Anda di halaman 1dari 7

SEDIMENTOLOGI

POROSITAS

Oleh :

Kelompok 2

Kadek Yudiastuti 1314511007


Ni Luh Putu Febbi Mellani 1314511011
I Dewa Gede Alit Sujana 1314511039

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
POROSITAS
1.1 Definisi Porositas
Porositas merupakan ukuran ruang-ruang kosong dalam suatu batuan. Secara definitif
porositas merupakan perbandingan antara volume ruang yang terdapat dalam batuan yang
berupa pori-pori terhadap volume batuan secara keseluruhan, biasanya dinyatakan dalam
fraksi. Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan menetukan kapasitas penyimpanan fluida
reservoir (Hanafiah, 2005). Secara matematis porositas dapat dinyatakan sebagai :

dimana :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vs = volume padatan batuan total (volume grain)
Vp = volume ruang pori-pori batuan

1.2 Struktur Porositas


Menurut Buckman and Brady (1982), strukturnya porositas dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Porositas absolut, adalah porositas absolut memperhitungkan semua pori baik yang
terkoneksi maupun yang terisolasi.

2. Porositas efektif, adalah hanya memperhitungkan volume pori yang saling terkoneksi
satu sama lain sehingga mampu mengalirkan fluida.

Gambar 1. Struktur Porositas


Pada gambar di atas, terlihat fluida berwarna hitam dan biru muda. Warna hitam
merepresentasikan minyak dan warna biru merepresentasikan air. Pada umumnya, butir
dikelilingi oleh air. Hal ini disebabkan sebelum minyak migrasi ke dalam reservoir, batuan
reservoir diisi oleh air formasi. Perbedaan densitas menyebabkan minyak bergerak dari
source rock yang berada di bawah reservoir menuju reservoir. Akibat friksi fluida dengan
dinding pori, fluida air yang mengitari pori tidak tergantikan minyak hingga kestabilan
migrasi terjadi.
Untuk selanjutnya porositas efektif digunakan dalam perhitungan karena dianggap
sebagai fraksi volume yang produktif. Disamping itu menurut waktu dan cara terjadinya,
maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer, adalah porositas yang terbentuk pada waktu batuan sedimen
diendapkan.
2. Porositas sekunder, adalah porositas batuan yang terbentuk sesudah batuan sedimen
terendapkan.
Tipe batuan sedimen atau reservoir yang mempunyai porositas primer adalah batuan
konglomerat, batupasir, dan batu gamping. Porositas sekunder dapat diklasifikasikan menjadi
3 golongan , yaitu :
1. Porositas larutan, adalah ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya proses
pelarutan batuan.
2. Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya kerusakan
struktur batuan sebagai akibat dari variasi beban, seperti : lipatan, sesar, atau patahan.
Porositas tipe ini sulit untuk dievaluasi atau ditentukan secara kuantitatif karena
bentuknya tidak teratur.
3. Dolomitisasi, dalam proses ini batugamping (CaCO3) ditransformasikan menjadi
dolomite (CaMg(CO3)2) atau menurut reaksi kimia :
2CaCO3 + MgCl3 CaMg(CO3)2 + CaCl2

Menurut para ahli, batu gamping yang terdolomitasi mempunyai porositas yang lebih besar
dari pada batu gamping sendiri.

1.3 Faktor yang Mempengaruhi Porositas


Besar-kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : ukuran butir (semakin
baik distribusinya, semakin baik porositasnya), susunan butir (susunan butir berbentuk kubus
mempunyai porositas lebih baik dibandingkan bentuk rhombohedral), kompaksi, dan
sementasi. Pengelompokan porositas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel1. Pengelompokan porositas (Arsyad,1975)

Faktor-faktor yang mempengaruhi porositas (Pairunan, 1997) antara lain :


Ukuran butir atau grain size
Semakin kecil ukuran butir maka rongga yang terbentuk akan semakin kecil pula dan
sebaliknya jika ukuran butir besar maka rongga yang terbentuk juga semakin besar.
Bentuk butir atau sphericity
Batuan dengan bentuk butir buruk akan memiliki porositas yang besar, sedangkan
kalau bentuk butir baik maka akan memiliki porositas yang kecil.
Susunan butir
Apabila ukuran butirnya sama maka susunan butir sama dengan bentuk kubus dan
mempunyai porositas yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk rhombohedral.
Pemilahan
Butiran baik maka ada keseragaman sehingga porositasnya akan baik pula. Pemilahan
yang jelek menyebabkan butiran yang berukuran kecil akan menempati rongga
diantara butiran yang lebih besar akibatnya porositasnya rendah.
Komposisi mineral
Ketika penyusun batuan terdiri atas mineral-mineral yang mudah terlarut seperti
golongan karbonat maka porositasnya akan baik, dikarenakan rongga-rongga akibat
proses pelarutan dari batuan tersebut.
Sementasi
Material semen pada dasarnya akan mengurangi harga porositas. Material yang dapat
berwujud semen adalah silika, oksida besi dan mineral lempung.
Kompaksi dan pemampatan
kompaksi dan pemampatan akan mengurangi harga porositas. Jika batuan terkubur
semakin dalam maka porositasnya akan semakin kecil yang diakibatkan karena
adanya penambahan beban.

1.4 Klasifikasi Porositas


Klasifikasi pada porositas ialah sebagai berikut :
1. Fabric selective
Intercorpuscules
Merupakan porositas pada ruang (space) yang terdapat di antara butir-butir dalam
batuan sedimen. Jenis porositas ini termasuk dalam batuan sedimen dan hampir
terdapat pada semua batuan sedimen. Terjadinya peningkatan diagenesa batuan diikuti
dengan adanya penurunan porositas pada jenis ini.
Fenestrae
Merupakan porositas pada kemas batuan sedimen yang lebih besar dibandingkan
dengan celah pada batuan yang didominasi oleh butiran (grain-supported). Porositas
jenis ini sangat sering ditemukan pada batuan karbonat dan terbentuk karena litifikasi,
dehidrasi, dan pengeluaran gas sehingga membentuk rongga mendatar.
Intracorpuscules
Merupakan jenis porositas dalam bentuk butir atau kepingan batuan berupa rongga
yang ada pada fosil seperti koral, moluska, briozoa dan fosil renik lainya. Porositas
jenis ini akan cepat menurun setelah proses diagenesis berlangsung.
Intercristaline
Porositas jenis ini sering ditemukan pada batuan sedimen evaporasi dan biasanya
porositas jenis ini terdapat diantara kristal-kristal. batuan beku dan batuan metamorf.
Sering ditemukan pada batuan sedimen yang mempunyai pertumbuhan kristal yang
baik seperti dolomit.
Mouldic
Porositas yang disebabkan oleh pelarutan butir atau fragmen, umumnya akibat
sementasi. Pelarutan dapat terjadi secara terpilih, hanya pada satu jenis butir. Pada
moldic ini sendiri dapat dibagi lagi, misalnya pelmoldic/biomoldic dan oomoldic.
Shelter
Ruang atau pori yangterbentuk di bawah partikel besar seperti kerang-kerangan yang
cembung. Porositas ini merupakan jenis porositas yang kecil tetapi menjadi pelengkap
porositas lainnya.
Cavites de croissance
Porositas yang terbentuk oleh skeletal growth seperti koral, alga

2. Non Fabric Selective


Fracture
Perositas jenis ini terbentuk oleh retakan, pada umumnya dalam batuan yang brittle,
yang biasanya disebabkan oleh tektonik. Porositas ini terdapat banyak dan
dapatmeningkatkan permeabilitas pada batugamping.
Chenaux
Porositas yang terbentuk ketika batugampingmengalami dissolution dibawah titik
jenuh air. Pori ini berbentuk memanjang.
Vuggy
Porositas jenis ini dapat terlihat dengan mata telanjang dan memiliki diameternya
lebih dari 1/16 mm. Pori ini memiliki bentuk yang kasar. Kebanyakan vuggy dapat
mewakili peningkatan pada porositas interkristalin/ intergranular. Beberapa jenis dari
porositas vuggy dapat membentuk menjadi CO2 yang kaya air tanah yang dihasilkan
selama terbentuknya hidrokarbon.
Caverne
Porositas jenis ini memiliki ukuran sangat besar dan bentuknya dapat berupa channel /
vuggy.
Breccia
Pori jenis ini merupakan kelanjutan dari porositas rekahan dengan pertambahan jarak
antara dinding-dindingyang merekah. Seperti halnya porositas rekahan, porositas
initerbentuk dari tektonik.

Gambar 2. Bentuk-bentuk Klasifikasi Pada Porositas


1.5 Metode Pengukuran Porositas
Pengukuran porositas dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1. Pengukuran laboratorium dengan menggunakan sampel batuan (core).
2. Pengukuran dengan menggunakan logging tool, seperti neutron log, density log dan
sonic log.
Pengukuran di laboratorium mengunakan sampel batuan yang biasanya sering disebut
dengan sampel core, sampel core ini diperoleh pada waktu pengeboran.Terdapat tiga besaran
yang dapat diukur di laboratorium, yaitu: volume total, volume pori dan volume butiran.
Volume total batuan/core sebenarnya dapat diukur dengan mengukur dimensinya kalau
saja bentuk sampel batuan tersebut beraturan seperti kubus, silinder sedangkan untuk bentuk
yang tidak beraturan, pengukuran dapat dilakukan dengan mengukur volume cairan yang
terpindahkan kalau sampel batuan dicelupkan kedalam suatu fluida tertentu. Berikut
merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengukur porositas :

Gambar 3. Picnometer Electric untuk mengukur bulk volume

Gambar 4. Bureau of Mines Gas-Expansion Porosimeter.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S.N, Kaban dan S.Sukma., 1975. Fisika Tanah. Insitut Pertanian Bogor, Bogor.
Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara : Jakarta.
Choquette, P. W. dan Pray, L. C., 1970, Geologic Nomenclature and Classification of Porosity
in Sedimentary Carbonates, The American Association of Petroleum Geologists
Bulletin, v.54, hal. 207 250.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Pairunan, Anna, K., Nanere, J, L., Arifin., Solo, S, R. Samosir, Romoaldus Tangkaisari, J. R
Lalapia Mace, Bachrul Ibrahim., Hariadji Asnadi., 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai