Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ANALISA SEMEN PEMBORAN


PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN

DISUSUN OLEH:

NAMA : AKIL HIDAYAT


NIM : 113200032
PLUG :F

LABORATORIUM ANALISA SEMEN PEMBORAN


PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM ANALISA SEMEN PEMBORAN
PENGUJIAN DENSITAS SEMEN

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Praktikum Analisa Semen Pemboran


Minggu ke-1 acara pertama “Pengujian Densitas Semen”, Tahun akademik
2022/2023, Program Studi S1 Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

DISUSUN OLEH :
NAMA : AKIL HIDAYAT
NIM : 113200032
PLUG :F

Yogyakarta, 15 September 2022


Disetujui untuk Laboratorium
Analisa Semen Pemboran
Oleh:
Asisten Praktikum

Muhammad Rizki Illahi


NIM 113190049
3.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
3.5.1. Hasil Percobaan
Tabel III-1.
Tabulasi Hasil Percobaan Pengujian Densitas
Additive
Massa
Plug Densitas (ppg)
Semen (gr) Bentonite (gr) Barite (gr)

A 345 0 5 15,3
B 343 0 7 15,2
C 341 0 9 15,3
D 339 0 11 14,9
E 337 0 13 15,1
F 335 0 15 15,1
G 333 0 17 15,1
H 347 3 0 15,1
I 345 5 0 14,9
J 343 7 0 15,2
K 341 9 0 14,9
L 338 12 0 13,9
M 335 15 0 14,2
N 333 17 0 14,5

3.5.2. Perhitungan
• Berat semen (Ws) = 335 gr
• Berat barite = 15 gr
• WCR = 46 %
• BWOC barite = 0,20 %
• Densitas semen = 3,14 gr/cc
• Densitas barite = 4,2 gr/cc
• Densitas terukur = 15,1 ppg
𝑊𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒
% Additive =( )
𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
15
= ( )
335

= 0,04478
Volume air total = 𝑊𝐶𝑅 𝑥 (𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 + 𝑊𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 )
= 0,46 𝑥 (335 + 15)
= 161 cc
𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
Volume semen =
𝑝𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
335
=
3,14

= 106,6879 cc
𝑊𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒
Volume additive =( )
𝑝𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒
15
=( )
4,2

= 3,5714 cc
𝑊𝑎𝑖𝑟+𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛+𝑊𝑎𝑑𝑑
Densitas semen teoritis =( ) x 8,33
𝑉𝑎𝑖𝑟+𝑉𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛+𝑉𝑎𝑑𝑑
161+335+15
=( ) x 8,33
161+106,6879+3,5714

= 15,692 ppg
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑡
% Kesalahan =( ) x 100%
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
15,692−15,1
=( ) x 100%
15,692

= 3,77%
3.5.3. Grafik
Additive vs Densitas Terukur

90

80

70

60
Densitas, ppg

50

40

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Berat additive, gr

Bentonite Barite

Grafik 3.1.
Additive vs Densitas Terukur
3.6. PEMBAHASAN
Percobaan minggu ini berjudul “Pengujian Densitas Suspensi Semen” yang
bertujuan untuk menentukan besar densitas suspensi semen dan mengetahui efek
perubahan sifat fisik tersebut terhadap densitas suspensi semen. Selian itu
pengukuran densitas juga berfungsi untuk mengetahui pengaruh penambahan zat
aditif terhadap densitas suspense semen. Terdapat dua jenis additive yang sering
ditambahkan ke dalam larutan semen untuk mengontrol densitas semen yaitu
extender dan weighting agent.
Pada saat operasi penyemenan, densitas suspensi semen harus disesuaikan
dengan kondisi formasi. Karena jika tekanan hidrostatik lebih kecil dari tekanan
formasi, fluida formasi dapat bereaksi dengan semen dan dapat merubah sifat fisik
semen. Maka semen yang diatur harus memiliki tekanan hidrostatik di atas tekanan
formasi, dan juga harus di bawah tekanan formasi ( Prf > Ph >Pf ). Karena apabila
tekanan formasi yang lebih besar daripada tekanan hidrostatik semen dapat
menyebabkan casing collapse. Sedangkan, apabila tekanan hidrostatik semen lebih
besar dari tekanan rekah formasi dapat menyebabkan formasi pecah dan terjadinya
loss circulation dan casing burst.
Alat- alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah timbangan
digital, mud balance, gelas ukur, dan mixer. Untuk prinsip kerja praktikum adalah
kesetimbangan. Sedangkan untuk bahan-bahan yang digunakan adalah semen, air,
dan additive barite.
Dalam melakukan cementing job, terdapat dua macam semen, yaitu lead
slurry dan tail slurry. Lead slurry adalah semen yang pertama dipompakan ke
dalam lubang bor, dimana semen ini merupakan bagian atas dalam sistem
penyemenan. Sedangkan tail slurry adalah semen yang dipompakan setelah lead
slurry, yang mana semen ini akan mengisi bagian bawah pada sistem penyemenan.
Densitas tail slurry lebih besar daripada densitas lead slurry (dengan minimal range
1-2). Hal ini terjadi karena tail slurry harus memiliki tekanan hidrostatik semen
yang lebih tinggi untuk dapat mendorong lead slurry. Selain itu, tail slurry harus
memiliki tekanan yang lebih besar daripada lead slurry karena tail slurry
merupakan pondasi pada sistem penyemenan untuk menyangga casing.
Pada tahap percobaan yang pertama kita harus menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Setelah itu, mencampurkan bubuk semen sebanyak 335 gr,
161 mL air, dan 15 gr additive barite ke dalam cup. Setelah itu, bahan tersebut di
mixer hingga tercampur secara homogen. Ketika sudah tercampur homogen, maka
selanjutnya adalah mengukur densitasnya menggunakan alat mud balance, namun
sebelum alat ini digunak harus dikalibrasi terlebih dahulu denga air yang memiliki
densitas 8,33 ppg. Langkah-langkah pengukuran densitas semen yakni
mengkalibrasi alat mud balance dengan mengisi cup mud balance dengan air hingga
penuh, kemudian meletakkan rider di angka 8,33 pada skala mud balance hingga
seimbang dengan memperhatikan titik tumpunya. Jika sudah seimbang, masukkan
semen yang telah dibuat kedalam cup hingga penuh. Menggerakkan rider hingga
gelembung padatitik tumpu mencapai titik keseimbangan. Setelah itu, nilai densitas
dapat diketahui dengan membaca skala pada mud balance. Dari percobaan di atas
yang dilakukan oleh plug F didapatkan densitas teoritis semen 15,692 ppg dan
densitas pada mud balance sebesar 15,1 ppg. Dari data tersebut didapatkan persen
kesalahan sebesar 3,77 % tergolong tidak bagus, karena yang dianjurkan adalah <
2 %.
Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah pengukuran densitas suspensi
semen dapat berpengaruh pada kemampuan semen dalam menahan tekanan
formasi. Densitas semen merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan hidrostatik semen yang dipakai. Jika tekanan hidrostatik lebih kecil dari
tekanan formasi, fluida formasi bisa masuk ke dalam lubang bor dan dapat merubah
sifat fisik semen. Selain itu, tekanan formasi yang lebih besar daripada tekanan
hidrostatik semen dapat menyebabkan casing collapse. Namun, apabila tekanan
hidrostatik semen lebih besar dari tekanan rekah formasi dapat menyebabkan
formasi pecah dan terjadinya loss circulation. Selain itu, tekanan hidrostatik yang
besar dapat menyebabkan casing burst. Oleh karena itu, diharapkan semen yang
kita pakai memiliki tekanan hidrostatik di atas tekanan formasi, namun di bawah
tekanan rekah formasi (Prf > Ph > Pf).
3.7. KESIMPULAN
1. Dari percobaan yang dilakukan, dengan komposisi semen sebesar 335 gram
dan barite sebesar 8 gram, didapatkan harga:
• Densitas teoritis : 15,692 ppg
• Densitas pengukuran : 15,1 ppg
• % Kesalahan : 3,77 %
2. Bentonite tergolong ke dalam extender additive yang bertujuan untuk
menurunkan densitas suspensi semen karena bentonite tergolong reactive
solid, sehingga mempengaruhi volume suspensi semen.
3. Barite tergolong ke dalam weighting agent additive yang bertujuan untuk
menaikkan densitas suspensi semen karena barite tergolong innert solid,
sehingga barite membuat massa suspensi semen bertambah, namun tidak
ikut bereaksi.
4. Dalam melakukan cementing job, terdapat dua macam semen, yaitu lead
slurry dan tail slurry. Lead slurry adalah semen yang pertama dipompakan
ke dalam lubang bor, dimana semen ini merupakan bagian atas dalam sistem
penyemenan. Sedangkan tail slurry adalah semen yang dipompakan setelah
lead slurry, yang mana semen ini akan mengisi bagian bawah pada sistem
penyemenan.
5. Aplikasi lapangan dari percobaan kali ini adalaha untuk mengatur tekanan
semen agar dapat menahan tekanan formasi dan sebagai analisis pressure
window. Serta berguna untuk penentuan kinerja pompa.

Anda mungkin juga menyukai