Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI


PENENTUAN SATURASI AIR

DISUSUN OLEH:
NAMA : AKIL HIDAYAT
NIM : 113200032
PLUG :L

STUDIO PENILAIAN FORMASI


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI

Disusun untuk memenuhi persyaratan Praktikum Penilaian Formasi tahun


akademik 2021/2022, Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Disusun oleh:
NAMA : AKIL HIDAYAT
NIM : 113200032
PLUG :L

Yogyakarta, April 2022


Disetujui untuk Studio Penilaian
Formasi
Oleh:
Asisten Praktikum

DIONISIUS NOVANDA GUNTUR


113180096
BAB IV
PENENTUAN SATURASI AIR

4.1. Tujuan
Tujuan penentuan saturasi air dalam suatu formasi tidak lain adalah untuk
mengetahui seberapa banyak atau volume fluida tertentu pada suatu formasi.
Karena dengan data saturasi air, maka dapat diketahui banyaknya suatu fluida
dalam suatu formasi. Dan juga bertujuan untuk mengetahui batas lapisan formasi
yang mengandung minyak atau water oil contact yang kemudian dapat dijadikan
panduan untuk melakukan perforasi pada formasi-formasi tertentu.

4.2. Dasar Teori


4.2.1. Definisi Saturasi
Ruang pori–pori batuan reservoir mengandung fluida yang biasanya terdiri
dari air, minyak dan gas. Untuk mengetahui jumlah masing – masing fluida, maka
perlu diketahui saturasi masing – masing fluida tersebut. Saturasi adalah sebagai
perbandingan antara volume fluida tertentu (air, minyak dan gas) terhadap jumlah
volume pori – pori.

4.2.2. Konsep Resistivitas


Resistivitas didefinisikan sebagai daya tahan batuan terhadap arus.
Resistivitas batuan bisa diukur melalui well logging. Ada dua jenis alat untuk
mengukur resistivitas. Lateralog mengukur resistivitas secara langsung dan
induksi yang mengukur konduktivitas. Resistivitas dan konduktivitas memiliki
hubungan dimana C = 1 / R. Batuan reservoir memiliki karakteristik resistivitas
sebagai berikut:
 Matriks batuan : Resistivitas tinggi
 Air formasi : Resistivitas rendah
 Minyak : Resistivitas tinggi
 Gas : Resistivitas tinggi
 Water-based mud filtrate : Resistivitas rendah
 Oil-based mud filtrate : Resistivitas tinggi
Pada dasarnya batuan reservoir memiliki resistivitas yang tinggi. Namun
resistivitas batuan lebih tergantung pada fluida yang mengisi pori batuan. Jika
reservoir terisi minyak/gas, maka resistivitas akan tinggi dan jika terisi air
formasi/water-based mud filtrate, maka resistivitas akan rendah. Resistivitas
adalah pengukuran dasar dari saturasi fluida reservoir dan merupakan fungsi dari
porositas, jenis fluida dan jenis batuan. Hubungan antara resistivitas air (Rw) dan
resistivitas batuan basah (Ro) ditunjukkan dengan persamaan:
F=Ro/ Rw …………………………………......……….... (4–1)
Keterangan:
Rw = Resistivitas air
Ro = Resistivitas batuan basah

4.2.2.1. Profil Resistivitas


 Uninvaded Formation (Formasi Tidak Terinvasi)
Resistivitas di dalam uninvaded formation dan porositas berfungsi
untuk menghitung Sw, sehingga kita bisa menghitung STOOIP (Stock
Tank Original Oil In Place) dengan menggunakan resistivitas dalam
(deep resistivity). Rt biasanya memiliki rentang antara 0.2 hingga 2000
ohm.m.
 Invaded Zones (Zona Invasi)
Zona invasi diukur dengan menggunakan resistivitas dangkal
(shallow resistivity). Zona invasi adalah zona dimana fluida formasi
telah disapu oleh fluida pemboran. Simbol yang digunakan di logging
di dalam lubang sumur bisa dilihat di gambar bawah ini:
Gambar 4.1 Profil Resistivitas

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengukuran Resistivitas

 Tekanan dan Temperatur


Resistivitas berpengaruh besar terhadap temperatur namun sedikit terhadap
tekanan. Semakin tinggi temperatur, maka resistivitas akan semakin kecil.
 Komposisi Garam
Resistivitas fluida formasi tergantung pada konsentrasi dan jenis garam yang
terlarut di dalamnya. Garam terlarut direpresentasikan dengan NaCl ekuivalen
atau biasa disebut salinitas.
Matriks, minyak dan gas adalah insulator listrik, yang tidak dapat
mengalirkan aliran listrik dan mengakibatkan resistivitas dari ketiga benda
tersebut bisa dikatakan tak terhingga jika dimasukkan ke dalam rumus dibawah.
Ro
F= ……………………………………………………………….… (4-2)
Rt
Keterangan:
Ro = Resistivitas pada suatu formasi
Rt = True resistivity
Air garam yang memiliki konsentrasi yang tinggi akan dapat mengalirkan
listrik dengan mudah dibandingkan dengan air tawar. Dalam suatu lapisan batuan,
pori batuan tersebut akan terisi oleh hidrokarbon dan air formasi. Zona air
dominan pada suatu lapisan batuan tersebut akan memiliki konduktivitas lebih
tinggi (resistivitas rendah) dibanding pada zona hidrokarbon dominan.
Resistivity pada suatu formasi (Ro) sendiri akan tergantung pada
formation water resistivity (Rw) dan formation resistivity factor (Fr).
Ro
Fr= ……………………………………………………………...… (4-3)
Rw
Keterangan:
Ro = Resistivitas pada suatu formasi
Rw = Water resistivity
Fr = Formation resistivity factor
Ketika porositas berkurang, jumlah dari air yang dapat mengalirkan listrik
pun akan berkurang, sehingga akan mengakibatkan meningkatnya formation
resistivity (Ro). Oleh karena itu didapatkan bahwa Fr adalah kebalikan dari
porositas (∅ ). Hubungan antara resistivity dan porosity telah diteliti oleh G.E
Archie hingga menemukan bahwa seiring perubahan dalam kompleksitas jaringan
pori mempengaruhi sifat konduktif dari fluida, dan Fr dapat berbeda tergantung
pada tipe reservoirnya. Perubahan tersebut dinyatakan oleh tortuosity factor (a)
dan cementation exponent (m).
a
Fr= m …………………………………………………………...... (4-4)

Keterangan:
∅ = Porositas
m = Cementation exponent
Fr = Formation resistivity factor
a = Tortuosity factor
True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matriks dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun ketika sebagian dari pori
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas, maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengalikan beberapa faktor tambahan (F’).
' Ro
F= ……………………………………………………………… (4-5)
Rt
Keterangan:
Ro = Nilai resistivity pada zona 100% air (Ro = Rt ketika Sw = 100%)
Rt = True resistivity
F’ = Faktor tambahan
F’ dalam persamaan diatas mempresentasikan water saturation (Sw), yang
merupakan persentase dari pori dalam suatu formasi yang ditempati oleh air
formasi yang konduktif. Dengan memasukan beberapa persamaan, maka Sw
dapat dihubungkan dengan fluida dalam suatu formasi tersebut. Sw ini berkaitan
dengan properti oleh eksponen n (saturation exponent) yang biasanya
diasumsikan dengan nilai 2.
Archie Water Saturation

Sw= n
√ ∅
a Rw
m
×
Rt
………………………………………………..... (4-6)

Hydrocarbon Saturation
Shc=1−Sw ……………………………………...…………….... (4-7)
Keterangan:
o Sw = Saturasi air o m = Cementation exponent
o Shc = Saturasi hidrokarbon o a = Tortuosity factor
o Rt = True resistivity o n = Saturation exponent
o ∅ = Porositas o Rw = Water resistivity
Determinasi harga Rw dapat ditentukan dengan berbagai metode
diantaranya dengan menggunakan metode crossplot resistivitas-neutron,
resistivitas-sonic dan resistivitas-densitas. Harga Rw juga dapat dihitung dengan
menggunakan rumus SSP (statik SP) dan rumus Archie, serta dari percobaan di
laboratorium.
Rumus SSP dipakai jika terdapat lapisan mengandung air (water-bearing)
cukup tebal dan bersih, serta defleksi kurva SP yang baik. Keakuratan dari
penentuan harga Rw dengan metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
1. Komponen elekrokinetik dari Sp diabaikan.
2. Rmf kadang-kadang jelek (filtrasi lumpur tidak baik).
3. Hubungan antara Rwe-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang tinggi.
Berdasarkan hal tersebut serta rekaman penampang mekanik pada daerah
penelitian tidak mempunyai kurva defleksi SP yang cukup baik, maka di dalam
formasi kandungan air, kejenuhan air adalah 1 di daerah murni dan terkontaminasi
Sw = Sxo = 1, sehingga rumus Archie menjadi:
Rt
Rwa= ………………………………………………………….... (4-8)
F
Keterangan:
Rwa = Resistivitas formasi (apparent resistivity)
Rt = True Resistivity
F = Faktor formasi
 Menggunakan Rt/Rxo
Rt
Rw= × Rmf @ Tf …………………………………………….. (4-9)
Rxo
Keterangan :
Rw = Resistivity water
Rxo = Nilai resistivity dangkal dari log
Rt = True Resistivity
Rmf@Tf = Resistivitas lumpur pada formasi
 Metode SP
Rmf
SSP=−K log …………………………………………..…. (4-10)
Rw
Pada zona air (SW = 1), Rxo = F x Rmf, dan Ro = F x Rw.
Rxo
SP=−K log …………………………………………….… (4-11)
Ro
Keterangan:
K = 60 + (0,133 x temperatur formasi)
Rxo = Nilai resistivity dangkal dari log
Ro = Nilai resistivity pada zona 100% air (Ro = Rt ketika Sw = 100%)
 Metode Pickett Plot
Metode Pickett Plot didasarkan pada observasi bahwa nilai Rt (true
resistivity) adalah fungsi dari nilai porositas (), saturasi air (Sw), dan faktor
sementasi (m). Metode ini menggunakan crossplot nilai porositas dan nilai
resistivity dalam (ILD atau LLD).

4.2.3. Dasar Penentuan Saturasi Air Archie


Pada percobaan Archie menggunakan batu gamping, nilai a (eksponen
tortuosity) dan m (eksponen sementasi) selalu konstan (a=1 dan m=2). Untuk,
batu pasir akan berbeda pula nilai a dan m-nya. Pada umumnya a dan m yang
digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel IV-1.
Harga A & M Batuan Karbonat
True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matrik dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun, ketika sebagian dari pori
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengali beberapa faktor tambahan (F’).
Ro=F ' × Rt ………………………………………………………. (4-12)
Keterangan:
Ro = Nilai resistivity pada zona 100% air (Ro = Rt ketika Sw = 100%)
Rt = True resistivity
F’ = Faktor tambahan

F’ dalam persamaan diatas merepresentasikan water saturation (Sw), yang


merupakan persentase dari pori dalam suatu formasi yang ditempati oleh air
formasi yang konduktif. Dengan memasukan beberapa persamaan, maka Sw dapat
dihubungkan dengan physical properties dan konduktif properti (fluida) dalam
suatu formasi tersebut. Sw ini berkaitan dengan properti oleh eksponen n
(saturation exponent) yang biasanya diasumsikan dengan nilai 2 pada metode
Archie.

Ro Fr × R w a R
Sw n = = = m × w …………………………………..... (4-13)
Rt Rt Ф Rt
Keterangan:
o Rt = True resistivity o Rw = Water resistivity
o ∅ = Porositas o Sw = Saturasi air
o m = Cementation exponent o Ro = Nilai resistivity pada zona 100%
o a = Tortuosity factor air (Ro = Rt ketika Sw = 100%)
o n = Saturation exponent

4.2.4. Metode-Metode Penentuan Rw


 Metode Rasio Resistivitas
Pada metode ini harga Rw tidak tergantung dari porositas. Dari persamaan
kejenuhan Archie dapat diperoleh suatu persamaan Sw sebagai fungsi rasio dari
resistivitas daerah terinvasi (Invaded Zone) dengan resistivitas daerah tak
terinvasi (Uninvaded Zone). Kemudian analisa secara kuantitatif dapat meliputi
analisis porositas, tahanan jenis air formasi, tahanan air formasi, saturasi,
permeabilitas, dan ketebalan lapisan produktif. Determinasi harga Rw dapat
ditentukan dengan berbagai metode diantaranya dengan menggunakan metode
cross-plot resistivitas-neutron, resistivitas-sonic, dan resistivitas-densitas. Harga
Rw juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus SSP (statik SP) dan rumus
Archie, serta dari percobaan di laboratorium. Keakuratan dari penentuan harga
Rw dengan metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Komponen elekrokinetik dari SP diabaikan.
b. Rmf kadang-kadang jelek (filtrasi lumpur tidak baik).
c. Hubungan antara Rwe-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang
tinggi.
Pada lapisan yang mengandung air dengan kondisi yang bersih dan
menunjukkan harga Rwa paling kecil serta mendekati harga Rw sumur terdekat,
merupakan harga Rw pada interval yang dievaluasi (Schlumberger, 1986;
Abdurrahman C, dkk, 2008).

4.2.5. Metode-Metode Penentuan Saturasi Air


4.2.5.1. Automatic Compensated Method
Metode ini pada dasarnya menggunakan data sonic porosity dan
Induction resistivity langsung ke dalam rumus Archie. Efek dari porositas yang
dihitung sonic log dijadikan faktor kompensasi untuk mengoreksi perhitungan
saturasi (Dewan, J. T., 1983). Metode ini cocok digunakan untuk dispersed shale
dan batuan berporositas tinggi (Dewan, J. T., 1983). Metode Automatic
Compensation ini hanya menggunakan log resistivitas dan log sonic dalam
melakukan analisis saturasi air. Kehadiran shale dalam metode ini diduga
mengakibatkan pembacaan Rt menjadi terlalu kecil dan membuat pembacaan Φs
terlalu tinggi, kedua faktor tersebutlah yang dapat membuat kesalahan pada
penentuan nilai saturasi air (Dewan, J. T., 1983). Meskipun demikian penelitian
tentang porositas tetap membutuhkan adanya koreksi atas kehadiran shale untuk
mendapatkan nilai porositas efektif. (Dewan, J. T., 1983). Dalam menentukan
nilai saturasi air, metode ini menggunakan persamaan di bawah ini
Sw =0,9 √ R w /R t /Фs …………………………………………...… (4-14)
Фe =Ф s−V sh . Фssh ……………………………………………… (4-15)
Keterangan:
o Rt = True resistivity o Rw = Resistivity water
o ∅ = Porositas o Sw = Saturasi air
o Rt = True resistivity

Metode Automatic Compensation ini memiliki kelebihan diantaranya


adalah, metode ini dapat dengan baik menentukan nilai saturasi air pada batu pasir
yang memiliki kandungan dispersed shale, selain itu metode ini juga dapat dengan
baik menentukan saturasi air pada batu pasir yang memiliki porositas menengah
hingga tinggi. Metode Automatic Compensation ini selain memiliki beberapa
kelebihan tentu masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah bahwa
pada metode ini cara persebaran shale dan jenis shale yang belum diperhatikan
secara maksimal sehingga dapat mengurangi nilai keakuratan perhitungan saturasi
air.

4.2.5.2. Simandoux Method


Pada tahun 1963, Simandoux mempublikasikan persamaan saturasi yang
dibuatnya, dimana pada saat itu banyak berbagai kalangan yang menerimanya.
Persamaan saturasi yang dipublikasikannya ini berdasarkan log resisitivitas, log
densitas dan log neutron (Dewan, J. T., 1983). Metode simandoux menggunakan
log densitas dan log neutron untuk menentukan porositas. Adapun fraksi lempung
dapat ditentukan dari log Gamma Ray, SP dan indikator kehadiran shale lainnya.
Metode ini telah menjadi tulang punggung bagi service company, dan program
interpretasi untuk shaly sand selama 10 tahun terakhir. Metode ini baik digunakan
pada pasir yang mengandung dispersed dan laminated shale.(Dewan, J. T., 1983)
Dalam bentuk yang berbeda, dan pada reservoar yang terdiri dari batu pasir,
persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut (Dewan, J. T., 1983).

[√ ( ) ]
2
0,4 . R w 5 . ϕe V sh V sh
Sw = + − …………………………………. (4-16)
ϕe2 R w . Rt R sh Rsh

Keterangan:
o Rt = True resistivity o Sw = Saturasi air
o ∅ = Porositas o Rsh = Resistivitas shale
o Rw = Resistivity water o Vsh = Volume shale

Metode Simandoux ini memiliki kelebihan diantaranya pada persamaan


ini kehadiran shale sudah mulai diperhitungkan. Selain itu, metode ini sangat baik
dalam melakukan perhitungan saturasi air pada formasi yang memiliki kadar
salinitas air yang tinggi atau saline water. Metode Simandoux ini selain memiliki
beberapa kelebihan tentu masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya
adalah bahwa metode ini hanya dapat men-cover zona dengan salinitas tinggi.
selain itu, metode ini juga tidak memperhitungkan cara persebaran dan jenis shale
yang ada. Padahal jenis shale yang berbeda tentu akan menyebabkan dampak
yang berbeda pula pada pembacaan log.

4.2.5.3. Dispersed Clay Method


Dispersed clay menggunakan log densitas dan log sonic untuk
mendapatkan data porositas. Peneliti terdahulu menggunakan porositas total,
sedangkan peneliti yang sekarang menggunakan porositas efektif pada dispersed
clay. Perbedaan ini akan menunjukkan beda derajat kelempungan yang berada
pada suatu shaly sand formation (Dewan, J. T., 1983). Metode ini mengusulkan
bahwa clay atau shale memiliki ukuran halus dan mengalami pertumbuhan pada
batu pasir menggantikan rongga pori pada batu pasir. Akibat pertumbuhan
lempung atau clay tersebut luas permukaan menjadi lebih besar dan banyak air
yang terserap oleh lempung atau clay tersebut. Dispersed clay menggantikan
porositas yang ada. Sehingga nilai maksimum Vdis sama dengan nilai porositas
asli, akan tetapi nilai dari volume batu pasir bernilai tetap dan tak terubah
(Bateman, R. M., 1985). Electrical model dari dispersed clay
mempertimbangkan bahwa porositas total terisi dengan resistivitas campuran
lempung dengan kandungan fluida seperti air dan hidrokarbon (Bateman, R. M.,
1985). Jika demikian, maka konduktivitas total formasi merupakan pertambahan
dari total porositas yang didefinisikan oleh Archie (baik lubang pori yang saling
berhubungan dan lubang pori yang terisi oleh lempung atau clay) dan
konduktivitas lempung yang bergantung baik pada saturasi air dan fraksi
lempung, oleh karena itu pada kasus dispersed clay, persamaan untuk menghitung
saturasi air adalah sebagai berikut (Dewan, J. T., 1983).

Sw =
[√ 0,8 Rw q 2 q
. +
Фs2 R t 2

2() ] ………………………………………………… (4-
(1−q )
17)
Keterangan:
Sw = Saturasi air
∅ = Porositas
Rt = true resistivity
Rw = Resistivity water
Dimana q dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini.
( Фs −Фd )
q= ……………………………………………………… (4-18)
Фs
Menghitung porositas efektif dengan persamaan di bawah ini.
Фe =Ф d−V sh . Ф sh …………………………………………….. (4-19)
Metode dispersed clay ini memiliki kelebihan diantaranya adalah,
metode ini baik digunakan pada shaly sand formation, selain itu cara persebaran
shale atau clay sudah diperhitungkan sehingga hasil perhitungan tentunya akan
lebih baik dan juga metode ini masih menunjukkan hasil yang cukup baik pada
kasus laminated shale. Metode dispersed clay ini selain memiliki beberapa
kelebihan tentu masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah, metode
ini dibuat untuk kasus tertentu, maka metode ini hanya dapat diaplikasikan pada
kasus tertentu saja, tidak dapat secara umum dan dalam kasus ini hanya berlaku
pada dispersed clay saja.

4.2.5.4. Indonesia Equation Method


Pada tahun 1971, Poupon and Leveaux mengusulkan sebuah model
empiris yang disebut sebagai “Indonesia Equation Method”. Persamaan ini
dikembangkan berdasarkan karakteristik tipikal dari fresh water atau air fresh
yang berada pada suatu formasi dan tingginya kandungan shale yang berkisar
antara 30% - 70% yang sering dijumpai pada reservoar minyak di Indonesia
(Poupon & Leveaux, 1971). Dalam metode ini, hubungan konduktivitas antara Rt
dan Sw merupakan hasil dari konduktivitas lempung, air formasi dan
konduktivitas lainnya yang diakibatkan interaksi antara kedua konduktivitas
tersebut. Berikut ini adalah hubungan empiris dari penjelasan di atas (Poupon &
Leveaux, 1971).

[ ]
d m/ 2
1 V Ф
= sh + e ………………………………………...…… (4-20)
√ R t √ R sh √ a . R w
V sh
d=1− atau d=1 …………………………………………... (4-21)
2
Metode Indonesia ini memiliki kelebihan diantaranya adalah pada
metode ini kehadiran shale sudah mulai diperhitungkan. Selain itu, metode ini
sangat baik dalam melakukan perhitungan saturasi air pada formasi yang
mengandung low salinity water / fresh water. Metode Indonesia ini selain
memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki beberapa kekurangan
diantaranya adalah bahwa metode ini hanya dapat men-cover zona salinitas
rendah. Selain itu, metode ini tidak memperhitungkan cara persebaran dan jenis
shale yang ada. Padahal jenis shale yang berbeda tentu akan menyebabkan
dampak yang berbeda pula pada pembacaan log.
4.3. Data dan Perhitungan
4.3.1. Data
(1) Data 1
a. Depth BHT = 1850 m
b. Depth yang dianalisa = 1784 m
c. Temperature Surface (Ts) = 75 ºF
d. Hole Diameter (HD) = 12 1/4 inch
e. Invantion Diameter (di) = 30 inch
f. Bed Thickness = 10 ft
g. ESSP = 73,32 mV
h. BHT = 219.6 ºF
i. Faktor koreksi = 1,042
4.3.2. Prosedur Perhitungan
Penentuan Rw
1. Menentukan ketebalan lapisan yang akan dianalisa.
2. Menghitung temperature formasi (Tf) :

Tf = Ts +
(
BHT −Ts
DepthBHT
xKedalaman. .analisa )
3. Menentukan harga Rm, Rmf dari log resistivity (SHALLOW
LATEROLOG) kemudian mengoreksi harga Rmf tersebut dengan
formasinya :
R chart xTs
Rmf = Tf
Rmf corr = 0.75 x Rmf
4. Menentukan harga Kc :
Kc = 61 + ( 0.1333 x Tf )
5. Menentukan Rweq :
R mfc
|ESSP /Kc|
Rweq = 10
6. Menentukan Rw dengan grafik SP 2.
Penentuan Sw
1. Menentukan Ri : R (DEEP LATEROLOG)
Rt = Ri (DEEP LATEROLOG) x Faktor Koreksi (grafik SP 1)
2. Menentukan Rclay (DEEP LATEROLOG pada kedalaman GR max) = 1,8
Ω-m
3. Menentukan Sw (porositas terkoreksi = 0.20, a= 1, Vclay pakai GR log)
1
Sw=

[ ( 2 )

]
Vclay
1-
Vclay Φ∗c
√ Rt +
√ Rclay √ a × Rw
4.3.3. Perhitungan
(1) Perhitungan 1
Penentuan Rw

1. Tf = Ts +
BHT−Ts
DepthBHT(xKedalaman..analisa )
= 75+ ( 219,6−75
1850
× 1784 )

= 214,44 °F
R chart (SHALLOW LATEROLOG) = 3
Ts
Rchart ×
Rmf = Tf
75
= 2×
214,44
= 0,69Ω
2. Rmf cor = 0.75 x Rmf
= 0,75 ×0,29
¿ 0,5 1
3. ESSP (harga maksimum SP log) = 73,32
Ts
Rm @ Ts ×
4. Rm @ Tf = Tf
75
= 1,5 ×
214,44
= 0,52 Ω
5. Kc = 61 + ( 0.1333 x Tf )
= 61+(0,1333× 214,44)
= 89,58
R mfc
|ESSP /Kc|
6. Rweq = 10
0,84
= |723,32/89,58|
10
= 0,078

300
214,44
200

0,090 X 0,091

0,0 90−X 300−214,44


=
0,0 90−0,0 91 300−200
X= 0,09
7. Dari grafik SP-2 diperoleh Rw = 0,09 Ω
Penentuan Sw
1. Menentukan Ri = R (DEEP LATEROLOG) = 3
Rt = Ri (DEEP LATEROLOG) x Faktor Koreksi
= 2 ×1,042
= 2,084 Ω
2. Rclay = DEEP LATEROLOG pada kedalaman GRmax
1
Sw=

[ ( 2 )

]
Vclay
1-
Vclay Φ∗c
√ Rt +
3. √ Rclay √ a × Rw
1

[ ( 2 )

]
0 ,685
1−
= 0 ,685 0,30
√2,084 +
√2 √ 1× 0,034
= 0,44
*Gunakan nilai a = 1, m = n = 2, porositas = 0.30
4.3.4. Hasil Tabulasi
Tabel IV-1
Tabulasi Perhitungan Penentuan Saturasi
Rchart Rmf
Depth Tf Rmf Rweq Rw
ILM corr Kc (ͦ F) Rclay Sw
(m) (°F) (Ωm) (Ωm) (Ωm)
(Ωm) (Ωm)
1775 213.73 2 0.7 0.52 89.49 0.026 0.0343 1.9 0.337
1778 213.97 2 0.7010 0.525 89.522 0.079 0.0893 1.95 0.437
1781 214.21 2 0.7002 0.525 89.55 0.075 0.0698 2 0.447
1784 214.44 2 0.69 0.51 89.58 0.078 0.09 2 0.44
1787 214.67 2 0.698 0.523 89.61 0.029 0.03 1.9 0.299
1789 214.83 2 0.698 0.524 89.637 0.075 0.0765 1.95 0.428
1792 215.06 1.9 0.697 0.523 89.668 0.072 0.07 1.9 0.483
1795 215.30 2 0.696 0.522 89.65 0.072 0.09 1.9 0.438
1798 215.53 2 0.695 0.521 89.7 0.073 0.09 1.9 0.453
1799 215.62 1.8 0.696 0.46 89.74 0.066 0.0689 1.9 0.5008
4.4. PEMBAHASAN
Praktikum yang dilaksanakan pada acara kedua berjudul “Penentuan
Saturasi Air”. Tujuan dari pratikum ini adalah untuk untuk mengetahui nilai
saturasi air pada formasi yang bertujuan untuk mengetahui banyaknya fluida pada
suatu formasi. Saturasi air adalah perbandingan volume pori batuan yang diisi
fluida dengan volume pori batuan total. Pada praktikum ini menggunakan metode
tidak langsung yaitu dengan menginterpertasikan data menggunakan Spontaneous
Potential Log dan Gamma Ray Log. Penentuan saturasi air terbagi menjadi
beberapa metode antara lain: metode Archie, metode Simandoux, metode
Waxman-Smith, metode Waxman-Smits-Juhasz, metode Bulk volume water,
persamaan indonesia water saturation.
Parameter-parameter yang didapatkan dengan metode Spontaneous
Potential Log berupa resistivitas air, resistivitas clay, dan resistivitas total,
demikian juga pada Gamma Ray Log juga didapatkan parameter yang akan
digunakan dalam penentuan harga saturasi air. Dikarenakan Gamma Ray Log
mempunyai prinsip pengukurannya mendeteksi arus yang ditimbulkan oleh
ionisasi yang terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi dengan gas
ideal pada sonde, yang digunakan untuk mengevaluasi kadar kandungan clay
sebagai intrepretasi data logging. Spontaneous Potential Log digunakan untuk
menentukan harga resisitivitas air formasi (Rw) dan membedakan yang mana
lapisan bersih dan shale.
Spontaneous Potential Log dan Gamma Ray log pada penentuan saturasi
air digunakan untuk mendapatkan data shale base line, resistivitas air formasi,
maupun volume shale. Metode yang digunakan pada praktikum kali ini untuk
mendapatkan harga saturasi air yaitu dengan menggunakan metode Indonesia
Water Saturation. Metode ini digunakan karena lapangan di Indonesia,
mempunyai harga saturasi yang mendekati dengan metode ini. Kelebihan metode
Indonesian Water Saturation adalah, dapat dengan baik menentukan nilai saturasi
air pada batupasir yang memiliki kandungan dispersed shale, disamping itu
metode ini dapat menentukan saturasi air pada batu pasir yang memiliki porositas
menengah hingga tinggi dengan baik. Adapaun kekurangannya adalah metode ini
belum memperhatikan secara maksimal cara persebaran shale dan jenis shale
sehingga dapat mengurangi nilai keakuratan perhitungan saturasi air.
Adapun pada praktikum ini analisa penentuan saturasi air yang dilakukan
yaitu pada kedalaman 1784 ft dengan harga Tf pada kedalaman tersebut yaitu
214,67 oF, lalu dilakukan perhitungan sehingga didapatlah nilai Rm@Tf yaitu
0,524 Ω. Pada chart log dilakukan pembacaan untuk nilai Rchart (ILM) dan
didapat yaitu 2. Kemudian dilakukan perhitungan sehingga didapat nilai Rmf
sebesar 0,698. Nilai Rmf yang didapat dilakukan koreksi sehingga didapat nilai
Rmf cor sebesar 0,51. Selanjutnya mencari harga Kc dan didapat sebesar 89,58.
Dari data yang telah diperoleh dapat ditentukan nilai Rweq dan didapat sebesar
0,078. Kemudian dari nilai Rweq dilakukan pembacaan pada grafik untuk
mendapatkan nilai Rw, dari hasil pembacaan grafik tersebut didapatkan nilai Rw
sebesar 0,09 Ω. Setelah itu menentukan nilai Rclay dengan melakukan pembacaan
pada chart log ILD pada kedalaman GRmax dan didapatkan sebesar 2. Kemudian
dilakukan perhitungan untuk mencari nilai dari saturasi air (Sw), pada analisa ini
menggunakan metode indonesia equation water saturation dan didapat harga Sw
pada kedalaman 1784 ft sebesar 0.44. Dari nilai saturasi air yang didapat,
menunjukkan bahwa jumlah fluida non-water didalam pori-pori batuan formasi
yang terkandung lebih banyak.
Berdasarkan hasil analisa yang disajikan pada table IV.I dapat dilihat
bahwa pada beberapa kedalaman dominan dijumpai fluida non air pada batuan
formasi hal ini dapat dilihat berdasarkan dari harga Sw yang didapat kurang dari
50%, namun pada kedalaman 1799 m merupakan daerah dengan air yang sangat
dominan dibandingkan fluida non-water dimana harga Sw sebesar 50,08%.
Sedangkan pada beberapa kedalaman lainnya menunjukkan jumlah fluida non-
water didalam pori-pori batuan formasi lebih dominan.
Aplikasi lapangan dari pembahasan mengenai penentuan saturasi air ini
yaitu untuk menentukan saturasi air yang terkandung dalam batuan dimana
nantinya digunakan untuk menentukan OOIP (Original Oil In Place) dan OGIP
(Original Gas In Place) di suatu lapangan migas.

4.5. KESIMPULAN
1. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan besarnya volume air
yang terkandung pada batuan suatu formasi.
2. Penentuan saturasi dapat dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung. Penentuan saturasi secara langsung yaitu dengan menganalisa
sampel core batuan formasi, sedangkan secara tidak langsung yaitu
dengan hasil interpretasi data log.
3. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam perhitungan
penentuan saturasi yaitu metode Archie, metode Simandoux, Dispersed
Clay, dan Indonesian Equation Water Saturation.
4. Dari hasil perhitungan pada kedalam 1784 m, didapatkan hasil sebagai
berikut :
 Tf : 214,44 °F
 Rchart ILM :2 Ωm
 Rmf : 0,69 Ωm
 Rmf cor : 0,51 Ωm
 Rm @ Tf : 0,52 Ωm
 Kc : 89,58 °F
 Rweq : 0,078 Ωm
 Rw : 0,09 Ωm
 Rclay :2

5. Berdasarkan dari nilai saturasi air yang didapat yatu sebesar 0,299,
menunjukkan bahwa jumlah fluida non-water didalam pori-pori batuan
formasi yang terkandung lebih banyak.
6. Aplikasi lapangan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan saturasi
air yang terkandung dalam batuan dimana nantinya digunakan untuk
menentukan besarnya OOIP (Original Oil In Place) dan OGIP
(Original Gas In Place) di suatu lapangan migas.

Anda mungkin juga menyukai