Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN PRATIKUM ANALISA INTI

BATUAN LABORATORIUM HULU MINYAK


DAN GAS TEKNIK PRODUKSI MINYAK DAN
GAS PEM AKAMIGAS CEPU

Nama Praktikan : Mickhael Oratmangun


NIM : 191410030
Program Studi : Teknik Produksi Minyak dan Gas
Kelompok :A

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ESDM
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
PEM AKAMIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

ii
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dilaksanakan
Praktikum : Analisa Inti Batuan
Nama Praktikan/NIM : Mickhael Oratmangun/191410030
Kelompok :A
Jam Pelajaran : 55 Jam
Modul Praktikum:
1. Pengukuran Porositas Menggunakan BLP-530
Gas Porosimeter
2. Pengukuran Permeabilitas Menggunakan
Permeameter
3. Pengukuran Saturasi
4. Praktikum Sieve Analysis
5. Penentuan Kadar Larut Sampel Formasi dalam
Larutan Asam

Mengetahui,
Laboran Cepu, Maret 2021
Laboratorium Hulu Minyak dan Gas Praktikan,

Mickhael Oratmangun
Muhammad Raynaldi, S.Tr. NIM. 191410030

Menyetujui,

Kepala Laboratorium & Dosen Pengampuh,


Laboratorium Hulu Minyak dan Gas

Sulistiyono, S.T., M.Si.


NIP. 19770911 200604 1 014

i
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan yamg maha esa yang telah
memberi kemudahan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
penulisan “laporan pratikum Analisa Inti Batuan” dengan baik dan tepat
waktu.
Dalam menyelesaikan “laporan pratikum Analisa Inti Batuan” ini tidak
terlepas dari bantuan beberapa pihak. Untuk itu pratikan mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. RY Perry Burhan, M.Sc. Selaku Direktur PEM
Akamigas Cepu.
2. Bapak Akhmad Sofyan, S.T.M.T. Selaku Ketua Program Studi Teknik
Produksi Minyak dan Gas
3. Bapak Sulistiyono, S.T., M.Si. Selaku Kepala Laboratorium Hulu
Minyak dan Gas.
4. Saudara Muhammad Raynaldi,S.Tr. Selaku Laboran Laboratorium Hulu
Minyak dan Gas.
5. Seluruh Asisten Laboratorium Analisa Inti Batuan.
6. Orang tua dan seluruh anggota keluarga yang telah membantu,
memberikan dorongan dan doa Kepada Penulis.
7. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi Teknik Produksi Minyak dan
Gas angkatan 2019, terutama dari kelompok B yang telah bekerja sama
menyelesaikan praktikum ini.

Cepu, Maret 2021


Praktikan,

Mickhael Oratmangun
NIM.191410030

ii
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

DAFTAR ISI

51

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sampel Core........................................................................................................................

iii
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Gambar 1.2 Saturated Black Oil.............................................................................................................


Gambar 1.3 Undersaturated Black Oil....................................................................................................
Gambar 2.1 Pore and Throat Model.......................................................................................................
Gambar 3.1 Model Permeabilitas ...........................................................................................................
Gambar 3.2 Effect Klinkenbery...............................................................................................................
Gambar 5.1 Sampel Batuan Pasir............................................................................................................
Gambar 6.1 Metode Acidizinhg...............................................................................................................

iv
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Peralatan Praktikum pengukuran porositas............................................10


Tabel 2.2 Bahan Praktikum pengukuran porositas................................................10
Tabel 2.3 Kualitas porositas................................................................................15Y
Tabel 3.1 Kualitas Permeabilitas...........................................................................20
Tabel 3.2 Peralatan Praktikum pengukuran permeabilitas.....................................21
Tabel 3.3 Bahan Praktikum pengukuran permeabilitas.........................................22
Tabel 3.4 Data Pengukuran permeabilitas sampel 1..............................................25
Tabel 3.5 Hasil pengamatan pengukuran permeabilitas sampel 1.........................25
Tabel 3.6 Data Pengukuran permeabilitas sampel 2..............................................27
Tabel 3.7 Hasil pengamatan pengukuran permeabilitas sampel 2..........................2
Tabel 4.1 Nilai resitivity batuan.............................................................................32
Tabel 4.2 Peralaran Praktikum pengukuran saturasi..............................................34
Tabel 4.3 Bahan Praktikum pengukuran saturasi 35
Y
Tabel 5.1 Peralatan praktikum sieve analysis........................................................43
Tabel 5.2 Bahan praktikum sieve analysis.............................................................44
Tabel 5.3 Hasil Pengamatan pengukuran..............................................................47
Tabel 5.4 Hasil Pengamatan pengukuran................................................................4
Tabel 6.1 Peralatan pengukuran kadar larut sampel formasi.................................57
Tabel 6.2 Bahan pengukuran kadar larut sampel formasi......................................58

v
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Analisa Permeability sampel 1..............................................................................................


Grafik 3.2 Analisa Permeability Sampel 2..............................................................................................
Grafik 5.2 Opening diameter Vs. Persen berat kumulatif sampel 1......................47
Grafik 5.3 Opening diameter Vs. Persen kumulatif sampel 2...............................48

vi
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

Vb : Volume total batuan, cm3


Vg : Volume butiran, cm3
Vp : Volume pori, cm3
𝛷 : Porositas, persen/fraksi
𝛷abs : porositas absolut
𝛷eff : porositas efektif
L : Panjang sampel core, cm
D : Diameter, cm
Π : phi,(3,24 atau 22/7)
P1 : Tekanan awal, psi
P2 : Tekanan akhir, psi
V1 : Volume konstan porosimeter, cm3
V2 : Volume konstan porosimeter, cm3
Krw : Permeabilias relatif air
Kro : Permeabilitas relatif Minyak
Krg : Permeabilitas relatif gas
𝐾𝑟𝑒𝑙 : permeabilitas relatif
𝐾eff : permeabilitas efektif
𝐾abc : permeabilitas absolut
Ka : permeabilitas gas yang diukur pada tekanan Pm
Kl : permeabilitas absolute (sebenarnya) dari batuan.
b : konstanta yang tergantung pada ukuran pori batuan
Pm : tekanan rata-rata pada waktu tes.
P0 : Outlet Pressure (atm)
P1 : Inlet Pressure (atm)
Q : Flowrate (cc/sec)
𝜇 : Viscosity (cP)

vii
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

L : Specimen Length (cm)


A : Cross Sectional Area (cm2)
Rt : resistivity lapisan minyak
R0 : resistivity lapisan air
n : konstanta yang harganya berkisar ±3 – 4
W : Berat sampel sebelum diasamkan (gr)
w : Berat sampel setelah diasamkan (gr)
Sw : saturasi air, persen/fraksi
So : saturasi minyak, persen,fraksi
Sg : saturasi gas, persen/fraksi
C : sorting coefisien

viii
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN

Analisa inti batuan adalah tahapan analisa setelah contoh formasi dibawah
permukaan (core) diperoleh. Tujuan dari analisa inti batuan adalah untuk
menentukan secara langsung informasi tentang sifat-sifat fisik batuan yang
ditembus selama pemboran. Studi dari data analisa inti batuan dalam pemboran
eksplorasi dapat digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan dapat
diproduksikannya hidrokarbon dari suatu sumur, sedangkan tahap eksploitasi dari
suatu reservoir dapat digunakan untuk pegangan melaksanakan well completion
dan merupakan suatu informasi penting untuk melaksanakan proyek secondary
dan tertiary. Selain itu, data inti batuan ini juga berguna sebagai bahan
pembanding dan kalibrasi pada metode logging. (Ridha M, Darminto. 2016)

Tujuan dari analisa inti batuan adalah untuk menentukan secara langsung
informasi tentang sifat-sifat fisik batuan yang ditembus selama pemboran. Studi
dari data analisa inti batuan dalam pemboran eksplorasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemungkinan dapat diproduksikan hidrokarbon dari suatu sumur,
sedangkan tahap eksploitasi dari suatu reservoir dapat digunakan untuk pegangan
melaksanakan well completion dan merupakan suatu informasi penting untuk
melaksanakan proyek secondary dan tertiary recovery. Selain itu data inti batuan
ini juga berguna sebagai bahan pembanding dan kalibrasi dari metode logging.
(Ridha M, Darminto. 2016)

Gambar 1.1 Sampele core

1
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Dalam operasi perminyakan hal-hal yang perlu dilakukan adalah meneliti


apa saja karakteristik dari batuam penyusun reservoir. Kegiatan yang biasanya
dilakukan untuk menganalisa reservoir adalah analisa core, analisa cutting, dan
analisa logging. Analisa core biasanya dilakukan dengan mengambil sampel
batuan yang dibor dari dalam formasi dan selanjutnya core diteliti di laboratorium.
(Koesoemadinata, R.P. (1978))

Analisa logging dilakukan dengan cara menganalisa lapisan batuan yang


dibor dengan menggunakan peralatan logginhg (tool log). Peralatan logging
dimasukkan kedalam sumur, kemudian alat tersebut akan mengeluarkan
gelombang-gelombang khusus seperti listrik, gamma ray¸ suara dan sebagainya
(tergantung jenis loggingnya), kemudian gelombang tersebut akan terpantul.
Kembali diterima oleh alat logging, dan datanya kemudian dikirim ke peralatan di
permukaan utuk dianalisa. (Koesoemadinata, R.P. (1978))

Untuk analisa cutting, dilakukan dengan menelitu cutting yang berasal dari
lumpur pemboran yang disirkulasikan kedalams sumur pemboran. Cutting
dibersihkan dari lumpur pemboran, selanjutnya di teliti di laboratorium untuk
mengetahui sifat dari batuan reservoir tersebut. Namun pada saat ini, kegiatan
yang dilakukan untuk meneliti karakteristik sifat fisik batuan adalah dengan
analisa core (coring), logging dan well test. (Koesoemadinata, R.P. (1978))

Reservoir adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak dan gas
bumi. Terdapatnya minyak di bawah permukaan haruslah memenuhi beberapa
syarat, yang merupakan unsur-unsur suatu reservoir minyak bumi. Unsur-unsur
tersebut yaitu:

1. Adanya batuan induk (source rock)


Merupakan batuan sedimen yang meengandung bahan organic seperti sisa-
sisa hewan dan tumbuhan yang telah mengalami proses pematangan dengan
waktu yang sangat lama sehingga menghasilkan minyak dan gas bumi.
2. Adanya batuan waduk (reservoir rock)

2
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Merupakan batuan sedimen yang mempunyai pori, sehingga minyak dang ass
bumi yang dihasilkan batuan induk dapat masuk dan terakumulasi.
3. Adanya struktur batuan perangkap (trap)
Merupakan batuan yang berfungsi sebagai penghalang bermigrasinya minyak
dan gas bumi lebih jauh
4. Adanya batuan penutup (cap rock)
Merupakan batuan seddimen ynag tidak dapat dilalui oleh cairan
(impermeable), sehingga minyak dan gas bumi terjebak dalam batuan
tersebut.
5. Adanya jalur migrasi (migration route)
Merupakan jalan minyak dan gas bumi dari batuan induk sampai
terakumulasi pada perangkap. (Koesoemadinata, R.P. (1978))

Reservoir dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Reservoir jenuh
Reservoir jenuh (saturated) biasanya mengandung hidrokarbon dalam
bentuk minyak yang dijenuhi aleh gas yang terlarut dan dalam bentuk gas
bebas yang terakumulasi membentuk gas cap. Bila minyak dan gas
diproduksikan, kemungkinan akan adda air yang ikut terproduksi, tekanan di
reservoir akan turun. Dengan turunnya tekanan reservoir, maka volume gas
yang membentuk gas cap akan mengembang dan merupakan pendorong
keluarnya fluida dari dalam reservoir selain pengembangan volume gas cap
dan pembebasan gas terlarut, mungkin juga akan terjadi perembesan air
kedalam reservoir. (Saptoyoso, Iben. 2013)

Gambar 1.2 Saturated Black Oil (low Shirnkage) reservoirs

3
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

2. Reservoir tak jenuh


Reservoir tidak jenuh (undersaturated) pada keadaan mula-mula tidak
terdapat gas bebas yang terakumulasi membentuk gas cap. Apabila reservoir
diproduksikan, maka gas akan mengalami pengembangan yang menyebabkan
bertambahnya volume minyak. Pada saat tekanan reservoir mencapai tekanan
bubble point maka gas akan keluar dari minyak. (Saptoyoso, Iben. 2013)

Gambar 1.3 Undersaturated Black Oil (low Shirnkage) reservoirs

Dalam operasi perminyakan hal-hal yang perlu dilakukan adalah meneliti apa saja
karakteristik dari batuam penyusun reservoir. Kegiatan yang biasanya dilakukan
untuk menganalisa reservoir adalah analisa core, analisa cutting, dan analisa
logging. Analisa core biasanya dilakukan dengan mengambil sampel batuan yang
dibor dari dalam formasi dan selanjutnya core diteliti di laboratorium. (Saptoyoso,
Iben. 2013)

Analisa logging dilakukan dengan cara menganalisa lapisan batuan yang dibor
dengan menggunakan peralatan logginhg (tool log). Peralatan logging
dimasukkan kedalam sumur, kemudian alat tersebut akan mengeluarkan
gelombang-gelombang khusus seperti listrik, gamma ray¸ suara dan sebagainya
(tergantung jenis loggingnya), kemudian gelombang tersebut akan terpantul.

4
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Kembali diterima oleh alat logging, dan datanya kemudian dikirim ke peralatan di
permukaan utuk dianalisa. (B.M. Das,1990)

Untuk analisa cutting, dilakukan dengan menelitu cutting yang berasal dari
lumpur pemboran yang disirkulasikan kedalams sumur pemboran. Cutting
dibersihkan dari lumpur pemboran, selanjutnya di teliti di laboratorium untuk
mengetahui sifat dari batuan reservoir tersebut. Namun pada saat ini, kegiatan
yang dilakukan untuk meneliti karakteristik sifat fisik batuan adalah dengan
analisa core (coring), logging dan well test. (B.M. Das,1990)

Sifat-sifat fisik batuan reservoir tersebut antara lain:

1. Porositas (Ø)
Dalam reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase dari total
ruang yang tersedia untuk ditempati oleh suatu cairan ataugas. Porositas
dapat di definisikan sebagai perbandingan antaravolume total pori-pori
batuan dengan volume total batuan persatuan volume tertentu.
2. Saturasi Fluida
Saturasi adalah perbandingan antara volume fluida yang mengisi pori-
pori batuan terhadap total volume pori-pori batuan atau jumlah kejenuhan
fluida dalam batuan reservoir per satuan volume pori. Oleh karena didalam
reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi dibagi menjadi tiga yaitu
saturasi air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg). (Akhmed,
Tarekh. 1983)
3. Permeabilitas (k)
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk
meloloskan/melewatkan fluida. Apabila media berporinya tidaksaling
berhubungan maka batuan tersebut akan memiliki permeabilitas yang
kecil. Oleh karena itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan
porositas efektif. Semakin besar porositas efektif, maka semakin besar
juga permeabilitasnya. (Akhmed, Tarekh. 1983)
4. Resistivity

5
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmendan


pori-pori. Padatan-padatan mineral tersebut tidak dapat menghantarkan
arus listrik kecuali mineral clay. Sifat kelistrikan batuan reservoir
tergantung pada geometri pori-pori batuan dan fluida yang mengisi pori.
Minyak dan gas bersifat tidak menghantarkan arus listrik sedangkan air
bersifat menghantarkan arus listrik apabila air melarutkan garam.
(Akhmed, Tarekh. 1983)
5. Wettability
Wettability didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk
dibasahi oleh fasa fluida atau kecenderungan dari suatu fluidauntuk
menyebar atau melekat ke permukaan batuan. Sebuah cairanfluida akan
bersifat membasahi bila gaya adhesi antara batuan dan partikel cairan lebih
besar dari pada gaya kohesi antara partikelcairan itu sendiri. (Akhmed,
Tarekh. 1983)
6. Tekanan Kapiler (Pc)
Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan
tekanan antara fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat
tidak membasahi batuan jika didalam batuan tersebut terdapat dua atau
lebih fasa fluida yang tidak bercampur dalam kondisi statis

BAB II
PENGUKURAN POROSITAS MENGGUNAKAN
BLP-530 GAS POROSIMETER

II.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Memahami prinsip dasar porositas batuan dan pengaruhnya terhadap


karakteristik reservoir minyak dan gas.
2. Mengetahui prinsip pengukuran porosimeter berdasarkan prinsip hukum
Boyle’s Law.

6
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

3. Memahami prinsip kerja pengukuran porositas menggunakan BLP-530


Gas Porosimeter.
4. Memahami prosedur penggunaan BLP-530 Gas Porosimeter.
5. Menentukan besarnya porositas efektif dari suatu sampel batuan reservoir
dengan menggunakan BLP-530 Gas Porosimeter.

II.2 TINJAUAN PUSTAKA

Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume ruang


yang terdapat diantara serbuk yang berupa pori-pori (ruang diantara serbuk
yang selalu terisi oleh fluida seperti udara, minyak atau gas bumi) terhadap
volume serbuk secara keseluruhan.

Besarnya porositas akan tergantung pada bentuk rata-rata butiran dan


pengemasannya. Hal ini akan bergantung pada cara batuan itu
terbentuk/terendapkan, misalnya pada batuan pasir proses pembentukan
terjadi di dasar sungai dan telah mengalami perpindahan secara fisik, pada
batuan karbonat terjadi proses biologis dalam proses pembentukannya.
Proses-proses tersebut akan mempengaruhi besarnya porositas batuan.
(Fundamentals of Applied Reservoir Engineering. 2016)

Gambar 2.1 pore and throat model

7
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Akibat proses sementasi yang berlebih oleh proses pengendapan,


beberapa ruang pori yang terbentuk dalam batuan menjadi terisolasi dari
ruang pori yang lain, sehingga beberap pori menjadi tidak terkoneksi satu
sama lain (Tarekh Akhmed, 1983).

Dari peristiwa tersebut, B.C Craft dan M. Hawkins pada tahun 2015
merepresentasikan porositas dalam dua istilah, yaitu

1. Porositas Total (absolut)


Porositas total adalah total ruang pori yang ada di batuan, didapat
dari proses logging.

Vp
𝛷abs = 100 %....................................................................................................
Vb

( VB−VG )
𝛷abs = 100 %..........................................................................................
Vb

2. Porositas Efektif
Sedangkan porositas efektif berarti besarnya ruang pori yang
terkoneksi satu sama lain, sehingga menyebabkan fluida dapat mengalir.
Porositas efektif didapat dari uji analisa inti batuan di laboratorium.
Metode laboratorium yang digunakan untuk menghitung porositas
termasuk Boyle’s law, Water Saturation, dan Organic-Liquid Saturation
Methods.

Vp yang berhubungan×100 %
𝛷eff = ........................................................................
Vb

Brian F. Towler pada tahun 2002 dalam bukunya Fundamentals


Principle Of Reservoir Engineering mengelempokkan faktor yang
memengaruhi porositas batuan reservoir, yaitu sebagai berikut:

a. Sementasi
Semen menempati ruang kosong yang ada di batuan sehingga
mengurangi nilai porositas.
b. Sortasi

8
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Butiran kecil cenderung menempati ruang pori yang ada diantara


butiran sehingga menutup koneksi antar partikel.
c. Ukuran dan bentuk butiran
Ukuran butiran yang heterogen menyebabkan pengurangan pada
porositas, sedangkan ukuran butiran yang seragam relatif mempunyai
nilai porositas yang lebih besar.
d. Pengepakan butiran
Susunan cubic packing memiliki porositas yang paling besar, yaitu
47.6%
e. Kompaksi
Pada tekanan overburden yang tinggi, dapat mengakibatkan
pengurangan porositas karena perubahan packing yang sebelumnya
berupa cubic menjadi rhombohedral

II.3 TABEL ALAT DAN BAHAN

Tabel 2. 1 Peralatan Praktikum pengukuran porositas


Dengan gas porosimeter

No Nama Alat Jumlah Gambar

9
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Gas
1 1
Porosimeter

Digital
2 1
Caliper

Tabel 2. 2 Bahan Praktikum pengukuran porositas


Dengan gas porosimeter
Nama
No Jumlah Gambar
Bahan

Sample
1 1
core

Gas
2 180 Psi
Nitrogen

II.4 PROSEDUR PERCOBAAN

Pengujian sampel tanpa proses vacuum:


1. Ukur dan catat dimensi sampel core

10
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

2. Letakkan sampel core ke dalam sample core holder


3. Ubah valve P2 test ke posisi OFF
4. Putar regulator dan atur hingga mencapai tekanan 180 Psia
5. Putar valve P1 lock in ke posisi OFF
6. Tunggu hingga tekanan stabil, catat tekanan sebagai P1
7. Putar valve P2 ke posisi vertical (ON)
8. Tunggu hingga tekanan stabil, catat tekanan yang terbaca sebagai P2
9. Putar valve threeway ke posisi Vent untuk membuang sisa gas
10. Kembalikan posisi valve ke posisi awal (P1 = ON, P2 =
OFF, dan Three Way = Test)
11. Hitung besar porositas efektif menggunakan rumus dibawah ini:

πD 2 L
volume total batuan (𝑉𝑏) = ...............................................................
4

volume butiran (𝑉𝑔) = 𝑉2 − 𝑉3.........................................................................


P1V 1
volume porosimeter (𝑉3) = ...........................................................................
P2
( VB−VG ) x 100
porositas efektif (𝛷) = ....................................................
Vb

II.5 SOAL ANALISA


1. Sebutkan variable yang anda ukur dalam percobaan ini!

Jawaban:

Pada percobaan ini dilakukan pengukuran diameter dan panjang core


untuk menentukan Volume bulk. Tekanan awal, tekanan akhir dan volume
konstan porosimeter untuk menentukan volume grain. Sehingga bisa
dilakukan pengukuran porositas efektif sampel batuan.

D =diameter (cm)

11
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

T =tinggi (cm)
P1 =Tekanan awal (psi)
P2 =Tekanan Akhir (psi)
V1 =Volume awal sampel (cm3)
V2 =Volume akhir sampel (cm3)

2. Kenapa gas nitrogen digunakan dalam proses pengukuran?

Jawaban:

Gas nitrogen digunakan dalam pengukuran porositas dengan menggunakan


porosimeter adalah karena gas nitrogen bersifat inert sehingga tidak akan
merusak sampel batuan, sifatnya ringan dan harganya yang terjangkau.

3. Jelaskan data hasil percobaan yang telah anda peroleh!

Jawaban:

porositas efektif pada sampel 1 didapatkan sebesar 44.1%, ini merupakan


nilai porositas yang masuk ke dalam golongan sangat baik bila kita lihat di
table klasifikasi porositas. Dan porositas efektif pada sampel ke 2 sebesar
45.7% termasuk klasifikasi baik juga. Dari perhitungan di atas dapat di
simpulkan bahwa porositas dari sampel 2 lebih besar dibanding sampel ke
1. Faktor yang mempengaruhi porositas adalah ukuran dan bentuk butir,
distribusi dan penyusunan butir, serta derajat sementasi dan kompaksi.

4. Jelaskan kelebihan pengukuran menggunakan Gas Porosimeter


dibandingkan menggunakan metode pengukuran porositas yang lain!

Jawaban:

Porosimeter Gas BLP-530 dirancang untuk mengukur porositas efektif


sampel inti dengan cepat. Sehingga tidak diperlukan waktu yang lama
untuk pengukuran porositas.

12
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

5. Jelaskan kekurangan metode pengukuran porositas menggunakan Gas


Porosimeter dibandingkan menggunakan metode pengukuran porositas
yang lain!
Jawaban:
Kelemahan dari pengukuran ini adalah keakurasian pengkuran bergantung
pada tekstur permukaan sampel core yang harus halus dan tepat berbentuk
silinder.

II.6 ANALISA

Sampel Core 1
d = 2,399 cm Vx = 58,59 cc
L = 2,077 cm Vy = 161,34 cc
P1 = 180 psi
P2 = 68 psi

π d2 L
V b= =9,39 cc
4
V x P1
V 2= =155,09 cc
P2
V g=V y −V 2 =5,25 cc

V b −V g
∅= × 100 %=44,1 %
Vb

Sampel Core 2
d = 2,466 cm Vx = 58,59 cc
L = 2,425 cm Vy = 161,34 cc
P1 = 180,1 psi
P2 = 68,5 psi

13
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

π d2 L
V b= =11,59 cc
4
V x P1
V 2= =154,04 cc
P2
V g=V y −V 2 =5,29 cc

V b −V g
∅= × 100 %=45,7 %
Vb

II.7 PEMBAHASAN
Pada Praktikum ini dilakukan pengukuran porositas efektif batuan
dengan menggunakan BLP 530 gas porosimeter. Dan didapatkan data seperti
yang terlampir pada sub-bab analisa. digunakan dua sampel core buatan yaitu
core A dan core B.

Pada kondisi sebenarnya batuan reservoir dipengaruhi oleh adanya


tekanan overburden. Oleh karena itu pada pengukuran di laboratorium
pengukuran porositas dilakukan dengan memberikan tekanan dari gas
nitrogen. Pada praktikum ini dipakai gas nitrogen karena harganya yang
terjangkau dan bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan sampel batuan.

Besarnya porositas batuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti


sementasi, sortasi, ukuran butir, bentuk butir, pengepakan butiran dan
kompaksi. Semakin baik sementasi batuan maka porositasnya akan semakin
kecil atau buruk karena yang seharusnya bisa jadi ruang pori akan terisi oleh
semen begitu juga sebaliknya, jika sementasi batuan buruk maka porositasnya
akan semakin besar.

Porositas memiliki hubungan dengan permeabilitas, jika permeabilitas


besar maka porositas juga besar, tapi jika porositas besar belum tentu
permeabilitasnya juga besar, karena belum tentu antar porositas yang satu
dengan lainnya saling berhubungan (porositas efektif).

14
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Setelah dilakukan perhitungan dari data yang didapatkan saat proses


praktikum, maka didapatkan besarnya porositas sampel A sebesar 44,1 % dan
porositas sampel B sebesar 45,7 %, sehingga bisa dikatakan bahwa kualitas
porositas kedua sampel adalah istimewa.

Pengukuran porositas pada kondisi lapangan adalah untuk mengukur


beberapa parameter, baik dalam segi pemboran, reservoir maupun saat
produksi. Dalam bidang pemboran pengukuran porositas dapat digunakan
untuk menentukan program lumpur pemboran, lumpur pemboran yang tepat
akan mengurangi adanya loss circulatoin pada formasi dengan porositas yang
besar. Dalam bidang reservoir porositas digunakan dalam perhitungan
cadangan hidrokarbon baik minyak maupun gas yang ada dalam suatu
reservoir. Dan dalam bidang produksi pengukuran porositas akan bermanfaat
untuk menentukan metode komplesi yang tepat serta sebagai pertimbangan
dalam secondary recovery.

Tabel 2.3 Kualitas porositas

Porositas Kualitas
0% - 5% Sangat buruk/diabaikan
5% - 10% Buruk
10% - 15% Cukup
15% - 20% Baik
20% - 25% Sangat baik
>25% Istimewa

II.8 KESIMPULAN
1. Pada Praktikum ini didapatkan harga porositas efektif sampel A sebesar
44,1% dan porositas efektif sampel B sebesar 45,7 %
2. Kualitas porositas sampel A dan sampel B adalah tergolong istimewa

15
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

3. Besarnya porositas batuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti


sementasi, sortasi, ukuran butir, bentuk butir, pengepakan butiran dan
kompaksi
4. Pengukuran porositas pada kondisi lapangan adalah untuk mengetahui
porositas zona yang akan dibor sehingga bisa meminimalkan adanya loss
circulation, untuk menentukan metode komplesi yang tepat, sebagai
pertimbangan dalam secondary recovery, serta digunakan dalam
perhitungan cadangan hidrokarbon di reservoir.

BAB III
PENGUKURAN PERMEABILITAS MENGUNAKAN
PERMEAMETER

16
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

III.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Memahami prinsip dari cara kerja gas permeameter.

2. Menentukan besarnya permeabilitas batuan dengan menggunakan alat


permeameter.

3. Melakukan perhitungan untuk menentukan permeabilitas absolut.

III.2 TINJAUAN PUSTAKA

Permebailitas adalah kemampuan dari batuan reservoir untuk


mengalirkan fluida. Harga permeabilitas dinyatakan dalam satuan darcy atau
dalam satuan mD, dimana 1 Md = 0.001 Darcy. Darcy merumuskan bahwa
kecepatan alir sebagai berikut: (Adim, Herlan. 1993)

Permeabilitas adalah kemampuan medium berpori untduk


meloloskan/mengalirkan fluida. Permeabilitas sangat penting untuk
menentukan besarnya cadangan fluida yang diproduksikan. Pemilahan
(sorting) adalah cara penyebaran berbagai macam besar butir. Dengan
demikian rongga yang terdapat di antara butiran besar akan diissi butiran
yang lebih kecil lagi sehingga porositasnya berkurang (Koesoemadinata, R.P.
1978).

Biasanya (tetapi tidak selalu) diasumsikan bahwa permeabilitas


horizontal adalah sama di setiap arah; tetapi permeabilitas vertikal seringkali,
dan terutama pada batuan klastik, secara signifikan lebih kecil dari
permeabilitas horizontal ketika sedimen sering diurutkan dengan buruk,
bersudut, dan tidak teratur. Vertikal/horizontal (kv/kh)nilai biasanya dalam
rentang 0,01 - 0,1.( Fundamentals of Applied Reservoir Engineering. 2016)

Permeabilitas yang diukur dari core batuan bersifat lokal tergantung


pada sifat batuan berpori, tetapi seperti yang dibahas di atas perubahan ini
terus-menerus terjadi di seluruh daerah pada reservoir tergantung pada
penataan ulang dan efek yang terjadi berikutnya

17
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Gambar 3. 1 Model Permeabilitas

Definisi API untuk 1 Darcy : suatu medium berpori mempunyai


kelulusan (permeabilitas) sebesar 1 Darcy, jika cairan berfasa satu dengan
kekentalan 1 sentipoise mengalir dengan kecepatan 1 cm/sekon melalui
penampang seluas 1 cm2 pada gradient hidrolik satu atmosfer (76,0 mm Hg)
per sentimeter dan jika cairan tersebut seluruhnya mengisi medium tersebut.
Anggapan yang digunakan oleh darcy adalah persamaan darcy ini dalam
pemakaianya harus memenuhi beberapa asumsi sebagai berikut: (Dadang
Rukmana, Dedy Kristanto, dan V. Dedi Cahyoko Aji. 2011)

Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan


kemampuan dari suatu batuan untuk mengalirkan fluida. Definisi kwantitatif
permeabilitas pertama-tama oleh percobaan Darcy(Pamungkas, J. 2004)

a. Aliran harus laminer

b. Fluida yang mengalir tidak bereaksi dengan batuan

c. Suhu tetap selama aliran

d. Satu fasa fluida dan incompressible. (Tarek Ahmad)

Secara langsung hubungi antara harga k dengan porositas tidak dapat


dipastikan, bila bila korelasi dilakukan berdasarkan batuan yang bervariasi.
Pada umunya pemakaian istilah permeabilitas dibedakan sebagai berikut:

 Permeabilitas absolut (Kabs), yaitu bila fluida yang mengalir dalam


porous media terdiri dari satu macam fluida (gas, air atau minyak).

18
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

 Permeabilitas efektif (Keff), yaitu bila fluida yang mengalir lebih dari
satu macam fluida. Atau dengan batasan lain permeabilitas efektif adalah
kemampuan dari batuan untuk dialiri fluida, dengan adanya fluida lain di
dalam batuan tersebut (Kop dan Swi, kw pada Sor).
 Permeabilitas relative (Krel), yaitu perbandingan permeabilitas efektif
terhadap permeabilitas absolut (krw, kro, krg). (Adim, Herlan. 1993).

Keff
𝐾𝑟𝑒𝑙 = ..........................................................................................................................
Kabc

KW
𝐾𝑟𝑤 = ..........................................................................................................................
Kabc

KO
𝐾𝑟𝑜 = ...........................................................................................................................
Kabc

Kg
𝐾𝑟𝑔 = ...........................................................................................................................
Kabc

Permeabilitas pada suatu batuan pada tempat-tempat yang berlainan


mungkin dapat berbeda. Dengan ini tingkat ketelitiannya tidak dapat dicapai
hanya dengan mengukur satu sampel saja. Permeabilitas mungkin berbeda
didalam suatu arah tertentu, dimana pada kebanyakan lapangan minyak pada
waktu pengendapan adalah horizontal sehingga permeabilitas dalam arah
vertikal selalu lebih kecil dari permeabilitas dalam arah horizontal. Besarnya
permeabilitas dapat dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 3. 1 Kualitas Permeabilitas

Kualitas Nilai Permeabilitas (Darcy)


Sangat Buruk < 1 mD
Buruk 1 mD – 50 mD
Sedang 50 mD – 200 mD
Baik 200 mD – 500 mD

19
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Sangat Baik > 500 mD

Untuk menentukan permeabilitas absolut dari data analisa harus


diperhitungkan penyimpangan – penyimpangan yang terjadi selama analisa,
yang disebabkan oleh sifat– sifat gas yang dipakai dalam anlisa tersebut..
(Tarek Ahmad, second edition)

Gambar 3. 2 Effect Klinkenberg pada


Pengukuran Gas Permeability
Klikenberg menyatakan bahwa permeabilitas gas merupakan fungsi jalur
bebas rata – rata (mean free path) dari pada molekulnya dan dengan demikian
tergantung pada tekanan rata – rata dari pada test tersebut. Dalam bentuk
persamaan klinkenberg effect ini adalah sebagai berikut:

Ka= Kl(1+b/pm)
(dimana b bertambah besar apabila ukuran pori-pori berkurang).(Adim,
Herlan. 1993).
III.3 TABEL ALAT DAN BAHAN

A. Alat
Tabel 3.2 Peralatan Praktikum pengukuran permeabilitas
dengan permeameter

No. NAMA GAMBAR

20
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

1 Permeameter

2 Core Holder

3 Caliper

4 Timbangan

A. Bahan
Tabel 3.3 Bahan Praktikum pengukuran permeabilitas
dengan permeameter

No. NAMA GAMBAR

21
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

1 Core Sample

2 Gas N2

3 Griss

III.4 PROSEDUR PERCOBAAN

A. Persiapan Pengujian

1. Buka sumber nitrogen 200 PSI (1.379 kPa).

2. Hubungkan unit ke stopkontak 220V

22
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

3. Tempatkan core kering di core Holder

4. Pasang core holder di Sleeve

B. Pengujian Sample

1. Pasang sleeve diantara pressure plates pada permeameter (pastikan


permukaan core tidak menyentuh permukaan Pressure plates).

2. Dengan menggunakan tangan Putar Screw bagian bawah kearah atas


dengan kuat.

3. Putar Pressure regulator kearah kiri CCW untuk menutup.

4. Buka Nitrogen supply Valve

5. Buka Flowmeter 1 dengan memutar kearah kiri (sampai maksimal)

6. Flowmeter 2 lebih sensitiv dari flowmeter 1 , jika flowmeter 1 tidak


ada aliran pada sumber tekanan 180 PSI, maka tutup Flowmeter 1.

7. Buka Valve Flowmeter 2 dan tutup valve selanjutnya

8. Buka Regulator (CW) hingga flowmeter di posisi register 10 (catat


tekanan (p1) di pressure gauge

9. Lanjutkan pembukaan nitrogen, dan catat tekanan tiap kenaikan 10

10. Lakukan perhitungan dengan rumus dibawah ini

2000 x P 0 x Q x μ× L
K= 2 2 .........................................................................................
A (P 1 x P 0 )

III.5 SOAL ANALISA

1. Jelaskan tujuan dari praktikum permeabilitas batuan?


Jawaban:

23
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui besarnya permeabilitas


batuan dengan mengunakan permeameter, pengukuran permeabilitas
batuan perlu dilakukan untuk mengetahui potensi suatu batuan apakah
kualitasnya baik untuk dijadikan sebagai reservoir.
2. Jelaskan secara singkat cara kerja gas permeameter pada saat digunakan
untuk mengukur permeabilitas batuan?
Jawaban:
Prinsip pengukuran permeabilitas dengan permeabilitas adalah dengan
memberikan tekanan pada sampel core dengan gas nitrogen sehingga bisa
diketahui P1 dan P0 , bersama parameter lain (Q, viskositas, dan A) hasil
pengukuran maka bisa dilakukan perhitungan permeabilitas absolut sampel
batuan.
3. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi percobaan permeabilitas batuan,
jelaskan?
Jawaban:
Tekanan merupakan faktor penting dalam pengukuran permeabilitas. Pada
saat pengukuran bisa terjadi penyimpangan yang yang disebabkan oleh
sifat– sifat gas yang dipakai dalam analisa tersebut.
4. Jelaskan manfaat dari pengukuran permeabilitas batuan?
Jawaban:
Pengukuran permebilitas batuan perlu dilakukan mengetahui potensi suatu
batuan apakah kualitasnya baik untuk dijadikan sebagai reservoir.
Sedangkan pada saat produksi permeabilitas digunakan menentukan laju
produski.
5. Jelaskan pengaruh dari gas slippage (Klinkenberg Effect) pada pengukuran
permeabilitas batuan?

Jawaban:
Penyimpangan yang terjadi selama Analisa disebabkan oleh sifat– sifat gas
yang dipakai dalam analisa tersebut. Klikenberg menyatakan bahwa

24
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

permeabilitas gas merupakan fungsi jalur bebas rata – rata (mean free
path) dari pada molekulnya dan dengan demikian tergantung pada tekanan
rata – rata dari pada test tersebut.

III.6 ANALISA

Sampel A
Tabel 3.2 Data Pengukuran permeabilitas sampel 1
Sampel 1

D 2,2098 cm

A 3,833325 cm2

L 2,0574 cm

vis 0,01756 cp

Pout 1 atm

Tabel 3. 3 Hasil pengamatan pengukuran permeabilitas sampel 1

Scale Reading Q (cc/sec) Pin (atm) K (mD)

10 0.29 1.07 33.51


20 0.38 1.09 33.22
30 0.42 1.10 31.60
40 0.52 1.12 32.06
50 0.69 1.16 31.33
60 0.83 1.20 29.54
70 0.93 1.27 24.22
80 1.05 1.41 17.22
90 1.18 1.56 13.31
100 1.35 1.71 11.19
110 1.50 1.86 9.71

25
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

120 1.64 2.06 8.12


130 1.86 2.25 7.33
140 2.08 2.48 6.50
150 2.32 2.71 5.89

40.00

35.00

30.00

25.00
(Pi²-Po²)A

20.00

15.00

Permeabilitas

10.00

5.00

0.00

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 200.00 220.00

2000QPoLμ

26
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Grafik 3.1 Analisa Permeabiltas sampel 1

Sampel 2
Tabel 3. 4 Data Pengukuran permeabilitas sampel 2
Sampel B
D 2,4638 cm
A 4,665 cm2
L 2,5 cm
vis 0,01756 cp
Q 14 cm3/s

Tabel 3. 5 Hasil pengamatan pengukuran permeabilitas sampel 2

Scale Reading Q (cc/sec) Pin (atm) K (mD)

10 0.29 1.05 54.32


20 0.38 1.07 48.98
30 0.42 1.09 41.22
40 0.52 1.12 38.25
50 0.69 1.19 29.79
60 0.83 1.22 29.89
70 0.93 1.34 21.13
80 1.05 1.45 17.30

27
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

90 1.18 1.58 14.31


100 1.35 1.76 11.58
110 1.50 1.97 9.33
120 1.64 2.19 7.80
130 1.86 2.39 7.08
140 2.08 2.62 6.39
150 2.32 2.86 5.85

40.00

35.00

30.00

25.00
(Pi²-Po ²)A

20.00

Permeabilitas

15.00

10.00

5.00

0.00

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 200.00 220.00

2000QPoLμ

Grafik 3.2 Analisa Permeabiltas sampel 2

III.7 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran permeabilitas absolut batuan
dengan menggunakan permeameter, dan digunakan dua sampel core. Yaitu
core semen dan core pasir. Dimana permebailitas merupakan kemampuan
dari batuan reservoir untuk mengalirkan fluida. kemudian didapatkan data

28
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

hasil pengukuran seperti yang terdapat pada sub-bab analisa, dari data hasil
pengukuran tersebut bisa dilakukan perhitungan permeabilitas batuan.

Pada pengukuran permeabilitas ini dipakai gas nitrogen karena harganya


yang terjangkau, bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan sampel batuan,
serta alirannya bersifat laminer. Dengan menggunakan permeameter tidak
bisa ditentukan besarnya permeabilitas batuan secara langsung melainkan
harus dilakukan perhitungan lagi setelah didapatkan data-data hasil
pengukuran seperti yang didapat pada sub-bab analisa. Dilakukan pengukuran
besarnya P0 dari masing-masing scale reading mulai dari 10 hingga 150.

Setelah didapatkan data permeabilitas dari masing-masing scale reading


selanjutnya dilakukan perhitungan permeabilitas rata-rata dari masing-masing
sampel. Didapatkan permeabilitas rata-rata dari core pasir sebesar 19,65 md
atau 0,01965 darcy dan permeabilitas rata-rata dari core semen sebesar 22,
88133333 md, atau 0,02288133333 darcy sehingga dapat disimpulakan
bahwa permeabilitas smapel core 2 lebih besar dari pada sampel core 1.

Jika dilihat dari nilai rata-ratanya ini, pada kategori permeabilitas


tersebut dapat diketahui bahwa kedua core termasuk dalam permeabilitas
dengan kualitas buruk. Pengujian permeabilitas ini diperlukan untuk
menentukan potensi dari suatu reservoir dalam mengalirkan fluida.

Pengukuran permeabilitas pada kondisi lapangan adalah untuk


mengetahui potensi suatu batuan apakah kualitasnya baik untuk dijadikan
sebagai reservoir, karena jika suatu batuan memiliki porositas yang besar
akan tetapi antar pori tersebut tidak saling terhubung maka permeabilitasnya
akan kecil, sehingga fluida yang ada dalam batuan tersebut akan sulit untuk
dalirkan. Sedangkan pada saat produksi permeabilitas digunakan menentukan
laju produski.

29
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

III.8 KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan diatas kedua core termasuk dalam permeabilitas
dengan kualitas yang buruk karena berada dalam range 1 mD – 50 mD
2. Permeabilitas dipengaruhi oleh viskositas gas, laju aliran gas, panjang
core, luas penampang, beda tekanan.
3. Semakin besar flow reading, semakin kecil permeabilitasnya
4. Semakin besar beda tekanan pada batuan, maka harga permeabilitasnya
akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin kecil beda tekanan maka harga
permeabilitas absolut akan semakin besa

BAB IV
PENGUKURAN SATURASI

IV.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Memahami prinsip kerja dari pengukuran saturasi


2. Menentukan besarnya nilai saturasi minyak (So) dan saturasi air (Sw) yang
terkandung dalam batuan reservoir
3. Memahami prosedur penggunaan KERN ABJNM/ABS-N digital
measurement
4. Melakukan perhitungan untuk menetukan nilai saturasi pada batuan.

IV.2 TINJAUAN PUSTAKA

Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume


pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume
pori-pori total pada suatu batuan berpori. Pada batuan reservoir minyak
umumnya terdapat lebih dari satu macam fluida, kemungkinan terdapat air,
minyak, dan gas yang tersebar ke seluruh bagian reservoar. Oleh karena
didalam reservoir terdapat 3 jenis fluida, maka saturasi dibagi 3 yaitu saturasi
air (Sw), saturasi minyak (So), saturasi gas (Sg). (Pamungkas, J. 2004)

1. Saturasi Air (Sw)

30
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Yaitu, perbandingan antara volume pori yang diisi secara efektif oleh air
dengan volume pori total.

Volume Pori yang diisi air


Sw= ……………………………..……………
Volume pori total
(4.1)

2. Saturasi Minyak (So)


Yaitu, perbandingan antara volume pori yang terisi minyak secara efektif
dengan volume pori total.
Volume Pori yang diisi minyak
So= ……………………………….….......
Volume pori total
(4.2)

3. Saturasi Gas (Sg)


Yaitu, perbandingan antara volume pori yang diisi oleh gas secara efektif
dengan volume pori total.
Volume Pori yang diisi gas
Sg = ……………………..……………….….
Volume pori total
(4.3)

Untuk sistem air – minyak – gas, berlaku hubungan:


(N Jha, Kamal. 1984)
Sw + So + Sg = 1 ……………………..……………………......…… (4.4)

Untuk sistem air – gas, maka:


Sw + Sg = 1 …………………….........................……………….….. (4.5)

31
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Perhitungan saturasi dalam frekuensi atau persen. Perhitungan tersebut di


atas didapat berdasarkan hasil pemeriksaan core di laboratorium. Saturasi
air (Sw) juga dapat dihitung dari hasil well logging, menurut Archie:
R0
SW =

n

Rt
…………...……………………………...................…....(4.6)

Pengaruh proses geologi, kapilaritas, sifat batuan reservoir dan sifat fluida
reservoir mengakibatkan adanya sejumlah fluida yamg tidak dapat
dikeluarkan dari dalam reservoir.

Volume fluida tersebut dinyatakan dalam saturasi, yaitu:


Swi = Irreducible water saturation, %
(yang besarnya berkisar ±15 – 30 %)
Sor = residual oil saturation, %
(yang besarnya berkisar ±10 – 20 %)
Swi juga sering disebut Swc = connate water saturation.

Dari hasil berbagai pengukuran didapatkan bahwa harga rata – rata resistivity
batuan adalah sebagai berikut.
Tabel IV. 1 Nilai resitivity batuan
Jenis Batuan Nilai resistivy (Ωm)
Clay 2-10
Pasir ber-air garam 0,5 – 10
Pasir berminyak 5 - 10000
Limestone compact 10000
Dolomite 10000

Irreducible water saturation terjadi jika saturasi air menjadi tidak


bergerak (immobile), karena selama berlangsungnya akumulasi hidrokarbon
(HC) ke dalam batuan reservoir, saturasi air dapat berkurang sampai harga
yang berkisar antara 5 – 40 %. Selanjutnya akan tercapai harga saturasi
terkecil yang tidak dapat dikeluarkan dari pori – pori batuan. (Chao,
Zimming, dkk. 2020)

32
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Terdapat tiga faktor yang penting mengenai saturasi fluida:


1. Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ketempat lain dalam
reservoir, saturasi air cenderung berada di tempat paling bawah dari fluida
lainnya
2. Saturasi akan bervariasi dengan kumulatif produksi minyak, jika minyak
diproduksi, maka tempatnya di reservoir akan digantikan oleh air atau gas
bebas, sehingga pada lapangan yang memproduksi minyak, saturasinya
akan berubah secara kontinyu
3. Saturasi minyak dan gas sering dinyatakan dalam istilah pori – pori batuan
yang diisi oleh hidrokarbon.

Beberapa faktor yang mempengaruhi saturasi adalah: (NikolaevM.Y. 2019)


- Ukuran dan distribusi pori-pori batuan
- Ketinggian diatas free water level
- Adanya perbedaan tekanan kapiler.
Biasanya dalam mengukur saturasi fluida digunakan dua metode
pengukuran, yaitu metode destilasi dan metode retort. Dalam percobaan ini
yang dipakai adalah metode destilasi. Dalam pengukuran saturasi fluida di
laboratorium dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu:
a. Metode penjenuhan (Retort Summation Method)
b. Distilasi vakum (Vaccum Distilation Method)
c. Metode Dean and Stark.
Adapun manfaat dapat diketahuinya nilai masing-masing fluida adalah
sebagai berikut:
1. Dapat memperkirakan besar cadangan minyak
2. Dapat mengetahui batas antara air dan minyak
3. Dapat mengetahui ketinggian antara air dan minyak. (Saptoyoso, Iben.
2013).

33
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

IV.3 TABEL ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Tabel 4. 2Peralaran Praktikum pengukuran saturasi

NO NAMA GAMBAR
1 Reflux Water Condensor

2 Pemanas Listrik

3 Timbangan Analisis

4 Gelas Ukur

6 Oven

34
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

7 Dean and Stark

B. Bahan
Tabel 4. 3 Bahan Praktikum pengukuran saturasi

NO NAMA GAMBAR
1 Fresh Core

2 Air

3 Toluene

35
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

IV.4 PROSEDUR PERCOBAAN

Metode destilasi menggunakan Dean and Stark Prosedur:


1. Mengambil Fresh Core yang telah dijenuhi dengan air dan minyak
2. Menimbang Core tersebut, missal beratnya = a gram
3. Memasukkan Core tersebut ke dalam labu Dean and Stark yang telah diisi
dengan toluene
4. Melengkapi dengan water trap dan Reflux condenser
5. Memanaskan selama 2 jam hingga air tidak nampak lagi
6. Mendinginkan dan baca air yang tertampung di water trap, misalnya = b
cc = b gram
7. Mengeringkan sampel dalam Oven 15 menit (pada suhu 110oC).
Dinginkan dalam Exicator 15 menit, kemudian timbang Core kering
tersebut, misalnya = c gram
8. Menghitung berat minyak:
= a – (b + c) gram = d gram. Persamaan (4.7)
9. Menghitung volume minyak:
d
Vo= = e cc persamaan (4.8)
B . J minyak
10. Menghitung saturasi minyak dan air:
b e
Sw= So= ..............................................................................................................
Vp Vp

36
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

IV.5 SOAL ANALISA


1. Apa yang dimaksud metode distilasi? Bagaimana cara kerjanya?
Jawab: Pada praktikum ini digunakan prinsip destilasi, yaitu
memanfaatkan perbedaan titik didih, dengan memanaskan sampel sampai
menguap, kemudian karena adanya kondensor maka uap akan
terkondensasi kemudian ditampung dan diukur jumlahnya.
2. Mengapa saat menjenuhkan harus air daripada kerosin terlebih dahulu?
Jawab: Pada pengukuran ini core terlebih dulu dijenuhi dengan air
dibanding dengan kerosin, hal ini dilakukan karena pada kondisi reservoir
batuan terlebih dulu terisi oleh air baru kemudian air tersebut terdorong
oleh minyak dan tempatnya tergantikan oleh minyak.
3. Bagaimana cara penjenuhan Core yang baik?
Jawab: Untuk menjenuhkan core yang akan digunakan untuk pengukuran
saturasi lebih baik penjenuhan dengan air dilakukan terlebih dahulu
dibanding penjenuhan dengan minyak/kerosin.
4. Mengapa menggunakan toluena kedalam labu dean?
Jawab: Pada praktikum ini toluene berfungsi sebagai katalis yang
mempercepat terjadinya penguapan dengan menurunkan titik didih
minyak, sehingga air cepet menguap tetapi tidak ikut bereaksi ketika
terjadi pemanasa.
5. Apa fungsi kerikil saat dipanaskan?
Jawab: Pada praktikum ini kerikil berfungsi untuk meratakan panas.

IV.6 ANALISA
Berat core jenuh = 14, 3086 gram

Berat core kering = 14,056 gram

Berat fluida = 0,253 gram

Kandungan air = 40% = 0,1012 ml

Maka kandungan minyak = 60% = 0,1518 ml

Densitas kerosin = 0,8 gram/cc

37
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Berat
Volume minyak = =0,18975 cc
Densitas
Vw
 Sw = =0,31
Vp

Vo
 So = =0,59
Vp

IV.7 PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan pengukuran saturasi, dimana saturasi


merupakan perbandingan antara volume pori yang diisi oleh fluida tertentu
secara efektif dengan volume pori total batuan. dengan menngunakan dean
and stark method. Sampel yang digunakan bukan core melainkan batu kapur.

Prinsip kerja dari alat ini adalah dengan menggunakan prinsip destilasi,
yaitu dengan memanaskan sampel sampai menguap, kemudian karena adanya
kondensor maka uap akan terkondensasi kemudian ditampung dan diukur
jumlahnya. Berdasarkan data, didapatkan berat core kering sebesar
14,056gram dan berat yang telah dijenuhi air sebesar 14, 3086gram. Dan di
dapat kandungan air dalam tabung ukur sebanyak 0.1012 ml (40%) dan
kandungan minyak 0.1518 (60%). Dengan densitas kerosin sama dengan 0,8
gram/cc maka di dapat volume minyak sama dengan 0,18975 cc. kemudian
saturasi water yang di dapat adalah 0,31 dan saturasi oil adalah 0,59

Kelebihan penggunaan alat ini adalah proses pengukuran tidak merusak


core atau sampel batuan, sedangkan kekurangannya yaitu tidak bisa
mengukur volume minyak secara langsung melainkan hanya bisa mengukur
volume air serta proses pengukuran berlangsung cukup lama karena perlu
waktu untuk proses penguapan dan kondensasi.

Besarnya saturasi fluida akan berbeda antara satu tempat dengan tempat
lainnya dalam reservoir, perbedaan ini disebabkan karena perbedaan tekanan
kapiler, ukuran dan distribusi pori batuan serta ketinggian diatas free water

38
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

level. Jika porositas batuan besar maka pori-pori tersebut berpotensi terisi
oleh fluida baik minyak, air, atau gas. Karena adanya pengaruh gravitasi
maka reservoir bagian bawah biasanya memiliki saturasi air paling besar,
bagian tengah memiliki saturasi minyak terbesar, dan bagian paling atas
memiliki saturasi gas paling besar.

Manfaat dilakukan pengukuran saturasi fluida dalam kondisi lapangan


adalah untuk memperkirakan besarnya cadangan hidrokarbon baik initial oil
in place maupun initial gas in place, untuk mengetahui batas antara air dan
minyak, serta bisa mengetahui ketinggian air dan minyak.

IV.8 KESIMPULAN

1. Besar kecilnya kandungan reservoir diketahui dari nilai-nilai saturasi


fluida pada sample (core) dengan metode destilasi.
2. Dari data ini dapat dicari nilai saturasi minyak dan saturasi air, jika ada
sisa maka itu adalahh saturasi gas.
3. Berat minyak didapatkan dari berat core jenuh dikurang dengan fluida
tertampung dan core kering
4.

39
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

BAB V

PRAKTIKUM SIEVE ANALYSIS

V.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menentukan keseragaman butiran pasir pada batuan.


2. Mengtehui peralatan yang digunakan dalam penentuan keseragaman
butiran pasir.
3. Memahami metode atau cara apa saja yang digunakan.

V.2 TINJAUAN PUSTAKA

Permasalahan kepasiran sering terjadi pada sumur yang sudah lama


beroperasi dan sumur dengan formasi yang pengendapannya relative muda.
Hampir seluruh lapangan di Indonesia merupakan lapangan Brown Field dan
memiliki formasi pada tertiary basin. (Kusumastuti, 2000; Satyana dan
Purwaningsih, 2003)
Sieve analysis merupakan kegiatan rutin laboratorium yang dilakukan
pada sampel pasir formasi untuk pemilihan pasir kemasan kerikil dengan
ukuran yang tepat. Sieve analysis terdiri dari penempatan sampel formasi di
bagian atas rangkaian saringan yang memiliki ukuran mata jaring yang
semakin kecil ke bawah dalam tumpukan saringan. Setelah meletakkan
tumpukan ayakan dalam mesin getar, butiran pasir dalam sampel akan jatuh
melalui saringan sampai menemukan saringan yang tidak dapat dilewati
ukuran butir tertentu karena bukaan pada saringan terlalu kecil. Dengan
menimbang saringan sebelum dan sesudah pengayakan, berat sampel formasi,
yang ditahan oleh setiap saringan ukuran, dapat ditentukan. Persentase bobot
kumulatif tiap sampel yang tertahan dapat diplot sebagai perbandingan
ukuran kasa pada koordinat semilog untuk mendapatkan plot distribusi
ukuran pasir. Tabel 2.1 memberikan referensi untuk ukuran mata jaring vs.
bukaan saringan (petrowiki.spe.org)

40
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Sieve analysis merupakan penentuan presentase berat butiran agregat


yang lolos dari suatu set sieve. Didalam tahap penyelesaian suatu sumur
sangat di anjurkan untuk melakukan pengontrolan terhadap pasir yang
terproduksi bersama fluida produksi, karena jika hal tersebut tidak di lakukan
maka akan menimbulkan beberapa permasalahan pada peralatan produksi
selain itu bisa menyebabkan penyumbatan pada dasar sumur, sehingga hal
tersebut akan berpengaruh terhadapap jumlah produksi yang akan diperoleh.
(Erina Suhartini, 2012)
Menurut (FADER et al., 1992) terdapat masalah yang disebabkan oleh
kepasiran yaitu:
1. Kepasiran produksi turun drastic akibat naiknya butiran pasir tersuspensi
dalam fluida produksi.
2. Pembengkokan selubung atau liner akibat terbentukya rongga-rongga di
sekitar lubang perforasi karena psir terproduksi terus-menerus ke
permukaan.
3. Pengikisan atau erosi pada peralatan produksi di bawah permukaan dan
atas permukaan.
Adapun penyebab terjadinya kepasiran menurut ilmu mekanistik menurut
(Penberthy et al., 1978) adalah:
1. Shear Failure, shear failure merupakan mekanisme terlepasnya butiran
pasir akibat dari gaya gesekan fluida. Besarnya gaya gesekan ditentukan
oleh viskositas dan laju produksi fluida.
2. Tensile Failure, tensile failure merupakan mekanisme terlepasnya butiran
pasir akibat penurunan tekanan pori dalam formasi.
3. Cohesive Failure, cohesive failure merupakan mekanisme terlepasnya
butiran pasir akibat material material pengikat (semen) antara butiran yang
tidak cukup kuat dalam menahan antar butiran pasir.
Formasi lepas merupakan fromasi yang tidak memiliki sementasi yang
baik, dan merupakan suatu system yang tidak stabil sehingga daya ikat antar
butiran yang ada pada batuan sangat kecil, sedangkan formasi kompak
merupakan formasi yang memilki semenetasi yang baik dan merupakan suatu

41
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

system yang stabil sehingga daya ikat antar butiran pada formasi yang ada
pada batuan besar. (Erina Suhartini ,2012)
Suatu formasi batu pasir dikatakan mempunyai kekompakan yang tinggi
apabila fromasi tersebut mempunyai derajat sementasi batuan pasir yang
tinggi pula, dimana, derajat sementasi batuan menunjukan kadar shale di
dalam batuan. Apabila kadar di dalam batuan cukup tinggi, maka ikatan
antara batuan matriks akan lebih baik.

Mesh 20 Mesh 40 Mesh 60

Mesh 120 Mesh 200

Gambar 5. 1 Sampel batuan pasir (dok pribadi, 2020)

Metode yang umumnya di gunakan untuk menanggulangi masalah


kepasiran yaitu penggunaan soletted atau screen liner, dan gravel packing
yang tepat. Tujuan dipasangnya gravel pack yaitu untuk mencegah produksi
pasir dari formasi yang unconsolidated atau weakly cemmented tetapi rate
produksi dari sumur tersebut masih cukup besar. Operasi gravel pack dapat
menahan pergerakan pasir namun gagal meningkatkan kapasitas produksi.
(Atmiaji, 2003)
Berkurangnnya permeabiitas di depan zona produktif yang diakibatkan
oleh bercampurnya partikel partikel halus dengan gravel, merupakan factor
kegagalan gravel pack dalam meningkatkan kapasitas produksi. Percampuran

42
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

partikel-partikel ini dapat terjadi baik pada operasi gravel packing sedang
berjalan maupun sesudahnya.
Pemilihan besar keseragaman menurut Schwartz yaitu:
▪ C < 3 merupakan pemilihan yang seragam
▪ C > 5 merupakan pemilihan yang jelek
▪ 3 < C < 5 merupakan pemilihan yang sedang (Erina Suhartini, 2012)

V.3 TABEL ALAT DAN BAHAN

A. Alat
Tabel 5. 1 Peralatan praktikum sieve analysis

No Nama Gambar
1. Timbangan digital

2. Alat penggoncang
(shaker)

3. Tyler sieve ASTM


“Pan”(4, 10,
20,40,60,120,200)

4 Mortal dan pastle

43
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Tabel 5. 2 Bahan praktikum sieve analysis

No Nama Gambar
1. Core

V.4 PROSEDUR PERCOBAAN

1. Ambilkan core yang sudah kering kemudian bebaskan core tersebut dari
minyak.
2. Core kemudian dipecah – pecahkan menjadi fragmen kecil - kecil dan di
masukan ke dalam mortal kemudian di gerus menjadi butiran – butiran
pasir.
3. Sediakan timbangan digital 200 gram
4. Sediakan sieve analysis yang telah di bersihkan dengan sikat bagian
bawahnya (hati-hati waktu membersihkan).
5. Susunlah sieve di atas alat penggoncang (shaker) dengan mangkok pada
dasarnya sieve diatur dari yang paling halus diatas mangkok dan yang
paling kasar di puncak.
6. Tuangkan hati-hati pasir batuan reservoir (200 gr) kedalam sieve yang
paling atas, kemudian di pasang tutup dan di keraskan penguatnya.
7. Goncangkan selama 30 menit.
8. Tuangkan isi sieve yang paling kasar (atas) kedalam mangkok kemudian
ditimbang.
9. Tuangkan isi sieve yang paling kasar (berikutnya) ke dalam mangkok,
kemudian timbang berat komulatif.
10. Teruskan cara penimbangan di atas sampai isi seluruh sieve ditimbang
secara komulatif.

44
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

11. Dari berat timbangan secara komulatif dapat di hitung juga berat pasir
dalam tiap – tiap sieve.
12. Ulangi langkah 1 sampai dengan 11 untuk contoh batuan reservoir yang
kedua.
13. Buat tabel dengan kolom, no sieve, opening diameter, % retained
cumulative, percent.
14. Membuat grafik semilog antara opening diameter dengan cumulative
percent retained.
15. Plot hasil yang di dapatkan pada kertas milimeter blok.
16. Dari grafik yang di dapat (seperti huruf S), menghitung:
Dia pada 40 %
Sorting Coefficient = persamaan (5.1)
Dia pada 90 %

45
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

V.5 SOAL ANALISA


1. Apa tujuan dilakukan sieve analysis?
Jawaban:
sieve anaisys dilakukan untuk mengetahui ukuran pasir yang produksi.
Didalam tahap penyelesaian suatu sumur sangat di anjurkan untuk
melakukan pengontrolan terhadap pasir yang terproduksi bersama fluida
produksi.
2. Jelaskan metode apa saja yang di gunakan untuk mengatasi masalah
kepasiran!
Jawaban:
Metode yang umumnya di gunakan untuk menanggulangi masalah
kepasiran yaitu penggunaan soletted atau screen liner, dan gravel
packing yang tepat.
3. Jelaskan hubungan dari percobaan yang di lakukan dengan keadaan
dilapangan!
Jawaban:
Pada kondisi lapangan tujuan dari pengukuran sieve analysis adalah untuk
menangani masalah kepasiran, untuk menangani kepasiran biasanya
dilakukan pemasangan soletted atau screen liner, dan gravel packing
yang tepat. Dalam pemasangan alat tersebut terlebih dahulu harus
diketahui berapa besar ukuran pasir yang terproduksi sehingga bisa
dilakukan pemasngan saringan yang sesuai.
4. Apakah dampak yang dapat ditimbulkan jika adanya pasir yang ikut
terproduksikan bersama fluida produksi?
Jawaban:
Apabila terdapat pasir yang ikut terproduksi maka akan menimbulkan
beberapa permasalahan pada peralatan produksi selain itu bisa
menyebabkan penyumbatan pada dasar sumur, sehingga hal tersebut akan
berpengaruh terhadapap jumlah produksi yang akan diperoleh.
5. Hal apa saja yang mempengaruhi sifat fisik dari batuan dan fluida?

46
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Jawaban:
Sifat fisik batuan dan fluida dapat dipengaruhi oleh komponen penyusun,
proses pembentukan/sedimentasi, tekanan dan temperatur.

V.6 ANALISA
Sampel 1

Tabel 5. 3 Hasil Pengamatan pengukuran


sieve analysis sampel 1
Opening Berat % Berat
No. Sieve Berat (gr)
Diameter Kumulatif Kumulatif

20 0.85 16.6 17.175 8.59%

40 0.425 44.8 61.971 30.99%

60 0.25 61.8 123.775 61.89%

120 0.125 42 165.75 82.88%

200 0.075 0.2 165.975 82.99%

Grafik 5. 1 Opening diameter Vs. Persen berat kumulatif sampel 1

Sorting Coefficient
100.00%
90.00%
80.00%
% Berat Kumulatif

70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

Opening Diameter

47
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Sampel 2
Tabel 5. 4 Hasil Pengamatan pengukuran
sieve analysis sampel 2
No. Opening Berat %Berat
Berat (gr)
Sieve Diameter Kumulatif Kumulatif

20 0.85 19.8 39.9 19.95%

40 0.425 20.2 60.1 30.05%

60 0.25 46.5 106.6 53.30%

120 0.125 47.7 154.3 77.15%

200 0.075 3.6 157.9 78.95%

Sorting Coefficient
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
% Berat Kumulatif

60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

Opening Diameter

Grafik 5. 2 Opening diameter Vs. Persen berat kumulatif sampel 2

48
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Sampel 1
Dia pada 40 %
Sorting Coefficient =
Dia pada 90 %
Dia pada 40 %
C = = 9,125
Dia pada 90 %
C > 5 maka pemilihan butirnya jelek
Sampel 2
Dia pada 40 %
Sorting Coefficient =
Dia pada 90 %
Dia pada 40 %
C = = 10,124
Dia pada 90 %
C > 5 maka pemilihan butirnya jelek

V.7 PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan percobaan sieve analysis dengan


menggunakan sieve shaker. Digunakan dua jenis sampel yaitu batu pasir yang
telah dihancurkan (sampel 1) dan pasir hitam yang biasa digunakan untuk
bahan bangunan (sampel 2). Setelah dilakukan proses sieving selama kurang
lebih 15 menit didapatkan berat sampel pada masing-masing mesh seperti
yang disebutkan pada sub-bab analisa.

Setelah didapatkan data berat sampel pada masing-masing mesh


kemudian bisa ditentukan berat kumulati dan persen berat kumulatif. Setelah
itu plot grafik opening diameter pada sumbu X dan persen berat kumulatif
pada sumbu Y. Dari grafik tersebut kita bisa menentukan berapa opening
diameter pada persen ke 40% dan persen ke 90% untuk mencari sorting

49
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

coeficient. Setelah dilakukan proses perhitungan didapatkan besarnya sorting


coeficient sampel 1 adalah 9,125 dan sorting coeficient sampel 2 adalah
10,142 Karena sorting coeficient sampel 1 dan sampel 2 keduanya lebih besar
dari 5 maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan butir kedua sampel adalah
buruk.

Pada kondisi lapangan tujuan dari pengukuran sieve analysis adalah


untuk menangani masalah kepasiran, untuk menangani kepasiran biasanya
dilakukan pemasangan soletted atau screen liner, dan gravel packing yang
tepat. Dalam pemasangan alat tersebut terlebih dahulu harus diketahui berapa
besar ukuran pasir yang terproduksi sehingga bisa dilakukan pemasngan
saringan yang sesuai.

Jika tidak segera ditangani masalah kepasiran akan mengakibatkan


berbagai kerugian seperti menimbulkan beberapa permasalahan pada
peralatan produksi selain itu bisa menyebabkan penyumbatan pada dasar
sumur, sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadapap jumlah produksi
yang akan diperoleh.

V.8 KESIMPULAN

1. Pada praktikum ini didapatkan besarnya sorting coeficient sampel A


adalah 9 dan sorting coeficient sampel B adalah 11
2. Karena sorting coeficient sampel A dan sampel B keduanya lebih besar
dari 5 maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan butir kedua sampel
adalah buruk
3. Pada kondisi lapangan tujuan dari pengukuran sieve analysis adalah untuk
mengetahui ukuran saringan yang harus digunakan dalam menangani
masalah kepasiran.

50
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

51
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

BAB VI
PENENTUAN KADAR LARUT SAMPEL FORMASI
DALAM LARUTAN ASAM

VI.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menentukan solubility % berat pasir dan solubility % berat karbonat

2. Mengetahui cara untuk meningkatkan produksi minyak pada batuan

3. Mengetahui asam yang digunakan pada formasi sampel

4. Menentukan berat sampel sebelum pengasaman dan setelah pengasaman.

VI.2 TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi minyak pada batuan


reservoir karbonat adalaha dengan cara pengasaman (acidizing) yaitu dengan
memomakan cairan asam kedalam reservoir. Batuan reservoir yang bisa
diasamkan dengan HCL antara lain : limestone, dolomite, dan dolomite
limestone.(Pratama. M. S. 2014)

Semua asam memiliki suatu persamaan. Asam akan terpecah menjadi ion
positif dan ion hidrogen ketika acid larut dalam air. Ion hidrogen akan
bereaksi dengan batuan calcerous menjadi air dan CO2. Asam yang dipakai
pada indusri perminyakan biasanya adalah asam iorganik(mineral) yaitu
chlorida dan asam flourida atau asam asetat dan asam format. Pada penelitian
terdahulu pernah dilakukan penggunaan asam sulfat namun malah membuat
formasi menjadi rusak.(Pratama. M. S. 2014)

Pada prinsipnya stimulasi dengan pengasaman dapat dibedakan menjadi


dua yaitu :

1. Pengasaman pada perlatan produksi, seperti pada tubing dan flowline


2. Pengasaman pada formasi produktif, seperti pada perforasi dan
lapisan (Pratama. M. S. 2014)

52
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Syarat utama agar asam dapat digunakan pada operasi pengasaman


adalah :

1. Tidak terlampau reaktif pada peralatan logam


2. Segi keselamatan penanganannya harus dapat menunjukkan
indikasi atau jaminan keberhasilan proyek pengasaman ini
3. Harus dapat bereaksi atau melarutkan karbonat atau mineral
endapan lainnya sehingga membentuk soluble product atau hasil-
hasil yang dapat larut.(Pratama. M. S. 2014)

Pengasaman dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di sekitar lubang


sumur sehingga dapat meningkatkan produktivitas sumur. Prinsip kerja asam
adalah melarutkan baik batuan reservoir atau material yang asli disitu maupun
yang masuk kesitu. Pada mulanya acidizing hanya untuk batuan limestone.
Dengan berkembangnya waktu maka pengasaman pada lapisan sandstone
mulai dilakukan untuk menghilangkan material damage yang ditimbulkan
waktu pemboran maupun completion, workover dan untuk menghancurkan
fines yang timbul dari formasi itu sendiri. Ada tiga syarat agar asam bisa
digunakan untuk stimulasi:

1. Harus bisa bereaksi dengan karbonat dan mineral lain untuk


menghasilkan produk yang bisa melarut
2. Ia harus bisa menghambat karat di peralatan sumur
3. Hal lain seperti aman, biaya, pengadaan, penyimpanan dll (Atmiaji,
2003).
Atmiaji (2003), membagi metode Acidizing menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Acid Washing

b. Matrix Acidizing

c. Acid Fracturing

53
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Gambar 6. 1 Metode Acidizing (Collier et all, 2019)

A. Acid Washing
Acid washing merupakan treatment yang dilakukan untuk
menghilangkan material atau scale di interval produksi, saluran perforasi,
dan area di sekitar lubang sumur. Treatment yang dilakukan ialah
melakukan perendaman dengan menggunakan acid dengan volume yang
kecil yaitu 4-10 m3 (Mike Milligan,1994).

B. Matrix Acidizing
Matrix acidizing dapat didefinisikan sebagai injeksi asam ke dalam
pori-pori lapisan produktif dimana tekanan injeksi berada di bawah
tekanan rekah formasi dengan tujuan agar reaksi menyebar ke formasi
batuan secara radial. Tujuan utama dari matrix acidizing adalah untuk
meningkatkan kapasitas aliran melalui daerah damage di dekat wellbore.
Sebagian besar metode matrix acidizing treatment dilakukan pada batuan
karbonat (limestone/dolomite) dengan menggunakan campuran
hydrochloric acid (HCl) dan aditif dimana jenis asam ini lebih
menguntungkan untuk memperbaiki permeabilitas (Harry O, 1984).

54
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

C. Acid Fracturing
Acid Fracturing adalah metode stimulasi sumur dengan menggunakan
asam HCL dan asam organic seperti formic acid (HCOOH) dan acetic
acid (CH3COOH). Fluida diinjeksikan pada tekanan di atas tekanan rekah
sehingga menghasilkan rekahan yang diharapkan menghasilkan
konduktivitas yang besar. Larutan asam akan memasuki rekahan dan
melarutkan mineral batuan disekitarnya membentuk etching. Proses
etching ini diharapkan sedemikian rupa untuk membentuk saluran
konduktif yang tidak akan tertutup ketika rekahan mengalami penutupan
pada saat tekanan mencapai closure pressure. Produktivitas suatu sumur
berdasar pada acid fracturing treatment yang sering kali susah diprediksi
khususnya reservoir gas. Dimensi rekahan yang terbentuk pada dasarnya
dipengaruhi oleh kinetika reaksi asam pada rekahan, jenis, dan volume
asam yang digunakan (Bert B. Williams, 1979).

D. Jenis asam yang sering digunakan dalam Acidizing


1. Organic acid
a. Acetic Acid (CH3COOH)
Asam jenis ini digunakan untuk pengasaman batuan karbonat
dengan laju reaksi lebih lambat dibandingkan dengan HCl, karena
derajat ionisasinya lebih kecil. Asam acetic lebih mahal dibandingkan
HCl dan tidak bersifat korosif terhadap peralatan sumur, sehingga dapat
dibiarkan lama dalam tubing maupun casing (K.M. Fedorov, 2010).

b. Format Acid (COOH)


Jenis asam ini termasuk asam organik yang yang lambat bereaksi
dan terionisasi secara lemah. Sifat asam formik mirip dengan asam
acetic, tetapi pada temperatur tinggi asam formik lebih korosif
dibanding asam asetic. Keuntungan asam formic yaitu harganya lebih
murah dibandingkan asam asetic (K.M. Fedorov, 2010).

55
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

2. Hydroflouric acid (HF)


Asam hydroflouric tersedia sebagai larutan dengan kosentrasi 40-
70%. Namun untuk keperluan pengasaman, HF biasanya digunakan
bersama-sama atau dicampur dengan HCl. Asam ini mempunyai
kemampuan untuk melarutkan padatan lumpur, mineral-mineral lempung
feldspar dan silika. HF juga bersifat korosi, tetapi tingkat korosifitas dari
campuran asam ini relatif rendah dibandingkan dengan HCl. Asam HF
dapat bereaksi dengan silika dan senyawa-senyawa silika (K.M. Fedorov,
2010).

3. Hydrochloric acid (HCL)


Asam hydrochloric (HCl) merupakan jenis asam yang paling banyak
digunakan dalam operasi pengasaman dilapangan. Secara umum yang
biasa digunakan di lapangan adalah konsentrasi 15 % HCl. Asam jenis ini
akan melarutkan batu gamping, dolomite dan karbonat lainnya. Sedangkan
untuk pengasaman batu pasir digunakan 5-7% HCl (K.M. Fedorov, 2010).

Keuntungan penggunaan asam HCl antara lain memiliki daya reaksi


yang cukup tinggi terhadap batu gamping dan dolomite, serta harganya
relatif lebih murah dibandingkan dengan asam jenis lainnya. Sedangkan
kerugiannya, asam memiliki sifat korosif yang tinggi, terutama pada
temperatur tinggi diatas 250 °F. Oleh karena itu agar temperatur tidak
melebihi tingkat korosifnya, maka pada penggunaan asam HCl biasanya
ditambahkan aditif yaitu corrosion inhibitor sebagai pencegah korosi
(K.M. Fedorov, 2010).

Stimulasi merupakan suatu metoda workover yang berhubungan


dengan adanya perubahan sifat formasi, dengan cara menambahkan unsur-
unsur tertentu atau material lain ke dalam reservoir atau formasi untuk
memperbaikinya. Prinsip penerapan metoda ini adalah dengan
memperbesar harga Ko (permeabilitas minyak) atau dengan menurunkan
harga μo (viskositas minyak), sehingga harga PI-nya meningkat dibanding
sebelum metoda ini diterapkan (K.M. Fedorov, 2010).

56
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Sebelum dilakukan stimulasi dengan pengasaman harus direncanakan


dengan tepat data–data laboratorium yang diperoleh dari sampel formasi,
fluida reservoir dan fluida stimulasi. Sehingga informasi yang diperoleh
dari laboratorium tersebut dapat digunakan engineer untuk merencanakan
operasi stimulasi dengan tepat, pada gilirannya dapat diperoleh
penambahan produktifitas formasi sesuai dengan yang diharapkan. Salah
satu informasi yang diperlukan adalah daya larut asam terhadap sampel
batuan (acid solubility) (Bert B. Williams, 1979).

Metode ini menggunakan teknik grafimetrik untuk menentukan


reaktifitas formasi dengan asam. Batuan karbonat terdiri dari 2 komponen
utama yaitu calcite dan dolomite (K.M. Fedorov, 2010).

Reaksinya terhadap asam sebagai berikut:


CaCO3+2HCL CaCl2 + CO2 + H2O
CaMg (CO3)2+4HCL CaCl2+MgCl2+2H2O+2CO2

57
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

VI.3 TABEL ALAT DAN BAHAN

Tabel 6. 1 Peralatan pengukuran kadar larut sampel formasi


No Nama Gambar

1. Gelas Ukur

2. Erlenmeyer

3. Vacuum Drying Oven

4. Timbangan Digital

Tabel 6. 2 Bahan pengukuran kadar larut sampel formasi

58
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

No Nama Gambar

1. HCL 0,5 M

2. Core Gamping

VI.4 PROSEDUR PERCOBAAN

1. Mengambil sampel core batu gamping.


2. Menimbang berat kering core sebelum diasamkan.
3. Masukan core ke dalam Erlenmeyer 500 ml, kemudian masukan 100 ml
HCL 0,5M dan digoyangkan selama 30 detik hingga CO2 terbebaskan
semua.
4. Pindahkan core dan keringkan core yang telah diasamkan ke dalam oven
kira-kira ½ jam dengan suhu 105 °C (220 °F).
5. Menimbang berat core kering setelah pengasaman.
6. Hitung kelarutan sebagai percent berat dari material yang larut dalam HCL
0,5 M
W −w
% berat solubility = x 100% ...........................................................................................
W

59
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

VI.5 SOAL ANALISA


1. Jelaskan mengapa jenis asam yang dipakai harus sesuai dengan jenis
batuan reservoir?
Jawaban:
Jenis asam yang digunakan untuk proses acidizing harus sesuai dengan
jenis batuan yang akan dilakukan proses stimulasi, karena kalau tidak
sesuai bisa menyebabkan kerusakan formasi.
2. Mengapa perlu dilakukan pengujian larutan asam pada sampel formasi?
Jawaban:
Tujuan dari penentuan kadar larut sampel formasi dalam larutan asam
adalah untuk keperluan stimulasi. Dengan menerapkan prinsip
memperbesar permeabilitas atau menurunkan viskositas sehingga
menaikkan PI. Sebelum dilakukan stimulasi dengan pengasaman harus
dilakukan perencanaan dengan tepat data–data laboratorium yang
diperoleh dari sampel formasi, fluida reservoir dan fluida stimulasi.
Sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk merencanakan operasi
stimulasi dengan tepat, agar diperoleh penambahan produktifitas formasi
sesuai dengan yang diharapkan.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan berat solubility suatu batuan?
Jawaban:
Berat sollubility merupakan perbandingan berat sampel batuan yang
terlarut saat terjadi proses pengasaman dengan sampel batuan awal.
4. Jelaskan mengapa pada saat sampel core dijenuhkan menggunakan HCL
0,5M muncul gelembung?
Jawaban:
Pada saat core dijenuhkan dengan larutan HCL 0,5 M terjadi reaksi antara
batuan karbonat dengan HCL, dan pada reaksi tersebut menghasilkan
CO2, sehingga CO2 menyebabkan muculnya gelembung.
5. Metode apa yang digunakan dalam praktikum ini?
Jawaban:

60
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Pada praktikum ini dilakukan pengukuran kadar larut sampel formasi pada
larutan asam dengan melarutkan sampel batuan menggunakan larutan HCL
0,5 M. Kemudian di keringkan dan timbang lalu dihitung persen berat
sollubility dengan membandingkan berat sampel yang terlarut dengan
sampel awal sebelum dilarutkan.

VI.6 ANALISA
Berat core sebelum proses acidizing (W)

Core Gamping = 42,452 gram


Batu Pasir = 11.0748 gram
Berat core setelah proses acidizing (w)
Core Gamping = 40,541 gram
Batu pasir = 9.4969 gram
% Berat Solubility=(W-w)/W×100%
Sampel 1
% Berat Solubility=4,48%
Sampel 2
% Berat Solubility=14,24%

VI.7 PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakuakan pengukuran kadar larut sampel formasi


dalam larutan asam, dengan menggunakan dua sampel yaitu Sampel 1 ( core
gamping karbonat ) dan sampel 2 ( batu pasir ). Prinsip pengukuran ini yaitu
dengan menentukan berat sampel sebelum dan sesudah dilakukan proses
pengasaman agar bisa diketahui berapa banyak sampel yang terlarut saat
dilakukan proses pengasaman.

Proses pelarutan kedua sampel dilakukan dengan HCL 0,5 M karena


cepat bereaksi dengan karbonat dan harganya yang terjangkau. Setelah
sampel diasamkan selanjutnya yaitu dilakukan proses pengeringan dalam

61
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

oven selama 30 menit dengan termperatur 105 oC, kemudian angkat dari oven
dan timbang kembali sampel setelah diasamkan.

Berdasarkan analisa data percobaan yang telah dilakukan didapatkan


nilai dari berat sampel sebelum pengasaman pada batu pasir adalah sebesar
11.0748 gram, dan berat sampel setelah pengasaman paa batu pasir adalah
sebesar 9.4969 gram. Untuk mendapatkan % solubility adalah berat sampel
sebelum pengasaman dikurangi berat sampel setelah pengasaman lalu dibagi
berat sampel sebelum pengasaman dan dikali 100%. Maka % solubility
sampel batu pasir adalah 14.24%.

Dan berat sampel gamping sebelum pengasaman adalah sebesar


42,452gram dan berat sampel setelah pengasaman adalah sebesar 40,541
gram. Untuk mendapatkan % solubility adalah berat sampel sebelum
pengasaman dikurangi berat sampel setelah pengasaman lalu dibagi berat
sampel sebelum pengasaman dan dikali 100%. Maka % solubility sampel
core gamping adalah 4.48%.

Dari % berat sollubility kedua sampel tersebut dapat dilihat bahwa %


sollubility batu pasir lebih besar dari core gamping karbonat. Seharusnya jika
dilarutkan dengan HCl yang paling banyak bereaksi adalah core gamping
karbonat, perbedaan yang terjadi pada hasil praktikum kami terjadi karena
yang digunakan dalam praktikum ini adalah batu pasir dan bukan core batu
pasir sehingga hasil dari % kelarutan berbeda dari yang seharusnya. Penyebab
lainnya yaitu karena sampel yang digunakan sudah digunakan untuk beberapa
kali proses pelarutan sehingga hasilnya kurang akurat.

Pada kondisi lapangan tujuan dari penentuan kadar larut sampel formasi
dalam larutan asam adalah untuk keperluan stimulasi. Stimulasi merupakan
suatu metoda workover yang berhubungan dengan adanya perubahan sifat
formasi, dengan cara menambahkan unsur-unsur tertentu atau material lain ke
dalam reservoir atau formasi untuk memperbaikinya, dengan menerapkan

62
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

prinsip memperbesar permeabilitas atau menurunkan viskositas sehingga


menaikkan PI.

Pengasaman dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di sekitar lubang


sumur sehingga dapat meningkatkan produktivitas sumur. Prinsip kerja asam
adalah melarutkan baik batuan reservoir atau material yang asli disitu maupun
yang masuk kesitu. Acid washing merupakan treatment yang dilakukan untuk
menghilangkan material atau scale di interval produksi, saluran perforasi, dan
area di sekitar lubang sumur.

Sebelum dilakukan stimulasi dengan pengasaman harus dilakukan


perencanaan dengan tepat data–data laboratorium yang diperoleh dari sampel
formasi, fluida reservoir dan fluida stimulasi. Sehingga informasi yang
diperoleh dari laboratorium tersebut dapat digunakan untuk merencanakan
operasi stimulasi dengan tepat, agar diperoleh penambahan produktifitas
formasi sesuai dengan yang diharapkan.

63
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

VI.8 KESIMPULAN

1. Pada prkatikum ini didapatkan % berat sollubility sampel 1 sebesar


14,24% serta % berat sollubility sampel 2 sebesar 4,48%
2. Persen berat sollubility batu pasir lebih besar dari core gamping karbonat
karena yang digunakan dalam praktikum adalah batu pasir dan bukan core
batu pasir, serta sampel yang digunakan sudah beberapa kali digunakan
untuk proses pengasaman sehingga hasilnya kurang akurat
3. Pengasaman dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di sekitar lubang
sumur sehingga dapat meningkatkan produktivitas sumur.

64
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

BAB VII

PEMBAHASAN UMUM

Dalam praktikum analisa inti batuan yang tekah dilakukan ini


dibahasmengenai porositas, saturasi, serta permeabilitas batuan, sieve analysis,
serta penentuan kadar larut sample formasi dalam larutan asam pada sample
batuan reservoir.

Porositas sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran atau nilaiyang


menyatakan besar rongga (pori) yang terdapat pada suatu formasi. Secara
geologi porositas terbagi atas porositas primer dan porositas sekunder. Secara
teknik reservoir porositas terbagi atas porositas absolut dan porositas
efektif.Untuk mengukur nilai porositas digunakan dua macam metode yaitu
metode menimbang dan metode Gas porosimeter. Tujuan mengetahui
porositas dalam dunia perminyakan adalah untuk mengetahui estimasi
cadangan dalam reservoir, karena porositas merupakan tempat dari crude oil
tersebut.Saturasi diartikan sebagai jumlah kejenuhan fluida dalam batuan
reservoir. Atau dapat dikatakan juga sebagai nilai perbandingan antara
volumesuatu fluida yang mengisi pori-pori dengan nilai seluruh pori yang
terdapat pada batuan tersebut.

Secara sederhana saturasi dibagi atas tiga macam yaitusatuasi air, saturasi
minyak, dan saturasi gas.Sama halnya dengan porositas,tujuan untuk
mengetahui saturasi dalam dunia perminyakan adalah untukmengetahui
estimasi cadangan. Tetapi khusus untuk saturasi ini sendiri, dapatdiketahui
estimasi jumlah masing-masing fluida. Sehingga dapat diketahui secara
signifikan minyak yang akan diproduksi. Porositas memiliki hubungan dengan
saturasi yaitu berbanding lurus,karena porositas merupakan tempat dari
saturasi, semakin besar porositas makasemakin besar saturasinya dan
sebaliknya.

Permeabilitas dalam teknik reservoir diartikan kemampuan suatu batuan


untuk melewatkan fluida melalui pori-pori yang saling berhubungan

65
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

tanpamerusak partikel pembentuk batuan tersebut. Permeabilitas berbanding


lurus dengan viskositas gas, laju aliran gas dan panjang core, dan juga
berbandingterbalik dengan luas penampang core dan beda tekanan yang
bekerja pada core.Tujuan untuk mengetahui permeabilitas dalam dunia
perminyakan adalahuntuk mengetahui klasifikaasi laju alir dilihat dari nilai
permeabilitas yangdiperoleh. Permeabilitas dikatakan mempunyai hubungan
dengan porositas, dengan catatan porositas tersebut merupakan porositas
efektif, sehingga fluida dapat diproduksi.

Untuk Sieve analysis digunakan dalam teknik reservoir guna menentukan


keseragaman butiran, yaitu antara butiran yang halus dan butiran yang kasar,
selain itu juga bertujuan untuk mencegah ataupun menanganinmasalah
kepasiran yang mungkin terjadi pada sumur produksi pada formasiyang tidak
kompak. Beberapa macam cara yang dapat digunakan dalam menanggulangi
masalah kepasiran, yaitu slotted atau screen liner, dan gravel packing. Untuk
menentukan metode mana yang akan dipakai maka perlu diketahui dulu
keseragaman butir pasir yang akan ikut terproduksi nantinya melalui sample
yang kita peroleh.

Sebelum dilakukan stimulasi dengan pengasaman harus direncanakan


dengan tepat data-data laboraturium yang diperoleh dari sample formasi,
fluidareservoir, dan fluida stimulasi, sehingga informasi yang diperoleh
darilaboratorium tersebut dapat digunakan engineer untuk merencanakan
operasistimulasi dengan tepat, pada gilirannya dapat diperoleh penambahan
produktifitas formasi sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu informasi
yang diperlukan adalah daya larut asam terhadap sampel batuan (acid
solubillity). Pengasaman dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di sekitar
lubang sumur sehingga dapat meningkatkan produktivitas sumur.

66
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

BAB VIII

KESIMPULAN UMUM

1. Analisa Inti Batuan adalah tahapan analisa setelah contoh formasidibawah


permukaan (core) diperoleh. Tujuan daripada Analisa Inti Batuan untuk
menetukan secara langsung informasi tentang sifat-sifat fisik batuan dalam
pemboran eksplorasi dapat digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan
dapat diproduksikan hidrokarbon dari suatu sumur.
2. Kegiatan yang biasanya dilakukan untuk menganalisa reservoir adalah
Analisa Core Analisa Cutting dan Analisa Logging.
3. Coring merupakan kegiatan atau usaha untuk mendapatkan contoh batuan
dari formasi bawah permukaan.
4. Dengan mengetahui nilai porositas efektif dari suatu core dapat
diperkirakan jumlah cadangan fluida yang terdapat didalam reservoir.
5. Beberapa faktor yang mempengaruhi porositas adalah sudut kemiringan
batuan, ukuran butiran batuan, bentuk butiran, lingkungan pengendapan,
komposisi mineral pembentuk batuan.
6. Setelah diketahui nilai porositas dari core yang diperoleh, maka
perludiketahui nilai saturasi fluida pada core tersebut untuk mengetahui
perbandingan jumlah serta jenis fluida seperti apa yang terkandungdalam
suatu reservoir.
7. Saturasi adalah tingkat kejenuhan fluida dalam reservoir.
8. Saturasi oil merupakan perbandingan antara volume pori core yang
diisioleh oil dengan volume pori total core
9. Saturasi water merupakan perbandingan antara volume pori core yang diisi
oleh water dengan volume pori total core
10. Untuk menanggulangi terjadinya masalah kepasiran pada saat produksi,
maka metode sieve analisis digunakan untuk mengetahui cara
penanggulangannya yang tepat dengan cara mengetahui ukuran
keseragaman butiran pasir agar dapat diketahui ukuran screen liner atau
gravel pack yang tepat.

67
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

DAFTAR PUSTAKA

68
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Pamungkas, J. (2004). Pengantar Teknik Reservoar Migas & Pabum.


Jogjakarta: Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi
Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
Amin, M. M.(2013). Teknik Reservoir dan Cadangan Migas. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Rubiandini, R. (2009). Teknik Operasi Pemboran. Teori Umum Semen


dan Penyemenan. Bandung: ITB.
Petrowiki.spe.org
Pratama, M. S. (2014). Laporan Resmi Analisa Inti Batuan.
Balikpapan:SCRIB
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-08-101019-8.00002-8 Basic Rock and
Fluid Properties. (2016) Fundamentals of Applied Reservoir
Engineering. ISBN 978-0-08-101019-8

Akhmed, Tarekh. (1983). Reservoir Engineering Handbook. USA :


Elsevier.
Craft, B.C., Hawkins. M. 2015. Applied Petroleum Reservoir Engineering.
Massachusetts : Pearson Education.
Keelan, Dare K. (1972). Core Analysis Techniques and Applications.
SPE : Dallas, Texas.
Satter, Abdus, M. Iqbal, Ghulam. (2016). Reservoir Engineering : The
Fundamentals, Simulation, and Management of Conventional and
Unconventional Recoveries. Elsevier : Oxford.
Towler, Brian F. (2002). Fundamental Principles of Reservoir
Engineering. SPE : USA.
Dadang Rukmana, Dedy Kristanto, dan V. Dedi Cahyoko Aji.( 2011).
Teknik Reservoir Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pohon Cahaya.

69
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Adim, Herlan. (1993). Petunjuk Analisa Laboratoeium Sifat Batuan


Reservoir Minyak Dan Gas Bumi. Jakarta: Laboratorium
Eksploitasi.

Ahamad, Tarekh. (1946). Reservoir Engineering Handbook Second


Edition. Gulf Professional Publishing.

Jerry L. Jensen, David V. Hinkley, W lake. (1987). A Statistical Study of


Reservoir Permeability: Distributions, Correlations, and Averages.
SPE Formation Evaluation. 2. 04.

W. Tanikawa dan T. Shimamoto. (2006). Hydrology and Earth System


Sciences Discussions, “Klinknberg Effect for Gas Permeability and
its Comparison to Water Permeability for Porous Sedimentary
Rocks”, Mei, Japan.

Ariadji, Tutuka, Ir., M. Sc., Ph. D. Catatan Kuliah : TM210 Mekanika


Reservoir. Bandung : Penerbit ITB.

Amyx, J. W, Bass, D. M. Jr., Whiting, R, R. L(1960). , “Petroleum


Reservoir

Engineering”, Mc. Graw-Hill Book Co., Toronto-London.

Saptoyoso, Iben. (2013). Laporan Akhir Mekanika Laboratorium.


Pekanbaru.

Kamal N. Jha. (1984). in Energy Developments: New Forms, Renewables

Conservation, Canada.

Chao, Zimming, dkk. (2020). Experimental research on stress-dependent

permeability and porosity of compact sandstone with different


moisture saturations, China.

NikolaevM.Y. (2019). Liquid saturation evaluation in organic-rich


unconventional reservoirs: A comprehensive review, Moscow.

70
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Erina Suhartini.(2012). .“Sieve Anaysis”.

Atmiaji. (2003).“Teknik Produksi”. Indonesia: Manajemen Produksi Hulu.

Penberthy, W.L.J., Shaughnessy, C.M., Gruesbeck, C., Salathiel, W.M.,


(1978).

Sand Consolidation Preflush Dynamics. Spe 30, 845– 850.


doi:10.2118/6804-PA

Kusumastuti A., Darmoyo A. B., Suwarlan W., Sosromihardjo S. P. C.


(2000). The Wunut Field Pleistocene Volcaniclastic Gas Sands in
East Java, 1982

FADER, P.D., SURLES, B.W., SHOTTS, M.J., LITTLEFIELD, B.A.,


USA, T.,INC, T., 1992. New Low-Cost Resin System for Sand and
Water Control. Spe West. Reg. Mtg. (Bakersfield, Calif, 3/30/92-
4/1/92) Proc. 259– 264. doi:10.2523/24051-MS

Atmiaji. (2003). “Teknik Produksi”. Indonesia: Manajemen Produksi Hulu

Collier et all. (2019). Matrix Acidizing. South West Florida: Conservency


of South West Florida

Milligan, Mike. (1994). “Well Stimulation Using Acids”. Canada:


Petroleum Society of Canada

McLeod Jr, Harry O. (1984). “Matrix Acidizing”: Jurnal of Petroleum


Engineers 5. Fedorov, K.M. dkk. 2010. “Carbonate Acidizing:
Conjunction of Macro and Micro Scale Investigations”. Russia:
Society of Petroleum Engineers

Williams, Bert B. dkk.( 1979). “Acidizing Fundamentals”. New York:


Society of Petroleum Engineers of AIME.

Ridha. M, and Darminto. (2016). Analisis Densitas, Porositas, dan


Struktur Mikro Batu Apung Lombok dengan variasi lokasi dan
kedalaman. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Institut Teknologi

71
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Sepuluh November (ITS), Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111.


Oktober 2016.

B.M. Das, Principles of Foundation Engineering (Second Edition, PWS


Kent Publishing Company, Boston, 1990).

Koesoemadinata, R.P. (1978). Geology Minyak Bumi, Penerbit ITB,


Bandung.

Akhmed, Tarekh. 1983. Reservoir Engineering Handbook. USA: Elsevier.

Saptoyoso, Iben. 2013. Laporan Akhir Mekanika Laboratorium.


Pekanbaru

Ballard, T. et al. (2013). Particle Size Analysis For Sand Control


Application Paper SPE 165119 Presented At The SPE European
Formation Damage Conference And Exhibition Held in
Noordwijk, The Netherlands, 5-7 june 2013.

Advantech Mfg, (2001). Test Sieving: Principle and Procedure. 2450 S


Commerce Drive, New Berlin, Wisconsin 53151, Copyright 2001.

Erina Suhartini. (2012). “Sieve Anaysis”.

Penberthy, W.L.J., Shaughnessy, C.M., Gruesbeck, C., Salathiel, W.M.,


1978. Sand Consolidation Preflush Dynamics. Spe 30, 845– 850.
doi:10.2118/6804-PA

FADER, P.D., SURLES, B.W., SHOTTS, M.J., LITTLEFIELD, B.A.,


USA, T., INC, T., 1992. New Low-Cost Resin System for Sand
and Water Control. Spe West. Reg. Mtg. (Bakersfield, Calif,
3/30/92-4/1/92) Proc. 259– 264.doi:10.2523/24051-MS

72
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS CEPU
LABORATORIUM HULU MIGAS
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Blora, Jawa Tengah

Willian, B. B., J. L. G. & R. S. S. (1979). Acidizing Fundamentals.


Society of Petroleum Engineers of AIME.

Schechter, R. S. (1992). Oil Well Stimulation. New Jersey: Prenticeitall,


Englewood Cliffs.

Bambang, T. (2005). Well Stimulation. Jakarta: PT. Medco E & P


Indonesia.

73

Anda mungkin juga menyukai