Gambar 1.4
Pelapukan membola
Pelapukan Biologi
Pelapukan biologi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu pelapukan biofisik atau
biomekanik, pelapukan biokimia, dan pelapukan biokimiafisik atau biokimiamekanik.
Pelapukan biofisik atau biomekanik yaitu pelapukan yang disebabkan oleh akar tanaman
yang masuk ke retakan batuan. Pada saat akar tumbuh menjadi besar maka batuan menjadi
pecah. Contoh lain adalah injakan binatang-binatang berat, pembajakan sawah, pembuatan jalan,
terowongan dan penambangan mineral dan batuan oleh manusia dengan menggunakan palu,
linggis, gergaji, dll. Semut, rayap, dan cacing tanah membuat lubang lubang di permukaan bumi
dan membawa partikel-partikel tanah dari dalam bumi ke permukaan bumi. Dalam satu tahun
cacing tanah mampu membawa partikel tanah ke permukaan bumi sebanyak 10 ton per acre
(Flint & Skinner, 1974:98).
Gambar 1.5
Jadi, pelapukan batuan terbagi menjadi 3 (tiga) yakni pelapukan mekanik, kimiawi, dan
biologis yang mana pelapukan batuan bisa bergabung menjadi pelapukan yang di sebabkan oleh
ketiga pelapukan tersebut sebagai contoh seperti sebuah batu yang dilewati oleh akar pohon, itu
di sebabkan oleh biologis selain itu secara tidak langsung juga akar tubuhan tersebut juga
mengeluarkan zat kimiawi yang dapat membantu pelapukan, kemudian di tambah dengan faktor
hujan, suhu, dan lainnya yang menandakan pelapukan fisik juga ikut ambil alih dalam pelapukan
batuan tersebut. Dari contoh tersebut memungkin kan bahwa pelapukan bisa terjadi dalam ketiga
jenis pelapukan dalam waktu bersamaan.
Gamabar 1.6
Bates dan Jackso (1987:368, 405) menyebutkan bahwa gerakan massa (mass
movement) adalah gerakan massa bagian permukaan lahan (tanah dan/atau batuan) berpindah ke
arah bawah lereng karena pengaruh gravitasi.
Whitten dan Brooks (1972:2) menyebutkan bahwa mass-wasting= gravitative
transport adalah gerakan materi baik tanah maupun batuan melalui bidang kekar, sesar dan
sebagainya ke arah bawah lereng. Mass wasting dibagi menjadi empat.
Mass-Wasting
Thornbury (1969:36) menyebutkan bahwa mass-wasting adalah gerakan
hancuran batuan ke bagian bawah lereng karena pengaruh langsung gaya berat, umumnya
dibantu oleh keberadaan air, tetapi air bukan sebagai media pengangkut. Sharpe (1938 dalam
Thornbury, 1969:46) membagi mass-wasting menjadi empat.
(a) Tipe aliran lambat (slow flowage types)
1. Soil creep (rayapan tanah)
2. Talus creep (rayapan fragmen batuan kasar dan runcing)
3. Rock creep (rayapan batuan)
4. Solifluction (aliran lambat massa hancuran batuan jenuh air ke arah
bawah lereng, tidak terbatas melalui saluran tertentu)
(b) Tipe aliran cepat (rapid flowage types)
1. Earth flow (gerakan cepat tanah lempungan atau lanauan jenuh air ke
arah bawah teras atau lereng bukit)
2. Mudflow (gerakan cepat lumpur hancuran batuan jenuh air melalui
saluran tertentu ke arah bawah lereng)
3. Debris avalanche (aliran hancuran batuan melalui saluran sempit pada
lereng curam).
(c) Longsoran (landslide)
1. Slump (gerakan massa hancuran batuan ke arah bawah lereng melalui
bidang cekung, gerakannya berputar/berotasi)
2. (gerakan cepat menggelinding/rolling atau bergeser/sliding hancuran
batuan ke arah bawah lereng melalui bidang rata miring tanpa gerakan
terputar/rotasi)
3. Debris fall (gerakan jatuh bebas hancuran batuan melalui bidang
vertikal atau permukaan menggantung)
4. Rock slide (geseran/sliding atau jatuhan/falling massa batuan
individual melalui permukaan bidang lapisan batuan, kekar atau sesar)
5. Rock fall (jatuhan bebas blok batuan melalui bidang lereng curam)
(d) Amblesan (subsidence)
(c) Tingkat merusaknya dapat kecil atau sangat besar bergantung pada jenis dan
tempat terjadinya gerakan massa tersebut.
(d) Hasil gerakan massa dapat membendung aliran sungai sehingga menimbulkan
banjir dan genangan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gerakan Massa Tanah Dan/Atau Batuan
Faktor pasif
1. Litologi: material lepas atau lunak yang mudah bergerak atau menggelincir
kalau basah.
2. Stratigrafi : batuan kompak dan lunak berselang-seling dengan bidang
perlapisan miring searah dengan kemiringan lereng.
3. Struktur geologi: dimensi dan kerapatan kekar, sesar, zona hancuran, foliasi,
bidang lapisan, batuan yang miring curam
4. Topografi: lereng curam atau vertikal
5. Iklim: suhu yang menyebabkan pembekuan dan es gletser serta curah hujan
tinggi
6. Organik: vegetasi jarang
Faktor pasif
1. Pengikisan alami atau buatan manusia yang mempercuram lereng
2. Penambahan beban oleh air atau oleh manusia
Usaha Mencegah dan Mengurangi Bencana Gerakan Massa tanah dan/atau
Batuan
a. mengurangi tekanan geser
b. mengurangi material beban
c. mengurangi kemiringan lereng
d. membuat teras-teras pada lereng
e. mengurangi air hasil infiltrasi yang terkandung dalam material beban
f. memadatkan tanah/batuan membangun dinding penahan gerakan massa
g. mengisi retakan pada lereng dengan lempung atau aspal
h. menanam pohon, semak belukar atau rumput yang sesuai untuk kestabilan
lereng
i. membuat sistem peringatan dini dan memantau gejala gerakan massa tanah
dan/atau batuan.
c. Erosi
Erosi adalah proses berpindahnya materi penyusun permukaan bumi (tanah dan
batuan) karena terangkut oleh air, angin, atau es yang mengalir atau bergerak di permukaan
bumi. Mekanisme pemusatan dan penyatuan bentuk-bentuk aliran air permukaan yang lebih
lemah dan lebih terhambur menjadi jalur-jalur yang lebih dalam dan intensif disebut sistem
penyaluran (Strahler, 1969:415).
Proses erosi oleh stream flow disebut stream erosion yang berdasarkan arah
pengikisannya dapat dibagi menjadi erosi vertikal yang mendalamkan sungai, erosi horizontal
atau lateral yang melebarkan sungai, dan erosi ke arah hulu (headward erosion) yang
memanjangkan sungai.
Berdasarkan tingkatan atau stadia erosinya, sungai dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu
sungai bertingkat erosi muda, dewasa, dan tua.
Erosi Muda
1. sungai sangat aktif, erosi berlangsung cepat
2. erosi vertikal lebih kuat daripada erosi lateral
3. lembah sungai berbentuk V
4. tidak ada dataran banjir atau kalau ada dataran banjir tersebut sangatsempit
5. gradien sungai curam, ditandai oleh adanya jeram dan air terjun anak sungai sedikit dan
kecil
6. aliran sangat deras
7. bentuk sungai relatif lurus
Erosi Dewasa
1. kecepatan aliran berkurang
2. gradien sungai sedang, jeram dan air terjun sudah tereliminir, aliran sungai tidak begitu
deras
3. dataran banjir mulai terbentuk
4. erosi lateral lebih kuat daripada erosi verticalmulai terbentuk meander sungai
5. sungai mencapai kedalaman paling besar
6. lembah sungai berbentuk U
Erosi Tua
1. kecepatan aliran makin berkurang
2. pelebaran lembah, walaupun lambat tetapi masih lebih kuat daripada pendalaman sungai
dataran banjir lebih lebar daripada sabuk meander
3. oxbow lakes, meander scars dan tanggul alam (natural levees) lebih umum dijumpai
daripada ketika sungai bertingkat erosi dewasa.
Gambar 2.6 Erosi Sungai
Konsep siklus erosi telah diterapkan kepada evolusi seluruh daerah dan evolusi lembah-
lembah sungainya.
Berdasarkan arah alirannya terhadap arah jurus dan kemiringan lapisan batuan, ingai
diklasifikasikan menjadi lima.
1. Sungai konsekuen adalah sungai yang arah alirannya searah dengan arah kemiringan asal
lapisan batuan.
2. Sungai subsekuen adalah sungai yang arah alirannya searah dengan jurus lapisan batuan.
3. Sungai obsekuen adalah sungai yang arah alirannya berlawanan dengan arah kemiringan
lapisan batuan. Sungai ini merupakan anak sungai subsekuen.
4. Sungai resekuen adalah sungai yang arah alirannya searah dengan arah kemiringan
lapisan batuan. Sungai ini merupakan anak sungai subsekuen.
5. Sungai insekuen adalah sungai yang arah alirannya menyudut terhadap arah kemiringan
lapisan batuan.
Gambar 2.7
Pola penyaluran
Sungai actecendent
Sungai superposed
sungai superimposed adalah sungai yang mengerosi vertikal hingga batuan tua yang ada
di bagian bawah tersayat, tanpa ada pengangkatan di daerah tersebut.
Gambar 2.9
Berdasarkan atas hubungan dengan air tanah di sekitarnya, sungai dibagi menjadi sungai
effluent dan sungai influent.
Sungai effluent adalah sungai yang permukaan airnya lebih rendah daripada permukaan
air tanah di sekitarnya sehingga air tanah memberikan pasokan air ke sungai.
Sungai influent adalah sungai yang permukaan airnya lebih tinggi daripada permukaan
air tanah di sekitarnya sehingga sungai memberikan pasokan airnya ke air tanah
Gambar 3.0
AGRADASI
Agradasi adalah proses pengendapan materi hasil erosi di daerah dataran rendah
atau lembah-lembah sehingga elevasi permukaan bumi di Tempat pengendapan menjadi lebih
tinggi. Dengan demikian, agradasi sama dengan sedimentasi.
Gambar 3.1
Agradasi
PENGERJAAN ORGANISME, TERMASUK MANUSIA
Proses degradasi, agradasi dan pengerjaan organisme yang terjadi jalin menjalin dalam
waktu ribuan bahkan jutaan tahun dapat mengubah permukaan bumi yang relatif tinggi menjadi
berelief rendah bahkan menjadi datar.
b. Orogenesis
Orogenesis adalah proses terangkat dan terlipatnya jalur kerak bumi oleh tenaga
endogenik sehingga terjadi struktur antiklin dan sinklin. Proses ini terjadi pada daerah yang
relatif sempit dan gerakannya relatif lebih cepat daripada epirogenesis (Katili dan Marks,
1963:285).
c. Tafrogenesis
2. Volkanisme = Kegunungapian
Volkanisme adalah proses keluarnya magma dan gas yang berasosiasi dari dapur magma
di bawah permukaan bumi ke permukaan bumi dan atmosfer bumi (Bates dan Jackson,
1987:727).