Anda di halaman 1dari 8

POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA EKONOMI PESISIR

DI KABUPATEN BANTAENG
POTENTIAL AND UTILIZATION OF COASTAL ECONOMIC RESOURCES
IN BATAENG REGENCY
Andi Sarinutfah Batara1), Darmiati2), Ernitasari3), Hardiman4),
Nurfitriyani5), Nurqamri Putri Basofi6), Rezki Amaliah7), Yenni Rahma8)
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar
Rezkiamaliah129@gmail.com1

Abstrak
Sumber daya pesisir dan lautan merupakan potensi penting dalam
pembangunan masa depan, mengingat luas wilayah laut indonesia adalah 62%
dari luas wilayah nasional. Luas wilayah pesisir indonesia dua per tiga dari luas
daratan dan garis pantainya 95.161 kilometer atau terpanjang kedua di dunia.
Secara astronomis Kabupaten Bantaeng terletak diantara 52113 53526 LS
dan 1195142 1200527 BT. Luas wilayahnya 539.3 km, terdiri atas
daratan seluas 395.83 km dan lautan seluas 144 km yang terbagi dalam 8
kecamatan, 111 Desa dan 42 kelurahan Tiga kecamatan diantaranya terletak di
wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Bissapu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan
Pajukukang dengan panjang garis pantai 21.5 km. Dalam pemanfaatan sumber
daya ekonomi pesisir Kabupaten Bataeng umumnya berprofesi sebagai nelayan
rumput laut yakni sekitar 91% penduduknya dengan produksi rumput laut pada
tahun 2008 sekitar 7.677,5 ton.
Kata Kunci: Pesisir, Rumput Laut, Bantaeng

Abstract
Coastal and marine resources are an important potential in future
development, given the vast sea territory of Indonesia is 62% of the national
territory. The coastal area of Indonesia two-thirds of the land area and coastline of
95,161 kilometers or the second longest in the world. Astronomically Bantaeng
Regency is located between 52113 53526 LS dan 1195142
1200527 BT. Its area of 539.3 km consists of subdistricts, 111 villages and 42
sub-districts threes sub-district are located in coastal areas, namely Bissapu
subdistrict, Bantaeng district and Pajukukang subdistrict with coastline leght of
21,5 km. In the utilization of coastal economic resources Bantaeng regency
generally work as seaweed fisherman which is about 91% of its population with
seaweed production in 2008 about 7.677,5 ton.
Keyword: Coastal, Seaweed, Bantaeng.
PENDAHULUAN
Wilayah pesisir merupakan rumput laut menjadi tumpuan
wilayah yang sangat produktif jika harapan baru untuk memperbaiki
ditinjau dari berbagai macam kondisi ekonomi serta meningkatkan
peruntukannya (Supriharyono 2000) kesejahteraan mereka yang selama
dan sumberdaya yang dimilikinya ini identik dengan kemiskinan.
(Dahuri 2001). Kegiatan Realitas sebagaimana dikemukakan
pembangunan yang dilakukan di di atas juga dijumpai di wilayah
wilayah pesisir antara lain; pesisir Kabupaten Bantaeng,
diantaranya saat ini masyarakat
pemukiman, industri, pengilangan
memanfaatkan wilayah pesisir untuk
minyak, rekreasi dan pariwisata, kegiatan budidaya rumput laut.
perikanan budidaya dan perikanan Kegiatan budidaya rumput laut
tangkap (Bengen 2002), Indonesia berkembang seiring dengan semakin
merupakan produsen rumput laut menurunnya hasil tangkapan serta
K.alvarezii terbesar ke dua di dunia mahalnya biaya operasional akibat
setelah Filipina. Adapun Provinsi harga bahan bakar minyak (BBM)
yang terus naik. Berdasarkan latar
Sulawesi Selatan merupakan
belakang tersebut penulis erinisiatif
Provinsi penyumbang rumput laut membuat artikel dengan judul
K.alvarezii terbesar di Indonesia, Potensi dan Pemanfaatan Sumber
memiliki luas lahan yang potensial Daya Ekonomi Pesisir di
untuk budidaya rumput laut sekitar Kabupaten Bantaeng.
250 000 ha dengan prediksi produksi
METODE PENULISAN
mencapai 1 250 000 ton berat Jenis Penulisan
kering/tahun (Dinas Perikanan dan Penulisan artikel ini bersifat
Kelautan Sulsel 2003). Produksi kepustakaan yakni kajian dari
pada tahun 2003 mencapai 21 581 perbagai literatur terkait dengan
Ton berat kering. Menurut Subdin potensi dan pemanfaatan sumber
daya ekonomi pesisir di Kabupaten
Perikanan dan Kelautan, Kabupaten
Bantaeng
Bantaeng 2006, dari produksi Objek Tulisan
Provinsi Sulawesi Selatan tersebut, Objek kajian dalam penulisan artikel
Kabupaten Bantaeng menyumbang ini adalah mengenai potensi dan
sekitar 720.4 ton berat kering yang pemanfaatan sumber daya ekonomi
diproduksi dari lahan seluas 1 875 ha pesisir di Kabupaten Bantaeng.
Hasil penelitian Crawford (2002). Teknik Pengumpulan Data
Informasi yang diperlukan dalam
Saat ini kegiatan rumput laut bukan
pembuatan makalah ini diperoleh
lagi hanya sekedar pekerjaan dari berbagai literatur yang telah
sampingan untuk mendapatkan diunduh di internet yang berupa
penghasilan tambahan, akan tetapi jurnal dan skripsi.
telah menjadi salah satu mata Prosedur Penulisan
pencaharian utama. Bahkan kegiatan
Informasi yang telah dikumpulkan di Kecamatan Bantaeng dan
dari berbagai literatur kemudian Kecamatan Bissapu dengan panjang
dicocokkan dengan keadaan yang garis pantai 10,6 km. Berikut
sebenarnya kemudian dipilah beberapa potensi yang ada di
berdasarkan informasi yang Kabupaten Bantaeng:
diutuhkan yang berkaitan dengan
potensi dan pemanfaatan sumber Komoditi Unggulan
daya ekonomi pesisir di Kabupaten Kabupaten Bantaeng terkenal
Bantaeng. dengan rumput lautnya, hal ini
ditandai dengan pengembangan
ANALISIS DAN SISTESIS pengelolaan rumput lautnya yang
Letak Geografis telah dilakukan sejak tahun 1999.
Kabupaten Bantaeng secara Ada beberapa macam lembaga yang
geografis terletak 120 km arah berkaitan dengan kegiatan budidaya
selatan Kota Makassar, ibukota rumput laut antara lain, lembaga
Provinsi Sulawesi Selatan, di sebelah sosial, lembaga ekonomi dan
utara berbatasan dengan Kabupaten lembaga penyuluhan. Lembaga sosial
Gowa dan Kabupaten Bulukumba, di wilayah pesisir Kabupaten
sebelah selatan berbatasan dengan Bantaeng yang berkaitan dengan
Laut Flores, sebelah timur kegiatan budidaya rumput laut adalah
berbatasan dengan Kabupaten kelompok nelayan rumput laut.
Bulukumba dan sebelah barat Struktur perekonomian
berbatasan dengan Kabupaten Kabupaten Bantaeng masih
Jeneponto (Aziz, 2011). didominasi oleh sektor pertanian
yang salah satu diantaranya adalah
Letak Astronomis dari sub sektor perikanan, termasuk
Secara administratif komoditas rumput laut. Hal ini
Kabupaten Bantaeng berada pada terlihat dari kontribusi sektor
posisi posisi 5o 2113 5o 35 26 pertanian terhadap pembentukan
Lintang Selatan dan 119o 51 42 total PDRB tahun 2006 sebesar
120o 05 27 Bujur Timur (Aziz, 57,62%, urutan ke dua sektor jasa
2011). sebesar 12,75% dan urutan ke tiga
sektor perdagangan sebesar 10,07%.
Potensi Daerah
Kabupaten Bantaeng Sumber Daya Alam dan Sumber
memiliki luas wilayah 539,3 km2, Daya Masyarakat Kab. Bantaeng.
terdiri atas daratan seluas 395.83 Sumber Daya Alam
km2 dan luas lautan 144 km2 yang Potensi sumberdaya alam
terbagi dalam 8 kecamatan, 111 Desa khusnya dibidang perikanan dan
dan 42 kelurahan (Tabel 1). Tiga kelautan di wilayah Kabupaten
kecamatan diantaranya terletak di Bantaeng terdapat pada bagian
wilayah pesisir, yaitu Kecamatan selatan dengan garis pantai sepanjang
Bissapu, Kecamatan Bantaeng dan 21.5 km dan luas wilayah perairan
Kecamatan Pajukukang dengan 144 km2. Wilayah pesisir
panjang garis pantai 21.5 km. Kabupaten Bantaeng mencakup tiga
Dalam penelitian ini wilayah yang kecamatan, yaitu Kecamatan
menjadi kajian adalah wilayah pesisir Bissapu, Kecamatan Bantaeng
danKecamatan Pajukukang. Hasil 2008, mencantumkan data nilai
kajian penggunaan lahan perairan produksi budidaya air payau dan
pada wilayah studi lebih dominan budidaya kolam, masing-masing
pada penggunaan untuk budidaya sebesar Rp3.172.000.000 dan Rp
rumput laut. Hanya sebagian kecil 51.450.000s (BPS 2008). Data dari
lahan yang dimanfaatkan untuk Dinas Perikanan Kabupaten
budidaya tambak, itupun tidak Bantaeng (2009), selain
intensif dikelola pada saat ini mencantumkan data produksi
(Aziz,2011). perikanan payau dan tawar juga
Produksi perikanan laut pada memasukkan data produksi rumput
tahun 2003 tercatat sebanyak 3 661 laut (Tabel 2). Baik BPS Kabupaten
ton dengan nilai produksi Rp9 152 Bantaeng 2008 maupun Dinas
milyar sementara produksi budidaya Perikanan dan Kelautan Kabupaten
124 ton dengan nilai Rp5 580 milyar Bantaeng 2009, tidak mencantumkan
(Subdin Perikanan Dinas Peternakan data tentang produksi ikan laut.
Kabupaten Bantaeng 2003). BPS
Tabel 1 Produksi perikanan di Kabupaten Bantaeng Tahun 2001-2008
Sumberdaya Tahun (ton)
Perikanan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Bandeng 45,0 58,5 65,0 72,0 70,1 202,6 131,7 104,9
Udang Windu 39,9 65,3 67,1 69,3 69,2 97,8 50,74 31,3
Ikan air tawar - - 0,5 1,5 3,5 1,7 0 0
Rumput laut 120,1 360,5 170,4 988,4 2.334,6 3.521,95 5.700,25 7.677,5
Sumber data: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantaeng 2009.

Produksi perikanan resiko kegagalan yang lebih kecil


Kabupaten Bantaeng dari Tahun menyebabkan masyarakat yang
2001-2008 berfluktuasi. Mulai tahun sebelumnya memelihara Bandeng,
2007 produksi ikan Bandeng dan udang windu dan ikan air tawar
Udang windu menurun. Bahkan beralih memelihara rumput laut. Hal
produksi ikan air tawar sudah ini dapat dilihat dari data RTP
menurun sejak tahun 2006 dan tidak rumput laut yang meningkat, yakni
ada lagi produksi yang tercatat pada 160 RTP rumput laut pada tahun
tahun 2007-2008. Hanya produksi 2002 (Dinas Perikanan dan Kelautan
rumput laut yang terus meningkat Kabupaten Bantaeng 2003) dan telah
sampai saat ini (Tabel 19). Produksi menjadi 2 458 RTP pada tahun 2008
perikanan payau maupun perikanan (Dinas Perikanan dan Kelautan
tawar yang menurun tersebut secara Kabupaten Bantaeng 2009).
tidak langsung berkaitan erat dengan
semakin meningkatnya produksi Aktifitas kegiatan perikanan
rumput laut. Kegiatan rumput laut telah mengalami pergeseran orientasi
yang lebih menguntungkan dengan dari kegiatan penangkapan ikan ke
kegiatan budidaya rumput laut sejak menjadi 421.0 ton (Lampiran 3).
tahun 2002. Dari hasil survey Bina Pada daerah studi, hanya satu jenis
Mitra (2004) yang tidak rumput laut yang dibudidayakan,
dipublikasikan didapatkan data pada yaitu K.alvarezii dengan metode
tahun 2002, sekitar 86% nelayan budidaya yang hanya satu juga, yakni
beralih profesi menjadi pembudidaya long line. Luas lahan yang potensial
rumput laut. Hal ini disebabkan untuk budidaya rumput laut di
semakin menurunnya hasil Kabupaten Bantaeng sekitar 5 375
tangkapan dan semakin tingginya Ha dan sampai dengan tahun 2008
biaya opersional melaut. Temuan sudah dikelola seluas 3 792 Ha
Bina Mitra (2005) tersebut ditunjang dengan jumlah nelayan rumput laut
dengan data dari Balitbangda (2005) sebanyak 2 458 RTP. Khusus untuk
tentang produksi subsektor rumput wilayah kajian yaitu Kecamatan
laut di Kabupaten Bantaeng yang Bissapu dan Kecamatan Bantaeng,
mengalami peningkatan yang cukup luas lahan yang potensial adalah 2
tinggi padaperiode tersebut. Pada 525 ha dan yang sudah dikelola
tahun 2002 produksi rumput laut seluas 1 214.7 ha (Dinas Perikanan
hanya 39.4 ton dan meningkat dan Kelautan Kabupaten Bantaeng
dengan tajam pada tahun 2003 2009) (Tabel 3).
Tabel 2. Lahan potensial dan yang sudah dikelola di Kab. Bantaeng 2008

Panjang garis Potensi Sudah Jumlah


No. Wilayah
pantai (km) (ha) dikelola (ha) RTP
1. Kec. Bissapu 5,9 1.475 531,7 409
2. Kec. Bantaeng 4,2 1.050 683,0 899
3. Kec. Pajujukang 11,4 2.850 2.577,3 1.150
Sumber data: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantaeng 2009.

Sumber Daya Manusia Kab. belum pernah sekolah persentasenya


Bantaeng cukup tinggi, yakni 19.43%, Sekolah
Pendidikan Dasar 8.36 %, Sekolah Menengah
Kualitas sumberdaya manusia Pertama 4.77 %, Sekolah Menengah
di Kabupaten Bantaeng, jika dilihat Atas 3.14%, Perguruan Tinggi 1.19%
dari tingkat pendidikan masih dan tidak bersekolah lagi 63.10%
tergolong rendah. Penduduk usia 10 (Gambar 2).
ke atas yang tidak sekolah atau
Gambar 1. Presentase penduduk usia 10 tahun keatas menurut
status pendidikannya di Kab. Bantaeng
Kesehatan Bantaeng masih didominasi oleh
Pembangunan bidang sektor pertanian yang salah satu
kesehatan di Kabupaten Bantaeng diantaranya adalah dari sub sektor
diarahkan agar pelayanan kesehatan perikanan, termasuk komoditas
meningkat lebih luas, lebih merata rumput laut. Hal ini terlihat dari
dan lebih terjangkau oleh masyarakat kontribusi sektor pertanian terhadap
sehingga dapat menghasilkan derajat pembentukan total PDRB tahun 2006
kesehatan masyarakat yang lebih sebesar 57.62%, urutan ke dua sektor
tinggi. dan pada akhirnya setiap jasajasa sebesar 12.75% dan urutan
orang bisa hidup lebih produktif ke tiga sektor perdagangan sebesar
secara sosial maupun secara 10.07%.
ekonomis. Penyediaan sarana
pelayanan kesehatan berupa rumah Peran Aktif Masyarakat
sakit puskesmas dan tenaga Kegiatan budidaya rumput
kesehatan semakin ditingkatkan laut yang dilakukan nelayan rumput
sesuai dengan rencana laut di wilayah pesisir Bantaeng
pentahapannya. Demikian juga diperoleh melalui survey terhadap
dengan penyediaan obat-obatan, alat rumah tangga nelayan rumput laut.
kesehatan, pemberantasan penyakit Masyarakat pesisir dalam penelitian
menular dan peningkatan penyuluhan ini, semuanya merupakan nelayan
dibidang kesehatan. Sarana unit rumput laut yang umumnya
pelayanan kesehatan yang tersedia menjadikan kegiatan budidaya
sudah cukup memadai, dan lokasinya rumput laut sebagai mata
sudah menjangkau seluruh wilayah pencaharian utama. Dan untuk
Kabupaten Bantaeng. menopang kehidupannya, beberapa
masyarakat pesisir melakukan
Perekonomian
pekerjaan tambahan, seperti
Semua kebijakan dan upaya
menangkap ikan, membuat batu
yang telah dilakukan oleh pemerintah
merah, buruh bangunan dan menjual
Kabupaten Bantaeng telah
makanan kecil . Hanya beberapa
menunjukkan hasil yang memadai.
nelayan yang mata pencaharian
Struktur perekonomian Kabupaten
utamanya bukan kegiatan budidaya
rumput laut. seperti tertera pada Gambar 27, di bawah ini.

Gambar 2. Presentase mata pencaharian utama masyarakat pesisir wilayah


Kab. Bantaeng

Peta Kabupaten Bantaeng

KESIMPULAN

Kawasan yang sesuai untuk Daya dukung kawasan kajian


budidaya rumput laut pada wilayah adalah 5 941.85 unit budidaya atau
kajian adalah 2 313.29 ha dan sudah setara dengan produksi rumput laut 8
dikelola seluas 1 214.70 ha. 912.77 ton berat kering/tahun dengan
pendekatan kapasitas lahan.
Sedangkan dengan pendekatan
kapasitas asimilasi N, diperoleh daya
dukung perairan sebesar 6 603 unit
setara 9 903.84 ton bk/thn untuk
K.alvarezii (doty) coklat dan 8 295
unit budidaya yang setara dengan 12
442.35 ton berat kerig/tahun untuk
K.alvarezii (doty) hijau.

DAFTAR RUJUKAN

Aziz, Hasni Yulianti. 2011. Optimasi


Pengelolaan Sumberdaya Rumput
Laut di Wilayah Pesisir
Kabupaten Bantaeng Provinsi
Sulawesi Selatan. Bogor: ITB

Bengen DG dan A. Rizal. 2002.


Pembangunan Wilayah Pesisir:
Antara Pembangunan Ekonomi
dan Pembangunan Berkelanjutan.
Warta Pesisir dan Lautan, No. 02/
Th. IV.

BPS (Biro Pusat Statistik) Sulawesi


Selatan. 2002. Kabupaten
Bantaeng dalam Angka. BPS
Provinsi Sulawesi Selatan.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan


M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan
Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Jakarta.
PT Pradnya Paramita

Departemen Kelautan dan Perikanan.


2006. Kebijakan DKP:
Pengelohan dan Pemasaran.
Produk Olahan Rumput Laut
Indonesia. www.dkp.go.id.

Supriharyono, 2000. Pelestarian dan


Pengelolaan Sumberdaya Alam di
Wilayah Pesisir Tropis. PT
Gamedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai