Anda di halaman 1dari 25

III.

GERAKAN TANAH/BATUAN
Gerakan tanah atau batuan adalah perpidahan massa tanah atau batuan pada
arah tegak, datar atau miring dari kedudukan semula, yang terjadi bila ada gangguan
kesetimbangan pada saat itu.
III.1.

Klasifikasi Gerakan Tanah/Batuan


Klasifikasi gerakan tanah oleh Highway Research Board Landslide Commitee

(1958) didasarkan atas macam/tipe gerakan, macam material yang bergerak dan
kecepatan gerakan, yaitu :

Klasifikasi Gerakan Tanah (Research Board Landslide Commitee,1958)

1.

Runtuhan (falls)
Runtuhan terjadi jika tanah/batuan itu ibaratnya jatuh bebas, seperti massa

batuan pada dinding yang curam (mendekati tegak), yang tiba-tiba jatuh. Runtuhan
ini dapat terjadi dari bidang-bidang diskontinu pada suatu lereng yang tegak, pada
rayapan dari lapisan lunak (misalnya marl lempung) dan juga dari gulingan blok.
a.

Runtuhan batuan (rock fall)


Suatu massa batuan yang jatuh ke bawah karena terlepas dari batuan

induknya, terjadi pada tebing tebing yang terjal. Gerakannya ekstrim cepat. Dapat
terjadi karena :
1. tarikan gaya berat, kekar atau rekahan
2. pemotongan kaki tebing oleh alam maupun manusia

Runtuhan batuan (rock fall)

b.

Runtuhan tanah (soil fall)


Seperti runtuhan batuan, hanya yang jatuh ke bawah berupa massa tanah.

Gerakannya sangat cepat.


c.

Runtuhan bahan rombakan (debris fall)


Seperti runtuhan batuan, hanya yang jatuh ke bawah berupa massa bahan

rombakan. Gerakannya sangat cepat (ekstrim cepat)


2.

Longsoran (slides)

a.

Nendatan (slump)
Gerakan yang terputus-putus atau tersendat-sendat dari massa tanah atau

batuan ke arah bawah dalam jarak yang relatif pendek, melalui bidang lengkung

dengan kecepatan ekstrim lambat sampai agak cepat (moderat). Pada umumnya
sesuai dengan prosesnya yang terputus-putus sehingga mempunyai lebih dari satu
bidang longsor yang kurang lebih sejajar atau searah satu sama lain.

Nendatan (slump)

c.

Block glide
Gerakan turun ke bawah dari massa tanah atau batuan yang berupa blok

dengan kecepatan lambat sampai agak cepat (moderat). Block yang turun dapat
disebabkan atau dibatasi oleh sesar atau kekar.

Block glide

d.

Longsoran batuan (rock slide)


Gerakan massa batuan ke arah bawah yang biasanya melalui bidang

perlapisan, rekahan-rekahan atau bidang sesar. Dalam hal ini kemiringan lereng
searah dengan kemiringan perlapisan batuan.
Lapisan batuan yang dapat bertindak sebagai bidang longsor adalah batuan
yang berukuran sangat halus (lempung, tuf-halus, napal dan sebagainya). Kecepatan
gerakan amat lambat sampai cepat.

Longsoran batuan (rock slide)

e.

Longsoran bahan rombakan (debris slide)


Gerakan massa tanah atau hasil pelapukan batuan melalui bidang longsor

yang relatif turun secara meluncur atau menggelinding. Bidang longsor merupakan
bidang batas antara tanah dengan batuan induknya.

Longsoran bahan rombakan (debris slide)

3.

Aliran (flow)

a.

Aliran tanah (earth flow)


Gerakan tanah dari massa tanah secara mengalir dengan kecepatan lambat

sampai cepat. Material (massa) tanah yang sangat plastis biasanya dengan
kecepatan lambat sampai cepat dan lumpur dengan kecepatan sangat cepat.
Sehingga ada yang disebut aliran tanah lambat dan aliran tanah cepat. Disini faktor
kandungan air sangat penting.

Aliran tanah (earth flow)

b.

Aliran fragmen batuan


Gerakan secara mengalir dari massa batuan yang berupa fragmen-fragmen

dengan kecepatan ekstrim cepat dan kering. Macam aliran fragmen batuan, misalnya
rockfall avalanche, yaitu massa yang bergerak sangat luas baik berupa runtuhan
batuan atau longsoran batuan dengan kecepatan ekstrim cepat.

Aliran fragmen batuan

c.

Sand run
Gerakan dari massa pasir secara mengalir dengan kecepatan cepat sampai

sangat cepat dalam keadaan kering.

Sand run

d.

Loess flow (dry)


Aliran loess kering, massa yang mengalir berupa loess yang sangat kering,

biasanya disebabkan oleh gempa bumi. Kecepatan aliran ekstrim cepat.

Loess flow (dry)

e.

Debris avalanche
Gerakan bahan rombakan dalam keadaan agak basah dengan kecepatan

sangat cepat sampai ekstrim cepat. Kalau keadaanya basah disebut debris flow
(aliran basah rombakan).

Debris avalanche

f.

Sand flow (aliran pasir), Silt flow (aliran batulumpur)


Seperti sand run, hanya disini dalam keadaan basah. Kalau materialnya yang

mengalir berupa pasir disebut aliran pasir, sedangkan kalau berupa lumpur disebut
aliran batu lumpur. Kecepatan alir cepat sampai sangat cepat. Aliran dari material
lumpur yang basah. Perbedaan dengan aliran tanah hanya pada tingkat kebasahan
dari materialnya. Perkiraan kecepatan gerak (alir) material yang bergerak (mengalir).
- Ekstrim cepat

> 10 ft/detik

- Amat (sangat) cepat

1 ft/mnt 10 ft/mnt

- Cepat

5 ft/day 1 ft/mnt

- Moderate (agak cepat)

5 ft/bln 1 ft/day

- Lambat

1 ft/5 bln 5 ft/thn

- Sangat lambat

1 ft/ 5 bln 5 ft/thn

- Ekstrim lambat

< 1 ft/5 thn

Sand flow (aliran pasir) dan Silt flow (aliran batulumpur)

Gerakan tanah yang lain :


1.

Creep
Aliran massa tanah (batuan) yang ekstrim lambat, tidak dapat dilihat, hanya

akibatnya akan tampak seperti tiang listrik, pohon bengkok. Contoh : rock creep, soil
creep, talus creep (tergantung macam materialnya).

Creep

2.

Amblesan (subsidence)
Adalah gerakan ke arah bawah yang relatif tegak lurus, yang menyangkut

material permukaan tanah atau batuan tanpa gerakan ke arah mendatar dan tidak
ada sisi yang bebas.

Amblesan (subsidence)

Dapat disebabkan karena terlampau berat beban dan daya dukung tanah
kecil, Juga bisa karena pemompaan air tanah jauh melampaui batas, sehingga poripori yang tadinya terisi oleh air tanah akan mampat.

Pemompaan air tanah berlebihan

Dengan demikian, penyebab terjadinya gerakan tanah adalah :


1. Kemiringan lereng
2. Jenis batuan/tanah
3. Struktur geologi
4. Curah hujan
5. Penggunaan tanah dan pembebanan massa
6. Getaran :

- gempa bumi
- lalu lintas

III.2.

Penanggulangan Longsoran (Gerakan Tanah)

Cara penanggulangan gerakan tanah :


1. Cara vegetatif
2. Cara mekanis (teknis)
3. Cara gabungan teknis dan vegetatif

III.2.1. Cara vegetatif


Apabila faktor penyebab gerakan tanah adalah faktor kandungan air dalam
tanah akibat curah hujan.
Macam gerakan tanah :
-

mudflow

earthflow

Macam Gerakan Tanah (Carson, 1972)

Fungsi vegetasi :
-

mengurangi energi butir hujan

mengurangi energi aliran permukaan

mengurangi jumlah air hujan yang sampai ke permukaan tanah


(intersepsi)

akar tumbuh-tumbuhan dapat memperkuat tanah


Harus dipilih vegetasi yang cocok/sesuai, karena beberapa vegetasi justru

memperbesar

infiltrasi

seperti

vegetasi

yang

besar

dapat

memperbesar

pembebanan.
III.2.2. Cara mekanis
Ada dua prinsip yaitu : pengurangan tekanan dan memperbesar kekuatan
a. Pengurangan tekanan, dilakukan dengan cara :
-

melandaikan lereng, terasering

terasering

mengalirkan air permukaan (drain surface)

drain surface

mengalirkan air bawah permukaan (drain subsurface)

drain subsurface

mengurangi beban

b. Memperbesar kekuatan, dilakukan dengan cara :


-

Pembuatan dinding penahan

Dinding Penahan

Anchor

Anchor

Grouting, yaitu penyemenan permukaan (shotcrete), misalnya wiremesh


shotcrete. Grouting dibuat di daerah yang banyak rekahan (retakan)

Grouting

AIR TANAH

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah dan terletak pada zone
jenuh air.

Asal air tanah :


1. Dari permukaan tanah (air hujan, sungai, danau, dll)
2. Dari dalam bumi sendiri (air tersebut terjadi secara bersama-sama dengan
batuannya), misalnya pada waktu terjadi batuan endapan terdapat air yang
terjebak oleh batuan endapan tersebut, contoh :
-

air fosil (connate water) biasanya asin

air volkanik, panas dan mengandung sulfur

Faktor-faktor yang menyebabkan banyak sedikitnya kandungan air tanah dalam


suatu daerah :
1. Iklim, banyak sedikitnya curah hujan
2. Kemiringan permukaan tanah

3. Tumbuh-tumbuhan

Tumbuh-tumbuhan dapat mengikat air, penguapan akan berkurang dengan


adanya banyak tumbuh-tumbuhan.
4. Derajat kesarangan / porositas tanah atau batuan
Batuan atau tanah poros banyak mengandung air tanah
Berdasarkan perlakuannya terhadap air tanah maka lapisan-lapisan batuan dapat
dibedakan menjadi :
1. Lapisan pembawa air (akuifer)
Yaitu lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat
menyimpan dan mengalirkan air tanah dalam jumlah yang besar di bawah kondisi
lapangan, contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping yang banyak rekahan,
dll.
2. Lapisan kedap air
Yaitu lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga hanya
dapat menyimpan air tanah tetapi tidak dapat mengalirkannya dalam jumlah yang
berarti di bawah kondisi lapangan, contoh : lempung, lumpur, tuf halus (batuan
yang berukuran sangat halus), dll.
3. Lapisan kebal air
Yaitu lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga sama
sekali tidak dapat mengandung air tanah di bawah kondisi lapangan, contoh :
batuan beku.
Daerah-daerah yang banyak terdapat lapisan pembawa air :
1. Daerah dataran banjir
2. Lembah-lembah mati
3. Dataran pantai
4. Dataran/lembah antar gunung
5. Daerah batugamping yang banyak rekahan
6. Daerah batuan vulkanik (gunung api)

Berdasarkan atas sifatnya maka lapisan pembawa air dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :
1. Lapisan pembawa air tanah bebas (unconfined), air tanah dangkal. Contoh :
air tanah pada sumur gali,
2. Lapisan pembawa air tertekan (confined), lapisan pembawa air yang pada
bagian atas ditutupi oleh lapisan kedap air, sehingga mempunyai tekanan.
Contoh : pada sumur-sumur dalam yang artesis baik positif maupun negatif.

Pengaliran air tanah


Bahwa air tanah pada lapisan pembawa air itu mengalir dari tempat yang
mempunyai kedudukan lebih tinggi ke arah yang lebih rendah. Muka air tanah bebas
(air tanah dangkal) pada umumnya mengikuti kenampakan dari permukaan tanah
(topografi), sehingga aliran air tanahnya dapat diperkirakan bergerak dari tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Apabila aliran air tanah tersebut pada
suatu tempat terpotong oleh permukaan tanah yang tiba-tiba berubah, maka akan
muncul sebagai mata air.

Banyak sedikitnya air yang keluar dari mata air sangat tergantung dari kapasitas
lapisan pembawa airnya.
Hubungan antara air sungai dan air tanah (dangkal) :
1. Muka air tanah dangkal lebih tinggi dari air sungai (effluent)

2. Muka air tanah dangkal lebih rendah daripada air sungai (influent)
a.

b.

Beberapa cara pemanfaatan air tanah


Faktor-faktor yang menentukan pemanfaatannya antara lain :
1. Besar (jumlah) serta mutu air tanah yang diperlukan
2. Kondisi air tanah (hidro-geologi) setempat

3. Peralatan dan tenaga (skill) yang tersedia


4. Besarnya biaya yang tersedia
Beberapa cara pemanfaatan air tanah :
1. Sumur gali

Merupakan cara yang paling populer di Indonesia. Air tanah yang diambil
adalah air tanah bebas. Caranya dengan menggali tanah, garis tengah kurang lebih
1 m. Kedalaman sesuai dengan kondisi setempat, paling dalam sekitar 20 m.
Pembuatan sumur paling baik dilakukan pada akhir musim kemarau (September
sampai November).
Konstruksi sumur apabila lapisan tanah (batuannya) mudah runtuh, harus
dibuat dinding sumur yang kuat misalnya dengan beton buis atau pasangan batu
bata. Selain itu dimaksudkan sebagai pelindung terhadap pencemaran dari luar (air
buangan, air kakus, dll). Sebenarnya penyediaan dengan sumur gali terutama di
daerah yang muka air tanahnya dangkal tidak dianjurkan mengingat kemungkinan
pengotorannya sangat besar.

2. Sumur gali ganda (sumur baterai)


Adalah sumur gali yang dibuat berderet tegak lurus arah aliran air tanah dengan
jarak tertentu dan pemompaannya dilakukan secara sekaligus dengan satu mesin
pompa. Sumur gali ganda dimaksudkan untuk dapat mengambil air tanah dengan
jumlah besar, misalnya untuk tambahan pengairan.

Kesulitan disini bahwa pemompaan tidak dapat merata pada setiap sumurnya
sehingga pemanfaatannya belum maksimal. Mengatasinya dengan menghubungkan
sumur-sumur tersebut dengan pipa (pipa yang berlubang-lubang) pada bagian
bawah sumur-sumur
3. Sumur pengumpul

Adalah sumur gali dengan garis tengah sangat besar dan di bagian bawahnya
dipasang sejumlah pipa berlubang sepanjang beberapa meter mendatar ke semua
arah. Air tanah akan terkumpul lebih banyak disebabkan karena melalui pipa-pipa
berlubang yang banyak akan masuk air tanah dari lapisan pembawa airnya.
4. Liang pemgumpul
Pembuatannya dengan menggali untuk dibuat liang dengan ukuran misal 30-50
m, lebar 10 m, kedalaman kurang dari 8 m. Ukuran-ukuran ini disesuaikan dengan
keadaan setempat dan kebutuhannya.

5. Parit pemgumpul
Hampir sama dengan liang pengumpul, biasanya dibuat untuk mengumpulkan air
yang berasal dari rembesan atau dari air tanah dangkal.

Dibuat galian seperti liang pengumpul lalu dipasang pipa berlubang atau
beton buis berlubang dan di sekelilingnya diberi kerikil yang berfungsi sebagai
penyaring air, lalu ditimbun. Kebaikan parit pengumpul dapat lebih mengamankan
mutu air tanah dari kemungkinan pengotoran.
6. Terowongan pengumpul
Terowongan yang berfungsi mengambil air tanah dan menyalurkan ke permukaan
tanah dan dinaikkan dengan pompa. Terowongan pengumpul baik digunakan pada
daerah batuan yang bercelah (rekahan) atau berongga.

Dibuat dengan cara pemboran, baik dengan mesin bor atau dengan tenaga
manusia atau hewan. Bertujuan dapat mengambil air tanah dalam sehingga tidak
mempengaruhi sumur gali di sekitarnya.
Dari pemboran dapat diketahui lapisan-lapisan pembawa air (akuifer) nya
sehingga konstruksi sumur disesuaikan dengan kondisi setempat.

Hanya pada akuifer yang berpotensi dan kualitas airnya baik saja dipasang
pipa saringan. Pada bagian atas dipasang pipa jambang untuk penempatan pompa.
Pada pipa saringan dipasang kerikil pembalut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam pemanfaatan air tanah

Pada pemanfaatan air tanah secara besar harus diperhitungkan akan kondisi
air tanah setempat di samping aspek-aspek sosial ekonominya.
Pemanfaatan air tanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan hal-hal
yang merugikan dan sangat sulit memperbaikinya. Misalnya dengan terlalu besarnya
pemompaan air tanah dan tidak sebanding dengan yang terkandung di dalam
akuifernya akan mengakibatkan terganggunya kesetimbangan dan ini sangat berat
efeknya pada kehidupan (lingkungan hidup). Sumur-sumur gali di sekitarnya akan
kering, muka air tanah akan menjadi lebih dalam maka tumbuh-tumbuhan akan
terganggu. Akibat lebih parah lagi dengan habisnya air tanah maka di dalam lapisanlapisan pembawa air terdapat rongga-rongga kosong (tadinya berisi air tanah) dan
lama kelamaan terjadi pemadatan sehingga permukaan tanah akan turun (ambles).
Untuk daerah-daerah dataran pantai akan mengakibatkan intrusi air laut (masuknya
air asin pada akuifer). Disini dituntut bahwa pemanfaatan air tanah perlu penelitian
sebelumnya secara mendalam dan pengawasan yang ketat pada setiap pemompaan
air tanah.

Anda mungkin juga menyukai