Zufialdi Zakaria
2011
KATA PENGANTAR
Dalam pengembangan wilayah maupun dalam pertambangan, lereng
dapat merupakan masalah terutama pada lereng rawan longsor. Untuk
mengantisipasi keruntuhan lereng perlu dilakukan analisis kestabilan lereng agar
didapat rancang-bangun lereng stabil, yang kemudian dilaksanakan pula
manajemen lingkungan pada lereng dan wilayah sekitarnya agar lereng stabil
tetap terpelihara.
Sesudah mengikuti perkuliahan ini, para mahasiswa diharapkan dapat
memperoleh manfaat: 1) Memperluas wawasan tentang pentingnya konsep
lereng stabil, 2) Mengasah pola pikir yang berwawasan lingkungan, terutama
dalam pengelolaan lingkungan untuk lereng rekayasa, 3) Dapat mengantisipasi
lereng labil dengan cara menghitung kestabilan lereng.
Semoga bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR, i
DAFTAR ISI, ii
1. Pendahuluan, 1
1.1.
1.2.
Sumber, 1
1.3.
Bahan, 1
1.4.
Latihan, 2
3.2.
Cuaca / Iklim, 17
3.3.
3.4.
Vegetasi / Tumbuh-tumbuhan, 18
3.5.
ii
Zufialdi Zakaria.
2011
1. Pendahuluan
1.1.
pemicu
gerakan
tanah
(longsoran),
3)
mengetahui
1.2.
Sumber :
Perhitungan
nilai
keamanan
lereng
dengan
analisis
sifat
1.3.
Bahan :
Zufialdi Zakaria
Zaruba, Q., & Mencl., V., 1969, Landslide and their control,, Elsevier
Pub. Co., Amstredam, 205 p.
1.4.
Latihan :
longsoran
(landslide)
dengan
gerakan
tanah
(mass
Gerakan tanah
definisi
ini
longsoran
adalah
bagian
gerakan
tanah
Zufialdi Zakaria
Secara sederhana,
Coates (1977, dalam Hansen, 1984, lihat Tabel 2) membagi longsoran menjadi
luncuran atau gelinciran (slide), aliran (flow) dan jatuhan (fall).
Menurut Varnes (1978, dalam Hansen, 1984) longsoran (landslide)
dapat diklasifikasikannya menjadi: jatuhan (fall), jungkiran (topple), luncuran
(slide) dan nendatan (slump), aliran (flow), gerak bentang lateral (lateral spread),
dan gerakan majemuk (complex movement). Lihat Tabel 2.
Klasifikasi para peneliti di atas pada umumnya berdasarkan kepada
jenis gerakan dan materialnya. Klasifikasi yang diberikan oleh HWRBLC,
Highway Research Board Landslide Committee (1978), mengacu kepada Varnes
(1978) yang berdasarkan kepada: a) material yang nampak, b) kecepatan
perpindahan material yang bergerak, c) susunan massa yang berpindah, dan d)
jenis material dan gerakannya.
Tabel 1. Klasifikasi longsoran oleh Stewart Sharpe (1938, dalam Hansen, 1984)
ALIRAN
Lambat s.d.
cepat
TERASA
Cepat
LUNCURAN
BIASANYA
TAK TERASA
Lambat s.d.
cepat
TERASA
Sangat Cepat
CEPAT
atau
LAMBAT
Zufialdi Zakaria
Tanah atau
batu dengan
es
Rayapan
glasier batuan
Solifluction
Debris
avalance
(runtuhan
bahan
rombakan)
Air
Salju
JENIS
Solifluction
Aliran tanah
(earth flow)
Aliran lumpur
vulkanik
Debris avalance
(runtuhan bahan
rombakan)
Nendatan (slump)
Luncuran bahan
rombakan
Luncuran batu (rock
slides)
Jatuhan batu (rock fall)
Subsidence (penurunan)
tanah maupun batu pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan
semula.
Longsoran (landslide) merupakan bagian dari gerakan tanah, jenisnya
terdiri atas jatuhan (fall), jungkiran (topple), luncuran (slide), nendatan (slump),
aliran (flow), gerak horisontal atau bentangan lateral (lateral spread), rayapan
(creep) dan longsoran majemuk
Untuk membedakan longsoran, landslide, yang mengandung pengertian
luas, maka istilah slides digunakan kepada longsoran gelinciran yang terdiri atas
luncuran atau slide (longsoran gelinciran translasional) dan nendatan atau slump
(longsoran gelinciran rotasional). Berbagai jenis longsoran (landslide) dalam
beberapa klasifikasi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Jatuhan (Fall) adalah jatuhan atau massa batuan bergerak melalui udara,
termasuk gerak jatuh bebas, meloncat dan penggelindingan bongkah batu
dan bahan rombakan tanpa banyak bersinggungan satu dengan yang lain.
Termasuk jenis gerakan ini adalah runtuhan (urug, lawina, avalanche) batu,
bahan rombakan maupun tanah.
diduga.
Zufialdi Zakaria
BATUAN
DASAR
(BEDROCK)
TANAH
LAPUK
(REGOLITH)
NENDATAN
BATU
(ROCK
SLUMP)
NENDATAN
TANAH
(EARTH
SLUMP)
PLANAR
LUNCURAN BATU
(ROCK SLIDE)
LUNCURAN BLOK
(BLOCK SLIDE)
Pertambahan
Koherensi
Batuan
ROTASIONAL
ALIRAN
(FLOW)
JATUHAN
(FALL)
LAWINA
BATUAN
(ROCK
AVALANCHE)
JATUHAN
BATU
(ROCK FALL)
JATUHAN
TANAH
Longsoran
Bahan Rombakan
(Debris Slide)
Aliran
Bahan ombakan
(Debris Flow)
(SOIL FALL)
SEDIMEN
NENDATAN
SEDIMEN
(SEDIMENT
SLUMP)
SLAB SLIDE
Aliran Tanah
(Earth Flow)
Liquefaction Flow
Aliran tanah
loos
JATUHAN
SEDIMEN
(SEDIMENT
FALL)
Aliran pasir
Aliran (flow) adalah gerakan yang dipengaruhi oleh jumlah kandungan atau
kadar airtanah, terjadi pada material tak terkonsolidasi. Bidang longsor antara
material yang bergerak umumnya tidak dapat dikenali. Termasuk dalam jenis
gerakan aliran kering adalah sandrun (larianpasir), aliran fragmen batu, aliran
loess. Sedangkan jenis gerakan aliran basah adalah aliran pasir-lanau, aliran
tanah cepat, aliran tanah lambat, aliran lumpur, dan aliran bahan rombakan.
Longsoran majemuk (complex landslide) adalah gabungan dari dua atau tiga
jenis gerakan di atas. Pada umumnya longsoran majemuk terjadi di alam,
tetapi biasanya ada salah satu jenis gerakan yang menonjol atau lebih
dominan. Menurut Pastuto & Soldati (1997), longsoran majemuk diantaranya
adalah bentangan lateral batuan, tanah maupun bahan rombakan.
Zufialdi Zakaria
Tabel 3.
Jenis gerakan
(type of
movement)
Batuan dasar
(bedrock)
Jatuhan (falls)
Jungkiran (topple)
Berbutir halus
(predominantly fine)
Jatuhan batu
(rock fall)
Jatuhan tanah
(earth fall)
Jungkiran batu
(rock topple)
Jungkiran bahan
rombakan
(debris topple)
Jungkiran tanah
(earth topple)
Nendatan batu
(rock slump)
Nendatan bahan
rombakan
(debris slump)
Nendatan tanah
(earth slump)
Luncuran bongkah
tanah
(earth block slide)
Luncuran batu
(rock slide)
Luncuran bahan
rombakan
(debris slide)
Luncuran tanah
(earth slide)
Gerak horisontal /
bentang lateral
(lateral spreads)
Aliran (flow)
Alran tanah
(earth flow)
(slides)
Rotasi
Translasi
Satuan
sedikit
(few
units)
Satuan
banyak
(many
units)
Majemuk (complex)
Rayapan (creep) adalah gerakan yang dapat dibedakan dalam hal kecepatan
gerakannya yang secara alami biasanya lambat (Zaruba & Mencl, 1969;
Hansen, 1984). Untuk membedakan longsoran dan rayapan, maka
kecepatan gerakan tanah perlu diketahui (Tabel 4). Rayapan (creep)
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: rayapan musiman yang dipengaruhi iklim,
rayapan bersinambungan yang dipengaruhi kuat geser dari material, dan
rayapan melaju yang
Zufialdi Zakaria
KETERANGAN
> 3 meter/detik
Sangat Cepat
Cepat
Sedang
Lambat
Sangat lambat
<
0.06 meter/tahun
Zufialdi Zakaria
Zufialdi Zakaria
Puncak
: Titik tinggi pada bidang kontak antara material yang bergerak dengan
gawir besar.
1.Mahkota
2.Gawir besar
3. Blok melongsor
4.Gawir kecil
5.Tubuh utama
6.retakan tensi
7.Kaki
Ujung Kaki
Tip
: Titik pada ujung kaki yang berjarak paling jauh dari pucak.
8.Muka tanah
: Muka tanah asli, yaitu lereng yang tak terganggu oleh gerakan tanah
3-7.Kepala
9.Sayap
: Bagian samping dari suatu tubuh gerakan tanah. Pemerian nama sayap
kiri dan kanan dilihat dari mahkota
Zufialdi Zakaria
dampak positif (Soemarwoto, 1990), atau dengan kata lain meminimalkan faktorfaktor kendala kestabilan lereng dan memaksimalkan faktor-faktor pendukung
lereng stabil. Dampak lingkungan yang terjadi dapat bersifat langsung maupun
tidak langsung (Snyder & Catanese, 1989). Analisis dampak dapat dilakukan
dengan melihat kondisi fisik sekitar komponen terkena dampak.
Zufialdi Zakaria
10
Sumber : http://www.transportscotland.gov.uk/files/documents/reports/j10107/split/j10107-06.pdf
Sumber: http://www.transportscotland.gov.uk/files/documents/reports/j10107/split/j10107-06.pdf
Zufialdi Zakaria
11
Sumber : http://pubs.usgs.gov/fs/2004/3072/images/Fig3grouping-2LG.jpg .
Zufialdi Zakaria
12
Zufialdi Zakaria
13
jatuhan tepra
kehadiran hujan di daerah setempat, curah hujan kadar air (water content; %)
dan kejenuhan air (saturation; Sr, %).
sering sebagai pemicu karena hujan meningkatkan kadar air tanah yang menyebabkan kondisi fisik/mekanik material tubuh lereng berubah. Kenaikan kadar air
akan memperlemah sifat fisik-mekanik tanah dan menurunkan Faktor Kemanan
lereng (Brunsden & Prior, 1984; Bowles, 1989; Hirnawan & Zakaria, 1991).
Penambahan beban di tubuh lereng bagian atas (pembuatan/peletakan
bangunan, misalnya dengan membuat perumahan atau villa di tepi lereng atau di
puncak bukit) merupakan tindakan beresiko mengakibatkan longsor. Demikian
juga pemotongan lereng pada pekerjaan cut & fill, jika tanpa perencanaan dapat
menyebabkan perubahan keseimbangan tekanan pada lereng.
Letak atau posisi tanaman keras dan kerapatannya mempengaruhi
Faktor Keamanan Lereng (Hirnawan, 1993), hilangnya tumbuhan penutup
menyebabkan alur-alur pada beberapa daerah tertentu.
semakin meningkat
Penghanyutan yang
Zufialdi Zakaria
14
Zufialdi Zakaria
15
o
Bukit (>70 ) tinggi - 39 meninggal
- irigasi Subak ter100 m runtuh,
ganggu
8 Januari 1999
3 Februari 1999
Hujan lebat
- 7 orang meninggal
- rumah hancur
7 Juli 1999
Desa Bontosolama,
Sinjai, Sulawesi Selatan
Hujan deras
- Meninggal > 11
orang,
- Kerugian Rp. 4,2 M
Bukit tejal 45 ,
tidak ada hujan
- 56 orang tewas
Hujan deras
- 10 orang tewas
9 Desember
1999
- 34 tewas,
Kab. Cilacap &
Hujan deras terus - 88 rumah tertutup
30 Oktober 2000 Banyumas, Jawa Tengah menerus
lumpur,
- 113 rumah rusak
3-9 November
2000
11 Desember
2000
Hujan sangat
lebat dan lama
- 17 tewas,
- 80 KK kehilangan
tempat tinggal
Hujan terus
menerus
- 39 rumah terendam
lumpur.
- Cekdam rusak
- 34 rumah rusak
berat,
- tanah terban
9 Januari 2001
Gempa struktur
24 Januari 2001 Desa Aek Latong,
Sipirok, Tapanuli Selatan sesar Sumatera
8 Februari 2001
8-12 Februari
2001
Desa Wangunreja,
Nyalindung, Sukabumi
Hujan deras 2
pekan menerus
- 95 orang tewas,
Lereng G. Pongkor, Kab. Cuaca buruk.
- 41.000 jiwa
Hujan lebat disertai
Lebak, Banten
menderita.
angin kencang
- Kerugian Rp. 6 M
Dari berbagai sumber surat kabar 1999-2001
Zufialdi Zakaria
16
keseimbangan
tekanan
dalam
tubuh lereng.
Zufialdi Zakaria
17
1) longsor
penggalian bahan baku bangunan dengan cara membuat tebing yang hampir
tegak lurus;
2) longsor sekitar jalan di Bandung Utara akibat pemangkasan untuk kawasan
perumahan (real estate);
3) longsoran di tepi sungai Cipeles (Jalan raya Bandung-Cirebon) juga
diakibatkan oleh kondisi ketidakseimbangan beban.
yang
datang dari dalam tubuh lereng sendiri terutama karenaikutsertanya peranan air
dalam tubuh lereng;
Zufialdi Zakaria
18
bidang gelincir
F= /s
s
c
W
V
Zufialdi Zakaria
19
S
W
W sin = S
F= /s
W cos . tan
W cos
F=
= W cos . tan + c L
Gambar 7. Sketsa gaya yang bekerja ( dan S ) pada satu sayatan
Zufialdi Zakaria
20
seseorang. Cara ini dipakai bila tidak ada resiko longsor terjadi saat
pengamatan.
Cara
21
F diatas 1,25
Zufialdi Zakaria
22
(3) Mencegah lereng jenuh dengan airtanah atau mengurangi kenaikan kadar air
tanah di dalam tubuh lereng Kadar airtanah dan mua air tanah biasanya
muncul pada musim hujan, pencegahan dengan cara :
Zufialdi Zakaria
23
Zufialdi Zakaria
24
bobot satuan isi tanah basah (wet; g/cm3 atau kN/m3 atau ton/m3)
F=
Zufialdi Zakaria
c L+ tan
(W i cos i - i x li )
(W i sin i )
25
= kohesi (kN/m2)
i x li
= luas tiap bidang sayatan (M2) X bobot satuan isi tanah (, kN/m3)
Pada lereng yang tidak dipengaruhi oleh muka air tanah, nilai F adalah sbb.:
F=
c L+ tan
(W i cos i )
(W i sin i )
Langkah
berikutnya
adalah
membuat
tabel
untuk
mempermudah
perhitungan.
Zufialdi Zakaria
26
Zufialdi Zakaria
27
KETERANGAN :
Untuk menghitung nilai F (Faktor Keamanan lereng), data-data di atas
dimasukkan dalam tabel.
Ukur pada masing-masing sayatan L, h dan x serta sudut masingmasing bidang gelincir
Hitung luas pada masing-masing sayatan, sin , cos , W (=luas dikali ),
(W sin ) dan (W cos )
Hitung jumlah L, jumlah W sin dan W cos ,
Masukkan dalam rumus
F, didapat nilai F
Contoh perhitungan:
Diketahui
Ditanyakan :
SKALA 1:1.000
Gambar 11. Penampang lereng dengan irisan serta bidang gelincir yang dipakai untuk perhitungan faktor Keamanan cara manual maupun cara
komputer. A-B adalah bidang gelincir
Zufialdi Zakaria
28
Dari hasil hitungan didapat nilai F = 1,08 maka makna dari nilai F
sebesar itu dapat dibandingkan dengan Tabel 6. Artinya adalah lereng kritis,
pada kondisi F sebesar itu pada umumnya lereng pernah longsor.
Untuk memperbesar Faktor Keamanan, lereng tunggal 45o dibuat
terasering dua undak dengan masing-masing undak 45o. Maka:
Diketahui
Ditanyakan :
Zufialdi Zakaria
29
Gambar 12. Penampang lereng dengan dua undak dari lereng asal 45o
Zufialdi Zakaria
30
:?
:?
:?
YT, YW
m, m
31
18.722,27.46,16.067,8,1,3.8,0
No. Sayatan ke-6
18.722,27.46,16.067,9,0.7,3.1,0
No. Sayatan ke-7
18.722,27.46,16.067,10,0.6,2.3,0
No. Sayatan ke-8
18.722,27.46,16.067,12.5,0.5,0.5,0
ENTER -2
MENGGANTI POSISI SLIP SURFACE
ENTER -1
MENGHITUNG FAKTOR KEAMANAN
ENTER
0
KEMBALI KE PROGRAM MENU (EXIT)
ENTER
1..N
MENGGANTI DATA SLICE (MASUKKAN NO
SLICE)
? -1
FAKTOR KEAMANAN LERENG ADALAH 1.560782
Nilai Faktor Keamanan (F) > 1,25 pada suatu lereng menurut Bowles
(1989) ditafsirkan sebagai lereng dengan longsor jarang terjadi atau disebut
sebagai relatif stabil. Untuk menyebutkan lereng stabil perlu dibuat nilai batas
yang aman selain F=1,25, karena nilai tersebut menandakan bahwa kejadian
longsor pernah terjadi (walaupun jarang). Untuk itu diusulkan nilai F > 2 sebagai
nilai yang aman bagi lereng (lereng stabil). Sebagai pebandingan, nilai F = 2 atau
F = 3 biasanya dipakai untuk nilai aman (faktor keamanan) bagi dayadukung
tanah untuk berbagai pondasi dangkal.
Dalam setiap perhitungan (cara manual maupun cara komputer), semua
satuan tiap-tiap variabel harus diperhatikan, seperti misalnya c (kohesi), (sudut
geser-dalam), dan (bobot sartuan isi tanah basah dan bobot satuan isi tanah
kering). Satuan disesuaikan melalui konversi dalam standar SI (Satuan
Internasional).
Nama variabel
Satuan
1 g/cm
3
1 g/cm
Kohesi
1 kg/cm
2
1 kg/cm
Tekanan
1 kN/m
Zufialdi Zakaria
Faktor konversi
9,807
1
10
98,07
1
Satuan
9,807 kN/m
3
1 T/m
10 T/m
2
98,07 kN/m
1 kPa (= kilopascal)
32
8. Latihan
A-A'= bidang gelincir
Skala 1:1.000
SOAL (1) :
Gambar di atas adalah penampang lereng tanah. A-A'adalah bidang gelincir.
Bobot satuan isi tanah (.wet, unit weight) diketahui = 16 kN/m3
Kohesi (c, cohession) diketahui = 9 kN/m2
Sudut geser dalam (, angle of internal friction) = 10o
Ditanyakan :
Berapa dan bagaimana F (Faktor Keamanan) lereng tersebut untuk kondisi
seperti gambar di atas apabila muka air tanah sangat dalam (tidak dipengaruhi
air tanah). Gunakan metoda sayatan seperti di atas dengan cara Fellenius.
CARA :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
33
Tabel hitungan :
No
Slice
L
(m)
x
(m)
H
(m)
Luas
(m)
(o)
Wt
Luas x
W sin
(kN/m)
W cos
(kN/m)
1
2
3
4
5
6
7
=
Zufialdi Zakaria
34
F=
F=
c L + tan ( W i cos i )
( W i sin i )
( c X 1 ) + ( tan x 2 )
= ...............
3
F = ............. (bandingkan dengan Tabel 6, berikan makna nilai tsb.)
SOAL (2) :
Konversi dari suatu satuan ke satuan lainnya sangat diperlukan dalam
perhitungan faktor keamanan. Carilah berapa nilai masing-masing seusi dengan
nilai dengan satuan yang telah dicantumkan (diketahui).
1.
2.
3.
4
6.
7.
Zufialdi Zakaria
4 kg/cm2
7 kg/m02
1.60 ton/m3
.... ton/m3
1.76 g/cm3
.... ton/m2
.......
.......
.......
.......
......
20
kg/m2
kg/cm2
g/cm3
g/cm3
ton/m3
kg/cm2
.......
.......
.......
16.67
.......
.......
kN/m2
KN/m2
kN/m3
kN/m3
kN/m3
kN/m2
35
DAFTAR PUSTAKA
Anonympus, 2008, Scottish Road Network Landslides Study: Implementation, link
http://www.transportscotland.gov.uk/files/documents/reports/j10107/split/j
10107-06.pdf:
Anonymous, 2004, Landslide Types & Processes, US Departmen of Interior, & USGS
http://pubs.usgs.gov/fs/2004/3072/fs-2004-3072.html, Diakses tanggal 7
Maret 2011: pukul 15.52,
Anwar, H.Z., dan Kesumadhama, S., 1991, Konstruksi Jalan di daerah Pegunungan tropis, Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia, PIT ke-20, Desember
1991, hal. 471- 481
Attewel, P.B.,& Farmer, I. W., 1976, Principles of engineering geology, Chapman
& Hall, London, 104p.
Bowles, JE.,1989, Sifat-sifat Fisik & Geoteknis Tanah, Erlangga, Jakarta, 562 hal.
Brunsden,D., Schortt,L., & Ibsen,M.L.(editor), 1997, Landslide Recognition, Identification Movement and Causes, John Wiley & Sons, England, p. 137 - 148
Buma, J, & Van Asch, T., 1997, Slide (Rotational), dalam Dikau, R. (editor) et.al.,
1997, Landslide Recognition, John Willey & Sons, pp. 43-61
Dikau, R. (editor) et.al., 1997, Landslide Recognition, John Willey & Sons, 251 p.
Fandeli,C.,1992, Analisis mengenai dampak lingkungan, prinsip dasar dan pemampanannya dalam pembangunan, Liberty, Yogyakarta, 346 hal,
Hansen, M.J., 1984, Strategies for Classification of Landslides, (ed. : Brunsden, D,
& Prior, D.B., 1984, Slope Instability, John Wiley & Sons, p.1-25
Hirnawan, R.F., 1993, Ketanggapan Stabilitas Lereng Perbukitan Rawan Gerakantanah atas Tanaman Keras, Hujan & Gempa, Disertasi, UNPAD, 302pp. .
Hirnawan, R. F., 1994, Peran faktor-faktor penentu zona berpotensi longsor di dalam
mandala geologi dan lingkungan fisiknya Jawa Barat, Majalah Ilmiah
Universitas Padjadjaran, No. 2, Vol. 12, hal. 32-42.
Hunt, R.E., 1984, Geotechnical engineering investigation manual, McGrawHill Book
Co., 984 p.
Lambe, T.W., & Withman, R.V., 1969, Soil Mechanics, John Willey & Sons Inc., New
York,553 p.
Parker, J.V., Means, R.E., 1974, Soil Mechanics and Foundations, Prentice Hall of
India, Ltd., New Delhi, 573p.
Pangular, D., 1985, Petunjuk Penyelidikan & Penanggulangan Gerakan Tanah, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pengairan, Balitbang Departemen
Pekerjaan Umum, 233 hal.
Pasuto, A., & Soldati, M., 1997. Rock Spreading, dari Dikau, R., Brunsden, D.,
Schortt, L., & Ibsen, M.L. (ed.), Landslide Recognition, Identification,
Movement and Causes, John Wiley & Sons, England, p. 122 136
Pikiran Rakyat, 18 Maret 1997, Harian Umum No, 347 / Tahun XXXI / 1997,
Gempa Guncang Jakarta dan JABAR.
Pikiran Rakyat, 15 April 1999, Harian Umum No. 21, Tahun XXXIV / 1999,
Bandung Rawan Bencana Gempa, hal 2 kolom 3-6.
Republika, 18 Maret 1997, Harian Umum No. 72/Th. 5/1997, Guncangan Gempa 6.0
Skala Richter, Warga Jakatra Panik,
Soemarwoto, O., 1990, Analisis Dampak Lingkungan, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 378 hal.
Strahler, A.N., & Strahler, A.H., 1983, Modern physical geography, John Willey &
Sons, 532 p.
Verhoef, P.N.W., 1989, Geologi untuk Teknik Sipil, Penerbit Erlangga, 322 hal.
Verruijt, 1982, Stabil2.3, Computer Program, Delft University.
Zakaria, Z., 2000, Peran Identifikasi Longsoran dalam Studi Pendahuluan Permodelan Sistem STARLET Untuk Mitigasi Bencana Longsor, YEAR
BOOK MITIGASI BENCANA 1999, Januari 2000, BPPT, hal. I.105 - I.123
Zufialdi Zakaria
36
Zaruba, Q., & Mecl, V., 1976, Engineering geology, Elsevier Publisher, Co.,
Amsterdam, 504 p.
Sumber gambar halaman 11 dan 12:
http://www.transportscotland.gov.uk/files/documents/reports/j10107/split/j10107-06.pdf
http://pubs.usgs.gov/fs/2004/3072/images/Fig3grouping-2LG.jpg
Zufialdi Zakaria
37