Anda di halaman 1dari 18

TUGAS 16B

TUGAS PENGEMBANGAN
Deformasi kerak bumi
Definisi:Perubahan volume atau bentuk suatu material atau batuan
1. Penyebab deformasi
Stress adalah gaya yang bekerja pada satuan luas.
Macam-macam stress :
a. Stress yang dari segala arah sama (Uniform Stress)
b. Stress yang besarnya berbeda dari segala arah (Differential strees):
1. Tensional stress(extensional stress), yang menyebabkan tarikan pada batuan.
2. Compressional stress, yang menekan batuan
3. Shear Stress yang menyebabkan pergeseran dan puntiran.
Strain adalah perubahan ukuran, bentuk atau volume dari material, terjadi akibat
batuan mengalami deformasi.
1. Tahapan Deformasi
Elastik : strain dapat kembali kebentuk semula
Ductile : strain tidak dapat kembali kebentuk semula
Fracture : strain tidak dapat kembali dan material telah pecah
1. Macam material menurut perilakunya terhadap stress
Brittle : material yang mempunyai sifat elastik dengan range dari kecil sampai besar
tetapi dengan cakupan sifat ductilenya kecil sebelum terpatahkan.
Ductile : material yang mempunyai range sifat elastik yang kecil dan range sifat
ductilenya besar sebelum batuan terpecahkan.

1. Sifat Ductile dan Brittle
Hasil Gaya yang Bekerja pada Brittle dan Ducktile
Faktor yang mempengaruhi sifat elastisitas material
Temperatur
pada temperatur tinggi, molekul dan ikatannya dapat merenggang dan bergerak sehingga
material akan mempunyai sifat lebih ductile dan pada temperatur rendah material
mempunyai sifat brittle.
temperatur tinggi, sifat lebih ductile
temperatur rendah, sifat brittle.
Confining Pressure
Confining pressure tinggi, material lebih tidak mudah terekahkan, karena tekanan
sekelilinggnya cenderung menahan terbentuknya rekahan.
Confining tressure tinggi, material lebih brittle, cenderung untuk terekahkan segera
Kecepatan strain
Pada laju strain tinggi, material cenderung untuk merekah. Pada laju strain rendah waktu
yang tersedia lebih banyak untuk bergerak sehingga kelakuan ductile lebih banyak terjadi.
Komposisi
Beberapa mineral seperti kwarsa, olifin, dan feldspar sangat brittle. Sedangkan mineral
lainnya seperti ineral lempung, mika, dan kalsit lebih ductile. Hal ini disebabkan oleh jenis
ikatan kimia yang mengikat mereka. Jadi komposisi mineralogi batuan merupakan siati
faktor yang menentukan kelakuan deformasi batuan. Aspek lain adalah kehadiran air. Air
bersifat melemahkan ikatan kimia dan membentuk lapisan film pada butiran mineral
sehingga memungkinkan terjadinya slipage. Batuan basah cenderung bersifat ductile
sedangkan batuan kering lebih brittle.
Perbedaan jenis ikatan kimia : kwarsa, olifin, dan feldspar sangat brittle, mineral lempung,
mika, dan kalsit bersifat ductile.
Kehadiran air. Air melemahkan ikatan kimia dan membentuk lapisan film pada butiran
mineral sehingga memungkinkan terjadinya slippage. Batuan basah cenderung bersifat
ductile sedangkan batuan kering lebih brittle.
Sifat Brittle-Ductile pada Litosfer
Telah kita ketahui bahwa batuan dekat permukaan bumi bersifat britel. Batuan dikerak
tersusun dari mineral seperti kuarsa dan feldsfar yang mempunyai tingkat kekerasan tinggi,
khususnya pada tekanan dan temperatur rendah . Semakin kedalam inti bumi, kekuatan
batuan pada awalnya meningkat. Pada kedalaman sekitar 15 km kita mencapai titik yang
disebut zona transisi brittle-ductile. Dibawah titik ini, kekuatan batuan berkurang karena
rekahan menjadi tertutup dan temperatur meningkat, membuat batuan menjadi ducktile.
Pada dasar kerak, tipe batuan berubah menjadi peridotite yang mana kaya akan olivin.
Olivin mempunyai sifat yang lebih kuat dari mineral yang menyusun batuan di kerak, jadi
bagian atas dari mantel kembali kuat. Akan tetapi hanya pada kerak, kenaikan temperatur
khususnya akan lebih berpengaruh dan pada kedalaman 40 km terjadinya zona transisi
britle-ducktile pada mantel. Dibawah titik ini batuan lebih bersifat ductile.
Perkembangan Deformasi
Dalam beberapa hal deformasi untuk batuan kecepatannya dapat diamati oleh sekala
pengamatan manusia.
Deformasi yang besar sepanjang sesar biasanya berasosiasi dengan gempa bumi karena
batuan terpatahkan yang terjadi pada skla menit atau detik. Deformasi bertahap sepanjang
sesar atau daerah yang mengalami pengangkatan atau subsidance dapat diukur dengan
periode baulan sampai tahun dengan sesitivitas alat yang tinggi.
Bukti terbentuknya deformasi
Bukti adanya deformasi yang terjadi pada masa lalu terekam pada batuan kerak bumi.
Sebagai contoh,urutan perlapisan batuan sedimen dan aliran larva umumnya mengikuti
hukum horisontal sehingga ketika melihat strata perlapisan yang miring daripada horisontal,
yang membuktikan adanya deformasi.
Beberapa kasus deformasi batuan, dapat diamati dalam skala pengamatan manusia.
asosiasi dengan gempa, terjadi dalam skala menit atau detik.
Asosiasi dengan pengangkatan atau subsidance periode bulan sampai tahun, dengan
sensitivitas alat yang tinggi.
Bukti terjadinya deformasi
Terekam pada batuan kerak bumi: lipatan, patahan,
Kenampakan topografi
Fitur geologi sebagai akibat deformasi kerak bumi
Dalam skala lokal, yaitu adanya patahan dan lipatan
Dalam skala regional, contoh adanya deretan pegunungan
Ada 2 macam tipe pegunungan sebagai hasil deformasi:
1. Pegunungan Blok Patahan
- Akibat dari patahan. Patahan normal ataupun naik dapat menyebabkan pengangkatan blok
batuan kerak.
Contoh: Pegunungan Sierra Nevada California AS
2. Pegunungan Lipatan dan Thrust
- Stress kompresi besar, akibat gaya tektonik menyebabkan kerak benua bertumbukan.
Menyebabkan batuan di antara 2 blok benua terlipat dan terpatahkan dan terdorong ke atas
untuk membentuk pegunungan lipatan dan thrust. Contoh: Pegunungan Himalaya
(tumbukan Lempeng India dengan Lempeng Eurasia), Pegunungan Appalachian di Amerika
Utara dan Pegunungan Alpen di Eropa.

Pembentukan pegunungan akibat folding.
1. RIPPLE MARK
Salah satu struktur sedimen yang terbentuk akibat aktivitas erosi. Untuk pengertian ripple
adalah suatu bentuk struktur yang menunjukkan undulasi berjarak teratur pada permukaan
pasir. Pembentukan struktur ini berasal dari adanya suatu arus ,misalnya arus angin
membawa material pasir sebagai material transport kemudian dengan mekanisme
pergerakan arus mengendapkan material pasir tadi pada bagian depan suatu ripple. Ripple
mark dapat digunakan untuk menentukan arah arus dan menentukan top dan bottom.
2. CROSS BEDDING
Struktur sedimen yang dihasilkan oleh kegiatan arus air atau arus angin dengan arah yang
bervariasi. Cross bedding terbentuk dalam struktur bedforms oleh gerakan sedimen akibat
fluida yang mengalir. Fungsinya yaitu untuk menunjukkan pola terjadinya arah arus media
sedimentasi (air, angin, gletser, dll) pada dimana media cross bedded (batuan, tanah) pada
masa lampau.
3. GRADED BEDDING
Struktur sedimen dimana terdapat gradasi ukuran butir dari kasar ke halus (dicirikan oleh
perubahan sistematis butir clast atau ukuran butir dari dasar ke atas,dimana sedimen
berstruktur kasar ada di dasar, semakin ke atas, semakin halus butirannya).Dan biasanya
terjadi karena longsoran batuan di bawah permukaan air di daerah berlereng terjal.
Fungsinya untuk menentukan ukuran butir dan untuk menentukan letak bedded top dan
bottom.
GAYA-GAYA GEOLOGI
Gaya-gaya yang bekerja yang mempengaruhi perubahan muka bumi baik bersifat
membangun (konstruktif) maupun yang bersifat merusak (destruktif). Gaya-gaya tersebut
dapat berasal dari dalam bumi (endogen) atau berasal dari luar bumi (eksogen) .
1. Gaya Endogen (Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan
berasal dari dalam bumi yang berlangsung sangat lambat namun kekuatannya sangat
hebat. Gaya ini mengakibatkan perubahan muka bumi melalui proses orogenesa,
vulkanisma dan tektonika.
1. Orogenesa (Orogenesis). Proses pembentukan pegunungan akibat pengaruh gaya
endogen berupa tekanan/tumbukan (horisontal) dan pengangkatan (vertikal)
sehingga terbentuk pegunungan lipatan maupun pegunungan patahan.
2. Vulkanisma (Volcanism). Proses penerobosan magma atau keluarnya magma dari
dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh temperatur dan
tekanan gas yang tinggi sehingga terbentuk tubuh gunungapi.
3. Tektonika (Tectonic). Proses pergerakan/pergeseran pada kerak bumi (kerak batuan
dan kerak samudera) berupa tumbukan, pemekaran dan perpapasan yang
menimbulkan perubahan muka bumi dan terjadinya berbagai fenomena geologi
seperti gunungapi, gempabumi, tsunami, dan lain-lain.
Gaya Eksogen (Exogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi
dan berasal dari luar bumi sebagai akibat adanya aktivitas atmosfer, hidrosfer dan
biosfer. Gaya ini mengakibatkan perusakan/perombakan muka bumi melalui proses
pelapukan, erosi, tanah longsor dan sebagainya.
1. Gaya Angin (Wind Forces). Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap
permukaan bumi disebabkan oleh tenaga angin.
2. Gaya Air (Water Forces). Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan
bumi disebabkan oleh tenaga air.
3. Gaya Es/Salju (Ice/Snow Forces). Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap
permukaan bumi disebabkan oleh tenaga es/salju.
4. Erosi (Erosion). Proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga luar seperti air, es,
dan angin yang membentuk arus/gelombang kuat sehingga mampu menggerus,
mengangkat dan memindahkan sebagian tanah/batuan.
5. Abrasi (Abration). Proses pengikisan permukaan batuan oleh angin yang
mengandung dan mengangkut hancuran bahan seperti pasir dengan tenaga yang
sangat kuat.
6. Exarasi (Exaration). Proses pengikisan permukaan batuan oleh es/gletser yang
mengangkut hancuran batuan dengan tenaga dan kecepatan yang sangat besar.
Proses ini disebut juga pembajakan glasial.
7. Denudasi (Denudation). Proses perataan pegunungan karena pengaruh pelapukan,
erosi dan transportasi (pengangkutan).


Teori Dasar Deformasi
Pada prinsipnya beban terhadap benda terdeformasi (Deformable Body) adalah
suatu gaya yang melakukan aksi terhadap benda padat sehingga menyebabkan
Causative Influences yang menyebabkan terjadinya deformasi.
Apabila suatu benda mengalami deformasi maka dapat dilakukan analisis
dengan 2 macam cara, yaitu: Intrepretasi Fisik dan Analisis Geometri. Intrepretasi
Fisik adalah proses penerjemahan secara fisis terhadap sifat materi yang mengalami
deformasi tegangan (stress) yang terjadi pada materi, hubungan fungsional antara
beban dan deformasi yang terjadi dimana sifat materi yang terdeformasi terdiri atas 2
macam, yaitu:
1. Rigid (Kaku) = Patah = Plastik.
2. Non-Rigid = Lentur = Elastik.

Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi dan dimensi dari suatu benda (Kuang,
1996). Sehingga berdasarkan definisi tersebut, deformasi dapat diartikan sebagai
perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut
maupun relatif (Maruf, B., 2001). Sehingga analisis deformasi adalah metodologi
(hal-hal yang berkaitan metode) untuk menentukan parameter-parameter deformasi.
Ada 2 macam metode pendekatan yaitu pendekatan geodetik dan pendekatan fisis.
Ciri khas pendekatan geodetik adalah penerapan konsep, sebagai berikut:
1. Pendekatan stokastik.
2. Penentuan posisi.
3. Kerangka referensi, sistem referensi, kerangka koordinat dan sistem koordinat.
4. Kerangka dasar horisontal dan vertikal dan bentuk geometri beserta ukuran
lebih.

Adapun beberapa parameter-parameter deformasi , antara lain:
1. Tegangan (Stress)
Tegangan adalah gaya (F) per luas permukaan (A) yang diteruskan ke seluruh
material melalui medan-medan gaya antar atom. Pada umumnya arah tegangan
miring terhadap luas A tempatnya bekerja dan dapat diuraikan menjadi dua
komponen, yaitu:
a) Tegangan Normal (Normal Stress), tegak lurus terhadap luas A.
b) Tegangan Geser (Shear Stress), bekerja pada bidang luas A atau yang sejajar
dengan luas A.

Gambar 1. Komponen Tegangan
Keterangan:
: tegangan normal searah sumbu Y.
: tegangan geser tegak lurus sumbu Y sejajar sumbu Z.
: tegangan geser tegak lurus sumbu Y sejajar sumbu X.

2. Regangan (Strain)
Perpindahan partikel suatu benda elastis selalu menimbulkan terjadinya
perubahan bentuk benda tersebut. Perubahan bentuk suatu benda elastik dikaitkan
dengan regangan, maka perubahan bentuk tersebut dipandang sebagai perubahan
bentuk yang kecil. Dalam sistem koordinat kartesian tiga dimensi, perpindahan kecil
partikel yang berubah bentuk diuraikan dalam komponen u
X
, u
Y
dan u
Z
yang masing-
masing sejajar terhadap sumbu koordinat kartesian X, Y dan Z.

Gambar 2. Elemen Kecil Benda Plastik dan Komponen Regangan
(a) Komponen Regangan; (b) Elemen Kecil Benda Elastik




3. Rotasi
Rotasi merupakan perubahan posisi materi tanpa mengalami perubahan
bentuk yang membentuk perubahan sudut terhadap koordinat acuan. Sebagai
gambaran bentuk rotasi dapat dilihat pada gambar 3.1., sebagai berikut:

Gambar 3. Komponen Rotasi

Deformasi (engineering)
Dalam ilmu material, deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran objek
diterapkan karena adanya gaya. Ini bisa menjadi hasil dari tarik (menarik) kekuatan,
tekan (mendorong) kekuatan, geser, membungkuk atau torsi (memutar). Deformasi
sering digambarkan sebagai strain.
Sebagai deformasi terjadi, internal antar-molekul muncul kekuatan-kekuatan yang
menentang gaya diterapkan. Jika gaya yang diberikan tidak terlalu besar kekuatan-
kekuatan ini mungkin cukup untuk diterapkan sepenuhnya menolak kekuatan, yang
memungkinkan objek untuk mengasumsikan keadaan ekuilibrium baru dan kembali
ke keadaan semula apabila beban dihilangkan. Gaya diterapkan yang lebih besar
dapat menyebabkan deformasi permanen dari objek atau bahkan ke kegagalan
struktural.
Dalam gambar dapat dilihat bahwa beban kompresi (ditandai dengan tanda
panah) telah menyebabkan deformasi dalam silinder sehingga bentuk asli (garis
putus-putus) telah diubah (cacat) menjadi satu dengan sisi menonjol. Tonjolan sisi
karena materi, walaupun cukup kuat untuk tidak retak atau gagal, tidak cukup kuat
untuk mendukung beban tanpa perubahan, sehingga material dipaksa keluar lateral.
Kekuatan internal (dalam kasus ini pada sudut kanan deformasi) menahan beban
diterapkan.

Diagram Stres-regangan kurva, yang menunjukkan hubungan antara stres (gaya
yang diberikan) dan regangan (deformasi) dari logam yang ulet.


Deformasi Elastis
Jenis deformasi secara reversible,Setelah pasukan tidak lagi diterapkan,
objek kembali ke bentuk aslinya. Elastomer dan memori bentuk logam seperti Nitinol
menunjukkan rentang deformasi elastis besar Soft termoplastik dan konvensional
logam memiliki rentang deformasi elastis moderat, sementara keramik, kristal, dan
keras plastik termoseting hampir tidak mengalami deformasi elastis.Deformasi elastis
linear diatur oleh hukum Hooke yang menyatakan:
Mana diterapkan adalah stres, E adalah material konstanta yang disebut
Young's modulus, dan adalah hasil ketegangan. Hubungan ini hanya berlaku dalam
rentang elastis dan menunjukkan bahwa kemiringan kurva tegangan vs regangan
dapat digunakan untuk menemukan Modulus Young. Insinyur sering menggunakan
perhitungan ini di tarik tes .Para rentang elastis berakhir ketika bahan mencapai
kekuatan luluh.



Deformasi Plastis
Jenis deformasi ini tidak dapat dibalikkan. Namun, sebuah objek dalam
kisaran deformasi plastik akan terlebih dahulu telah mengalami deformasi elastis,
yang reversibel, sehingga objek akan kembali bagian cara untuk bentuk aslinya. Soft
termoplastik memiliki deformasi plastik agak besar berkisar lakukan ulet logam
seperti tembaga, perak, dan emas. Steel tidak juga, tapi bukan besi cor. Hard
termoseting plastik, karet, kristal, dan keramik memiliki rentang minimal deformasi
plastik. Satu bahan dengan kisaran deformasi plastik besar basah permen karet,
yang dapat ditarik puluhan kali panjang aslinya.
Bawah tegangan tarik deformasi plastik dicirikan oleh pengerasan regangan
daerah dan penciutan wilayah dan akhirnya, fraktur (juga disebut pecah). . Selama
pengerasan regangan material menjadi lebih kuat melalui gerakan dislokasi atom.
Penciutan fase yang ditandai oleh penurunan luas penampang spesimen. Penciutan
dimulai setelah Kekuatan Ultimate tercapai. Selama penciutan, materi tidak dapat
lagi menahan tekanan maksimum dan tekanan pada spesimen meningkat dengan
cepat. Deformasi plastik berakhir dengan fraktur material.

Metal kelelahan
Mekanisme deformasi lainnya adalah kelelahan logam, yang terjadi terutama
di ulet logam. Ini pada awalnya berpikir bahwa cacat material hanya dalam rentang
elastis sepenuhnya kembali ke keadaan semula setelah pasukan telah dihapus. .
Namun, kesalahan yang diperkenalkan pada tingkat molekuler dengan setiap
deformasi. Setelah banyak deformasi, retak akan mulai muncul, diikuti dengan
segera setelah patah tulang, dengan deformasi plastik yang tidak jelas di antara
keduanya. Tergantung pada bahan, bentuk, dan bagaimana dekat dengan batas
elastis itu cacat, kegagalan mungkin membutuhkan ribuan, jutaan, miliaran, atau
triliunan deformasi.
Kelelahan logam telah menjadi penyebab utama kegagalan pesawat, seperti
De Havilland Comet, terutama sebelum proses itu dipahami dengan baik. Ada dua
cara untuk menentukan kapan bagian berada dalam bahaya kelelahan logam; baik
kegagalan memprediksi kapan akan terjadi karena materi / gaya / bentuk / iterasi
kombinasi, dan mengganti bahan-bahan yang rentan sebelum hal ini terjadi, atau
melakukan inspeksi untuk mendeteksi mikroskopis retakan dan melakukan
penggantian setelah mereka terjadi. Pemilihan bahan yang tidak mungkin menderita
dari logam kelelahan selama kehidupan produk adalah solusi terbaik, tetapi tidak
selalu mungkin. Menghindari bentuk dengan sudut tajam batas kelelahan logam
dengan mengurangi konsentrasi tegangan, tetapi tidak menghilangkannya.

Fracture
Jenis deformasi ini juga tidak dapat dibalikkan. Kehancuran tersebut terjadi setelah
bahan telah mencapai ujung elastis, dan kemudian plastik, deformasi rentang. Pada
titik ini pasukan menumpuk sampai mereka cukup untuk menyebabkan fraktur.
Semua bahan akhirnya akan patah, jika kekuatan yang memadai diterapkan.

Deformasi (mekanika)
Dalam mekanika kontinum, deformasi atau regangan adalah perubahan dalam sifat
metrik kontinu benda B dalam perpindahan dari penempatan awal
0
(B) untuk
penempatan akhir (B). Suatu perubahan dalam sifat metrik berarti bahwa kurva
digambarkan dalam tubuh awal perubahan penempatan panjangnya ketika
dipindahkan ke sebuah kurva dalam penempatan akhir. Jika semua tidak berubah
kurva panjang, dikatakan bahwa sebuah benda tegar perpindahan terjadi.
Sebuah medan regangan dikaitkan dengan perpindahan didefinisikan, pada setiap
titik, dengan perubahan panjang vektor tangen yang mewakili kecepatan secara
sewenang-wenang parametrized kurva melewati titik tersebut. Geometris dasar hasil,
karena Frchet, von Neumann dan Yordania, menyatakan bahwa, jika panjang
vektor tangen memenuhi aksioma norma dan hukum genjang, maka panjang vektor
adalah akar kuadrat dari nilai bentuk kuadrat yang terkait, dengan rumus polarisasi,
dengan peta bilinear definit positif disebut tensor metrik. Setara pilihan yang berbeda
dapat dilakukan untuk ekspresi dari medan regangan tergantung pada apakah yang
didefinisikan di awal atau di akhir dan penempatan pada apakah metrik tensor atau
dianggap ganda. Dalam tubuh yang terus-menerus, sebuah lapangan deformasi
hasil dari stres yang disebabkan oleh diterapkan lapangan pasukan atau karena
perubahan dalam bidang suhu di dalam tubuh. Hubungan antara stres dan
ketegangan akibat dinyatakan oleh persamaan konstitutif elastis, misalnya, hukum
Hooke untuk linier elastis bahan. Deformasi yang pulih setelah bidang stres telah
dihilangkan, disebut deformasi elastis. Dalam kasus ini, sepenuhnya pulih kontinum
konfigurasi aslinya. Di sisi lain, ireversibel deformasi, yang tetap bahkan setelah
menekankan telah dihapus, disebut deformasi plastik. Semacam itu terjadi dalam
material deformasi tubuh setelah menekankan telah mencapai nilai ambang tertentu
yang dikenal sebagai batas elastis atau tegangan luluh, dan merupakan hasil dari
slip, atau dislokasi mekanisme pada tingkat atom


Pengontrol Deformasi
Percobaan-percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa deformasi batuan,
selain tergantung pada besarnya gaya yang bekerja, juga kepada sifat fisika dan
kompisis batuan serta lingkungan tektonik dan waktu.

Faktor-faktor yang mengontrol terjadinya deformasi adalah :

1. Suhu
Makin tinggi suhu suatu benda padat semakin ductile sifatnya dan
keregasannya makin berkurang. Misalnya pipa kaca tidak dapat dibengkokan pada
suhu udara normal, bila dipaksa akan patah, karena regas (brittle). Setelah
dipanaskan akan mudah dibengkokan. Demikian pula halnya dengan batuan. Di
permukaan, sifatnya padat dan regas, tetapi jauh di bawah permukaan dimana
suhunya tinggi, bersifat ductile.

2. Waktu dan strain rate
Pengaruh waktu dalam deformasi batuan sangat
penting.Kecepatan strain sangat dipengaruhi oleh waktu. Strain yang terjadi
bergantung kepada berapa lama batuan dikenai stress. Kecepatan batuan untuk
berubah bentuk dan volume disebut strain rate, yang dinyatakan dalam volume per
unit volume per detik, di bumi berkisar antara 10
-14
/ detik sampai 10
-15
/ detik. Makin
rendah strain rate batuan, makin besar kecenderungan terjadinya deformasi ductile.
Pengaruh suhu, confining pressure dan strain rate pada batuan, seperti ciri
pada kerak, terutama di bagian atas dimana suhu dan confining pressure rendah
tetapi strain rate tinggi, batuan cenderung rapuh (brittle) dan patah. Sedangkan bila
pada suhu tinggi, confining pressure tinggi dan strain rate rendah sifat batuan akan
menjadi kurang regas dan lebih bersifat ductile. Sekitar kedalaman 15 km, batuan
akan bersifat regas dan mudah patah. Di bawah kedalaman 15 km batuan tidak
mudah patah karena bersifat ductile. Kedalaman dimana sifat kerak berubah dari
regas mulai menjadi ductile, disebut brittle-ductile transition.

3. Komposisi
Komposisi batuan berpengaruh pada cara deformasinya. Komposisi
mempunyai dua aspek. Pertama, jenis dan kandungan mineral dalam batuan,
beberapa mineral (seperti kuarsa, garnet dan olivin) sangat brittle, sedangkan yang
lainnya (seperti mika, lempung, kalsit dan gypsum) bersifatductile. Kedua,
kandungan air dalam batuan akan mengurangi keregasannya dan memperbesar
keduktilannya. Pengaruh air, memperlemah ikatan kimia mineral-mineral dan
melapisi butiran-butiran mineral yang memperlemah friksi antar butir. Jadi batuan
yang basah cenderung lebihductile daripada batuan kering.
Batuan yang cenderung terdeformasi ductile diantaranya adalah batu gamping,
marmer, lanau, serpih, filit dan sekis. Sedangkan yang cenderung brittle adalah
batupasir, kuarsit, granit, granodiorit, dan gneiss.

Struktur batuan adalah bentuk dan kedudukan batuan yang dapat dilihat saat
ini sebagai hasil dari 2 macam proses , yaitu :
1. Proses yang berhubungan dengan pembentukan batuan tersebut yang akan
menghasilkan struktur-struktur primer.
2. Proses yang bekerja kemudian (setelah batuan tersebut terbentuk), yaitu berupa
deformasi mekanis atau perubahan kimiawi yang mempengaruhi batuan setelah
terbentuk. Proses ini akan menghasilkan struktur sekunder.
Spencer (1988) berpendapat bahwa yang dipelajari pada geologi struktur meliputi struktur
primer dan struktur sekunder. Namun pada umumnya ilmu ini khusus mempelajari struktur
sekunder saja, tetapi harus diketahui mengenai struktur primernya.
Deformasi yang terjadi pada kerak, yang kita amati sekarang ini adalah jejak deformasi yang
telah terjadi beberapa ratus atau juta tahun yang lalu, dan dikenal sebagai struktur geologi.
Dalam struktur geologi, deformasi yang terjadi akibat gaya tektonik dikelompokkan sebagai
struktur sekunder dan dibedakan dari struktur yang terbentuk pada saat atau sebelum
batuan terbentuk yang dinamakan struktur primer. Yang termasuk dalam struktur primer
adalah struktur-struktur pada batuan sedimen, seperti bidang perlapisan, lapisan bersusun
(graded beding), lapisan silang siur (cross beding) dan jejak binatang. Sedangkan pada
batuan beku adalah rekahan-rekahan yang terbentuk akibat pendinginan, dinamakan kekar
kolom (columnar joints). Arah rekahan-rekahan yang tegak lurus terhadap bidang
pendinginan, permukaannya segi enam, struktur aliran pada lava dan sebagainya. Struktur
sekunder yang terbentuk setelah batuan terbentuk, adalah lipatan (fold), kekar (joint) dan
sesar (fault).
Tahap deformasi
Bila batuan mengalami penambahan stress akan terdeformasi melalui 3 tahap secara
berurutan :


1. Elastic deformation adalah deformasi sementara tidak permanen atau dapat kembali
ke bentuk awal (reversible). Begitu stress hilang, batuan kembali terbentuk dan volume
seperti semula. Seperti karet yang ditarik akan melar tetapi jika dilepas akan kembali ke
panjang semula. Elastisitas ini ada batasnya yang disebut elastic limit, yang apabila
dilampaui batuan tidak akan kembali pada posisi awal. Di alam tidak pernah dijumpai
batuan yang pernah mengalami depformasi elastis ini, karena tidak meninggalkan jejak
atau bekas, karena kembali ke keadaan semula, baik bentuk maupun volumenya. Sir
Robert Hooke (1635-1703) adalah orang pertama yang memperlihatkan hubungan
antara stress dan strain yang sesuai dengan jenis batuannya. Hukum Hooke yang
mengatakan bahwa sebelum melampaui batas elastisitasnya hubungan stress dan strain
suatu material adalah linier.

2. Ductile deformation merupakan deformasi dimana elastic limit dilampaui dan
perubahan bentuk dan volume batuan tidak kembali ke bentuk semula. Untuk
mempermudah membayangkannya dapat dilihat diagram strain-stress Gambar 2 yang
di dapat dari percobaan dengan menekan contoh batuan berbentuk silindris. Mula-mula
kurva stress-strain naik tajam sepanjang daerah elastis sesampai pada elastic limit (Z),
kurvanya mendatar. Penambahan stress menyebabkan terjadinya deformasi ductile. Bila
proses stress dihentikan pada titik X silinder akan kembali sedikit ke arah semula. Strain
menurun sepanjang kurva X

Y. Strain permanennya adalah XY yang merupakan
deformasi ductile.

3. Fracture tejadi apabila batas atau limit elastik dan ducktile deformasi dilampaui.
Perhatikan Gambar 2yang semula stress dihentikan pada X

, disini dilanjutkan dengan


menaikkan stress. Kurva stress-strain berlanjut sampai ke titik F dan batuan akan pecah
melalui rekahan. Deformasi rekah (fracture deformation) dan lentur (ductile deformation)
adalah sama, menghasilkan regangan (strain) yang tidak kembali ke kondisi semula.

Gambar 2. Kurva stress-strain memperlihatkan deformasi elastik (X ke Z) limit elastis (Z)
menandai dimulainya deformasi ductile. Bila stress dihentikan pada X

maka benda akan
kembali dalam keadaan tidak tertekan di Y melalui lintasan X Y. Jarak XY merupakan strain
akibat deformasi ductile. Apabila stress dilanjutkan maka benda akan patah/pecah di titik
fracture F.
(Sumber : http://edo-gp.blogspot.com/2010/02/deformasi.html
http://atulcantik.blogspot.com/2013/01/deformasi-batuan.html
http://che-micho.blogspot.com/2012/06/deformasi-batuan.html
http://p4njy.wordpress.com/2011/06/17/deformasi-batuan/
http://evanskristosalu.blogspot.com/2013/07/deformasi.html
http://deovell.blogspot.com/2012/06/deformasi-batuan.html)


UJI KUAT TEKAN UNIAKSIAL
Uji kuat tekan uniaksial ialah pengujian sifat mekanik batuan untuk mengetahui kuat tekan
uniaksial itu sendiri, batas elastis, Modulus Young rata-rata dan Poissons Ratio
Konsep beban - tegangan regangan
1. Benda yang dikenai beban akan mengalami tegangan
2. Apabila ketahanan terhadap tegangan sudah terlampaui maka benda akn mengalami
regangan
3. Apabila ketahanan terhadap regangan sudah terlampaui maka benda akan
mengalami keruntuhan
Kuat tekan uniaksial merupakan tegangan yang terjadi pada conto batuan pada saat
mengalami keruntuhan akibat pembebanan.
Regangan merupakan perbandingan perubahan bentuk dengan bentuk semula
- Regangan Lateral : l = d/d
- Regangan Aksial : a = l/l
- Regangan Volumetrik : v = a + 2l

Kurva tegangan regangan yang ada dapat ditentukan :
Batas Elastis pada saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada
suatu titik tertentu
Modulus Young ditentukan sebagai perbandingan antara selisih harga tegangan
aksial dengan selisih regangan aksial, yang diambil pada perbandingan tertentu
pada grafik regangan aksial dihitung pada rata-rata kemiringan kurva dalam kondisi
linier atau bagian linier yang terbesar dari kurva
Poissons Ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara regangan lateral dan
regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar x yang diukur pada titik singgung
antara grafik regangan volumetrik dengan garis sejajar sumbu tegangan aksial pada
saat grafik regangan volumetrik mulai berubah.
(Sumber : https://www.academia.edu/6471662/Mekanika_batuan)

Anda mungkin juga menyukai