Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI


PENENTUAN POROSITAS

DISUSUN OLEH :
NAMA : AKIL HIDAYAT
NIM : 113200032
PLUG :L

STUDIO PENILAIAN FORMASI


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
YOGYAKARTA
2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI
PENENTUAN POROSITAS

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Praktikum Penilaian Formasi Minggu ke-2


acara pertama “Penentuan Porositas”, Tahun akademik 2021/2022, Program
Studi S1 Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta.

DISUSUN OLEH :

NAMA :
NIM :
PLUG :

Yogyakarta, April 2022


Disetujui untuk Studio
Penilaian Formasi
Oleh :
Asisten Praktikum

Dionisius Novanda G. P.
NIM 113180096
BAB III
PENENTUAN LITHOLOGI

3.1. Tujuan
Tujuan dari penentuan lithologi batuan adalah untuk mengidentifikasi
lapisan porous dan permeabel di suatu sumur, korelasi lapisan antar sumur dan
besarnya volume lapisan shale.

3.2. Dasar Teori


Penentuan lithologi batuan ini memiliki dua tipe metode, yaitu metode
langsung dan tidak langsung. Metode langsung yaitu dengan mengamati batuan
secara langsung melalui mud logging dan analisa coring. Dengan metode ini
dilakukan deskripsi mineral dari cutting atau core sehingga dapat menentukan
jenis batuannya. Setelah mengetahui jenis batuan, lithologi dan facies nya dapat
ditentukan. Metode tidak langsung yaitu menentukan lithologi batuan dengan
mengintepretasikan dari data log, menggunakan Caliper Log, Spontaneous
Potential Log, dan Gamma Ray Log.
3.2.1. Mineral, Batuan, Litologi, Facies
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam
terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas
tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
Mineral memiliki sifat fisik, yaitu:
 Kilap
Kilap merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan mineral saat terkena cahaya.
 Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan
tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu
mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman
komposisi kimia dan pengotoran padanya.
 Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan
nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang
dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai
kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral
tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan
yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari JeRman dan dikenal sebagai skala
Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk
mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras.
 Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu
keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna
dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat
pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap
walaupun warna mineralnya berubah-ubah.
 Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada
satu atau lebih arah tertentu. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini,
sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah
atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur
kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan
yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung
membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah
melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral,
maka belahan akan nampak berjajar dan teratur.

 Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah
yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan
dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila
memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan
dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan
memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur.

Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang terbentuk
secara alami yang tersusun oleh butiran mineral, gelas, material organik yang
terubah, dan kombinasi semua komponen tersebut. Secara umum, batuan terbagi
menjadi tiga, yaitu:
 Batuan beku (igneous rock)
Merupakan kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat hasil
pembentukan magma yang mendingin.
 Batuan Sediment (sediment rock)
Merupakan batuan hasil litifikasi bahan rombakan batuan hasil denudasi atau
hasil reaksi kimia.
 Batuan Metamorf (metamorphic rock)
Merupakan batuan yang berasal dari suatu batuan asal yang mengalami
perubahan tekstur dan komposisi mineral pada afase padat sebagai akibat
perubahan kondisi fisika (tekanan, temperatur, tekanan, dan temperatur).

Dan ketiga jenis batuan diatas adalah penyusun dari lapisan-lapisan  bumi


mulai dari kerak bumi sampai inti bumi.
Bates dan Jackson (1985), mengartikan litologi menjadi 2:
 Lithologi adalah deskripsi batuan pada singkapan berdasarkan
karakteristiknya, seperti: warna, komposisi mineral dan ukuran butir sinonim
dengan Petrografi.
 Lithologi adalah karakteristik fisik dari batuan.
Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi
karakteristik yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi
memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di
bawah, atas dan di sekelilingnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies associationdimana
fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini
memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau
dipandang sebagai basic architectural element dari suatu lingkungan
pengendapan yang khas sehingga akan memberikan makna bentuk tiga dimensi
tubuhnya. Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang
dapat dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri,
litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Fasies sedimen
merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis
lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat
dilakukan berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum hasil interpretasi
dari berbagai data, diantaranya :
a. Geometri :
a) Regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef, dan
chanel)
b) Intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)
b. Litologi : dari cutting dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi
dengan log sumur (GR dan SP)
c. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core
d. Struktur sedimen : dari core
3.2.2. Metode Penentuan
Metode penentuan lithologi batuan terbagi menjadi dua metode yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung yaitu menentukan lithologi
batuan dengan analisa cutting yang termasuk proses dari mud logging dan analisa
coring. Metode tidak langsung yaitu dengan mengintepretasikan data dari
lithology tools. Lithologi tools ini terdiri dari Caliper Log, Spontaneous Potential
Log, dan Gamma Ray Log.

3.2.2.1. Mud Logging


Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau
perpindahan mud dan cutting pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985).
Menurut Darling (2005) terdapat dua tugas utama dari seorang mud
logger yaitu :
1. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi gas/cairan/padatan
dari sumur agar pengeboran dapat berjalan dengan aman dan lancar. 
2. Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum engineering
department.
Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke kantor
pusat perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut meliputi:
 Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas atau kromatograf
 Pengecekan terhadap ketidakhadiran gas beracun (H2S, SO2)
 Laporan analisis cutting yang telah dideskripsi secara lengkap
 Rate of Penetration (ROP)
 Indikasi keberadaan hidrokarbon yang terdapat di dalam sampel
Mud log merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di
dalam mengambil keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005)
menyatakan bahwa mud log digunakan untuk hal-hal berikut ini:
 Identifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor
 Identifikasi zona yang porous dan permeable
 Picking of coring, casing, atau batas kedalaman pengeboran akhir
 Memastikan keberadaan hidrokarbon sampai pada tahap membedakan jenis
hidrokarbon tersebut apakah minyak atau gas

Pekerjaan lain dari seorang mudlogger adalah melakukan


deskripsi cutting. Cutting merupakan material hasil hancuran batuan oleh mata
bor yang dibawa oleh lumpur pemboran ke permukaan (Bateman,1985).
Sebagian sampel dimasukkan ke dalam plastik polyethene sebagai sampel basah
sementara sebagian sampel lain yang telah dicuci dan dikeringkan dikenal sebagai
sampel kering. Sampel yang telah dibersihkan diamati di bawah mikroskop yang
ada di mud-logging unit. Hasil deskripsi kemudian diserahkan ke kantor pusat
pengolahan data.
Agar informasi tersebut berguna maka ada standar deskripsi baku yang
harus dilakukan. Darling (2005) menyatakan bahwa deskripsi tersebut harus
meliputi:
 Sifat butir
a) Tekstur g) Kekerasan
b) Tipe h) Ukuran
c) Warna i) Kehadiran mineral jejak
d) Roundness dan sphericit (misalnya pirit, kalsit, dolomit,
y siderit)
e) Sortasi j) Tipe partikel karbonat
f) Partikel skeletal (fosil, k) Partikel non-skeletal (lithoclast,
foraminifera) agregat, rounded particles)


 Porositas dan permeabelitas
o Tipe porositas (intergranular, fracture, vuggy)
o Permeabelitas (permeabelitas rendah, menengah, atau tinggi)
o Deteksi Hidrokarbon.

3.2.2.2. Analisa Coring


Analisa inti batuan dalam teknik perminyakan pada penerapannya di
lapangan diawali dengan coring. Coring merupakan kegiatan atau usaha untuk
mendapatkan contoh batuan dari formasi bawah permukaan. Core sampel inilah
yang nantinya diuji dalam laboratorium untuk mengetahui sifat fisik batuannya.
Analisa inti batuan adalah tahapan analisa setelah contoh formasi dibawah
permukaan (core) diperoleh.
Tujuan dari analisa inti batuan adalah untuk menentukan secara langsung
informasi tentang sifat-sifat fisik batuan yang ditembus selama pemboran. Studi
dari data analisa inti batuan dalam pemboran eksplorasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemungkinan dapat diproduksikan hidrokarbon dari suatu sumur,
sedangkan tahap eksploitasi dari suatu reservoir dapat digunakan untuk pegangan
melaksanakan well completion dan merupakan suatu informasi penting untuk
melaksanakan proyek secondary dan tertiary recovery. Selain itu data inti batuan
ini juga berguna sebagai bahan pembanding dan kalibrasi dari metode logging.
Prosedur analisa inti batuan pada dasarnya terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1. Analisa inti batuan rutin.
2. Analisa inti batuan spesial.
Analisa inti batuan rutin umumnya berkisar tentang pengukuran porositas,
permeabilitas absolut dan saturasi fluida, sedangkan analisa inti batuan spesial
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran pada kondisi statis dan
pengukuran pada kondisi dinamis. Pengukuran pada kondisi statis meliputi
tekanan kapiler, sifat-sifat listrik dan kecepatan rambat suara, grain density,
wettability, kompresibilitas batuan, permeabilitas dan porositas fungsi tekanan
(Net Over Burden) dan studi petrografi. Yang termasuk pengukuran pada kondisi
dinamis meliputi: permeabilitas relatif, thermal recovery, gas residual, water
flood evaluation, liquid permeability (evaluasi completion, work over, dan
injection fluid meliputi surfactant dan polymer)

3.2.2.3. Analisa Caliper Log


Caliper Log adalah pengukuran variasi diameter lubang bor saat borehole
masih dalam open case. Saat drill bit masuk mulai melakukan aktivitas
pengeboran, tentunya akan ada respon yang berbeda dari tiap litologi saat
'diterobos' oleh drill bit. ada yang sulit (alias keras/hard rock), maka nanti lubang
bor yang dihasilkan akan sempit. Sebaliknya, jika batuan yang dibor adalah
batuan yang lunak, maka jelas sudah hasil lubang bornya akan lebar.
Dalam Caliper Log nantinya dikenal istilah-istilah sebagai berikut :
 Caving: diameter yang besar yang dihasilkan saat drill bit menerobos
batuan yang lunak, misalnya coal, shale atau batu lempung atau batuan
lain yang lunak secara fisik. Batuan lunak tersebut mudah patah dan
runtuh, nah saat drill bit itu membor bagian litologi tersebut hasilnya akan
ada cave atau caving. Mud drilling nantinya juga akan mengisi bagian
caving ini.
 Mud Cake: biasanya terjadi saat drill bit melewati batuan permeable yang
kaya fluida (air formasi biasanya). Mud cake terbentuk saat lumpur
pengeboran (drilling mud) bertemu dengan air formasi dan kemudian
menempel di batuan permeabel tersebut sehingga terbentuk mud cake,
hasilnya diameter lubang bor akan menyempit pada bagian ini.
 Sloughing: biasanya disebabkan karena batuan yang sangat masif.
Sloughing ini akan dengan cepat dikenali dengan adanya penyempitan
diameter borehole. Sloughing adalah salah satu yang dihindari saat
pengeboran.
 On Gauge: kondisi dimana diameter lubang bor = diameter drill bit. On
Gauge ini yang nantinya agak sulit untuk diinterpretasi karena tidak
muncul kenampakan khusus di hasil Caliper Log.
Gambar 3.1.
Data Caliper Log
www.academia.edu

3.2.2.4. Analisa Spontaneous Potential Log


Dari prinsip kerjanya, log SP ini dapat digunakan untuk identifikasi batuan
permeable, identifikasi lapisan serpih (non-reservoar) dan non-serpih (reservoar),
membantu korelasi litologi, dan menghitung nilai salinitas fluida formasi (Rw).
Pengukurannya berdasarkan adanya beda potensial karena perbedaan salinitas
antara lumpur pemboran (Rmf) dengan fluida formasi (Rw), dimana pada
dasarnya nilai salinitas berbanding terbalik dengan resistivitas.
Dalam interpretasinya, apabila data log SP menunjukkan kurva lurus
(tidak ada perubahan nilai) maka mengindikasikan salinitas fluida formasi sama
dengan salinitas lumpur pemboran, atau dapat juga sebagai indikasi lapisan
batuan yang pejal (tight) atau impermeable. Sedangkan apabila terdapat defleksi
grafik/perubahan nilai log SP, maka menunjukkan adanya perbedaan salinitas,
adanya lapisan batuan permeable, dan dapat diasumsikan sebagai reservoar. Dan
apabila lapisan permable tersebut mengandung saline water maka nilai Rw <<
Rmf, dan akan terjadi perubahan nilai SP yang negatif, sedangkan lapisan yang
mengandung fresh water memiliki nilai Rw >> Rmf, mengakibatkan perubahan
nilai SP positif. Dengan data log SP ini juga dapat dihitung volume shale dengan
rumus :
ASP - SBL
Vclay  1 -
ESSP ………..................................................... (3-1)

Keterangan:
Vclay : Kadar kandungan clay, fraksi
ASP : Apparent Spontaneous Potensial, mV
SBL : Shale Base Line, mV
ESSP : Electrical static Spontaneous Potensial, mV

Gambar 3.2.
Data SP Log
geohazard009.wordpress.com/2015/02/25/analisa-kualitatif-
wireline-log/
3.2.2.5. Analisa Gamma Ray Log
Dalam analisa kualitatif, Gamma Ray Log (GR Log) dapat digunakan
untuk identifikasi dan korelasi litologi serta estimasi tingkat kelempungan, karena
prinsip kerjanya yang mengukur tingkat radioaktivitas alami (sinar gamma) dari
unsur-unsur tertentu pada mineral mika, glaukonit, dan potasium feldspar, yang
umum ditemukan pada batu serpih (shale) dan lempung (clay). Secara umum
(konvensional), kegiatan eksplorasi dilakukan untuk mencari hidrokarbon pada
batuan reservoar yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik, yaitu
batupasir dan batu gamping. Karena karakteristik batu serpih dan lempung yang
memiliki porositas dan permeabilitas yang kecil (kemudian dianggap sebagai
batuan non-reservoar), dan bersifat “menyerpih” dalam suatu tubuh batuan, maka
dengan analisa Gamma Ray Log ini dapat dilakukan identifikasi litologi,
membedakan zona reservoar dengan zona non-reservoar.
Batupasir dan batugamping yang clean (bebas kandungan serpih), pada
umumnya akan memiliki kandungan material radioaktif yang rendah, sehingga
akan menghasilkan pembacaan nilai GR yang rendah pula. Seiring dengan
bertambahnya kandungan serpih dalam batuan, maka kandungan material
radioaktif akan bertambah dan pembacaan nilai GR akan meningkat. Teknik
interpretasinya, secara sederhana yaitu dengan membuat suatu garis batas (cut off)
antara shale base line (yang menyatakan nilai GR tertinggi) dengan sand base
line (yang menyatakan nilai GR terendah). Sehingga diperoleh zona di sebelah
kiri cut off sebagai zona reservoar, dan zona non-reservoar di sebelah kanan garis
cut off.
Dari Gamma Ray Log ini dapat ditentukan volume shale dengan rumus

Vclay = GR read -GR min ………………………………………........…(3-2)


GR max −GR min
Keterangan:
Vclay : Kadar kandungan clay, fraksi
GRread : Pembacaan GR pada kedalaman yang dianalisa, API
GRmax : Pembacaan GR yang bernilai maksimum, API
GRmin : Pembacaan GR yang bernilai minimum, API

Gambar 3.3.
Data Gamma Ray Log
geohazard009.wordpress.com/2015/02/25/analisa-kualitatif-
wireline-log/
3.3. Data dan Perhitungan
3.3.1. Data
(1) Data 1
a) Depth BHT = 1850 m
b) Depth yang dianalisa = 1784 m
c) SSP = 70,97 mV
d) GRmax = 177,77 API
e) GRmin = 60 API
f) Rm @Ts = 1.5 ohm-m
g) BHT = 219,6 o
F
h) di = 30 inch
i) Tebal lapisan = 10 ft
j) Ts = 75 o
F

(2) Data 2
a) Depth yang dianalis a = 1784 m

3.3.2. Prosedur Perhitungan


SP Log
1. Menentukan shale base line dari kurva SP Log.
2. Menentukan besarnya harga maksimum SP Log sebagai SSP.
3. Menghitung temperature formasi (Tf) :

Tf = Ts +
( DepthBHT
BHT −Ts
xKedalaman. .analisa )

4. Menentukan Rm @ Tf :
Ts
Rm @ Ts ×
Rm @ Tf = Tf
5. Menentukan harga Ri dengan chart (DEEP LATEROLOG).
Ri( DeepLATEROLOG)
6. Dari harga Rm @Tf diameter (di), ketebalan formasi. Cari
harga faktor koreksi dari Chart SP 4 untuk ESP, sehingga harga ESSP
dapat dicari dengan persamaan:
ESSP = SSP x Faktor Koreksi
7. Menetukan ASP dari chart (per kedalaman).
8. Menentukan Vclay :
ASP−SBL
Vclay = 1 - | ESSP |
Gamma Ray Log
1. Menentukan kedalaman lapisan yang dianalisa, yaitu 1607 m
2. Membaca nilai GRmax dan GRmin dari slip log gamma ray.
3. Menbaca besarnya defleksi kurva GRlog sebagai GRread untuk setiap
interval kedalaman yang dianalisa.
4. Menentukan besarnya volume clay dengan persamaan :
GR read −GR min
Vclay = GR max −GR min

3.3.3. Perhitungan

1. Tf = Ts +
( DepthBHT
BHT−Ts
xKedalaman..analisa )

= 75+ ( 219,6−75
1850
× 1784 )

= 214,441 °F
2. SSP (harga maksimum SP log) = 70,37
Ts
Rm @ Ts ×
3. Rm @ Tf = Tf
75
= 1,5 ×
214,441
= 0,52 Ω
1,09
1,05
x

20 5 2

20−5 1,09−1,05
=
20−2 1,09−x
X=1,042
4. k (Faktor Koreksi) = 1,042
Maka harga ESSP = SSP x k
= 70,37 ×1,042
= 112,451 mv
5. ASP = 40,740 mV
ASP−SBL
6. Vclay = 1 - | ESSP |
= 1−| 40.740−44,44
112,451 |
= 0,96
Gamma Ray Log
1. Menentukan kedalaman lapisan yang dianalisa, yaitu 1784 m
2. GRread = 140,74
3. Menentukan besarnya volume clay dengan persamaan:
GR read −GR min
Vclay = GR max −GR min
140,74−60
Vclay =
177,77−60
Vclay = 0,685
3.3.4. Tabel Tabulasi
Tabel III-1
Tabulasi Perhitungan Penentuan Litologi (SP log)
V
No Depth T SSP R @T Ri ESSP ASP
clay

SP
f m f

. (m) (°F) (mV) (Ωm) (mV) (mV)


Log
1 1775 213.73 72.41 0.526 2 75.45 44.82 1
2 1778 213.97 70.73 0.525 2 73.70 48.14 0.949
3 1781 214.21 72.40 0.525 2 75.44 37.93 0.909
4 1784 214.44 70.37 0.523 2 73.32 40.74 0.95
5 1787 214.67 70.37 0.524 2 73.37 48.14 0.96
6 1789 214.83 72.41 0.524 2 75.38 41.37 0.954
7 1792 215.06 72.41 0.523 1.9 77.26 37.93 0.91
8 1795 215.30 72.41 0.523 2 77.33 31.03 0.822
9 1798 215.53 72.41 0.521 2 76.75 37.90 0.90
10 1799 215.62 72.41 0.521 1.8 75.47 37.93 1.091

Tabel III-2
Tabulasi Perhitungan Penentuan Litologi (Gamma Ray Log)
No Kedalaman GRma GRmi GRrea Vcla
. (m) x n d y
1 1775 172.24 62.07 117.24 0.5
2 1778 177.78 60 144.815 0.72
3 1781 172.41 62.07 124.14 0.56
4 1784 177.77 60 140.74 0.685
5 1787 177.77 62.96 144.44 0.70
6 1789 179.31 62.06 179.31 0.64
7 1792 179.31 62.02 124.137 0.52
8 1795 165.51 55.17 131.03 0.66
9 1798 179.3 62.06 124.137 0.52
10 1799 165.51 58.62 96.55 0.35
3.4. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul “Penentuan Litologi Batuan”. Praktikum ini be
rtujuan untuk mengindikasikan adanya suatu reservoir, suatu lapisan poros dan pe
rmeabel pada suatu sumur, korelasi lapisan antarkedalaman sumur, dan besarnya v
olume lapisan serpih. Pada praktikum penentuan lithologi batuan ini memiliki dua
tipe metode pada analisanya, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode l
angsung yaitu dengan mengamati batuan pada formasi secara langsung melalui m
ud logging dan analisa inti, dengan metode langsung dilakukan dengan deskripsi
mineral dari pemotongan atau inti sehingga dapat menentukan jenis batuannya. M
etode tidak langsung yaitu menentukan litologi batuan dengan menginterpretasika
n dari data-data yang disajikan log dengan mengunakan SP log, Gamma Ray log,
dan Calliper log.
Prinsip kerja dari spontaneous log (SP) dalam penentuan lithology batuan
yadlah mengukur beda potensial yang timbul antara larutan fluida dari formasi
seperti fresh water, saline water, dan oil based mud yang bercampur dengan mud
filtrate terhadap elektroda tetap di permukaan. Pada SP log, melalui defleksi
kurva dari shale base line (garis lurus yang paling Panjang pada grafik SP log)
dapat menentukan zona lapisan permeable. Defleksi negatif atau positif terjadi
karena adanya perbedaan antara salinitas lumpur yang dipakai dengan salinitas
fluida formasi. Pada SP log, zona permeable bisa didapat dengan kurva yang
paling kanan maupun kiri dari shale baseline. Kondisi optimum pengukuran SP
log yaitu hanya dapat digunakan pada kondisi open hole, Rm tidak sama dengan
Rw, porositas yang cukup besar, pada lapisan yang cukup tebal, invansi lumpur
dangkal, dan lumpur yang digunakan water based mud, karena air memiliki kond
uktivitas yang cukup tinggi.
Dalam melakukan penentuan volume clay dengan SP log, setelah menentu
kan shale base line, dilanjutkan dengan menentukan besarnya harga maksimum S
P log yang selanjutnya untuk mendapatkan nilai SSP. Setelah itu dilakukan perhit
ungan terhadap temperatur formasi (Tf), sehingga didapatlah nilai Rm@Ts. Kemu
dian menentukan harga Ri dengan membaca chart semilog (ILD). Setelah itu dari
perbandingan antara harga Ri dengan Rm@Ts digunakan untuk mencari harga fak
tor koreksi dari chart sehingga dapat mencari harga dari ESSP. Kemudian menent
ukan nilai ASP dari chart sesuai dengan kedalaman dan melakukan perhitungan u
ntuk mendapatkan harga Vclay. SP log optimum digunakan pada kondisi lumpur
water based mud dimana air dapat lebih mudah menghantarkan listrik.
Prinsip kerja dari gamma ray log (GR) yaitu mengukur estimasi radiaoakti
f yang dipancarkan dari sinar gamma yang dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif
yang terdapat dalam lapisan batuan di sepanjang lubang bor. Dengan adanya perb
edaan sifat radioaktif dari setiap batuan, maka dapat digunakan untuk membedaka
n jenis batuan yang terdapat pada suatu formasi. Unsur radioaktif yang terdapat da
lam lapisan batuan tersebut diantaranya potassium K40 (kalium), uranium, dan th
orium. Dari hasil pembacaan gamma ray log kita dapat menentukan letak formasi
atau lapisan shale. Pada gamma ray log zona impermeabel ditunjukkan dengan ba
nyaknya sinar gamma yang masuk. Semakin banyak sinar gamma yang masuk pa
da detektor, dapat disimpulkan bahwa lapisan tersebut merupakan shale yang men
ujukkan bahwa lapisan tersebut zona impermeabel. Batu pasir dan batu gamping y
ang clean (bebas kandungan serpih), pada umumnya akan memiliki kandungan ma
terial radioaktif yang rendah, sehingga akan menghasilkan pembacaan nilai GR ya
ng rendah pula. Seiring dengan bertambahnya kandungan serpih dalam batuan, ma
ka kandungan material radioaktif akan bertambah dan pembacaan nilai GR akan
meningkat. Pada data gamma ray log menghasilkan dua kurva yaitu SGR dan CG
R.
Kedua kurva tersebut digunakan untuk membandingkan hasil yang didapat
karena penggunaan SGR biasanya akan menyebabkan terjadinya kesalahan pada l
apisan- lapisan rekah tinggi seperti lapisan karbonat, sehingga digunakan juga kur
va CGR.
Pada praktikum kali ini, penentuan lithology pada kedalaman 1784 ft dari
dua jenis litologi, yaitu SP log dan GR log. Pada kedalaman tersebut didapatkan h
arga Vclay. Vclay dari perhitungan digunakan untuk menentukan permeabilitas su
atu lapisan. Semakin besar harga Vclay, maka akan mengurangi harga permeabili
tas suatu lapisan akibat butiran clay yang mengisi pori batuan. Data yang diketahu
i adalah kedalaman BHT pada 1850 m, BHT sebesar 219,6 °F, SSP ( harga maksi
mum sp log ) : 70,37 mV, Rm@Tf : 0,523 ohm, faktor koreksi : 1,067, Ts : 75 °F,
invation diameter : 30 inch, bed thickness : 10 ft, Vclay : 0,910. Shale base line m
erupakan pembacaan SP yang relatif konstan dan berubah hanya perlahan dengan
kedalaman. SSP merupakan defleksi simpangan terjauh dari SP log. Dari Vclay S
P log didapat hasil analisa 0,95 hal tersebut menunjukan lapisan tersebut shale, hal
itu menunjukan bahwa daerah tersebut tidak prospek.Vclay yang didapat dari hasil
analisa GR log sebesar 0,685. Nilai Vclay ini tergolong besar, jadi formasi pada k
edalaman 1784 ft bukan zona prospek.
Aplikasi lapangan dari praktikum ini adalah menentukan lithology dari
suatu formasi apakah permeable atau impermeable berupa shale sehingga dapat
diindikasikan formasi pada kedalaman tertentu yang prospek menjadi lapisan
reservoir, menentukan komposisi lumpur pemboran yang sesuai dengan kondisi
formasi, jenis bit yang digunakan dalam operasi pemboranan untuk mengetahui
lingkungan pengendapan pada suatu lapisan formasi. Vclay yang didapat dari
perhitungan dapat digunakan untuk menentukan permeabilitas suatu lapisan.
Semakin besar harga Vclay maka akan mengurangi harga permeabilitas pada suatu
lapisan akibat butiran clay mengisi pori-pori batuan, sehingga menghambat aliran
fluida karena clay bersifat impermeable.

3.5. KESIMPULAN
1. Praktikum ini bertujuan untuk mengindikasikan adanya suatu reservoir,
lapisan yang porous dan permeable, korelasi lapisan antar kedalaman sumur, dan
besarnya volume lapisan shale dengan metode analisa cutting dan logging.
2. Metode logging lithology tools.yang digunakan adalah Spontaneous
Potensial Log dan Gamma Ray Log.
3. Dari hasil pembacaan log pada kedalaman 1784 m didapatkan hasil :
a) Vclay SP : 0,95 %
b) Vclay GR : 0,45 %
c) Rm@Tf SP log : 0,52 Ω
d) Tf@SP log : 166,6 oF
e) GRmax : 177,77 oAPI
f) GRmin : 60 oAPI
4. Diperlukan koreksi pada mud logging oleh seorang mud engineer
dikarenakan hasil dari perhitungan SP Log dan Gamma Ray Log yang berbeda
jauh.
5. Aplikasi lapangan dari praktikum ini adalah menentukan lithologi batuan
formasi yang ditembus oleh bor dan juga dapat meminimalisasi masalah pada
lubang pemboran. Serta menentukan lapisan permeabel dan lapisan impermeabel
pada suatu formasi.

Anda mungkin juga menyukai