DISUSUN OLEH:
NAMA : AKIL HIDAYAT
NIM : 113200032
PLUG :L
Disusun oleh:
NAMA : AKIL HIDAYAT
NIM : 113200032
PLUG :L
4.1. Tujuan
Tujuan penentuan saturasi air dalam suatu formasi tidak lain adalah untuk
mengetahui seberapa banyak atau volume fluida tertentu pada suatu formasi.
Karena dengan data saturasi air, maka dapat diketahui banyaknya suatu fluida
dalam suatu formasi. Dan juga bertujuan untuk mengetahui batas lapisan formasi
yang mengandung minyak atau water oil contact yang kemudian dapat dijadikan
panduan untuk melakukan perforasi pada formasi-formasi tertentu.
Sw= n
√ ∅
a Rw
m
×
Rt
………………………………………………..... (4-6)
Hydrocarbon Saturation
Shc=1−Sw ……………………………………...…………….... (4-7)
Keterangan:
o Sw = Saturasi air o m = Cementation exponent
o Shc = Saturasi hidrokarbon o a = Tortuosity factor
o Rt = True resistivity o n = Saturation exponent
o ∅ = Porositas o Rw = Water resistivity
Determinasi harga Rw dapat ditentukan dengan berbagai metode
diantaranya dengan menggunakan metode crossplot resistivitas-neutron,
resistivitas-sonic dan resistivitas-densitas. Harga Rw juga dapat dihitung dengan
menggunakan rumus SSP (statik SP) dan rumus Archie, serta dari percobaan di
laboratorium.
Rumus SSP dipakai jika terdapat lapisan mengandung air (water-bearing)
cukup tebal dan bersih, serta defleksi kurva SP yang baik. Keakuratan dari
penentuan harga Rw dengan metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
1. Komponen elekrokinetik dari Sp diabaikan.
2. Rmf kadang-kadang jelek (filtrasi lumpur tidak baik).
3. Hubungan antara Rwe-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang tinggi.
Berdasarkan hal tersebut serta rekaman penampang mekanik pada daerah
penelitian tidak mempunyai kurva defleksi SP yang cukup baik, maka di dalam
formasi kandungan air, kejenuhan air adalah 1 di daerah murni dan terkontaminasi
Sw = Sxo = 1, sehingga rumus Archie menjadi:
Rt
Rwa= ………………………………………………………….... (4-8)
F
Keterangan:
Rwa = Resistivitas formasi (apparent resistivity)
Rt = True Resistivity
F = Faktor formasi
Menggunakan Rt/Rxo
Rt
Rw= × Rmf @ Tf …………………………………………….. (4-9)
Rxo
Keterangan :
Rw = Resistivity water
Rxo = Nilai resistivity dangkal dari log
Rt = True Resistivity
Rmf@Tf = Resistivitas lumpur pada formasi
Metode SP
Rmf
SSP=−K log …………………………………………..…. (4-10)
Rw
Pada zona air (SW = 1), Rxo = F x Rmf, dan Ro = F x Rw.
Rxo
SP=−K log …………………………………………….… (4-11)
Ro
Keterangan:
K = 60 + (0,133 x temperatur formasi)
Rxo = Nilai resistivity dangkal dari log
Ro = Nilai resistivity pada zona 100% air (Ro = Rt ketika Sw = 100%)
Metode Pickett Plot
Metode Pickett Plot didasarkan pada observasi bahwa nilai Rt (true
resistivity) adalah fungsi dari nilai porositas (), saturasi air (Sw), dan faktor
sementasi (m). Metode ini menggunakan crossplot nilai porositas dan nilai
resistivity dalam (ILD atau LLD).
Tabel IV-1.
Harga A & M Batuan Karbonat
True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matrik dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun, ketika sebagian dari pori
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengali beberapa faktor tambahan (F’).
Ro=F ' × Rt ………………………………………………………. (4-12)
Keterangan:
Ro = Nilai resistivity pada zona 100% air (Ro = Rt ketika Sw = 100%)
Rt = True resistivity
F’ = Faktor tambahan
Ro Fr × R w a R
Sw n = = = m × w …………………………………..... (4-13)
Rt Rt Ф Rt
Keterangan:
o Rt = True resistivity o Rw = Water resistivity
o ∅ = Porositas o Sw = Saturasi air
o m = Cementation exponent o Ro = Nilai resistivity pada zona 100%
o a = Tortuosity factor air (Ro = Rt ketika Sw = 100%)
o n = Saturation exponent
[√ ( ) ]
2
0,4 . R w 5 . ϕe V sh V sh
Sw = + − …………………………………. (4-16)
ϕe2 R w . Rt R sh Rsh
Keterangan:
o Rt = True resistivity o Sw = Saturasi air
o ∅ = Porositas o Rsh = Resistivitas shale
o Rw = Resistivity water o Vsh = Volume shale
Sw =
[√ 0,8 Rw q 2 q
. +
Фs2 R t 2
−
2() ] ………………………………………………… (4-
(1−q )
17)
Keterangan:
Sw = Saturasi air
∅ = Porositas
Rt = true resistivity
Rw = Resistivity water
Dimana q dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini.
( Фs −Фd )
q= ……………………………………………………… (4-18)
Фs
Menghitung porositas efektif dengan persamaan di bawah ini.
Фe =Ф d−V sh . Ф sh …………………………………………….. (4-19)
Metode dispersed clay ini memiliki kelebihan diantaranya adalah,
metode ini baik digunakan pada shaly sand formation, selain itu cara persebaran
shale atau clay sudah diperhitungkan sehingga hasil perhitungan tentunya akan
lebih baik dan juga metode ini masih menunjukkan hasil yang cukup baik pada
kasus laminated shale. Metode dispersed clay ini selain memiliki beberapa
kelebihan tentu masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah, metode
ini dibuat untuk kasus tertentu, maka metode ini hanya dapat diaplikasikan pada
kasus tertentu saja, tidak dapat secara umum dan dalam kasus ini hanya berlaku
pada dispersed clay saja.
[ ]
d m/ 2
1 V Ф
= sh + e ………………………………………...…… (4-20)
√ R t √ R sh √ a . R w
V sh
d=1− atau d=1 …………………………………………... (4-21)
2
Metode Indonesia ini memiliki kelebihan diantaranya adalah pada
metode ini kehadiran shale sudah mulai diperhitungkan. Selain itu, metode ini
sangat baik dalam melakukan perhitungan saturasi air pada formasi yang
mengandung low salinity water / fresh water. Metode Indonesia ini selain
memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki beberapa kekurangan
diantaranya adalah bahwa metode ini hanya dapat men-cover zona salinitas
rendah. Selain itu, metode ini tidak memperhitungkan cara persebaran dan jenis
shale yang ada. Padahal jenis shale yang berbeda tentu akan menyebabkan
dampak yang berbeda pula pada pembacaan log.
4.3. Data dan Perhitungan
4.3.1. Data
(1) Data 1
a. Depth BHT = 1850 m
b. Depth yang dianalisa = 1784 m
c. Temperature Surface (Ts) = 75 ºF
d. Hole Diameter (HD) = 12 1/4 inch
e. Invantion Diameter (di) = 30 inch
f. Bed Thickness = 10 ft
g. ESSP = 73,32 mV
h. BHT = 219.6 ºF
i. Faktor koreksi = 1,042
4.3.2. Prosedur Perhitungan
Penentuan Rw
1. Menentukan ketebalan lapisan yang akan dianalisa.
2. Menghitung temperature formasi (Tf) :
Tf = Ts +
(
BHT −Ts
DepthBHT
xKedalaman. .analisa )
3. Menentukan harga Rm, Rmf dari log resistivity (SHALLOW
LATEROLOG) kemudian mengoreksi harga Rmf tersebut dengan
formasinya :
R chart xTs
Rmf = Tf
Rmf corr = 0.75 x Rmf
4. Menentukan harga Kc :
Kc = 61 + ( 0.1333 x Tf )
5. Menentukan Rweq :
R mfc
|ESSP /Kc|
Rweq = 10
6. Menentukan Rw dengan grafik SP 2.
Penentuan Sw
1. Menentukan Ri : R (DEEP LATEROLOG)
Rt = Ri (DEEP LATEROLOG) x Faktor Koreksi (grafik SP 1)
2. Menentukan Rclay (DEEP LATEROLOG pada kedalaman GR max) = 1,8
Ω-m
3. Menentukan Sw (porositas terkoreksi = 0.20, a= 1, Vclay pakai GR log)
1
Sw=
[ ( 2 )
]
Vclay
1-
Vclay Φ∗c
√ Rt +
√ Rclay √ a × Rw
4.3.3. Perhitungan
(1) Perhitungan 1
Penentuan Rw
1. Tf = Ts +
BHT−Ts
DepthBHT(xKedalaman..analisa )
= 75+ ( 219,6−75
1850
× 1784 )
= 214,44 °F
R chart (SHALLOW LATEROLOG) = 3
Ts
Rchart ×
Rmf = Tf
75
= 2×
214,44
= 0,69Ω
2. Rmf cor = 0.75 x Rmf
= 0,75 ×0,29
¿ 0,5 1
3. ESSP (harga maksimum SP log) = 73,32
Ts
Rm @ Ts ×
4. Rm @ Tf = Tf
75
= 1,5 ×
214,44
= 0,52 Ω
5. Kc = 61 + ( 0.1333 x Tf )
= 61+(0,1333× 214,44)
= 89,58
R mfc
|ESSP /Kc|
6. Rweq = 10
0,84
= |723,32/89,58|
10
= 0,078
300
214,44
200
0,090 X 0,091
[ ( 2 )
]
Vclay
1-
Vclay Φ∗c
√ Rt +
3. √ Rclay √ a × Rw
1
[ ( 2 )
]
0 ,685
1−
= 0 ,685 0,30
√2,084 +
√2 √ 1× 0,034
= 0,44
*Gunakan nilai a = 1, m = n = 2, porositas = 0.30
4.3.4. Hasil Tabulasi
Tabel IV-1
Tabulasi Perhitungan Penentuan Saturasi
Rchart Rmf
Depth Tf Rmf Rweq Rw
ILM corr Kc (ͦ F) Rclay Sw
(m) (°F) (Ωm) (Ωm) (Ωm)
(Ωm) (Ωm)
1775 213.73 2 0.7 0.52 89.49 0.026 0.0343 1.9 0.337
1778 213.97 2 0.7010 0.525 89.522 0.079 0.0893 1.95 0.437
1781 214.21 2 0.7002 0.525 89.55 0.075 0.0698 2 0.447
1784 214.44 2 0.69 0.51 89.58 0.078 0.09 2 0.44
1787 214.67 2 0.698 0.523 89.61 0.029 0.03 1.9 0.299
1789 214.83 2 0.698 0.524 89.637 0.075 0.0765 1.95 0.428
1792 215.06 1.9 0.697 0.523 89.668 0.072 0.07 1.9 0.483
1795 215.30 2 0.696 0.522 89.65 0.072 0.09 1.9 0.438
1798 215.53 2 0.695 0.521 89.7 0.073 0.09 1.9 0.453
1799 215.62 1.8 0.696 0.46 89.74 0.066 0.0689 1.9 0.5008
4.4. PEMBAHASAN
Praktikum yang dilaksanakan pada acara kedua berjudul “Penentuan
Saturasi Air”. Tujuan dari pratikum ini adalah untuk untuk mengetahui nilai
saturasi air pada formasi yang bertujuan untuk mengetahui banyaknya fluida pada
suatu formasi. Saturasi air adalah perbandingan volume pori batuan yang diisi
fluida dengan volume pori batuan total. Pada praktikum ini menggunakan metode
tidak langsung yaitu dengan menginterpertasikan data menggunakan Spontaneous
Potential Log dan Gamma Ray Log. Penentuan saturasi air terbagi menjadi
beberapa metode antara lain: metode Archie, metode Simandoux, metode
Waxman-Smith, metode Waxman-Smits-Juhasz, metode Bulk volume water,
persamaan indonesia water saturation.
Parameter-parameter yang didapatkan dengan metode Spontaneous
Potential Log berupa resistivitas air, resistivitas clay, dan resistivitas total,
demikian juga pada Gamma Ray Log juga didapatkan parameter yang akan
digunakan dalam penentuan harga saturasi air. Dikarenakan Gamma Ray Log
mempunyai prinsip pengukurannya mendeteksi arus yang ditimbulkan oleh
ionisasi yang terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi dengan gas
ideal pada sonde, yang digunakan untuk mengevaluasi kadar kandungan clay
sebagai intrepretasi data logging. Spontaneous Potential Log digunakan untuk
menentukan harga resisitivitas air formasi (Rw) dan membedakan yang mana
lapisan bersih dan shale.
Spontaneous Potential Log dan Gamma Ray log pada penentuan saturasi
air digunakan untuk mendapatkan data shale base line, resistivitas air formasi,
maupun volume shale. Metode yang digunakan pada praktikum kali ini untuk
mendapatkan harga saturasi air yaitu dengan menggunakan metode Indonesia
Water Saturation. Metode ini digunakan karena lapangan di Indonesia,
mempunyai harga saturasi yang mendekati dengan metode ini. Kelebihan metode
Indonesian Water Saturation adalah, dapat dengan baik menentukan nilai saturasi
air pada batupasir yang memiliki kandungan dispersed shale, disamping itu
metode ini dapat menentukan saturasi air pada batu pasir yang memiliki porositas
menengah hingga tinggi dengan baik. Adapaun kekurangannya adalah metode ini
belum memperhatikan secara maksimal cara persebaran shale dan jenis shale
sehingga dapat mengurangi nilai keakuratan perhitungan saturasi air.
Adapun pada praktikum ini analisa penentuan saturasi air yang dilakukan
yaitu pada kedalaman 1784 ft dengan harga Tf pada kedalaman tersebut yaitu
214,67 oF, lalu dilakukan perhitungan sehingga didapatlah nilai Rm@Tf yaitu
0,524 Ω. Pada chart log dilakukan pembacaan untuk nilai Rchart (ILM) dan
didapat yaitu 2. Kemudian dilakukan perhitungan sehingga didapat nilai Rmf
sebesar 0,698. Nilai Rmf yang didapat dilakukan koreksi sehingga didapat nilai
Rmf cor sebesar 0,51. Selanjutnya mencari harga Kc dan didapat sebesar 89,58.
Dari data yang telah diperoleh dapat ditentukan nilai Rweq dan didapat sebesar
0,078. Kemudian dari nilai Rweq dilakukan pembacaan pada grafik untuk
mendapatkan nilai Rw, dari hasil pembacaan grafik tersebut didapatkan nilai Rw
sebesar 0,09 Ω. Setelah itu menentukan nilai Rclay dengan melakukan pembacaan
pada chart log ILD pada kedalaman GRmax dan didapatkan sebesar 2. Kemudian
dilakukan perhitungan untuk mencari nilai dari saturasi air (Sw), pada analisa ini
menggunakan metode indonesia equation water saturation dan didapat harga Sw
pada kedalaman 1784 ft sebesar 0.44. Dari nilai saturasi air yang didapat,
menunjukkan bahwa jumlah fluida non-water didalam pori-pori batuan formasi
yang terkandung lebih banyak.
Berdasarkan hasil analisa yang disajikan pada table IV.I dapat dilihat
bahwa pada beberapa kedalaman dominan dijumpai fluida non air pada batuan
formasi hal ini dapat dilihat berdasarkan dari harga Sw yang didapat kurang dari
50%, namun pada kedalaman 1799 m merupakan daerah dengan air yang sangat
dominan dibandingkan fluida non-water dimana harga Sw sebesar 50,08%.
Sedangkan pada beberapa kedalaman lainnya menunjukkan jumlah fluida non-
water didalam pori-pori batuan formasi lebih dominan.
Aplikasi lapangan dari pembahasan mengenai penentuan saturasi air ini
yaitu untuk menentukan saturasi air yang terkandung dalam batuan dimana
nantinya digunakan untuk menentukan OOIP (Original Oil In Place) dan OGIP
(Original Gas In Place) di suatu lapangan migas.
4.5. KESIMPULAN
1. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan besarnya volume air
yang terkandung pada batuan suatu formasi.
2. Penentuan saturasi dapat dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung. Penentuan saturasi secara langsung yaitu dengan menganalisa
sampel core batuan formasi, sedangkan secara tidak langsung yaitu
dengan hasil interpretasi data log.
3. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam perhitungan
penentuan saturasi yaitu metode Archie, metode Simandoux, Dispersed
Clay, dan Indonesian Equation Water Saturation.
4. Dari hasil perhitungan pada kedalam 1784 m, didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tf : 214,44 °F
Rchart ILM :2 Ωm
Rmf : 0,69 Ωm
Rmf cor : 0,51 Ωm
Rm @ Tf : 0,52 Ωm
Kc : 89,58 °F
Rweq : 0,078 Ωm
Rw : 0,09 Ωm
Rclay :2
5. Berdasarkan dari nilai saturasi air yang didapat yatu sebesar 0,299,
menunjukkan bahwa jumlah fluida non-water didalam pori-pori batuan
formasi yang terkandung lebih banyak.
6. Aplikasi lapangan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan saturasi
air yang terkandung dalam batuan dimana nantinya digunakan untuk
menentukan besarnya OOIP (Original Oil In Place) dan OGIP
(Original Gas In Place) di suatu lapangan migas.