Anda di halaman 1dari 61

METODOLOGI PENILITIAN

“ANALISA GAYA ART DECO PADA KACA PATRI

MUSEUM BANK MANDIRI”

DOSEN UTAMA: Ir. NURHASANAH, M.M

DOSEN PEMBIMBING: EILEEN SUKRA. S.Sn, M.Ds

OLEH:

BELDA ARTHA – 615130104

SELLY – 615130109

NANCY CAROL – 615130120

CECILIA – 615130122

MARIETTHA CHELSEA – 615130138

DESAIN INTERIOR

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA

sehingga peneliti dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak

lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak,

khususnya dosen pengampuh dan asisten dosen yang telah membantu penulis

menyelesaikan tugas makalah ini demi memenuhi syarat mata kuliah metodologi

penelitian.

    Dengan makalah ini, penulis berharap agar makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan juga penulis, Penulis sadar

bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, peneliti mohon maaf

apabila ada kesalahan dalam penulisan. Selain itu peneliti sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya dan

semoga makalah ini dapat menjadi manfaat bagi yang membaca.

                                                                                       Jakarta, 2015

                                                                                               Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………..…….………………………..…….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..iv

BAB I PENDAHULUAN………….…………………...……….……..………….1

1.1 Latar Belakang……………………….………………….………...1

1.2 Rumusan Masalah……………………….………………….……..2

1.3 Tujuan Penelitian……………………….…….…….…..…………2

1.4 Manfaat Penelitian……………………….…………………...…...2

1.5 Sistematika Penulisan…………………….………………….……3

BAB II LANDASAN TEORI.……………………….……………………………5

2.1 Tinjauan Umum.……………………….…………..………………5

2.1.1 Museum Bank Mandiri.………………………….………..5

2.1.2 Art Deco.………………………..………………….……...7

2.2 Tinjauan Khusus…….…………………..……..……..………….14

2.2.1 Asal Mula Kaca Patri…………………………………….14

2.2.2 Kaca Patri Pada Abad Ke-20…………………………….17

BAB III METODE PENELITIAN.………………….…………..………………22

3.1 Rancangan Penelitian.……………………………………………22

3.2 Variabel Penelitian.………………………………………………22

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian.…………… …..………………….22

3.3.1 Lokasi Penelitian…………………………………………22

3.3.2 Waktu Penelitian…………………………………………22

3.4 Teknik Pengumpulan Data.……………………… ……………...23


3.4.1 Penelitian Langsung……………………………………...23

3.4.2 Studi Literatur……………………………………………23

3.4.3 Dokumentasi……………………………………………..23

3.5 Instrumen Penelitian.……………………… …..……..…………23

3.6 Teknik Analisis Data.…………… ……………..………………..24

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA FAKTUAL……..………...25

4.1 Tinjauan Faktual…………………………………………………25

4.2 Tinjuan Kaca Pada Museum Bank Mandiri……………………...35

4.2.1 Jendela Kaca Pada Museum Bank Mandiri……………...35

4.2.2 Kaca Patri Pada Museum Bank Mandiri…………………37

4.3 Analisa Kaca Patri Terbesar Di Museum Bank Mandiri………...46

BAB V PENUTUP……………………………………………………………53

5.1 Kesimpulan………………………………………………………53

5.2 Saran……………………………………………………………...53

5.2.1 Saran Bagi Subtansi……………………………………..53

5.2.2 Saran Bagi Masyarakat…………………………………..53

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………54
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagian interior yang dimiliki hampir setiap bangunn adalah kaca, baik

untuk jendela maupun pada pintu. Fungsi awalnya adalah sebagai penahan

teriknya sinar matahari. Namun pada masa kini kaca cukup berperan penting

pada interior maupun eksterior dalam mempercantik penampilan bangunan.

Kaca yang biasanya terintegrasi dengan kusennya menawarkan beragam

mode dan corak yang memberi keleluasaan pemilik rumah.

Kaca yang disebutkan diatas salah satunya adalah kaca patri (dalam

bahasa Inggris disebut stained glass atau glass-in-lood dalam bahasa

Belanda), Seni kaca patri merupakan ornamen arsitektur yang berasal dari

Eropa yang merupakan hasil perpaduan seni lukis dan seni patri yang

digunakan pada kaca. Kaca yang umumnya berbentuk geometris tertentu, di

antaranya segi empat atau lingkaran, dibentuk sedemikian rupa sehingga

tampilannya menjadi cantik mengikuti pola tertentu.

Di Indonesia terdapat beberapa museum yang menggunakan kaca patri,

namun dengan berbagai macam gaya yang diterapkan pada kaca patri

tersebut. Salah satu museum yang menggunakan kaca patri adalah museum

bank mandiri. Kaca patri pada museum bank mandiri terletak di dekat

halaman bagian tengah bangunan. Pada museum bank mandiri, kaca patri

tersebut bergaya art deco.

Art deco adalah gabungan dari berbagai gaya dan gerakan pada awal
abad ke-20, termasuk Konstruksionisme, Kubisme, Modernisme, Bauhaus,

Art Nouveau, dan Futurisme. Art Deco banyak mengunakan gradasi warna

yang halus serta warna yang mengesankan efek kilauan atau lengkungan

logam. Desain Art Deco banyak menggunakan bahan-bahan mahal dan

sedikit ornamen hias. Ornamen yang digunakan lebih beraturan dan banyak

menggunakan garis-garis lurus atau persegi (rectilinear).

1.2 Rumusan Masalah

A. Bagaimana bentuk kaca patri pada museum bank mandiri?

B. Apakah kaca patri pada museum bank mandiri sudah mencerminkan gaya

art deco?

1.3 Tujuan Penelitian

A. Untuk mengetahui bentuk kaca patri pada museum bank mandiri.

B. Untuk mengetahui keselarasan kaca patri di museum bank mandiri

dengan gaya art deco.

1.4 Manfaat Penelitian

A. Bagi Penulis

Agar penulis lebih mengetahui tentang gaya art deco dan kaca patri

dalam segi seni maupun segi manfaat dalam mendesain suatu ruangan dan

mengetahui perkembangan gaya art deco.

B. Bagi Pembaca
Agar pembaca mengetahui dan dapat mempelajari perkembangan gaya art

deco dan memahami tentang kaca patri.

C. Bagi Museum

Agar museum dapat mengetahui bagaimana gaya art deco pada kaca

patri di museum bank mandiri.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Di dalam BAB I yang berjudul PENDAHULUAN membahas

tentang Latar Belakang,Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam BAB II yang berjudul LANDASAN TEORI membahas

tentang Tinjauan Umum yang terdiri dari Museum Bank Mandiri

dan Art Deco, dan juga membahas Tinjauan Khusus yang terdiri

dari Asal Mula Kaca Patri dan Kaca Patri Pada Abad Ke-20.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam BAB III yang berjudul METODE PENELITIAN

membahas tentang Rancangan Penelitian, Variabel Penelitian,

Lokasi dan Waktu Penelitian yang terdiri dari Lokasi Penelitian

dan Waktu Penelitian, Teknik Pengumpulan Data yang terdiri dari

Penelitian langsung (field research), Studi literatur (library


research) dan Dokumentasi / foto dokumen, Instrumen Penelitian

dan Teknik Analisis Data.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA FAKTUAL

Di dalam BAB IV yang berjudul HASIL PENGAMATAN

DAN ANALISA FAKTUAL membahas tentang Tinjauan Faktual,

Tinjauan Kaca Patri Pada Museum Bank Mandiri dan Tijauan Kaca

Pada Museum bank Mandiri yang membahas Jendela Kaca Museum

Bank Mandiri, Kaca Patri Museum Bank Mandiri, dan Analisis

Kaca Patri Terbesar Di Museum Bank Mandiri.

BAB V PENUTUP

Di dalam BAB V yang berjudul PENUTUP terdiri dari

Kesimpulan dan Saran dari isi makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Museum Bank Mandiri

Gedung Museum Bank Mandiri terletak di jalan Lapangan Stasiun No.1

Jakarta Kota. Gedung ini terletak persis berhadapan dengan stasiun kereta

Beos. Gedung ini dirancang oleh tiga orang arsitek Belanda yaitu J. J. J. de

Bruyn, A. P. Smits dan C. Van der Linde. Tahun 1929 gedung ini mulai

dibangun oleh kontraktor N. V. Nedam dan diresmikan pada 14 Januari

1933 oleh C.J Karel van Aalst, presiden NHM ke -10 di Batavia. Bangunan

ini bergaya Art Deco. Awal mulanya gedung ini digunakan sebagai gedung

untuk memantau atau menyimpan hasil perkebunan Kolonial Belanda yang

didapatkan dari seluruh Indonesia.

Gambar 2.1. Museum Bank Mandiri. (Sumber: http://www.pusakaindonesia.org/museum-


bank-mandiri-di-kota-tua/)

Gagasan untuk mendirikan Museum Bank Mandiri didasarkan atas

pemikiran untuk menyelamatkan dan melestarikan benda-benda bersejarah

di bidang perbankan yang pernah beredar dan dipakai pada bank-bank yang

berdiri di Indonesia. Museum ini didirikan oleh pemerintah dalam rangka


melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah di bidang perbankan dan alat

tukar manusia, khususnya di Indonesia. Bank Mandiri merupakan sebuah

bank yang didirikan karena Nederlandsche Handel-Maatschappij

dinasionalisasi pada tahun 1960 menjadi gedung kantor Bank Koperasi Tani

& Nelayan Urusan Ekspor Impor. Kemudian bersamaan dengan lahirnya

Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) pada tanggal 21 Desember 1969,

gedung tersebutpun beralih menjadi kantor pusat Bank Export Import (Bank

Exim), hingga akhirnya legal merger Bank Exim bersama Bank Dagang

Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia

(Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999), maka gedung tersebut pun

menjadi aset Bank Mandiri.

Visi Museum Bank Mandiri adalah ‘Menjadi museum perbankan yang

berstandar internasional yang informatif, inspiratif, dan bermanfaat bagi

masyarakat.’

Misi Museum Bank Mandiri adalah:

a. Mengembangkan museum sebagai pusat dokumentasi sejarah Bank.

b. Sebagai sarana kultural – edukatif dan rekreatif bagi masyarakat

c. Pengelolaan museum dengan manajemen professional.

d. Turut berpartisipasi dalam revitalisasi bangunan bersejarah di

kawasan Kota Tua Jakarta sebagai tempat tujuan wisata.

e. Menjalin kerja sama dengan semua pihak dalam rangka

pengembangan museum.

2.1.2 Art Deco


a. Sejarah Art Deco

Perubahan sosial yang drastis pada tahun 1905 sampai tahun 1930

setelah Perang Dunia I diiringi oleh munculnya dan majunya revolusi

gaya desain dan ilustrasi. Segala bentuk mulai dari bunga dan manusia

menjadi kaku. Bentuk-bentuk mengalami perubahan menjadi semakin

berani dan simpel seperti geometris bersudut, berlandaskan pada

Kubisme. Penggunaan garis-garis yang jelas, warna-warna terang dan

cerah (merah, jingga, kuning, hijau, ungu, dan biru kehijauan), detail

yang halus, dan draftmanship yang luar biasa merupakan ciri khas desain

pada saat itu, yang sekarang lebih dikenal sebagai ‘Art Deco’.1

Gambar 2.2. Lukisan “Young Lady in Green”. (Sumber: http://www.tamara-de-lempicka.org/)

Pada awal mulanya, gaya Art Deco berkembang setelah gaya Art

Nouveau berakhir yaitu mulai tahun 1910 sampai tahun 1930. Gaya Art

Deco merupakan adaptasi dari bentukan historisme ke bentukan modern

1
Julian Robinson, The Brilliance of Art Deco, Murdoch Books, 1997, hlm. 9
yang pada masa itu nilai-nilai estetik dipengaruhi oleh musik jazz. Istilah

Art Deco pertama kali digunakan di pertengahan tahun 1920 untuk

mendeskripsikan desain yang tipikal pada seniman, desainer, dan ahli

kerajinan yang karyanya dipajang pada Exposition Internationale des

Arts Decoratifs et Industriels Modernes, diadakan di Paris pada tahun

1925. Pada pameran tersebut, Le Corbusier mewujudkan gagasannya

pada paviliun “semangat baru” (l’espirit nouveou) yang berwujud sebuah

konsep rumah mungil berperabot produk industri yang telah

distandarisasikan dan ditata seefisien mungkin sebagai usaha

membangun citra kehidupan modern.2

Dalam membuat bangunan, Art Deco adalah suatu aliran atau paham

yang terdiri dari unsur-unsur dekoratif berupa garis-garis dan bidang

geometris, penggunaan lampu dari kaca patri berwarna-warni, dan kusen

dari besi.3

2
Agus Sachari dan Yan Yan Sunarya, Modernisme Sebuah Tinjauan Historis
Desain Modern, Balai Pustaka, Jakarta, 1999, hlm. 108.

3
Lufiansyah, Pengembangan Hotel Savoy Homann Bidakara Bandung, Jurnal
Tugas Akhir Universitas Gunadarma, 2008, hlm. 9, diakses dari
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/civil-
engineering/2008/Artikel_20303029.pdf
Gambar 2.3. Gedung “Studio Building – Ateliers d’artistes” karya Henri Sauvage.
(Sumber: http://architrip.fr/en/itinerary/the-16th-arrondissement/)

b. Karakteristik gaya Art Deco

Secara visual, karakteristik gaya Art Deco adalah sebagai berikut:

1) Penggunaan bentuk yang bertingkat-tingkat atau berlapis-lapis

(stepped form), streamline, zigzag, sunburst, chevron, lengkungan

yang membentang, dan motif Mesir dengan permukaan yang licin.

Gambar 2.4. Auditorium Radio City Music Hall (Sumber:


https://en.wikipedia.org/wiki/Radio_City_Music_Hall)
2) Memperlihatkan aspek seni berbentuk Cubism yang mengutamakan

bentuk geometris (terlihat langsing dan kurus (Young 9))

Gambar 2.5. “The Couple” karya Vilhelm Lundstrom tahun 1930an (Sumber:
http://artdecocollection.com/art-and-statues/sold-items-paintings/)

3) Penggunaan kaca patri dengan motif geometris (Calloway 416)

4) Banyak menggunakan bahan-bahan seperti stainless steel,

aluminium, marmer dan kaca. Material yang umumnya digunakan

adalah stainless steel, aluminium, glass block, marmer, batu kapur

dan terakota karena sudah terpengaruh dengan teknologi modern.

Gambar 2.6. “Spirit of Light” di Syracuse, Niagara Mohawk Power Building,


terbuat dari stainless steel. (Sumber:
https://www.flickr.com/photos/army_arch/3110924840)
5) Elemen dekoratif yang digunakan kebanyakan berupa sepuhan warna

krom, besi tempa, perunggu, dan plastik (Young 9).

Gambar 2.7. Ornamen perunggu di lobby Chicago Board of Trade. (Sumber:


http://interior-design-decor.com/decor/art-deco-interior-design-3/)

6) Pintu dan jendela berbahan kayu solid berbentuk panel yang

dikombinasikan dengan logam dan kaca polos (Calloway 418-423)4

Gambar 2.8. Pintu Cochise County Court House, 1931. (Sumber:


https://en.wikipedia.org/wiki/Art_Deco)
Skema warna yang populer digunakan di dalam gaya Art Deco:

1) Bold and Bright

4
Jurnal Intra Vol. 1, Grace Tanaya, Setiawan dan Andreas Pandu, “Studi Gaya
Desain Perabot Ruang Makan Restoran Bon Ami di Surabaya”, Program Studi
Desain Interior, Universitas Kristen Petra, 2013, hlm. 3 diakses dari
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/desain-
interior/article/download/1333/1198
Warna energik melambangkan kemakmuran pada abad 20-an:

kuning kenari, hijau zamrud, biru kehijauan, ungu royal, dan merah

cerah

Gambar 2.9. Lukisan “Rythme no.1” karya Robert Delaunay, 1938. (Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Delaunay)

2) Metallics

Silver, Gold, Metallic Blues dan Charcoal Grey juga mewakili

kekayaan dan kemakmuran masa. Finishing metalik dapat

menambah kesan mewah, glamor dan kekayaan. Ini adalah lambang

gaya Art Deco.

Gambar 2.10. Interior Bellagio Residence di Bel Air, Los Angeles. (Sumber:
http://www.kellywearstler.com/)
3) Neutrals
Art Deco merupakan semua tentang terlihat modern dan efisien.

Skema warna monokromatik yang netral mudah mencapai nuansa

ini. Cremes, beiges, taupes dan cokelat menjadi pilihan populer

untuk interior dan mode.

Gambar 2.11. ‘Peau de Serpent’ Ceramic Table Lamp karya Rene Buthaud, 1930.
(Sumber: https://www.1stdibs.com/art-deco-peau-de-serpent-ceramic-rene-
buthaud/)

4) Black and White

Hitam putih adalah skema warna yang paling populer selama tahun

1920-an dan 1930-an. Ubin, lantai dan wallpaper kotak-kotak

berwarna hitam putih sangatlah trendi.

Gambar 2.12. Advertising Poster karya A. M. Cassandre, 1932. (Sumber:


http://www.design-is-fine.org/post/98001956074/a-m-cassandre-artwork-for-caf
%C3%A9-le-chat-noir)
2.2 Tinjauan Khusus

2.2.1 Asal Mula Kaca Patri


Kaca pertama yang dibuat manusia tidak dapat diprediksi dengan

spesifik kapan dibuatnya, namun setidaknya 3000 SM kaca sudah ada di

budaya Mediterania Timur. Kaca dibuat dengan menggabungkan silika

(pasir) dan alkali (abu), yang ketika dipanaskan akan membentuk suatu

bahan yang homogen. Ketidakmurnian yang ada di pasir dan metal oksida

yang ditambahkan dengan sengaja ke campuran menyebabkan kaca menjadi

berwarna. Ada 2 tipe kaca kuno. Yang pertama adalah soda glass yang

dikenal di bangsa Roma sejak abad ke-7, dibuat dari kombinasi pasir dengan

abu tanaman laut. Setelah 1000 M, abu hutan/kayu (woodland) lebih umum

digunakan namun lebih rentan akan kerusakan dan pembusukan.5

Penggunaan kaca untuk jendela bangunan sebenarnya terlambat.

Jendela kaca paling pertama dibuat dengan dicetak. Cairan kaca dituang ke

nampan yang disusun dengan pasir dan dibiarkan mendingin. Meskipun

tadinya jendela kaca hanya digunakan untuk konteks domestik saja,

pengaplikasiannya pada gereja-gereja Kristenlah yang mengukuhkan jendela

kaca dan menjadi awal dari perkembangannya menjadi seni dekoratif.6

5
Sarah Brown, Stained Glass: An Illustrated History, Bracken Books, London,
1994, hlm. 7
6
Ibid., hlm. 10
Gambar 2.13. Kaca patri tertua dari akhir abad ke-11 pada Augsburg Cathedral. (Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Augsburg_Cathedral)

Tidaklah diketahui kapan persisnya cat pertama dicampurkan ke kaca

jendela, yang menjadi kombinasi dari kaca berwarna dan detail pewarnaan

yang menjadi karakteristik yang essensial dari kaca patri. Kaca patri berasal

dari bahasa Inggris yaitu stained glass. Pada tahun 1878 sudah ditemukan

adanya kepingan kaca berwarna dengan simbol Alpha dan Omega, namun

bukti literatur untuk pewarnaan kaca yang ditemukan berasal abad ke-9 dan

setelahnya.7

7
Sarah Brown, op. cit. hlm. 11-12
Salah satu bukti yang kuat adalah deskripsi pribadi yang terdapat di

dalam surat dari Abbot Gozbert (928-1001) yang berterima kasih kepada

Count Arnold von Vohburg untuk hadiah kaca patrinya: “Thanks to you, for

the first time the sun shines with golden rays on the pavement of our

basilica, passing through varicoloured painted glass”. Padahal pada saat itu

gereja hanya menggunakan kain linen untuk jendelanya. Produksi kaca patri

secara massal dimulai dari tahun 1000 sampai 1500 M, pada zaman gothic.

Pengrajin pada abad pertengahan selama zaman gothic lebih tertarik untuk

mengilustrasikan ide dari menciptakan gambar – gambar realistis.8

Gambar 2.14. Kaca Patri di jendela Timur St. Mary, 1864. (Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/William_Wailes)
2.2.2 Kaca Patri Pada Abad Ke-20

8
Sarah Brown, op. cit. hlm. 13
Pada abad ke-20 jenis-jenis kaca patri sangat beragam dan banyak gaya-

gaya yang baru yang tidak terbebani oleh gaya artistik masa lalu. Pada

negara-negara Eropa, beberapa kelompok seniman membuat asosiasi yang

berlawanan secara signifikan dengan asosiasi seni yang sudah ada pada seni

dekoratif dan seni terapan. Alam menyediakan sumber-sumber bentuk dan

motif baru, bebas dari ketergantungan akan karya artistik dimasa lalu seperti

lengkungan dan menjalar menyerupai batang, daun dan bunga yang menjadi

khas Art Nouveau setelah pameran Maison de l’Art Nouveau yang

berpengaruh. Arsitek dan desainer interior mengaplikasikan kaca patri ke

desain gedung mereka pada pintu, jendela atap, dan sekat.9

Gambar 2.15. Kaca patri di Eton College Chapel karya Evie Hone, 1952. (Sumber:
http://joninbetween.blogspot.co.id/2014/07/sabbatical-art-pilgrimage-eton-college.html)

Dengan popularitas interior Art Nouveau dan Arts and Crafts yang

tinggi, awal abad ke-20 menghadapi permintaan atas kaca dekoratif yang

melambung tinggi dalam konteks domestik seperti untuk rumah pribadi,

restoran, dan hotel. Meskipun demikian, sebagian besar dari kaca patri yang

9
Ibid., hlm. 149
ada terus dikomisikan untuk gereja bergaya Gothic, gedung medieval

ataupun gedung atas Gothic Revival. Gaya Gothic masih disukai oleh

banyak arsitek gerejawi sehingga menimbulkan adanya dilema estetika

dikarenakan diperlukannya perjuangan untuk mendemonstrasikan kaca patri

ini untuk dapat digunakan dalam konteks arsitektural dibandingkan hanya

untuk tradisi gereja. Pada tahun 1900an, kaca patri masih merupakan bentuk

seni yang sangat religius berkaitan dengan gereja, sehingga membuat kaca

patri menjadi bentuk seni arsitektural utama selama Abad Pertengahan,

sampai pada tahun 1990an, kaca patri mulai digunakan pada pusat

perbelanjaan, bandara, dan ruang publik.10

Gambar 2.16. The Crucifixion di St. Luke, 1922 (Sumber:


https://www.flickr.com/photos/trena-cox/8142856289/)

10
Ibid., hlm. 151-153
Di Inggris, desainer yang berlatih tradisi Arts and Crafts melanjutkan

untuk menciptakan kaca patri dengan originalitas dan kekuatan yang cocok

dengan idiom gothic yang dominan sebelumnya. Perang Dunia Pertama

menimbulkan bertambahnya permintaan untuk jendela sebagai monumen

peringatan, dengan beberapa perusahaan dagang masih melanjutkan

membuat desain gaya gothic.11

Gambar 2.17. Kaca patri yang terpengaruh teori De Stijl. (Sumber:


https://en.wikipedia.org/wiki/Stained_glass#20th_and_21st_centuries)

Pada masa perang Jerman lah kaca patri mengalami kemajuan yang

sangat pesat menuju gaya modern ekspresionis yang asli. Karya yang paling

original bersumber dari lingkungan pengaruh Bauhaus yang didirikan pada

tahun 1919 oleh Walter Gropius. Bauhaus mendesain bangunan baru pada

abad ke-20 memanfaatkan kaca, yang sekarang dapat diproduksi mesin

dalam lembaran yang besar. Dipengaruhi oleh teori De Stijl, karakter kaca

yang didesain Bauhaus memiliki garis-garis paralel dan vertikal yang tegas

dan bentangan warna primer yang luas menyerupai lukisan Mondrian.


11
Ibid., hlm. 155-156
Kebanyakan dari desain kaca patri pada masa tersebut dihancurkan ketika

masa Perang Dunia II, namun juga menciptakan banyak kesempatan untuk

generasi praperang, membuat Jerman menjadi negara yang paling banyak

menghasilkan dan berpengaruh atas kreasi kaca patri pada tahun 1950an dan

tahun 1960an.12

Sedangkan di Perancis, seniman kaca patri relatif lambat dalam

mengikuti gaya-gaya Kubisme, Ekspresionisme, Abstraksi dan hasil karya

terbaru setelah Perang Dunia II. Partisipasi seniman ternama dalam

mendesain kaca patri lah yang berkontribusi atas pendirian kembali kaca

patri sebagai bentuk seni monumental utama. Walaupun Perancis

menanggung banyak kerugian selama Perang Dunia Pertama, kebanyakan

karya monumen perang pada periode setelah tahun 1918 masih tradisional

dengan gaya yang sangat terbatas.13

Desain yang abstrak dan non-figuratif terus mendominasi sampai

setelah satu dasawarsa, baru tradisi figuratif mulai banyak digunakan. Abad

ke-20 sudah menyaksikan munculnya pelanggan tetap untuk kaca patri.

Negara Arab sudah membuka berbagai kesempatan arsitektural dan kaca

patri memegang peranan penting dalam menyediakan warna dan

kehangatan.14

12
Ibid., hlm. 155-159
13
Ibid., hlm. 161-162
14
Ibid., hlm. 168-171
Gambar 2.18. Kaca patri di taman Dowlat Abad, Iran. (Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Stained_glass#20th_and_21st_centuries)

Sekarang ini kaca patri telah berkembang luas. Ornamen yang

digunakan tidak lagi terbatas. Mulai dari ornament sulur, bunga, hewan,

maupun gambar-gambar realis dan abstrak lainnya. Penggunaannya juga

tidak hanya pada gedung gereja, melainkan juga digunakan pada hotel,

museum, rumah pribadi, bahkan masjid juga tidak luput dari penggunaan

kaca patri. Salah satu alasan kaca patri dapat berkembang di Indonesia,

adalah karena Indonesia merupakan negara tropis dengan memanfaatkan

sinar matahari yang cahayanya menembus panel- panel kaca patri

memberikan efek yang indah.15

15
Dwina M. Putri, Aplikasi Ornament Kaca Patri Pada Busana Casual Dengan
Teknik Digital Print Dan Bordir, Jurnal Program Studi Sarjana Kriya Tekstil
FSRD ITB, 2012, diakses dari jurnal-
s1.fsrd.itb.ac.id/index.php/craft/article/view/108/96
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Ditinjau dari jenis data, metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif. Menurut Arifin (2012:43), metode deskriptif adalah metode yang

digunakan apabila dalam penelitian itu penulis datang ke sumber data dan

menganalisis data itu apa adanya. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang

digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis gaya art deco

pada kaca patri Museum Bank Mandiri secara mendalam dan komprehensif.

3.2 Variabel Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, penulis menentukan variabel/objek

penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu gaya art deco dan

kaca patri.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian dilakukan di Jakarta.

3.3.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian

tersebut, mulai dari pencarian topik hingga tersusunnya laporan penelitian yaitu

mulai dari bulan Agustus sampai Desember 2015.


3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data - data yang dibutuhkan, penulis menggunakan

beberapa metode, yaitu :

3.4.1 Penelitian langsung (field research)

Penulis melakukan peninjauan langsung ke tempat objek penelitian

dan memperoleh data primer. Adapun cara - cara pengumpulan data

primer, namun penulis mengumpulkan data melalui observasi, dimana

penulis melakukan pengamatan terhadap objek penelitian sesuai

dengan topik penelitian.

3.4.2 Studi literatur (library research)

Penulis mencari informasi - informasi dari buku - buku dan

jurnal

- jurnal yang berhubungan dengan topik yang diteliti.

3.4.3 Dokumentasi / foto dokumen

Penulis melakukan dokumentasi saat berkunjung ke lokasi

penelitian untuk membantu penulis dalam proses pengamatan dan

melakukan penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam rangka pengumpulan data, penulis merupakan instrumen

penelitian yang dibantu dengan instrument lain yaitu kamera untuk

melakukan dokumentasi objek penelitian.


3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menggunakan ilmu - ilmu yang berkaitan

dengan penelitian. Penulis melakukan analisis deskriptif dengan

mengembangkan kategori - kategori yang relevan. Selain itu, penulis juga

melakukan penafsiran atas hasil analisis deskriptif dengan berpedoman pada

teori yang sesuai. Penulis mengolah data yang sudah terkumpul dan

diinterpretasikan secara kualitatif untuk menjawab masalah penelitian.


BAB IV

Hasil Pengamatan dan Analisa Faktual

4.1 Tinjauan Faktual Museum Bank Mandiri

Gedung Museum Bank Mandiri yang terletak di jalan Lapangan Stasiun

No.1 Jakarta Kota. Gedung ini terletak persis berhadapan dengan stasiun

kereta api Beos.

Gambar 4.1 Peta Lokasi Museum Bank Mandiri


Sumber : Google Maps

Berdasarkan data kesejarahan, Museum Bank Mandiri merupakan museum

perbankan pertama di Indonesia yang diresmikan sejak 2 Oktober 1998,

mempunyai luas hingga 10.039 m2, dan dibangun oleh tiga arsitek Belanda,

yaitu J.J.J de Bruijn, A.P. Smits dan C. van de Linde pada tahun 1929.
Gambar 4.2 Tampak Depan Museum Bank Mandiri
(Sumber: https://alatpenterjemahjakarta.wordpress.com/2014/01/11/bernostalgia-di-
museum-7/)

Berbagai macam koleksi museum terkait dengan aktivitas perbankan

"tempo doeloe" dan perkembangannya, dimulai dari perlengkapan

operasional bank, surat berharga, mata uang kuno (numismatik) hingga

brandkast. Ornamen bangunan, interior, furniture museum pun masih

dipertahankan seperti sediakala, bahkan sistem keamanan bank terlihat sangat

modern untuk masa itu. Pengunjung museum disajikan suasana Jakarta di

jaman pemerintahan Belanda, lengkap dengan sepeda onthel, jam besar dan

miniatur Jakarta.

Museum mandiri yang bergaya arsitektur Art Deco memiliki luas

bangunan keseluruhan 21.509m2 (4 Lantai) secara keseluruhan tetap

mempertahankan kondisi aslinya baik jendela, pintu, hingga lantainya.

Berikut pembagian tata letak denah Museum Bank Mandiri.

1. Di lantai basement, pengunjung dapat melihat berbagai macam Brandkast

untuk tempat penyimpanan uang, emas batangan, safe deposit box dan surat

berharga.
2. Di lantai dasar, pengunjung dapat melihat suasana ruang Kasir Cina dan

operasional bank pada masa itu yang dilengkapi oleh manekin (boneka

sebesar ukuran manusia) untuk lebih memahami perbankan tempoe doeloe.

Di lantai dasar ini, juga terdapat berbagai mesin hitung, alat tulis, surat

deposito, buku kas besar, ATM (Anjungan Tunai Mandiri) dan benda-benda

perbankan dari masa ke masa.

3. Di lantai atas terdapat ruang rapat dan ruang direksi yang dalam kondisi

terawat dan bersih. Ketika anda menaiki tangga, anda akan melihat kaca

mozaik yang sangat indah dalam menghiasi interior gedung.

4. Untuk lantai paling atas, saat ini digunakan sebagai tempat penyimpanan

properti Bank Mandiri dan ruang pamer temporer (art center) yang tertutup

untuk umum.

Dari bagian atap gedung anda dapat melihat keindahan kota Jakarta

seperti jalanan yang terus sibuk dengan kendaraan dan orang-orang yang

berlalu-lalang serta pemandangan ke arah stasiun kereta api Beos-Kota.

Gambar 4.3 Lantai Basement, Batavia Tempoe Doeloe (dok.Pribadi)


Gambar 4.4 Brankast, dan Safe Deposit Box
(Sumber:http://s331.photobucket.com/user/rommya/media/Bank
%20Mandiri/MuseumBankMandiri09-1.jpg.html)

Gambar 4.5 Lorong pada Lantai Basement (dok. Pribadi)

Gambar 4.6. Denah Lantai Dasar Museum Bank Mandiri (dok.Pribadi)


Pintu Masuk berada di bagian bawah denah pada Gambar diatas, yang

berwarna merah. Ketika memasuki Gedung ini akan ada sebuah tangga yang

menyambungkan kita ke dalam gedung. Ketika sampai di penghujung tangga

akan terlihat ada kasir cina, yang difungsikan sebagai tempat pembelian tiket

masuk museum.

Pada lantai Dasar ini terbagi menjadi 10 ruangan umum, yaitu 1.

Auditorium; 2. Ruang Peralatan Operasional; 3. Ruang Perlengkapan Bank;

4. ATM dari Masa ke Masa; 5. Kasafdeeling; 6. Ruang Orientasi; 7.

Chinesekas; 8. Public Hall; 9. Ruang Pameran; dan 10. Giftshop.

Gambar 4.7 Loket Pembelian Tiket, Public Hall, Ruang Perlengkapan Bank
(dok. Pribadi)
Gambar 4.8 Ruang Peralatan Operasional (dok. Pribadi)

Gambar 4.9 Kasafdeeling (dok. Pribadi)


Gambar 4.10 Kasir Cina (ChineseKas)
Sumber : http://www.museumindonesia.com/img_editor/mm_kas_china.jpg

Pada Lantai dasar ini, terdapat koridor luar yang disambung dengan

partisi dari kayu. Koridor luar ini memperlihatkan adanya taman di tengah

gedung. Dari koridor luar menghubungan juga ke ruangan 1, 2, 9, dan 10,

yakni ruang Auditorium, ruang Peralatan Operasional Bank, Ruang Pameran,

dan juga Giftshop.

Gambar 4.11 Taman Museum Bank Mandiri (dok. Pribadi)


Gambar 4.12 Ruang Auditorium Besar dan Kecil (dok. Pribadi)
Gambar 4.13 Koridor, Ruang
Kantor Administrasi, Lift &
Toilet (dok. Pribadi)

Gambar 4.14 Denah Lantai Satu Museum Bank Mandiri (dok. Pribadi)

Pada Lantai satu, lebih banyak ruangan spesifik, namun sayangnya

kebanyakan ruangan tidak terbuka untuk umum. Lantai Satu ini dapat diakses

dari tangga besar yang terletak di atas pintu masuk museum ini, karena bagian
belakang ditutup untuk umum, sehingga tidak bisa melalui tangga/ lift

belakang.

Berikut penjelasan dari denah, 1. Library/ Perpustakaan; 2. Koridor

dalam; 3. Ruang Kepegawaian; 4. Ruang Rapat Besar; 5. Ruang Numismatik;

6. Ruang Presiden Direktur; 7. Ruang Penghargaan; 8. Ruang Makan

Direktur. Dilengkapi dengan ruang-ruang tambahan lain seperti Ruang Piala,

Ruang Mandiri Club, Ruang Go Public, Ruang Foto Direktur, Ruang

Security, Ruang Penghargaan, Ruang Souvenir dan Cinderamata, juga Ruang

Belajar dan Kantor.

Ruangan yang terbuka untuk umum hanyalah ruang Rapat Besar.

Ruangan lain ditralis besi, sehingga pengunjung tidak dapat melihat ke dalam.
Gambar 4.15 Ruang Rapat Besar Utama (dok. Pribadi)

4.2 Tinjauan Kaca pada Museum Bank Mandiri

4.2.1 Jendela Kaca pada Museum Bank Mandiri

Bangunan ini merupakan ciri khas bangunan daerah tropis, karena

pada bangunan ini dilengkapi dengan taman di tengah bangunan,

lubang angin, jendela, dan pintu yang tinggi, serta bukaan yang lebar

dan besar. Berdasarkan hasil survey lokasi, hampir semua ruangan di

Museum Bank Mandiri ini dilengkapi dengan jendela. Jumlah jendela

pada Museum ini, kurang lebih ada 300-350 buah. Ada berbagai variasi

jendela yang digunakan dalam museum ini. Berikut pembagian kaca

jendela di Museum Bank Mandiri.

1. Jendela Jalusi Ayun


Jendela jenis ini, terletak di sepanjang koridor museum, dan

pada area Public Hall. Jendela ini terbuat dari frame kayu, yang diisi

Kaca.

2. Jendela Awling dengan paduan jendela Permanen

Jendela jenis ini digunakan pada depan ruang Auditorium kecil

dan Auditorium Besar.

3. Jendela Permanen

Jendela jenis ketiga ini digunakkan pada bagian public hall,

ruang operasional bank, ruang IT, dan hampir semua ruangan di

bagian depan. Jendela ini juga dipakai pada depan ruang Kantor

Administrasi.

4. Jendela Geser
Jendela Geser ini banyak digunakan pada dalam ruangan, namun

hanya ruangan-ruangan yang tersambung dengan outdoor. Selain

memberi penerangan lebih, jendela ini juga berfungsi sebagai

ventilasi yang memberi udara sejuk.

1 2

3 4

Gambar 4.16 Jenis-jenis Jendela di Museum Bank Mandiri (dok. Pribadi)

4.2.2 Kaca Patri pada Museum Bank Mandiri


Salah satu ornamen paling eksentrik yang merupakan ciri utama

dari museum mandiri adalah Stained Glass (Kaca Patri). Pada Museum

Bank Mandiri terdapat 3 lokasi/ spot kaca Patri yang tersebar pada

bangunan ini. Kaca patri yang pertama terletak pada area pintu masuk

lantai dasar, ada pula di ruang rapat besar, dan yang paling besar dan

menarik terdapat di depan ruang Rapat Besar lantai satu.

Gambar 4.17 Letak Kaca Patri pada Lantai Dasar (dok. Pribadi)
Gambar 4.18

Letak Kaca

Patri pada

Lantai Satu

(dok.

Pribadi)

Kaca Patri

yang

terdapat

tepat di

depan

pintu ruang rapat besar merupakan kaca patri terbesar yang ada di

bangunan ini dan dirancang oleh F.H. Abbing Jr., anak dari presiden

NHM F.H. Abbing di Amsterdam. Ia merancang dan membuat kaca patri

ini untuk selanjutnya ditempel menjadi satu oleh W. Boogtman dengan

cara dibakar.
Gambar 4.19 Kaca Patri Terbesar di Museum Bank Mandiri (dok. Pribadi)

Kaca patri ini sangat bercirikan Negara kincir angin. Peletakan

ornament kaca patri tepat di depan pintu ruang rapat besar terkait dengan

para direksi NHM di Batavia, yang harapannya dapat membuat para

direksi merasakan suasana Belanda saat ia keluar dari ruang rapat besar,

sehingga rasa rindu akan kampung halaman dapat sedikit terobati.

Kaca patri ini memiliki lima bilah pada masing-masing dua bagian

yang berbeda yaitu bagian atas dan bagian bawah. Kaca patri bagian atas

menggambarkan nahkoda kapal, Cornelis De Houtman sebagai orang

pertama Belanda yang berkunjung ke Nusantara. Selain itu kaca patri


bagian bawah yang menceritakan antara lain empat musim di Belanda,

yaitu musim dingin,gugur, panas, dan semi.

Kaca patri bagian atas tersebut antara lain menjelaskan tentang

kapal-kapal VOC yang terkenal dan melegenda serta tokoh nahkoda

kapal Belanda yang pertama kali datang di Nusantara, Cornelis De

Houtman.

Gambar 4.20 Bagian Atas Kaca Patri Terbesar (dok. Pribadi)

Berikut ini adalah penjelasan bagian-bagian kaca patri tersebut :

a. Nahkoda kapal

Kaca patri pada bilah paling kanan ini menggambarkan sosok

seorang nahkoda yang diyakini merupakan Willem Van Oranje.

Willem Van Oranje-Nassau adalah raja Belanda yang menggagas

pendirian NHM untuk menggantikan fungsi VOC yang telah

bangkrut pada tahun 1799.

b. De Mauritius

Kaca patri pada bagian tengah atas menjelaskan kapal yang

dibuat dan dikerjakan atas perintah dari Olivier Van Noort, seorang
pengusaha, dan akhirnya mulai beroperasi tanggal 13 September

1698. Kapal ini tidak berlayar sendiri namun didampingi oleh

Kapal Hendrik Frederik yang dibuat di Amsterdam. Kapal kecil

Eendracht dari Amsterdam dan kapal kecil Hoop dari Rotterdam.

Penamaan kapal De Mauritius dan ka-pal Hendrik Frederik diambil

dari nama para putra Willem Van Oranje, raja Belanda.

c. Orang Belanda pertama ke Nusantara

Kaca patri bilah tengah pada bagian tengah terdapat potret

nahkoda kapal Belanda, Cornelis De Houtman yang menjadi orang

pertama yang menjejakkan kaki di Bantam (Banten) dan Pelabuhan

Sunda Kelapa pada tahun 1596. Ekspedisi ke Hindia Belanda

tersebut telah membuka jalur perdagangan bagi Belanda dengan

Negara yang kaya akan rempah-rempah dan hasil bumi ini.

d. De Hollandia

Kaca patri bilah tengah pada bagian bawah menggambarkan

De Hollandia yang merupakan kapal yang digunakan VOC pada

tahun 1595-1602, kapal ini dibuat di Amsterdam dan mempunyai

daya angkut sekitar 460 ton. Kapal ini juga ikut dalam rombongan

kapal ekspedisi yang pertama kalinya menuju Hindia Belanda.

Rombongan kapal itu adalah De Mauritius, De Hollandia, De

Amsterdam dan Duyfken. Kapal-kapal ini dipimpin oleh Cornelis

De Houtman pada tahun 1595-1597.

e. De Amsterdam
Kaca patri pada bilah kedua dari kiri menggambarkan kapal De

Amsterdam yang mempunyai panjang 160 kaki ini adalah salah

satu jenis kapal pengangkut yang penting untuk VOC. Kapal ini

dibuat tahun 1748 di Amsterdam dengan daya angkut 1160 ton.

Pada tanggal 8 Januari 1749 kapal ini berlayar untuk pertama

kalinya. Kapal ini juga dipersenjatai dengan beberapa meriam (54

meriam), namun tidak sebanyak kapal perang yang digunakan oleh

armada laut Belanda. Kapal ini memiliki tiang-tiang kapal dan

digunakan untuk mengangkut barang-barang dan orang. Barang-

barang yang dibawa biasanya adalah barang-barang berharga, oleh

karena itu kapal ini banyak diincar para pembajak.

f. Kaum bumiputera

Kaca patri terakhir yang terletak pada bilah paling kanan

adalah gambar seorang laki-laki yang membawa pikulan barang

dagangan yang berisi hasil perkebunan seperti kopi, kina dan

rempah-rempah lainnya. Laki-laki itu digambarkan dengan hanya

memakai kain batik dan berkulit gelap yang menunjukkan kekuatan

dan kerja keras laki-laki Indonesia.


Kaca patri pada bagian bawah terdiri dari lima bilah yang

menjelaskan tentang musim dingin, semi, panas, gugur. dan Mother

of Earth.

Gambar 4.21 Kaca Patri Bagian Bawah (dok. Pribadi)

Berikut adalah penjelasan kaca patri terbesar bagian bawah:

a. Lukisan pada bilah bagian kanan menggambarkan musim

dingin dengan didominasi warna putih yang melambangkan

salju dan kegiatan di musim dingin seperti menghangatkan diri

di perapian, permainan ice skating, dan orang membelah kayu.

Gambar 4.22 Bilah Paling Kanan (dok. Pribadi)


b. Lukisan pada bilah kedua dari kanan menggambarkan musim

gugur yang ditunjukkan dengan kegiatan memanen buah-

buahan yang mulai ranum di musim gugur. Selain itu terdapat

pula gambar wanita yang memakai pakaian tertutup karena

udara musim gugur sudah mulai mendingin karena menjelang

musim dingin. Ada pula gambar pemburu yang sedang

membidikkan senapannya ke arah langit yang dipenuhi dengan

burung-burung yang bermigrasi ke daerah yang lebih hangat.

Gambar 4.23 Bilah Kedua dari Kanan (dok. Pribadi)

c. Lukisan pada bilah kedua dari kiri menggambarkan musim

panas yang terlihat dari kegiatan penduduk Eropa yang

memanen gandum. Biasanya pada musim panas ini sebagian

penduduk melakukan liburan atau sekedar berjemur di pantai.

Gambar 4.24 Bilah Kedua dari Kiri (dok. Pribadi)


d. Lukisan pada bilah bagian kiri menjelaskan musim semi

dimana terlihat gambar pasangan muda-mudi yang sedang

berpelukan. Karena pada saat musim semi banyak orang

Belanda yang menglangsungkan pernikahan. Ada pula

gambaran anak kecil yang memetik bunga-bunga yang mulai

bermekaran. Satu yang terlihat sangat mencirikan musim semi

adalah gambar seorang wanita yang rambutnya tergerai tertiup

angin, hal ini disebabkan karena pada musim semi tiupan

angina sangat banyak namun tetap hangat. Gambaran petani

yang mulai bercocok tanam juga menghiasi bilah musim semi

ini.

Gambar 4.25 Bilah Paling Kiri (dok. Pribadi)

e. Bilah di bagian tengah kaca patri menceritakan keindahan alam

Indonesia. Bilah ini digambarkan dengan memperlihatkan

gambaran gunung vulkanik yang sedang mengeluarkan

asapnya. Orang-orang Belanda yang dateng ke Indonesia dulu

sangat mengagumi alam Indonesia tepatnya Pulau Jawa karena

memiliki banyak sekali gunung vulkanik. Selain itu adanya


gambar wanita yang merentangkan tangan sambil duduk dan

perempuan dengan gaun panjang.

Gambar 4.26 Bilah Tengah dari Kaca Patri (dok. Pribadi)

4.3 Analisis Kaca Patri Terbesar di Museum Bank Mandiri

Museum Bank Mandiri memiliki 3 buah kaca patri. Salah satunya ialah

Kaca Patri Empat Musim. Kaca Patri lain ada di lobby, dan juga di dalam

ruang rapat besar.

Menurut hasil analisa penulis, berikut karakteristik - karakteristik kaca

patri Art Deco :

1. Memperlihatkan aspek seni berbentuk Cubism yang mengutamakan

bentuk geometris Penggunaan kaca patri dengan motif geometris.

2. Banyak menggunakan bahan-bahan seperti stainless steel, aluminium,

marmer dan kaca. Material yang umumnya digunakan adalah stainless

steel, aluminium, glass block, marmer, batu kapur dan terakota karena

sudah terpengaruh dengan teknologi modern.

3. Elemen dekoratif yang digunakan kebanyakan berupa sepuhan warna

krom, besi tempa, perunggu, dan plastik.


Berdasarkan hasil analisa penulis, pada prasasti kaca patri empat musim

ini terlihat jelas penggunaan aspek seni berbentuk cubism yang

mengutamakan bentuk geometris. Unsur – unsur dekoratif juga berupa garis –

garis dan bidang geometris.

Pada kaca patri ini juga terlihat warna-warna yang digunakan

cenderung merupakan warna yang terang dan energik seperti rubi, ungu royal,

kuning kenari, hijau zamrud, dan turquoise. Terdapat pada skema warna Bold

and Bright yaitu warna energik yang melambangkan kemakmuran pada abad

20-an.

Material utama yang digunakan yakni kaca, dan dipadukan dengan list

hitam yang terbuat dari stainless steel. Elemen dekoratif yang digunakan

kebanyakan berupa sepuhan warna krom, besi tempa, perunggu, dan plastik.

Juga tekstur dari kaca patri ini sudah licin/ rata, tidak memberi tekstur kasar

atau pun bergelombang.

Gambar 4.27. Kaca patri empat musim di Museum Bank Mandiri.


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ditemukan juga kaca patri yang terletak di ruang lainnya. Kaca patri

berbentuk geometris dengan skema warna Bold and Bright. Bentuk kaca patri

ini terlihat seperti gambar bunga, yang terfokus pada bagian tengahnya. Pada

kaca patri ini masih menerapkan pula bentuk Cubism yaitu mengutamakan

bentuk geometris.

Gambar 4.28. Kaca patri yang terletak di atas pintu masuk museum.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.29. Kaca patri yang terletak di dalam ruang rapat besar.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Awal perkembangan seni dekoratif ditandai dengan pengaplikasian

jendela kaca pada gereja – gereja. Pada tahun 1900an, kaca patri masih

merupakan bentuk seni yang sangat religius berkaitan dengan gereja. Sebagai

perbandingan gaya Art Deco salah satunya adalah kaca patri patri The Last

Supper di Eton College Chapel karya Evie Hone pada tahun 1952.

Gambar 4.30. Last Supper and Crucifixion, by Evie Hone: Eton College, between 1949
and 1952. (Sumber http://joninbetween.blogspot.co.id/2014/07/sabbatical-art-pilgrimage-eton-
college.html)

Bentuk kaca patri Empat Musim menggunakan aspek seni cubism

(mengutamakan bentuk geometris). Unsur – unsur dekoratif juga berupa garis

– garis dan bidang geometris. Pada kaca patri The Last Supper juga

menggunakan aspek seni cubism (mengutamakan bentuk geometris). Unsur –

unsur dekoratif juga berupa garis – garis dan bidang geometris.


Gambar 4.31. Prasasti kaca patri empat musim di Eropa
dan alam Indonesia.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.32. Prasasti pemberian KCJ Van Aalst


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.33. Kaca patri di Eton College Chapel karya Evie Hone, 1952.
(Sumber: http://joninbetween.blogspot.co.id/2014/07/sabbatical-art-pilgrimage-eton-college.html)
Pada kaca patri empat musim, warna - warna yang digunakan pada

skema warna Bold and Bright cenderung merupakan warna yang terang dan

energik seperti rubi, ungu royal, kuning kenari, hijau zamrud, dan turquoise.

Pada kaca patri The Last Supper juga menggunakan warna-warna terang dan

energik seperti rubi, ungu royal, kuning kenari, hijau zamrud, dan turquoise.

Gambar 4.34 Detail kaca patri 4 musim yang terletak pada pilah ke dua.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.35 Detail Kaca Patri di Eton College Chapel karya Evie Hone, 1952
(Sumber: http://joninbetween.blogspot.co.id/2014/07/sabbatcal-art-pilgrimage-eton-college.html)

Material utama yang digunakan pada kaca patri empat musim yakni kaca,

dan dipadukan dengan list hitam yang terbuat dari stainless steel. Pada kaca

patri The Last Supper juga menggunakan material utama kaca yang

dipadukan dengan list hitam yang terbuat dari stainless steel.


Gambar 4.36. Detail kaca patri 4 musim pada pilah ke 3.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.37. Detail kaca patri di Eton College Chapel karya Evie Hone, 1952.
(Sumber: http://joninbetween.blogspot.co.id/2014/07/sabbatical-art-pilgrimage-eton-college.html)

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang penulis dapatkan tentang bentuk kaca patri adalah kaca
patri yang terdapat di Museum Bank Mandiri berbentuk persegi panjang
dengan lima bilah dan terdiri dari dua gambar yang memiliki arti gambar
berbeda.
Dan setelah menganalisis gaya art deco pada kaca patri di Museum Bank
Mandiri, penulis menyimpulkan bahwa kaca patri tersebut mencermikan gaya
art deco yang ada sejak tahun 1920. Hal ini dapat disimpulan karena kaca
patri pada Museum Bank Mandiri memiliki aspek seni berbentuk cubism
yang mengutamakan bentuk geometris, pembagian bilah-bilah berbentuk
persegi panjang, warna-warna yang digunakan cenderung warna yang
merupakan ciri dari gaya Art Deco dan material utama yang digunakan yakni
kaca yang dipadukan dengan list hitam terbuat dari stainless steel.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Bagi Masyarakat
Untuk di masa yang akan datang jika ingin menganalisis, sebaiknya
menganalisis kaca patri yang berbeda dengan kaca patri yang telah
dianalisis dalam makalah ini.

5.2.2 Saran Bagi Subtansi


Agar tetap mempertahankan keindahan dari kaca patri, sebaiknya
pihak museum lebih menjaga dan merawat kaca patri, karena kaca patri
tersebut sesuai dengan kaca patri yang ada pada tahun 1920.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Zaenal. 2012. Metode Penulisan Ilmiah. Cetakan IV. Tangerang: PT Pustaka

Mandiri.

Brown, Sarah. 1994. Stained Glass: An Illustrated History. London: Bracken Books.

Klein, Dan , Nancy A.McCelland and Malcolm Haslam. 1991. In the Deco Style. Great

Britain: Thames and Hudson Limited.

Leonard Anthony . 2007 . “Perancangan Komunikasi Visual Promosi Museum Bank

Mandiri”. Jakarta: Jurusan Seni Rupa dan Desain Komunikasi Visual, UNTAR.

Maria Natalia. 2012. "Perancangan Interior “Museum Bank Mandiri” Jakarta: Jurusan Seni

Rupa dan Desain, UNTAR.

Moor, Andrew. 1989. Contemporary Stained Glass. Great Britain: Reed Consumer Books

Ltd.

Putri, Dwina M. 2012. “Aplikasi Ornament Kaca Patri Pada Busana Casual Dengan Teknik

Digital Print Dan Bordir”. Jurnal Program Studi Sarjana Kriya Tekstil FSRD ITB,

diakses dari jurnal-s1.fsrd.itb.ac.id/index.php/craft/article/view/108/96/12/10/2015

Robinson, Julian. 1997. The Brilliance of Art Deco. North Sydney: Murdoch Books.

Sachari, Agus dan Yan Yan Sunarya. 1999. Modernisme Sebuah Tinjauan Historis Desain

Modern. Jakarta: Balai Pustaka.

Tanaya, Grace, Setiawan dan Andreas Pandu. 2013. “Studi Gaya Desain Perabot Ruang

Makan Restoran Bon Ami di Surabaya”. Jurnal Intra Vol. 1. Program Studi Desain

Interior, Universitas Kristen Petra. Diakses dari

http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/desaininterior/article/download/1333/1198/

12/10/2015
“Pengembangan Hotel Savoy Homann Bidakara Bandung”. Jurnal Tugas Akhir, Universitas

Gunadarma, diakses dari http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/civil-

engineering/2008/Artikel_20303029.pdf /12/10/2015

Sachari, Agus dan Yan Yan Sunarya. 1999. Modernisme Sebuah Tinjauan Historis Desain

Modern. Jakarta: Balai Pustaka.

Tanaya, Grace, Setiawan dan Andreas Pandu. 2013. “Studi Gaya Desain Perabot Ruang

Makan Restoran Bon Ami di Surabaya”. Jurnal Intra Vol. 1. Program Studi Desain

Interior, Universitas Kristen Petra. Diakses dari

http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/desaininterior/article/download/1333/1198/

12/10/2015

Lufiansyah. 2008. “Pengembangan Hotel Savoy Homann Bidakara Bandung”. Jurnal Tugas

Akhir, Universitas Gunadarma, diakses dari

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/civil-

engineering/2008/Artikel_20303029.pdf /12/10/2015

Anda mungkin juga menyukai