Anda di halaman 1dari 23

A.

PROSES EPIGEN ATAU EKSOGENETIK


DEGRADASI
Degradasi adalah proses gabungan antara pelapukan batuan, gerakan massa batuan
dan/atau tanah serta erosi yang mengakibatkan ketinggian (elavasi) permukaan bumi
semakin rendah.
a. Pelapukan Batuan
Pelapukan batuan yaitu proses berubahnya batuan menjadi tanah baik oleh proses
fisik atau mekanik, oleh proses kimia (decomposition), oleh proses biofisik/biomekanik. Proses
kimia dapat menyebabkan terjadinya mineral-mineral baru.
Tanah mempunyai arti yang berbeda-beda, bergantung pada sudut peninjauanya.
Istilah tanah dalam teknik sipil dimaksudkan untuk mencangkup semua bahan dari tanah
lempung sampai ke berangkal (batu-batu besar berukuran diameter butir (64-256) mm), jadi
semua endapan alam yang bersangkutan dengan teknik sipil, kecuali batuan tetap (Wesley,
1973:1).
 Pelapukan Fisik
Pelapukan fisik atau juga disebut denga pelapukan mekanik atau bisa juga disebut
dengan pelapukan disintegrasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
 Pemuaian batuan yang disebabkan oleh hilangnya beban berat yang ada di
atasnya. Tekanan litotastik yang tadinya sangat besar berubah menjadi sangat
kecil.
 Pertumbuhan kristal-kristal dari larutan yang mengisi rongga rongga batuan.
 Air di dalam pori-pori batuan berubah menjadi es. Pada massa yang sama
volume es lebih besar daripada volume air, maka batuan menjadi pecah.
 Di daerah gurun batu yang kering (arid), suhu pada siang hari 56°C-57,7°C,
sedangkan pada malam hari suhunya -3°C. Proses pemuaian dan penyusutan
yang luar biasa yang terjadi setiap hari akan membuat batuan menjadi pecah.
 Koloid di dalam air sungai atau tubuh air lain dapat menarik.
 fragmen-fragmen batuan hingga terlepas dari batuan induknya. Proses ini
disebut colloid plucking.
 Hempasan tubuh air sungai ke tebing sungai juga dapat melepaskan fragmen-
fragmen batuan dari batuan induknya. Proses ini disebut hydraulic plucking.
Gambar 1.1 pelapukan fisik/mekanik
Gambar 1.2 proses pelapukan
 Pelapukan Kimia/Dekomposisi
Pelapukan kimia adalah proses hancurnya batuan karena perubahan mineral-
mineralnya. Pelaku utamanya adalah air hujan yang melarutkan gas CO₂ dari atmosfer sehingga
setibanya di permukaan bumi sudah merupakan asam karbonat. Kekuatan asam ini bertambah
apabila mendapat tambahan CO2 lebih banyak dari peruraian tanaman oleh bakteri. Pasa asam
karbonat akan mengalami proses ionisasi yang mana akan memperlihatkan mineral asal setelah
bereaksi dengan air terurai menjadi mineral baru. Proses terurainya mineral karena mineral itu
bereaksi dengan air dan di sebut proses hidrolisis (Thornbuty, 1964:44).
Pelapukan kimia kerapkali terjadi jalin-menjalin dengan pelapukan fisik. atau mekanik
seperti pada proses eksfoliasi dan pelapukan membola. Eksfoliasi adalah pengelupasan batuan
menjadi bentuk lempeng lengkung karena bagian luar lapuk oleh hidrasi atau hidrolisis kemudian
rontok oleh energi mekanik.
Gambar 1.3
pelapukan akibat air hujan yang sudah melalui proses kimiawi

Gambar 1.4
Pelapukan membola
 Pelapukan Biologi
Pelapukan biologi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu pelapukan biofisik atau
biomekanik, pelapukan biokimia, dan pelapukan biokimiafisik atau biokimiamekanik.
Pelapukan biofisik atau biomekanik yaitu pelapukan yang disebabkan oleh akar tanaman
yang masuk ke retakan batuan. Pada saat akar tumbuh menjadi besar maka batuan menjadi
pecah. Contoh lain adalah injakan binatang-binatang berat, pembajakan sawah, pembuatan jalan,
terowongan dan penambangan mineral dan batuan oleh manusia dengan menggunakan palu,
linggis, gergaji, dll. Semut, rayap, dan cacing tanah membuat lubang lubang di permukaan bumi
dan membawa partikel-partikel tanah dari dalam bumi ke permukaan bumi. Dalam satu tahun
cacing tanah mampu membawa partikel tanah ke permukaan bumi sebanyak 10 ton per acre
(Flint & Skinner, 1974:98).
Gambar 1.5

Pelapuakn akibat lumut

Jadi, pelapukan batuan terbagi menjadi 3 (tiga) yakni pelapukan mekanik, kimiawi, dan
biologis yang mana pelapukan batuan bisa bergabung menjadi pelapukan yang di sebabkan oleh
ketiga pelapukan tersebut sebagai contoh seperti sebuah batu yang dilewati oleh akar pohon, itu
di sebabkan oleh biologis selain itu secara tidak langsung juga akar tubuhan tersebut juga
mengeluarkan zat kimiawi yang dapat membantu pelapukan, kemudian di tambah dengan faktor
hujan, suhu, dan lainnya yang menandakan pelapukan fisik juga ikut ambil alih dalam pelapukan
batuan tersebut. Dari contoh tersebut memungkin kan bahwa pelapukan bisa terjadi dalam ketiga
jenis pelapukan dalam waktu bersamaan.

Gamabar 1.6

Pelapukan yang disebabkan oleh pelapukan fisik, kimiawi, dan biologi

b. Gerakan Massa Tanah dan/atau Batuan

Bates dan Jackso (1987:368, 405) menyebutkan bahwa gerakan massa (mass
movement) adalah gerakan massa bagian permukaan lahan (tanah dan/atau batuan) berpindah ke
arah bawah lereng karena pengaruh gravitasi.
Whitten dan Brooks (1972:2) menyebutkan bahwa mass-wasting= gravitative
transport adalah gerakan materi baik tanah maupun batuan melalui bidang kekar, sesar dan
sebagainya ke arah bawah lereng. Mass wasting dibagi menjadi empat.

 Gerakan Hasil Pelapukan


 Gerakan lambat = Rayapan (slow movement/creep)
(1) Soil creep (rayapan tanah)
(2) Talus creep (rayapan fragmen-fragmen batuan yang kasar dan runcing di kaki
lereng).
 Gerakan/aliran cepat (Rapid movement/flows)
(1) Mud flows (aliran lumpur)
(2) Earth flows (aliran tanah dan pecahan-pecahan batuan) (3) Soil flows (aliran
tanah)
(4) Rock-avalanche (aliran fragmen-fragmen batuan)
(5) Lahars
 Gerakan massa (Mass-movement)
(1) Landslide (Longsoran/geseran cepat pada bidang rata yang miring seperti
bidang lapisan batuan, kekar, sesar dan schistosity)
(2) Slump (Longsoran/geseran cepat pada suatu bidang cekung).

Gambar 1.7 Soilcrep


Gambar 1.8 Mud flows

Gambar 1.9 Landslide

 Mass-Wasting
Thornbury (1969:36) menyebutkan bahwa mass-wasting adalah gerakan
hancuran batuan ke bagian bawah lereng karena pengaruh langsung gaya berat, umumnya
dibantu oleh keberadaan air, tetapi air bukan sebagai media pengangkut. Sharpe (1938 dalam
Thornbury, 1969:46) membagi mass-wasting menjadi empat.
(a) Tipe aliran lambat (slow flowage types)
1. Soil creep (rayapan tanah)
2. Talus creep (rayapan fragmen batuan kasar dan runcing)
3. Rock creep (rayapan batuan)
4. Solifluction (aliran lambat massa hancuran batuan jenuh air ke arah
bawah lereng, tidak terbatas melalui saluran tertentu)
(b) Tipe aliran cepat (rapid flowage types)
1. Earth flow (gerakan cepat tanah lempungan atau lanauan jenuh air ke
arah bawah teras atau lereng bukit)
2. Mudflow (gerakan cepat lumpur hancuran batuan jenuh air melalui
saluran tertentu ke arah bawah lereng)
3. Debris avalanche (aliran hancuran batuan melalui saluran sempit pada
lereng curam).
(c) Longsoran (landslide)
1. Slump (gerakan massa hancuran batuan ke arah bawah lereng melalui
bidang cekung, gerakannya berputar/berotasi)
2. (gerakan cepat menggelinding/rolling atau bergeser/sliding hancuran
batuan ke arah bawah lereng melalui bidang rata miring tanpa gerakan
terputar/rotasi)
3. Debris fall (gerakan jatuh bebas hancuran batuan melalui bidang
vertikal atau permukaan menggantung)
4. Rock slide (geseran/sliding atau jatuhan/falling massa batuan
individual melalui permukaan bidang lapisan batuan, kekar atau sesar)
5. Rock fall (jatuhan bebas blok batuan melalui bidang lereng curam)
(d) Amblesan (subsidence)

Amblesan adalah gerakan materi permukaan bumi secara vertikal ke arah


bawah tanpa melalui bidang permukaan dan tanpa perpindahaan horizontal.

Gambar 2.0 Rockcreap Gambar 2.1 Earthflow


Gambar 2.2 Debris fall Gambar 2.3 Amblasan

 Karakteristik Gerakan Mass tanah dan/atau Batuan


(a) Apabila penyebabnya gempa bumi, sistem peringatan dini tidak ada tetapi jika
penyebabnya hujan yang terus-menerus, sistem peringat dini dapat
dikembangkan.
(b) Gerakan massa tanah dan batuan ada yang sangat lambat (cree, ada yang
sangat cepat (sliding, slumping, falling, toppling).

Gambar 2.4 Gerakan massa tanah

(c) Tingkat merusaknya dapat kecil atau sangat besar bergantung pada jenis dan
tempat terjadinya gerakan massa tersebut.
(d) Hasil gerakan massa dapat membendung aliran sungai sehingga menimbulkan
banjir dan genangan.
 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gerakan Massa Tanah Dan/Atau Batuan
Faktor pasif
1. Litologi: material lepas atau lunak yang mudah bergerak atau menggelincir
kalau basah.
2. Stratigrafi : batuan kompak dan lunak berselang-seling dengan bidang
perlapisan miring searah dengan kemiringan lereng.
3. Struktur geologi: dimensi dan kerapatan kekar, sesar, zona hancuran, foliasi,
bidang lapisan, batuan yang miring curam
4. Topografi: lereng curam atau vertikal
5. Iklim: suhu yang menyebabkan pembekuan dan es gletser serta curah hujan
tinggi
6. Organik: vegetasi jarang

Faktor pasif
1. Pengikisan alami atau buatan manusia yang mempercuram lereng
2. Penambahan beban oleh air atau oleh manusia
 Usaha Mencegah dan Mengurangi Bencana Gerakan Massa tanah dan/atau
Batuan
a. mengurangi tekanan geser
b. mengurangi material beban
c. mengurangi kemiringan lereng
d. membuat teras-teras pada lereng
e. mengurangi air hasil infiltrasi yang terkandung dalam material beban
f. memadatkan tanah/batuan membangun dinding penahan gerakan massa
g. mengisi retakan pada lereng dengan lempung atau aspal
h. menanam pohon, semak belukar atau rumput yang sesuai untuk kestabilan
lereng
i. membuat sistem peringatan dini dan memantau gejala gerakan massa tanah
dan/atau batuan.

c. Erosi

Erosi adalah proses berpindahnya materi penyusun permukaan bumi (tanah dan
batuan) karena terangkut oleh air, angin, atau es yang mengalir atau bergerak di permukaan
bumi. Mekanisme pemusatan dan penyatuan bentuk-bentuk aliran air permukaan yang lebih
lemah dan lebih terhambur menjadi jalur-jalur yang lebih dalam dan intensif disebut sistem
penyaluran (Strahler, 1969:415).

Proses erosi oleh stream flow disebut stream erosion yang berdasarkan arah
pengikisannya dapat dibagi menjadi erosi vertikal yang mendalamkan sungai, erosi horizontal
atau lateral yang melebarkan sungai, dan erosi ke arah hulu (headward erosion) yang
memanjangkan sungai.

Berdasarkan tingkatan atau stadia erosinya, sungai dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu
sungai bertingkat erosi muda, dewasa, dan tua.

Erosi Muda
1. sungai sangat aktif, erosi berlangsung cepat
2. erosi vertikal lebih kuat daripada erosi lateral
3. lembah sungai berbentuk V
4. tidak ada dataran banjir atau kalau ada dataran banjir tersebut sangatsempit
5. gradien sungai curam, ditandai oleh adanya jeram dan air terjun anak sungai sedikit dan
kecil
6. aliran sangat deras
7. bentuk sungai relatif lurus
Erosi Dewasa
1. kecepatan aliran berkurang
2. gradien sungai sedang, jeram dan air terjun sudah tereliminir, aliran sungai tidak begitu
deras
3. dataran banjir mulai terbentuk
4. erosi lateral lebih kuat daripada erosi verticalmulai terbentuk meander sungai
5. sungai mencapai kedalaman paling besar
6. lembah sungai berbentuk U
Erosi Tua
1. kecepatan aliran makin berkurang
2. pelebaran lembah, walaupun lambat tetapi masih lebih kuat daripada pendalaman sungai
dataran banjir lebih lebar daripada sabuk meander
3. oxbow lakes, meander scars dan tanggul alam (natural levees) lebih umum dijumpai
daripada ketika sungai bertingkat erosi dewasa.
Gambar 2.6 Erosi Sungai

Konsep siklus erosi telah diterapkan kepada evolusi seluruh daerah dan evolusi lembah-
lembah sungainya.

Daerah bertingkat erosi muda ditandai oleh:

1. relief bertambah dengan cepat


2. sungai-sungai belum berkembang luas
3. sungai-sungai dipisahkan oleh divides yang luas/lebar

Daerah bertingkat erosi dewasa ditandai oleh:

1. relief mencapai maksimum


2. sungai-sungai mulai berkembang
3. divides makin sempat

Daerah bertingkat erosi tua ditandai oleh:

1. merendahnya puncak-puncak divides


2. relief daerah menjadi bergelombang lemah (undulating). Permukaan bumi yang
demikian disebut peneplain (hampir rata)

berdasarkan keberadaan airnya, Zuidam (1983:7) mengkalsifikasian sebagai menjadi:


1. Sungai perennial yaitu sungai yang berair sepanjang tahun, sungai jenis ini di bagi
menjadi 2 bagian yakni sungai permanen yang sungainya mengalir sepanjang tahun,
sedangkan sungai periodik artinya sungainya mengalir hanya dalam periode tertentu.
2. Sungai intermittent (episodik) adalah sungai yang berair banyak pada musim hujan dan
sedikit bahkan kering pada musim kemarau.
3. Sungai ephemeral adalah sungai yang berair hanya pada saat hujan.

Berdasarkan arah alirannya terhadap arah jurus dan kemiringan lapisan batuan, ingai
diklasifikasikan menjadi lima.

1. Sungai konsekuen adalah sungai yang arah alirannya searah dengan arah kemiringan asal
lapisan batuan.
2. Sungai subsekuen adalah sungai yang arah alirannya searah dengan jurus lapisan batuan.
3. Sungai obsekuen adalah sungai yang arah alirannya berlawanan dengan arah kemiringan
lapisan batuan. Sungai ini merupakan anak sungai subsekuen.
4. Sungai resekuen adalah sungai yang arah alirannya searah dengan arah kemiringan
lapisan batuan. Sungai ini merupakan anak sungai subsekuen.
5. Sungai insekuen adalah sungai yang arah alirannya menyudut terhadap arah kemiringan
lapisan batuan.

Gambar 2.7

Sungai Berdasarkan Aliran

Berdasarkan pola penyalurannya, sungai dapat diklasifikasikan menjadi beberapa yakni:


Gambar 2.8

Pola penyaluran

Sungai actecendent

Sungai antecedent yaitu sungai yang mempertahankan kedudukannya selama daerahnya


terangkat sehingga lembah sungai menjadi makin dalam dan terbentuk teras-teras sungai.

Sungai superposed

sungai superimposed adalah sungai yang mengerosi vertikal hingga batuan tua yang ada
di bagian bawah tersayat, tanpa ada pengangkatan di daerah tersebut.
Gambar 2.9

Sungai antecendent dan sungai superposed

Berdasarkan atas hubungan dengan air tanah di sekitarnya, sungai dibagi menjadi sungai
effluent dan sungai influent.

Sungai effluent adalah sungai yang permukaan airnya lebih rendah daripada permukaan
air tanah di sekitarnya sehingga air tanah memberikan pasokan air ke sungai.
Sungai influent adalah sungai yang permukaan airnya lebih tinggi daripada permukaan
air tanah di sekitarnya sehingga sungai memberikan pasokan airnya ke air tanah

Gambar 3.0

Sungai Effluent dan Sungai Influent.

Tabel 1.1 Pola Penyaluran Dasar dan Modifikasinya


Tabel 1.2

Pola Penyaluran Dasar dan Modifikasinya (1)


Tabel 1.3

Pola Penyaluran Dasar dan Modifikasinya (2)


Tabel 1.4

Pola Penyaluran Dasar dan Modifikasinya (4)


Davis (dalam Thorbury, 1969:105) menyebutkan ada dua macam level dasar erosi yaitu: (1)
Level dasar erosi akhir (general or permanent or grand base level) yang oleh Johnson (1929
dalam Thornbury, 1969:105) disebut ultimate base level, yaitu laut atau samudra. (2) Level dasar
lokal atau sementara (Local or temporary base level) yaitu danau, waduk, dan sebagainya.

AGRADASI

Agradasi adalah proses pengendapan materi hasil erosi di daerah dataran rendah
atau lembah-lembah sehingga elevasi permukaan bumi di Tempat pengendapan menjadi lebih
tinggi. Dengan demikian, agradasi sama dengan sedimentasi.

Gambar 3.1
Agradasi
PENGERJAAN ORGANISME, TERMASUK MANUSIA

Pengerjaan organisme termasuk proses geomorfik yaitu proses yang dapat


mengubah bentuklahan. Contoh: struktur bioherm dan biostrome, hancurnya permukaan bumi di
daerah pertambangan mineral dan batuan, pengurugan daerah rendah oleh manusia.

Proses degradasi, agradasi dan pengerjaan organisme yang terjadi jalin menjalin dalam
waktu ribuan bahkan jutaan tahun dapat mengubah permukaan bumi yang relatif tinggi menjadi
berelief rendah bahkan menjadi datar.

B. PROSES HIPOGEN ATAU ENDOGENIK


1. DIASTROFISME
a. Epirogenesis

Epirogenesis adalah proses pengangkatan jalur-jalur kerak bumi oleh tenaga


endogenik sehingga dapat terbentuk pembubungan muka bumi yang berbentuk kubah. Proses ini
terjadi pada daerah yang luas, misalnya benua dan gerakannya lambat (Katili dan Marks,
1963:285).

b. Orogenesis

Orogenesis adalah proses terangkat dan terlipatnya jalur kerak bumi oleh tenaga
endogenik sehingga terjadi struktur antiklin dan sinklin. Proses ini terjadi pada daerah yang
relatif sempit dan gerakannya relatif lebih cepat daripada epirogenesis (Katili dan Marks,
1963:285).

c. Tafrogenesis

Tafrogenesis adalah pembentukan fenomena rekahan, dicirikan oleh sesar normal


bersudut besar dan penurunan (subsidence) yang berkaitan. Proses ini sering kali merupakan
tahap awal pecahnya benua dan pemisahan lempeng (Krenkel, 1922 dalam Bates dan Jackson,
1987:673).

2. Volkanisme = Kegunungapian

Volkanisme adalah proses keluarnya magma dan gas yang berasosiasi dari dapur magma
di bawah permukaan bumi ke permukaan bumi dan atmosfer bumi (Bates dan Jackson,
1987:727).

Anda mungkin juga menyukai