TUGAS AKHIR
Oleh
TUGAS AKHIR
Oleh
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
dengan judul Pengelolaan Sampah di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Udiklat
Tuntungan.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Netti Herlina, M.T. selaku ketua jurusan Teknik Lingkungan dan Dosen
pembimbing pertama Tugas Akhir Program Studi Teknik Lingkungan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Ir. Lies Setyowati, M.T. selaku dosen pembimbing kedua Tugas Akhir Program
Studi Teknik Lingkungan Universitas Sumatera Utara.
3. Pak Dr. Amir Husin, S.T., M.T. selaku sekretaris jurusan Teknik Lingkungan
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Isra’ Suryati M.Si. selaku Koordinator Tugas Akhir Program Studi Teknik
Lingkungan Universitas Sumatera Utara.
5. Pak Dr. Amir Husin, S.T., M.T. dan pak Ir.Jony Mullyadi, M.T. sebagai dosen
penguji seminar hasil.
6. Seluruf staf, dosen dan karyawan Teknik Lingkungan USU.
7. Kedua orang tua serta keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan moril dan
materi.
8. Rekan-rekan angkatan 2014 dan mahasiswa teknik lingkungan lainnya yang telah
memberikan banyak bantuan, perhatian, pengertian dan dorongan dalam penelitian
ini.
9. Semua pihak yang turut mendukung penyelesaian proposan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik, saran, dan masukan dari semua pihak sangat diharapkan agar masa yang akan
datang laporan ini lebih sempurna. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan memiliki kewajiban mengelola sampah yang dihasilkan, Sumber
sampah yang dihasilkan berasal dari kantor dan kelas, mess dan asrama, taman dan jalan serta ruang
makan. Kondisi pengelolaan sampah yang selama ini dilakukan di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan
dinilai belum optimal. Hal ini ditandai dengan tersedianya tempat sampah 3 jenis namun sampah yang
dihasilkan masih tercampur, seluruh sampah yang dihasilkan dikumpulkan pada lahan terbuka, sehingga
belum dilakukan pemanfaatan kembali sampah. Tujuan penelitian adalah menghitung timbulan dan
komposisi, merencanakan teknik operasional dan merencankan desain TPST. Metode pengukuran
timbulan dan komposisi sampah menggunakan SNI 19-3964-1994. Hasil studi menunjukan bahwa
timbulan sampah berdasarkan daya tampung maksimum yang dihasilkan PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan adalah 210,10 kg/hari atau 1.752,23 l/hari dengan komposisi sampah yang dihasilkan secara
keseluruhan adalah sisa makanan 11,20%, kayu dan sampah tanaman 65,07%, kain/tekstil 1,59%, karet
1,26%, plastik 10,80%, logam 0,75%, kaca/gelas 1,14%, kertas 5,34%, tisu 1,29%, dan styrofoam 1,56%.
Teknik operasional sampah yang akan direncanakan dimulai dari pewadahan menggunakan bin 20L akan
dibedakan menjadi 5 jenis yaitu organik, plastik, kertas, lain-lain dan bahan berbahaya dan beracun (B3),
serta ditempatkan 1 kontainer sampah ukuran 120L untuk sampah dari ruang makan. Pengumpulan dan
pemindahan menggunakan transfer depo 660L. Pengangkutan sampah menggunakan motor sampah
kapasitas 1 m3. TPST PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan memiliki luas bangunan 102 m2. Dengan
rincian luas bangunan yaitu ruang pengomposan (78 m2), ruang pemilahan sampah plastik dan kertas serta
ruang penyimpanan sementara limbah B3 (12 m2), ruang sampah lain-lain (12 m2). Rincian anggaran
biaya yang diperlukan dalam perencanaan pengelolaan sampah di PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan adalah Rp84.340.000,-
Kata kunci : komposisi, pengelolaan, sampah, timbulan, udiklat.
PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan has the obligation to manage the waste that it produces. The
source of the waste produced comes from offices and classes, messes and dormitories, parks and
roads and dining rooms. The condition of the waste management that has been carried out at PT
PLN (Persero) Tgk Udiklat is considered not optimal. This is indicated by the availability of 3 types
of trash, but the waste produced is still mixed, all the waste produced is collected on open land, so
that the waste has not been reused. The purpose of the study was to calculate generation and
composition, plan operational techniques and plan the design of Integrated Waste Management
Sites. The method of measuring generation and composition of waste using SNI 19-3964-1994. The
results of the study show that waste generation based on the maximum capacity produced by PT
PLN (Persero) Tuntungan Udiklat is 210.10 kg / day or 1,752.23 l / day with the composition of the
waste produced as a whole is 11.20% food waste, wood and 65.07% plant waste, fabric / textile
1.59%, 1.26% rubber, 10.80% plastic, 0.75% metal, 1.14% glass / glass, 5.34% paper, 1 tissue,
29%, and Styrofoam 1.56%. Operational techniques for waste which will be planned starting from
storage using 20L bin will be divided into 5 types, namely organic, plastic, paper, others and
hazardous and toxic materials (B3), and placed 1 120L garbage container for garbage from the
dining room. Collection and transfer using 660L depot transfer. Transportation of waste using a
garbage motor with a capacity of 1 m3. PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan Integrated Waste
Processing Site has a building area of 102 m2. With details of building area, namely composting
room (78 m2), sorting space for plastic and paper waste and temporary storage space for B3 (12
m2) waste, other waste rooms (12 m2). Details of the cost budget needed in waste management
planning at PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan is Rp.84,340,000, -
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR PERSAMAAN vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
ii
iii
DAFTAR PUSTAKA
iv
Gambar 4.6. Pewadahan 5 Jenis dengan Bin 40L PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan ........................................................................................ IV – 12
Gambar 4.7. Pewadahan 1 Jenis dengan Bin 120L di Ruang Makan
PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan ............................................. IV – 14
Gambar 4.8. Kontainer Pengumpul PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan ......... IV – 16
Gambar 4.9. Motor Pengangkut Sampah Menuju TPST 3R
PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan ............................................. IV – 17
Gambar 4.10. Pengomposan Dengan Menggunakan Metode Open Windrow ..... IV – 19
Gambar 4.11. Pencacah Sampah Plastik ............................................................... IV – 21
Gambar 4.12 Teknik Operasional pengelolaan Persampahan di
PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan ............................................ IV – 22
Gambar 4.13. Skema Pengelolaan Sampah di PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan ......................................................................... IV – 23
Gambar 4.14 Skema eksisting pengelolaan sampah yang akan dilakukan
di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan ......................................... IV – 29
Gambar 4.15 Skema eksisting pengelolaan sampah yang akan dilakukan
di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan ......................................... IV – 29
vi
vii
viii
PENDAHULUAN
PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan memiliki luas wilayah sebesar 59.000 yang terdiri dari
9 Kantor, 17 Kelas , dan 96 Kamar. Pada tahun 2017, PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan
memiliki jumlah karyawan sebanyak 25 karyawan tetap dan 47 karyawan outsorcing serta
dapat menampung peserta sebanyak 300 orang setiap harinya.
PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan memiliki aktivitas kerja yang dapat menimbulkan sisa
berbentuk padatan yang disebut sebagai sampah. Adapun sumber sampah yang dihasilkan
berasal dari area kantor dan kelas, mess dan asrama, jalan dan taman, serta ruang makan.
Sampah merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang sampai saat ini masih belum
bisa ditangani dengan baik, terutama pada negara-negara berkembang seperti Indonesia
dimana kemampuan untuk menangani sampah tidak sebanding dengan timbulan sampahnya
yang artinya perlu peningkatan dalam upaya pengelolaan sampah yang lebih baik.
Menurut Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dijelaskan bahwa
pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Setiap orang dalam pengelolaan
sampah wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan
lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, maka PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan memiliki
kewajiban mengelola sampah yang dihasilkan.
Kondisi eksisting pengelolaan sampah di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan dapat dilihat
pada gambar 1.1.
(a)
(b)
(c)
Gambar 1.1 (a) Pewadahan Sampah Masih Tercampur (b) Pengangkutan Sampah
Secara Tercampur (c) Tempat Pembuangan Sampah Lahan Terbuka
(Sumber: Observasi, 2018)
I-2
Adapun informasi dan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 1.1
I-3
2. Slamet Raharjo, 2014 Pengelolaan Mengolah sampah di Tahapan penelitian dimulai dengan Timbulan sampah sebesar 78,77 % dapat
Muhammad Sampah Di Kampus PPST Unand yang terdiri observasi pendahuluan dan proses dimanfaatkan di Pusat Pengolahan Sampah
Zulfan, Taufiq Universitas Andalas dari proses pengomposan pengumpulan data sekunder, Terpadu (PPST) sehingga jumlah sampah
Ihsan, Yenni Limau Manis dan pencucian, selanjutnya dilakukan pengolahan yang dibuang ke TPA dapat diminimalkan
Ruslinda Padang pengepakan sehingga data. Adapun acuan dari jurnal ini hingga 21,23 %. Pewadahan, jenis
dapat bernilai ekonomis. yaitu SNI 19-2454-2002 tentang pemilahan sebanyak 3 kategori yaitu wadah
Tata Cara Teknik Operasional untuk sampah organik, wadah untuk
Pengelolaan Sampah Perkotaan, material sampah yang dapat dijual dan
SNI 3242-2008 tentang wadah sampah lain-lain. Pengumpulan dan
Pengelolaan Sampah di pengangkutan, dilakukannya pengagkutan
Permukiman serta Permen PU No. setiap hari sebanyak 1 ritasi.
03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan
Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga.
I-4
I-5
I-6
I-7
I-8
I-9
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional pengelolaan ssampah
perkotaan, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan
anorganik yang dianggap tidak beruna lagi dan harus dikelolal agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Tchobanoglous, dkk (1993), sampah adalah sisa/limbah yang timbul dari kegiatan manusia
dan hewan yang normalnya berbentuk padat dan terbuang sebagai material yang tidak
berguna atau tidak diinginkan.
II - 1
Universitas Sumatera Utara
dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu,
sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya. Sarana layanan
masyarakat milik pemerintah.
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud antara lain tempat hiburan khusus dan umum,
jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas),
kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah lain.
3. Industri berat dan ringan.
Industri yang di maksud adalah industri makanan dan minuman, industry kayu, industri
kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan
industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja.
Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-
sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.
4. Pertanian.
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang
ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah
membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
Menurut Yul H. Bahar (1986), karakteristik sampah menurut sumbernya adalah sebagai
berikut:
1. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari
hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk,
lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.
2. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang
berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantorkantor, tetapi yang tidak
termasuk garbage
3. Ashes (abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik di rumah,
kantor, dan industri.
4. Street Sweeping (sampah jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan
tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun.
II - 2
Universitas Sumatera Utara
5. Dead Animal (bangkai binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam, penyakit
atau kecelakaan.
6. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal
dari perumahan.
7. Abandonded Vehicles (bangkai kendaraan) yaitu bangkai-bangkai mobil, truk, kereta
api.
8. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan hasil
bumi.
9. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.
10. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan
pembaharuan gedung-gedung.
11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organic hasil saringan
pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air buangan.
12. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kaleng.
Menurut SNI 19-3983-1995 tentang timbulan sampah untuk kota kecil dan sedang, bila
pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk menghitung besaran sistem. Jumlah
timbulan sampah dapat dilihat pada Tabel 2.1.
II - 3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Jumlah Timbulan Sampah
No. Komponen Sumber Sampah Satuan Berat (kg) Volume (Liter)
1. Rumah Permanen /orang/hari 0,350-0,400 2,25-2,50
2. Rumah Semi Permanen /orang/hari 0,300-0,350 2,00-2,25
3. Rumah Non Permanen /orang/hari 0,250-0,300 1,75-2,00
4. Kantor /Pegawai/hari 0,025-0,100 0,50-0,75
5. Ruko/Toko /petugas/hari 0,150-0,350 2,50-3,00
6. Sekolah /murid/hari 0,010-0,020 0,10-0,15
7. Jalan Arteri Sekunder /m2/hari 0,020-0,100 0,10-0,15
8. Jalan Kolektor Sekunder /m2/hari 0,010-0,050 0,10-0,15
2
9. Jalan Lokal /m /hari 0,005-0,025 0,05-0,10
10. Pasar /m2/hari 0,350-0,400 0,20-0,60
Sumber : SNI 19-3983-1995
II - 4
Universitas Sumatera Utara
2.5. Komposisi Sampah
Menurut SNI 19-3964-1994, komponen komposisi sampah adalah komponen fisik sampah
seperti:
1. Sisa-sisa makanan,
2. Kertas-karton,
3. Kayu,
4. Kain-tekstil,
5. Karet-kulit,
6. Plastik,
7. Logam besi-non besi,
8. Kaca
9. Dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, batu, keramik)
2. Musim.
Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung.
3. Kondisi Ekonomi.
Kondisi ekonomi yang berbeda menghasilkan sampah dengan komponen yang berbeda
pula. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu masyarakat, produksi sampah kering seperti
kertas, plastik, dan kaleng cenderung tinggi, sedangkan sampah makanannya lebih
rendah. Hal ini disebabkan oleh pola hidup masyarakat ekonomi tinggi yang lebih praktis
dan bersih.
4. Cuaca.
Di daerah yang kandungan airnya cukup tinggi, kelembaban sampahnya juga akan cukup
tinggi;
II - 5
Universitas Sumatera Utara
5. Kemasan produk.
Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi komposisi
sampah. Negara maju seperti Amerika banyak menggunakan kertas sebagai pengemas,
sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai
pengemas.
Untuk melihat hirarki pengelolaan sampah dapat dilihat pada gambar 2.1.
Reduce
Reuse
Recycle
Treatment
Dispose
Remediasi
1. Reduce (mengurangi)
Reduce adalah mengupayakan agar limbah yang dihasilkan seminimal mungkin
2. Reuse (memakai kembali)
Reuse adalah bila limbah tersebut akhirnya terbentuk, maka upayakan memanfaatkan
limbah tersebut secara langsung
II - 6
Universitas Sumatera Utara
3. Recycle (medaur ulang)
Recycle adalah residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan secara
langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik sebagai
bahan baku maupun sebagai sumber energi.
4. Treatment (mengolah)
Treatment adalah residu yang dihasilkan atau yang tidak dapat dimanfaatkan kemudian
diolah, agar memudahkan penanganan berikutnya, ata agar secara aman dilepas ke
lingkungan.
5. Dispose (menyingkirkan)
Dispose adalah residu atau limbah yang tidak dapat diolah perlu dilepas ke lingkungan
secara aman, yaitu melalui rekayasa yang baik dan aman seperti menyingkirkan pada
sebuah lahan urug yang dirancang dan disiapkan secara baik.
6. Remediasi
Remediasi adalah medial lingkungan (khususnya media air dan tanah) yang sudah
tercemar akibat limbah yang tidak terkelola secara baik, perlu direhabilitasi atau
diperbaiki melalui upaya rekayasa yang sesuai, sepert bioremediasi.
II - 7
Universitas Sumatera Utara
Timbulan Sampah
Pengumpulan
Pemilahan dan
Pemindahan
Pengolahan
Pengangkutan
Pembuangan Akhir
Adapun ringkasan mengenai teknis Operasional Persampahan dapat dilihat pada tabel 2.2
II - 8
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan sampah kawasan permukiman terdiri dari serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara integral dan terpadu, meliputi:
2.6.1. Pewadahan
Pewadahan adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu wadah individual
atau komunal di tempat sumber sampah. Pewadahan terdiri dari dua macam, yaitu pewadahan
individual dan pewadahan komunal. Tiap rumah minimal memiliki 2 buah wadah sampah
untuk memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik.
Tempat umum, jalan Bin plastik/tong volume 50-60 liter, yang dipasang secara permanen.
dan taman Kontainer C-120 atau C-240.
Sumber : Damanhuri, 2015
Berdasarkan pedoman dari SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional
pengelolaan sampah perkotaan yang menjadi acuan Kementerian Pekerjaan Umum, maka
contoh wadah dan penggunannya dapat dilihat pada tabel 2.4.
II - 9
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4. Contoh Wadah dan Penggunannya
No. Wadah Kapasitas Pelayanan Umur Keterangan
Pertokoan,
5 Kontainer C-240 240 L 4-6 KK 2-3 tahun
pasar, dsb
Pejalan kaki,
8 Bin 30-40 L 2-3 tahun Komunal
taman
2.6.2. Pengumpulan
Menurut SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah
perkotaan, pengumpulan adalah aktifitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan
sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (besama) melainkan juga
mengankutnya ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun
tidak langsung.
Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan
sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan dari sumber timbulan sampah sampai
ke tempat pengumpulan sementara/stasiun pemindahan atau sekaligus ke tempat pemrosesan
akhir. Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota atau swadaya
masyarakat (Sulistyoweni, 2002).
Diagram berbagai pola pengumpulan sampah dapat dilihat pada Gambar 2.3.
II - 10
Universitas Sumatera Utara
POLA PENGUMPULAN INDIVIDUAL LANGSUNG
PENGUMPULAN PENGANGKUTAN
SUMBER LIMBAH PENGANGKUTAN
DAN PEMINDAHAN AKHIR
PENGANGKUTAN
SUMBER LIMBAH WADAH KOMUNAL PENGANGKUTAN
AKHIR
1. Pola pengumpulan individual langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari rumah-
rumah sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui
kegiatan pemindahan. Pola pengumpulan individual langsung, dengan persyaratan
sebagai berikut:
a. Bila kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 15% – 40%), hanya alat
pengumpul mesin yang dapat beroperasi.
b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.
c. Kondisi dan jumlah alat memadai.
d. Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari.
e. Bagi penghuni yang berlokasi di jalan protokol.
2. Pola pengumpulan individual tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari
masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut
ke tempat pembuangan akhir. Pola pengumpulan individual tidak langsung, dengan
persyaratan sebagai berikut:
II - 11
Universitas Sumatera Utara
a. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.
b. Kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%), dapat digunakan alat pengumpul
non-mesin (gerobak, becak).
c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.
d. Lebar jalan atau gang cukup lebar untuk dapat dilalui alat pengumpul tanpa
mengganggu pemakai jalan lainnya.
e. Terdapat organisasi pengelola pengumpulan sampah dengan sistem
pengendaliannya.
3. Pola pengumpulan komunal langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-
masing titik komunal dan diangkut ke lokasi pembuangan akhir. Pola pengumpulan
komunal langsung, dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Alat angkut terbatas
b. Kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah.
c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual (kondisi
daerah berbukit, gang/jalan sempit).
d. Peran serta masyarakat tinggi.
e. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah
dijangkau oleh alat pengangkut (truk).
f. Pemukiman tidak teratur.
4. Pola pengumpulan komunal tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari
masing-masing titik pewadahan komunal ke lokasi pemindahan untuk diangkut
selanjutnya ke Tempat Pembuangan Akhir. Pola komunal tidak langsung, dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. Peran serta masyarakat tinggi.
b. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah
dijangkau alat pengumpul.
c. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.
d. Bagi kondisi topografi yang relatif datar (rata-rata < 5%), dapat digunakan alat
pengumpul non mesin (gerobak, becak) dan bagi kondisi topografi > 5% dapat
digunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil beroda dan karung.
II - 12
Universitas Sumatera Utara
e. Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan
lainnya.
f. Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.
5. Pola penyapuan jalan adalah kegiatan pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan. Pola
penyapuan jalan dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan
(diperkeras, tanah, lapangan rumput, dan lain-lain).
b. Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada fungsi
dan nilai daerah yang dilayani.
c. Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan untuk
kemudian diangkut ke pemrosesan akhir.
d. Pengendalian personel dan peralatan harus baik.
Menurut Damanhuri (2010), terdapat beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian
dalam sistem pengumpulan sampah adalah:
II - 13
Universitas Sumatera Utara
2.6.3. Pemindahan
Menurut Ditjen. Cipta Karya (1989), pemindahan merupakan fase antara yang dapat melepas
ketergantungan antara fase pengumpulan dengan fase pengangkutan dengan tujuan
meningkatkan efektivitas masing-masing fase. Fase pemindahan tidak diperlukan untuk pola
pengumpulan langsung. Sementara menurut SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik
operasional pengelolaan sampah perkotaan, pemindahan sampah adalah kegiatan
memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat
pembuangan akhir. Tipe pemindahan sampah dapat dilihat pada Tabel 2.5.
2.6.4. Pengangkutan
Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi
pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju pemrosesan atau TPA.
Pengangkutan sampah merupakan komponen penting dan membutuhkan perhitungan yang
cukup teliti dengan sasaran mengoptimalkan waktu angkut yang diperlukan dalam system
tersebut, khususnya bila :
II - 14
Universitas Sumatera Utara
1. Terdapat saran ppemindahan sampah dalam skala cukup besar yang harus menangani
sampah
2. Lokasi titik tujuan sampah relative jauh
3. Sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari berbagai area
4. Ritasi perlu diperhitungkan sekali
5. Masalah lalu-lintas jalur menuju titik tujuan sampah
Alat pengangkutan sampah adalah alat-alat yang dipergunakan untuk mengangkut sampah
dan sejenisnya baik berbentuk kendaraan bermotor, gerobak maupun dalam bentuk lain
(Peraturan Daerah Kota Medan No. 8 Tahun 2002).
Menurut Sihombing (2014), jenis-jenis alat pengangkut sampah yang dipakai pada umumnya
untuk di Indonesia, antara lain:
1. Gerobak sampah, memiliki ukuran volume 1 m3 (dimensi 2 m x 1 m x 0,5 m) dengan
jumlah petugas sebanyak 1 (satu) orang untuk setiap gerobak.
2. Becak sampah, memiliki ukuran volume 1 m3 (dimensi 1,2 m x 1 m x 0,8 m) dengan
jumlah petugas sebanyak 1 (satu) orang untuk setiap becak sampah.
3. Pick-up sampah, memiliki ukuran volume 4 m3 (dimensi 2,8 m x 1,6 m x 0,8 m) dengan
petugas 1 (satu) orang supir dan 1 (satu) orang pengangkut sampah.
4. Compactor truck, memiliki ukuran volume 6 m3 dengan petugas 1 (satu) orang supir dan
2 (dua) orang pengangkut sampah.
5. Truk penyapu jalan, memliki ukuran volume 6 m3 dengan 1 (orang) supir.
6. Dump truck (Typper Truck) memiliki ukuran volume 6 m3 (dimensi 2,8 m x 1,8 m x 1,2
m) dengan petugas 1 (satu) orang supir dan 3 (tiga) orang pengangkut sampah.
7. Arm roll truck memiliki ukuran volume 10 m3 (dimensi 4,8 m x 1,8 m x 1,2 m) dengan
petugas 1 (satu) orang supir dan juga operator arm roll.
II - 15
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan pada pembuangan sampah berbahaya disebut secure landfill. Dan tempat
pembuangan yang sampahnya dibuang dengan cara menimbunnya ke tanah tanpa ada tata
cara yang teroganisir disebut uncontrolled land disposal sites atau waste dump.
Menurut Damanhuri (2010), berdasarkan aplikasi tanah penutup dan penanganan leachate,
landfill dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Controlled tipping:
a. Peningkatan dari open dumping. Calon lahan telah dipilih dan disiapkan secara baik.
b. Aplikasi tanah penutup tidak dilakukan setiap hari.
c. Konsep ini banyak dianjurkan di Indonesia, dikenal sebagai controlled landfill.
2. Sanitary landfill with a bund and dailiy cover soil:
a. Peningkatan controlled tipping.
b. Lahan penimbunan dibagi menjadi berbagai area, yang dibatasi oleh tanggul
ataupun parit.
c. Penutupan timbunan sampah dilakukan setiap hari, sehingga masalah bau, asap dan
lalat dapat dikurangi.
3. Sanitary landfill with leachate recirculation:
a. Masalah lindi (leachate) sudah diperhatikan.
b. Terdapat sarana untuk mengalirkan lindi dari dasar landfill ke penampungan
(kolam)
c. Lindi kemudian dikembalikan ke timbunan sampah melalui ventilasi biogas tegak
atau langsung ke timbunan sampah.
4. Sanitary landfill with leachate treatment:
a. Lindi dikumpulkan melalui sistem pengumpul.
b. Kemudian diolah secara lengkap seperti layaknya limbah cair.
c. Pengolahan yang diterapkan bisa secara biologi maupun secara kimia.
II - 16
Universitas Sumatera Utara
1. Aspek Peraturan/Hukum
a. Peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah
diperkotaan antara lain adalah yang mengatur tentang:
b. Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan sampah.
c. Rencana induk pengelolaan sampah kota.
d. Bentuk lembaga dan organisasi pengelola.
e. Tata-cara penyelenggaraan pengelolaan.
f. Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi.
g. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, di antaranya kerjasama antar daerah, atau
kerjasama dengan pihak swasta.
2. Aspek Kelembagaan dan Organisasi
Perancangan dan pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan:
a. Peraturan pemerintah yang membinanya.
b. Pola sistem operasional yang diterapkan.
c. Kapasitas kerja sistem.
d. Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani.
3. Aspek Teknik Operasional
Teknik operasional pengelolaan sampah kota meliputi dasar-dasar
a. Pewadahan sampah.
b. Pengumpulan sampah.
c. Pemindahan sampah.
d. Pengangkutan sampah.
e. Pengolahan sampah.
f. Pembuangan akhir sampah.
4. Aspek Pembiayaan
Pembiayaan sistem pengelolaan sampah kota secara ideal dihitung berdasarkan:
a. Biaya investasi.
b. Biaya operasi dan pemeliharaan.
c. Biaya manajemen.
d. Biaya untuk pengembangan.
II - 17
Universitas Sumatera Utara
e. Biaya penyuluhan dan pembinaan masyarakat.
5. Aspek Peran Serta Masyarakat
Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam
kebersihan adalah bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang sesuai
dengan tujuan program itu.
II - 18
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
• Studi literatur
Persiapan • Mempelajari teori persampahan
Perancangan • Menentukan lokasi studi dan
titik sampling (sumber)
• Metode sampling dan peralatan
sampling yang digunakan
Pengumpulan data
• Jumlah karyawan
• Peta lokasi kegiatan
• Timbulan sampah • Jumlah peserta Udiklat
(volume : L/org/hari, • Jumlah penghuni MESS
Data Data Udiklat
berat : kg/org/hari) Primer Sekunder
• Komposisi sampah : • Daya tamping maksimum
organik, dan anorganik Udiklat
• Data Fasilitas Pengelolaan
Sampah eksisting
Selesai
Untuk melihat denah lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2.
Cara pengambilan dan pengukuran sampel timbulan dan komposisi sampah sesuai dengan
SNI 19-3964-1994 untuk non perumahan adalah sebagai berikut :
1. Tentukan lokasi pengambilan contoh;
2. Tentukan jumlah tenaga pelaksana;
III - 3
Timbulan Sampah
Pengumpulan
Pemilahan dan
Pemindahan
Pengolahan
Pengangkutan
Pembuangan Akhir
III - 4
III - 5
N = Vs / Vu (3.1)
Keterangan:
N = jumlah unit pengolahan
Vs = volume sampah yang diolah (Liter)
Vu = volume 1 unit pengolahan (Liter)
Sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis kemudian akan diangkut menuju TPA bekerja
sama dengan Dinas Kebersihan Kota Medan.
III - 6
AT = N . An (3.2)
Keterangan:
AT = kebutuhan ruang total (m2)
N = jumlah unit pengolahan
An = ruang untuk 1 unit pengolahan (m2)
III - 7
Pengukuran berat dan volume sampah dilakukan berdasarkan jumlah keseluruhan sampah
yang berada pada tempat sampah dengan mengetahui jumlah karyawan dan peserta penghasil
sampah sebagai pada kantor dan kelas. Adapun jumlah karyawan 25 orang pegawai tetap dan
47 outsouching.
Perhitungan rata-rata timbulan sampah kantor dan kelas di PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan dapat dilihat pada tabel 4.1.
IV - 1
Kamis, 6
1 17,63 130,40 78 0,23 1,67
September 2018
Jumat, 7
2 18,02 176,00 89 0,20 1,98
September 2018
Senin, 10
3 10,39 153,20 81 0,13 1,89
September 2018
Rabu, 12
4 18,99 164,00 82 0,23 2,00
September 2018
0,21 1,95
Kamis, 13
5 18,32 206,80 82 0,22 2,52
September 2018
Jumat, 14
6 17,45 176,00 81 0,22 2,17
September 2018
Senin, 17
7 18,60 122,80 81 0,23 1,52
September 2018
Selasa, 18
8 18,57 169,20 91 0,20 1,86
September 2018
Sumber: Analisis dan Perhitungan, 2018
Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diketahui rata-rata timbulan sampah kantor dan kelas di PT
PLN (Persero) Udiklat Tuntungan berdasarkan berat asal yaitu 0,21 kg/org/hari, sedangkan
berdasarkan volume asal yaitu 1,95 l/org/hari.
Berdasarkan SNI 19-3964-1994, besaran timbulan yang dihasilkan dari kantor ataupun kelas
adalah 0,025 – 0,1 kg/org/hari atau 0,5 – 0,75 l/org/hari. Sementara kantor dan ruang kuliah
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Dipenogoro besaran timbulan yang dihasilkan
adalah 0,016 kg/org/hari atau 0,282 l/org/hari (Sekar dkk., 2016). Timbulan sampah di
Fakultas Psikologi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas adalah 0,039 kg/org/hari
atau 0,517 l/org/hari kemudian Fakultas Kesahatan Masyarakat Universitas Dipenogoro
berdasarkan adalah 0,0024 kg/org/hari atau 0,240 l/org/hari (Fitria dkk., 2016).
IV - 2
PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan memiliki total unit mess dan asrama sebanyak 54 unit,
dengan rincian 15 unit mess, 15 unit asrama A, dan 24 unit asrama B. berdasarkan SNI 19-
3964-1994, dilakukan pengukuran sebanyak 6 titik sampel yang terbagi di Mess Toba 3 (11
bed), Mess Samosir 5 (5 bed), Mess Tomok 10 (5 bed), Mess Tuk-Tuk 12 (5 bed), asrama
A–101A (3 bed), dan Asrama B–208 (3 bed). Adapun jumlah unit mess dan asrama dapat
dilihat pada lampiran II.
Dalam pengambilan sampel dilakukan pewadahan dengan trash bag yang diletakkan didepan
unit mess dan asrama kemudian diangkut setiap harinya selama 8 hari kerja.
Perhitungan rata-rata timbulan sampah mess dan asrama di PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan dapat dilihat pada tabel 4.2.
Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui rata-rata timbulan sampah mess dan asrama di PT
PLN (Persero) Udiklat Tuntungan berdasarkan berat asal yaitu 0,15 kg/org/hari, sedangkan
berdasarkan volume asal yaitu 1,95 l/org/hari.
Berdasarkan SNI 19-3964-1994, besaran timbulan sampah yang dihasilkan dari rumah non
permanen berdasarkan adalah 0,250 – 0,300 kg/org/hari atau 1,75 – 2,00 l/org/hari.
Sementara, besaran timbulan di Rusunawa Universitas Dipenogoro adalah 0,11 kg/org/hari
atau 0,85 l/org/hari (Harsari dkk., 2016). Sementara Timbulan Dan Komposisi Sampah Di
Kawasan Perkantoran dan Wisma (Studi Kasus: Werdhapura Village Center, Kota Denpasar,
Provinsi Bali) telah melakukan penelitian selama 3 bulan berturut-turut yang dimulai pada
bulan Juni – Agustus 2012 dengan jumlah sampel 8 unit wisma dengan jumlah penghuni
IV - 3
Tabel 4.2 Perhitungan Rata-Rata Timbulan Sampah Mess dan Asrama di PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan
Rata-
Timbulan Sampah Timbulan Sampah
RataTimbulan
(/hari) Jumlah (/org/hari)
No Hari Sampah (/org/hari)
Orang
Berat Volume Berat Volume Berat Volume
(kg) (liter) (kg) (liter) (kg) (liter)
Kamis, 6
1 5,20 70,00 32 0,16 2,19
September 2018
Jumat, 7
2 5,03 63,60 32 0,16 1,99
September 2018
Senin, 10
3 4,85 63,20 32 0,15 1,98
September 2018
Rabu, 12
4 4,57 61,20 32 0,14 1,91
September 2018
0,15 1,96
Kamis, 13
5 4,93 60,40 32 0,15 1,89
September 2018
Jumat, 14
6 4,88 58,00 32 0,15 1,81
September 2018
Senin, 17
7 4,15 60,40 32 0,13 1,89
September 2018
Selasa, 18
8 4,85 64,40 32 0,15 2,01
September 2018
Sumber: Analisis dan Perhitungan, 2018
Dengan Demikian, dapat diketahui timbulan sampah timbulan sampah mess dan asrama di
PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan lebih kecil daripada nilai yang ditetapkan SNI 19-
3964-1994 dan Timbulan Dan Komposisi Sampah Di Kawasan Perkantoran dan Wisma
Wisma (Studi Kasus: Werdhapura Village Center, Kota Denpasar, Provinsi Bali), namun
lebih besar dibandingkan dengan besaran timbulan di Rusunawa Universitas Dipenogoro.
IV - 4
Perhitungan rata-rata timbulan sampah jalan dan taman di PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Perhitungan Rata-Rata Timbulan Sampah Jalan dan Taman di PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan
Rata-Rata
Timbulan Sampah Luas Timbulan Sampah
Timbulan Sampah
(/hari) Ruang (/m2/hari)
No Hari (/m2/hari)
Terbuka
Berat Volume Berat Volume Berat Volume
(m2)
(kg) (liter) (kg) (liter) (kg) (liter)
Kamis, 6
1 September 45,20 268,40 43.488 0,00104 0,00617
2018
Jumat, 7
2 September 59,70 302,80 43.488 0,00137 0,00696
2018
Senin, 10
3 September 42,70 216,80 43.488 0,00098 0,00499
2018
Rabu, 12
4 September 57,70 383,20 43.488 0,00133 0,00881
2018
0,00118 0,00693
Kamis, 13
5 September 34,80 244,40 43488 0,00080 0,00562
2018
Jumat, 14
6 September 55,80 362,40 43.488 0,00128 0,00833
2018
Senin, 17
7 September 61,50 326,00 43.488 0,00141 0,00750
2018
Selasa, 18
8 September 52,80 306,80 43.488 0,00121 0,00705
2018
Sumber: Analisis dan Perhitungan, 2018
IV - 5
Berdasarkan SNI 19-3964-1994, timbulan sampah yang dihasilkan dari jalan lokal adalah
0,005 kg/m2/hari atau 0,025 l/m2/hari. Sementara kebun dan jalan di Fakultas Peternakan
dan Pertanian Universitas Dipenogoro besaran timbulan sampah kebun-jalan adalah 0,0024
kg/m2/hari atau 0,07658 l/m2/hari (Sekar dkk., 2016).
Dengan demikian, dapat disimpulkan jumlah sampah jalan dan taman di PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan lebih kecil dibandingkan dengan SNI 19-3964-1994 dan juga Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Dipenogoro.
Perhitungan rata-rata timbulan sampah ruang makan di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diketahui rata-rata timbulan ruang makan di PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan berdasarkan berat asal yaitu 0,06 kg/org/hari, sedangkan berdasarkan
volume asal yaitu 0,16 l/org/hari.
IV - 6
Berdasarkan tabel 4.5, Secara keseluruhan, komposisi sampah terbesar ialah kayu dan
sampah tanaman yaitu sebesar 65,07%, sedangkan yang terkecil ialah logam yaitu sebesar
0,75%.
IV - 7
Komposisi Rata-Rata
Kantor dan Mess dan Jalan dan Total
Komposisi Ruang Makan
Kelas Asrama Taman
(kg) (%) (kg) (%) (kg) (%) (kg) (%) (kg) (%)
Sisa 5,33 100,00 8,81 11,20
2,43 14,07 1,05 21,86 0,00 0,00
Makanan
Kayu dan
Sampah 2,75 15,94 0,13 2,73 48,28 94,21 0,00 0,00 51,16 65,07
Tanaman
Kain/Tekstil 0,59 3,41 0,40 8,32 0,26 0,51 0,00 0,00 1,25 1,59
Karet 0,76 4,42 0,18 3,64 0,05 0,10 0,00 0,00 0,99 1,26
Plastik 2,58 14,93 0,64 13,25 0,56 1,10 0,00 0,00 3,78 4,80
Botol 3,37 19,53 0,70 14,55 0,65 1,27 0,00 0,00 4,72 6,00
Logam 0,35 2,03 0,13 2,60 0,11 0,22 0,00 0,00 0,59 0,75
Kaca/Gelas 0,39 2,25 0,21 4,42 0,30 0,59 0,00 0,00 0,90 1,14
Kertas 2,78 16,09 0,84 17,41 0,59 1,15 0,00 0,00 4,20 5,34
Tisu 0,55 3,19 0,24 4,94 0,23 0,44 0,00 0,00 1,01 1,29
Styrofoam 0,71 4,13 0,30 6,24 0,21 0,41 0,00 0,00 1,23 1,56
Total 17,25 100 4,81 100 51,24 100 5,33 100 78,62 100
IV - 8
Logam
2%
Kain/Tekstil
3%
Botol Karet
20% 5%
Plastik
15%
Berdasarkan Gambar 4.1, komposisi sampah kantor dan kelas yang terbesar ialah botol yaitu
19,53% sedangkan yang terkecil ialah logam yaitu 2,03%.
Kain/Tekstil
Kaca/Gelas
8%
4%
Karet
Logam
4%
3%
Botol Plastik
15% 13%
IV - 9
Kayu dan
Sampah
Tanaman
94%
Berdasarkan Gambar 4.3, komposisi sampah jalan dan taman terbesar ialah kayu dan sampah
tanaman yaitu 94,21%, sedangkan yang terkecil ialah sisa makanan yaitu 0%.
Sisa Makanan
100%
IV - 10
Berdasarkan asumsi perencaanaan yang terdapat pada poin 3.6, PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan memiliki jumlah daya tampung maksimum dalam kegiatan Diklat per hari. Daya
tampung maksimum Udiklat ini dapat memberikan gambaran jumlah timbulan sampah
maksimum yang dihasilkan dalam satu hari. PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan dapat
menampung hingga 400 orang/hari peseta Diklat ditambah jumlah karyawan sebanyak 25
orang pegawai tetap dan 47 outsouching.
Untuk melihat jumlah timbulan sampah berdasarkan daya tampung maksimum PT PLN
(Persero) Udiklat Tuntungan dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Timbulan Sampah Berdasarkan Daya Tampung Maksimum PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan
IV - 11
Berdasarkan tabel 4.6 maka dapat diketahui jumlah timbulan sampah berdasarkan daya
tampung maksimum di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan berdasarkan berat timbulan
sampah 210,10 kg/hari dan volume timbulan sampah 1752,23 l/hari.
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan dan jumlah timbulan sampah di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan, maka teknis
operasional dilakukan dengan mempertimbangkan daya tampung maksmum PT PLN
(Persero) Udiklat Tuntungan.
PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan akan di bagi menjadi 3 area ( Area A, Area B dan Area
C), hal ini bertujuan untuk memudahkan rencana teknik operasional pengelolaan sampah.
Untuk melihat pembagian area dapat dilihat pada Gambar 4.5.
4.2.1 Pewadahan
Menurut Undang-Undang Nomor 81 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pemilahan
dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis
sampah yang terdiri :
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. Sampah yang mudah terurai;
IV - 12
Untuk melihat pewadahan sampah berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada gambar 4.6.
LIMBAH
Gambar 4.6. Pewadahan 5 Jenis dengan Bin 20L PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan dan berdasarkan jumlah timbulan sampah di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan
maka pewadahan yang paling tepat ialah menggunakan Bin 20 L pada masing masing jenis
IV - 13
Dalam hal ini tidak disediakannya tempat sampah di masing-masing ruang, hal ini sebagai
upaya mengedukasi seluruh peserta diklat dan staff di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan
untuk membuang sampah ke tempat yang telah disediakan dan berdasarkan jenis sampahnya.
Dengan jumlah timbulan yang diperkirakan sampah yang dihasilkan berdasarkan daya
tamping maksimum yaitu 210,10 kg/hari atau 1752,23 l/hari. Untuk mengetahui jumlah
pewadahan yang diperlukan dapat dilakukan dangan perhitungan menggunakan rumus
berikut:
Keterangan:
Maka,
1752,23 − 64,00
𝑛=
100
Dalam melakukan perhitungan, seluruh jumlah volume total timbulan sampah yang
dihasilkan akan dikurangi dengan volume yang dihasilkan dari ruang makan. Hal ini
dikarenakan komposisi sampah dari ruang makan tidak variatif dan lebih efektif dilakukan
IV - 14
Berdasarkan observasi lapangan, maka jumlah bin sampah yang disarankan akan
diperbanyak dengan pertimbangan belum dilakukan pewadahan di beberapa tempat yang
dianggap menjadi sumber sampah. Bin sampah yang akan digunakan akan ditambah 4 unit
bin sampah 5 jenis sehingga pewadahan total sebanyak 21 unit bin sampah 5 jenis.
Untuk memudahkan analisis serta peletakan tempat sampah 5 jenis maka PT PLN dibagi
menjadi 3 area, adapun area dimaksud adalah Area A, Area B, dan Area C. Dalam
menentukan perletakan tempat sampah, maka terdapat pertimbangan dalam peletakannya
diantaranya jumlah jiwa yang akan membuang sampah di tempat tersebut, mudah diakses
oleh setiap orang, dan mudah dilakukan pengumpulan sampah.
A10
Area B : B1, B2, B3, B4, dan B5 (Asrama Sibayak : Lt.1, Lt.2), B6, dan B7
Sedangkan sampah di ruang makan berdasarkan daya tampung maksimum, maka berat
sampah yang dihasilkan sebesar 24,00 kg/hari dan 64,00 L/hari dana akan dilakukan
pewadahan tersendiri menggunakan pewadahan sampah 1 jenis yaitu organik (sisa makanan)
dikarenakan sampah yang berada di ruang makan tidak variatif dan hanya berisikan sampah
sisa makanan dengan kapasitas Bin 120 L.
Sampah yang dihasilkan dari ruang makan berasal dari makanan yang bersisa, makanan
tersebut disajikana secara prasamanan yang disediakan oleh katering yang artinya sampah
yang dihasilkan tidak terdapat jenis lain.
Untuk melihat pewadahan sampah ruang makan dapat dilihat pada Gambar 4.6.
IV - 15
89 cm
Gambar 4.7. Pewadahan 1 Jenis dengan Bin 120L di Ruang Makan PT PLN
(Persero) Udiklat Tuntungan
Sampah yang dihasilkan dari ruang makan selanjutnya akan dibawa menuju motor sampah
yang selanjutnya akan dibawa menuju TPST PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.
Pengumpulan yang direncanakan secara manual mengambil sampah dari setiap wadah
menuju container pengumpul 660 L (125cm x 71cm x 74cm) yang akan didesain dengan
menggunakan sekat pembatas sehingga terbagi menjadi 5 jenis sampah yang masing-masing
dimensi jenis sampah menjadi ukuran 25cm x 71cm x 74cm. Untuk mengetahui jumlah
container yang akan digunakan untuk kontainer pengumpul, maka berikut ini rumus untuk
menghitung jumlah kontainer untuk kebutuhan Komersil dan Fasilitas Umum (SNI 19- 3242-
2008):
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑆
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 =
𝐾𝐾𝑥𝐹𝑃𝑥𝑅𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
IV - 16
1752,23
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 =
660𝑥1,2𝑥1
Untuk melihat desain pengangkutan sampah sementara dapat dilihat pada gambar 4.8.
IV - 17
75 cm
35 cm 30 cm 30 cm 15 cm 15 cm
71 cm
Organik Plastik Kertas Lain-lain Limbah
B3
Tampak Samping
Tampak Belakang
4.2.3 Pengangkutan
Pengumpulan sampah dilakukan dari kontainer pengumpul selanjutnya akan diangkut
dengan motor sampah. Motor sampah yang akan digunakan nantinya akan membawa sampah
menuju TPST PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.
Menurut Sihombing (2014), jenis-jenis alat pengangkut sampah yang dipakai pada umumnya
untuk di Indonesia diantaranya menggunakan motor sampah yang memiliki ukuran volume
1 m3 (dimensi 1,2 m x 1 m x 0,8 m). untuk mengetahui perhitungan jumlah pengangkut motor
adalah :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑆
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑀𝑃 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑀𝑃
Keterangan:
Unit MP = Unit Motor Pengangkut (Unit)
Volume TS = Volume Timbulan Sampah (Liter)
Volume MP = Volume Motor Pengangkut (Liter)
Maka,
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑆
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑀𝑃 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑀𝑃
IV - 18
Dalam 1 hari maka jumlah motor sampah yang diperlukan adalah 1 unit motor pengangkut
dan dilakukan 2 ritasi/hari. Untuk melakukan pengangkutan sampah menuju TPST maka
motor sampah didesain dengan membawa sampah 5 jenis sampah yang dihasilkan yaitu
Sampah Organic, Plastic, Kertas, Lain-Lain, dan limbah B3 yang masing-masing dimensinya
disesuaikan dengan komposisi penghasil sampah.
Untuk melihat desain pengangkutan sampah menggunakan motor sampah menuju TPST
dapat dilihat pada gambar 4.9.
120 cm
30 cm 30 cm 30 cm 15 cm 15 cm 100 cm
80 cm
Organik Organik
Plastik Kertas Lain-lain Limbah B3
Gambar 4.9. Motor Pengangkut Sampah Menuju TPST PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan
IV - 19
Kompos adalah pupuk organik yang berasal dari proses pengomposan secara konvensional
atau hasil fermentasi yang menggunakan bioaktivator, sehingga pengomposan yang
memerlukan waktu lama dalam prosesnya, bisa dipercepat dengan menggunakan
bioaktivator (Rohmawati, 2016) .
Salah satu bahan yang yang dapat di komposkan adalah sampah daun. Sampah daun
merupakan salah satu jenis sampah organik yang dihasilkan dari bahan hayati (Basriyanta,
2007). Sampah daun dan sisa makanan merupakan sampah yang banyak di PT. PLN Udiklat
Tuntungan. Melihat penanganan sampah organik yang masih kurang efektif, perlu
dikembangkan pengolahan sampah organik agar menjadi produk yang bermanfaat melalui
proses pengomposan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengomposan adalah C/N rasio. Semakin tinggi
C/N rasio suatu bahan maka akan semakin lama proses penguraiannya. Maka untuk
mempercepat proses penguraian tersebut perlu di tambahkan bahan yang mengandung nilai
N tinggi untuk menurunkan C/N rasio pada sampah daun tersebut. Menurut Ida Syamsu
Roidah (2013), Kotoran kambing mengandung N dua kali lebih besar daripada kotoran sapi.
IV - 20
IV - 21
Menurut Vaneza (2017), Pengomposan sistem open windrow adalah cara pembuatan kompos
di tempat terbuka beratap (bukan di dalam reaktor yang tertutup) dengan aerasi alamiah.
Selama proses pengomposan terdapat beberapa perlakuan pada tumpukan kompos yaitu
pengukuran temperatur, pH, dan kadar air setiap harinya. pengomposan sistem windrow
merupakan system yang cocok dengan kondisi Indonesia karena fleksibilitasnya.
Sistem open winrdow ini merupakan proses pembuatan kompos yang paling sederhana dan
paling murah. Bahan baku kompos ditumpuk memanjang, tinggi tumpukan 0,6 sampai 1
meter, lebar 2-5 meter. Sementara itu panjangnya dapat mencapai 40-50 meter. Sistem ini
memanfaatkan sirkulasi udara secara alami. Optimalisasi lebar, tinggi dan panjangnya
tumpukan sangat dipengaruhi oleh keadaan bahan baku, kelembapan, ruang pori, dan
sirkulasi udara untuk mencapai bagian tengah tumpukan bahan baku. Idealnya adalah pada
tumpukan bahan baku ini harus dapat melepaskan panas, untuk mengimbangi pengeluaran
panas yang ditimbulkan sebagai hasil proses dekomposisi bahan organic oleh mikroba.
Sistem windrow ini merupakan sistem proses composting yang baik yang telah berhasil
dilakukan dibanyak tempat untuk memproses pupuk kandang, sampah kebun, lumpur
selokan, sampah kota dll. Untuk mengatur suhu, kelembapan dan oksigen, pada windrow
sistem ini, maka dilakukan proses pembalikan secara periodi. Inilah yang secara prinsip yang
membedakannya dari sistem pembuatan kompos yang lain. Kelemahan dari sistem ini adalah
memerlukan arela lahan yang cukup luas (Anindita, 2012).
IV - 22
Sampah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali atau sampah residu selanjutnya akan dibawa
menuju TPA yang akan bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kabupaten Deli Serdang.
Fasilitas penyimpanan limbah B3 dapat berupa bangunan, tangki, silo, tempat tumpukan
limbah. Fasilitas penyimpanan berupa bangunan harus dapat melindungi limbah B3 dari
hujan dan sinar matahari, memiliki penerangan dan ventilasi, dan memiliki saluran drainase
dan bak penampung.
IV - 23
IV - 24
Skema Teknis Operasional Pengelolaan Sampah yang akan dilakukan di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan maka dapat
dilihat pada Gambar 4.13.
Pewadahan
Ruang Makan Ruang Makan
Bin 120L
IV - 25
4.4. Desain Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan
Direncanakan terdapat tiga ruang TPST PT PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan yaitu,
ruang sampah organik, ruang sampah kertas dan plastik serta ruang dan ruang sampah lain-
lain.
4.4.1. Ruang Daur Ulang Sampah Organik
Sampah organik yang diterima diolah dengan cara open windrow. Sebelum dikomposkan
sampah organik di cacah terlebih dahulu. Sampah organik yang diolah yaitu sebanyak 1,336
IV - 26
Adapun luas ruangan daur ulang sampah organik yang dibutuhkan ialah sebagai berikut:
Menurut Kasih (2017) setelah melalui proses pencacahan volume sampah organik akan
menyusut sebanyak 30% sehingga perharinya sampah organik yang dikomposkan ialah
sebanyak 0,7014 m3. Sampah organik memerlukan waktu agar dapat menjadi kompos yang
matang. Menurut Subandriyo (2012) waktu fermentasi pengomposan bervariasi dari 14
sampai dengan 30 hari. Waktu pengomposan yang direncanakan ialah paling lambat 20 hari.
Sehingga total sampah organik yang dikomposkan selama 20 hari ialah sebanyak 14,028 m3.
IV - 27
A = 0,875 m2
maka,
V = Alas . Panjang
V = 0,875 . 2
V = 1,75 m3
Jumlah unit pengolahan yang dibutuhkan untuk sebuah proses pengolahan ditentukan dengan
persamaan 3.1. :
N = Vs / Vu
= 14,028 m3 / 1,75 m3
= 8,01 unit ≈ 8 unit
Keterangan:
N = Jumlah unit
Vs = Volume sampah total yang dikomposkan (m3)
Vu = Volume 1 unit pengomposan (m3)
Total jumlah unit ruang kompos yang dibutuhkan untuk mengomposkan 14,028 m3 sampah
organik selama 20 hari yaitu 8 unit. Total kebutuhan ruang yang dibutuhkan dapat dihitung
IV - 28
Keterangan:
AT = kebutuhan ruang total (m2)
N = jumlah unit pengolahan (unit)
An = ruang untuk 1 unit pengolahan (m2/unit)
A =2m.1m
= 2 m2
IV - 29
Dibutuhkan ruang penampungan sampah plastik, direncanakan tinggi wadah yang digunakan
ialah 0,5 m. Maka luas untuk sebuah wadah penampung plastik ialah:
A = V/T
= 0,189 m3 / 0,5 m
= 0,378 m2
P=L = 0,6 m
Dibutuhkan ruang penampungan sampah kertas, direncanakan tinggi wadah yang digunakan
ialah 0,5 m. Maka luas untuk sebuah wadah penampung sampah kertas ialah:
A = V/T
= 0,093 m3 / 0,5 m
= 0,186 m2
P = L = 0,43 m ≈ 0,5 m
IV - 30
P = L = 0,515 m ≈ 0,5 m
Dan juga dibutuhakan ruang residu yang dimensinya sama seperti ruang penampungan (0,5m
x 0,5m x 0,5m).
Ruang penyimpanan sementara yang direncanakan dilengkapi dengan saluran drainase dan
penampung air drainase, ventilasi udara, dan alat tanggap keadaan darurat. Hal tersebut untuk
memenuhi ketentuan yang terdapat dalam PP/101/2014 Tentang Pengelolaan B3.
Denah TPST PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan dapat dilihat pada Gambar 4.13 dan untuk
melihat tampak depan TPST dapat dilihat pada Gambar 4.14
IV - 31
Skema eksisting pengelolaan sampah yang akan dilakukan di PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan maka dapat dilihat pada Gambar 4.15.
Skema rencana pengelolaan sampah yang akan dilakukan di PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan maka dapat dilihat pada Gambar 4.16.
IV - 32
IV - 33
Sampah
Plastik
Sampah PT PLN
(Persero) Udiklat
Tuntungan
Sampah Lain-lain
Gambar 4.15 Skema Eksisting Pengelolaan Sampah di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan
(Sumber : Analisis dan Udiklat, 2018)
IV - 34
Penjualan
Sampah Lain-lain
TPST PT PLN
(Persero) Udiklat Pemilahan
Tuntungan
Residu
TPA
Bahan
TPST B3 PT PLN
Berbahaya
(Persero) Udiklat Pihak Ketiga B3
dan Beracun
Tuntungan
(B3)
Gambar 4.16 Skema Rencana Pengelolaan Sampah di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan
(Sumber : Analisis, 2018)
IV - 35
Sampah
Plastik Non TPST 3R PT PLN Bahan Baku Daur
Pemilahan Ulang
Botol (Persero) Udiklat
Tuntungan
Penjualan
Sampah Lain-lain
TPST 3R PT PLN
(Persero) Udiklat Pemilahan
Tuntungan
Residu
TPA
Bahan
TPST B3 PT PLN
Berbahaya
Pihak Ketiga B3 Nb:
(Persero) Udiklat
dan Beracun Kebijakan perusahaan mengganti botol menjadi tumblr
Tuntungan
(B3)
Limbah B3, dibutuhkan penanganan khusus
Gambar 4.17 Skema Rencana Pengelolaan Sampah di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan
(Sumber : Analisis dan Udiklat, 2018)
IV - 36
Tempat Sampah
Limbah B3
Bin 20L
(Merah)
Gambar 4.18 Satndar Operasional Prosedur Pengelolaan Sampah di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan
(Sumber : Analisis, 2018)
IV - 37
Untuk melihat Rincian Anggaran Biaya Pengelolaan Sampah di PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Rincian Anggaran Biaya Pengelolaan Sampah di PT PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan
a. Pewadahan
b. Pengumpulan
c. Pengangkutan
Berdasarkan Tabel 5.1, rincian anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah
di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan sebesar Rp. 84.430.000.
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam merencanakan sistem pengelolaan sampah di PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan adalah :
1. Timbulan sampah berdasarkan daya tampung maksimum sebesar 210,10 kg/hari, atau
1752,23 l/hari, dengan rincian jumlah timbulan sampah yang dihasilkan dari kelas dan
kantor adalah 0,21 kg/org/hari atau 1,95 l/org/hari, mess dan asrama 0,15 kg/org/hari
atau 1,96 l/org/hari jalan dan taman 51,28 kg/hari atau 301,35 l/hari dan ruang makan
0,09 kg/org/hari atau 0,69 l/org/hari. komposisi sampah yang dihasilkan secara
keseluruhan dalam adalah sisa makanan 11,20%, kayu dan sampah tanaman 65,07%,
kain/tekstil 1,59%, karet 1,26%, plastik 10,80%, logam 0,75%, kaca/gelas 1,14%, kertas
5,34%, tisu 1,29%, dan stereofoam 1,56%.
6.2. Saran
Adapun saran yang diberikan ialah:
1. Sebaiknya dibuat kebijakan perusahaan untuk terjalankannya pengelolaan sampah
2. Sebaiknya dilakukan edukasi pemilahan sampah berdasarkan jenisnya yang terdapat
pada tempat sampah 5 jenis
3. Sebaiknya ditetapkan pekerja yang dapat mengoperasikan TPST di PT PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan, agar terjalankannya fungsi TPST dengan semestinya.
4. Sebaiknya dilakukan penanganan khusus untuk limbah B3 yang dihasilkan
Damanhuri, E. dan Padmi, T., 2011, Buku Ajar: Teknologi Pengelolaan Sampah, Bandung:
ITB.
Damanhuri, Enri dan Tri Padmi. 2006. Pengelolaan Sampah Diktat Kuliah. Penerbit ITB.
Bandung.
Damanhuri, Enri dan Tri Padmi. 2016. Pengelolaan Sampah Terpadu Edisi Pertama. Penerbit
ITB. Bandung.
Direktorat Jendral Cipta Karya. 2017. Petunjuk Teknis Tempat Pengolahan Sampah (TPS
3R).
Fitria, Rizka., Budi Prasetyo Samadikum, dan Ika Bagus Priyambada. 2016. Studi Timbulan,
Komposisi Dan Karakteristik Dalam Perencanaan Pengelolaan Sampah Universitas
Diponegoro Studi Kasus: Fakultas Psikologi Dan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Semarang : Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1.
Harsari, Finasia Sakina., Budi Prasetyo Samadikum, dan Ika Bagus Priyambada. 2016. Studi
Timbulan, Komposisi Dan Karakteristik Dalam Perencanaan Teknis Operasional
Pengelolaan Sampah di Rusunawa dan LPPU Universitas Dipenogoro. Semarang :
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2016. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 28/PRT/M/2016 Tentang
Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta.
Peavy, H.S., Rowe, D.R., dan Tchobanogous, G. 1985. Environmental Engineering.
International Edition. Mc. Graw-Hill Book Co.: Singapore
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan
Kebersihan
Raharjo, Slamet., Muhammad Zulfan, Taufiq Ihsan dan Yenni Ruslinda. 2014. Perencanaan
Sistem Reduce, Reuse Dan Recycle Pengelolaan Sampah Di Kampus Universitas
Andalas Limau Manis Padang. Padang : Universitas Andalas Limau Manis.
Sekar .C., Budi Prasetyo Samadikum, dan Ika Bagus Priyambada. 2016. Studi Timbulan,
Komposisi Dan Karakteristik Dalam Perencanaan Pengelolaan Sampah Di Fakultas
Peternakan Dan Pertanian Universitas Diponegoro. Semarang : Jurnal Teknik
Lingkungan, Vol 5, No 1.
Tchobanoglous Goerge, Hilary Theisen & Samuel A. Virgil (1993). Intergrated Solid Waste
Management:Engineering Principles and Management Issues. Singapore: Mcgraw-
Hill Co.
Tchobanoglous, George dan Frank Kreith. 2002. Handbook of Solid Waste Management
Second Edition. McGraw Hill. United States of America.
Trivana, Linda., Adhitya Yudha Pradana, dan Alfred Pahala Manambangtua. 2017.
Optimalisasi Waktu Pengomposan Pupuk Kandang dari Kotoran Kambing dan
Debu Sabut Kelapa dengan Bioativator EM4. Manado : Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan.
Wardiha, Made W., Pradwi S.A. Putri, Lya M. Setyawati, dan Muhajirin. 2013. Timbulan
Dan Komposisi Sampah Di Kawasan Perkantoran Dan Wisma (Studi Kasus:
Werdhapura Village Center, Kota Denpasar, Provinsi Bali). Bali : Jurnal Presipitasi,
Vol. 10 No.1.
Yul H. Bahar. 1986. Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jambi: PT. Waca
Utama Pramesti.
Timbulan
Tinggi Panjang Lebar Total
Sampah
No Hari Uraian
Berat Volume
(cm) (cm) (cm) (cm3) (Liter) (m3)
(kg) (liter)
1 Pertama A1 1,58 9,20 23 20 20 9200 9,20 0,009
A2 0,92 8,80 22 20 20 8800 8,80 0,009
A3 0,70 6,40 16 20 20 6400 6,40 0,006
A4 0,92 8,40 21 20 20 8400 8,40 0,008
A5 0,99 8,40 21 20 20 8400 8,40 0,008
A6 0,78 8,00 20 20 20 8000 8,00 0,008
A7 0,73 6,80 17 20 20 6800 6,80 0,007
Kamis, 6 A8 0,69 6,80 17 20 20 6800 6,80 0,007
September A9 0,74 6,40 16 20 20 6400 6,40 0,006
2018 B1 0,96 7,60 19 20 20 7600 7,60 0,008
B2 0,80 6,80 17 20 20 6800 6,80 0,007
B3 1,38 7,20 18 20 20 7200 7,20 0,007
B4 0,76 6,00 15 20 20 6000 6,00 0,006
B5 0,80 6,80 17 20 20 6800 6,80 0,007
B6 0,88 6,40 16 20 20 6400 6,40 0,006
C1 2,11 10,00 25 20 20 10000 10,00 0,010
C2 1,89 10,40 26 20 20 10400 10,40 0,010
Total 17,63 130,40 326 340 340 130400 130,40 0,130
d. Ruang Makan
Timbulan Sampah Tinggi Panjang Lebar Total
No Hari Uraian Berat Volume
(cm) (cm) (cm) (cm3) (Liter) (m3)
(kg) (liter)
1 Pertama Kantong 1 5,50 12,00 30 20 20 12000 12,00 0,012
Karyawan Karyawan
No Hari Peserta Total
Tetap Outsourcing
Jumlah
No Uraian No Hari Jumlah Orang
Pengguna Bed
1 Mess Toba 3 11 1 Kamis, 6 september 2018 32
2 Mess Berastagi 5 5 2 Jumat, 7 september 2018 32
3 Mess Tomok 10 5 3 Senin, 10 September 2018 32
4 Mess Tuk-Tuk 12 5 4 Rabu, 12 September 2018 32
5 ASRM A - 101 A 3 5 Kamis, 13 september 2018 32
6 ASRM B - 208 3 6 Jumat, 14 september 2018 32
Total 32 7 Senin, 17 september 2018 32
c. Ruang Makan
d. Ruang Makan
Timbulan Sampah Timbulan Sampah Rata-RataTimbulan
(/hari) Jumlah (/org/hari) Sampah (/org/hari)
No Hari
Berat Volume Orang Berat Volume Berat Volume
(Kg) (Liter) (Kg) (Liter) (Kg) (Liter)
1 Kamis, 9 September 2018 5,50 12,00 78 0,07 0,15
2 Jumat, 7 september 2018 5,50 14,00 89 0,06 0,16
3 Senin, 10 September 2018 5,80 15,00 81 0,07 0,19
4 Rabu, 12 September 2018 5,70 13,00 82 0,07 0,16
0,06 0,16
5 Kamis, 13 september 2018 5,00 15,00 82 0,06 0,18
6 Jumat, 14 september 2018 4,80 14,00 81 0,06 0,17
7 Senin, 17 september 2018 5,10 12,00 81 0,06 0,15
8 Selasa, 18 september 2018 5,20 14,00 91 0,06 0,15
Sisa Makanan 3,030 2,570 1,289 3,090 2,720 1,950 2,700 2,067 2,43 14,07
Kayu dan
Sampah 2,500 2,900 2,100 2,800 3,100 2,900 3,200 2,500 2,75 15,95
Tanaman
Kain/Tekstil 0,700 0,500 0,000 0,600 0,800 0,700 0,700 0,700 0,59 3,41
Karet 0,500 0,900 0,500 0,900 0,600 0,900 0,900 0,900 0,76 4,42
Plastik 2,300 2,800 1,200 2,900 2,500 2,900 2,800 3,200 2,58 14,93
Botol 3,400 3,350 2,700 3,500 3,400 3,700 3,200 3,700 3,37 19,53
Logam 0,400 0,400 0,000 0,500 0,600 0,000 0,500 0,400 0,35 2,03
Kaca/Gelas 0,600 0,400 0,000 0,400 0,000 0,600 0,500 0,600 0,39 2,25
Kertas 2,700 2,800 1,800 2,900 2,900 2,800 2,900 3,400 2,78 16,09
Tisu 0,500 0,600 0,600 0,700 0,600 0,600 0,400 0,400 0,55 3,19
Stereofoam 1,000 0,800 0,200 0,700 1,100 0,400 0,800 0,700 0,71 4,13
17,63 18,02 10,39 18,99 18,32 17,45 18,60 18,57 17,25 100,00
1 2 3 4 5 6 7 8
Komposisi
Kamis, 6 Jumat, 7 Senin, 10 Rabu, 12 Kamis, 13 Jumat, 14 Senin, 17 Selasa, 18
September September September September September September September September (kg) (%)
2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018
Sisa
Makanan
1,200 1,230 0,850 1,020 0,930 1,180 0,850 1,150 1,051 21,86
Kayu dan
Sampah 0,000 0,100 0,200 0,250 0,100 0,200 0,100 0,100 0,131 2,73
Tanaman
Kain/Tekstil 0,300 0,200 0,700 0,300 0,400 0,300 0,200 0,800 0,400 8,32
Karet 0,500 0,400 0,200 0,300 0,000 0,000 0,000 0,000 0,175 3,64
Plastik 0,600 0,600 0,700 0,400 0,700 0,800 0,800 0,500 0,638 13,26
Botol 0,700 0,600 0,700 0,800 0,800 0,600 0,800 0,600 0,700 14,56
Logam 0,000 0,000 0,400 0,000 0,400 0,200 0,000 0,000 0,125 2,60
Kaca/Gelas 0,600 0,500 0,000 0,300 0,000 0,000 0,000 0,300 0,213 4,42
Kertas 0,800 0,900 0,600 0,700 0,900 0,900 1,000 0,900 0,838 17,42
Tisu 0,300 0,200 0,300 0,200 0,200 0,300 0,200 0,200 0,238 4,94
Stereofoam 0,200 0,300 0,200 0,300 0,500 0,400 0,200 0,300 0,300 6,24
5,20 5,03 4,85 4,57 4,93 4,88 4,15 4,85 4,808 100,00
Sisa Makanan 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 0,00
Kayu dan
Sampah 41,600 56,400 39,300 55,800 31,200 53,200 58,200 50,500 48,28 94,22
Tanaman
Kain/Tekstil 0,300 0,200 0,300 0,000 0,000 0,300 0,200 0,800 0,26 0,51
Karet 0,200 0,200 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,05 0,10
Plastik 0,900 0,600 0,700 0,600 0,400 0,000 0,800 0,500 0,56 1,10
Botol 0,900 0,700 0,800 0,700 0,500 0,200 0,800 0,600 0,65 1,27
Logam 0,000 0,000 0,200 0,000 0,400 0,300 0,000 0,000 0,11 0,22
Kaca/Gelas 0,000 0,200 0,400 0,000 0,900 0,900 0,000 0,000 0,30 0,59
Kertas 0,700 0,900 0,500 0,400 0,600 0,400 1,000 0,200 0,59 1,15
Tisu 0,400 0,200 0,300 0,100 0,200 0,300 0,200 0,100 0,23 0,44
Stereofoam 0,200 0,300 0,200 0,100 0,500 0,200 0,200 0,000 0,21 0,41
45,20 59,70 42,70 57,70 34,70 55,80 61,40 52,70 51,24 100,00
Sisa 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,33 100
Makanan
Kayu dan
Sampah 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 0,00
Tanaman
Kain/Tekstil 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 0,00
Karet 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 0,00
Plastik 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 0,00
Botol 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 0,00
Logam 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 0,00
Kaca/Gelas 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 0,00
Kertas 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 0,00
Tisu 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 0,00
Stereofoam 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 0,00
6,50 6,50 6,80 6,70 6,00 5,80 6,10 6,20 6,33 100
Karet 0,76 4,42 0,18 3,64 0,05 0,10 0,00 0,00 0,99 1,26
Plastik 2,58 14,93 0,64 13,25 0,56 1,10 0,00 0,00 3,78 4,80
Botol 3,37 19,53 0,70 14,55 0,65 1,27 0,00 0,00 4,72 6,00
Logam 0,35 2,03 0,13 2,60 0,11 0,22 0,00 0,00 0,59 0,75
Kaca/Gelas 0,39 2,25 0,21 4,42 0,30 0,59 0,00 0,00 0,90 1,14
Kertas 2,78 16,09 0,84 17,41 0,59 1,15 0,00 0,00 4,20 5,34
Tisu 0,55 3,19 0,24 4,94 0,23 0,44 0,00 0,00 1,01 1,29
Stereofoam 0,71 4,13 0,30 6,24 0,21 0,41 0,00 0,00 1,23 1,56
Total 17,25 100 4,81 100 51,24 100 5,33 100 78,62 100
INISIATIF PURNA
PRAJABATAN PROFESI PENJENJANGAN JUM
STRATEJIK BAKTI
TAHUN TOTAL LAH TOTAL
PES PES PES PES PES HARI
HOP HOP HOP HOP HOP
ERTA ERTA ERTA ERTA ERTA
2011 3551 201 17909 5178 7794 148 260 134 0 0 29514 5661 235 126 24
2012 45889 814 17167 5176 7227 145 497 417 20 2 70800 6554 235 301 28
2013 13120 203 21053 6237 14187 246 1598 601 0 0 49958 7287 235 213 31
2014 0 0 44873 6692 7316 116 920 377 661 74 53770 7259 235 229 31
2015 1560 240 62609 6742 5784 109 103 45 180 18 70236 7154 235 299 30
2016 13754 578 20385 5878 20182 431 2541 1113 1350 135 58212 8135 235 248 35
2017 8730 268 23366 6700 7742 179 117 39 300 30 40255 7216 235 171 31
PREDIKSI
9005 386 42429 7799 13548 290 1226 512 849 86 67059 9074 235 285 39
2018
NIM : 140407019