TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai
keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang
relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan buminya dapat
diabaikan (Basuki, S, 2006). Proses pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan cara terestrial dan ektra terestrial. Pemetaan terestris merupakan
pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan alat yang berpangkal di tanah.
Pemetaan ekstra terestris adalah pemetaan yang dilakukan dengan
menggunakan alat yang tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan
wahana seperti pesawat terbang, pesawat ulang alik atau satelit. Menurut
Wongsotjitro, (1980) arti melakukan pengukuran yaitu menentukan unsur-
unsur (Jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang
cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala tertentu.
Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan,
yaitu: jarak antara dua titik, beda tinggi dan sudut arah. Pengukuran dapat
dilakukan dengan cara langsung, maksudnya hasil pengukuran dapat diketahui
secara langsung. Alat yang digunakan dalam pengukuran secara langsung
adalah adalah pita ukur, baak ukur, yalon dan abney level. Selain alat ukur
sederhana terdapat alat lain yang digunakan untuk pengukuran dilapangan yang
dikenal dengan tacheometer. Tacheometer merupakan alat pengukuran cepat
yang dilengkapi oleh peralatan optis, misalnya lensa sehingga dapat melakukan
pengukuran secara optis. Sebagai contoh adalah compass survey, waterpass
dan theodolit (Akbar, 2015).