Anda di halaman 1dari 21

PATAHAN DAN LIPATAN

DISUSUN OLEH:
ADITYA RAMADHANI SETIAWAN
D1101151011

PROGAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan ridhoNya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul
“Lipatan dan Patahan” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Mungkin makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaannya
makalah ini.
Demikian yang dapat kami ungkapkan. Kami mohon maaf bila terdapat
kesalahan atau kekurangan dalam setiap isi dari makalah ini. Dan semoga
makalah ini dapat memberi manFaat untuk kita semua.

Pontianak, 6 November 2016

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1
1.3 TUJUAN MASALAH .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
2.1. SATUAN .................................................................................................................... 2
2.1.1. Pengertian ......................................................................................................... 2
2.1.2. Satuan Baku dan Satuan Tidak baku ................................................................. 2
2.1.3. Sistem Satuan dalam Fisika ............................................................................... 5
2.2 GRAVITASI ................................................................................................................. 7
2.2.1. Pengertian ......................................................................................................... 7
2.2.2. Resultan Gaya Gravitasi .................................................................................... 8
2.2.3. Medan Gravitasi .............................................................................................. 10
2.2.4. Percepatan Gravitasi Pada Ketinggian Tertentu ............................................. 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 16
3.1. KESIMPULAN .......................................................................................................... 16
3.2. SARAN .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Satuan Matrik ........................................................Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Proses pembentukan kembali kulit bumi yang berupa gunung,


pegunungan, plato, lembah, dan retakan yang terjadi akibat gerakan lempeng
bumi dinamakan gejala diastrofisme.Peristiwa-peristiwa akibat tenaga endogen
mengakibatkan permukaan bumi menjadi berbagai bentuk. Hasil bentukannya
dapat berupa lipatan atau patahan.
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsurgaris
atau bidang didalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat didalam
lipatan adalah struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan
merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi;
terutama, gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan
bentuk(distorsi) dan perputaran (rotasi).

Patahan atau sesar (atau istilah geologynya “fault”) adalah satu bentuk rekahan
pada lapisan batuan bumi yg memungkinkan satu blok batuan bergerak relatif
terhadap blok yg lainnya. pergerakannya bisa relatif turun, relatif naik, ataupun
bergerak relatif mendatar terhadap blok yg lainnya. Pergerakan yg tiba- tiba dari
suatu patahan atau sesar bisa mengakibatkan gempa bumi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan Lipatan?
2. Apa saja jenis - jenis Lipatan?
3. Apa yang dimaksud dengan Sesar?
4. Apa saja jenis – jenis Sesar?

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Lipatan
2. Mengetahui jenis – jenis Lipatan
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Sesar
4. Mengetahui jenis – jenis Sesar

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Lipatan

2.1.1. Pengertian
Lipatan adalah bentuk gelombang pada suatu lapisan kulit bumi karena terdapat
tekanan horisontal maupun vertikal pada kulit bumi yang bersifat liat (plastis).
Lipatan terbentuk karena pergeseran lempeng tektonik. Pergeseran lempeng
tersebut mengakibatkan adanya lapisan yang terdorong secara horizontal, baik
pada salah satu tepi lapisan maupun pada kedua tepi lapisan. Lapisan batuan
kemudian mengalami pelipatan atau pelengkungan.

Lipatan akibat bending, terjadi apabila gaya penyebabnya agak lurus terhadap
bidang lapisan, sedangkan pada proses buckling, terjadi apabila gaya
penyebabnya sejajar dengan bidang lapisan. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa
pada proses buckling terjadi perubahan pola keterikan batuan, dimana pada bagian
puncak lipatan antiklin, berkembang suatu rekahan yang disebabkan akibat
adanya tegasan tensional (tarikan) sedangkan pada bagian bawah bidang lapisan
terjadi tegasan kompresi yang menghasilkan Shear Joint.

Bentuk muka bumi berupa lipatan terjadi karena adanya tekanan-tekanan


mendatar terhadap lapisan sedimen. Lipatan memiliki dua bagian, yaitu antiklinal
dan sinklinal.

a. Antiklinal merupakan bagian lipatan yang memiliki posisi lebih tinggi dari
bagian lipatan lainnya. Lipatan antiklinal akan membentuk bumi menjadi
cembung, contohnya pegunungan atau perbukitan.

2
b. Sinklinal merupakan bagian lipatan yang memiliki bagian yang lebih rendah
dari bagian lipatan lainnya. Lipatan sinklinal akan membentuk permukaan
bumi menjadi cekung, contohnya lembah.

Suatu formasi lipatan yang kompleks dapat terjadi apabila ada gabungan lipatan
sinklinal dan antiklinal. Puncak lipatan biasanya disebut antiklinorium, sedang
cekungan lipatan biasa disebut sinklinorium. Bentuk-bentuk lipatan ada beberapa
macam di antaranya adalah lipatan tegak, miring, menggantung, isoklinal, dan
rebah.

Puncak lipatan dapat berbentuk memanjang, sehingga membentuk suatu


rangkaian pegunungan hingga ribuan kilometer. Rangkaian pegunungan ini
dinamakan sirkum. Di permukaan bumi, ada dua rangkaian sirkum pegunungan
lipatan, yakni Sirkum Pegunungan Mediterania dan Sirkum Pegunungan Pasifik.

2.1.2. Unsur – Unsur Lipatan


1. Plunge, sudut yang terbentuk oleh poros dengan horizontal pada bidang
vertikal.
2. Core, bagian dari suatu lipatan yang letaknya disekitar sumbu lipatan.
3. Crest, daerah tertinggi dari suatu lipatan biasanya selalu dijumpai pada
antiklin
4. Pitch atau Rake, sudut antara garis poros dan horizontal diukur pada bidang
poros.
5. Depresion, daerah terendah dari puncak lipatan.
6. Culmination, daerah tertinggi dari puncak lipatan.
7. Enveloping Surface, gambaran permukaan (bidang imajiner) yang melalui
semua Hinge Line dari suatu lipatan.
8. Limb (sayap), bagian dari lipatan yang terletak Downdip (sayap yang dimulai
dari lengkungan maksimum antiklin sampai hinge sinklin) atau updip (sayap
yang dimulai dari lengkungan maksimum sinklin sampai hinge antiklin).
Sayap lipatan dapat berupa bidang datar (planar), melengkung (curve), atau
bergelombang (wave).
9. Fore Limb, sayap yang curam pada lipatan yang simetri.
10. Back Limb, sayap yang landai.
11. Hinge Point, titik yang merupakan kelengkungan maksimum pada suatu
perlipatan.

3
12. Hinge Line, garis yang menghubungkan Hinge Point pada suatu perlapisan
yang sama.
13. Hinge Zone, daerah sekitar Hinge Point.
14. Crestal Line, disebut juga garis poros, yaitu garis khayal yang
menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap permukaan lapisan pada
sebuah antiklin.
15. Crestal Surface, disebut juga Crestal Plane, yaitu suatu permukaan khayal
dimana terletak didalamnya semua garis puncak dari suatu lipatan.
16. Trough, daerah terendah pada suatu lipatan, selalu dijumpai pada sinklin
17. Trough Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah pada
setiap permukaan lapisan pada sebuah sinklin.
18. Trough Surface, bidang yang melewati Trough Line.
19. Axial Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari lengkungan
maksimum pada tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lapisan.
20. Axial Plane, bidang sumbu lipatan yang membagi sudut sama besar antara
sayap-sayap lipatannya.

4
2.1.3. Klasifikasi Lipatan
Pada umumnya lipatan di klasifikasikan berdasarkan pada sifat yang dapat
dideskrepsikanunsur-unsurnya secara geometri. Klasifikasi tersebut berdasarkan
antara lain :

1. Sudut antar sayap(Interlimb angle)

Berdasarkan nilai sudut interlimb (sudut yang dibentuk oleh


perpotongan dan perpanjangan kemiringan limb dan nilai sudut penungjaman
(plunge). Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini;

Sudut interlimb Klasifikasi lipatan


1800 - 1200 Gentle
1200 - 700 Open
700 - 300 Close
300 - 00 Tight
00 Isoclinal
Negatif Angel Mushroom
Tabel 2.1.2 Klasifikasi lipatan sudut interlimb (Fluety, 1964)

Sudut Plunge Klasifikasi lipatan


00 - 100 Horizontal
100 - 300 Gently plunging fold
300 - 600 Moderately plunging fold
600 - 800 Steeply inclined fold
800 – 900 Vertical fold
Tabel 2.1.2 klasifikasi lipatan sudut Plunge dari hinge line (fluety, 1964)

2. Sifat simetri
Disebut lipatan simetri apabila bidang-bidang yang membatasi permukaan
lipatanakan berupa bidang yang lurus dan saling sejajar dan bidang yang mela
lui titik titik batas pelengkungan ( inflection point ) akan tepat terletak
ditengah bidang-bidang tersebut.

5
Apabila jejak dari bidang yang melalui sumbu lipatan (hinge line) bukan
sebagai bidangsimetri(bidang yang melalui sumbu lipatan dan membagi sama
besar sudut antar sayaplipatan), lipatan tersebut sebagai lipatan asimetri.

3. Kedudukan lipatan
Kedudukan lipatan dinyatakan dari kedudukan sumbu lipatan dan
bidang sumbu lipatanFleuty, 1964 membuat klasifikasi berdasarkan
kecondongannya kemiringan bidang sumbudan penunjamannya garis sumbu.
Rickard mengusulkan untuk memberikan indeks besaranangka dari
kemiringan(D) dan penumjaman(P), misalnya:

Gambar 2.1.2 Klasifikasi lipatan (Fluety, 1964)

4. Klasifikasi lipatan menurut Rickard,1971

Dalam klasifikasi ini digunakan diagram segitiga (Horizontal Upright


Folds) seperti Gambar dibawah ini :

6
Klasifikasi ini berdasarkan pada nilai besarnya kemiringan hinge surface,
penunjaman hinge line dan pitch/rake hinge surface.

2.1.4. Identifikasi Lipatan


Lipatan secara intensif terjadi pada satuan batupasir dan satuan
batulempung. Berdasarkan rekontruksi pola jurus perlapisan batuan
memperlihatkan kecendrungan arah umum dari sumbu lipatan relatif Barat-Timur.
didaerah penelitian terdapat 9 jalur lipatan. Dilihat dari unsur geometri setiap jalur
lipatan terhadap lipatan lainya, maka antara jalur lipatan satu terhadap lipatan
lainya dianggap memiliki suatu kesamaan karakter, yang membentuk
suatu sistem lipatan didaerah penelitian, jalur – jalur lipatan di bagian utara
mempunyai hubungan lipatan yang lebih rapat dibandingkan di bagian tengah
daerah penelitian. Berdasarkan kesamaan karakter geometri dan jalur lipatan,
maka dapat disimpulakan lipatan–lipatan didaerah penelitian berasal dari suatu
generasi deformasi dan periode tektonik yang sama.

2.2 Sesar

2.2.1. Pengertian
Patahan atau sesar (atau istilah geologynya “fault”) adalah satu bentuk
rekahan pada lapisan batuan bumi yg memungkinkan satu blok batuan bergerak
relatif terhadap blok yg lainnya. pergerakannya bisa relatif turun, relatif naik,

7
ataupun bergerak relatif mendatar terhadap blok yg lainnya. Pergerakan yg tiba-
tiba dari suatu patahan atau sesar bisa mengakibatkan gempa bumi.

Sistem tegasan yang bekerja pada suatu material/batuan dapat


menyebabkan terjadinya perubahan atau deformasi. Apabila tegasan tersebut
menyebabkan batuan pecah dan pecahannya relatif saling bergerak maka bidang
patahannya dinamakan sebagai struktur patahan atau struktur sesar (“brittle
failure”). Pada ujung atau tepi jalur patahan, umumnya batuan terdeformasi
berupa lipatan yang mencerminkan semi brittle/ductile.

Gerak suatu batuan akibat proses pensesaran terjadi disepanjang bidang


sesarnya, sedangkan arah geraknya dapat diketahui dari jejak-jejak pergeserannya
berupa gores garis (Slicken line), atau indikasi lainnya seperti drag fault dsb.
Beberapa ahli geologi struktur secara umum mengartikan struktur sesar sebagai
bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran. Sesar didefinisikan sebagai
rekahan/retakan pada batuan penyusun bumi yang telah atau sedang mengalami
pergerakan.

Pada kenyataannya, sangat sulit mendapatkan kenampakan pensesaran


yang ideal, terlebih lagi iklim di negeri kita yang tropis. Pada iklim tropis, proses
pelapukan batuan berlangsung lebih intensif sehingga merusak dan mengubur
tanda-tanda pensesaran di permukaan bumi. Namun tanda-tanda adanya sesar
dapat diketahui antara lain melalui : zona hancuran, gores-garis, gawir
sesar, triangular facet, pengkekaran intensif, perubahan litologi yang tiba-tiba,
breksi sesar, milonit dan pembelokan sungai secara tiba-tiba.

Beberapa definisi yang lengkap dari sebagian ahli geologi struktur tersebut, antara
lain :

 Billing (1959)
Sesar didefinisikan sebagai bidang rekahan yang disertai oleh adanya
pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya. Jarak
pergeseran tersebut dapat hanya beberapa milimeter hingga puluhan kilometer,
sedangkan bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter
hingga puluhan kilometer.
 Ragan (1973)
Sesar merupakan suatu bidang rekahan yang telah mengalami pergeseran.
 Park (1983)
Sesar adalah suatu bidang pecah (fracture) yang memotong suatu tubuh batuan
dengan disertai oleh adanya pergeseran yang sejajar dengan bidang pecahnya.

2.2.2. Unsur – Unsur Sesar


Unsur-unsur geometri sesar penting dipelajari untuk mengetahui sifat gerak dari
proses pensesaran, disamping digunakan sebagai dasar dalam penamaan jenis

8
sesar sesuai dengan klasifikasi sesar yang ada. Untuk mempelajari sesar terlebih
dahulu harus mengetahui unsur-unsur geometri dari sesar itu sendiri.

Beberapa unsur geometri sesar yang perlu diketahui, antara lain :

1. Fault surface adalah bidang pecah pada batuan yang disertai oleh adanya
pergeseran.
2. Fault line adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang sesar dengan
permukaan bumi.
3. Fault trace adalah jejak sesar.
4. Fault outcrop adalah singkapan sesar.
5. Fault scarp adalah gawir sesar.
6. Fault zone adalah zona sesar.
7. Fault wall adalah dinding sesar.
8. Hanging Wall adalah blok yang berada di atas bidang sesar.
9. Foot Wall adalah blok yang berada di bawah bidang sesar.
10. Hade adalah sudut lancip antara bidang sesar dengan bidang vertikal.
11. Slip adalah pergeseran relatif antara dua titik yang sebelumnya saling
berimpit.
12. Strike slip fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang sejajar
dengan jurus bidang sesarnya.
13. Dip slip fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang tegak lurus
terhadap jurus bidang sesarnya atau sejajar dengan arah kemiringan bidang
sesarnya.
14. Heave adalah jarak pergeseran pada bidang horizontal
15. Throw adalah jarak pergeseran pada bidang vertical
16. True displacement adalah arah dan besarnya jarak pergeseran blok yang
sebenarnya.
17. Dip of fault adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar dengan bidang.
18. Horizontal strike of fault adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan
bidang sesar dengan bidang horisontal.
19. Sense of displacement adalah gerak relatif suatu blok terhadap blok yang
berada di hadapannya.
20. Separation atau pergeseran semu adalah jarak tegak lurus antara dua blok
yang bergeser dan diukur pada bidang sesar.
21. Strike separation adalah komponen separation yang diukur sejajar terhadap
jurus bidang sesar.
22. Dip separation adalah komponen separation yang diukur sejajar dengan
kemiringan bidang sesar.
23. Slicken side atau cermin sesar adalah bidang sesar yang permukaannya
licin.
24. Slicken line atau gores garis adalah jejak pergeseran berupa garis-garis lurus
yang disebabkan oleh gerusan antar blok yang saling bergesekan.
25. Pitch adalah sudut lancip yang dibentuk antara gores garis dengan jurus
bidang sesar.

9
2.2.3. Klasifikasi Sesar
Klasifikasi sesar telah banyak dikemukakan oleh para peneliti terdahulu.
Mengingat struktur sesar adalah rekahan di dalam bumi yang ditimbulkan karena
pergeseran sehingga untuk membuat analisis strukturnya diusahakan untuk
mengetahui arah pergeseran tersebut. Mengingat arah dari pergeseran memiliki
beberapa kemungkinan, dan “pitch” yang berkisar 00 – 900, maka Rickard (1972)
membuat pengelompokan sesar yang termasuk pada “strike-slip” dan “dip-slip”.

Sesar dapat diklasifikasikan dengan pendekatan geometri yang berbeda.


Beberapa klasifikasi diantaranya adalah:

10
1. Berdasarkan hubungan dengan struktur lain (sesar bidang perlapisan, sesar
longitudinal, sesar transversal).
2. Berdasarkan pola kumpulan seasar (sesar radial, sesar pralel, sesar
enechelon).

1. Sistem Sesar
Secara umum ada 3 (tiga) kelompok sesar utama, yaitu sesar naik, sesar normal
dan sesar mendatar. Sebenarnya ada satu jenis sesar lainnya, yaitu sesar miring
(Oblique fault), yang merupakan kombinasi dari beberapa jenis sesar.
Terbentuknya struktur sesar di suatu daerah umumnya tidak tunggal, artinya suatu
sesar yang terbentuk akibat tektonik (waktu dan tempatnya sama) disuatu daerah
selalu terjadi lebih dari satu jalur sesar dengan ukuran yang bervariasi. Kelompok
struktur sesar demikian dinamakan sistem sesar.
a. Sesar naik (Thrust fault)
Sesar naik atau Thrust fault, terjadi apabila hanging wall relatif bergerak
naik terhadap foot wall. Berdasarkan sistem tegasan pembentuk sesarnya, posisi
tegasan utama dan tegasan minimum adalah horizontal dan tegasan menengah
adalah vertical. Umumnya sesar naik tidak pernah berdiri sendiri atau berkembang
tunggal. Sesar selalu membentuk suatu zona, sehingga pada zona sesar dijumpai
sejumlah bidang sesar. Masing-masing bidang sesar tersebut membentuk pola
yang sama, yaitu bidang sesar umumnya memiliki arah kemiringan yang sama dan
arah jalur sesarnya relatif sama. Sejumlah sesar naik yang terbentuk pada periode
tektonik yang sama dinamakan sebagai thrust systems. Thrust system, ada dua
jenis pola sesar utama, yaitu imbricate fan dan duplexes. Pola struktur Imbricate
fan dicirikan dengan adanya thrust sheet yang di dalamnya berkembang struktur
lipatan asimetri dan rebah mengikuti arah tectonic transport, sedangkan di dalam
pola duplex, thrust sheet dilingkupi oleh sesar. Sesar naik dengan pola Imbricate
fan atau pola susun genteng dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu trailling imbricate
fan dan leading imbricate fan. Kedua jenis pola sesar tersebut dibedakan
berdasarkan besarnya jarak pergeseran. Trailling imbricate fan dicirikan oleh
adanya displacement yang besar pada bagian paling belakang dari seluruh sesar
naik, sebaliknya dinamakan leading imbricate fan.
Sesar naik dapat dibedakan jenisnya berdasarkan pada posisi bidang sesar
terhadap sumbu lipatan dan arah tectonic transport. Sesar naik yang terbentuk di
bagian belakang sumbu lipatan dinamakan sebagai forelimb thrust, sedangkan
yang berkembang dibagian depan sumbu lipatan dinamakan sebagai backlimb
thrust. Berdasarkan pada tectonic transportnya, sesar naik dibedakan menjadi back
thrust dan fore thrust. Apabila gerak relatif dari sesar naik searah dengan pada
tectonic transportnya, maka sesar naik tersebut dinamakan sebagai fore thrust dan
sebaliknya dinamakan sebagai back thrust. Back thrust yang terbentuk di dalam
thrust system dapat membentuk pop-up dan triangle zone. Di dalam thrust system,
posisi bidang sesar dapat relatif sejajar dengan bidang lapisan batuan yang
dinamakan sebagai flat dan apabila memotong bidang lapisan dinamakan sebagai
ramp.
Apabila posisi flat searah dengan tectonic transport dinamakan frontal ramp
dan sebaliknya dinamakan sebagai back thrust. Gerak relatif suatu blok terhadap
blok yang lainnya dapat terjadi sepanjang flat dan ramp. Blok hanging wall yang
menumpang di atas flat dinamakan sebagai hangingwall ramp sedangkan blok

11
foot wall yang berada di bagian ramp dinamakan sebagai footwall ramp.
Terbentuknya sejumlah sesar naik tidak terjadi secara bersamaan melainkan
terbentuk secara berurutan. Apabila urutan pembentukan sesar naiknya makin
muda ke arah hanging wall dinamakan sebagai overstep dan jika terjadi
sebaliknya dinamakan sebagai piggyback. Pembentukan sesar naik selalu
berasosiasi dengan pembentukan lipatan, oleh karenanya pola lipatan dan sesar
naik yang terbentuk relatif bersamaan dinamakan sebagai lipatan anjakan. Contoh
pola struktur demikian dijumpai di daerah Majalengka dan di daerah lain seperti
di Kalimantan timur. Urutan pembentukan sesar naik di dalam jalur lipatan
anjakan dimulai di sekitar jalur gunungapi dan semakin jauh dari jalur gunungapi
pembentukan sesar naiknya terjadi paling akhir.
Contoh gambar :

b. Sesar mendatar
Sesar mendatar adalah sesar yang pembentukannya dipengaruhi
oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan utama pembentuk sesar ini adalah
horizontal, sama dengan posisi tegasan minimumnya, sedangkan posisi tegasan
menengah adalah vertikal. Umumnya bidang sesar mendatar digambarkan sebagai
bidang vertikal, sehingga istilah hanging wall dan foot wall tidak lazim digunakan
di dalam sistem sesar ini. Berdasarkan gerak relatifnya, sesar ini dibedakan
menjadi sinistral dan dekstral. Seperti halnya sesar naik, sesar mendatar pun
umumnya tidak berdiri tunggal melainkan terdiri dari beberapa bidang sesar yang
selanjutnya membentuk zona sesar. Di dalam zona sesar mendatar, umumnya
sesar ini membentuk segmen-segmen sesar yang merencong.
Contoh gambar :

12
c. Sesar normal
Sesar normal terbentuk akibat adanya tegasan ekstensional, sehingga pada
bagian tertentu gaya gravitasi lebih dominan. Kondisi ini mengakibatkan
dibeberapa bagian tubuh batuan akan bergerak turun yang selanjutnya lazim
dikenal sebagai proses pembentukan sesar normal. Sesar normal terjadi apabila
Hanging wall relatif bergerak ke bawah terhadap foot wall. Gerak sesar normal ini
dapat murni tegak atau disertai oleh gerak lateral. Sistem tegasan pembentuk sesar
normal adalah ekstensional, dimana posisi tegasan utamanya vertikal sedangkan
kedudukan tegasan menengah dan minimum adalah lateral. Sesar normal
umumnya terbentuk lebih dari satu bidang yang posisinya relatif saling sejajar.
Apabila bidang sesarnya lebih dari satu buah, maka bagian yang tinggi dinamakan
sebagai horst dan bagian yang rendah dinamakan sebagai graben. Selanjutnya
apabila jenjang dari bidang sesar normal ini hanya berkembang di salah satu sisi
saja maka kelompok sesar tersebut lazim dinamakan sebagai half graben dan
apabila jenjang bidang sesar normalnya berpasangan maka dinamakan sebagai
graben. Berdasarkan pada bentuk bidang sesar, maka sesar normal ini dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu planar ekstensional fault dan listric
ekstensional fault. Selanjutnya Planar ekstensional fault berdasarkan ada tidaknya
rotasi, dibedakan menjadi Non-rotational planar fault dan Rotational planar fault.
Secara lokal, pembentukan sesar normal dapat terjadi akibat sistem tegasan
kompresional. Terbentuknya “Pull apart basin”, merupakan salah satu contoh
dalam kasus ini. Contoh ideal dari pembentukan “pull apar basin” adalah
terbentuknya beberapa rendahan atau cekungan. Di beberapa lokasi sepanjang
jalur Sesar Semangko, dijumpai beberapa danau yang pembentukannya dikontrol
oleh sesar ini. Pembentukan sesar Semangko ini dipengaruhi oleh sistem tegasan
kompresional, sedangkan pembentukan danaunya sendiri dipengaruhi oleh
tegasan ekstensional. Dalam kasus ini pembentukan pull apart terjadi pada bagian
sesar en-echelon. Di dalam eksplorasi migas, ekstensional fault sistim sangat
penting dipelajari, karena sistem sesar ini mengontrol pembentukan tinggian dan
cekungan. Model geometri cekungan sangat dipengaruhi oleh pola struktur
sesarnya yang selanjutnya mempengaruhi geometri dari cekungan itu sendiri.
Graben dan half graben merupakan dua model bentuk cekungan yang seluruhnya
dikontrol oleh pola sesarnya. Selanjutnya dari kontrol struktur ini juga akan

13
diketaui apakah bentuk cekungan ini simetri atau asimetri. Dalam geometri
cekungan asimetri half graben, sesar normal yang berkembang pada batas-batas
cekungan dapat berupa simple border fault system atau distributary border fault
system. Selanjutnya pada sisi lain dari suatu cekungan dapat berupa flexure
shoulder dan atau fault shoulder.
Planar ekstensional fault adalah sesar normal dengan bidang sesar datar
atau semu datar. Gerak sesarnya dapat atau tanpa disertai oleh rotasi. Ada
berbagai macam jenis sesarnya, antara lain planar non-rotational faulting, planar
rotational faulting, sigmoidal rotational faulting, planar detachment faulting,
kinked planar detachment faulting.
Listric ekstensional fault dicirikan oleh bidang sesar yang
melengkung, semakin ke arah atas, bidang sesarnya semakin tegak sedangkan ke
arah bawah semakin melandai bahkan dapat horisontal. Ciri lain dari sesar ini
adalah dijumpainya roll-over anticline dengan bagian puncak umumnya disertai
oleh amblasan. Sesar ini dapat berdiri sendiri misalnya pada “basal detachment”
atau dapat pula berpasangan seperti di dalam imbricated system. Di dalam zona
sesar ini, bagian hanging wall umumnya disertai oleh sejumlah sesar lain yang
ukurannya lebih kecil. Sesar-sesar sekunder ini dapat bersifat sebagai antithetic
atau synthetic terhadap sesar utamanya. Berdasarkan pada geometrinya, sesar
listric ini dapat dibedakan menjadi listric faulting-concave upwards, listric
faulting-convex upwards dan listric faulting-ramp/flat trajectories. Pada bagian
hanging wall ini berkembang sejumlah struktur sekunder baik yang sifatnya
synthetic maupun anthitetic. Anticline roll over dan crestal collapse juga
berkembang pada blok hanging wall.
Contoh gambar :

2.2.4 Identifikasi Sesar


1. Zona sesar (shear zone)
Breksi sesar
2. Bidang sesar
Cermin sesar

14
3. Pergeseran sesar
 Drag Fold
 Micro Fold
 Offset
Beberapa indikasi umum adanya sesar :
a) Kelurusan pola pengaliran sungai.
b) Pola kelurusan punggungan.
c) Kelurusan Gawir.
d) Gawir dengan Triangular Facet.
e) Keberadaan zona hancuran.
f) Keberadaaan kekar.
g) Keberadaan lipatan seret (Dragfolg)
h) Keberadaan bidang gores garis (Slicken Side) dan Slicken Line.
i) Adanya tatanan stratigrafi yang tidak teratur.
j) Keberadaan mata air panas.

Beberapa kenampakan yang dapat digunakan sebagai penunjuk adanya sesar


antara lain :

a) Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan terpotong dengan tiba-tiba)


b) Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan.
c) Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores garis.
d) Kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan (drag), breksi sesar,
horses, atau lices, milonit.
e) Silisifikasi dan mineralisasi sepanjang zona sesar.
f) Perbedaan fasies sedimen.
g) Petunjuk fisiografi, seperti gawir (scarp), scarplets (piedmont scarp),
triangular facet, dan terpotongnya bagian depan rangkaian pegunungan
struktural.
h) Adanya boundins : lapisan batuan yang terpotong-potong akibat sesar.

15
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsurgaris
atau bidang didalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat didalam
lipatan adalah struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan
merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi;
terutama, gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan
bentuk(distorsi) dan perputaran (rotasi). Patahan atau sesar (atau istilah
geologynya “fault”) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi yg
memungkinkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yg lainnya.
pergerakannya bisa relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar
terhadap blok yg lainnya. Pergerakan yg tiba- tiba dari suatu patahan atau sesar
bisa mengakibatkan gempa bumi.

3.2. SARAN
Berdasarkan pengalaman yang penulis dapatkan, ketika pembelajaran
diharapkan untuk mendengarkan dan memahami materi yang telah dijelaskan
pada pembahasan Lipatan dan patahan ini. Saat melakukan penelitian dibutuhkan
ketelitian yang tinggi agar dapat mengurangi tingkat kesalahan dari hasil yang
akan diperoleh dan gunakanlah waktu sebaik mungkin.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://satupiece.wordpress.com/tag/makalah-geologi-struktur/
https://www.scribd.com/doc/192422882/Buku-Panduan-Praktikum-Geologi-
Struktur
http://www.berpendidikan.com/2015/05/pengertian-bentuk-lipatan-dan-patahan-
jenisnya.html
http://zulhikmal.blogspot.co.id/2009/11/analisis-struktur-geologi-daerah-
ngawi.html
http://godamaiku.blogspot.co.id/2013/07/mengenai-lipatan-folding.html

17

Anda mungkin juga menyukai