Anda di halaman 1dari 174

UNIVERSITAS INDONESIA

KORELASI NILAI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) DAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP) PADA TANAH
EKSPANSIF YANG DISTABILISASI DENGAN PASIR,
SEMEN, DAN KAPUR

SKRIPSI

DENNY LESAYUTI
0606072162

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM SARJANA
DEPOK
JANUARI 2011

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


995/FT.01/SKRIP/01/2011

UNIVERSITAS INDONESIA

KORELASI NILAI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) DAN


DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP) PADA TANAH
EKSPANSIF YANG DISTABILISASI DENGAN PASIR,
SEMEN, DAN KAPUR

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

DENNY LESAYUTI
0606072162

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
KEKHUSUSAN GEOTEKNIK
DEPOK
JANUARI 2011

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


995/FT.01/SKRIP/01/2011

UNIVERSITY OF INDONESIA

CORRELATION BETWEEN CALIFORNIA BEARING RATIO


(CBR) AND DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP) ON
EXPANSIVE SOIL STABILIZED BY SAND, CEMENT, AND
LIME

UNDERGRADUATE THESIS
Proposed as one of the requirements to obtain a Bachelor of Engineering

DENNY LESAYUTI
0606072162

FACULTY OF ENGINEERING
CIVIL ENGINEERING STUDY PROGRAM
DEPOK
JANUARY 2011

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Denny Lesayuti

NPM : 0606072162

Tanda Tangan :

Tanggal : 6 Januari 2011

iii

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


PAGE OF ORIGINALITY STATEMENT

This undergraduate thesis is the result of my own research,

and all of the references either quoted or referred

have been stated correctly.

Name : Denny Lesayuti

NPM : 0606072162

Signature :

Date : January, 6th 2011

iv

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Denny Lesayuti
NPM : 0606072162
Program Studi : Teknik Sipil
Judul Skripsi : Korelasi Nilai California Bearing Ratio (CBR) dan
Dynamic Cone Penetrometer (DCP) pada Tanah Ekspansif yang Distabilisasi
dengan Pasir, Semen, Dan Kapur

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Ir. Wiwik Rahayu M.T. ( ............................. )

Penguji : Ir. Widjojo A. Prakoso M.Sc., Ph.D ( ............................. )

Penguji : Dr. Ir. Damrizal Damoerin, M.Sc. ( ............................. )

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 6 Januari 2011

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


APPROVAL PAGE

This Undergraduate Thesis is submitted by :


Name : Denny Lesayuti
NPM : 0606072162
Study Program : Civil Engineering
Title : Correlation between California Bearing Ratio
(CBR) and Dynamic Cone Penetrometer (DCP) on Expansive Soil Stabilized by
Sand, Cement, and Lime

Has been successfully defended in front of the Council of Examiners and was
accepted as part of the requirements necessary to obtain a Bachelor of
Engineering degree in Civil Engineering Program, Faculty of Engineering,
University of Indonesia.

COUNCIL OF EXAMINERS

Supervisor : Dr. Ir. Wiwik Rahayu M.T. ( ............................. )

Examiner : Ir. Widjojo A. Prakoso M.Sc., Ph.D ( ............................. )

Examiner : Dr. Ir. Damrizal Damoerin, M.Sc. ( ............................. )

Defined in : Depok

Date : January, 6th 2011

vi

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-
Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa, penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Dr. Ir. Wiwik Rahayu M.T., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
3. Ir. Widjojo A. Prakoso M.Sc., Ph.D dan Dr. Ir. Damrizal Damoerin M.Sc.,
selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan maupun masukan-
masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini.
4. Laboran-laboran di Laboratorium Mekanika Tanah, Departemen Teknik
Sipil UI, Pak Sunarto, Pak Wardoyo, dan Mas Anto yang telah banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan dalam
skripsi ini.
5. Kedua orang tua saya, Bapak Ir. Yuhastihar dan Ibu Hendah, adik saya
Mega, dan segenap keluarga saya yang telah memberikan bantuan
dukungan material maupun moral.
6. Tim peneliti Tanah Ekspansif Cikarang (Pudia, Zaki, Vande, Prima,
Daden, dan Lani) yang saling bahu membahu dalam penelitian ini.
7. Seluruh sahabat saya Teknik Sipil angkatan 2006 Universitas Indonesia
pada umumnya dan geotekers khususnya, yang selama ini saling
memberikan dukungannya satu sama lain. Semoga kita tetap solid, kawan.

vii

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


8. Staf dan karyawan Departemen Teknik Sipil UI, Mbak Wati, Pak Kasim,
Bang Yali, Bang Hamit, Mbak Dian, yang selalu ramah dan banyak
membantu.
9. Seluruh teman dan sahabat yang tak dapat disebutkan satu per satu disini
yang juga telah banyak memberikan dukungan.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah banyak membantu. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga
Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Amin.

Depok, 6 Januari 2011

Penulis

viii

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Denny Lesayuti


NPM : 0606072162
Program Studi : Teknik Sipil
Departemen : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
KORELASI NILAI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) DAN
DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP) PADA TANAH EKSPANSIF
YANG DISTABILISASI DENGAN PASIR, SEMEN, DAN KAPUR
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 6 Januari 2011
Yang menyatakan

(Denny Lesayuti)
ix

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


ABSTRAK

Nama : Denny Lesayuti


Program Studi : Teknik Sipil
Judul : Korelasi Nilai California Bearing Ratio (CBR) dan Dynamic
Cone Penetrometer (DCP) pada Tanah Ekspansif yang
Distabilisasi dengan Pasir, Semen, dan Kapur

Tanah ekspansif merupakan tanah dengan potensi kembang susut yang besar.
Oleh karena itu, diperlukan suatu proses stabilisasi guna memperbaiki sifat-sifat
yang tidak menguntungkan. Dalam skripsi ini, stabilisasi dilakukan dengan
menggunakan campuran semen pasir dan kapur pasir. Bahan stabilisasi semen,
kapur, dan pasir merupakan material yang umum digunakan dalam stabilisasi
tanah. Untuk menguji kekuatan tanah, dilakukan uji California Bearing Ratio
(CBR) dan Dynamic Cone Penetrometer (DCP). Penelitian dilakukan di
Laboratorium Mekanika Tanah FTUI dengan menggunakan sampel tanah yang
diperoleh dari Cikarang, Jawa Barat. Hasil data uji CBR dan DCP dikorelasikan
sehingga didapat persamaan nilai korelasi CBR DCP dalam fungsi logaritma.
Persamaan yang didapat kemudian dibandingkan dengan persamaan nilai korelasi
CBR DCP pada tanah lempung ekspansif yang tidak distabilisasi.

Kata kunci:
Tanah ekspansif, CBR, DCP, stabilisasi, pasir, semen, kapur

ABSTRACT

Name : Denny Lesayuti


Study Program : Civil Engineering
Title : Correlation between California Bearing Ratio (CBR) and
Dynamic Cone Penetrometer (DCP) on Expansive Soil
Stabilized by Sand, Cement, and Lime

The expansive soil has potential for developing large shrinkage. Therefore, we
need a process of stabilization in order to improve its properties that are not
profitable. In this paper, the stabilization is done by using a mixture of cement
sand and lime sand. Stabilization material of cement, lime, and sand are material
that commonly used in soil stabilization. California Bearing Ratio (CBR) and
Dynamic Cone Penetrometer (DCP) test was conducted to observe the soil
strength. Research was conducted at the Laboratory of Soil Mechanics FTUI by
using soil samples that taken from Cikarang, West Java. From the result of CBR
and DCP test, we can get the equation of the correlation in the logarithmic
function. The equation obtained is compared with the correlation equation CBR -
DCP on expansive soil that is not stabilized.

Key words:
Expansive soil, CBR, DCP, stabilization, sand, cement, lime

x
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 2
1.4 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ................................... 2
1.5 Sistematika Penelitian ................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4


2.1 Tanah Ekspansif ............................................................................ 4
2.1.1 Pendahuluan ...................................................................... 4
2.1.2 Identifikasi Tanah Ekspansif ............................................. 4
2.1.3 Persebaran Tanah Ekspansif ........................................... 13
2.2 Stabilisasi Tanah ......................................................................... 16
2.2.1 Umum .............................................................................. 16
2.2.2 Bahan-Bahan Stabilisasi Tanah ....................................... 17
2.3 California Bearing Ratio ............................................................ 22
2.3.1 Umum .............................................................................. 22
2.4 Dynamic Cone Penetrometer ....................................................... 24
2.4.1 Umum .............................................................................. 24
2.4.2 Alat Uji Dynamic Cone Penetrometer ............................ 24
2.4.3 Korelasi Nilai CBR DCP ............................................. 26

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 30


3.1 Penjelasan Penelitian ................................................................... 30
3.2 Diagram Alir ............................................................................... 31
3.3 Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik Tanah .................................. 32
3.3.1 Batas-Batas Atterberg (Atterberg Limits) ....................... 32
3.3.2 Specific Gravity ............................................................... 33
3.3.3 Analisa Butiran (Sieve Analysis) .................................... 34
3.3.4 Pemadatan ....................................................................... 35
3.3.5 Uji Pengembangan Satu Dimensi (Swelling Test) .......... 37
3.4 Metode Pencampuran Bahan Stabilisasi ...................................... 37
3.5 Uji California Bearing Ratio ...................................................... 38

xi
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


3.4.1 Maksud dan Tujuan ......................................................... 38
3.4.2 Pelaksanaan ..................................................................... 38
3.6 Uji Dynamic Cone Penetrometer ................................................ 40
3.5.1 Maksud dan Tujuan ......................................................... 40
3.5.2 Pelaksanaan ..................................................................... 40

BAB 4 ANALISA HASIL UJI LABORATORIUM .................................... 41


4.1 Hasil Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik Tanah Lempung Asli
dan yang Telah Distabilisasi ....................................................... 41
4.1.1 Hasil Pengujian Tanah Lempung Asli ............................ 41
4.1.2 Hasil Pengujian Tanah Ekspansif yang Telah
Distabilisasi dengan Semen dan Pasir ............................. 43
4.1.3 Hasil Pengujian Tanah Ekspansif yang Telah
Distabilisasi dengan Kapur dan Pasir .............................. 44
4.2 Analisa Hasil Uji California Bearing Ratio (CBR) .................... 45
4.2.1 Analisa Hasil Uji CBR dengan Stabilisasi Semen +
Pasir ................................................................................. 46
4.2.2 Analisa Hasil Uji CBR dengan Stabilisasi Kapur + Pasir
.......................................................................................... 52
4.3 Analisa Hasil Uji Dynamic Cone Penetrometer (DCP) ............. 57
4.3.1 Analisa Hasil Uji DCP dengan Stabilisasi Semen +
Pasir ................................................................................. 59
4.3.2 Analisa Hasil Uji DCP dengan Stabilisasi Kapur +
Pasir ................................................................................. 65
4.4 Korelasi Nilai CBR dan DCP ...................................................... 71
4.4.1 Korelasi Nilai CBR dan DCP pada Tanah Ekspansif
yang Telah Distabilisasi Semen + Pasir .......................... 71
4.4.2 Korelasi Nilai CBR dan DCP pada Tanah Ekspansif
yang Telah Distabilisasi Kapur + Pasir ........................... 74
4.4.3 Perbandingan Korelasi Nilai CBR dan DCP pada Tanah
Ekspansif ......................................................................... 77

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 78


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 78
5.2 Saran ............................................................................................ 79

DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 80

xii
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Zone Aktif ..................................................................................... 6

Gambar 2.2. Korelasi Nilai Indeks Pengembangan dengan Potensi


Perubahan Volume ...................................................................... 10

Gambar 2.3. Grafik Klasifikasi Seed dkk (1962) ............................................. 13

Gambar 2.4. Persebaran Tanah Ekspansif di Pulau Jawa Tahun 94/95 ........... 15

Gambar 2.5. Mineral Lempung dan Potensi Pengembangan ........................... 16

Gambar 2.6. Alat Uji DCP ............................................................................... 25

Gambar 2.7. Contoh Data Hasil Uji DCP pada Suatu Ruas Jalan di
Saskatchewan .............................................................................. 27

Gambar 2.8. Korelasi Hasil Uji CBR DCP ................................................... 27

Gambar 2.9. Korelasi Nilai CBR dan DCP pada Tanah Gambut .................... 29

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 31

Gambar 3.2. Diagram Atterberg Limits ........................................................... 32

Gambar 4.1. Foto SEM Mikrostruktur Sampel Tanah Lempung Ekspansif


(Pembesaran 1000x) .................................................................... 42

Gambar 4.2. Stabilisasi Semen dan Pasir Terhadap Atterberg Limits ............. 43

Gambar 4.3. Stabilisasi Kapur dan Pasir Terhadap Atterberg Limits .............. 44

Gambar 4.4. Proses Pemeraman Sampel Tanah Selama 7 Hari ....................... 45

Gambar 4.5. Uji CBR Unsoaked ...................................................................... 45

Gambar 4.6. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Kadar Air Optimum
Mould I ........................................................................................ 46

Gambar 4.7. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Kadar Air Optimum
Mould II ...................................................................................... 46

Gambar 4.8. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Kadar Air Optimum
Mould III ..................................................................................... 46

xiii
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Gambar 4.9. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air
Optimum Mould I ....................................................................... 48

Gambar 4.10. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air
Optimum Mould II ...................................................................... 48

Gambar 4.11. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air
Optimum Mould III ..................................................................... 48

Gambar 4.12. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air
Optimum Mould I ....................................................................... 50

Gambar 4.13. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air
Optimum Mould II ...................................................................... 50

Gambar 4.14. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air
Optimum Mould III ..................................................................... 50

Gambar 4.15. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air Optimum
Mould I ........................................................................................ 52

Gambar 4.16. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air Optimum
Mould II ...................................................................................... 52

Gambar 4.17. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air Optimum
Mould III ..................................................................................... 52

Gambar 4.18. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air
Optimum Mould I ....................................................................... 54

Gambar 4.19. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air
Optimum Mould II ...................................................................... 54

Gambar 4.20. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air
Optimum Mould III ..................................................................... 54

Gambar 4.21. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air
Optimum Mould I ....................................................................... 56

Gambar 4.22. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air
Optimum Mould II ...................................................................... 56

Gambar 4.23. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air
Optimum Mould III ..................................................................... 56

Gambar 4.24. Susunan Mould Uji DCP ............................................................. 58

Gambar 4.25. Susunan Alat DCP ...................................................................... 58

xiv
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Gambar 4.26. Sketsa Pengujian DCP pada Sampel Tanah (Tampak Atas) ....... 58

Gambar 4.27. Uji DCP Stabilisasi Semen + Pasir pada Kadar Air Optimum ... 59

Gambar 4.28. Uji DCP Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air
Optimum Titik 1 .......................................................................... 61

Gambar 4.29. Uji DCP Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air
Optimum Titik 2 .......................................................................... 61

Gambar 4.30. Uji DCP Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air
Optimum Titik 1 .......................................................................... 63

Gambar 4.31. Uji DCP Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air
Optimum Titik 2 .......................................................................... 63

Gambar 4.32. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air Optimum
Titik 1 .......................................................................................... 65

Gambar 4.33. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air Optimum
Titik 2 .......................................................................................... 65

Gambar 4.34. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air
Optimum Titik 1 .......................................................................... 67

Gambar 4.35. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air
Optimum Titik 2 .......................................................................... 67

Gambar 4.36. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air
Optimum Titik 1 .......................................................................... 69

Gambar 4.37. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air
Optimum Titik 2 .......................................................................... 69

Gambar 4.38. Kurva Korelasi CBR DCP dengan Stabilisasi Semen dan
Pasir (Skala Logaritma) .............................................................. 71

Gambar 4.39. Kurva Korelasi CBR DCP dengan Stabilisasi Semen dan
Pasir (Skala Biasa) ...................................................................... 71

Gambar 4.40. Hubungan antara Kadar Air dan Nilai CBR (Stabilisasi Semen
dan Pasir) ..................................................................................... 72

Gambar 4.41. Hubungan antara Kadar Air dan Nilai DCP (Stabilisasi Semen
dan Pasir) ..................................................................................... 73

Gambar 4.42. Kurva Korelasi CBR DCP dengan Stabilisasi Kapur dan
Pasir (Skala Logaritma) .............................................................. 74

xv
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Gambar 4.43. Kurva Korelasi CBR DCP dengan Stabilisasi Kapur dan
Pasir (Skala Biasa) ...................................................................... 74

Gambar 4.44. Hubungan antara Kadar Air dan Nilai CBR (Stabilisasi Kapur
dan Pasir) ..................................................................................... 75

Gambar 4.45. Hubungan antara Kadar Air dan Nilai DCP (Stabilisasi Kapur
dan Pasir) ..................................................................................... 76

Gambar 4.46. Perbandingan Kurva CBR DCP pada Sampel Tanah Asli dan
yang Telah Distabilisasi .............................................................. 77

xvi
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Korelasi Indeks Uji dengan Tingkat Pengembangan ..................... 10

Tabel 2.2. Korelasi Data Lapangan dan Laboratorium dengan Tingkat


Pengembangan ............................................................................... 11

Tabel 2.3. Korelasi Indeks Plastisitas dengan Potensi Pengembangan ........... 11

Tabel 2.4. Korelasi Aktivitas dengan Potensi Pengembangan ........................ 12

Tabel 2.5. Hubungan antara Jenis Mineral dengan Nilai Aktivitas ................ 13

Tabel 2.6. Persebaran Tanah Ekspansif di Pulau Jawa ................................... 14

Tabel 2.7. Standard Unit Load pada Harga-Harga Penetrasi .......................... 23

Tabel 2.8. Tabel Korelasi Nilai CBR dan DCP .............................................. 28

Tabel 4.1. Hasil Uji Sifat Fisik dan Mekanik Tanah Asli ............................... 41

Tabel 4.2. Pengaruh Bahan Stabilisasi Semen dan Pasir pada Pemadatan
(Standard Proctor) .......................................................................... 43

Tabel 4.3. Pengaruh Bahan Stabilisasi Kapur dan Pasir pada Pemadatan
(Standard Proctor) .......................................................................... 44

Tabel 4.4. Hasil Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Kadar Air
Optimum ........................................................................................ 47

Tabel 4.5. Hasil Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar
Air Optimum .................................................................................. 49

Tabel 4.6. Hasil Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar
Air Optimum .................................................................................. 51

Tabel 4.7. Hasil Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air
Optimum ........................................................................................ 53

Tabel 4.8. Hasil Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar
Air Optimum .................................................................................. 55

Tabel 4.9. Hasil Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar
Air Optimum .................................................................................. 57

xvii
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Tabel 4.10. Data Hasil Uji CBR dan DCP dengan Stabilisasi Semen dan
Pasir ................................................................................................ 72

Tabel 4.11. Data Hasil Uji CBR dan DCP dengan Stabilisasi Kapur dan Pasir
......................................................................................................... 75

xviii
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Hasil Pengujian Laboratorium Identifikasi Tanah Lempung


Ekspansif

Lampiran B Hasil Pengujian Laboratorium Tanah Lempung Ekspansif dengan


Campuran Bahan Stabilisasi

Lampiran C Hasil Pengujian California Bearing Ratio pada Tanah Ekspansif


dengan Campuran Bahan Stabilisasi

Lampiran D Hasil Pengujian Dynamic Cone Penetrometer pada Tanah


Ekspansif dengan Campuran Bahan Stabilisai

Lampiran E Hasil Uji Mineral Tanah Lempung Ekspansif, SEM Tanah


Lempung Ekspansif, Kandungan Semen, dan Kandungan Kapur

xix
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah proyek
konstruksi. Daya dukungnya diperlukan untuk menopang beban yang dihasilkan
oleh proyek konstruksi tersebut. Namun dalam kenyataannya tidak semua tanah
memiliki daya dukung yang baik. Tanah dalam kondisi asli memiliki karakteristik
yang kompleks dan bervariasi. Beberapa menunjukkan bahwa tidak semua tanah
dapat dimanfaatkan secara langsung, tetapi harus melalui suatu proses perbaikan
tanah (soil treatment). Untuk itu diperlukan penyelidikan tanah dan penelitian
sehingga pemanfaatan tanah dapat dilakukan secara optimal.
Dari berbagai macam jenis tanah terdapat tanah khusus yang memerlukan
penanganan tertentu sebelum dapat digunakan. Salah satu contoh tanah khusus ini
adalah lempung ekspansif. Tanah jenis ini paling banyak menimbulkan masalah
bila digunakan sebagai dasar proyek konstruksi, baik pada perencanaan bangunan
maupun sebagai lapisan dasar pada proyek jalan. Lempung ekspansif akan
mengembang ketika kadar airnya bertambah dan akan mengalami susut ketika
kadar airnya berkurang. Karena sifat inilah lempung jenis ini memerlukan
penanganan khusus, antara lain dengan memperbaiki sifat-sifat tanah yang ada
dengan atau tanpa bahan tambahan, sehingga didapat sifat-sifat yang sesuai untuk
digunakan dalam proyek konstruksi.
Pada penelitian ini, stabilisasi tanah lempung ekspansif menggunakan
bahan kimia semen portland, kapur, dan pasir sebagai bahan tambahan. Semen
portland merupakan bahan yang umum digunakan dalam proses stabilisasi tanah
untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dasar yang tidak menguntungkan.
Penggunaan kapur cenderung untuk mengurangi perubahan volume tanah
(kembang susut) sehingga swell dari tanah juga dapat berkurang. Sedangkan
bahan tambahan berupa pasir dimaksudkan untuk membentuk ikatan pada mineral
lempung dengan memanfaatkan gaya-gaya gesekan pada butiran pasir.

1
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


2

Untuk mengetahui kekuatan sampel tanah lempung ekspansif yang telah


dicampur dengan bahan stabilisasi dilakukan uji California Bearing Ratio (CBR).
Uji ini telah digunakan pada kebanyakan proyek di Indonesia sebagai standar tes
untuk mengetahui kekuatan tanah dasar. Sebagai alternatif dari uji CBR adalah uji
Dynamic Cone Penetrometer (DCP), yaitu suatu alat yang dirancang untuk
menguji kekuatan lapisan tanah dasar suatu perkerasan jalan. Uji DCP relatif lebih
murah dan lebih cepat untuk dilakukan dibandingkan dengan pengujian
konvensional sehingga telah banyak digunakan untuk memperoleh data CBR.

1.2. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi nilai California Bearing
Ratio (CBR) dan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) pada tanah ekspansif yang
distabilisasi dengan semen pasir dan kapur pasir. Nilai CBR (California
Bearing Ratio) laboratorium yang diperoleh akan dibandingkan dengan hasil dari
percobaan DCP (Dynamic Cone Penetrometer).

1.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Ruang lingkup penelitian pada skripsi ini adalah pengujian CBR dan DCP
yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Adapun material tanah yang digunakan
adalah tanah lempung ekspansif yang diambil dari kawasan Lippo Cikarang.
Tanah ini akan distabilisasi menggunakan bahan tambahan berupa campuran pasir
(10%) dengan semen (5%) dan menggunakan campuran pasir (10%) dengan kapur
(15%). Pemadatan tanah untuk uji CBR dilakukan sesuai dengan standar ASTM
D698-78 (standard proctor). Sedangkan untuk percobaan CBR laboratorium
menggunakan standar ASTM D1883-87.

1.4. METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA


Metode penelitian dan pengumpulan data pada skripsi ini menggunakan
metode studi pustaka dan studi eksperimen. Studi pustaka digunakan untuk
mencari referensi-referensi dari buku-buku literatur maupun jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan studi eksperimen merupakan praktek

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


3

langsung percobaan-percobaan yang akan dilakukan di Laboratorium Mekanika


Tanah Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN


BAB I : Pendahuluan
Berupa tinjauan mengenai latar belakang dilakukannya percobaan
California Bearing Ratio (CBR) dan Dynamic Cone Penetrometer
(DCP), maksud dan tujuan, pembatasan masalah, metode
penulisan dan pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Menguraikan hal-hal yang menjadi konsep dasar dan teori yang
akan digunakan dalam penulisan. Pada bab ini akan dibahas
mengenai dasar teori dari tanah ekspansif berikut karakteristiknya
secara umum. Selain itu juga akan dibahas pengertian dari
California Bearing Ratio (CBR) dan Dynamic Cone Penetrometer
(DCP) berikut korelasinya dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.
BAB III : Metodologi Penelitian
Berupa penjelasan mengenai kegiatan penelitian yang meliputi
persiapan material, pengujian California Bearing Ratio (CBR),
dan pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP).
BAB IV : Analisa Hasil Uji Laboratorium
Berupa pembahasan dari hasil uji California Bearing Ratio (CBR)
dan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) berikut korelasinya dari
beberapa sampel yang digunakan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang pengambilan kesimpulan dari hasil uji California
Bearing Ratio (CBR) dan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
yang telah dilakukan serta saran untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TANAH EKSPANSIF


2.1.1. Pendahuluan
Kondisi tanah di setiap daerah beraneka ragam baik sifat maupun
perilakunya. Ada yang memberikan daya dukung yang baik dan ada pula yang
memberikan daya dukung yang buruk. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor antara lain faktor topografi, geologi, morfologi, iklim dan
lingkungan. Di Indonesia, jenis tanah lempung merupakan jenis tanah yang
banyak ditemukan. Dan berdasarkan perilaku mineral pembentuknya, tanah
lempung dapat dibedakan menjadi tanah lempung ekspansif dan non-ekspansif.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi sebuah tanah bersifat ekspansif atau
non-ekspansif, yaitu faktor mikroskopik dan faktor makroskopik. Faktor
mikroskopik dipengaruhi oleh mineralogi tanah dan perilaku kimiawi tanah.
Sedangkan faktor makroskopik adalah properti tanah secara fisik, seperti
plastisitas dan berat volume tanah. Faktor makroskopik akan dipengaruhi oleh
faktor mikroskopik tanah tersebut.
Tanah lempung ekspansif merupakan material tanah atau batuan yang
memiliki karakteristik kembang susut yang sangat besar ketika mengalami
perubahan kadar air. Hal ini disebabkan karena mineral pembentuk tanah ini
didominasi oleh mineral montmorillonite yang bersifat sangat ekspansif. Istilah
batuan diberikan karena pada kondisi kering, tanah ekspansif seringkali berada
dalam cakupan batuan yang memiliki kuat tekan bebas lebih besar dari 250 kPa.
Karena sifat kembang susutnya tersebut, tanah jenis ini memberikan permasalahan
yang cukup besar dalam bidang geoteknik, baik untuk pondasi maupun sebagai
tanah dasar pada suatu lapisan jalan.

2.1.2. Identifikasi Tanah Ekspansif


Mengingat kerugian yang dapat ditimbulkan oleh sifat kembang susut
pada tanah ekspansif, maka diperlukan langkah-langkah untuk dapat

4
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


5

mengidentifikasi suatu tanah bersifat ekspansif atau tidak. Berdasarkan pedoman


Penanganan Tanah Ekspansif untuk Konstruksi Jalan yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
besarnya potensi kembang susut pada suatu tanah. Faktor-faktor tersebut dibagi
kedalam 3 kelompok, yaitu:
karakteristik tanah,
faktor lingkungan,
kondisi tegangan.

1. Karakteristik Tanah
Tanah ekspansif memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik
tanah lainnya. Terdapat beberapa hal yang menunjukkan suatu tanah memiliki
karakteristik tanah ekspansif.
Mineral Lempung
Mineral lempung yang menyebabkan perubahan volume yang besar pada
umumnya adalah montmorillonite. Mineral ini memiliki rumus struktur kimia
Al4Si8O20(OH)n(H2O). Montmorillonite sangat sensitif terhadap perubahan kadar
air tanah, hal inilah yang menyebabkan tanah akan mengembang apabila kadar air
yang dikandungnya bertambah. Selain itu juga terdapat mineral vermiculite dan
mineral sejenisnya. Sedangkan illite dan kaolinite dapat bersifat ekspansif besar
jika ukuran partikelnya sangat halus.
Kimia Tanah
Peningkatan faktor kation dan meningginya valensi kation dapat
menghambat faktor pengembangan dari tanah. Contohnya, kation Mg2+ akan
memberikan swelling lebih kecil dibandingkan dengan kation Na+.
Plastisitas
Tanah dengan plastisitas dan batas cair yang tinggi memiliki potensi
pengembangan yang besar.
Struktur Tanah
Tanah lempung yang terflokulasi akan cenderung bersifat ekspansif
dibandingkan tanah yang terdispersi. Struktur dan susunannya akan berubah
sebagai akibat pemadatan pada kadar air yang lebih tinggi dari kadar air awal.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


6

Pemadatan dengan cara meremas akan menyebabkan struktur terdispersi dengan


potensi pengembangan yang lebih rendah dibandingkan dengan pemadatan biasa
pada kadar air yang lebih rendah.
Berat Isi Kering
Berat isi kering yang lebih tinggi menunjukkan jarak antar partikel yang
kecil. Hal ini berarti gaya tolak menolak akan lebih besar dan potensi
pengembangan menjadi lebih besar.

2. Faktor Lingkungan
Kadar Air Awal
Tanah ekspansif dengan kadar air rendah akan menarik air lebih kuat
dibanding tanah yang sama dengan kadar air lebih tinggi. Tanah yang basah akan
mengalami susut yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang kering.
Variasi Muka Air Tanah
Variasi muka air tanah akan menyebabkan variasi kadar air dan kedalaman
zone aktif. Perubahan kadar air pada zone aktif dekat dengan permukaan tanah
akan mempengaruhi besarnya pengembangan.
Iklim
Iklim pada suatu wilayah akan mempengaruhi proses presipitasi dan
evapotranspirasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan kadar air dan
kedalaman zone aktif.

Gambar 2.1. Zone Aktif


(sumber: Departemen Pekerjaan Umum)

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


7

Drainase
Keberadaan saluran drainase, irigasi, kolam maupun fasilitas pengairan
lainnya akan memungkinkan suatu tanah untuk mempunyai akses terhadap
sumber air. Variasi ketersediaan air pada fasilitas pengairan inilah yang
mempengaruhi perubahan kadar air pada tanah.
Vegetasi
Vegetasi-vegetasi berupa pepohonan, semak, dan rumput di atas tanah
akan menghisap air tanah untuk proses transpirasi sehingga menyebabkan
perubahan kadar air pada daerah tersebut.
Permeabilitas
Permeabilitas tinggi dapat mempercepat pengembangan pada tanah. Hal
ini diakibatkan oleh perpindahan air yang lebih cepat, khususnya pada tanah yang
mengalami retakan.
Suhu
Peningkatan suhu mengakibatkan kadar air berpindah ke suhu yang lebih
dingin misalnya dibawah perkerasan atau bangunan.

3. Kondisi Tegangan
Riwayat Tegangan
Dengan angka pori yang sama, tanah yang overconsolidated akan lebih
ekspansif jika dibandingkan dengan tanah yang normally consolidated. Proses
pembasahan-pengeringan yang berulang-ulang cenderung dapat mengurangi
potensi pengembangan hingga keadaannya stabil.
Kondisi Lapangan
Tegangan awal harus diperkirakan untuk mengevaluasi akibat-akibat dari
perubahan kadar air yang akan terjadi.
Pembebanan
Besarnya pembebanan akan menyeimbangkan gaya antarpartikel sehingga
akan mengurangi besarnya pengembangan.
Profil Lapisan Tanah
Struktur lapisan tanah, ketebalan, dan lokasi kedalaman tanah ekspansif
sangat mempengaruhi besarnya potensi pergerakan. Pergerakan paling besar

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


8

terjadi apabila tanah ekspansif terdapat mulai dari permukaan hingga melebihi
kedalaman zona aktif.

Pengidentifikasian tanah lempung ekspansif dapat dilakukan dengan


berbagai cara. Oneill dan Poormoayed (1980) menguraikan cara identifikasi
tanah ekspansif sebagai berikut:

1. Visual
Karakteristik Tanah
Bongkahan tanah ekspansif sangat keras pada saat mengering dan licin
ketika dipotong dengan shovel atau scrapper. Lembut dan lengket ketika basah
dan meninggalkan sisa ketika diremas dengan telapak tangan.
Karakteristik Di Lapangan
Di lapangan menunjukkan adanya pergerakan pada lereng, retak yang
terjadi akibat penyusutan memiliki jarak yang tetap.

2. Iklim
Suatu wilayah yang mempunyai musim kemarau yang panjang dan
kemudian dilanjutkan dengan musim penghujan lebih rentan terhadap aktifitas
lempung ekspansif. Penggolongan tingkat ekspansif suatu tanah berdasarkan iklim
dapat menggunakan Thornthwaite Moisture Indeks yang didefinsikan sebagai
perbandingan rata rata curah hujan per tahun (dalam inch).

3. Pengujian Laboratorium
Uji laboratorium yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi tanah
lempung ekspansif meliputi uji atterberg limit dan analisa hydrometer. Suatu
sampel tanah dapat dikatakan berpotensi sebagai tanah ekspansif apabila memiliki
batas cair lebih dari 40% dan indeks plastisitas lebih besar dari 20%.

4. Pengujian Lapangan
Pemeriksaan kadar pH pada lahan pertanian dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi tanah ekspansif di lapangan. Air ini akan bercampur dengan air

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


9

lain yang mengandung ion bebas sehingga mendorong terjadinya pertukaran ion.
Hal ini dapat menjadi indikasi yang kuat mengenai keberadaan tanah lempung
ekspansif.

Cara lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tanah ekspansif


dijelaskan juga dalam pedoman Penanganan Tanah Ekspansif untuk Konstruksi
Jalan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Identifikasi tanah
ekspansif dilakukan dengan dua cara yaitu, cara langsung dan cara tak langsung.
Cara ini pada umumnya menghubungkan antara data pengujian laboratorium atau
lapangan dengan tingkat potensi pengembangan tanah.

1. Identifikasi Langsung
Identifikasi langsung lebih menitikberatkan pengukuran pengembangan
secara langsung, baik dengan contoh tanah tak terganggu maupun terganggu.
Metode pengujian yang dapat dilakukan beraneka ragam, dapat menggunakan uji
kembang bebas (free swell) maupun perubahan volume potensial (potensial
volume change).
Uji kembang bebas dilakukan dengan cara menempatkan sejumlah tanah
kering lolos saringan No. 40 ke dalam sebuah silinder ukur berisi air serta
mengukur volume pengembanganya setelah tanah turun seluruhnya. Nilai
kembang bebas dinyatakan sebagai perbandingan perubahan volume terhadap
volume awalnya, yang dinyatakan dalam persen.
Perubahan volume potensial diukur dengan menggunakan PVC meter.
Pengujian ini dilakukan dengan cara memadatkan contoh tanah terganggu dengan
kadar air alami di lapangan. Contoh tanah dijenuhkan dan dibiarkan mengembang
hingga menekan cincin ukur. Besarnya tekanan pada cincin ukur dinyatakan
sebagai indeks pengembangan dan nilainya dikorelasikan dengan nilai perubahan
volume potensial yang dapat dilihat pada gambar 2.2.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


10

Gambar 2.2. Korelasi Nilai Indeks Pengembangan dengan Potensi Perubahan Volume

2. Identifikasi Tak Langsung


Cara identifikasi tanah tak langsung merupakan proses identifikasi tanah
ekspansif dengan uji laboratorium, umumnya dengan melihat plastisitasnya.
Plastisitas merupakan parameter yang sering digunakan karena karakteristik
plastisitas berkaitan erat dengan sifat perubahan volume. Namun demikian, tanah
yang sudah teridentifikasi memiliki potensi ekspansif, belum tentu dapat
dipastikan sebagai tanah ekspansif. Identifikasi tak langsung dapat dianalisis
dengan beberapa parameter berikut:
Batas-Batas Atterberg
Holtz dan Gibbs (1956) mengidentifikasi tanah ekspansif dengan
mengkorelasi kadar koloid, indeks plastisitas (PI), dan shrinkage limit (SL). Tabel
2.1 menunjukkan korelasi indeks uji dengan tingkat pengembangan.

Tabel 2.1. Korelasi Indeks Uji dengan Tingkat Pengembangan


Data dari Indeks Uji % Perubahan Tingkat
Kadar Koloid (%) PI (%) SL (%) Volume Pengembangan
> 28 > 35 < 11 > 30 Sangat tinggi

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


11

(sambungan Tabel 2.1)


20 31 25 41 7 12 20 30 Tinggi
13 23 15 28 10 16 10 20 Sedang
< 15 < 18 > 15 < 10 Rendah
(Holtz & Gibbs, 1956)

Chen (1965) mengadakan penelitian tentang identifikasi tanah ekspansif


berdasarkan presentase butiran tanah yang lolos saringan no. 200, batas cair (LL),
dan nilai standard penetration resistance (N-SPT) untuk memperkirakan tingkat
pengembangan tanah ekspansif.

Tabel 2.2. Korelasi Data Lapangan dan Laboratorium dengan Tingkat Pengembangan
Data Lapangan dan Laboratorium
% Perubahan Tingkat
Presentase Lolos N-SPT
LL (%) Volume Pengembangan
Saringan no. 200 (blows/feet)
> 95 > 60 > 30 > 10 Sangat tinggi
60 95 40 60 20 30 3 10 Tinggi
30 60 30 40 10 20 15 Sedang
< 30 < 30 < 10 <1 Rendah
(Chen, 1965)

Pada tahun 1988, Chen hanya menggunakan indeks plastisitas (PI) untuk
mengidentifikasi tanah ekspansif. Tabel 2.3 menunjukkan tingkat pengembangan
berdasarkan indeks plastisitas (PI) menurut Chen.

Tabel 2.3. Korelasi Indeks Plastisitas dengan Potensi Pengembangan


PI (%) Potensi Pengembangan
0 15 Rendah
10 35 Sedang
20 55 Tinggi
> 55 Sangat tinggi
(Chen, 1988)

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


12

Aktivitas (Activity)
Skempton (1953) mendefinisikan sebuah parameter yang disebut aktivitas.
Aktivitas merupakan perbandingan antara indeks plastisitas dengan presentase
fraksi lempung.
PI
Ac = (2.1)
CF
Ac = aktivitas
PI = indeks plastisitas (%)
CF = presentase fraksi lempung (%)

Aktivitas berkorelasi kuat dengan potensi pengembangan dan dapat


diklasifikasikan seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Korelasi Aktivitas dengan Potensi Pengembangan


Aktivitas (Ac) Tingkat Keaktifan Potensi Pengembangan
< 0.75 Tidak aktif Rendah
0.75 < Ac < 1.25 Normal Sedang
> 1.25 Aktif Tinggi
(Skempton, 1953)

Untuk tanah yang dipadatkan dengan pemadatan standar pada kadar air
optimum, tingkat keaktifannya menggunakan aktivitas Skempton yang telah
dimodifikasi oleh Seed dan kawan-kawan (1962). Berikut merupakan rumus yang
digunakan:
PI
Ac = (2.2)
CF 10
Ac = aktivitas
PI = indeks plastisitas (%)
CF = presentase fraksi lempung (%)
10 adalah faktor reduksi.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


13

Nilai aktivitas yang didapat kemudian dikorelasikan dengan presentase


fraksi lempungnya sehingga dapat digunakan untuk menentukan tingkat
pengembangan sebagaimana terlihat dalam gambar 2.3.

Gambar 2.3. Grafik Klasifikasi Seed dkk (1962)

Nilai aktivitas juga dapat ditinjau dari mineral lempung yang terdapat di
dalam tanah tersebut. Skempton (1953) mengklasifikasikannya sebagai berikut:

Tabel 2.5. Hubungan antara Jenis Mineral dengan Nilai Aktivitas


Mineral Lempung Aktivitas
Kaolinite 0.33 0.46
Illite 0.90
Montmorillonite (Ca) 1.5
Montmorillonite (Na) 7.2
(Skempton, 1953)

2.1.3. Persebaran Tanah Ekspansif


Data yang menunjukkan persebaran tanah ekspansif di seluruh Indonesia
masih sangat sedikit. Namun, beberapa penelitian yang pernah dilakukan
menunjukkan persebaran tanah ekspansif di Pulau Jawa. Dalam Jurnal Litbang
Jalan, Volume 22 No.2 Mei 2005, Potensi Sifat Ekspansif Tanah Kelempungan

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


14

(M. Suherman 2005) ditunjukkan beberapa daerah yang teridentifikasi berpotensi


memiliki sifat ekspansif pada jenis tanahnya. Berikut merupakan tabel dari hasil
penelitian tersebut:

Tabel 2.6. Persebaran Tanah Ekspansif di Pulau Jawa


Lokasi Kedalaman
Potensi
No. Ruas Jalan Pengambilan Sampel dari Geologi Regional
Pengembangan
Sampel Muka Tanah (m)
1 Semarang Km Smg 36.0 2.0 3.0 Dataran rendah, Tinggi s/d sangat
Purwodadi s/d 43.00 termasuk pantai tinggi
utara, ketinggian
10 15 m di atas
muka laut
2 Demak Km Dmp 1.0 3.0 Dataran rendah, Tinggi s/d sangat
Godong 13+800 termasuk pantai tinggi
utara, ketinggian
11 m di atas muka
laut
3 Demak Km Smg 2.0 5.0 Dataran rendah, Tinggi s/d sangat
Kudus 38+800 termasuk pantai tinggi
utara, ketinggian
10 15 m di atas
muka laut
4 Wirosari Wrs Sta 1.0 4.0 Perbukitan rendah, Tinggi s/d sangat
Cepu 37+500 s/d Sta ketinggian 50 m tinggi
58+250 di atas muka laut
5 Ngawi Km Crb 5+400 1.0 4.0 Perbukitan rendah, Tinggi s/d sangat
Caruban s/d Km ketinggian 70 m tinggi
19+000 di atas muka laut
6 Surabaya Km Sby 1.0 3.0 Dataran rendah, Tinggi
Gresik 12+800 dan termasuk pantai
Sta 14+450 utara, ketinggian
1.0 m di atas muka
laut

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


15

(sambungan Tabel 2.6)


7 Gresik Km Gsk 1.0 3.0 Dataran rendah, Tinggi
Lamongan 16+500 termasuk pantai
utara, ketinggian
1.5 m di atas muka
laut
8 Yogya Km Ygy 2.0 5.0 Dataran rendah, Tinggi
Wates 23+00 s/d Km ketinggian 25 m
27+00 di atas muka laut
9 Jakarta Sta Jkt 25+500 1.0 3.0 Perbukitan rendah, Tinggi s/d sangat
Cikampek s/d 69+600 ketinggian 40 m tinggi
di atas muka laut
(M. Suherman 2005)

Dalam Pengkajian Penanganan Kerusakan Jalan Di Atas Tanah


Ekspansif yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum juga didapat peta
persebaran tanah ekspnasif di Pulau Jawa.

Gambar 2.4. Persebaran Tanah Ekspansif di Pulau Jawa Tahun 94/95


(Departemen Pekerjaan Umum)

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


16

Berikut ditampilkan potensi pengembangan yang terjadi (%) dan mineral


lempung yang terkandung di dalamnya:

Gambar 2.5. Mineral Lempung dan Potensi Pengembangan


(Departemen Pekerjaan Umum)

2.2 STABILISASI TANAH


2.2.1. Umum
Lempung ekspansif merupakan salah satu tanah yang dapat menimbulkan
kerugian apabila digunakan dalam suatu proyek pembangunan akibat perilaku
kembang susutnya. Sebelum dilaksanakan proyek konstruksi, tanah jenis ini perlu
diganti dengan tanah yang lebih baik atau dengan memperbaiki terlebih dahulu
sifat-sifatnya. Perbaikan secara fisik maupun kimiawi ini disebut sebagai
stabilisasi tanah.
Stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan berbagai macam hal, baik dengan
cara mekanis (pemadatan) maupun dengan bahan pencampur (additiver).
Kombinasi dari keduanya juga dapat dilakukan agar dapat meningkatkan
kerapatan tanah, meningkatkan kohesi dan/atau tegangan gesek, dan merubah
sifat-sifat dasar yang tidak diinginkan.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


17

2.2.2. Bahan-Bahan Stabilisasi Tanah


1. Pasir
Pasir sebagai salah satu bahan stabilisasi tanah sudah umum digunakan di
Indonesia. Kemampuannya sebagai bahan stabilisasi dapat menurunkan indeks
plastisitas (PI) tanah dan mengurangi tegangan air permukan (water surface
tension). Pemeraman dilakukan agar stabilisasi tanah dengan pasir dapat
memberikan hasil yang baik. Hal tersebut memberikan kesempatan pada tanah
untuk bereaksi dengan bahan-bahan yang terkandung di dalam pasir. Selain itu,
dengan adanya masa pemeraman ini membuat campuran tanah dengan pasir
menjadi lebih homogen.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stabilisasi tanah menggunakan
pasir dapat merubah sifat fisik dan mekanis yang terdapat dalam tanah. Salah satu
contohnya ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan Departemen Teknik Sipil
pada tahun 1995 dalam laporan penelitian Pengaruh Campuran Pasir Terhadap
Tanah Lempung yang Mengandung Kandungan Mineral yang Berbeda. Berikut
garis besar perubahan yang terjadi akibat proses pencampuran ini:
Plastisitas Tanah
Dari uji atterberg limit yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pencampuran tanah dengan pasir dapat menurunkan nilai batas cair (LL) seiring
dengan penambahan pasir. Sedangkan untuk batas plastis (PL) mengalami
kenaikan sesuai dengan penambahan pasir. Dengan demikian indek plastisitas
akan menurun sejalan dengan penambahan presentase pasir. Hal ini disebabkan
karena luas permukaan spesifik tanah akan berkurang mengakibatkan penyebaran
air pada tanah menjadi berkurang.
Kuat Geser
Dari uji direct shear, didapat parameter sudut geser dalam () dan kohesi
(Cu) dari campuran tanah dan pasir. Hasil dari uji ini menunjukkan bahwa nilai
sudut geser dalam mengalami kenaikan dan nilai kohesi mengalami penurunan
seiring dengan penambahan presentase pasir. Pencampuran tanah dengan pasir
mengakibatkan persinggungan antara butir-butir pasir dengan tanah. Butiran tanah
mengikat butiran pasir sehingga rongga-rongga tanah makin kecil. Dan karena

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


18

pasir tidak memiliki daya lekat, maka penambahan pasir ke dalam tanah
mengakibatkan penurunan nilai kohesi.
Kuat Tekan Bebas
Pencampuran pasir dengan tanah mengakibatkan penurunan nilai kuat
tekan bebas (Qu). Persinggungan yang terjadi pada tanah semakin besar, pori-pori
tanah makin kecil, tanah semakin kering, daya lekat antar butiran semakin kecil,
sehingga kekuatan tanah semakin berkurang.
Konsolidasi
Dari uji konsolidasi akan didapat parameter koefisien pemampatan (Cv)
dan indeks pemampatan (Cc). Semakin banyak presentase pasir yang dicampurkan
ke dalam tanah, semakin tinggi nilai Cv dan Cc. Akibat koefisien pemampatan (Cv)
menjadi meningkat, penurunan kecepatan tanah menjadi lebih besar.

2. Semen
Dalam Pedoman Stabilisasi Dangkal Tanah Lunak Untuk Konstruksi
Timbunan Jalan yang diterbitkan oleh Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan
Umum, disebutkan bahwa stabilisasi tanah dengan menggunakan semen pertama
kali dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1935. Pondasi bangunan untuk
rumah dan pabrik di Amerika dan Afrika Selatan hingga tahun 1949 yang
didirikan di atas tanah yang kondisinya kurang baik banyak menggunakan cara-
cara stabilisasi dengan semen. Stabilisasi ini biasanya diterapkan di bidang jalan
terutama untuk mengubah sifat-sifat tanah dasar (sub grade) atau lapis pondasi
bawah (sub base) agar memenuhi standar persyaratan teknik.
Reaksi antara semen dan air menghasilkan kalsium silikat dan alumunium
hidrat yang akan mengikat partikel-partikel tanah. Proses hidrasi menghasilkan
Ca(OH)2 yang akan bereaksi dengan mineral-mineral dari tanah. Namun, reaksi
ini tidak berlangsung seketika seperti proses hidrasi melainkan memakan waktu
berbulan-bulan karena kekerasan dan kekuatan tanah akan terjadi secara bertahap
seiring dengan proses pengenyalan dan pengkristalan. Aktifitas dari semen yang
ditambahkan pada lempung ekspansif akan mengurangi batas cair, indeks
plastisitas, potensi pengembangannya serta memperbesar batas susut dan gaya
gesernya.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


19

Berikut merupakan keunggulan semen sebagai bahan stabilisasi tanah


(Soepandji, 1995):
Material semen mudah didapat.
Penggunaan semen pada umumnya membutuhkan sedikit perawatan
dibandingkan dengan bahan stabilisasi lainnya.
Hampir semua jenis tanah dapat distabilisasi dengan menggunakan
semen.

Proses pencampuran tanah dengan semen dapat merubah sifat fisik


maupun sifat mekanis dari tanah. Berikut merupakan uraian dari perubahan sifat
tersebut:
Plastisitas Tanah
Pencampuran tanah dengan semen akan mengakibatkan penurunan nilai
plastisitas tanah. Perubahan tersebut diakibatkan oleh lepasnya ion-ion kalsium
selama berlangsungnya hidrasi semen. Terjadinya pertukaran kation akan
merubah kerapatan muatan listrik di sekeliling permukaan partikel tanah. Partikel-
pertikel lempung akan saling tarik-menarik sehingga menyebabkan terjadinya
flokulasi dan agresi. Lempung yang menggumpal akan bersifat seperti lanau yang
mempunyai plastisitas rendah.
Sementasi
Proses sementasi ini bersifat kimiawi yang dapat diartikan sebagai
pembentukan ikatan kimiawi antara permukaan butiran-butiran tanah yang
terbuka.

3. Kapur
Penggunaan kapur sebagai bahan stabilisasi tanah bukanlah suatru hal
yang baru. Kapur yang dimaksud dsini adalah kapur murni, yaitu kalsium oksida
atau CaO. Di alam bebas, biasanya kapur bercampur dengan senyawa lainnya,
contohnya kalsium karbonat (CaCO3) yang mengandung 56% kalsium oksida
(CaO) dan 44% karbondioksida. Kalsium oksida murni biasanya mengandung
71% kalsium dan 29% karbondioksida. Macam-macam bahan yang mengandung
kapur di alam adalah batu kapur, marmer, kulit kerang, batu dolomite, dan

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


20

sebagainya. Batu dolomite adalah batu kapur yang mengandung magnesium


(CaCO3 + MgCO3).
Kapur yang dijual bebas didapat dari hasil pembakaran batu kapur atau
dolomite tersebut. Dari hasil pembakaran itu diperoleh kapur hidup (unslaked lime
atau quick-lime). Berikut merupakan proses reaksi yang terjadi akibat pembakaran
tersebut:
batu kapur (CaCO3) dibakar
CaO + CO2
atau
dolomite (CaCO3 + MgCO3) dibakar
CaO + MgO + CO2
CaO inilah yang sering disebut sebagai quick-lime, jika bereaksi dengan air akan
menghasilkan kalsium hidroksida, berikut merupakan reaksi yang terjadi:
CaO + H2O Ca(OH)2 (hydrated-lime)
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi bolak-balik, pembakaran dari kalsium
hidroksida akan menghasilkan CaO.
Pencampuran kapur dengan tanah menimbulkan banyak reaksi kimia yang
terjadi di dalamnya sehingga sulit untuk dapat diteliti satu per satu. Hanya
beberapa proses saja yang dapat diikuti hingga batas-batas tertentu. Dari sekian
banyak proses yang terjadi, terdapat tiga proses yang perlu untuk diketahui.
Penggantian Ion dan Perubahan Susunan
Pencampuran kapur pada tanah dapat membuat tanah menjadi tidak
lengket seperti pasir serta mudah untuk dikerjakan. Fenomena ini terjadi karena
salah satu dari dua sebab atau merupakan kombinasi dari keduanya. Pertama,
disebabkan karena kalsium kation dari kapur menggeser ion-ion dari sodium dan
hidrogen yang lemah pada permukaan butir-butir tanah lempung. Kedua, terjadi
penambahan kalsium kation yang memenuhi permukaan partikel tanah lempung.
Dua proses tersebut merubah ion-ion yang ada pada permukaan partikel tanah
lempung sehingga tanah yang tadinya lengket berubah menjadi seperti pasir dan
plastisitasnya menurun.
Proses Pengerasan (Cementing Action)
Hal lain yang penting dalam pencampuran kapur dengan tanah adalah
proses sementasi yang terjadi dari campuran itu. Kejadian ini disebabkan karena
kalsium dan mineral yang ada di dalam tanah membentuk unsur-unsur baru seperti

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


21

mineral aluminium dan silika. Perlu diperhatikan bahwa untuk mencapai


pengerasan yang diharapkan maka campuran tersebut harus dipadatkan setelah
selesai proses pemeraman (curing).
Carbonation
Reaksi yang terjadi antara karbondioksida dengan kalsium hidroksida akan
menjadi kalsium karbonat. Jika proses ini terjadi pada kapur sebelum pelaksanaan
pencampuran tanah, maka hasil pengerasan akan tidak memuaskan. Oleh karena
itu, kapur yang akan digunakan harus disimpan dengan baik.

Dari proses di atas dapat diketahui bahwa proses pencampuran tanah


dengan kapur akan merubah sifat-sifat fisik dari tanah tersebut. Banyak yang perlu
diselidiki tentang perubahan sifat fisik ini, akan tetapi terdapat beberapa
perubahan sifat fisik dari tanah yang nyata dapat diketahui, seperti:
Grain Size Distribution
Perubahan yang mula-mula tampak terjadi pada pencampuran tanah
dengan kapur adalah pengelompokan butir-butir tanah yang halus menjadi
kelompok butir-butir tanah yang agak besar (agglomeration dan flocculation).
Perubahan bentuk ini tergantung dari jenis tanah yang dicampur. Tanah yang
plastis lebih banyak mengalami perubahan dibandingkan tanah yang mengandung
banyak pasir. Perubahan yang terjadi juga tergantung pada banyaknya kapur yang
dipakai. Semakin banyak kapur maka semakin banyak butiran kasar yang
terbentuk. Selain itu, waktu pemeraman (curing) dan jenis kapur juga menentukan
perubahan susunan tersebut. Quick-lime akan memberikan hasil yang lebih baik
daripada hydrated-lime.
Plastisitas Tanah
Dalam hal ini batas plastis (PL) dan batas cair (LL) mengalami perubahan
setelah dilakukan pencampuran. PL menjadi lebih tinggi dengan tiap penambahan
kapur, sedangkan LL sering kali menjadi lebih rendah. Penurunan LL tidak selalu
terjadi pada setiap jenis tanah. Beberapa jenis tanah menunjukkan nilai LL yang
lebih tinggi setiap penambahan kapur. Pada umumnya tanah yang sangat plastis
akan mengalami penurunan LL, sedangkan pada tanah yang kasar cenderung
terjadi kenaikan nilai LL.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


22

Pengembangan Tanah (Swelling)


Penambahan kapur pada tanah juga mempengaruhi pengembangan dari
tanah. Umumnya batas susut (shrinkage limit) akan naik dan shrinkage ratio akan
menurun. Batas susut dan indeks plastisitas (PI) mempunyai hubungan satu sama
lain, jika PI berubah sedikit maka perubahan batas susut juga sedikit pula. Kapur
tenyata berpengaruh besar pada tanah yang mudah mengembang dalam keadaan
basah daripada tanah yang pengembangannya sedikit pada saat basah.
Kekuatan dan Ketahanan
Berbagai macam percobaan uji kekuatan telah dilakukan dalam
penyelidikan, seperti uncofined compression test, California Bearing Ratio,
triaksial dan pemadatan. Dari semua jenis uji yang dilakukan menunjukkan gejala
yang sama, dalam hal ini jika pada suatu jenis uji menunjukkan tanda-tanda
kenaikan kekuatan, maka begitu pula yang terjadi pada uji yang lain. Namun,
sejauh ini belum diketahui kadar kapur optimum yang menghasilkan kekuatan
maksimum untuk setiap keadaan. Adapun faktor utama yang mempengaruhi
kekuatan campuran adalah: kadar kapur, jenis kapur, jenis tanah, pemadatan,
waktu dan cara pemeraman (curing). Faktor-faktor tersebut mempunyai hubungan
satu dengan lainnya dan semuanya sama penting.
Kepadatan dan Kadar Air Optimum
Dengan suatu cara pemadatan yang sama, menunjukkan bahwa tanah yang
dicampur dengan kapur memiliki kerapatan jenis lebih rendah daripada tanah
aslinya. Kerapatan jenis akan semakin menurun seiring dengan penambahan
kapur. Penambahan kapur juga mengakibatkan naiknya kadar air optimum.

2.3 CALIFORNIA BEARING RATIO


2.3.1. Umum
Uji California Bearing Ratio (CBR) adalah sebuah uji yang
membandingkan kekuatan contoh tanah dengan kepadatan tertentu dan pada kadar
air tertentu dengan kekuatan batu pecah bergradasi rapat sebagai standar material
dengan nilai CBR = 100. Uji ini merupakan salah satu uji dari beberapa macam uji
penetrasi yang ada.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


23

Uji ini dikembangkan oleh California State Highway Departement sekitar


tahun 1930 yang kemudian diadopsi oleh banyak badan federal lain di Amerika
Serikat maupun internasional. Uji CBR digunakan sebagai standar tes untuk
mengetahui kekuatan tanah dasar (subgrade). Dimana data yang dihasilkan dari
uji ini dapat digunakan untuk perencanaan suatu perkerasan jalan maupun
lapangan terbang.
Untuk mencari nilai CBR dipakai rumus:
x
CBR (% ) = 100% (2.3)
y
Dimana: x = test unit load (psi)
y = standard load (psi)

Tabel 2.7 Standard Unit Load pada Harga-Harga Penetrasi


Penetrasi (inch) Standard Unit Load (psi)
0.1 1000
0.2 1500
0.3 1900
0.4 2300
0.5 2600
Sumber: ASTM D1883-87 Geotechnical Engineering Standard

Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian
diubah dengan grafik Calibration Prooving Ring.
Test Unit Load (psi) = tegangan ()
P M(LRC)
= = (2.4)
A A
A = luas piston = 3 inch2
M = pembacaan dial
LRC = faktor kalibrasi = 23.432 lbs

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


24

2.4 DYNAMIC CONE PENETROMETER


2.4.1. Umum
Selain uji CBR terdapat juga uji penetrasi lain yang disebut dengan
Dynamic Cone Penetrometer (DCP). DCP adalah alat yang digunakan untuk
mengukur daya dukung tanah di tempat (in situ). Daya dukung tanah tersebut
diperhitungkan berdasarkan pengolahan atas hasil test DCP yang dilakukan
dengan cara mengukur berapa dalam (mm) ujung konus masuk ke dalam tanah
dasar tersebut setelah mendapat tumbukan palu geser pada landasan batang
utamanya.
Korelasi antara banyaknya tumbukan dan penetrasi ujung conus dari alat
DCP ke dalam tanah akan memberikan gambaran kekuatan tanah dasar pada titik-
titik tertentu. Makin dalam konus yang masuk untuk setiap tumbukan artinya
makin lunak tanah dasar tersebut.
Pengujian dengan menggunakan alat DCP akan menghasilkan data yang
setelah diolah akan menghasilkan CBR lapangan tanah dasar pada titik yang
ditinjau. Pada umumnya, uji ini digunakan dalam sebuah proyek perkerasan jalan.
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui kekuatan perkerasan lapisan tanah
dasar. Pengujian dilakukan di beberapa titik rencana jalan dengan interval 50
500 m. DCP dapat memberikan informasi yang cukup untuk memperkirakan
kekuatan perkerasan sehingga dapat dijadikan acuan dalam desain perkerasan
jalan.

2.4.2. Alat Uji Dynamic Cone Penetrometer


Bagian-bagian dari Dynamic Cone Penetrometer (DCP) adalah:
1. Sebuah palu geser dengan berat 8 kg, dan dengan tinggi jatuh 57.5 cm.
Palu geser akan bergerak jatuh sepanjang batang baja 20 mm untuk
memukul suatu landasan (anvil).
2. Sebuah batang utama baja keras (standard shaft) dengan diameter 20 mm,
panjang 100 cm yang disambungkan dengan konus yang terbuat dari baja
keras sudut 60o atau 30o dan bergaris tengah terbesar 20 mm. Pada batang
baja tersebut telah pula dibuatkan skala dalam mm untuk membaca setiap
masuknya ujung konus ke dalam tanah.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


25

3. Sebuah batang kedua baja keras (hammer shaft) dengan diameter 20 mm,
panjang minimum = 72 cm, sebagai batang geser palu.

Gambar 2.6. Alat Uji DCP


(Sumber: Illinois Departement of Transportation Bureau of Materials and Physical Research).

Cara kerja dari uji ini adalah dengan menekan ujung konus yang terbuat
dari baja dengan ukuran dan sudut tertentu. Tekanan konus ditimbulkan oleh palu
dengan berat dan tinggi jatuh tertentu yang dapat menekan hingga kedalaman 80
cm dan bila perlu dapat diperdalam hingga kedalaman 120 cm dengan
menyambung tangkai pengukur. Prinsip kerjanya adalah kecepatan penetrasi dari
konus ketika ditekan oleh kekuatan standar, sebanding dengan kekuatan bahan
yang diukur. Perubahan nilai penetrasi per pukulan menunjukkan perubahan

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


26

kekuatan tanah, sehingga ketebalan dan kekuatan lapisan tersebut dapat diketahui
dan diidentifikasi.
Penggunaan uji DCP memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Berikut merupakan beberapa kelebihan dan kekurangan dari uji ini.
Kelebihan dalam penggunaan dynamic cone penetrometer (DCP):
Murah dan cepat dalam penggunaannya.
Alat ini relatif mudah digunakan, pengguna dapat dilatih dalam
hitungan menit.
Kedalaman penetrasi dapat mencapai kedalaman 900 mm (36 inch)
jika dibandingkan dengan kedalaman maksimum tes tangan manual
yang hanya mencapai 300 mm (12 inch).
Hasil uji, informasi kekuatan, dan desain dapat dikorelasikan dengan
uji lainnya.
Kekurangan penggunaan dynamic cone pentrometer (DCP):
Tidak dapat digunakan pada batuan keras, aspal, maupun beton.
DCP dapat rusak apabila dilakukan pada lapisan tanah keras secara
berulang-ulang.
Hanya dapat mengukur kekakuan, tidak dapat mengukur kelembaban
maupun kepadatan.

2.4.3. Korelasi Nilai CBR DCP


Menurut Harison, J.A., dalam Correlation of CBR and Dynamic Cone
Penetrometer Strength Measurement of Soils. Australian Road Research 16(2),
June, 1986 untuk menentukan dan memperkirakan nilai CBR tanah atau bahan
granular dapat menggunakan beberapa metode. Namun metode yang cukup akurat
dan murah sampai saat ini adalah menggunakan uji Dynamic Cone Penetrometer
(DCP). Uji ini sudah banyak dilakukan di Indonesia dan di beberapa Negara di
dunia. Salah satu contoh korelasi nilai CBR DCP pernah dilakukan oleh
Saskatchewan Highways and Transportation pada ruas jalan di Saskatchewan.
Berikut merupakan data yang diperoleh:

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


27

Gambar 2.7. Contoh Data Hasil Uji DCP pada Suatu Ruas Jalan di Saskatchewan
Sumber: Saskatchewan Highways and Transportation

Gambar 2.8. Korelasi Hasil Uji CBR DCP


Sumber: Saskatchewan Highways and Transportation

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


28

Berikut ini adalah persamaan-persamaan korelasi nilai DCP dan CBR yang
pernah dilaksanakan:

Tabel 2.8. Tabel Korelasi Nilai CBR dan DCP.


Persamaan Hubungan Material yang diuji Referensi
log(CBR) = 2.56 1.16 log (DCP) Granular and cohesive Livneh (1987)
log(CBR) = 2.55 1.14 log (DCP) Granular and cohesive Harison (1987)
log(CBR) = 2.45 1.12 log (DCP) Granular and cohesive Livneh et al. (1992)
log(CBR) = 2.46 1.12 log (DCP) Various soil types Webster et al. (1992)
log(CBR) = 2.44 1.07 log (DCP) Unknown Kleyn (1975)
Aggregate base course NCDOT
log(CBR) = 2.560 1.07 log (DCP)
and cohesive (Pavement, 1998)
log(CBR) = 2.53 1.14 log (DCP) Piedmont residual soil Coonse (1999)
Sumber: Potential Applications of Dynamic and Static Cone Penetrometer in MDOT Pavement
Design and Construction, September 2003.

Dari data di atas, didapat nilai DCP yang diambil adalah jumlah rata-rata
dari penetrasi per pukulan (mm/blow). Dari nilai DCP yang dihasilkan dapat dicari
nilai CBR yang ada. Semakin kecil nilai penetrasi DCP, maka makin besar nilai
CBR yang terjadi, begitu pula sebaliknya semakin besar nilai penetrasi DCP,
maka semakin kecil nilai CBR yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian yang
sudah pernah dilakukan, banyak hubungan DCP dan CBR digambarkan pada
rumus berikut ini:

log(CBR) = a b log(DCP) (2.5)


dimana: a = nilai konstanta antara 2.44 2.60
b = nilai konstanta antara 1.07 1.16
DCP = nilai penetrasi DCP (mm/blow)

Persamaan di atas dapat digunakan untuk berbagai jenis tanah, baik tanah
granular, cohesive, aggregate base course, hingga piedmont residual soil.
Penelitian lain yang menghasilkan korelasi CBR DCP juga pernah dilakukan

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


29

terhadap tanah gambut yang dipadatkan (Yustian, 2008). Pemadatan tanah


dilakukan pada kadar air 100%, 120%, dan 140%. Dari hasil pemadatan tersebut
dilakukan uji CBR unsoaked dan soaked yang selanjutnya dilakukan uji DCP.
Berikut merupakan hasil uji yang telah dilakukan:

Gambar 2.9. Korelasi Nilai CBR dan DCP pada Tanah Gambut
(Yustian, 2008)

Dari grafik pada gambar 2.9 didapat korelasi nilai CBR dan DCP pada
tanah gambut untuk kadar air 100%, 120%, dan 140% dengan persamaan sebagai
berikut:
log CBR = 2.595 1.178 log (DCP) (2.6)

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. PENJELASAN PENELITIAN


Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian di
laboratorium. Uji yang dilakukan meliputi uji sifat fisik tanah, uji sifat mekanik
tanah, uji California Bearing Ratio (CBR), dan uji Dynamic Cone Penetrometer
(DCP). Sampel tanah yang digunakan diambil dari perumahan Elysium Delta
Silikon 1 Lippo Cikarang.
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan antara lain identifikasi tanah
ekspansif berdasarkan indeks propertisnya, persiapan sampel uji, uji CBR, dan uji
DCP. Pada tahap identifikasi tanah ekspansif dilakukan uji batas-batas atterberg
dan uji pengembangan satu dimensi (swelling test). Selain itu juga dilakukan uji
kandungan mineral yang juga digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi
tanah ekspansif. Indeks propertis lainnya didapat dari uji hydrometer, sieve
analysis, dan specific gravity, serta dicari nilai kadar air optimum pada sampel
tanah. Persiapan sampel uji mencakup proses stabilisasi tanah dengan
penambahan bahan stabilisasi ke dalam tanah ekspansif.
Tahapan selanjutnya adalah mengatur kadar air yang digunakan untuk uji
CBR dan DCP, yaitu kadar air optimum dari sampel tanah uji. Kadar air optimum
diperoleh melalui uji pemadatan dengan metode standard proctor. Sampel tanah
yang telah dipadatkan di uji nilai CBR-nya dalam kondisi unsoaked (tidak
terendam). Pengujian DCP dilakukan setelah masa pemeraman (curing) yang
sebelumnya juga dilakukan uji CBR unsoaked setelah pemeraman. Nilai DCP
yang diambil adalah penetrasi per pukulan (mm/blow) yang ditimbulkan oleh
beban yang bekerja.
Korelasi nilai CBR dan DCP diambil berdasarkan referensi penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya. Dari referensi data tersebut akan diambil nilai
korelasi yang paling mendekati dengan hasil yang didapat pada saat penelitian di
laboratorium. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah,
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

30
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


3.2. DIAGRAM ALIR
Pengambilan Contoh Tanah Uji:
Cikarang

Persiapan Material Uji

Tanah Ekspansif Tanah Ekspansif + Bahan Stabilisasi Tanah Ekspansif + Bahan Stabilisasi
Semen 5% + Pasir 10% Kapur 15% + Pasir 10%

Uji Sifat Mekanik Uji Sifat Fisik Uji Sifat Mekanik Uji Sifat Fisik Uji Sifat Mekanik Uji Sifat Fisik
Pemadatan Kadar Air Pemadatan Kadar Air Pemadatan Kadar Air
Swelling Mineral/SEM Batas Atterberg Batas Atterberg
Batas Atterberg Specific Gravity Specific Gravity
Specific Gravity
Analisa Butiran Uji CBR Laboratorium Uji CBR Laboratorium
Unsoaked (Peram 7 Hari) Unsoaked (Peram 7 Hari)

Uji DCP Uji DCP


Universitas Indonesia

Korelasi Hasil Uji CBR dan DCP


Studi Literatur
(Pengumpulan Data Penelitian Analisa Korelasi Hasil Uji

yang Sudah Ada)


KESIMPULAN

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

31
Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.
32

3.3. PENGUJIAN SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH


Semua pengujian dilakukan sesuai pada aturan-aturan standar seperti yang
ditetapkan ASTM. Pengujian-pengujian yang dilakukan tersebut adalah:
Indeks Properties (ASTM D854-8 dan D2216-80)
Batas-Batas Atterbeg (ASTM D4318-84)
Analisa Butiran (ASTM C136-46)
Pemadatan Standar (ASTM D698-78 dan D558-82)
Test Pengembangan Satu Dimensi (One Dimensional Swell) (D4546-
85)

3.3.1. Batas-Batas Atterberg (Atterberg Limits)


Prosedur yang digunakan dalam pengujian batas-batas atterberg adalah
sesuai dengan ASTM D4318-84. Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah lolos
saringan No. 40 ASTM. Pengujian ini meliputi batas cair (liquid limit), batas
plastis (plastic limit), dan batas susut (shrinkage limit).

Cair Plastis Semi Plastis Solid


Batas Cair Batas Plastis Batas Susut
Gambar 3.2. Diagram Atterberg Limits

Batas cair diperoleh melalui pengujian sampel tanah pada alat cassagrande
yang diketuk dengan kecepatan 2 ketukan per detik dengan tinggi jatuh 10 mm.
Sebelum pengetukan, dibuat celah di tengah sampel tanah dengan menggunakan
alat standard grooving tool. Ketika diketuk tanah akan merapat pada dasar
mangkok cassagrande hingga sepanjang 0.5 inch. Hasil pengujian beberapa
sampel dengan kadar air yang berbeda akan membentuk sebuah kurva regresi
logarithmic antara jumlah ketukan N(x) dengan kadar air W(y). Persamaan kurva
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
y = a Ln(x) + b (3.1)
dimana:
y = kadar air (%)

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


33

x = jumlah ketukan
a,b = konstanta

Dari persamaan 3.1 dapat diperoleh harga batas cair, yaitu kadar air pada saat
ketukan ke-25.
Batas plastis didefinisikan sebagai batas kadar air dimana sampel tanah
digulung pada pelat kaca hingga mencapai diameter kurang lebih inch dan
sampel tanah akan mengalami retak-retak halus. Dari percobaan batas cair (LL)
dan batas plastis (PL) akan didapat indeks plastisitas (PI), dimana indeks
plastisitas merupakan selisih antara batas cair dengan batas plastis.
PI = LL PL (3.2)

Batas susut didefinisikan sebagai batas dimana sampel tanah tidak


mengalami perubahan volume pada massa tanah, apabila kadar airnya dikurangi.
Pada tahapan ini tanah mengering tanpa diikuti perubahan volume. Air raksa
digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui perubahan volume yang terjadi.
Kadar air pada batas susut diperoleh dengan menggunakan rumus:

SL =
(w w w d ) (Vw Vd )w 100% (3.3)
wd
dimana:
ww = berat tanah basah
wd = berat tanah kering
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
w = berat jenis air = 1 gram/cm3

3.3.2. Spesific Gravity


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh harga specific gravity
dari butiran tanah, yaitu perbandingan antara berat isi tanah dengan berat isi air
pada suhu 40o C. Percobaan ini berdasarkan pada ASTM D854-83 dengan botol
piknometer. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lolos saringan No. 40

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


34

ASTM dan kering oven. Sampel tanah dimasukkan ke dalam piknometer yang
telah berisi air. Rumus dasar yang digunakan adalah sebagai berikut:
S
GS = (3.4)
W
Untuk tanah:
wS
S = (3.5)
VS
Untuk air:
wW
W = (3.6)
VW

Dalam percobaan selalu diusahakan agar volume tanah (VS) sama dengan
volume air (VW), sehingga rumus diatas menjadi:
wS
GS = (3.7)
wW
dimana:
ws = berat tanah pada suhu 40o C
ww = berat air pada suhu 40o C

Untuk percobaan pada To C, harga specific gravity perlu dikoreksi dengan


nilai , sehingga rumus menjadi:
wS
GS = (3.8)
wW
dimana:
ws = berat tanah pada suhu
ww = berat air pada suhu
= faktor koreksi suhu To C yang berhubungan dengan temperatur
ruangan pada saat percobaan

3.3.3. Analisa Butiran (Sieve Analysis)


Sifat-sifat suatu tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran butirannya.
Analisa butiran digunakan sebagai dasar klasifikasi atau pemberian nama kepada

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


35

tanah-tanah tertentu. Percobaan ini terdiri dari uji hydrometer dan analisa saringan
yang disesuaikan dengan ASTM C136-46. Uji hydrometer bertujuan untuk
menentukan distribusi dari butiran tanah yang memiliki diameter lebih kecil dari
0.074 mm (saringan No. 200 ASTM) dengan cara pengendapan. Sedangkan
analisa saringan bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran butiran tanah yang
berdiameter 4.76 mm sampai 0.074 mm (lolos saringan No. 4 ASTM dan tertahan
saringan No. 200 ASTM).
Tanah yang digunakan pada percobaan ini adalah tanah kering oven yang
lolos saringan No. 4 ASTM. Untuk uji analisa saringan digunakan tanah hasil
dari uji hydrometer yang tertahan saringan No. 200 ASTM. Adapun susunan
saringan yang digunakan adalah sebagai berikut:
No. 4 (4.76 mm)
No. 8 (2.36 mm)
No. 16 (1.18 mm)
No. 30 (0.59 mm)
No. 50 (0.297 mm)
No. 100 (0.149 mm)
No. 200 (0.074 mm)
Selanjutnya dengan grafik distribusi butiran dapat ditentukan jenis dan klasifikasi
dari tanah yang digunakan.

3.3.4. Pemadatan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mencari nilai kerapatan kering
(dry) maksimum pada kadar air optimum (wopt) dari suatu sampel tanah yang
dipadatkan. Pemadatan tanah merupakan suatu proses dimana pori-pori tanah
diperkecil dan kandungan udara di dalamnya dikeluarkan secara mekanis. Dalam
penelitian ini digunakan pemadatan dengan metode standard proctor ASTM
ASTM D698.
Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM dicampur dengan kadar air yang
berbeda-beda dan kemudian dipadatkan di dalam sebuah mould. Pemadatan
dilakukan sebanyak 3 lapis dengan tumbukan sebanyak 25 kali tiap lapisnya.
Hammer yang digunakan seberat 5.5 lb dengan tinggi jatuh 12 inch. Sedangkan

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


36

mould yang digunakan berdiameter 4 inch. Pemadatan ini menghasilkan energi


pemadatan sebesar 12.375 lb/ft2.
Untuk tiap sampel tanah yang dipadatkan, berat isi tanah dapat dihitung
dengan menggunakan rumus-rumus berikut:
ww
w = (3.9)
V
w dry ww w
dry = = = (3.10)
V (1 + W )V (1 + W )
dimana:
w = berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)
ww = berat tanah basah (gr)
V = volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)
dry = berat isi tanah dalam keadaan kering (gr/cm3)
wdry = berat tanah kering (gr)
W = kadar air (%)

Untuk suatu kadar air tertentu, berat isi kering maksimum secara teoritis
didapat apabila pori-pori tanah sudah tidak memiliki lagi udara di dalamnya, yaitu
pada saat dimana derajat kejenuhan tanah sama dengan 100%. Kondisi ini disebut
dengan zero air voids (pori-pori tanah tidak mengandung udara sama sekali).
GS W
ZAV = (3.11)
1 + e SR

Untuk keadaan tanah jenuh 100%, e = W GS


GS W W
ZAV = = (3.12)
1 + (W G S ) W + 1
GS
dimana:
zav = berat isi tanah pada kondisi zero air voids
GS = berat spesifik butiran padat tanah
w = berat isi air (gr/cm3)
e = angka pori

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


37

SR = derajat kejenuhan
W = kadar air (%)

3.3.5. Uji Pengembangan Satu Dimensi (Swelling Test)


Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui potensi pengembangan
tanah pada beban overbuden. Karenanya diambil P0 sebesar 0,22 kg/cm2
(berdasarkan anggapan kedalaman diambil 1,3 m dan wet = 1,711 t/m3).
Selanjutnya dapat dilihat pula besar daya angkat dari tanah dengan memberikan
beban sebagaimana pada test konsolidasi standar.
Adapun prosedur kerja pengujian pengembangan satu dimensi adalah
sebagai berikut (dalam penelitian ini digunakan Metode B):
Mempersiapkan sampel tanah yang telah dipadatkan dengan metode
standard proctor dalam mould berdiameter 4 inch. Cetak dalam ring
konsolidasi.
Memasang contoh pada oedometer tanpa diberi air.
Memasang batu pori dan dudukan beban; batu bori dan dudukan beban
dibagian atas berfungsi sebagai seating pressure.
Atur dial pembacaan pada posisi nol 5 menit setelah pemasangan batu
pori dan dudukan beban.
Memberikan beban sebesar P0 atau sebesar tegangan efektif rencana.
Membaca penurunan yang terjadi setelah lima menit pemberian beban
P0.
Menambahkan air.
Mencatat swelling yang terjadi pada menit ke: 0.1; 0.2; 0.5; 1; 2; 4; 8;
15; 30; 60; 120; 240; 480; 2880; 4320.
Memberikan beban sesuai dengan test konsolidasi standar dengan
penambahan beban setiap 24 jam (beban yang diberikan minimal
sampai pembacaan mencapai nol kembali).

3.4. METODE PENCAMPURAN BAHAN STABILISASI


Prosedur laboratorium pada pencampuran tanah lempung dengan bahan
stabilisasi dan perhitungannya adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


38

Menentukan berat (BB) sampel tanah ekspansif dan mencari kadar


airnya (w0).
Menghitung berat sampel tanah ekspansif dalam keadaan kering (BK),
dengan menggunakan persamaan:
BB
BK = (3.13)
1+ w0
dimana:
BK = berat kering contoh tanah (gram)
BB = berat basah contoh tanah (gram)
W0 = kadar air (%)
Bahan stabilisasi, dihitung beratnya berdasarkan berat kering dari
sampel tanah (misalnya 5% semen, artinya berat semen adalah 5% dari
berat sampel tanah kering).
Dilakukan pencampuran tanah ekspansif dengan bahan stabilisasi,
dengan mengaduknya hingga homogen.
Penambahan air agar mencapai kadar air target dilakukan tepat setelah
dilakukan pencampuran sampel tanah dengan bahan stabilisasi. Aduk hingga rata
dan setelah itu biarkan selama kurang lebih 3 jam sebelum dilakukan pemadatan.
Hal tersebut dimaksudkan agar campuran tidak mengeras dan tanah cukup
homogen setelah penambahan air.

3.5. UJI CALIFORNIA BEARING RATIO


3.4.1. Maksud dan Tujuan
Untuk mendapatkan nilai CBR pada kepadatan dan kadar air tertentu. Pada
penelitian ini, kadar air yang digunakan adalah kadar air optimum, sisi kering dari
kadar air optimum, dan sisi basah dari kadar air optimum.

3.4.2. Pelaksanaan
Percobaan ini dibagi ke dalam 2 tahapan, yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


39

1. Persiapan Percobaan:
Siapkan sampel tanah ekspansif yang lolos saringan No. 4 ASTM
sebanyak kurang lebih 4 kg sebanyak 3 kantong.
Proses pencampuran dengan bahan stabilisasi tanah.
Kadar air yang dibutuhkan adalah kadar air optimum dari setiap
kantong yang ada.
Dalam membuat kadar air yang diinginkan, perlu diketahui kadar air
awal dari sampel tanah yang akan diuji. Kemudian menambahkan
sejumlah air tertentu untuk mencapai kadar air yang diinginkan.
Untuk menentukan jumah air yang dibutuhkan dapat menggunakan
rumus:
wX w0
Vadd = W (3.14)
1+ w0
dimana:
Vadd = volume air yang akan ditambahkan (ml)
wX = kadar air yang akan dibuat (%)
w0 = kadar air awal (%)
W = berat sampel tanah + bahan stabilisasi (gr)

2. Jalannya Percobaan:
Siapkan mould, kemudian dtimbang dan diukur dimensinya.
Olesi bagian dalam mould dengan oli.
Tanah dimasukkan ke dalam mould sehingga tingginya kira-kira 1/3
tinggi mould.
Tiap lapis ditumbuk sebanyak 56 kali dan dikerjakan hingga 3 lapisan.
Mould yang sudah diisi dan sudah ditumbuk kemudian ditimbang.
Mould diletakkan pada mesin CBR dan diberikan beban ring pada
permukaan sampel tanah, piston diletakkan melalui lubang pada beban
sehingga mengenai permukaan tanah.
Coading dan dial diperiksa dan diset 0.
Penetrasi secara teratur dengan kecepatan 0.05/menit.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


40

Catat pembacaan dial pada penetrasi-penetrasi yang sudah ditentukan


sebagai berikut: 0.00, 0.025, 0.050, 0.075, 0.10, 0.125, 0.15,
0.175, 0.2

3.6. UJI DYNAMIC CONE PENETROMETER


3.5.1. Maksud dan Tujuan
Untuk memperoleh nilai DCP dari tanah ekspansif yang dipadatkan. Nilai
DCP adalah jumlah pukulan dan penetrasi (mm/blow) yang terjadi. Uji ini
dilaksanakan setelah sampel tanah diuji CBR.

3.5.2. Pelaksanaan
Menyambungkan seluruh perangkat peralatan DCP dan memastikan
sambungan tangkai atas dengan landasan serta tangkai bawah dengan
kerucut baja sudah tersambung dengan kokoh.
Menyusun sampel tanah yang akan diuji.
Alat diposisikan tegak di atas dasar yang rata dan stabil, kemudian
mencatat pembacaan nol sebagai pembacaan awal pada mistar
pengukur kedalaman.
Mengangkat palu pada tangkai bagian atas hingga menyentuh batas
handle.
Melepaskan palu sehingga jatuh bebas dan menyentuh landasan.
Membaca nilai penurunan pada setiap pukulan.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


BAB 4
ANALISA HASIL UJI LABORATORIUM

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa hasil dari pengujian yang telah
dilakukan sesuai dengan metodologi penelitian pada bab sebelumnya. Pengujian
tersebut meliputi uji mekanik dan fisik dari tanah lempung asli maupun tanah
yang telah distabilisasi dengan bahan stabilisasi semen + pasir dan kapur + pasir.
Kemudian dari uji fisik dan mekanik tersebut, ditentukan parameter-parameter
yang sesuai untuk digunakan dalam pengujian California Bearing Ratio (CBR)
dan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) sehingga nantinya didapat korelasi dari
kedua uji ini.
Analisa hasil korelasi akan menunjukkan sejauh mana pengaruh bahan-
bahan stabilisasi terhadap nilai CBR dan DCP. Korelasi nilai CBR dan DCP dapat
diperoleh dari hubungan antara nilai CBR dengan nilai penurunan yang terjadi
pada saat melakukan pengujian DCP.

4.1 HASIL PENGUJIAN SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH


LEMPUNG ASLI DAN YANG TELAH DISTABILISASI
4.1.1. Hasil Pengujian Tanah Lempung Asli
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian lanjutan yang telah
dilakukan sebelumnya oleh tim peneliti tanah ekspansif. Adapun sampel tanah
yang digunakan merupakan tanah lempung ekspansif yang berasal dari Cikarang,
Jawa Barat. Berikut merupakan data hasil pengujian sifat fisik dan mekanik yang
sebelumnya telah dipublikasikan oleh Zaki AG (2010) dan Prima T Prasojo
(2010):

Tabel 4.1. Hasil Uji Sifat Fisik dan Mekanik Tanah Asli
Parameter Tanah Asli
Batas-batas Atterberg
- Batas Cair (%) 89.84
- Batas Plastis (%) 45.44

41
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


42

(sambungan Tabel 4.1)


- Indeks Plastisitas (%) 44.40
- Batas Susut (%) 13.22
Berat Spesifik 2.661
Pemadatan (Standard Proctor)
W optimum (%) 32.3
d maksimum (gr/cm3) 1.356
Swelling (%) 8.938
Analisa Ukuran Butiran
- Pasir (%) 3.4
- Lanau (%) 55.9
- Lempung (%) 40.7
Aktivitas (Seed) 1.45
Mineral
Montmorillonite (%) 23.8
Halloysite (%) 49.66
Feldspar (%) 12.92
Alpha Quartz (%) 13.62

Sebagai data tambahan, dilakukan analisa foto terhadap mikrostruktur


lempung menggunakan scanning electron microscope (SEM). Hasil foto mikro
dari SEM pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa tanah berbentuk porous berpola
seperti kapas. Dengan struktur seperti itu, memungkinkan tanah untuk mengalami
proses penyerapan air yang tinggi.

Gambar 4.1. Foto SEM Mikrostruktur Sampel Tanah Lempung Ekspansif (Pembesaran 1000x)

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


43

4.1.2. Hasil Pengujian Tanah Ekspansif yang Telah Distabilisasi dengan


Semen dan Pasir
Penambahan bahan stabilisasi semen dan pasir dapat mempengaruhi sifat
fisik dan mekanik dari sampel tanah. Penelitian ini menggunakan hasil uji yang
telah dilakukan oleh Zaki AG (2010) sebelumnya. Berikut merupakan hasil sifat
fisik yang meliputi batas-batas atterberg dari sampel tanah ekspansif yang telah
distabilisasi dengan semen dan pasir:

Atterberg Limits
95%
Kadar Air

75%

55%

35%

15%
Tanah Asli S5%+P10% S10%+P10% S15%+P10%
Liquid Limit 89.84% 76.83% 73.04% 71.71%
Plastic Limit 45.44% 50.81% 52.55% 54.71%
Plasticity Index 44.40% 26.02% 20.48% 17.00%

Gambar 4.2. Stabilisasi Semen dan Pasir Terhadap Atterberg Limits


(Zaki AG, 2010)

Sedangkan untuk sifat mekaniknya, seiring dengan penambahan


presentase bahan stabilisasi semen nilai kerapatan kering maksimum meningkat
dan kadar air optimumnya menurun. Berikut merupakan tabel perbandingan nilai
kerapatan kering maksimum dan kadar air optimum tiap sampel tanah yang telah
distabilisasi dengan berbagai presentase bahan stabilisasi semen yang diperoleh
dari kurva pemadatan standard proctor:

Tabel 4.2. Pengaruh Bahan Stabilisasi Semen dan Pasir pada Pemadatan (Standard Proctor)
Asli P10% S5%+P10% S10%+P10% S15%+P10%
Opt. Water content 32.3% 30.5% 29.4% 26.8% 25.3%
Max Dry density, d (gr/cm ) 3
1.356 1.359 1.394 1.402 1.406

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


44

4.1.3. Hasil Pengujian Tanah Ekspansif yang Telah Distabilisasi dengan


Kapur dan Pasir
Pengaruh penambahan bahan stabilisasi kapur relatif sama dengan
penambahan bahan stabilisasi semen. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
yang telah dilaksanakan oleh Prima T Prasojo (2010). Dari hasil uji batas-batas
atterberg diperlihatkan adanya perubahan sifat fisik dari sampel tanah seiring
dengan penambahan presentase bahan stabilisasi kapur. Pengaruh perubahan
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3.

Atterberg Limits
95%
Kadar Air

75%
55%
35%
15%
Tanah Asli K5%+P10% K10%+P10% K15%+P10%

Liquid Limit 89.84% 80.83% 70.22% 69.90%


Plastic Limit 45.44% 47.62% 49.12% 49.88%
Plasticity Index 44.40% 33.21% 21.10% 20.02%

Gambar 4.3. Stabilisasi Kapur dan Pasir Terhadap Atterberg Limits


(Prima T Prasojo, 2010)

Demikian halnya dengan sifat fisiknya, terjadi perubahan sifat mekanik


seiring dengan penambahan presentase bahan stabilisasi kapur. Tabel 4.3
menunjukkan perbandingan antara nilai kerapatan kering maksimum dan kadar air
optimum yang didapat dari kurva pemadatan (standard proctor) tiap sampel tanah
yang telah distabilisasi dengan berbagai presentase bahan stabilisasi kapur.

Tabel 4.3. Pengaruh Bahan Stabilisasi Kapur dan Pasir pada Pemadatan (Standard Proctor)
Asli P10% K5%+P10% K10%+P10% K15%+P10%
Opt. Water content 32.1% 30.5% 27.9% 27.4% 24.6%
Max Dry density, d (gr/cm3) 1.357 1.359 1.469 1.489 1.499

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


45

4.2 ANALISA HASIL UJI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)


Pengujian California Bearing Ratio (CBR) menggunakan sampel tanah
ekspansif yang telah distabilisasi. Terdapat 2 jenis sampel tanah yang akan diuji
yaitu tanah ekspansif yang telah distabilisasi dengan 5% semen dan 10% pasir
serta sampel tanah yang telah distabilisasi dengan 15% kapur dan 10% pasir.
Pemadatan dilakukan dengan standard proctor pada kadar air optimum 29.4% (
2.5%) untuk sampel tanah yang distabilisasi dengan semen dan 24,6% ( 5%)
untuk sampel tanah yang distabilisasi dengan kapur.
Setelah dilakukan pemadatan sampel tanah diperam selama 7 hari sebelum
dilakukan pengujian CBR dan DCP. Hal ini dimaksudkan agar terjadi proses
sementasi bahan stabilisasi dengan sampel tanah yang akan diuji. Uji CBR
dilakukan pada kondisi unsoaked (kondisi kering, tidak terendam).

Gambar 4.4. Proses Pemeraman Sampel Tanah Selama 7 Hari

Gambar 4.5. Uji CBR Unsoaked

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


46

4.2.1. Analisa Hasil Uji CBR dengan Stabilisasi Semen + Pasir


Kadar Air Optimum

Grafik CBR Unsoaked Mould 1

350.00
300.00

Beban (psi)
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.6. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Kadar Air Optimum Mould I

Grafik CBR Unsoaked Mould 2

350.00
300.00
Beban (psi)

250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.7. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Kadar Air Optimum Mould II

Grafik CBR Unsoaked Mould 3

350.00
300.00
Beban (psi)

250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.8. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Kadar Air Optimum Mould III

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


47

Pada grafik dalam gambar 4.6 dan 4.8, dari kedua sampel tanah terlihat
bahwa nilai CBR unsoakednya pada penetrasi 0.1 berada pada range 14% hingga
22.8%. Sedangkan pada penetrasi 0.2 nilai CBR berada pada range 15.7% hingga
18.3%. Untuk sampel kedua (gambar 4.7), nilai CBRnya sebesar 26.95% pada
penetrasi 0.1 dan 21.92% pada penetrasi 0.2. Hasil yang didapat pada sampel
kedua tidak sesuai dengan hasil yang didapat pada kedua sampel yang lain.
Dengan kadar air yang sama, nilai CBR yang didapat jauh lebih besar
dibandingkan dengan nilai CBR sampel lainnya. Proses pemadatan yang kurang
sempurna berpengaruh pada besarnya nilai CBR sampel kedua. Oleh karena itu,
hasil uji CBR sampel kedua tidak digunakan sebagai data korelasi nilai CBR
DCP.
Dari kedua sampel yang akan digunakan dalam korelasi CBR - DCP
didapat nilai CBR unsoaked dapat mencapai nilai hingga 18% pada penetrasi 0.2.
Besarnya nilai CBR tersebut disebabkan oleh pemadatan dengan metode standard
proctor dengan kadar air optimum, 29.4%. Berdasarkan kurva pemadatan yang
ada, pada kadar air ini sampel tanah memiliki nilai kerapatan kering yang paling
besar.

Tabel 4.4. Hasil Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Kadar Air Optimum
Mould Penetration (inch) CBR (%)
0.1 22.81
1
0.2 18.28
0.1 26.95
2
0.2 21.92
0.1 13.98
3
0.2 15.73

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


48

Sisi Kering dari Kadar Air Optimum

Grafik CBR Unsoaked Mould 1

450.00
400.00
350.00

Beban (psi)
300.00
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.9. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum Mould I

Grafik CBR Unsoaked Mould 2

450.00
400.00
350.00
Beban (psi)

300.00
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.10. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum Mould II

Grafik CBR Unsoaked Mould 3

450.00
400.00
350.00
Beban (psi)

300.00
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.11. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum Mould III

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


49

Pada grafik dalam gambar 4.9 dan gambar 4.10, dari kedua sampel tanah
terlihat bahwa besarnya nilai CBR unsoaked terdapat pada range 22.2% hingga
24% untuk penetrasi 0.1. Besarnya nilai CBR untuk penetrasi 0.2 terdapat pada
range 18.5% hingga 19.9%. Untuk sampel ketiga (gambar 4.11), nilai CBR yang
didapat terlalu besar untuk sampel tanah dengan kadar air yang sama. Nilai CBR
yang diperoleh adalah 34.6% untuk penetrasi 0.1 dan 26.61% untuk penetrasi
0.2. Hal tersebut dikarenakan sampel tanah terlalu padat sehingga berpengaruh
terhadap besarnya nilai CBR. Oleh sebab itu, data uji CBR pada sampel ketiga
tidak digunakan dalam korelasi nilai CBR DCP.
Nilai CBR di atas diperoleh pada sampel tanah dengan kadar air di bawah
kadar air optimum atau sisi kering dari kadar air optimum. Dibandingkan dengan
sampel tanah pada kadar air optimum, nilai CBR pada kondisi sisi kering
mengalami peningkatan.

Tabel 4.5. Hasil Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum
Mould Penetration (inch) CBR (%)
0.1 22.18
1
0.2 18.54
0.1 23.98
2
0.2 19.89
0.1 34.60
3
0.2 26.61

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


50

Sisi Basah dari Kadar Air Optimum

Grafik CBR Unsoaked Mould 1

300.00
250.00

Beban (psi)
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.12. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum Mould I

Grafik CBR Unsoaked Mould 2

300.00
250.00
Beban (psi)

200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.13. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum Mould II

Grafik CBR Unsoaked Mould 3

300.00
250.00
Beban (psi)

200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.14. Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum Mould III

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


51

Pada grafik dalam gambar 4.12 hingga 4.14, dari ketiga sampel terlihat
bahwa nilai CBR unsoaked terdapat pada range 18.9% hingga 21.8% untuk
penetrasi 0.1. Sedangkan untuk penetrasi 0.2, nilai CBR sampel tanah terdapat
pada range 15.4% hingga 18.4%.
Nilai CBR tersebut diperoleh dari pemadatan sampel tanah dengan kadar
air di atas kadar air optimum atau sisi basah. Perubahan kadar air dari kondisi
kering menuju kondisi basah dapat mengakibatkan penurunan nilai CBR.

Tabel 4.6. Hasil Uji CBR Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum
Mould Penetration (inch) CBR (%)
0.1 18.90
1
0.2 15.36
0.1 21.79
2
0.2 18.43
0.1 20.46
3
0.2 17.18

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


52

4.2.2. Analisa Hasil Uji CBR dengan Stabilisasi Kapur + Pasir


Kadar Air Optimum

Grafik CBR Unsoaked Mould 1

300.00
250.00

Beban (psi)
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.15. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air Optimum Mould I

Grafik CBR Unsoaked Mould 2

300.00
250.00
Beban (psi)

200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.16. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air Optimum Mould II

Grafik CBR Unsoaked Mould 3

300.00
250.00
Beban (psi)

200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.17. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air Optimum Mould III

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


53

Pada grafik dalam gambar 4.15 dan 4.16, dari kedua sampel tanah terlihat
bahwa nilai CBR unsoakednya pada penetrasi 0.1 berada pada range 12.8%
hingga 14%. Sedangkan pada penetrasi 0.2 nilai CBR berada pada range 10.1%
hingga 10.9%. Untuk sampel ketiga (gambar 4.17), nilai CBRnya sebesar 9.71%
pada penetrasi 0.1 dan 7.88% pada penetrasi 0.2. Hasil yang didapat pada
sampel ketiga tidak sesuai dengan hasil yang didapat pada kedua sampel
sebelumnya. Dengan kadar air yang sama, nilai CBR yang didapat jauh lebih kecil
dibandingkan dengan nilai CBR sampel lainnya. Proses pemadatan yang kurang
sempurna berpengaruh pada besarnya nilai CBR sampel ketiga. Oleh karena itu,
hasil uji CBR sampel ketiga tidak digunakan sebagai data korelasi nilai CBR
DCP.
Dari kedua sampel yang akan digunakan dalam korelasi CBR - DCP
didapat nilai CBR unsoaked dapat mencapai nilai hingga 10.9% pada penetrasi
0.2. Besarnya nilai CBR tersebut disebabkan oleh pemadatan dengan metode
standard proctor dengan kadar air optimum, 24.6%. Berdasarkan kurva
pemadatan yang ada, pada kadar air ini sampel tanah memiliki nilai kerapatan
kering yang paling besar.

Tabel 4.7. Hasil Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air Optimum
Mould Penetration (inch) CBR (%)
0.1 14.17
1
0.2 10.96
0.1 12.84
2
0.2 10.12
0.1 9.71
3
0.2 7.88

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


54

Sisi Kering dari Kadar Air Optimum

Grafik CBR Unsoaked Mould 1

300.00
250.00

Beban (psi)
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.18. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum Mould I

Grafik CBR Unsoaked Mould 2

300.00
250.00
Beban (psi)

200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.19. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum Mould II

Grafik CBR Unsoaked Mould 3

300.00
250.00
Beban (psi)

200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.20. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum Mould III

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


55

Pada grafik dalam gambar 4.18 hingga gambar 4.20, dari ketiga sampel
tanah terlihat bahwa besarnya nilai CBR unsoaked terdapat pada range 16%
hingga 20% untuk penetrasi 0.1. Besarnya nilai CBR untuk penetrasi 0.2
terdapat pada range 13.3% hingga 16.4%.
Nilai CBR di atas diperoleh pada sampel tanah dengan kadar air di bawah
kadar air optimum atau sisi kering dari kadar air optimum. Dibandingkan dengan
sampel tanah pada kadar air optimum, nilai CBR pada kondisi sisi kering
mengalami peningkatan.

Tabel 4.8. Hasil Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum
Mould Penetration (inch) CBR (%)
0.1 15.97
1
0.2 13.31
0.1 17.14
2
0.2 14.61
0.1 20.12
3
0.2 16.44

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


56

Sisi Basah dari Kadar Air Optimum

Grafik CBR Unsoaked Mould 1

300.00
250.00

Beban (psi)
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.21. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum Mould I

Grafik CBR Unsoaked Mould 2

300.00
250.00
Beban (psi)

200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.22. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum Mould II

Grafik CBR Unsoaked Mould 3

300.00
250.00
Beban (psi)

200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Penurunan (inch)

Unsoaked (Standard Proctor)

Gambar 4.23. Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum Mould III

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


57

Pada grafik dalam gambar 4.21 hingga 4.23, dari ketiga sampel terlihat
bahwa nilai CBR unsoaked terdapat pada range 9% hingga 9.5% untuk penetrasi
0.1. Sedangkan untuk penetrasi 0.2, nilai CBR sampel tanah terdapat pada range
7% hingga 7.4%.
Nilai CBR tersebut diperoleh dari pemadatan sampel tanah dengan kadar
air di atas kadar air optimum atau sisi basah. Perubahan kadar air dari kondisi
kering menuju kondisi basah dapat mengakibatkan penurunan nilai CBR.

Tabel 4.9. Hasil Uji CBR Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum
Mould Penetration (inch) CBR (%)
0.1 9.24
1
0.2 7.36
0.1 9.00
2
0.2 6.99
0.1 9.47
3
0.2 7.25

4.3 ANALISA HASIL UJI DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)


Setelah melakukan pengujian CBR, sampel tanah disiapkan untuk
selanjutnya dilakukan uji DCP. Alat DCP disusun diatas mould sampel tanah
ekspansif yang telah distabilisasi. Mould disusun vertikal agar mendapatkan
kedalaman yang cukup untuk uji DCP. Pada Gambar 4.24 dapat dilihat bahwa
mould CBR disusun sebanyak 3 lapis. Mould 1 (atas) digabungkan dengan mould
2 (tengah) dengan cara mengextrude sampel tanah pada mould 1 ke dalam mould
2. Sedangkan mould 3 (bawah) cukup dengan dibalik saja sehingga permukaan
sampel tanah bersentuhan langsung dengan permukaan sampel tanah mould 2.
Dengan demikian tidak ada rongga yang diakibatkan oleh susunan mould.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


58

Gambar 4.24. Susunan Mould Uji DCP Gambar 4.25. Susunan Alat DCP

Dalam uji DCP dibutuhkan setidak-tidaknya 2 orang, satu untuk mencatat


penurunan yang terjadi dan yang lainnya untuk mengoperasikan alat DCP. Untuk
memperoleh data yang cukup valid, setiap pengujian DCP dilakukan 2 kali pada
sampel tanah yang akan diuji.

Titik Uji DCP

1
CBR 2

Mould

Gambar 4.26. Sketsa Pengujian DCP pada Sampel Tanah (Tampak Atas)

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


59

4.3.1. Analisa Hasil Uji DCP dengan Stabilisasi Semen + Pasir


Kadar Air Optimum

Kurva Uji DCP I

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100 DCP (mm/blow) = 13.00


CBR =18.28
Penurunan (mm)

150

200
DCP (mm/blow) = 11.00
250 CBR =21.92

DCP (mm/blow) = 13.20


300
CBR =15.73

350

DCP (Standard Proctor)

Gambar 4.27. Uji DCP Stabilisasi Semen + Pasir pada Kadar Air Optimum

Dari ketiga sampel tanah yang digunakan untuk uji CBR unsoaked,
selanjutnya digunakan untuk uji DCP. Ketiga mould digabungkan menjadi satu
sebelum dilakukan uji DCP. Pada kondisi kadar air optimum, jumlah pukulan
yang bisa dilakukan hanya bisa mencapai 24 pukulan. Hal tersebut terkait dengan
terbatasnya tinggi benda uji yang berkisar 33 cm. Jumlah pukulan tidak boleh
melebihi tinggi benda uji.
Uji DCP dilakukan 2 kali pada titik yang berbeda. Namun, untuk kondisi
sampel tanah dengan kadar air optimum ini, uji DCP hanya dilakukan sekali
dikarenakan rusaknya susunan mould akibat uji DCP pada titik pertama. Sehingga
tidak memungkinkan untuk dilakukan uji DCP pada titik kedua.
Pada grafik dalam gambar 4.27 terlihat besarnya penetrasi yang terjadi
untuk tiap mould sedikit berbeda. Pada mould pertama, total penetrasi yang terjadi
adalah sebesar 117 mm dengan jumlah pukulan sebanyak 9 kali. Dengan demikian
penetrasi yang terjadi adalah sebesar 13 mm/pukulan. Untuk mould kedua total
penetrasi yang terjadi sebesar 110 mm dengan jumlah pukulan sebanyak 10 kali

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


60

atau 11 mm/pukulan. Namun, hasil uji DCP pada mould kedua tidak digunakan
dalam mencari nilai korelasi CBR DCP mengingat nilai CBRnya tidak sesuai
dengan dua sampel lainnya. Untuk mould ketiga, total penetrasi yang terjadi
adalah sebesar 66 mm dengan jumlah pukulan sebanyak 5 kali atau 13.2
mm/pukulan. Secara keseluruhan dengan total penetrasi sebanyak 293 mm dan
jumlah pukulan sebanyak 24 kali, didapat nilai rata-rata penetrasi sebesar 12.21
mm/pukulan.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


61

Sisi Kering dari Kadar Air Optimum

Kurva Uji DCP II Titik 1

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
DCP (mm/blow) = 11.40
Penurunan (mm)

CBR =18.54
150

200
DCP (mm/blow) = 10.80
CBR =19.89
250

300
DCP (mm/blow) = 13.86
CBR =26.61
350

DCP (Standard Proctor)

Gambar 4.28. Uji DCP Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum Titik 1

Kurva Uji DCP II Titik 2

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100 DCP (mm/blow) = 12.33


CBR =18.54
Penurunan (mm)

150

200
DCP (mm/blow) = 11.30
CBR =19.89
250

300
DCP (mm/blow) = 14.29
CBR =26.61
350

DCP (Standard Proctor)

Gambar 4.29. Uji DCP Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum Titik 2

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


62

Dari ketiga sampel tanah yang digunakan untuk uji CBR unsoaked,
selanjutnya digunakan untuk uji DCP. Ketiga mould digabungkan menjadi satu
sebelum dilakukan uji DCP. Pada kondisi sisi kering dari kadar air optimum,
jumlah pukulan yang bisa dilakukan hanya bisa mencapai 26 27 pukulan. Hal
tersebut terkait dengan terbatasnya tinggi benda uji yang berkisar 33 cm. Jumlah
pukulan tidak boleh melebihi tinggi benda uji.
Pada kondisi ini, uji DCP dilakukan 2 kali pada titik yang berbeda. Hasil
uji DCP titik 1 dapat dilihat pada grafik dalam gambar 4.28. Dalam grafik terlihat
bahwa besarnya penetrasi yang terjadi untuk tiap mould berbeda-beda. Pada
mould pertama, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 114 mm dengan jumlah
pukulan sebanyak 10 kali. Dengan demikian penetrasi yang terjadi adalah sebesar
11.4 mm/pukulan. Untuk mould kedua total penetrasi yang terjadi sebesar 108
mm dengan jumlah pukulan sebanyak 10 kali atau 10.8 mm/pukulan. Untuk
mould ketiga, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 97 mm dengan jumlah
pukulan sebanyak 7 kali atau 13.86 mm/pukulan. Namun, hasil uji DCP pada
mould ketiga tidak digunakan dalam mencari nilai korelasi CBR DCP mengingat
nilai CBRnya terlalu besar dibandingkan dengan kedua sampel sebelumnya.
Secara keseluruhan dengan total penetrasi sebanyak 319 mm dan jumlah pukulan
sebanyak 27 kali, didapat nilai rata-rata penetrasi sebesar 11.81 mm/pukulan.
Untuk titik 2 (gambar 4.29), total penetrasi yang terjadi pada mould 1
adalah sebesar 111 mm dengan 9 kali jumlah pukulan atau 12.33 mm/pukulan.
Pada mould kedua, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 113 mm dengan
jumlah pukulan sebanyak 10 kali atau 11.3 mm/pukulan. Sedangkan untuk mould
3 total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 100 mm dengan 7 kali jumlah
pukulan atau 14.29 mm/pukulan. Namun, data pada mould ketiga tidak digunakan
dalam korelasi nilai CBR DCP. Secara keseluruhan dengan total penetrasi
sebanyak 324 mm dan jumlah pukulan sebanyak 26 kali, didapat rata-rata
penetrasi sebesar 12.46 mm/pukulan. Dari kedua titik dapat dilihat bahwa
penetrasi pada mould 1 berada pada range 11.4 mm/pukulan hingga 12.3
mm/pukulan. Sedangkan pada mould 2 berada pada range 10.8 mm/pukulan
hingga 11.3 mm/ pukulan.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


63

Sisi Basah dari Kadar Air Optimum

Kurva Uji DCP III Titik 1

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100 DCP (mm/blow) = 17.83


CBR =15.36
Penurunan (mm)

150

200
DCP (mm/blow) = 15.00
250 CBR =18.43

DCP (mm/blow) = 14.00


300 CBR =17.18

350

DCP (Standard Proctor)

Gambar 4.30. Uji DCP Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum Titik 1

Kurva Uji DCP III Titik 2

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100 DCP (mm/blow) = 15.71


CBR =15.36
Penurunan (mm)

150

200
DCP (mm/blow) = 14.86
250 CBR =18.43
DCP (mm/blow) = 13.20
300 CBR =17.18

350

DCP (Standard Proctor)

Gambar 4.31. Uji DCP Stabilisasi Semen + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum Titik 2

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


64

Dari ketiga sampel tanah yang digunakan untuk uji CBR unsoaked,
selanjutnya digunakan untuk uji DCP. Ketiga mould digabungkan menjadi satu
sebelum dilakukan uji DCP. Pada kondisi sisi basah dari kadar air optimum,
jumlah pukulan yang bisa dilakukan hanya bisa mencapai 19 pukulan. Hal
tersebut terkait dengan terbatasnya tinggi benda uji yang berkisar 33 cm. Jumlah
pukulan tidak boleh melebihi tinggi benda uji.
Pada kondisi ini, uji DCP dilakukan 2 kali pada titik yang berbeda. Hasil
uji DCP titik 1 dapat dilihat pada grafik dalam gambar 4.30. Dalam grafik terlihat
bahwa besarnya penetrasi yang terjadi untuk tiap mould berbeda-beda. Pada
mould pertama, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 107 mm dengan jumlah
pukulan sebanyak 6 kali. Dengan demikian penetrasi yang terjadi adalah sebesar
17.83 mm/pukulan. Untuk mould kedua total penetrasi yang terjadi sebesar 120
mm dengan jumlah pukulan sebanyak 8 kali atau 15 mm/pukulan. Untuk mould
ketiga, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 70 mm dengan jumlah pukulan
sebanyak 5 kali atau 14 mm/pukulan. Secara keseluruhan dengan total penetrasi
sebanyak 297 mm dan jumlah pukulan sebanyak 19 kali, didapat nilai rata-rata
penetrasi sebesar 15.63 mm/pukulan.
Untuk titik 2 (gambar 4.31), total penetrasi yang terjadi pada mould 1
adalah sebesar 110 mm dengan 7 kali jumlah pukulan atau 15.71 mm/pukulan.
Pada mould kedua, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 104 mm dengan
jumlah pukulan sebanyak 7 kali atau 14.86 mm/pukulan. Sedangkan untuk mould
3 total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 66 mm dengan 5 kali jumlah pukulan
atau 13.2 mm/pukulan. Secara keseluruhan dengan total penetrasi sebanyak 280
mm dan jumlah pukulan sebanyak 19 kali, didapat rata-rata penetrasi sebesar
14.74 mm/pukulan. Dari kedua titik dapat dilihat bahwa penetrasi pada mould 1
berada pada range 15.71 mm/pukulan hingga 17.83 mm/pukulan. Sedangkan pada
mould 2 berada pada range 14.86 mm/pukulan hingga 15 mm/ pukulan. Untuk
mould 3, penetrasi yang terjadi berada pada range 13.2 mm/ pukulan hingga 14
mm/pukulan.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


65

4.3.2. Analisa Hasil Uji DCP dengan Stabilisasi Kapur + Pasir


Kadar Air Optimum

Kurva Uji DCP I Titik 1

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100 DCP (mm/blow) = 22.40


CBR =10.96
Penurunan (mm)

150

200

DCP (mm/blow) = 22.60


250 CBR =10.12

300 DCP (mm/blow) = 21.00


CBR =7.88
350

DCP (Standard Proctor)

Gambar 4.32. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air Optimum Titik 1

Kurva Uji DCP I Titik 2

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100 DCP (mm/blow) = 21.20


CBR =10.96
Penurunan (mm)

150

200
DCP (mm/blow) = 21.00
250 CBR =10.12

DCP (mm/blow) = 21.75


300 CBR =7.88

350

DCP (Standard Proctor)

Gambar 4.33. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Kadar Air Optimum Titik 2

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


66

Dari ketiga sampel tanah yang digunakan untuk uji CBR unsoaked,
selanjutnya digunakan untuk uji DCP. Ketiga mould digabungkan menjadi satu
sebelum dilakukan uji DCP. Pada kondisi kadar air optimum, jumlah pukulan
yang bisa dilakukan hanya bisa mencapai 14 pukulan. Hal tersebut terkait dengan
terbatasnya tinggi benda uji yang berkisar 33 cm. Jumlah pukulan tidak boleh
melebihi tinggi benda uji.
Pada kondisi ini, uji DCP dilakukan 2 kali pada titik yang berbeda. Hasil
uji DCP titik 1 dapat dilihat pada grafik dalam gambar 4.32. Dalam grafik terlihat
bahwa besarnya penetrasi yang terjadi untuk tiap mould berbeda-beda. Pada
mould pertama, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 112 mm dengan jumlah
pukulan sebanyak 5 kali. Dengan demikian penetrasi yang terjadi adalah sebesar
22.4 mm/pukulan. Untuk mould kedua total penetrasi yang terjadi sebesar 113
mm dengan jumlah pukulan sebanyak 5 kali atau 22.6 mm/pukulan. Untuk mould
ketiga, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 84 mm dengan jumlah pukulan
sebanyak 4 kali atau 21 mm/pukulan. Namun, hasil uji DCP pada mould ketiga
tidak digunakan dalam mencari nilai korelasi CBR DCP mengingat nilai
CBRnya terlalu kecil dibandingkan dengan kedua sampel sebelumnya. Secara
keseluruhan dengan total penetrasi sebanyak 309 mm dan jumlah pukulan
sebanyak 14 kali, didapat nilai rata-rata penetrasi sebesar 22.07 mm/pukulan.
Untuk titik 2 (gambar 4.33), total penetrasi yang terjadi pada mould 1
adalah sebesar 106 mm dengan 5 kali jumlah pukulan atau 21.2 mm/pukulan.
Pada mould kedua, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 105 mm dengan
jumlah pukulan sebanyak 5 kali atau 21 mm/pukulan. Sedangkan untuk mould 3
total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 87 mm dengan 4 kali jumlah pukulan
atau 21.75 mm/pukulan. Namun, data pada mould ketiga tidak digunakan dalam
korelasi nilai CBR DCP. Secara keseluruhan dengan total penetrasi sebanyak
298 mm dan jumlah pukulan sebanyak 14 kali, didapat rata-rata penetrasi sebesar
21.29 mm/pukulan. Dari kedua titik dapat dilihat bahwa penetrasi pada mould 1
dan mould 2 berada pada range 21 mm/pukulan hingga 22.6 mm/pukulan.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


67

Sisi Kering dari Kadar Air Optimum

Kurva Uji DCP II Titik 1

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100 DCP (mm/blow) = 12.78


CBR =13.31
Penurunan (mm)

150

200
DCP (mm/blow) = 10.36
CBR =14.61
250

300
DCP (mm/blow) = 10.67
CBR =16.44
350

DCP (Standard Proctor)

Gambar 4.34. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum Titik 1

Kurva Uji DCP II Titik 2

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100 DCP (mm/blow) = 12.22


CBR =13.31
Penurunan (mm)

150

200
DCP (mm/blow) = 10.55
CBR =14.61
250

300
DCP (mm/blow) = 10.56
CBR =16.44
350

DCP (Standard Proctor)

Gambar 4. 35. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Kering Kadar Air Optimum Titik 2

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


68

Dari ketiga sampel tanah yang digunakan untuk uji CBR unsoaked,
selanjutnya digunakan untuk uji DCP. Ketiga mould digabungkan menjadi satu
sebelum dilakukan uji DCP. Pada kondisi sisi kering dari kadar air optimum,
jumlah pukulan yang bisa dilakukan hanya bisa mencapai 29 pukulan. Hal
tersebut terkait dengan terbatasnya tinggi benda uji yang berkisar 33 cm. Jumlah
pukulan tidak boleh melebihi tinggi benda uji.
Pada kondisi ini, uji DCP dilakukan 2 kali pada titik yang berbeda. Hasil
uji DCP titik 1 dapat dilihat pada grafik dalam gambar 4.34. Dalam grafik terlihat
bahwa besarnya penetrasi yang terjadi untuk tiap mould berbeda-beda. Pada
mould pertama, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 115 mm dengan jumlah
pukulan sebanyak 9 kali. Dengan demikian penetrasi yang terjadi adalah sebesar
12.78 mm/pukulan. Untuk mould kedua total penetrasi yang terjadi sebesar 114
mm dengan jumlah pukulan sebanyak 11 kali atau 10.36 mm/pukulan. Untuk
mould ketiga, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 96 mm dengan jumlah
pukulan sebanyak 9 kali atau 16.44 mm/pukulan. Secara keseluruhan dengan total
penetrasi sebanyak 325 mm dan jumlah pukulan sebanyak 29 kali, didapat nilai
rata-rata penetrasi sebesar 11.21 mm/pukulan.
Untuk titik 2 (gambar 4.35), total penetrasi yang terjadi pada mould 1
adalah sebesar 110 mm dengan 9 kali jumlah pukulan atau 12.22 mm/pukulan.
Pada mould kedua, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 116 mm dengan
jumlah pukulan sebanyak 11 kali atau 10.55 mm/pukulan. Sedangkan untuk
mould 3 total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 95 mm dengan 9 kali jumlah
pukulan atau 10.56 mm/pukulan. Secara keseluruhan dengan total penetrasi
sebanyak 321 mm dan jumlah pukulan sebanyak 29 kali, didapat rata-rata
penetrasi sebesar 11.07 mm/pukulan. Dari kedua titik dapat dilihat bahwa
penetrasi pada mould 1 berada pada range 12.22 mm/pukulan hingga 12.78
mm/pukulan. Sedangkan pada mould 2 dan mould 3 berada pada range 10.3
mm/pukulan hingga 10.7 mm/ pukulan.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


69

Sisi Basah dari Kadar Air Optimum

Kurva Uji DCP III Titik 1

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100 DCP (mm/blow) = 34.00


CBR = 7.36
Penurunan (mm)

150

200 DCP (mm/blow) = 36.33


CBR = 6.99
250

DCP (mm/blow) = 30.00


300
CBR = 7.25

350

DCP (Standard Proctor)

Gambar 4.36. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum Titik 1

Kurva Uji DCP III Titik 2

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100 DCP (mm/blow) = 35.33


CBR = 7.36
Penurunan (mm)

150

200 DCP (mm/blow) = 35.67


CBR = 6.99
250

300 DCP (mm/blow) = 30.33


CBR = 7.25

350

DCP (Standard Proctor)

Gambar 4.37. Uji DCP Stabilisasi Kapur + Pasir pada Sisi Basah Kadar Air Optimum Titik 2

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


70

Dari ketiga sampel tanah yang digunakan untuk uji CBR unsoaked,
selanjutnya digunakan untuk uji DCP. Ketiga mould digabungkan menjadi satu
sebelum dilakukan uji DCP. Pada kondisi sisi basah dari kadar air optimum,
jumlah pukulan yang bisa dilakukan hanya bisa mencapai 9 pukulan. Hal tersebut
terkait dengan terbatasnya tinggi benda uji yang berkisar 33 cm. Jumlah pukulan
tidak boleh melebihi tinggi benda uji.
Pada kondisi ini, uji DCP dilakukan 2 kali pada titik yang berbeda. Hasil
uji DCP titik 1 dapat dilihat pada grafik dalam gambar 4.36. Dalam grafik terlihat
bahwa besarnya penetrasi yang terjadi untuk tiap mould berbeda-beda. Pada
mould pertama, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 102 mm dengan jumlah
pukulan sebanyak 3 kali. Dengan demikian penetrasi yang terjadi adalah sebesar
34 mm/pukulan. Untuk mould kedua total penetrasi yang terjadi sebesar 109 mm
dengan jumlah pukulan sebanyak 3 kali atau 36.33 mm/pukulan. Untuk mould
ketiga, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 90 mm dengan jumlah pukulan
sebanyak 3 kali atau 30 mm/pukulan. Secara keseluruhan dengan total penetrasi
sebanyak 301 mm dan jumlah pukulan sebanyak 9 kali, didapat nilai rata-rata
penetrasi sebesar 33.44 mm/pukulan.
Untuk titik 2 (gambar 4.37), total penetrasi yang terjadi pada mould 1
adalah sebesar 106 mm dengan 3 kali jumlah pukulan atau 35.33 mm/pukulan.
Pada mould kedua, total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 107 mm dengan
jumlah pukulan sebanyak 3 kali atau 35.67 mm/pukulan. Sedangkan untuk mould
3 total penetrasi yang terjadi adalah sebesar 91 mm dengan 3 kali jumlah pukulan
atau 30.33 mm/pukulan. Secara keseluruhan dengan total penetrasi sebanyak 304
mm dan jumlah pukulan sebanyak 9 kali, didapat rata-rata penetrasi sebesar 33.78
mm/pukulan. Dari kedua titik dapat dilihat bahwa penetrasi pada mould 1, mould
2, dan mould 3 berada pada range 30 mm/pukulan hingga 36 mm/pukulan.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


71

4.4 KORELASI NILAI CBR DAN DCP


4.4.1. Korelasi Nilai CBR dan DCP pada Tanah Ekspansif yang Telah
Distabilisasi Semen + Pasir

Kurva CBR - DCP


(Tanah Ekspansif + 5% Semen + 10% Pasir)

100
CBR (%)

10

1
1 10 100
-0.4569
y = 57.863x DCP (mm/blow)
2
R = 0.5515 Standard Proctor

Gambar 4.38. Kurva Korelasi CBR DCP dengan Stabilisasi Semen dan Pasir (Skala Logaritma)

Kurva CBR - DCP


(Tanah Ekspansif + 5% Semen + 10% Pasir)

25.00

20.00

15.00
CBR (%)

2
R = 0.5515

10.00 log (CBR) = -0.4569 log (DCP) + 1.7624

5.00

0.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00
DCP (mm/blow)

Standard Proctor

Gambar 4. 39. Kurva Korelasi CBR DCP dengan Stabilisasi Semen dan Pasir (Skala Biasa)

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


72

Tabel 4.10. Data Hasil Uji CBR dan DCP dengan Stabilisasi Semen dan Pasir
Kadar Air CBR DCP 1 DCP 2
(%) (%) (mm/blow) (mm/blow)
Sisi 25.07 18.54 11.40 12.33
Kering 23.62 19.89 10.80 11.30
29.06 18.28 13.00 -
Optimum
28.85 15.73 13.20 -
29.80 15.36 17.83 15.71
Sisi Basah 30.29 18.43 15.00 14.86
29.61 17.18 14.00 13.20

Dengan menghubungkan nilai CBR yang terdapat pada seluruh sampel


tanah dengan nilai DCP yang terjadi, maka akan didapat nilai korelasi antara CBR
dan DCP. Persamaan korelasi diperoleh dengan menggunakan bantuan program
Microsoft Excel. Dalam gambar 4.38, dari grafik yang ada diperoleh persamaan
korelasi sebagai berikut:
CBR = 57.863 DCP -0.4569 (4.1)
atau
log (CBR) = -0.4569 log (DCP) + 1.7642 (4.2)
dimana: nilai DCP (mm/pukulan)

Kadar Air VS CBR

25.00

20.00
CBR (%)

15.00
2
R = 0.417
10.00

5.00

0.00
15.00 20.00 25.00 30.00 35.00
Kadar Air (%)

Gambar 4.40. Hubungan antara Kadar Air dan Nilai CBR (Stabilisasi Semen dan Pasir)

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


73

Besarnya kadar air dapat mempengaruhi nilai CBR sampel tanah yang
telah distabilisasi dengan semen dan pasir. Pada gambar 4.40 dapat kita lihat
bahwa nilai CBR cenderung turun seiring dengan tingginya kadar air yang
terkandung dalam sampel tanah. Kadar air mempengaruhi kepadatan dari sampel
tanah sehingga daya dukungnya juga ikut berpengaruh. Tanah yang kering
cenderung bersifat keras, dan tanah yang basah cenderung bersifat lembek/lunak.
Persebaran kadar air pada sisi basah masih dalam lingkup kadar air optimum.
Kesalahan terjadi pada saat proses penambahan air untuk mencapai kadar air
target yang diinginkan. Akibatnya, bila kita lihat dalam grafik hubungan antara
kadar air dan CBR, terjadi penyimpangan yang cukup besar.

Kadar Air VS DCP

20.00
DCP (mm/blow)

15.00

10.00
2
R = 0.6516
5.00

0.00
15.00 20.00 25.00 30.00 35.00
Kadar Air (%)

Gambar 4.41. Hubungan antara Kadar Air dan Nilai DCP (Stabilisasi Semen dan Pasir)

Berbeda dengan hubungan antara kadar air dengan nilai CBR, hubungan
antara kadar air dengan nilai DCP cenderung berbanding lurus. Semakin keras
suatu tanah, nilai DCPnya akan semakin kecil dikarenakan penetrasi yang masuk
ke dalam tanah tidak terlalu besar. Sedangkan jika tanah tersebut basah, maka
sampel tanah tersebut akan bersifat lunak sehingga penetrasi yang masuk akan
semakin dalam. Hal ini membuktikan bahwa kadar air pada sampel tanah
mempengaruhi kepadatan tanah tersebut.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


74

4.4.2. Korelasi Nilai CBR dan DCP pada Tanah Ekspansif yang Telah
Distabilisasi Kapur + Pasir

Kurva CBR - DCP


(Tanah Ekspansif + 15% Kapur + 10% Pasir)

100
CBR (%)

10

1
1 10 100
-0.6369
y = 69.613x DCP (mm/blow)
2
R = 0.9567
Standard Proctor

Gambar 4.42. Kurva Korelasi CBR DCP dengan Stabilisasi Kapur dan Pasir (Skala Logaritma)

Kurva CBR - DCP


(Tanah Ekspansif + 15% Kapur + 10% Pasir)

25.00

20.00

15.00
CBR (%)

10.00
2
R = 0.9567
5.00
log (CBR) = -0.6369 log (DCP) + 1.8427
0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
DCP (mm/blow)

Standard Proctor

Gambar 4.43. Kurva Korelasi CBR DCP dengan Stabilisasi Kapur dan Pasir (Skala Biasa)

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


75

Tabel 4.11. Data Hasil Uji CBR dan DCP dengan Stabilisasi Kapur dan Pasir
Kadar Air CBR DCP 1 DCP 2
(%) (%) (mm/blow) (mm/blow)
18.49 13.31 12.78 12.22
Sisi
17.92 14.61 10.36 10.55
Kering
18.30 16.44 10.67 10.56
24.27 10.96 22.40 21.20
Optimum
24.93 10.12 22.60 21.00
29.80 7.36 34.00 35.33
Sisi Basah 30.29 6.99 36.33 35.67
29.61 7.25 30.00 30.33

Dengan menghubungkan nilai CBR yang terdapat pada seluruh sampel


tanah dengan nilai DCP yang terjadi, maka akan didapat nilai korelasi antara CBR
dan DCP. Persamaan korelasi diperoleh dengan menggunakan bantuan program
Microsoft Excel. Dalam gambar 4.42, dari grafik yang ada diperoleh persamaan
korelasi sebagai berikut:
CBR = 69.613 DCP -0.6369 (4.3)
atau
log (CBR) = -0.6369 log (DCP) + 1.8427 (4.4)
dimana: nilai DCP (mm/pukulan)

Kadar Air VS CBR

20.00

15.00
CBR (%)

10.00
2
R = 0.9472
5.00

0.00
15.00 20.00 25.00 30.00 35.00
Kadar Air (%)

Gambar 4.44. Hubungan antara Kadar Air dan Nilai CBR (Stabilisasi Kapur dan Pasir)

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


76

Kadar Air VS DCP

40.00
35.00

DCP (mm/blow)
30.00
25.00
20.00
2
15.00 R = 0.974
10.00
5.00
0.00
15.00 20.00 25.00 30.00 35.00
Kadar Air (%)

Gambar 4.45. Hubungan antara Kadar Air dan Nilai DCP (Stabilisasi Kapur dan Pasir)

Tak berbeda jauh dengan sampel tanah yang telah distabilisasi dengan
semen dan pasir, sampel tanah stabilisasi kapur dan pasir juga menunjukkan
kecenderungan yang sama jika kadar air ditinjau dengan nilai CBR dan DCP.
Hubungan antara kadar air dan nilai CBR berbanding terbalik, dalam hal ini
semakin tinggi kadar air maka semakin kecil nilai CBRnya. Sedangkan hubungan
antara kadar air dengan nilai DCP cenderung berbanding lurus.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


77

4.4.3. Perbandingan Korelasi Nilai CBR dan DCP pada Tanah Ekspansif
Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan akibat bahan
stabilisasi pada sampel tanah ekspansif, persamaan nilai korelasi yang didapat
ditampilkan dalam sebuah grafik berikut:

Kurva CBR - DCP (Standard Proctor)

100
CBR (%)

10
Tanah Ekspansif + 5% Semen +10% Pasir

Tanah Ekspansif + 15% Kapur +10% Pasir

Tanah Ekspansif (Pudia, 2011)


1
1 10 100
DCP (mm/blow)

Gambar 4.46. Perbandingan Kurva CBR DCP pada Sampel Tanah Asli dan yang Telah
Distabilisasi

Gambar 4.46 membandingkan hubungan korelasi antara sampel tanah asli


dengan sampel tanah yang telah distabilisasi. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Pudia Prisandhy (2011) didapat nilai korelasi CBR dan DCP pada sampel tanah
asli dengan menggunakan rumus:
log (CBR) = -0.569 log (DCP) + 1.684 (4.5)

Dalam grafik tersebut terlihat bahwa nilai CBR sampel tanah yang telah
distabilisasi mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan nilai CBR pada
sampel tanah asli. Pada grafik tersebut juga dapat dilihat bahwa stabilisasi dengan
semen membuktikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan bahan
stabilisasi kapur. Persebaran data yang ditunjukkan dalam grafik memiliki
kecenderungan yang sama. Hal tersebut dapat dilihat dari persamaan garis yang
dibentuk oleh ketiga jenis kurva korelasi nilai CBR dan DCP relatif sejajar.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Penelitian yang dilakukan merupakan hasil studi awal. Berdasarkan analisa
hasil sampel tanah yang telah distabilisasi dengan semen dan pasir serta sampel
tanah yang telah distabilisasi dengan kapur dan pasir, dapat diambil beberapa
kesimpulan berikut:
1. Dari kurva hasil hubungan antara nilai CBR dan DCP, diperoleh
persamaan nilai korelasi sampel tanah lempung ekspansif yang telah
distabilisasi dengan 5% semen dan 10% pasir sebagai berikut:
log (CBR) = -0.4569 log (DCP) + 1.7624
2. Sedangkan untuk sampel tanah yang telah distabilisasi dengan 15% kapur
dan 10% pasir, didapat persamaan nilai korelasi sebagai berikut:
log (CBR) = -0.6369 log (DCP) + 1.8427
3. Dari persamaan yang didapat, kurva korelasi nilai CBR dan DCP pada
sampel tanah yang telah distabilisasi dengan semen dan pasir berada di
atas kurva korelasi nilai CBR dan DCP pada sampel tanah yang telah
distabilisasi dengan kapur dan pasir. Dengan masa peram selama 7 hari,
bahan stabilisasi semen dan kapur dapat meningkatkan nilai CBR pada
tanah lempung ekspansif. Peningkatan nilai CBR dengan stabilisasi semen
lebih besar dibandingkan dengan peningkatan nilai CBR dengan stabilisasi
kapur.
4. Nilai korelasi CBR dan DCP sampel tanah ekspansif yang tidak
distabilisasi didapat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pudia
Prisandhy (2011). Dari kurva korelasi, penambahan bahan stabilisasi
mempengaruhi persamaan nilai korelasi CBR dan DCP. Bahan stabilisasi
terbukti dapat meningkatkan nilai CBR.

78
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


79

5.2 SARAN
1. Jumlah sampel tanah uji yang digunakan sebaiknya diperbanyak untuk
mendapatkan data yang lebih akurat. Perlu dilakukan pengujian dengan
menggunakan variasi kadar air yang berbeda untuk melihat kecenderungan
nilai CBR dan DCP yang terjadi.
2. Perlu dilakukan penelitian untuk korelasi nilai CBR dan DCP pada sampel
tanah yang telah dipadatkan dengan menggunakan modified proctor.
3. Agar korelasi nilai ini dapat digunakan secara umum, maka perlu
dilakukan pengujian CBR lapangan untuk mengetahui sampai seberapa
jauh korelasi ini dapat digunakan pada pekerjaan lapangan.
4. Masa pemeraman dan teknisnya perlu diperhatikan lebih lanjut untuk
meminimalisir berkurangnya kadar air pada sampel tanah. Disarankan
untuk mengadakan pengujian dengan masa pemeraman yang bervariasi
untuk melihat pengaruh masa pemeraman terhadap nilai korelasi.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


DAFTAR REFERENSI

Abdulghani, Zaki. (2010). Pengaruh Pencampuran Pasir dan Semen Terhadap


Kekuatan Geser Tanah Ekspansif Melalui Uji Triaksial Terkonsolidasi Tak
terdrainasi. Skripsi. Depok.

Atkinson, J.H., and Brandsby, P.L. (1982). The machanics of soil. McGraw Hill
Book Company(U.K.) Ltd.

Budhu, M. (2007). Soil mechanics and foundations. John Willey and Sons Inc.
USA.

Chen, F.H. (1975). Foundations On Expansive Soils. Elsevier Scientific


Publishing Company. New York.

Craig, R.F. (1987). Mekanika Tanah (1994). Terjemahan Budi Susilo Soupandji
dari Soil Mechanics, Fourth Edition (1987), Erlangga, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Penanganan Tanah Ekspansif Untuk


Konstruksi Jalan. Pedoman Konstruksi dan Bangunan.

Departemen Pekerjaan Umum. Laporan Penelitian: Pengkajian Penanganan


Kerusakan Jalan di Atas Tanah Ekspansif. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. Laporan Penelitian: Perilaku Perubahan Tanah


Ekspansif. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Pedoman Stabilisasi Dangkal Tanah


Lunak Untuk Konstruksi Timbunan Jalan. Badan Litbang Departemen
Pekerjaan Umum,

Departemen Teknik Sipil. (1995). Pengaruh Campuran Pasir Terhadap Tanah


Lempung yang Mengandung Kandungan Mineral yang Berbeda. Laporan
Penelitian. Depok.

Gromko, G.J. (1974). Review of Expansive Soils. Journal of The Geotechnical


Engineering Division, HSCE, Vol. 100. No GT6, June 1974.

Harison, J.A. (1986). Correlation of CBR and Dynamic Cone Penetrometer


Strength Measurement of Soils. Australian Road Research 16(2), June 1986.

Ingles, O.G., and Metcalf, J.B. (1972). Soil Stabilization Principle and Practice.
Butterwoths. Sydney.

80
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


81

Suherman, M. Laporan Penelitian: Pengembangan Teknologi Penanggulangan


Tanah Ekspansif dengan Horizontal Barrier. Departemen Pekerjaan Umum.
Jakarta.

Suherman, M. (2005). Potensi Sifat Ekspansif Tanah Kelempungan. Jurnal


Litbang Jalan, Volume 22 No.2, Mei 2005.

Soepandji et al. (1995). Pengaruh Campuran Pasir Terhadap Tanah Liat (Clay)
yang Mengandung Kandungan Mineral yang Berbeda. Depok.

Soepandji et al. (1995). Pengaruh Kekuatan Tanah Gambut Akibat Penambahan


Semen Clean Set (CS-10). Depok.

Sujadji Kamarwan. (1968). Lime Soil Stabilization Untuk Konstruksi Jalan. Biro
Teknik Perkerjaan Umum. Jakarta.

Suprapto, Yustian Heri. (2008). Korelasi Nilai CBR dan DCP pada Tanah
Gambut Yang Dipadatkan. Skripsi. Depok.

Teguh Prasojo, Prima. (2010). Pengaruh Pencampuran Pasir dan Kapur


Terhadap Kuat Geser Tanah Ekspansif Melalui Uji Triaksial Terkonsolidasi
Tak Terdrainasi. Skripsi. Depok.

Universitas Indonesia (2000). Pedoman Praktikum Mekanika Tanah. Depok.

Virisdiyanto. (1999). Studi Perbandingan Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif


dan Pasir dengan Penambahan Semen Portland atau Kapur untuk Lapisan
Badan Jalan. Skripsi. Depok.

Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


LAMPIRAN A

HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM IDENTIFIKASI TANAH

LEMPUNG EKSPANSIF

ATTERBERG LIMIT (ASTM D4318-84), UJI SPECIFIC GRAVITY (ASTM

D422-63), UJI SWELLING (D4546-85), UJI ANALISA BUTIRAN (ASTM

C136-46), UJI PEMADATAN STANDARD PROCTOR (ASTM D698-78)

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


ATTERBERG LIMIT

Sample No. : SERI 1


Description of Soil : Expansive Soil
Date : 12 January 2010

Liquid Limit Determination


I II III IV
Berat tanah basah + can 52.26 47.23 51.85 56.35
Berat tanah kering + can 32.67 27.17 31.19 33.36
Berat can 9.23 4.43 8.88 8.89
Berat tanah kering 23.44 22.74 22.31 24.47
Berat air 19.59 20.06 20.66 22.99
Kadar air 83.58 88.21 92.60 93.95
Jumlah ketukan, N 41 27 19 17

100

95

90
W (%)

85

80

75

70
10 100
Jumlah Ketukan

Liquid Limit = 89.32 %

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran A: (Lanjutan)

Plastic Limit Determination


Can No. I II
Berat tanah basah + Can 45.66 44.57
Berat tanah kering + Can 38.06 37.32
Berat Can 21.27 21.2
Berat tanah kering 16.79 16.12
Berat air 7.6 7.25
Kadar air 45.27 44.98
Kadar air rata-rata (plastic limit) 45.12 %

Flow index, FI = 27.24%


Liquid limit, LL = 89.32%
Plastic limit, PL = 45.12%
Plasticity index, IP = 44.20%

LA - 2
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran A: (Lanjutan)

Sample No. : SERI 2


Description of Soil : Expansive Soil
Date : 13 January 2010

Liquid Limit Determination


I II III IV
Berat tanah basah + can 51.92 54.25 51.56 59.82
Berat tanah kering + can 32.17 33.3 30.67 34.57
Berat can 8.1 8.35 8.28 8.75
Berat tanah kering 24.07 24.95 22.39 25.82
Berat air 19.75 20.95 20.89 25.25
Kadar air 82.05 83.97 93.30 97.79
Jumlah ketukan, N 39 31 20 16

100

95

90
W (%)

85

80

75

70
10 100
Jumlah Ketukan

Liquid Limit = 89.23 %

LA - 3
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran A: (Lanjutan)

Plastic Limit Determination


Can No. I II
Berat tanah basah + Can 33.13 32.23
Berat tanah kering + Can 25.86 25.4
Berat Can 10.05 10.4
Berat tanah kering 15.81 15
Berat air 7.27 6.83
Kadar air 45.98 45.53
Kadar air rata-rata (plastic limit) 45.76%

Flow index, FI = 42.27%


Liquid limit, LL = 89.23%
Plastic limit, PL = 45.76%
Plasticity index, IP = 43.48%

LA - 4
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran A: (Lanjutan)

Shrinkage Limit Determination


Sample No. : SERI 1
Description of Soil : Expansive Soil
Date : 13 January 2010

No. coated dish 1 2


Berat tanah basah + coated dish ww+c(gr) 61.3 69.01
Berat coated dish wc(gr) 37.24 46
Berat tanah basah ww = ww + c wc (gr) 24.06 23.01
Berat tanah kering + coated dish wd+c(gr) 49.34 57.63
wd = wd + c wc (gr) 12.1 11.63
Berat tanah kering
Berat raksa + coated dish wHg+c(gr) 262.62 261.26
Berat raksa wHg(gr) 225.38 215.26
Volume tanah basah ( Vw ) wHg/13.53 16.66 15.91
Berat raksa + shrinkage dish wHg+s(gr) 757.97 758.92
Berat raksa + shrinkage dish
672.85 679.08
(setelah sub-merging soil cake) wHg+s(gr)
Berat raksa yang dipindahkan (wHg+s) (wHg+s) 85.12 79.84
Volume tanah kering ( Vd ) (wHg)/13.53 6.29 5.90
Shrinkage Limit SL 13.17% 11.79%
Shrinkage Ratio SR 1.92 1.97

LA - 5
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran A: (Lanjutan)

Shrinkage Limit Determination


Sample No. : SERI 2
Description of Soil : Expansive Soil
Date : 14 January 20

No. coated dish 1 2


Berat tanah basah + coated dish ww+c(gr) 40.51 45.56
Berat coated dish wc(gr) 19.33 24.78
Berat tanah basah ww = ww + c wc (gr) 21.18 20.78
Berat tanah kering + coated dish wd+c(gr) 29.94 35.16
wd = wd + c wc (gr) 10.61 10.38
Berat tanah kering
Berat raksa + coated dish wHg+c(gr) 217.39 217.56
Berat raksa wHg(gr) 198.06 192.78
Volume tanah basah ( Vw ) wHg/13.53 14.64 14.25
Berat raksa + shrinkage dish wHg+s(gr) 755.14 755.5
Berat raksa + shrinkage dish
681.07 682.82
(setelah sub-merging soil cake) wHg+s(gr)
Berat raksa yang dipindahkan (wHg+s) (wHg+s) 74.07 72.68
Volume tanah kering ( Vd ) (wHg)/13.53 5.47 5.37
Shrinkage Limit SL 13.25% 14.68%
Shrinkage Ratio SR 1.94 1.93

LA - 6
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran A: (Lanjutan)

SPECIFIC GRAVITY

Project : Skripsi
Location of Project : Cikarang
Description of Soil : Expansive Soil
Test Performed by : Zaki

Sample Number 1 2
Berat Tanah (Ws) 100 100
Berat Piknometer + Air (Wbw) 654.57 656.39
Berat Piknometer + Air + Tanah (Wbws) 716.92 719.16
Berat Air (Ww) 37.65 37.23
Suhu (C) 28 28
Koefisien 0.9963 0.9963
Specific Grafity (Gs) 2.646 2.676

Average Specific Gravity = 2.661

LA - 7
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran A: (Lanjutan)

SWELLING TEST
SERI 1

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

SWELLING TEST
PROJECT DEPT H OF SAMPLE TESTED BY
PENELITIAN - m DADEN
LOCATION BOREHOLE NO.
LAB MEKTAN FT UI
DATE OF TESTING
7 MARET 2010
PROJECT NUMBER:

1.000

0.900

0.800
Void Ratio, e

0.700

0.600

0.500
1.00 10.00 100.00 1000.00

Pressure (kPa)

Swelling 9.367 %
Water content 32.44 %
Swelling Pressure 445.00 kPa

LA - 8
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran A: (Lanjutan)

SWELLING TEST
SERI 2

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

SWELLING TEST
PROJECT DEPT H OF SAMPLE TESTED BY
PENELITIAN - m DADEN
LOCATION BOREHOLE NO.
LAB MEKTAN FT UI
DATE OF TESTING
7 MARET 2010
PROJECT NUMBER:

1.000

0.900

0.800
Void Ratio, e

0.700

0.600

0.500
1.00 10.00 100.00 1000.00

Pressure (kPa)

Swelling 8.510 %
Water content 32.91 %
Swelling Pressure 349.00 kPa

LA - 9
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran A: (Lanjutan)

ANALISA BUTIRAN
SERI 1

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

GRAIN SIZE DISTRIBUTION


PROJECT DEPTH OF SAMPLE
EXPANSIVE SOIL 0.00 - 0.00 m
LOCATION DATE OF T EST ING
CIKARANG 01/02/10
BOREHOLE NO. SAMPLE NO. TESTED BY
0 2 DENNY
PROJECT NUMBER:

<< Gravel Sand 0.425 Silt Clay >>

0.075
4.75

100.00
2

80.00

60.00
Percent finer

40.00

20.00
0.425

0.075
4.75

0.00
2
100

0.0001
1

0.1

0.01

0.001
10

Grain diamater (mm)

Composition
Sand 3.4 %
Silt 55.9 %
Clay 40.7 %

Visual Soil Description 0


Soil Classification UNIFIED SOIL CLASSIFICATION

LA - 10
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran A: (Lanjutan)

ANALISA BUTIRAN
SERI 2

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

GRAIN SIZE DISTRIBUTION


PROJECT DEPTH OF SAMPLE
EXPANSIVE SOIL 0.00 - 0.00 m
LOCATION DATE OF T EST ING
CIKARANG 01/02/10
BOREHOLE NO. SAMPLE NO. TESTED BY
0 1 DENNY
PROJECT NUMBER:

<< Gravel Sand 0.425 Silt Clay >>

0.075
4.75

100.00
2

80.00

60.00
Percent finer

40.00

20.00
0.425

0.075
4.75

0.00
2
100

0.0001
1

0.1

0.01

0.001
10

Grain diamater (mm)

Composition
Sand 3.7 %
Silt 56.1 %
Clay 40.2 %

Visual Soil Description 0


Soil Classification UNIFIED SOIL CLASSIFICATION

LA - 11
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran A: (Lanjutan)

PEMADATAN
(STANDARD PROCTOR)

Project : Skripsi
Location of Project : Cikarang
Description of Soil : Expansive
Test Performed by : Denny, Zaki, Vandemora, Pudia
No. of Wt. of Hammer :
Blow/Layer : 25 3
Layers :
Volum
Mold Diam. (cm) : 15.245 H (cm) : 11.78 e 2149.17
(cm3):
Date Test : 14/1/2010

Sample No. 1 2 3 4 5
Water Content 24.26% 28.61% 31.88% 33.41% 35.74%
Wt of Soil + Mold 7288 7498 7649 7658 7588
Wt of Mold 3800 3800 3800 3800 3800
Wt of Soil in Mold 3488 3698 3849 3858 3788
Wet density, gr/cm3 1.623 1.721 1.791 1.795 1.763
Dry density, gr/cm3 1.306 1.338 1.358 1.346 1.298

Kurva Pemadatan Tanah Asli

1.370
1.360
Dry Density (d), gr/cm3

1.350
1.340
1.330
1.320
1.310
1.300
1.290
20% 23% 26% 29% 32% 35% 38% 41%
Water Content

Opt. water content : 32.30 %


Dry Density : 1.356 gr/cm3

LA - 12
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


LAMPIRAN B

HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM TANAH LEMPUNG EKSPANSIF

DENGAN CAMPURAN BAHAN STABILISASI

ATTERBERG LIMIT (ASTM D4318-84), UJI SPECIFIC GRAVITY (ASTM

D422-63), UJI PEMADATAN STANDARD PROCTOR (ASTM D698-78)

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


ATTERBERG LIMIT
(TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR)

Sample No. : SERI 1


Description of Soil : Expansive Soil
Tested by : Zaki

Liquid Limit Determination


I II III IV
Berat tanah basah + can
54.33 51.42 50.03 46.42
Berat tanah kering + can
36.06 33.55 31.96 29.3
Berat can
8.71 8.67 8.6 8.31
Berat tanah kering
27.35 24.88 23.36 20.99
Berat air
18.27 17.87 18.07 17.12
Kadar air
66.80 71.82 77.35 81.56
Jumlah ketukan, N
42 31 22 16

90%

85%
y = -0.1538Ln(x) + 1.2451
80%
W (%)

75%

70%

65%

60%
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jumlah Ketukan

Liquid Limit = 76.22 %

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran B: (Lanjutan)

Plastic Limit Determination


Can No. I II
Berat tanah basah + Can 43.77 44.01
Berat tanah kering + Can 33.27 33.59
Berat Can 12.81 12.9
Berat tanah kering 20.46 20.69
Berat air 10.5 10.42
Kadar air 51.32 50.36
Kadar air rata-rata (plastic limit) 50.84 %

Liquid limit, LL = 76.22%


Plastic limit, PL = 50.84%
Plasticity index, IP = 25.38%

LB - 2
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran B: (Lanjutan)

ATTERBERG LIMIT
(TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR)

Sample No. : SERI 2


Description of Soil : Expansive Soil
Tested by : Zaki

Liquid Limit Determination


I II III IV
Berat tanah basah + can
45.97 49.33 44.64 41.68
Berat tanah kering + can
30.61 32.13 29.02 27
Berat can
8.74 8.69 8.63 8.33
Berat tanah kering
21.87 23.44 20.39 18.67
Berat air
15.36 17.2 15.62 14.68
Kadar air
70.23 73.38 76.61 78.63
Jumlah ketukan, N
42 31 22 16

90%
y = -0.0877Ln(x) + 1.0329
85%

80%
W (%)

75%

70%

65%

60%
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jumlah Ketukan

Liquid Limit = 77.45 %

LB - 3
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran B: (Lanjutan)

Plastic Limit Determination


Can No. I II
Berat tanah basah + Can 42.96 47.9
Berat tanah kering + Can 32.89 38.99
Berat Can 12.88 21.6
Berat tanah kering 20.01 17.39
Berat air 10.07 8.91
Kadar air 50.32 51.24
Kadar air rata-rata (plastic limit) 50.78 %

Liquid limit, LL = 77.45%


Plastic limit, PL = 50.78%
Plasticity index, IP = 26.67%

LB - 4
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran B: (Lanjutan)

ATTERBERG LIMIT
(TANAH EKSPANSIF + 15% KAPUR + 10% PASIR)

Sample No. : SERI 1


Description of Soil : Expansive Soil
Tested by : Prima

Liquid Limit Determination


I II III IV
Berat tanah basah + can
45.81 47.54 47.11 46.93
Berat tanah kering + can
29.34 31.20 31.42 31.08
Berat can
7.96 8.44 8.10 6.19
Berat tanah kering
21.38 22.77 23.32 24.90
Berat air
16.47 16.34 15.69 15.85
Kadar air
77.03 71.75 67.26 63.65
Jumlah ketukan, N
15.5 20.5 30.5 40

90

85

80
W (%)

75

70

65

60
10 100
Jumlah Ketukan

Liquid Limit = 69.90 %

LB - 5
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran B: (Lanjutan)

Plastic Limit Determination


Can No. I II
Berat tanah basah + Can
46.58 45.06
Berat tanah kering + Can
34.42 35.14
Berat Can
12.87 12.23
Berat tanah kering
21.55 22.91
Berat air
12.17 9.92
Kadar air
56.46 43.30
Kadar air rata-rata (plastic limit) 49.88 %

Liquid limit, LL = 69.90%


Plastic limit, PL = 49.88%
Plasticity index, IP = 20.02%

LB - 6
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran B: (Lanjutan)

SPECIFIC GRAVITY
(TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR)

Project : Skripsi
Location of Project : Cikarang
Description of Soil : Expansive Soil
Test Performed by : Zaki

Sample Number 1
Berat Tanah (Ws) 100
Berat Piknometer + Air (Wbw) 656.42
Berat Piknometer + Air + Tanah (Wbws) 717.63
Berat Air (Ww) 38.79
Suhu (C) 29
Koefisien 0.996
Specific Grafity (Gs) 2.568

LB - 7
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran B: (Lanjutan)

SPECIFIC GRAVITY
(TANAH EKSPANSIF + 15% KAPUR + 10% PASIR)

Project : Skripsi
Location of Project : Cikarang
Description of Soil : Expansive Soil
Test Performed by : Prima

Sample Number 1 2 3
Berat Tanah (Ws) 100.02 100.01 100.01
Berat Piknometer + Air (Wbw) 664.22 664.22 669.58
Berat Piknometer + Air + Tanah (Wbws) 726.44 727.91 732.44
Berat Air (Ww) 37.8 36.32 37.15
Suhu (C) 29 29 29
Koefisien 0.9963 0.9963 0.9963
Specific Grafity (Gs) 2.64 2.74 2.68

Average Specific Gravity = 2.69

LB - 8
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran B: (Lanjutan)

PEMADATAN + BAHAN STABILISASI SEMEN


(STANDARD PROCTOR)

Project : Skripsi
Location of Project : Cikarang
Description of Soil : Expansive + 5% Semen + 10% Pasir
Test Performed by : Zaki
No. of
Blow/Layer : 25 3 Wt. of Hammer :
Layers :
Volume
Mold Diam. (cm) : 10.16 H (cm) : 11.67 945.64
(cm3):
Date Test : 14/1/2010

Sample No. 1 2 3 4 5
Water Content
23.14% 26.07% 28.55% 30.25% 33.60%
Wt of Soil + Mold
2822 2882 2930 2950 2936
Wt of Mold
1238 1238 1238 1238 1238
Wt of Soil in Mold
1584 1644 1692 1712 1698
Wet density, gr/cm3
1.675 1.738 1.789 1.810 1.796
Dry density, gr/cm3
1.360 1.379 1.392 1.390 1.344

Kurva Pemadatan

1.430
1.420
Dry Density (d), gr/cm3

1.410
1.400
1.390
1.380
1.370
1.360
1.350
1.340
1.330
20% 23% 26% 29% 32% 35% 38%
Water Content

Opt. water content : 29.40 %


Dry Density : 1.394 gr/cm3
LB - 9
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran B: (Lanjutan)

Kurva Pemadatan

1.420
1.410
1.400 1.Asli
1.390 2.5%S+10%P
Dry Density (gr/cm3)

1.380 ZAV line

1.370
1.360
1.350
1.340
1.330
1.320
1.310
1.300
1.290
20% 22% 24% 26% 28% 30% 32% 34% 36% 38% 40% 42%
Water Content

LB - 10
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran B: (Lanjutan)

PEMADATAN + BAHAN STABILISASI KAPUR


(STANDARD PROCTOR)

Project : Skripsi
Location of Project : Cikarang
Description of Soil : Expansive + 15% Kapur + 10% Pasir
Test Performed by : Prima
No. of
Blow/Layer : 25 3 Wt. of Hammer :
Layers :
Volume
Mold Diam. (cm) : 10.16 H (cm) : 11.61 940.78
(cm3):
Date Test : 26/5/2010

Sample No. 1 2 3 4 5
Water Content 17.84 20.43 24.26 27.35 30.23
Wt of Soil + Mold 2990 3058 3148 3170 3165
Wt of Mold 1396 1396 1396 1396 1396
Wt of Soil in Mold 1594 1662 1752 1774 1769
Wet density, gr/cm3 1.694 1.767 1.862 1.886 1.880
Dry density, gr/cm3 1.438 1.467 1.499 1.481 1.444

Kurva Pemadatan

1.540
1.520
Dry Density (d), gr/cm3

1.500
1.480
1.460
1.440
1.420
1.400
16% 19% 22% 25% 28% 31% 34%
Water Content

Opt. water content : 24.60 %


Dry Density : 1.499 gr/cm3
LB - 11
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran B: (Lanjutan)

Kurva Pemadatan

1.54
1.52
1.5 1.Asli
1.48 2.15%K+10%P
Dry Density (gr/cm3)

1.46 ZAV line

1.44
1.42
1.4
1.38
1.36
1.34
1.32
1.3
1.28
16% 18% 20% 22% 24% 26% 28% 30% 32% 34% 36% 38% 40% 42%
Water Content

LB - 12
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


LAMPIRAN C

HASIL PENGUJIAN CALIFORNIA BEARING RATIO PADA TANAH

EKSPANSIF DENGAN CAMPURAN BAHAN STABILISASI

UJI CALIFORNIA BEARING RATIO LABORATORIUM UNSOAKED

(ASTM D1883-87)

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR
KADAR AIR OPTIMUM MOULD 1

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI SEMEN + PASIR 22/06/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG OPT MOULD 1 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRS1-1

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 11.2 0.0 87.5 0.0

0.050 20.3 0.0 158.6 0.0 600

0.075 25.7 0.0 200.7 0.0


550
0.100 29.2 0.0 228.1 0.0

0.125 31.6 0.0 246.8 0.0 500

0.150 33.1 0.0 258.5 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 34.8 0.0 271.8 0.0

0.200 35.1 0.0 274.2 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 22.81 0.00
0.2 18.28 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 29.06 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.432 lbf/div

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR
KADAR AIR OPTIMUM MOULD 2

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI SEMEN + PASIR 22/06/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG OPT MOULD 2 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRS1-2

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 14.4 0.0 112.5 0.0

0.050 23.7 0.0 185.1 0.0 600

0.075 29.9 0.0 233.5 0.0


550
0.100 34.5 0.0 269.5 0.0

0.125 37.3 0.0 291.3 0.0 500

0.150 39.5 0.0 308.5 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 41.1 0.0 321.0 0.0

0.200 42.1 0.0 328.8 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 26.95 0.00
0.2 21.92 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 28.63 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.432 lbf/div

LC - 2
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR
KADAR AIR OPTIMUM MOULD 3

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI SEMEN + PASIR 22/06/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG OPT MOULD 3 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRS1-3

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 8.1 0.0 63.3 0.0

0.050 11.7 0.0 91.4 0.0 600

0.075 13.5 0.0 105.4 0.0


550
0.100 17.9 0.0 139.8 0.0

0.125 21.8 0.0 170.3 0.0 500

0.150 25.7 0.0 200.7 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 28.2 0.0 220.3 0.0

0.200 30.2 0.0 235.9 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 13.98 0.00
0.2 15.73 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 28.85 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.432 lbf/div

LC - 3
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR
SISI KERING DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 1

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI SEMEN + PASIR 22/09/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG KERING MOULD 1 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRS2-1

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 21.6 0.0 168.7 0.0

0.050 26.1 0.0 203.9 0.0 600

0.075 26.9 0.0 210.1 0.0


550
0.100 28.4 0.0 221.8 0.0

0.125 29.9 0.0 233.5 0.0 500

0.150 31.8 0.0 248.4 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 33.7 0.0 263.2 0.0

0.200 35.6 0.0 278.1 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 22.18 0.00
0.2 18.54 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 26.06 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.432 lbf/div

LC - 4
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR
SISI KERING DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 2

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI SEMEN + PASIR 22/09/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG KERING MOULD 2 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRS2-2

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 22.1 0.0 172.6 0.0

0.050 27.4 0.0 214.0 0.0 600

0.075 28.8 0.0 224.9 0.0


550
0.100 30.7 0.0 239.8 0.0

0.125 32.5 0.0 253.8 0.0 500

0.150 34.6 0.0 270.2 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 36.4 0.0 284.3 0.0

0.200 38.2 0.0 298.4 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 23.98 0.00
0.2 19.89 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 24.73 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.432 lbf/div

LC - 5
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR
SISI KERING DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 3

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI SEMEN + PASIR 22/09/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG KERING MOULD 3 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRS2-3

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 32.1 0.0 250.7 0.0

0.050 39.2 0.0 306.2 0.0 600

0.075 41.9 0.0 327.3 0.0


550
0.100 44.3 0.0 346.0 0.0

0.125 46.6 0.0 364.0 0.0 500

0.150 48.8 0.0 381.2 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 50.3 0.0 392.9 0.0

0.200 51.1 0.0 399.1 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 34.60 0.00
0.2 26.61 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 27.66 UNSOAKED

Soaked 0 SOAKED

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.432 lbf/div

LC - 6
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR
SISI BASAH DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 1

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI SEMEN + PASIR 28/09/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG BASAH MOULD 1 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRS3-1

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 15.9 0.0 124.2 0.0

0.050 21.8 0.0 170.3 0.0 600

0.075 23.7 0.0 185.1 0.0


550
0.100 24.2 0.0 189.0 0.0

0.125 25.7 0.0 200.7 0.0 500

0.150 26.4 0.0 206.2 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 27.9 0.0 217.9 0.0

0.200 29.5 0.0 230.4 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 18.90 0.00
0.2 15.36 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 29.85 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.432 lbf/div

LC - 7
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR
SISI BASAH DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 2

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI SEMEN + PASIR 28/09/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG BASAH MOULD 2 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRS3-2

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 18.7 0.0 146.1 0.0

0.050 24.6 0.0 192.1 0.0 600

0.075 26.3 0.0 205.4 0.0


550
0.100 27.9 0.0 217.9 0.0

0.125 29.7 0.0 232.0 0.0 500

0.150 31.6 0.0 246.8 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 33.5 0.0 261.7 0.0

0.200 35.4 0.0 276.5 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 21.79 0.00
0.2 18.43 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 29.38 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.432 lbf/div

LC - 8
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 5% SEMEN + 10% PASIR
SISI BASAH DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 3

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI SEMEN + PASIR 28/09/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG BASAH MOULD 3 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRS3-3

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 17.5 0.0 136.7 0.0

0.050 23.6 0.0 184.3 0.0 600

0.075 24.7 0.0 192.9 0.0


550
0.100 26.2 0.0 204.6 0.0

0.125 27.8 0.0 217.1 0.0 500

0.150 29.7 0.0 232.0 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 31.5 0.0 246.0 0.0

0.200 33.0 0.0 257.8 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 20.46 0.00
0.2 17.18 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 29.29 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.432 lbf/div

LC - 9
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 15% KAPUR + 10% PASIR
KADAR AIR OPTIMUM MOULD 1

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI KAPUR + PASIR 22/11/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG OPT MOULD 1 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRK1-1

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 11.4 0.0 89.2 0.0

0.050 15.3 0.0 119.8 0.0 600

0.075 17.2 0.0 134.6 0.0


550
0.100 18.1 0.0 141.7 0.0

0.125 19.0 0.0 148.7 0.0 500

0.150 19.6 0.0 153.4 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 20.2 0.0 158.1 0.0

0.200 21.0 0.0 164.4 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 14.17 0.00
0.2 10.96 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 24.37 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.481 lbf/div

LC - 10
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 15% KAPUR + 10% PASIR
KADAR AIR OPTIMUM MOULD 2

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI KAPUR + PASIR 22/11/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG OPT MOULD 2 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRK1-2

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 9.5 0.0 74.4 0.0

0.050 14.1 0.0 110.4 0.0 600

0.075 15.4 0.0 120.5 0.0


550
0.100 16.4 0.0 128.4 0.0

0.125 17.2 0.0 134.6 0.0 500

0.150 18.0 0.0 140.9 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 18.8 0.0 147.1 0.0

0.200 19.4 0.0 151.8 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 12.84 0.00
0.2 10.12 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 24.96 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.481 lbf/div

LC - 11
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 15% KAPUR + 10% PASIR
KADAR AIR OPTIMUM MOULD 3

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI KAPUR + PASIR 22/11/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG OPT MOULD 3 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRK1-3

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 8.0 0.0 62.6 0.0

0.050 10.7 0.0 83.7 0.0 600

0.075 11.8 0.0 92.4 0.0


550
0.100 12.4 0.0 97.1 0.0

0.125 13.1 0.0 102.5 0.0 500

0.150 13.8 0.0 108.0 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 14.5 0.0 113.5 0.0

0.200 15.1 0.0 118.2 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 9.71 0.00
0.2 7.88 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 24.41 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.481 lbf/div

LC - 12
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 15% KAPUR + 10% PASIR
SISI KERING DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 1

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI KAPUR + PASIR 06/12/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG KERING MOULD 1 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRK2-1

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 9.5 0.0 74.4 0.0

0.050 15.9 0.0 124.4 0.0 600

0.075 18.7 0.0 146.4 0.0


550
0.100 20.4 0.0 159.7 0.0

0.125 21.8 0.0 170.6 0.0 500

0.150 23.1 0.0 180.8 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 24.4 0.0 191.0 0.0

0.200 25.5 0.0 199.6 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 15.97 0.00
0.2 13.31 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 17.83 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.481 lbf/div

LC - 13
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 15% KAPUR + 10% PASIR
SISI KERING DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 2

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI KAPUR + PASIR 06/12/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG KERING MOULD 2 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRK2-2

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 13.5 0.0 105.7 0.0

0.050 17.9 0.0 140.1 0.0 600

0.075 20.0 0.0 156.5 0.0


550
0.100 21.9 0.0 171.4 0.0

0.125 23.7 0.0 185.5 0.0 500

0.150 25.0 0.0 195.7 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 26.8 0.0 209.8 0.0

0.200 28.0 0.0 219.2 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 17.14 0.00
0.2 14.61 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 17.61 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.481 lbf/div

LC - 14
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 15% KAPUR + 10% PASIR
SISI KERING DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 3

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI KAPUR + PASIR 06/12/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG KERING MOULD 3 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRK2-3

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 16.0 0.0 125.2 0.0

0.050 21.9 0.0 171.4 0.0 600

0.075 24.1 0.0 188.6 0.0


550
0.100 25.7 0.0 201.2 0.0

0.125 27.0 0.0 211.3 0.0 500

0.150 28.3 0.0 221.5 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 29.9 0.0 234.0 0.0

0.200 31.5 0.0 246.6 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 20.12 0.00
0.2 16.44 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 18.04 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.481 lbf/div

LC - 15
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 15% KAPUR + 10% PASIR
SISI BASAH DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 1

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI KAPUR + PASIR 30/11/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG BASAH MOULD 1 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRK3-1

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 5.9 0.0 46.2 0.0

0.050 9.4 0.0 73.6 0.0 600

0.075 11.0 0.0 86.1 0.0


550
0.100 11.8 0.0 92.4 0.0

0.125 12.5 0.0 97.8 0.0 500

0.150 13.1 0.0 102.5 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 13.7 0.0 107.2 0.0

0.200 14.1 0.0 110.4 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 9.24 0.00
0.2 7.36 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 28.76 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.481 lbf/div

LC - 16
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 15% KAPUR + 10% PASIR
SISI BASAH DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 2

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI KAPUR + PASIR 30/11/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG BASAH MOULD 2 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRK3-2

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 5.0 0.0 39.1 0.0

0.050 8.4 0.0 65.7 0.0 600

0.075 10.3 0.0 80.6 0.0


550
0.100 11.5 0.0 90.0 0.0

0.125 12.2 0.0 95.5 0.0 500

0.150 12.8 0.0 100.2 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 13.1 0.0 102.5 0.0

0.200 13.4 0.0 104.9 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 9.00 0.00
0.2 6.99 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 28.32 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.481 lbf/div

LC - 17
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran C: (Lanjutan)

CBR UNSOAKED
TANAH EKSPANSIF + 15% KAPUR + 10% PASIR
SISI BASAH DARI KADAR AIR OPTIMUM MOULD 3

Soil Mechanics Laboratory


Civil Engineering Department, Faculty of Engineering University of Indonesia
Depok 16424 Telp. +62 21 788 49102, Fax. +62 21 788 49102

LABORATORY CBR
PROJECT DATE OF TESTING
EKSPANSIF STABILISASI KAPUR + PASIR 30/11/10
LOCATION SAMPLE TESTED BY
CIKARANG BASAH MOULD 3 DENNY
PROJECT NUMBER: CBRK3-3

Penetration Dial Reading Stress (psi)


Penetration vs Resistance
unsoaked

unsoaked

soaked
soaked

(inch) 700

0.000 0.0 0.0 0.0 0.0


650
0.025 6.5 0.0 50.9 0.0

0.050 10.0 0.0 78.3 0.0 600

0.075 11.2 0.0 87.7 0.0


550
0.100 12.1 0.0 94.7 0.0

0.125 12.8 0.0 100.2 0.0 500

0.150 13.1 0.0 102.5 0.0


450
Penetration Resistance (psi)

0.175 13.5 0.0 105.7 0.0

0.200 13.9 0.0 108.8 0.0 400

350

300

Penetration CBR (%) 250

(inch) unsoaked soaked


200
0.1 9.47 0.00
0.2 7.25 0.00 150

3
Dry Density (gr/cm ) 100

Unsoaked 0
50
Soaked 0
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Water content (%)
Penetration (inch)
Unsoaked 27.99 UNSOAKED
SOAKED
Soaked 0

Swelling (%) Remarks


Proving Ring : no. 4824
Brand : Leonard F. -England
LRC : 23.481 lbf/div

LC - 18
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


LAMPIRAN D

HASIL PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER PADA TANAH

EKSPANSIF DENGAN CAMPURAN BAHAN STABILISASI

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


HASIL UJI DCP SAMPEL TANAH EKSPANSIF STABILISASI
SEMEN + PASIR

Kadar Air Optimum


SAMPEL OPTIMUM TITIK 1 (SEMEN + PASIR)
TANGGAL 29/06/2010
Pukulan ke- Titik Awal Titik Akhir Penetrasi (mm) Cumul Pen (mm)
0 20 20 0 0
1 20 21.6 16 16
2 21.6 22.9 13 29
3 22.9 24.5 16 45
4 24.5 25.8 13 58
5 25.8 27 12 70
6 27 28.3 13 83
7 28.3 29.6 13 96
8 29.6 30.7 11 107
9 30.7 31.7 10 117
10 31.7 32.8 11 128
11 32.8 33.7 9 137
12 33.7 34.7 10 147
13 34.7 35.9 12 159
14 35.9 36.9 10 169
15 36.9 38 11 180
16 38 39.3 13 193
17 39.3 40.5 12 205
18 40.5 41.9 14 219
19 41.9 42.7 8 227
20 42.7 44.9 22 249
21 44.9 46.2 13 262
22 46.2 47.4 12 274
23 47.4 47.9 5 279
24 47.9 49.3 14 293
Total Penetrasi 293 mm
Tinggi Mold 347 mm

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Kurva Uji DCP I

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
Penurunan (mm)

150

200

250

300

350

DCP (Standard Proctor)

LD - 2
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Sisi Kering dari Kadar Air Optimum


SAMPEL SISI KERING TITIK 1 (SEMEN + PASIR)
TANGGAL 29/09/2010
Pukulan ke- Titik Awal Titik Akhir Penetrasi (mm) Cumul Pen (mm)
0 14.1 14.1 0 0
1 14.1 15.2 11 11
2 15.2 16.4 12 23
3 16.4 17.7 13 36
4 17.7 18.9 12 48
5 18.9 20.1 12 60
6 20.1 21.4 13 73
7 21.4 22.5 11 84
8 22.5 23.6 11 95
9 23.6 24.6 10 105
10 24.6 25.5 9 114
11 25.5 26.6 11 125
12 26.6 27.5 9 134
13 27.5 28.5 10 144
14 28.5 29.3 8 152
15 29.3 30.2 9 161
16 30.2 31.1 9 170
17 31.1 32.3 12 182
18 32.3 33.5 12 194
19 33.5 35 15 209
20 35 36.3 13 222
21 36.3 37.6 13 235
22 37.6 39 14 249
23 39 41.2 22 271
24 41.2 41.6 4 275
25 41.6 43.1 15 290
26 43.1 44.5 14 304
27 44.5 46 15 319
Total Penetrasi 319 mm
Tinggi Mold 346.3 mm

LD - 3
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Kurva Uji DCP II Titik 1

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
Penurunan (mm)

150

200

250

300

350

DCP (Standard Proctor)

LD - 4
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

SAMPEL SISI KERING TITIK 2 (SEMEN + PASIR)


TANGGAL 29/09/2010
Pukulan ke- Titik Awal Titik Akhir Penetrasi (mm) Cumul Pen (mm)
0 13.6 13.6 0 0
1 13.6 14.8 12 12
2 14.8 16.3 15 27
3 16.3 17.7 14 41
4 17.7 19 13 54
5 19 20.2 12 66
6 20.2 21.5 13 79
7 21.5 22.5 10 89
8 22.5 23.7 12 101
9 23.7 24.7 10 111
10 24.7 26 13 124
11 26 26.8 8 132
12 26.8 27.8 10 142
13 27.8 29 12 154
14 29 30 10 164
15 30 30.9 9 173
16 30.9 32 11 184
17 32 33.2 12 196
18 33.2 34.6 14 210
19 34.6 36 14 224
20 36 37.4 14 238
21 37.4 38.8 14 252
22 38.8 40.1 13 265
23 40.1 41.3 12 277
24 41.3 42.6 13 290
25 42.6 44.1 15 305
26 44.1 46 19 324
Total Penetrasi 324 mm
Tinggi Mold 346.3 mm

LD - 5
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Kurva Uji DCP II Titik 2

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
Penurunan (mm)

150

200

250

300

350

DCP (Standard Proctor)

LD - 6
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Sisi Basah dari Kadar Air Optimum


SAMPEL SISI BASAH TITIK 1 (SEMEN + PASIR)
TANGGAL 05/10/2010
Pukulan ke- Titik Awal Titik Akhir Penetrasi (mm) Cumul Pen (mm)
0 21.3 21.3 0 0
1 21.3 23 17 17
2 23 24.9 19 36
3 24.9 26.8 19 55
4 26.8 29 22 77
5 29 30.9 19 96
6 30.9 32 11 107
7 32 33.3 13 120
8 33.3 34.5 12 132
9 34.5 36 15 147
10 36 37.1 11 158
11 37.1 38.6 15 173
12 38.6 41.5 29 202
13 41.5 42.5 10 212
14 42.5 44 15 227
15 44 45.5 15 242
16 45.5 46.5 10 252
17 46.5 48 15 267
18 48 49 10 277
19 49 51 20 297
Total Penetrasi 297 mm
Tinggi Mold 345.3 mm

LD - 7
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Kurva Uji DCP III Titik 1

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
Penurunan (mm)

150

200

250

300

350

DCP (Standard Proctor)

LD - 8
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

SAMPEL SISI BASAH TITIK 2 (SEMEN + PASIR)


TANGGAL 05/10/2010
Pukulan ke- Titik Awal Titik Akhir Penetrasi (mm) Cumul Pen (mm)
0 23.2 23.2 0 0
1 23.2 25 18 18
2 25 26.7 17 35
3 26.7 28.5 18 53
4 28.5 30.2 17 70
5 30.2 31.5 13 83
6 31.5 33 15 98
7 33 34.2 12 110
8 34.2 35.6 14 124
9 35.6 36.9 13 137
10 36.9 38.3 14 151
11 38.3 39.8 15 166
12 39.8 41.4 16 182
13 41.4 43 16 198
14 43 44.6 16 214
15 44.6 46.1 15 229
16 46.1 47.3 12 241
17 47.3 48.5 12 253
18 48.5 49.8 13 266
19 49.8 51.2 14 280
Total Penetrasi 280 mm
Tinggi Mold 345.3 mm

LD - 9
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Kurva Uji DCP III Titik 2

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
Penurunan (mm)

150

200

250

300

350

DCP (Standard Proctor)

LD - 10
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

HASIL UJI DCP SAMPEL TANAH EKSPANSIF STABILISASI


KAPUR + PASIR

Kadar Air Optimum


SAMPEL OPTIMUM TITIK 1 (KAPUR + PASIR)
TANGGAL 29/11/2010
Pukulan ke- Titik Awal Titik Akhir Penetrasi (mm) Cumul Pen (mm)
0 20 20 0 0
1 20 22.1 21 21
2 22.1 24.1 20 41
3 24.1 26.5 24 65
4 26.5 29 25 90
5 29 31.2 22 112
6 31.2 33.3 21 133
7 33.3 35.3 20 153
8 35.3 37.5 22 175
9 37.5 40 25 200
10 40 42.5 25 225
11 42.5 44.8 23 248
12 44.8 46.8 20 268
13 46.8 48.7 19 287
14 48.7 50.9 22 309
Total Penetrasi 309 mm
Tinggi Mold 346.8 mm

LD - 11
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Kurva Uji DCP I Titik 1

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
Penurunan (mm)

150

200

250

300

350

DCP (Standard Proctor)

LD - 12
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

SAMPEL OPTIMUM TITIK 2 (KAPUR + PASIR)


TANGGAL 29/11/2010
Pukulan ke- Titik Awal Titik Akhir Penetrasi (mm) Cumul Pen (mm)
0 21 21 0 0
1 21 23 20 20
2 23 25.1 21 41
3 25.1 27.2 21 62
4 27.2 29.5 23 85
5 29.5 31.6 21 106
6 31.6 33.5 19 125
7 33.5 35.4 19 144
8 35.4 37.4 20 164
9 37.4 39.7 23 187
10 39.7 42.1 24 211
11 42.1 44.5 24 235
12 44.5 46.6 21 256
13 46.6 48.4 18 274
14 48.4 50.8 24 298
Total Penetrasi 298 mm
Tinggi Mold 346.8 mm

LD - 13
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Kurva Uji DCP I Titik 2

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
Penurunan (mm)

150

200

250

300

350

DCP (Standard Proctor)

LD - 14
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Sisi Kering dari Kadar Air Optimum


SAMPEL SISI KERING TITIK 1 (KAPUR + PASIR)
TANGGAL 13/12/2010
Pukulan ke- Titik Awal Titik Akhir Penetrasi (mm) Cumul Pen (mm)
0 18.5 18.5 0 0
1 18.5 19.5 10 10
2 19.5 21 15 25
3 21 22.4 14 39
4 22.4 23.7 13 52
5 23.7 25 13 65
6 25 26.3 13 78
7 26.3 27.7 14 92
8 27.7 28.9 12 104
9 28.9 30 11 115
10 30 31 10 125
11 31 32 10 135
12 32 33 10 145
13 33 34 10 155
14 34 35 10 165
15 35 36.1 11 176
16 36.1 37.2 11 187
17 37.2 38.3 11 198
18 38.3 39.3 10 208
19 39.3 40.4 11 219
20 40.4 41.4 10 229
21 41.4 42.4 10 239
22 42.4 43.5 11 250
23 43.5 44.6 11 261
24 44.6 45.6 10 271
25 45.6 46.7 11 282
26 46.7 47.7 10 292
27 47.7 48.7 10 302
28 48.7 49.8 11 313
29 49.8 51 12 325
Total Penetrasi 325
Tinggi Mold 345 mm

LD - 15
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Kurva Uji DCP II Titik 1

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
Penurunan (mm)

150

200

250

300

350

DCP (Standard Proctor)

LD - 16
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

SAMPEL SISI KERING TITIK 2 (KAPUR + PASIR)


TANGGAL 13/12/2010
Pukulan ke- Titik Awal Titik Akhir Penetrasi (mm) Cumul Pen (mm)
0 19.4 19.4 0 0
1 19.4 20.8 14 14
2 20.8 22 12 26
3 22 23.3 13 39
4 23.3 24.5 12 51
5 24.5 25.8 13 64
6 25.8 27 12 76
7 27 28.3 13 89
8 28.3 29.4 11 100
9 29.4 30.4 10 110
10 30.4 31.4 10 120
11 31.4 32.4 10 130
12 32.4 33.3 9 139
13 33.3 34.4 11 150
14 34.4 35.3 9 159
15 35.3 36.2 9 168
16 36.2 37.2 10 178
17 37.2 38.2 10 188
18 38.2 39.4 12 200
19 39.4 40.8 14 214
20 40.8 42 12 226
21 42 43.1 11 237
22 43.1 44.2 11 248
23 44.2 45.2 10 258
24 45.2 46.2 10 268
25 46.2 47.2 10 278
26 47.2 48.3 11 289
27 48.3 49.3 10 299
28 49.3 50.3 10 309
29 50.3 51.5 12 321
Total Penetrasi 321
Tinggi Mold 345 mm

LD - 17
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Kurva Uji DCP II Titik 2

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
Penurunan (mm)

150

200

250

300

350

DCP (Standard Proctor)

LD - 18
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

Sisi Basah dari Kadar Air Optimum


SAMPEL SISI BASAH TITIK 1 (KAPUR + PASIR)
TANGGAL 08/12/2010
Pukulan ke- Titik Awal Titik Akhir Penetrasi (mm) Cumul Pen (mm)
0 21.2 21.2 0 0
1 21.2 24.7 35 35
2 24.7 28 33 68
3 28 31.4 34 102
4 31.4 34.7 33 135
5 34.7 38.2 35 170
6 38.2 42.3 41 211
7 42.3 45.6 33 244
8 45.6 48.4 28 272
9 48.4 51.3 29 301
Total Penetrasi 301 mm
Tinggi Mold 345.3 mm

Kurva Uji DCP III Titik 1

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
Penurunan (mm)

150

200

250

300

350

DCP (Standard Proctor)

LD - 19
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran D: (Lanjutan)

SAMPEL SISI BASAH TITIK 2 (KAPUR + PASIR)


TANGGAL 08/12/2010
Pukulan ke- Titik Awal Titik Akhir Penetrasi (mm) Cumul Pen (mm)
0 21.3 21.3 0 0
1 21.3 24.6 33 33
2 24.6 28.4 38 71
3 28.4 31.9 35 106
4 31.9 35 31 137
5 35 38.6 36 173
6 38.6 42.6 40 213
7 42.6 46 34 247
8 46 48.8 28 275
9 48.8 51.7 29 304
Total Penetrasi 304
Tinggi Mold 345.3

Kurva Uji DCP III Titik 2

Jumlah Pukulan

0 10 20 30 40 50 60
0

50

100
Penurunan (mm)

150

200

250

300

350

DCP (Standard Proctor)

LD - 20
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


LAMPIRAN E

HASIL UJI MINERAL TANAH LEMPUNG EKSPANSIF, SEM TANAH

LEMPUNG EKSPANSIF, KANDUNGAN SEMEN, KANDUNGAN KAPUR

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


HASIL UJI MINERAL

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran E: (Lanjutan)

LE - 2
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran E: (Lanjutan)

LE - 3
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Lampiran E: (Lanjutan)

HASIL SEM
TEMPAT UJI: FMIPA UI

Pembesaran 500x

Pembesaran 1000x
LE - 4
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Chemical composition of PCC and OPC Tiga Roda

SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO SO3 C3S C2S C3A C4AF Chemical properties Unit PCC OPC
SAMPLE
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) SiO2 (%) 22.50 19.42

White Cement 22.11 3.59 0.21 66.02 2.92 2.07 64.14 15.00 9.16 0.64 Al2O3 (%) 6.00 4.51
PCC 22.50 6.00 3.50 60.00 2.25 1.90 - - - - Fe2O3 (%) 3.50 3.24
OPC 19.42 4.51 3.24 63.87 2.65 1.78 59.5 14.5 9 10 CaO (%) 60.00 63.87

MgO (%) 2.25 2.65


Quality Range SO3 (%) 1.90 1.78
Chemical properties Unit
PCC OPC C3S (%) - 59.5
SiO2 % 20-25 19-21 C2S (%) - 14.5

Al2O3 % 5,0-7,0 4,0-6,0 C3A (%) - 9


Fe2O3 % 3,0-4,0 2,5-3,5 C4AF (%) - 10

LE - 5
CaO % 55-65 62,0-67,0 F-CaO (%) 1.00 0.84
MgO % 1,5-3,0 1,0-3,5 Total Alkali (%) 0.45 0.53

SO3 % 1,7-2,1 1,8-2,5 Loss on Ignition (%) 4.42 3.28


Free Lime % 0,5-1,5 0,3-1,5 Insoluble Residue (%) 7.35 0.38

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.


Total Alkali % 0,3-0,6 0,3-0,6

Chloride % 0,01-0,02 0,01-0,02

C3S % - 55-64

C2S % - 9,0-20,0

C3A % - 7,0-11,0

C4AF % - 9,0-11,0

Loss in Ignition % - 1,5-3,5

Insoluble Residue % - 0,3-2,5

Universitas Indonesia
Lampiran E: (Lanjutan)
Lampiran E: (Lanjutan)

LE - 6
Universitas Indonesia

Korelasi nilai..., Denny Lesayuti, FT UI, 2011.

Anda mungkin juga menyukai