Anda di halaman 1dari 19

2.

METODE
RANCANGAN LERENG
Masalah Kestabilan Lereng

Masalah Kestabilan lereng akan ditemukan


• Penggalian Tambang Terbuka
• Tempat penimbunan material buangan (Tailing Disposal)
• Penimbunan biji (Stockyard)
• Bendungan
• Infrastruktur (Jalan, fondasi jembatan dan lereng disekitar perumahan)

Lereng tidak stabil …………….kegiatan produksi, keselamatan kerja

Tahap Perancangan…….Tahap Penambangan…….Pasca Tambang


Lereng Tanah Lereng Batuan

Kesabilan lereng dipengaruhi oleh :


• Dalam keadaan alamiah tanah dan batuan
1. Geomteri lereng
umunya berada dalam keadaan seimbang
2. Karakteristik fisik dan mekanik material
terhadap gaya yang bekerja padanya.
3. Air (Hidrologi dan hidrogeologi)
• Jika terjadi perubahan kesetimbangan
4. Struktur Bidang lemah batuan
(penggalian, penimbunan, erosi dll)…
5. Tegangan alamiah dalam massa batuan
mencapai keseimbangan baru
6. Konsentrasi tegangan local
• Proses degradasi atau pengurangan beban,
7. Getaran (Gempa atau peledakan)
dalam bentuk perpindahan sampai pada
8. Efek lalulintas
besaran tertentu…..gerakan tanah/longsoran
9. Hasil perbuatan pekerja tambang
10. Pengaruh Termik
Tiga pendekatan utama dari analisis kemantapan lereng adalah pendekatan mekanika batuan,
pendekatan mekanika tanah, dan pendekatan yang memakai kombinasi keduanya.

Beberapa metoda analisis kemantapan yang dapat digunakan antara lain metoda analitik,
metoda grafik (longsoran Busur), metoda keseimbangan limit (cullman, bishop), metoda
numerik (metoda elemen hingga), teori blok, metode permodelan fisik (laboratorium).

Adapun tahap-tahap suatu studi kemantapan lereng secara umum adalah


• studi topografi dan geologi umum
• struktur massa batuan,
• studi karakteristik fisik dan geomekanik,
• studi kondisi hidrologi dan hidrogeologi
• permodelan perhitungan kemantapan lereng,
• perbaikan kemantapan lereng
• pemantauan kemantapan lereng.
KLASIFIKASI GERAKAN MASSA TANAH DAN BATUAN

FALLS (Runtuhan)
Tipe gerakan ini dalam bahasa Indonesia disebut
dengan istilah Jatuhan. Tipe ini memiliki ciri
pergerakan masif satu bongkah material besar ke
bawah lereng.
Cara mudah memahami tipe gerakan ini adalah, tipe
ini terjadi relatif pada material batuan (rock) dan
jarang terjadi pada material tanah.
Faktor utama penyebab kelongsoran adalah struktur
geologi (diskontinuitas) yang saling memotong dan
memiliki lebih dari 2 set struktur.
Hanya terjadi pada lereng dengan geometri curam
dan relatif pergerakannya sangat amat cepat.
Pengaruh Air Tanah pada tipe gerakan ini minim
bahkan tidak ada.
TOPPLES (JUNGKIRAN)
Tipe ini hampir mirip karakternya dengan tipe
jatuhan, perbedaan mendasar terletak pada joint
set dan kemenerusan dari strukturnya.
Jungkiran kemungkinan besar terjadi apabila lereng
batu memiliki 2 atau 3 set struktur, yang salah satu
setnya memanjang secara vertikal memotong tubuh
massa batuan dari atas ke bawah, ditambah dengan
set struktur lainnya memotong secara horizontal
namun tak sepanjang set yang pertama.
Gerakan longsor ini tetap dipengaruhi oleh struktur
dan gravitasi, ditambah dengan geometri lereng
yang curam.
Pengaruh air tanah pada gerakan ini bisa saja ada,
namun tetap dalam batas kecil pengaruhnya.
Sebagai contoh, massa lereng bisa terjungkir apabila
ada dorongan Air tanah pada rekahan nya yang
terisi.
SLIDE, merupakan tipe gerakan yang paling populer karena sering terjadi.
Sebagai contoh, tipe gerakan ini dapat terjadi baik pada litologi batuan
maupun tanah, batuan beku yang masif maupun batuan sedimen yang
berlapis-lapis, material homogen maupun heterogen. Slide dibagi lagi
menjadi dua, yaitu Rotational (circular) dan translational (planar).
• Rotational hanya terjadi pada material tanah dan relatif homogen
(terdiri dari satu jenis litologi atau tanah lakukan dengan partikel butiran
yang mix).
• Tipe Rotational umumnya dipengaruhi oleh Air tanah dan juga shear
resistance dari massa tanah nya.
• Tipe Rotational ini memiliki ciri longsoran yang bidangnya membentuk
setengah lingkaran atau membujur, dan biasanya akan selalu terdapat
Settlement di puncak longsoran serta heaving di kaki longsoran.
ROTATIONAL SLIDE
Tipe translational kurang lebih memiliki faktor penyebab
yang sama dengan Rotational, namun perbedaan
mendasar terletak dari jumlah material dalam tubuh
lereng.
Jika Rotational terjadi pada lereng homogen dengan
pengaruh air tanah dan shear resistance, maka di
translational terjadi ketika lereng memiliki lebih dari
satu lapisan material (heterogen) dan juga dipengaruhi
oleh air tanah.
Di translational, shear resistance juga berpengaruh,
namun karena lapisan materialnya banyak maka akan
sering dijumpai nilai - nilai yang berbeda tiap lapisannya,
terkadang di bagian atas nilainya tinggi, namun di
lapisan bawah nilainya rendah,
lapisan dengan shear resistance rendah inilah yang biasa
disebut sebagai weak layer dan dengan mudah dapat
diprediksi bahwa kelongsoran akan terjadi pada lintasan
kontak stratigrafi weak layer dengan material lainnya.
Bidang longsoran pada tipe translational ini relatif lurus
karena mengikuti arah kemiringan stratigrafi dari weak
layernya.
SPREAD, biasa juga disebut Lateral Spread, karena
tipe ini memiliki gerakan berupa
ekspansi/pemekaran secara lateral. Tipe ini cukup
unik, karena apabila pada tipe lain pergerakannya
dipengaruhi oleh geometri yang curam, maka tipe
lateral spread ini justru terjadi pada geometri yang
landai (flat slope). Lateral spread ini dapat terjadi
LATERAL SPREAD
baik pada material sangat halus (lempung) maupun
material kasar (pasir), hanya saja mekanisme nya
berbeda antara keduanya.
Lateral spread yang terjadi pada lempung dapat
terjadi apabila material ini memiliki mineral yang
tingkat swelling-nya (pengembangan) tinggi, contoh
mineral Montmorilonite. Sebagai hasilnya, area yang
memiliki konsentrasi tinggi dari mineral tersebut
akan memiliki derajat plastisitas yang tinggi. Namun,
lateral spread pada lempung tidak akan terjadi
apabila tidak ada trigger-nya, dalam hal ini adalah
air.
Likuefaksi
Untuk material pasir, fenomena lateral spread yang biasa
terjadi umumnya adalah likuefaksi, dimana material pasir
kehilangan kekuatannya dalam waktu cepat. Likuefaksi ini
dapat terjadi apabila ada area tersebut memiliki dominan
material pasir (loose) yang jenuh air, dan tentunya dibantu
trigger berupa gempa.

Contoh luar biasa pada likuefaksi yang menjadi perbincangan


dunia adalah likuefaksi yang terjadi pada saat gempa Palu
yang lalu.

Kesimpulannya tipe gerakan ini tidak akan terjadi pada


material batuan yang sudah terkompaksi, hanya bisa terjadi
pada soil. Air tanah pun menjadi pengaruh sangat besar
terhadap timbulnya gerakan ini. Struktur geologi dan
geometri tidak memiliki pengaruh pada tipe ini. Untuk
kecepatan gerakannya sendiri berbeda – beda, lateral spread
pada lempung cenderung memiliki gerakan yang lambat,
sedangkan untuk likuefaksi cenderung memiliki gerakan yang
tinggi.
FLOW, atau aliran. Tipe ini secara geometri dapat terjadi pada
lereng curam maupun landai, serta tidak ada pengaruh struktur
geologi di tipe gerakan ini.
Tipe gerakan ini terjadi pada material tanah atau material yang
belum terkompaksi secara sempurna. Pada satu kasus, tipe ini bisa
terjadi pada material batuan yang sudah hancur/terombak
kemudian terbawa suatu arus aliran yang kuat (contoh: lahar).
Dari namanya saja kita dapat mengetahui bahwa faktor utama
yang mengakibatkan terjadinya gerakan ini adalah air Tanah.
air tanah secara alami sangat dinamis dan memiliki tekanan
apabila terperangkap dalam pori – pori bawah permukaan
(tekanan air pori).
Air tanah yang menekan ini mencoba mencari jalan keluar agar
tekanannya berkurang, namun ketika dia sama sekali tidak
menemukan jalur keluar sedangkan tubuh lereng semakin jenuh
hingga meningkatkan tekanan air pori yang tidak lagi sanggup
ditahan oleh tubuh lereng maka terjadilah longsoran dengan tipe
flow ini.
Secara kasat mata kita dapat melihat longsoran ini benar – benar
seperti air yang mengalir, hanya saja bukan 100% air melainkan
bercampur dengan material – material bumi lainnya. Kecepatan
gerakan ini cukup tinggi, tergantung dari seberapa besar tekanan
air pori yang ada dan seberapa besar berat isi dari material lereng
yang didorong.
CREEP, atau biasa disebut rayapan. Tipe
ini memiliki kecepatan paling lambat, dan
dapat terjadi baik pada tanah maupun
batuan.
Tipe ini secara kasat mata cukup mudah
untuk diidentifikasi, sebagai contoh yang
paling umum adalah miringnya tiang
listrik atau miringnya tubuh batang –
batang pohon.
Hadirnya tipe gerakan ini menandakan
adanya deformasi yang bekerja pada
tubuh lereng tersebut, namun belum
terlalu kuat untuk menghasilkan shear
failure atau longsoran.
Nendatan (Slump)
merupakan perpindahan massa batuan atau material
lepas dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah
melalui suatu bidang luncur yang lengkung. Pada
proses nendatan, material yang dipindahkan tidak
terlalu besar kecepatannya dan tidak terlalu jauh.
Proses ini merupakan sedimen kohesif yang tebal
seperti lempung.
Permukaan retakan blok slump dicirikan oleh bentuk
seperti sendok dan cekung ke arah atas.
Pada saat terjadi pergerakan, terbentuk tebing yang
lengkung dan blok yang terletak dipermukaan akan
berputar ke belakang.
Umumnya slump terjadi karena kemiringan lereng
terlalu terjal, dapat juga terjadi karena beban pada
kemiringan lereng terlalu besar, yang menyebabkan
terjadinya internal stress pada meterial di bawahnya.
Slump terjadi pada material yang lemah dan kaya akan
lempung berada di bawah material yang lebih keras
atau resisten seperti batu pasir. Air tanah yang
meresap melalui batu pasir akan melemahkan
lempung yang berada di bawahnya.
Amblesan (Subsidence) adalah penurunan lapisan
permukaan tanah secara perlahan-lahan atau tiba-
tiba akibat pengaruh alam atau perbuatan
manusia.
Amblesan dapat mengakibatkan kerusakan
struktur jalan raya, bangunan, jembatan dan dapat
merubah kemiringan tanah dan aliranair.

Ada dua jenis amblesan yaitu


• Amblesan endogenik disebabkan oleh gaya alami
dari dalam bumi seperti pergerakan lempeng,
pelipatan dan patahan permukaan bumi dan
gempa bumi.
• Amblesan eksogenik disebabkan oleh kegiatan
manusia seperti pertambangan bawah tanah,
penyedotan air tanah berlebihan, aktivitas
pengeboran minyak gas dan perubahan
komposisi tanah.
COMPLEX, adalah tipe gerakan yang disebut sebagai kompleks (rumit).
Pada tipe ini, terjadi lebih dari satu tipe gerakan yang sudah dijelaskan
sebelumnya, sebagai contoh dapat dilihat pada gambar di bawah.
KLASIFIKASI VARNES, 1978
Pemicu dan Pemacu Gerakan Tanah

Pemicu adalah hal-hal yang menggerakan sesuatu


yang berakibat membahayakan.
Contoh gerakan tanah yang terjadi di Cianjur dipiju
oleh gempa bumi dan curah hujan yang lebat.

Pemacu adalah hal-hal yang diberikan pada sesuatu


sehingga menyebabkan perubahan.
Contoh lereng yang semula stabil (tahan terhadap
gerakan tanah), karena kakinya (toe) dipotong untuk
jalan atau perumahan, akhirnya memiliki
kecendrungan bergerak

Ada 3 factor penyebab utama terjadinya longsoran


• Geometrik
• Hidraulik
• Mekanik
NO FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL
1 Perubahan geometri lereng geometri lereng,
(pemotongan kaki lereng, material lereng
erosi, perubahan sudut
kemiringan, panjang dll)

2 Pembebasan beban (erosi, diskontinuitas


penggalian) struktural
3 Pembebanan (penambahan air tanah
material, penambahan
tinggi)

4 Shock dan vibrasi (buatan, Pelapukan


gempa bumi)
5 Penurunan permukaan air Erosi seepage
(rembesan)
6 Perubahan kelakuan air penggunaan lahan
(hujan, tekanan pori) dan tutupan lahan

Anda mungkin juga menyukai