sloof Beton Bertulang K-275, Uk. (20/20) cm
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 0,53 m3 1.187.875 627.198
- Pembesian A.4.1.(16a) 105,60 Kg 24.504 2.587.638
- Bekisting Untuk Sloof (2x Pakai) A.4.1.(20) 5,28 m2 288.218 1.521.789
d) Dinding Beton Bertulang K-275, Tebal 20 cm
- Beton Mutu K-275, f'c = 24,0 Mpa, Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53 A.4.1.(8) 3,96 m3 1.187.875 4.703.986
- Pembesian A.4.1.(16a) 792,00 Kg 24.504 19.407.287
- Bekisting Untuk Dinding (2x Pakai) A.4.1.(24) 5,28 m2 332.593 1.756.091

Sub Total -- C 1.763.090.4


87

D. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Bar Screen 1.00 Unit 5,000,000 5,000,000
18,850,000.
2 Pompa Submersible, Panel dan Aksesoris 2.00 Unit 37,700,000
00
3 Pipa Besi 5.00 M 58,500 292,500
4 Kaporit untuk Commissioning 50.00 Unit 14,000 700,000

Universitas Sumatera Utara


V-7

5 Fine Bubble Air Difuser 320.00 Unit 180,000 57,600,000 5


6 Pompa Lumpur 2.00 Unit 9,750,000 19,500,000
7 Root Blower dan Motor Penggerak 2.00 Unit 45,750,000 91,500,000

Sub Total - D 212.292.500

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2 Uraian Pekerjaan Anggaran Biaya
TOTAL BIAYA
NO URAIAN PEKERJAAN
( Rp )
1 2 3

A. PEKERJAAN PERSIAPAN 19,909,650


B. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI 23,604,800
PEKERJAAN STRUKTUR BETON
C. 1,701,700,557
BERTULANG
D. PEKERJAAN LAIN-LAIN 212,292,500
SUB TOTAL
1,957,507,507
PAJAK ( 10 % )
195,750,751
TOTAL
2,153,258,258

V-8

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan desain IPAL Kawasan Pelabuhan PT. Pelindo I Belawan maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kualitas dan kuantitas air limbah yang didapatkan di Kawasan Pelabuhan PT. Pelindo
Belawan yaitu,
Data Primer Kualitas Air
No. Parameter Outlet Satuan Permen LH No. 3 Tahun 2010
1 pH 7,37 - 6-9
2 TSS 9 mg/l 150 (Batas Maksimum)
3 BOD5 6,20 mg/l 50 (Batas Maksimum)
4 COD 16,1 mg/l 100 (Batas Maksimum)
5 Minyak & Lemak 24 mg/l 15 (Batas Maksimum)
6 NH3-N 0,22 mg/l 20 (Batas Maksimum)

Data Sekunder Kualitas Air


Permen LH No. 3 Tahun
No. Parameter Outlet 1 Outlet 2 Outlet 3 Satuan
2010
1 TSS 6 73 12 mg/l 150 (Batas Maksimum)
2 BOD5 308 19,2 332 mg/l 50 (Batas Maksimum)
3 COD 583 38 626 mg/l 100 (Batas Maksimum)
4 Minyak & 6,6 5,4 3,6 mg/l 15 (Batas Maksimum)
Lemak
5 NH3-N 2,6 1,05 2,2 mg/l 20 (Batas Maksimum)

Berdasarkan perhitungan rekening air dengan memperkirakan perencanaan


pengembangan di kawasan pelabuhan PT. Pelindo Belawan didapatkan kuantitas air
sebesar 400 m3/hari untuk perencanaan IPAL.

b. Sistem pengolahan yang sesuai untuk diterapkan pada kawasan pelabuhan PT. Pelindo
I Belawan adalah menggunakan proses lumpur aktif (activated sludge) dengan unit-
unit yang diperlukan terdiri dari bak pemisah lemak, bak ekualisasi, bak pengendap
awal, bak aerasi, bak pengendap akhir, dan bak desinfeksi.
c. Berdasarkan perhitungan, didapatkan dimensi bak pemisah lemak panjang 2,8 m, lebar
4 m, kedalaman Air 1,5 m, tinggi ruang bebas 0,5 m, volume efektif 16,8 m3, bak
ekualisasi panjang 8 m, lebar 4 m, kedalaman 2,5 m, tinggi ruang bebas 0,5 m, volume
80 m3, bak pengendap awal panjang 5 m, lebar 4 m, kedalaman 2,5 m, tinggi ruang
bebas 0,5, volume 50 m3, bak aerasi Panjang 19,3 m, lebar 5 m, kedalaman 2,5 m,

Universitas Sumatera Utara


tinggi ruang bebas 0,5 m, volume 241 m3, bak pengendap akhir Panjang 5 m, lebar 4
m, kedalaman 2,5 m, tinggi ruang bebas 0,5, volume 50 m3, bak desinfeksi Panjang 3
m, lebar 1,4 m, kedalaman 1 m, tinggi ruang bebas 0,5 m, volume 4,2 m3.
d. Berdasarkan perhitungan total biaya perencaan IPAL kawasan Pelabuhan PT. Pelindo
I Belawan diperkirakan estimasi biaya setelah pembulatan berkisar Rp 2.153.260.000.

6.2 Saran
a. Sebaiknya pengambilan sampel air dilakukan di setiap outlet yang ada agar hasil lebih
akurat dan lebih baik.
b. Sebaiknya penggambaran desain dilakukan secara tiga dimensi agar lebih mudah
dipahami.

VI-2

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ansari & Yashwant. 2013. Conceptual Design Of Wastewater Treatment Plant For The Dera
Bassi Industrial Estat, Punjab (India). Global Journals Inc. (USA). India.

Anwar, Ruslin dkk. 2008. Studi Evaluasi Pengolahan Air Limbah Industri Secara Terpusat di
Kawasan Industri Rembang Pasuruan (PIER). Jurnla Publikasi Universitas Brawijaya Vol.
2 No.3. Malang.

Arbasyaroh. 2017. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sederhana Pada
Bangunan Ruko 3 Lantai. Publikasi Tugas Akhir Politeknik Negeri Balikpapan.
Balikpapan.

Ariska, Nawa Inti dkk. 2017. Perencanaan Instalasi Pengolahan air limbah (IPAL) Pabrik
Penyamakan Kulit Di Desa Mojopurno Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.
Universitas Brawijaya.Malang.

Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi. Contoh Perencaan Dan Pembangunan IPAL
Domestik Kapasitas 150 m3 per Hari. www.bppt.go.id diakses pada tanggal 8 september
2018.

Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi. Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Trickling
Filter. www.bppt.go.id diakses pada tanggal 28 agustus 2018.

Binilang, Alex dan Fuad Halim. 2016. Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di
Kelurahan Istiqlal Kota Manado. Jurnal Publikasi Universitas Sam Ratulangi Vol. 4 No.
3. Manado.

Cahyani, Desy Nur. dkk. 2016. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri
Kerupuk Kulit di Kelurahan Sembung Kabupaten Tulungagung. Jurnal Publikasi
Universitas Brawijaya. Malang.

Hammer, Mark J. & Jr, Mark J. Hammer. 2008. Water and Wastewater Technology. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.

Hartaja, Dinda Rita dan Imam Setiadi. 2016. Perencanaan Desain Instalasi Pengolahan Limbah
Industri Nata De Coco Dengan Proses Lumpur Aktif. Jurnal Publikasi BPPT Vol. 9 No.2.
Jakarta.

Hero, Neva. 2014. Watewater Treatment In Harbours. Instituto Superior Tecnico. Lisbon.

Kemenkes RI. 2011. Seri Sanitasi Lingkungan Pedoman Teknik Instalasi Pengolahan Air Limbah
Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. ciptakarya.
pu.go.id diakses pada tanggal 6 September 2018. Jakarta.

Kurniawan,Allen. 2014. Rancang Bangun Unit Sedimentasi Rectangular Pada Instalasi


Pengolahan Air Limbah. Jurnal publikasi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusumadewi, Rahani Yunanda dan Arseto Yekti Bagastyo. 2016. Perencanaan Instalasi
Pengolahan Air Limbah Kegiatan Peternakan Sapi Perah dan Industri Tahu. Jurnal
Publikasi ITS Vol. 5 No. 2. Surabaya.

Marhadi. 2016. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Tahu Di
Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi. Jambi.

Universitas Sumatera Utara


Marhadi. 2016. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Tahu di
Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi Vol. 16 No.1 Tahunn 2016. Jambi.

Metcalf & Eddy, Inc., Tchobanoglous, G., Burton, F.L., & Stensel, H.D. 2004. Wastewater
Engineering Treatment And Reuse (4th ed). Mc. Graw Hill. Singapore.

Mufida, Diana Khusna dkk. 2015. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Dengan
Menggunakan Kombinasi Sistem Anaerobik-Aerobik Pada Pabrik Tahu “Duta” Malang.
Jurnal Publikasi Universitas Brawijaya. Malang.

Oktiawan, Wiharyanto dkk. 2013. Masterplan Sistem Pengelolaan Air Limbah Industri Di
Kawasan Industri BSB City, Mijen-Semarang. Jurnal Publikasi Undip. Semarang.

Prakoso, Dandy dan Bieby Voijant Tangahu. 2016. Desain IPAL Komunal Limbah Domestik
Perumahan Sukolilo Dian Regency Dengan Teknologi Contructed Wetland. Jurnal
Publikasi ITS Vol. 5 No. 2. Surabaya.

Priyanka,Arina. 2012. Perancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah Pertamina Maritime


Training Center (Studi Perbandingan Dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah Gedung
Pertamina Leraning Center). Universitas Indonesia. Depok.

PT. Pelabuhan Indonesia I. 2015. Laporan Tahunan 2015. Medan.

Qasim, Syed. 1985. Wastewater Treatment Plants Planning, Design, And Operation. New York
: CBS College Publishing.

Ratnawati, Rhenny dkk. 2014. Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biofilter Untuk
Mengolah Air Limbah Poliklinik Unipa Surabaya. Jurnal Publikasi Unipasby Vol. 12 No.
2-ISSN: 1412-1867. Surabaya.

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2010
Tentang Baku Mutu Air Limbah Kawasan Industri. Menteri LH RI. Indonesia.

Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik.
Menteri PUPR RI. Indonesia.

Rini,Nita. 2016. Kajian Pencemaran Air Sungai Deli Oleh Limbah Domestik Dan Industri Serta
Strategi Pengendalian Pencemaran Air Di Kota Medan. Tesis Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Rosidi, Mohammad. 2017. Perancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pabrik Kertas
Halus PT. X Sidoarjo. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Said, Nusa Idaman. 2008. Pengelolaan Air Limbah Domestik di DKI Jakarta Tinjauan
Permasalahn, Strategi Dan Teknologi Pengolahan. Pusat Teknologi Lingkungan Deputi
Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Badan Pengkajian Dan Penerapan
Teknologi. Jakarta.

Said, Nusa Idaman. 2017. Teknologi Pengolahan Air Limbah Teori dan Aplikasi. Penerbit
Erlaangga. Jakarta.

Samal, Swati. 2016. Design Of Sewage Treatment Plant. IOSR Journal Of Mechanical and Civil
Engineering (IOSR-JMCE). India.

Universitas Sumatera Utara


Satiti, Epifani. 2011. Identifikasi Dan Karakteristik Limbah Cair Serta Evaluasi Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pasar Tradisional. Skripsi Universitas Indonesia. Depok.

Sawyer, Clair & Mccarty, perry L. (2003). Chemistry For Environmental Engineering And
Science, 5th Edition. Mcgraw-Hill. Singapore.

Sekman, et al. 2011. Treatment Of Oily Wastewater From Port Waste Reception Facilities By
Electrocoagulation. Int. J. Environ. Res., 5(4): 1079-1086, Autumn 2011. Istanbul.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press. Jakarta.

Thohuroh, Masfufahtut dkk. 2016. Studi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pabrik Tahu
“3 Saudara” Malang dengan Kombinasi Biofilter Anaerobik-Aerobik. Jurnal publikasi
Universitas Brawijaya. Malang.

Wulandari, Dwica. 2012. Evaluasi Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah Kantor Pusat
Pertamina. Skripsi Universitas Indonesia. Depok.

Yenti, Sefni. 2011. Evaluasi Instlasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit (Studi Kasus:
Rumah Sakit ST. Carolus Jakarta). Skripsi Universitas Indonesia. Depok.

Universitas Sumatera Utara


b Kementerian
Perindustrian
REFUBLIK INDOIIESIA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI
BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI
LABORATORIUM
il]&Hff
IVItsUAl\
INDUSIKI MEDAN

.a1?'"i:"ff"HiffiftT,i1*#i;111ffi
e-mail : bind-medan@kemenperin.go.id
#I
PENGUJT Medanyxnxw
F3
fr
'A;;,13""o*o"ationof
Kmlb Akrcdiktiilfilon.l
bboffid{n hnrurl
p.521.rDl{
E0 0001
a0w
Dok.No. F -LP -Ot6/Z-l'001t5
SERTIFIKAT HASIT UJI
Cerffiate of Test Results

Nomor Seri : 03327 Kepada Yth.


To
Serial Number
Rryan Fernandes HTG NIM 140407015

Nomor Pengujian : PA.1112 JUR Tek Lingkungan USU Medan


Jln. Kutilang Sunggal No' 39
Testing Number
Medan
No. Surat Permohonan Pengujian :-
Requestation Number

Halaman :I dari2
Page

di bawah ini menerangkan, bahwa hasil pengujian dari


:
yang
The tion of

#",M m%wwwwm

Kode
Code

Pengambil Contoh : Diantar langsung


Sampler

Prosedur Pengambilan Contoh :-


Sampling Prccedure

Keterangan Contoh : Tidak disegel


Description of Samqle (s)

Tanggalditerima : 01 Agustus 2018


Date of Received

Tanggal Pengujian : 02 Agustus 2018


Date of Testing

Adalah sebagai' berikut


As follows

Sertifikat Hasil Uji ini berlaku 9O hari sejak tanggal dikeluarkan hanya untuk nama/jenis contoh diatas.
The certificate of fest nesults valid within 90 days siice the date issued, to the name/kind of sample (s) above only.
Dilarang memperbanyak atau mempublikasikan sertifikat ini tanpa tertulis dari Manajemen Universitas Sumatera Utara
LP-BIM
- Do not reproduce this certificate without a ualid written approval from LP-BIM Management
U

C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

Jl. Pelabuhan I

Jl. Pelabuhan 2
Jl. Pelabuhan 3

Jl. Sulawesi 2
Jl. Sulawesi 2
buhan
Jl. Pela

To
lB
elm
er
a

Jl. B
aga
nL
am
a

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

1m

0.35 m
0.34 m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

0,2 m
0,5 m
1,5 m

0,83 m 0,83 0,83

2,8 m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

0,93 m 0,93 m 0,93 m

4m
2,8 m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

0,2 m

0,5 m
2,5 m
8m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg
0,4 m

4m
8m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

0,2 m

0,5 m
1,5 m

1m
0,5 m

5m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

0,2 m

4m
5m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

6,44 m 6,44 6,44

0,5 m
2,5 m
19,3 m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

0,2 m

5m
19,3 m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

1m
3m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

1,4 m
3m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

9m
37,1 m

Universitas Sumatera Utara


C:\Users\Hp ubuntu\OneDrive\Logo_USU.jpg

Jl. Sulawesi 2

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
SALINAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP


NOMOR 03 TAHUN 2010
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup


perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang berpotensi mencemari
lingkungan hidup;
b. bahwa kawasan industri berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan hidup sehingga perlu dilakukan
upaya pencegahan pencemaran air dengan menetapkan
baku mutu air limbahnya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Nomor 32
tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kawasan Industri;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4377);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4548);

1
Universitas Sumatera Utara
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3816);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3838);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4161);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4747);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4987);
10. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP


TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN
INDUSTRI.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang
telah memiliki izin usaha kawasan industri.
2. Perusahaan kawasan industri adalah perusahaan yang mengusahakan
pengembangan dan/atau pengelolaan kawasan industri.

2
Universitas Sumatera Utara
3. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke
dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
4. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air,
sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara.
5. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair.
6. Kadar maksimum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur pencemar
dalam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air.
7. Kuantitas air limbah maksimum adalah sejumlah air limbah tertinggi
yang masih diperbolehkan dibuang ke sumber air setiap satuan produk.
8. Debit maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan
dibuang ke lingkungan.
9. Titik penaatan adalah satu lokasi atau lebih yang dijadikan acuan
untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air limbah.
10. Lahan kawasan terpakai adalah total luas lahan yang dimiliki atau
dikuasai oleh pemakai lahan industri (tenant) yang tercantum dalam
perjanjian jual beli atau sewa lahan di dalam kawasan industri yang
membuang air limbahnya ke dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) kawasan industri.
11. Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat yang selanjutnya disebut
IPAL terpusat adalah instalasi yang digunakan untuk mengolah air
limbah yang berasal dari seluruh industri dan aktivitas pendukungnya
yang ada dalam kawasan industri.
12. Kejadian tidak normal adalah kondisi dimana peralatan proses
produksi dan/atau instalasi pengolahan air limbah tidak beroperasi
sebagaimana mestinya karena adanya kerusakan dan/atau tidak
berfungsi secara normal peralatan tersebut.
13. Keadaan darurat adalah kondisi tidak berfungsinya peralatan proses
produksi dan/atau tidak beroperasinya instalasi pengolahan air limbah
sebagaimana mestinya karena adanya bencana alam, kebakaran,
dan/atau huru-hara.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 2
(1) Setiap kawasan industri yang telah mempunyai IPAL terpusat wajib
menaati baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(2) Dalam hal kawasan industri belum mempunyai IPAL terpusat, berlaku
baku mutu air limbah bagi jenis usaha dan/atau kegiatan sesuai
dengan peraturan menteri yang mengatur mengenai baku mutu air
limbah.
(3) Baku mutu air limbah bagi kawasan industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan kadar dan kuantitas air limbah
maksimum.

3
Universitas Sumatera Utara
Pasal 3
Baku mutu air limbah kawasan industri sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini setiap saat tidak boleh dilampau.

Pasal 4
(1) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1),
khusus untuk parameter amoniak (NH3) tidak berlaku bagi kawasan
industri yang sebagian besar industrinya menggunakan bahan baku
utama mengandung amoniak (NH3).
(2) Parameter Amoniak (NH3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan peraturan daerah.

Pasal 5
(1) Pemerintahan daerah provinsi dapat menetapkan:
a. baku mutu air limbah bagi kawasan industri dengan ketentuan sama
atau lebih ketat dari ketentuan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini; dan/atau
b. parameter tambahan di luar parameter sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini setelah mendapat persetujuan
Menteri.
(2) Menteri dapat menyetujui atau menolak permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling lama 90 (sembilan puluh) hari
kerja sejak diterimanya permohonan tersebut dengan memperhatikan
saran dan pertimbangan instansi teknis terkait.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) Menteri
tidak memberikan keputusan terhadap permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, permohonan dianggap disetujui.
(4) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai
dengan alasan penolakan.
(5) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan peraturan daerah provinsi.

Pasal 6
Dalam hal pemerintah daerah provinsi menetapkan baku mutu air limbah
bagi kawasan industri lebih ketat dari baku mutu air limbah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), diberlakukan baku mutu air limbah yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi.

Pasal 7
Dalam hal hasil kajian kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL) atau rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) dari kawasan
industri mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat dari baku mutu air
limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 5 ayat (1),
diberlakukan baku mutu air limbah bagi kawasan industri sebagaimana
yang dipersyaratkan oleh AMDAL atau rekomendasi UKL dan UPL.

Pasal 8
Dalam hal hasil kajian mengenai pembuangan air limbah bagi kawasan
industri mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat dari baku mutu air

4
Universitas Sumatera Utara
limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), atau
Pasal 7, diberlakukan baku mutu air limbah berdasarkan hasil kajian.

Pasal 9
Penanggung jawab kawasan industri wajib:
a. menaati baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Menteri ini;
b. melakukan pengelolaan air limbah sehingga mutu air limbah yang
dibuang ke sumber air tidak melampaui baku mutu air limbah yang
telah ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri ini;
c. menggunakan saluran pembuangan air limbah yang kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan;
d. tidak melakukan pengenceran air limbah, termasuk mencampur
buangan air bekas pendingin ke dalam aliran buangan air limbah yang
berasal dari IPAL terpusat;
e. memisahkan saluran buangan air limbah dengan saluran limpasan air
hujan;
f. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji;
g. memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah dan melakukan
pencatatan debit harian air limbah tersebut;
h. melakukan pemantauan harian kadar parameter baku mutu air limbah,
untuk parameter pH dan COD;
i. memeriksakan kadar parameter baku mutu air limbah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan ke laboratorium yang telah
terakreditasi dan teregistrasi di Kementerian Lingkungan Hidup;
j. menyampaikan laporan debit harian air limbah, pemantauan harian
kadar parameter air limbah, dan hasil analisa laboratorium terhadap
baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam huruf g, huruf h,
dan huruf i secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada gubernur, Menteri,
dan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundangan-undangan;
dan
k. melaporkan kepada bupati/walikota dengan tembusan gubernur dan
Menteri mengenai terjadinya keadaan darurat dan/atau kejadian tidak
normal yang mengakibatkan baku mutu air limbah dilampaui serta
upaya penanggulangannya paling lama 2 x 24 jam.

Pasal 10
(1) Bupati/walikota wajib mencantumkan baku mutu air limbah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 7,
atau Pasal 8 dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ke
dalam izin pembuangan air limbah bagi kawasan industri yang
membuang air limbahnya ke sumber air.
(2) Menteri atau gubernur yang diberikan delegasi oleh Menteri sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang mengatur
mengenai persyaratan dan tata cara perizinan pembuangan air limbah ke
laut wajib mencantumkan baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, atau Pasal 8 dan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ke dalam izin

5
Universitas Sumatera Utara
pembuangan air limbah bagi kawasan industri yang membuang air
limbahnya ke laut.

Pasal 11
Baku mutu air limbah bagi kawasan industri yang ditetapkan lebih longgar
dari Peraturan Menteri ini wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan
Menteri ini paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkan.

Pasal 12
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: KEP-03/MENLH/1/1998 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kawasan Industri dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 13
Peraturan Menteri ini mulai berlaku 1 (satu) tahun pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal : 18 Januari 2010

MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,

ttd

PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS

Salinan sesuai dengan aslinya


Deputi MENLH Bidang
Penaatan Lingkungan,

ttd

Ilyas Asaad.

6
Universitas Sumatera Utara
Lampiran
Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 03 Tahun 2010
Tanggal : 18 Januari 2010

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1 pH - 6–9
2 TSS mg/L 150
3 BOD mg/L 50
4 COD mg/L 100
5 Sulfida mg/L 1
6 Amonia (NH3-N) mg/L 20
7 Fenol mg/L 1
8 Minyak & Lemak mg/L 15
9 MBAS mg/L 10
10 Kadmium mg/L 0,1
11 Krom Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,5
12 Krom total (Cr) mg/L 1
13 Tembaga (Cu) mg/L 2
14 Timbal (Pb) mg/L 1
15 Nikel (Ni) mg/L 0,5
16 Seng (Zn) mg/L 10
17 Kuantitas Air Limbah 0,8 L perdetik per Ha Lahan
Maksimum Kawasan Terpakai

MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,

ttd

PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS

Salinan sesuai dengan aslinya


Deputi MENLH Bidang
Penaatan Lingkungan,

ttd

Ilyas Asaad.

Universitas Sumatera Utara


BIOGRAFI PENULIS

Nama : Riyan Fernandes Hutagalung

NIM : 140407015

Tempat/Tgl Lahir : Sibolga, 1 September 1995

Alamat Email : riyyann@tl-usu.my.id

No. Hp : +62 812 6009 0135

Nama Orang Tua : Djanson Hutagalung

Alamat Orang Tua : Jalan Padang Sidempuan No.123 Tapanuli Tengah

Asal Sekolah:

1. SD Negeri 1 Benoa Nusa Dua, tahun 2002-2007

2. SD Negeri 3 Singkawang, tahun 2007-2008

3. SMP Negeri 3 Pematang Siantar, tahun 2008-2011

4. SMA Negeri Sibolga, tahun 2011-2014

Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Universitas Sumatera Utara periode
2016/2017
2. Kepala Departemen Komunikasi Dan Informasi Ikatan Mahasiswa Teknik Lingkungan Indonesia
Regional 1
3. Kerja Praktik di PT. Agincourt Resources Martabe Gold Mine tahun 2017

Artikel yang sudah dipublikasikan dalam Jurnal/Pertemuan Ilmiah:

Beasiswa yang diperoleh:

1. PPA 2016

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai