Anda di halaman 1dari 12

Ecogreen Vol. 3 No.

2, Oktober 2017
Halaman 105 – 115
ISSN 2407 - 9049

KARAKTERISTIK MORFOMETRI MENENTUKAN KONDISI


HIDROLOGI DAS RORAYA
(Morphometric Characteristics Influence Hidrological of Roraya Watersheed)

Kahirun1, La Baco S1, Umar Ode Hasani2


1Jurusan Ilmu Lingkungan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO
2Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO
Correspondence Author by Email: irkahirun@gmail.com

ABSTRAK
Karakteristik morfometri DAS digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan baik pencegahan
maupun penanggulangan banjir. Namun selama ini dalam penanganan banjir puncak tidak pernah
memperhatikan morfometri DAS sebagai karakteristik dasar alami yang mempengaruhi perilaku air
(hidrologi) sungai dalam suatu DAS. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik
morfometri menentukan perilaku hidrologi sebagai dasar dalam pengelolaan sumberdaya air di DAS
Roraya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAS Roraya berdasarkan deliniasi peta administrasi
skalaa 1:250.00, memiliki luas DAS Roraya adalah 1.455,97 km 2 , terbagi atas 5 Sub DAS.
Karakteristik morfometri menunjukkan bahwa DAS Roraya berbentuk memanjang. Kerapatan
drainase DAS Roraya tergolong kelas sedang dan indeks percabangan sungai berk isa r a nta ra 3-5
tergolong dalam kelas sedang. Sehingga DAS Roraya tidak rawan banjir, namun apabila terjadi
kondisi iklim yang ekstrim maka menyebabkan DAS Roraya mengalami banjir besar, sehingga
terjadi penggenangan air dalam waktu yang relatif lama. Upaya pengelolaan DAS Roraya berbasis
karakteristik morfometri dengan memperhatikan beberapa Sub DAS dengan mempertahankan
ketersediaan dan keberlanjutan air sepanjang tahun tetap ada, kebutuhan sumber daya air dapat
dipenuhi. Secara fisik pada wilayah tengah DAS/sub DAS Roraya dapat dibangun dam pengendali
(cekdam), embung dan/atau bendungan air yang dilengkapi pintu air yang dapat mengatur
kontinuitas aliran sungai.

Kata kunci: DAS, parameter morfometri, karakteristik hidrologi

ABSTRACT
The morphometry characteristics of watershed is used as the basis for flood management and
mitigation. However, during peak flood handling, it has never considered watershed morphometry as a
natural basic characteristic that affects river water (hydrological) behavior in a watershed. The
objective of this research is to know the characteristic of morphometry to determine the hydrological
behavior as the basis for the management of water resources in the Roraya watershed. The results
showed that Roraya watershed based on delineation of administration map scale 1: 250.00, has wide
Roraya watershed is 1.455,97 km2, divided into 5 sub-basins. Characteristics of morphometry show
that the shape of the Roraya watershed is elongated. Roraya watershed drainage density is medium
class and river branch index (bifurcation ratio) ranges from 3 to 5 belonging to medium class. So that
Roraya watershed is not prone to flooding, but if there is extreme climatic conditions then cause the
Roraya watershed to flood large, resulting in waterlogging in a relatively long time. Efforts to manage
Roraya watershed based on morphometric characteristics with respect to several sub watersheds by
maintaining water availability and sustainability throughout the year, the need for water resources can
be met. Physically in the middle area of the Roraya watershed/ sub watershed can be constructed dam
(control), embung and / or water dam equipped with sluice gate that can regulate the continuity of
river flow.

Keywords: watershed, morphometric parameters, hydrological characteristics


Karakteristik Morfometri Menentukan Hidrologi DAS Roraya – Kahirun et al.

PENDAHULUAN jatuh sebagai input DAS. Analisis morfometri


Terjadinya berbagai peristiwa banjir DAS sangat penting untuk dilakukan
dimana-mana merupakan suatu hal yang perencanaan daerah aliran sungai karena
berkaitan dengan kerusakan sumberdaya memberikan informasi tentang karakteristik
lingkungan di suatu daerah aliran sungai (DAS). DAS seperti kemiringan, topografi, kondisi
Banjir dapat terjadi akibat pengelolaan DAS tanah, karakteristik limpasan dan potensi air
yang tidak memperhatikan aspek karakteristik permukaan.
DAS terutama karakteristik morfometri DAS. Analisis morfometri adalah alat yang
Karakteristik morfometri DAS digunakan signifikan untuk memprioritaskan
sebagai dasar dalam perlakuan dalam subwatershed bahkan tanpa
pengelolaan baik pencegahan maupun mempertimbangkan peta tanah (Biswas et al.,
penanggulangan banjir. Namun selama ini 1999). Thakkar et.al., (2007) melakukan
dalam penanganan banjir puncak tidak pernah penelitian bahwa parameter bentuk
memperhatikan morfometri DAS sebagai menunjukkan hubungan negatif dengan
karakteristik dasar alami yang mempengaruhi limpasan dan erosi tanah, sedangkan parameter
perilaku air (hidrologi) sungai dalam suatu lainnya (rasio bifurkasi atau percabangan
DAS. sungai, factor kebundaran, faktor bentuk,
Morfometri DAS merupakan ukuran tekstur, rasio memanjang, kerapatan drainase,
kuantitatif karakteristik DAS yang terkait frekuensi aliran) menunjukkan hubungan positif
dengan aspek geomorfologi suatu daerah. dengan longsoran.
Karakteristik ini terkait dengan proses Respon tersebut akan mempengaruhi
pengatusan (drainase) air hujan yang jatuh di besar-kecilnya nilai parameter karakteristik
dalam DAS. Parameter tersebut adalah luas hidrologi seperti evapotranspirasi, infiltrasi,
DAS, bentuk DAS, jaringan sungai, kerapatan aliran permukaan, kandungan air tanah dan
aliran, pola aliran, dan gradien kecuraman perilaku aliran sungai (Glennon, 2001; Luo
sungai (Safarina, et al., 2011). Sehingga dan Howard, 2006; Noges, 2009; Rahayu et al.,
karakteristik morfometri sangat menentukan 2009). Karakteristik morfometri DAS selain
perilaku air (hidrologi) suatu DAS, seperti dapat mempengaruhi karakteristik kualitas air
limpasan permukaan, infiltrasi, cadangan air yang keluar dari daerah tangkapannya (Noges,
tanah dan perilaku genangan banjir. 2009), juga dapat digunakan untuk menduga
Analisis morfometri dapat dimanfaatkan hidrograf satuan (alih ragam hujan menjadi
dalam pengelolaan DAS. Interaksi antara limpasan) (Slamet, 2008). Karakteristik
kondisi geomorfologi dengan karakteristik morfometri DAS Roraya bersama-sama
hidrologi dapat dicerminkan dari kondisi penggunaan lahan dapat digunakan untuk
morfometri DAS. Sebagai salah satu upaya mengevaluasi terjadinya banjir bandang dalam
mengurangi risiko akibat banjir bandang, maka suatu kawasan (Nugroho, 2009).
analisis morfometri perlu dilakukan. Analisis
morfometri dapat menjadi langkah awal dalam BAHAN DAN METODE
memahami dinamika suatu DAS. Selain itu, Waktu dan Lokasi Penelitian
morfometri dapat menjadi salah satu cara Penelitian dilakukan pada tahun
untuk mengetahui proses dan karakteristik dari 2016, di DAS Roraya, Provinsi Sulawesi
suatu DAS (Mesa, 2006 dan Triatmodjo, 2009) Tenggara. Secara administratif pemerintahan,
serta memudahkan dalam memahami DAS Roraya berada pada tiga Kabupaten yakni
karakteristik geologi dan hidrologinya Kabupaten Konawe Selatan (102.609,20 ha),
(Strahler, 1964). Kolaka Timur (102.609,20 ha) dan Bombana
Kombinasi antara faktor morfometri DAS (14.992,22 ha), dan secara geografis berada
dengan faktor-faktor yang dapat diubah pada koordinat 1210 44” 30’ LS - 1220 22” 03”
manusia seperti penggunaan lahan, kemiringan LS dan 40 9’’ 14’ BT - 40 32’’ 25’ BT.
dan panjang lereng akan memberikan respon
spesifik dari DAS terhadap curah hujan yang

106
Ecogreen Vol. 3(2) Oktober 2017, Hal 105 - 115

Bahan dan Alat Penelitian kandungan sedimen serta kekeruhan


Bahan yang digunakan dalam penelitian dilakukan pada sungai-sungai utama.
ini terdiri dari peta-peta dasar pendukung (peta Data sekunder yang dikumpulkan antara
kerja, peta topografi, peta administratif, peta lain data curah hujan, data debit sungai
penggunaan lahan, peta jaringan sungai, peta terdekat yang mempunyai pos du- ga air yaitu
tanah dan peta geologi) serta bahan survei di muara Sungai Roraya, data pengelolaan
lapangan. Peralatan yang digunakan meliputi sumber daya air serta permasalahannya di
komputer, program SIG, serta peralatan survei DAS Roraya. Instansi tujuan kegiatan survei
lapangan (global positioning system/GPS, data sekunder meliputi kantor BP-DASHL
kompas, altimeter, blanko pengamatan dan alat Sampara, kantor Balai Wilayah Sungai
tulis menulis). Regional VI Sulawesi.
Metode Penelitian Analisis data terhadap parameter
Deliniasi DAS Roraya dilakukan dengan hidrologi dilakukan secara deskriptif kualitatif.
mengacu pada peta dasar berupa peta kerja, Data hasil perhitungan morfometri serta data
peta topografi (kontour) serta peta jaringan hasil pengamatan di lapangan, dan didukung
sungai. Kemudian dilakukan pengukuran data sekunder dari berbagai instansi
morfometri DAS dengan menggunakan Arc. GIS diinterpretasikan untuk mendapatkan
data dari DEM (Digital Elevansi Model). gambaran karakteristik hidrologi DAS Roraya.
Parameter morfometri DAS yang diukur
meliputi: luas DAS, panjang sungai utama, HASIL DAN PEMBAHASAN
lebar DAS, panjang DAS, kerapatan aliran,
Karakteristik Jaringan Hidrologi
panjang aliran, lereng rata-rata DAS, lereng
Hasil deliniasi DAS Roraya disajikan
rata-rata alur sungai, circulation ratio
pada Gambar 1, sedangkan hasil pengukuran
(kedekatan DAS dengan bentuk bulat),
morfometri DAS masing-masing sub DAS dan
limniscate constant (konstanta yang
sub-sub DAS disajikan pada Lampiran 2.
menunjukkan bentuk DAS), Bifurcation ratio
Berdasarkan Gambar 1, DAS Roraya mempunyai
(indeks percabangan sungai), rata-rata
banyak jaringan sungai baik besar maupun
tertimbang ordo sungai, keliling DAS, panjang
kecil, yang tersusun menjadi sistem sub DAS dan
DAS, lebar DAS, keliling DAS, panjang sungai
sub-sub DAS, sebanya 5 Sub DAS yaitu Sub DAS
total, dan koefisien bentuk DAS.
Lapoa seluas 85.14 km2, Sub DAS Lambandia
Survei lapangan dilakukan untuk
seluas 511,34 km2, Sub DAS Watumokala seluas
mengumpulkan data sekunder dari instansi
148,40 km2, Sub DAS Roraya seluas 279,80 km2
terkait serta gambaran kualitatif kondisi
dan Sub DAS Lantari Jaya 431,29 km2. Dari
lapangan. Parameter survei lapangan
sejumlah Sub DAS tersebut terbagi lagi menjadi
meliputi kondisi aliran, debit, warna air sungai,
Sub-Sub DAS atau DAS mikro yang jumlahnya
banyak.

Gambar 1. Peta Administrasi DAS Roraya

107
Karakteristik Morfometri Menentukan Hidrologi DAS Roraya – Kahirun et al.

Parameter Dasar DAS Roraya


Luas DAS Parameter Linear dan Bentuk DAS Roraya
Luas DAS (area of watershed) adalah Tingkat percabangan sungai (Rbw)
luas suatu bidang datar yang dibatasi oleh igir- Tingkat percabangan sungai (bifurcation
igir batas daerah aliran sungai (igir-igir ratio) oleh Horton didefiniskan sebagai ordo
pegunungan) atau merupakan luas bidang sungai (ke U) dengan ordo sungai berikutnya
proyeksi horizontal dari daerah aliran sungai yang lebih tinggi (ke U + 1) (Seyhan, 1990).
(Linsley et al., 1988). Parameter luas Ordo sungai adalah posisi percabangan alur
merupakan salah satu parameter yang sangat sungai (anak sungai) dalam urutan terhadap
penting dalam analisis data aliran sungai. Luas sungai utama dalam suatu DAS. Ordo sungai di
DAS berbanding lurus dengan debit air maupun DAS Roraya dapat peta ordo Sungai Roraya
sedimen. Luas DAS Roraya secara geografis disajikan pada Gambar 2.
adalah 145.596,55 hektar atau 1.455,97 km 2 Hasil analisis tentang tingkat
(Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : percabangan sungai di DAS Roraya terdapat 5
SK.511/Menhut-V/2011 tentang Penetapan tingkata ordo sungai dengan jumlah sungai
Peta Daerah Aliran Sungai) yang secara keseluruhan dari masing-masing ordo adalah
administrati terbagi dalam 3 (tiga) kabupaten : 158 sungai sehingga di dapatkan nilai tingkat
Kabupaten Kolaka Timur, Konawe Selatan, percabanngan sungai rata-rata tertimbang
Bombana). (weighted bifurcation ratio, Rbw) pada wilayah
Keliling DAS (K) kajian menunjukkan bahwa di DAS Roraya
Keliling DAS adalah panjang garis batas mempunyai nilai Rbw sebesar 4,48
DAS (river devide) (Pramono, 2001). Parameter sebagaimana hasil analisisnya dapat dilihat
keliling merupakan parameter morfometri DAS pada Tabel 1.
yang berbanding terbalik dengan parameter Berdasarkan hasil pengkajian yang telah
derajat kebundaran. Berdasarkan hasil analisis dilakukan oleh Strahler (1964), diperoleh
morfometri DAS, DAS Roraya mempunyai klasifikasi Rb sebagai berikut :
keliling 260,56 km. a) Apabila nilai Rb < 3, maka alur sungai
Panjang DAS (Lb) tersebut akan mempunyai kenaikan muka
Panjang maksimum DAS dihitung dari air banjir dan penurunan lambat.
outlet dengan garis lurus yang membagi luas b) Apabila nilai Rb diantara 3 – 5 maka alur
DAS menjadi dua bagian yang sama besar. sungai tersebut mempunyai kenaikan muka
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis banjir tidak terlalu cepat atau tidak terlalu
morfometri maka DAS Roraya memiliki lambat.
panjang maksimum DAS sebesar 32,74 km. c) Apabila nilai Rb > 5 maka alur tersebut
Panjang sungai utama (Su) mempunyai kenaikan muka air banjir
Panjang sungai utama (Su) (length of dengan cepat, demikian juga dengan
main channel) adalah panjang sungai mulai dari penurunannya akan berjalan dengan cepat.
titik terjauh pada batas daerah aliran sungai Hal ini menunjukkan bahwa alur sungai di DAS
(water devide) sampai di outlet (Seyhan, 1990). Roraya mempunyai nilai Rb dalam kisaran 3 - 5
Parameter panjang sungai utama merupakan menunjukkan bahwa kenaikan permukaan air
salah satu parameter yang sangat penting banjir dan mempunyai penurunan yang tidak
dalam analisis data aliran sungai. Sifat terlalu cepat atau tidak terlalu lambat, makna
parameter tersebut berbanding terbalik dengan lain adalah bahwa bila hujan jatuh merata dan
lebar DAS dan berbanding lurus dengan debit parameter yang lain dianggap sama maka aliran
aliran air maupun sedimen. Berdasarkan hasil menunjukkan debit puncak banjir yang tidak
analisis morfometri DAS, DAS Roraya terlalu cepat dengan waktu penurunan yang
mempunyai sungai utama terpanjang 137,137 tidak terlalu lambat, DAS mempunyai banyak
km. kesempatan untuk menyimpan/
menginfiltrasikan air. Atau dengan kata lain
DAS Roraya tidak rawan banjir, namun apabila

108
Ecogreen Vol. 3(2) Oktober 2017, Hal 105 - 115

keseimbangan alam benar-benar terganggu dan dengan kemiringan yang tajam dan rentan
sampai menyebabkan DAS bersangkutan terhadap tingginya aliran permukaan dan
mengalami banjir besar, maka penggenangan erosi (Rekha et al ., 2011).
karena banjir tersebut akan terjadi dalam Titik pusat DAS (Cg)
waktu yang relatif lama. Titik pusat DAS (center of gravity of
Jarak tempuh banjir (Lg) watershed) adalah titik imajiner yang dianggap
Jarak tempuh banjir (over land flow) sebagai pusat DAS dan dihitung dengan sistem
adalah jarak tempuh kejadian banjir. Nilai grid. Fungsi titik imajiner tersebut adalah untuk
Length of Overland (Lg) atau panjang aliran membagi wilayah DAS menjadi kawasan hulu
permukaan di DAS Roraya memiliki nilai 4,55. (penyebab) maupun hilir (dampak). Suatu
Length of overland flow (Lg) merupakan kawasan disebut sebagai hulu DAS apabila
panjang air di permukaan tanah sebelum kawasan tersebut berada di atas titik imajiner,
terkonsentasi pada saluran sungai. Nilai Lg dan berlaku sebaliknya sehingga DAS Roraya
pada semua DAS Roraya tergolong tinggi. Hal terbagi atas 3 wilayah yakni wilayah hulu,
ini berarti akan menyebabkan aliran tidak tengah dan hilir. Untuk wilayah hulu berada
terlalu cepat menuju saluran dan potensi banjir pada Kecamatan Poli-Polia, Aere, Lantari Jaya,
tidak tinggi. Nilai Lg yang lebih tinggi berarti Palangga, dan Baito. Wilayah tengah berada
jalur aliran yang dilewati lebih panjang, pada Kecamatan Lambandia, Andoolo, Basala,
menunjukkan kemiringan sedang. Sebaliknya, Lalembu, Benua, dan Buke, sedangkan wilayah
jika nilai Lg rendah berarti jalur aliran yang hilir berada pada Kecamatan Tinanggea
dilewati pendek dan waktu tempuhnya cepat sebagaimana dalam peta pewilayahan DAS
menunjukkan bahwa daerah tersebut Roraya yang disajikan pada Gambar 3.
merupakan struktural batuan yang kompleks

Tabel 1. Hasil Analisis Nilai Rbw DAS Roraya


Ordo Sungai Jumlah Sungai Rb Nu-r Rb*(Nu-r) Rbwm
1 121
2 24 5.04 145 731.04
3 8 3.00 32 96.00
4 5 2.00 12 24.00
5 1 4.00 5 20.00
Total 158.00 14.04 194.00 871.04 4.48

Gambar 2. Peta Orde Sungai Roraya

109
Karakteristik Morfometri Menentukan Hidrologi DAS Roraya – Kahirun et al.

Gambar 3. Peta Pewilayahan DAS Roraya

Kerapatan aliran (Dd) (Singh., et al., 2014). Dengan demikian DAS


Kerapatan aliran sungai (drainage density) Roraya mempunyai litologi dengan resistensi
adalah suatu angka indeks yang menunjukkan (kekuatan batuan terhadap pengikisan) tingkat
banyaknya anak sungai dalam suatu DAS. sedang. Dengan nilai kerapatan aliran tersebut,
Tingkat kerapatan aliran dapat digunakan DAS Roraya dikategorikan DAS rawan
sebagai petunjuk tingkat resistensi formasi penggenangan.
geologi penyusun DAS bersangkutan. Nilai Bentuk DAS (Rc)
kerapatan aliran sungai merupakan hasil Bentuk DAS ditentukan berdasarkan
perbandingan antara panjang sungai dengan indeks bentuh DAS merupakan perbandingan
luas DAS. Berdasarkan hasil analisis terhadap antara luas DAS dengan panjang maksimum
parameter kerapatan aliran, diketahui bahwa DAS dihitung dari outlet dengan garis lurus
DAS Roraya mempunyai Dd sebesar 0,44 masih yang membagi luas DAS menjadi dua bagian
tergolong sedang bahkan mendekati rendah yang sama besar. Berdasarkan hasil
kelas sedang. Klasifikasi besarnya indeks perhitungan maka DAS Roraya memiliki indeks
kerapatan aliran sungai, yaitu 1). Rendah (Dd bentuk DAS sebesar 1,36 . Menurut Horton
< 0,25 Km/Km2), 2). Sedang (Dd = 0,25 – 10 dalam Linsley et al., (1988) bahwa jika suatu
Km/Km2), 3). Tinggi (Dd = 10 – 25 Km/Km2), DAS memiliki indeks lebih besar dari 1,0 maka
4). Sangat tinggi (Dd > 25 Km/Km2). Nilai DAS tersebut memiliki bentuk empat persegi
kerapatan drainase yang rendah menunjukkan dengan otlet terletak pada titik tengah bagian
kerapatan aliran yang relatif rendah dan hilir. Menurut Schum (1956), faktor bentuk DAS
dengan demikian respon aliran permukaan dapat ditentukan dengan menggunakan rasio
lambat (Pingale et al., 2012; Gebre et al., 2015). memanjang, elongation ratio (Re) dengan
Kerapatan drainase yang rendah di rumus sebagai berikut: Re = 1,129 x (A0,5/Lb)
mengakibatkan resistensi tinggi atau memiliki dimana; Re: Rasio memanjang, A : Luas DAS, Lb
material subsoil yang permeable, kerapatan : panjang maksimum dihitung dari outlet
vegetasi yang tinggi dan relief yang rendah dengan garis lurus yang membagi dua luas DAS
sebaliknya kerapatan drainase yang tinggi menjadi dua bagian yang sama besar.
merupakan resultante dari material bawah Sedangkan menurut Miller (1953), penentuan
permukaan yang tersusun pada kondisi bentuk DAS dapat menggunakan rumus rasio
impermeable, miskin vegetasi dan relief kebundaran, circularity ratio (Rc) sebagai
pegunungan. Sehingga jika suatu DAS memiliki berikut: Rc = (4πA)/P2 Dimana ; Rc : Nisbah
kerapatan drainase rendah mengungkapkan kebundaran, A : Luas DAS ( km2 ) dan P :
bahwa material bawah permukaan tersusun Keliling (perimeter) DAS (km). Hubungan
pada kondisi permeable, tutupan lahan yang antara indeks Rc dan Re terhadap bentuk DAS
baik, dan relief rendah yang menghasilkan dan laju aliran permukaan dapat di lihat pada
kapasitas infiltrasi lebih besar pada sustu DAS Tabel 2.

110
Ecogreen Vol. 3(2) Oktober 2017, Hal 105 - 115

Tabel 2. Nilai Hubungan Re dan Rc Terhadap Bentuk DAS


No Indeks Nilai Keterangan
1 Re < Rc Membulat Laju aliran permukaan lebih cepat sehingga konsentrasi air lebih cepat.

2 Re > Rc Memanjang Laju aliran permukaan lebih lambat sehingga konsentrasi air lebih
lambat

Bentuk DAS (shape of watersheed) mempunyai Rata-rata kemiringan lereng DAS (SB)
arti penting dalam hubunganya dengan aliran Elevasi rata – rata dan variasi ketinggian
sungai, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan pada suatu DAS merupakan faktor penting yang
terpusatnya aliran. Bentuk DAS berpengaruh berpengaruh terhadap temperatur dan pola
terhadap bentuk hidrografi aliran. Semakin hujan, khususnya pada daerah – daerah dengan
membulat bentuk suatu DAS, maka kenaikan topografi bergunung. Ketinggian suatu tempat
debit banjir semakin cepat. Berdasarkan hasil dapat diketahui dari peta topografi, diukur di
analisis terhadap parameter Re dan Rc masing- lapangan atau melalui foto udara, jika terdapat
masing memiliki nilai 1,32 dan 0,27, sehingga salah satu titik kontrol sebagai titik ikat.
nilai Re > Rc yang menyatakan bahwa DAS Hubungan antara elevasi dengan luas DAS
Roraya berbentuk memanjang. Hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk hipsometrik
berimplikasi bahwa sebagian besar aliran (Hypsometric Curve). Hasil pengukuran tingkat
sungai di wilayah DAS Roraya mempunyai elevasi dan luasnya masing-masing di DAS
bentuk kenaikan debit banjir tidak semakin Roraya disajikan pada Tabel 3.
cepat atau laju aliran permukaan lebih lambat
sehingga konsentrasi air lebih lambat.

Tabel 3. Luas DAS Roraya Berdasarkan Berbagai Ketinggian


ELEVASI LUAS
NO. INTERVAL
(m) Meter2 Persen (%)
1 100 0 - 100 896.157.166,99 61,55
2 200 100 - 200 303.815.865,18 20,87
3 300 200 - 300 113.208.736,06 7,78
4 400 300 - 400 54.058.744,60 3,71
5 500 400 - 500 40.787.179,79 2,80
6 600 500 - 600 30.147.045,93 2,07
7 700 600 - 700 12.585.104,56 0,86
8 800 700 - 800 3.832.736,39 0,26
9 900 800 - 900 800.870,29 0,06
10 989 900 - 989 572.050,21 0,04
Jumlah 1.455.965.500,00 100,00
Sumber : Peta RBI Skala 1: 50.000, Tahun 2001, BIG

Titik terendah DAS Roraya pada bahwa DAS Roraya sebagian besar memiliki
ketinggian 0 mdpl, sedangkan titik tertinggi kemiringan lereng 0-8 % (datar). Kemiringan
DAS Roraya pada ketinggian 989 mdpl. lereng sangat berpengaruh terhadap kejadian
Berdasarkan analisa garis kontur DAS Roraya, erosi maupun longsor. Apabila faktor lain
ketinggian dengan luasan terbesar pada dianggap sama/diabaikan, semakin terjal
ketinggian 0 - 100 mdpl yaitu seluas kemiringan lereng rata-rata suatu DAS, maka
896,16 km . Hal ini juga sejalan dengan
2 semakin rentan wilayah bersangkutan terhadap
parameter kemiringan lereng DAS diketahui kejadian erosi maupun longsor, dan hal

111
Karakteristik Morfometri Menentukan Hidrologi DAS Roraya – Kahirun et al.

tersebut akan berpengaruh signifikan terhadap Koefisien regime sungai merupakan


kenaikan sedimen dalam air. salah satu indikator kinerja pengelolaan DAS
Gradien sungai utama (So) dimana semakin besar nilainya maka semakin
Gradien sungai utama (mean slope of buruk kondisi DAS dan sebaliknya semakin
cathment area) secara sederhana diartikan kecil nilainya maka semakin baik kondisi suatu
sebagai perbedaan tinggi antara titik tertinggi DAS. Jika suatu DAS memilki perbandingan
di hulu sungai dan titik terendah di hilir (outlet) debit maksimum dan debit minimum dari tahun
sungai per jarak horisontal (Seyhan, 1990). ke tahun meningkat maka indikator DAS
Gradien sungai utama lebih berpengaruh tersebut sudah dikatakan kritis. Batas minimal
terhadap besarnya debit aliran maupun kadar fluktuasi debit tersebut adalah angka 30. Jika
sedimen dalam air. Apabila faktor lain dianggap fluktuasi debit sudah melewati angka 30 maka
sama atau diabaikan, semakin terjal/curam DAS tersebut dikatakan sudah kritis.
gradien sungai suatu DAS, maka semakin besar Penyajian data hidrologi pada Tabel 4
debit puncak yang dihasilkan, demikian juga selama periode 2011- 2015 yang tercatat di
dengan kadar sedimennya. Tingginya kadar Stasiun Roraya debit rata-rata bulanan adalah
sedimen pada DAS yang mempunyai gradien 81,54 m3/detik terjadi pada Bulan Juli 2011,
sungai utama yang terjal/curam lebih sedangkan debit minimum terjadi pada Bulan
disebabkan oleh adanya lereng yang Agustus 2013 yakni sebesar 1,3 m3/detik,
terjal/curam membantu dalam proses dengan demikian maka nilai koefisien regime
pengendapaan dalam tubuh sungai itu sendiri. sungai (Qmax/Qmin) adalah 62,24. Angka
Salah satu cara menghitung gradien tersebut menunjukkan bahwa kondisi DAS
sungai rata- rata adalah dengan slope faktor Roraya sudah berada pada titik kritis.
yang dikembangkan oleh BENSON (1962) yaitu Debit maksimum selama 5 tahun
dengan menghitung lereng saluran antara 10 % terakhir terjadi pada Bulan Juli dengan debit
dan 85 % jarak dari outlet. Gradien sungai juga rata-rata 29,21 m3/detik, sedangkan debit
dapat diperoleh dengan menghitung jarak minimum terjadi pada Bulan Nopember dengan
vertikal DAS (beda tinggi antara hulu dan hilir) nilai 5,95 m3/detik. Debit rata-rata Sungai
dibagi dengan jarak horisontal panjang sungai Roraya untuk Bulan Januari, Februari, Maret,
utama. Dari analisa GIS diketahui bahwa kontur April, Mei dan Juni berturut-turut sebesar 11,30
terendah DAS Roraya adalah 0 m, sedangkan m3/detik, 12,52 m3/detik, 16,48 m3/detik,
kontur tertinggi sebesar 989 m, sehingga jarak 16,80 m3/detik, 18,56 m3/detik dan 28,75
vertikal DAS dihitung dengan analisas GIS m3/detik. Sedangkan debit rata-rata Bulan
adalah 989 m. Panjang sungai utama DAS Agustus, September, Oktober, dan Desember
Roraya adalah 137.137,40 m. Maka gradien berturut-turut sebesar 14,01 m3/detik, 8,92
sungai utama DAS Roraya sebesar 0,008. m3/detik, 12,94 m3/detik, dan 8,31 m3/detik.
Berdasarkkan hasil analisis parameter gradien Selama kurun waktu 5 tahun terakhir (20011,
sungai utama diketahui bahwa pada DAS 2012, 2013, 2014 dan 2015) maka rata-rata
Roraya mempunyai gradien sungai utama koefisien regime sungai (Qmax/Qmin) tahunan
dalam tingkat datar. adalah 10,36. Angka tersebut menunjukkan
bahwa kondisi hidrologi Sungai Roraya selama
Fluktuasi Debit Sungai Roraya periode 5 tahun terakhir masih relatif baik.
Fluktuasi debit Sungai Roraya cukup Namun dalam waktu bulanan atau harian
bervariasi yang ditandai dengan perbedaan koefisien regim sungai Roraya sudah tinggi dan
debit maksimum pada musim hujan dan debit hal ini menunjukkan bahwa DAS Roraya
minimum pada musim kemarau. Fluktuasi sewaktu-waktu jika terjadi kondisi iklim yang
debit sungai memberikan gambaran tentang ekstrim maka DAS Roraya sangat peka
distribusi aliran sungai menurut waktu. terhadap banjir puncak (peak of discharge).
Fluktuasi debit sungai yang dinyatakan sebagai Berdasarkan karakteristik hidrologi di
koefisien regime sungai merupakan angka yang DAS Roraya (pada Tabel 4), dapat diketahui
menunjukkan perbandingan (rasio) antara bahwa pada puncak musim hujan yang terjadi
debit maksimum dengan debit minimum. pada bulan April, Mei, Juni dan Juli memiliki

112
Ecogreen Vol. 3(2) Oktober 2017, Hal 105 - 115

potensi terjadinya debit puncak atau banjir. tanam dan sekaligus penurunan produksi padi
Banjir atau genangan yang terjadi di beberapa di daerah tersebut.
tempat di DAS Roraya secara faktual sudah Uraian-uraian tersebut menunjukkan
terjadi seperti di daerah Andoolo, Lalembuu bahwa fluktuasi debit yang menggambarkan
dan Tinanggea dengan frekwensi 4 kali setahun. distribusi air menurut waktu menjadi masalah
Implikasi dari genangan tersebut adalah serius yang memerlukan perhatian. Kegiatan
terendamnya beberapa daerah yang diarahkan untuk meningkatkan efisiensi
pertanian/sawah yang siap panen dan pemanfaatan air di musim kemarau merupakan
beberapa pemukiman. Demikian pula pada hal penting untuk mendapatkan perhatian
musim kemarau kondisi air sungai Roraya yang serius, selain itu upaya-upaya yang ditujukan
semakin menurun debitnya akan berimplikasi untuk mengurangi aliran permukaan juga
terhadap kekeringan pada beberapa daerah sangat penting guna meminimalisasi puncak
pertanian sehingga akan mengurangi luas aliran yang terjadi di musim hujan.

Tabel 4. Debit Harianan, Debit Maksimum dan Minimum Sungai Roraya Tahun 2011-2015
Tahun Q ( Avg)
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 Bulanan
Januari 19.14 13.44 8.85 8.02 7.06 11.30
Februari 18.33 18.05 11.21 6.80 8.22 12.52
Maret 12.82 24.20 15.72 14.46 15.18 16.48
April 6.73 23.26 19.87 16.53 17.59 16.80
Mei 12.37 15.23 26.74 18.38 20.09 18.56
Juni 17.19 23.10 34.22 42.89 26.35 28.75
Juli 4.98 22.45 81.54 16.41 20.67 29.21
Agustus 1.31 15.89 23.94 15.66 13.24 14.01
September 1.55 13.29 9.49 9.76 10.48 8.92
Oktober 2.43 13.37 35.80 7.84 5.28 12.94
November 4.48 10.14 6.35 5.27 3.49 5.95
Desember 2.87 5.07 26.65 2.52 4.44 8.31
Q (Avg) Tahunan 8.68 16.46 25.03 13.71 12.67 15.31
Q Max 19.14 24.20 81.54 42.89 26.35 38.83
Q Min 1.31 5.07 6.35 2.52 3.49 3.75
(Q Max/Q Min) Tahunan 14.67 4.77 12.84 17.01 7.55 10.36
Q Max/Q Min DAS Roraya 81.54/1.31 62,24
Sumber : Stasiun AWLR Roraya (Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV, 2015)

Implikasi Pengelolaan DAS manusia hanya mampu menyesuaikan dengan


Roraya melakukan teknik-teknik pengelolaan untuk
Analisis morfometri dapat dimanfaatkan menjaga keberlanjutan dan ketersediaan
dalam pengelolaan DAS. Interaksi antara sumberdaya air di DAS.
kondisi geomorfologi dengan karakteristik Akhir-akhir ini banyak peneliti
hidrologi dapat dicerminkan dari kondisi menggunakan Sistem Informasi Geografis
morfometri DAS. Pentingnya memahami (SIG) sebagai alat yang sangat bermanfaat
karakteristik hidrologi DAS berdasarkan untuk melakukan analisis morfologi DAS,
parameter morfometri DAS dapat memberikan misalnya Chakraborty (2002), Sreedevi
gambaran secara alami bahwa performa (2009), dan Shinde (2010). Salah satu aplikasi
geomorfologi sangat menentukan perilaku air dari paramater mofometri DAS adalah untuk
pada DAS. Performa dari morfometri DAS menduga respon hidrologi terhadap curah
merupakan sifat alami dari DAS tersebut yang hujan di kawasan tersebut.
tidak dapat dirubah oleh manusia, namun

113
Karakteristik Morfometri Menentukan Hidrologi DAS Roraya – Kahirun et al.

Pemahaman karakteristik morfometri di Pengelolaan DAS Roraya berbasis


DAS Roraya sangat penting dan merupakan karakteristik morfometri dengan
sebagian dasar untuk menentukan dalam memperhatikan beberapa Sub DAS yang sudah
pengelolaan DAS Roraya terutama yang memiliki koefisien regim sungai yang besar
berkaitan dengan pengeloaaan keberlanjutan sehingga ketersediaan dan keberlanjutan air
dan ketersediaan air di DAS Roraya. Juga sepanjang tahun tetap ada, kebutuhan sumber
dapat menentukan prioritas pengelolaan pada daya air dapat dipenuhi dari sumber-sumber
secara spasial pada beberapa wilayah Sub DAS mata air yang akan mengisi badan sungai
di DAS Roraya yang berkaitan dengan potensi menjadi aliran dasar (baseflow). Pada wilayah
terjadinya limpasan permukaan yang besar tengah DAS/sub DAS dapat dibangun dam
atau terjadinya banjir (Cahyadi, 2012) pengendali (cekdam), embung dan/atau
Untuk itu maka pengelolaan DAS Roraya bendungan air yang dilengkapi pintu air yang
berbasis karakteristik morfometri dengan dapat mengatur kontinuitas aliran sungai.
memperhatikan beberapa Sub DAS yang sudah
memiliki koefisien regim sungai yang besar Saran
sehingga ketersediaan dan keberlanjutan air Dalam upaya pengelolaan DAS Roraya
sepanjang tahun tetap ada atau dengan kata perlu dikaji lebih detail lagi karakteristik
lain pada musim kering dimana curah hujan morfometri untuk setiap Sub DAS atau Sub-
rendah, kebutuhan sumber daya air dapat Sub DAS sampai pada DAS ukuran kecil atau
dipenuhi dari sumber-sumber mata air yang DAS mikro untuk menentukan prioritas
akan mengisi badan sungai menjadi aliran pengelolaan pada Sub DAS dan tindakan
dasar (baseflow). Pada wilayah tengah perlakuan apa yang sesuai diterapkan pada
DAS/sub DAS dapat dibangun dam skala mikro. Upaya-upaya teknis berupa
pengendali (cekdam), embung dan/atau rehabilitasi hutan dan lahan dengan
bendungan air yang dilengkapi pintu air yang menerapan prinsip-prinsip konservasi tanah
dapat mengatur kontinuitas aliran sungai. dan air serta pembuatan bangunan-bangunan
air pada tempat-tempat tertentu, terutama
KESIMPULAN DAN SARAN pada sub DAS-sub DAS yang memiliki bentuk
Kesimpulan membulat, atau pada Sub DAS yang
Pengetahuan dan pemahaman tentang mempunyai kerapatan drainase yang tinggi
karakteristik morfometri DAS merupakan salah sehingga kontinuitas hasil air dapat tersedia
satu bagian dari karakteristik DAS. Parameter secara berkelanjutan.
morfometri merupakan aspek yang penting
dalam perencanaan dan pengelolaan suatu DAS. DAFTAR PUSTAKA
Hasil penelitian di DAS Roraya menunjukkan Cahyadi, A. 2012.Kajian Permasalahan Daerah
bahwa berdasarkan parameter morfometri Aliran Sungai Juwet Kabupaten
penting seperti kerapatan sungai, tingkat Gunungkidul dan Usulan
percabangan sungai dan bentuk sungai, dapat Penanggulangannya. Makalah dalam
dikatakan bahwa DAS Roraya merupakan DAS Seminar Nasional Informasi Geospasial
yang menunjukkan debit puncak banjir yang untuk Kajian Kebencanaan dalam
tidak terlalu cepat dengan waktu penurunan Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan
yang tidak terlalu lambat, air mempunyai dan Pengembangan Kecerdasan Spasial
banyak waktu tersimpan/terinfiltrasi ke dalam Masyarakat, Program Studi Pendidikan
tanah. DAS Roraya tidak rawan banjir, namun Geografi Universitas Sebelas maret,
apabila jika terjadi kondisi iklim yang ekstrim Surakarta, 22 Maret 2012.
dan sampai menyebabkan DAS Roraya Chakraborty, D., D. Duttn, dan H.
mengalami banjir besar, maka penggenangan Chandrasekharan. 2002. Morphometric
karena banjir tersebut akan terjadi dalam Analysis of a Watershed Using Remote
waktu yang relatif lama maka DAS Roraya Sensing and GIS - A Case Study. Journal
sangat peka terhadap banjir puncak (peak of Agric. Physics, Vol. 2, No.1, pp. 52-56.
discharge).

114
Ecogreen Vol. 3(2) Oktober 2017, Hal 105 - 115

Gebre, T., T. Kibru, S. Tesfaye, dan G. Taye. Amboy. Geological Society of America,
2015. Analysis of watershed attributes New Jersey. Vol .67.
for water resources management using Seyhan E., 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah
GIS: The case of Chelekot Micro- Mada University Press. Yogyakarta.
Watershed, Tigray, Ethiopia, Journal of Shinde, V., K. N. Tiwari, dan M. Singh. 2010.
Geographic Information System, 2015, 7, Prioritization of Micro Watersheds on the
177-190, http://dx.doi.org/10.4236/jgis. Basis of Soil Erosion Hazard Using
2015.72015 Remote Sensing and Geographic
Glennon, A.J. 2001. Aplication of morphometric Information System. International Journal
relationship to active flow network of Water Resources and Environmental
within the Mammoth Cave Watershed. Engineering Vol. 2(3), pp. 130-136.
Bowling Green, Kentucky: Faculty of Singh, P., A. Gupta, dan M. Singh. 2014.
Departement Geography and Geology, Hidrological inferences from watershed
Western Kentucky University. analysis for water resource management
Linsley, R.K., M.A Kohler dan J.L.H Paulhus. using remote sensing and GIS techniques,
1988. Hidrology for enginers. SI Metric The Egyptian Journal of Remote Sensing
Edition. McGraw Hill Book Company. and Space Science 17, 111-121,
Singapore. http://dx.doi.org/10.1016/j.ejrs.2014.09
Luo, W., dan A. Howard. (2006). Quantitative .003
morphometric analysis of simulated Slamet, B. (2008, April 26). Model hidrologi
martian landfors at watershed basin satuan sintetik menggunakan
scale. Lunar and Planetary Science, parameter morfometri (Studi kasus di
XXXVII. DAS Ciliwung). Diambil kembali dari
Mesa, L.M. 2006. Morphometric Analysis of a http://repository.usu.ac.id
Subtropical Andean basin (Tucuman, Sreedevi, P. D., S. Owais, H.H. Khan, dan S.
Argentina). Environmental Geology, 50, Ahmed. 2009. Morphometric Analysis of
pp. 1235-1242. a Watershed of South India Using SRTM
Noges, T. 2009. Relationship beetwen Data and GIS. Journal Geological Society of
morphometry, geographic location and India Vol.73, pp. 543-552.
water quality parameters of European Strahler, A.N. 1964. Quantitative Geomorphology
Lakes. Hydrobiologia, (633) : 33-43. of Drainage Basins and Channel Networks;
Nugroho, S. 2009. Respon morfometri dan Handbook of applied hydrology. McGraw-
penggunaan lahan DAS terhadap banjir Hill Book Cooperation, New York.
bandang (Studi kasus bencana banjir Rahayu, S., R. Widodo, M. Noordwijk, I.
bandang di Sungai Bohorok). Diambil Suryadi, dan B. Verbist. 2009.
kembali dari http://sirrma.bppt.go.id Monitoring air di daerah aliran sungai.
Pingale, S.M., H. Chandra, H.C. Sharma, dan S.S. Bogor: World Agroforestry Center,
Mishra, 2012. Morphometric Analysis ICRAF Asia Tenggara.
of Maun Watershed in Tehri-Garhwal Rekha, V.B., A.V. George,. dan M. Rita. 2011.
District of Uttarakhand Using GIS. Morphometric Analysis and
International Journal of Geomatics & Microwatershed Prioritization of
Geosciences, 3, 373-387. Peruvanthanam Subwatershed, the
Safarina A.B., H.T. Salim, I.K. Hadihardaja dan Manimala River Basin, Kerala, South
M.B.K. Syahril. 2011 Clusterization of India. Environmental Research,
Synthetic Unit Hydrograph Methods Engineering and Management, 3(57), pp.
Based on Watershed Characteristics 6-14.
International Journal of Civil & Triadmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan.
Environmental Engineering. 11 ( 06) Yogyakarta: Beta Offset.
Schumm, S.A. 1956. Evolution of Drainage
Systems and Slopes in Badlands at Perth

115
Karakteristik Morfometri Menentukan Hidrologi DAS Roraya – Kahirun et al.

116

Anda mungkin juga menyukai