METODE
RANCANGAN LERENG
Masalah Kestabilan Lereng
Beberapa metoda analisis kemantapan yang dapat digunakan antara lain metoda analitik,
metoda grafik (longsoran Busur), metoda keseimbangan limit (cullman, bishop), metoda
numerik (metoda elemen hingga), teori blok, metode permodelan fisik (laboratorium).
FALLS (Runtuhan)
Tipe gerakan ini dalam bahasa Indonesia disebut
dengan istilah Jatuhan. Tipe ini memiliki ciri
pergerakan masif satu bongkah material besar ke
bawah lereng.
Cara mudah memahami tipe gerakan ini adalah, tipe
ini terjadi relatif pada material batuan (rock) dan
jarang terjadi pada material tanah.
Faktor utama penyebab kelongsoran adalah struktur
geologi (diskontinuitas) yang saling memotong dan
memiliki lebih dari 2 set struktur.
Hanya terjadi pada lereng dengan geometri curam
dan relatif pergerakannya sangat amat cepat.
Pengaruh Air Tanah pada tipe gerakan ini minim
bahkan tidak ada.
TOPPLES (JUNGKIRAN)
Tipe ini hampir mirip karakternya dengan tipe
jatuhan, perbedaan mendasar terletak pada joint
set dan kemenerusan dari strukturnya.
Jungkiran kemungkinan besar terjadi apabila lereng
batu memiliki 2 atau 3 set struktur, yang salah satu
setnya memanjang secara vertikal memotong tubuh
massa batuan dari atas ke bawah, ditambah dengan
set struktur lainnya memotong secara horizontal
namun tak sepanjang set yang pertama.
Gerakan longsor ini tetap dipengaruhi oleh struktur
dan gravitasi, ditambah dengan geometri lereng
yang curam.
Pengaruh air tanah pada gerakan ini bisa saja ada,
namun tetap dalam batas kecil pengaruhnya.
Sebagai contoh, massa lereng bisa terjungkir apabila
ada dorongan Air tanah pada rekahan nya yang
terisi.
SLIDE, merupakan tipe gerakan yang paling populer karena sering terjadi.
Sebagai contoh, tipe gerakan ini dapat terjadi baik pada litologi batuan
maupun tanah, batuan beku yang masif maupun batuan sedimen yang
berlapis-lapis, material homogen maupun heterogen. Slide dibagi lagi
menjadi dua, yaitu Rotational (circular) dan translational (planar).
• Rotational hanya terjadi pada material tanah dan relatif homogen
(terdiri dari satu jenis litologi atau tanah lakukan dengan partikel butiran
yang mix).
• Tipe Rotational umumnya dipengaruhi oleh Air tanah dan juga shear
resistance dari massa tanah nya.
• Tipe Rotational ini memiliki ciri longsoran yang bidangnya membentuk
setengah lingkaran atau membujur, dan biasanya akan selalu terdapat
Settlement di puncak longsoran serta heaving di kaki longsoran.
ROTATIONAL SLIDE
Tipe translational kurang lebih memiliki faktor penyebab
yang sama dengan Rotational, namun perbedaan
mendasar terletak dari jumlah material dalam tubuh
lereng.
Jika Rotational terjadi pada lereng homogen dengan
pengaruh air tanah dan shear resistance, maka di
translational terjadi ketika lereng memiliki lebih dari
satu lapisan material (heterogen) dan juga dipengaruhi
oleh air tanah.
Di translational, shear resistance juga berpengaruh,
namun karena lapisan materialnya banyak maka akan
sering dijumpai nilai - nilai yang berbeda tiap lapisannya,
terkadang di bagian atas nilainya tinggi, namun di
lapisan bawah nilainya rendah,
lapisan dengan shear resistance rendah inilah yang biasa
disebut sebagai weak layer dan dengan mudah dapat
diprediksi bahwa kelongsoran akan terjadi pada lintasan
kontak stratigrafi weak layer dengan material lainnya.
Bidang longsoran pada tipe translational ini relatif lurus
karena mengikuti arah kemiringan stratigrafi dari weak
layernya.
SPREAD, biasa juga disebut Lateral Spread, karena
tipe ini memiliki gerakan berupa
ekspansi/pemekaran secara lateral. Tipe ini cukup
unik, karena apabila pada tipe lain pergerakannya
dipengaruhi oleh geometri yang curam, maka tipe
lateral spread ini justru terjadi pada geometri yang
landai (flat slope). Lateral spread ini dapat terjadi
LATERAL SPREAD
baik pada material sangat halus (lempung) maupun
material kasar (pasir), hanya saja mekanisme nya
berbeda antara keduanya.
Lateral spread yang terjadi pada lempung dapat
terjadi apabila material ini memiliki mineral yang
tingkat swelling-nya (pengembangan) tinggi, contoh
mineral Montmorilonite. Sebagai hasilnya, area yang
memiliki konsentrasi tinggi dari mineral tersebut
akan memiliki derajat plastisitas yang tinggi. Namun,
lateral spread pada lempung tidak akan terjadi
apabila tidak ada trigger-nya, dalam hal ini adalah
air.
Likuefaksi
Untuk material pasir, fenomena lateral spread yang biasa
terjadi umumnya adalah likuefaksi, dimana material pasir
kehilangan kekuatannya dalam waktu cepat. Likuefaksi ini
dapat terjadi apabila ada area tersebut memiliki dominan
material pasir (loose) yang jenuh air, dan tentunya dibantu
trigger berupa gempa.