Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MINERALOGI

Dosen Pengampu:
Drs. Rudi Hartono. M.Si.

ACARA 1

IDENTIFIKASI SIFAT FISIK MINERAL

Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Fajar Aprizal
NIM : 190722638019
Off/Tahun : H/2019

PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Mineralogi dengan judul praktikum “Identifikasi Sifat Fisik Mineral”
ini disusun sebagai persyaratan kelulusan mata kuliah Mineralogi oleh:

Nama : Muhammad Fajar Aprizal


NIM : 190722638019
Program Studi : S1 Geografi

Demikian, laporan praktikum ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Malang, 2 November 2020

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Praktikum

Drs. Rudi Hartono, M.Si.


NIP. 19610117 198802 1 001

ACARA I
IDENTIFIKASI SIFAT FISIK MINERAL

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengamati kristal mineral dan menggambarkan bentuk kristalnya
2. Mahasiswa mampu menentukan nama mineralnya
3. Mahasiswa mampu menggolongkan mineral yang diamati ke dalam kelompok
klasifikasi mineral
B. DASAR TEORI
Mineral adalah bahan pada anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri
dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnya
tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Mineral terbentuk secara almiah, senyawa
anorganik, komposisi kimia tertentu, dan sifat-sifat fisik yang konsisten, sifat fisik
mineral mempunyai banyak ragam sebagian meliputi kekerasan, bentuk, warna, belahan,
dan lain-lain. Minrela terbentuk secara alamiah artinya material kristalin sistesis adalah
bukan mineral.
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik kimia tetap
dapat berupa unsur tunggal ata persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya
anorganik, homogen, dapat berupa pada, cair, dan gas.
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tetang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan
kegunaanya.
Mineralogi dibagi menjadi 2 bagian:
1. Mineralogi fisik adalah yang mempelajari tentang sifat-sifat dari suatu mineral,
2. Mineralogi kimiawi adalah ilmu yang mempejalari tentang sifat-sifat kimia dari suatu
mineral.
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-atom
yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri.
Dengan mengenal sifat-sifat tersubut maka setiap jensi mineral dapat dikenal, sekaligus
kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu Graha (1978).
1. Sturktur (Form)
Bentuk – bentuk mineral dapat dikatakan kristalin apabila mineral tersebut memiliki
bidang kristal yang cukup jelas dan khas atau disebut dengan amorf. Kekhasan yang
dimiliki mineral kristalin dapat berupa:
 Bangun kubus
 Bangun pimatik
 Bangun deocahoden
 Mineral amorf
Mineral – mineral yang ada di alam biasanya jarang ditemui dalam bentuk kristalin,
hal ini disebabkan adanya gangguan dari proses – proses lain. Sehingga dalam proses
pembentukannya mineral tersebut bergantung pada kondisi lingkungannya, biasanya
akan mengakibatkan bentuk mineral kristal yang khas bisa berdiri sendiri maupun
berkelompok. Kelompok mineral kristal atau agrasi mineral dapat dikelompokan
berdasarkan strukturnya, yaitu:
 Sturktur kolom
Terdiri atas bentuk prisma panjang dan ramping. Jika bentuk prisma tersebut cukup
panjang dan halus, maka mineral tersebut mempunyai struktur fibrous atau
strutktur berserat. Struktru kolom sendiri diberdakan menjadi struktur jaring-jaring
(retikuler), struktur bintang (staleted), dan radier.
 Sturktur lembaran atau lameler
Terdiri atas lembaran-lembaran mineral. Individu-individu dari mineral yang
bernbetuk pipih disebut struktur tabuler, struktur lembaran dibedakan menjadi 2
yaitu struktur konsentris, tabular, dan foliasi.
 Struktur imitasi
Merupakan kelompok mineral yang memiliki kemiripan dalam hal bentuk dengan
benda lain, seperti asikular, filiformis, membilah dan lain sebagainya. Biasanya
mineral ini dapat berkelompok maupun berdiri sendiri.
2. Pecahan (Freacture)
Pecahan mineral terbagi menjadi:
 Concoidal: pecahan yang membentuk gelombang melengkung pada permukaan
pecahan, seperti pecahan botol atau kenampakan kulit kerang, contohnya yaitu
kuarsa.
 Splintery/Fibrous: pecahan yang memperlihatkan seperti serat. Contohnya yaitu
asbes, augit dan hipersten.
 Even: pecahan yang dihasilkan bentuk permukaan yang halus. Contohnya limonit.
 Uneven: pecahan yang dihasilkan memiliki bentuk permukaan yang kasar.
Contohnya magnetit, hematite, kalkopirite dan garnet.
 Hackly: pecahan tersebut menghasilkan permukaan yang kasar, tidak teratur dan
runcing – runcing. Contohnya yaitu native elemen emas dan perak.
3. Kilap (Luster)
 Kilap logam: Pantulan oleh cahaya memberikan kesan seperti logam. Kilap jenis
ini biasa ditemukan pada mineral yang mengandung logam atau mineral bijih
 Kilap Non Logam: Kilap ini tidak memberikan kesan logam saat terkena cahaya.
Kilap non logam dapat dibedakan menjadi:
- Kilap kaca atau vitreous luster: kesan yang diberikan seperti kaca saat terkena
cahaya. Contohnya yaitu kuarsa, kalsit dan halit.
- Kilap kaca atau vitreous luster: kesan yang diberikan seperti kaca saat terkena
cahaya. Contohnya yaitu kuarsa, kalsit dan halit.
- Kilap kaca atau vitreous luster: kesan yang diberikan seperti kaca saat terkena
cahaya. Contohnya yaitu kuarsa, kalsit dan halit.
- Kilap kaca atau vitreous luster: kesan yang diberikan seperti kaca saat terkena
cahaya. Contohnya yaitu kuarsa, kalsit dan halit.
- Kilap mutiara atau pearl luster: kesan yang diberikan seperti mutiara atau
bagian dalam dari cangkang kerang, contohnya yaitu talk, muskovit, dolomit
dan tremolit.
- Kilap mutiara atau pearl luster: kesan yang diberikan seperti mutiara atau
bagian dalam dari cangkang kerang, contohnya yaitu talk, muskovit, dolomit
dan tremolit.
- Kilap mutiara atau pearl luster: kesan yang diberikan seperti mutiara atau
bagian dalam dari cangkang kerang, contohnya yaitu talk, muskovit, dolomit
dan tremolit.
4. Kekerasan (Hardness)
Ketahanan suatu mineral terhadap goresan itulah yang dinamakan kekerasan dalam
mineral. Untuk mengetahui tingkat kekerasan mineral, secara relatif dapat
menggunakan skala Mohs yang dimulai dari angka 1 yang artinya paling lunak hingga
angka 10 yang berarti mineral tersebut paling keras. Skala Mohs meliputi:
Gambar 1. Tabel Skala Kekerasan Mosh
Sumber : (Mengenal Geologi dan Bumi, Prihatin Tri Setyobudi)

Sebagai perbandingan dari skala di atas maka diberikan kekerasan dari alat
penguji standar:
Alat Penguji Derajat
Kekerasan Mohs
Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7
Kuarsa 7

Gambar 1. Tabel Alat Uji Skala Kekerasan Mosh


Sumber : (Mengenal Geologi dan Bumi, Prihatin Tri Setyobudi)

5. Warna (Colour)
Warna pada mineral adalah kenampakan yang dapat dilihat secara langsung jika
terkena cahaya. Warna mineral dibedakan menjadi:
 Idiokromatik
Warna mineral akan selalu sama atau tetap. Biasanya ditemukan pada mineral-
mineral yang tidak bisa tembus cahaya (opak), seperti magnetik, pirit dan galena.
 Alokromatik
Warna mineral tidak tetap atau dapat berubah, hal ini tergantung dari meterial
pengotornya dan biasanya dapat ditembus cahaya, seperti kalsit dan kuarsa.
6. Cerat (Streak)
Cerat merupakan warna dari mineral dalam wujud serbuk atau hancuran. Warna
mineral ini dapat diperoleh jika mineral digoreskan pada bagian kasar seperti kepingan
porselin atau dilakukan penumbukan mineral lalu dilihat warna bubuk tersebut. Cerat
dapat sama dengan warna asli dari mineral namun ada juga yang berbeda, seperti
contoh
 Pirit: berwarna keemasan, saat digores hasil serbuknya akan menjadi warna hitam.
 Hematit: berwarna merah, namun hasil serbuk akan berwarna merah kecoklatan.
 Biotite: cerat tidak berwarna
7. Tipe Belahan (Type of Cleavage) dan Jumlah Belahan (Number of Cleavage)
Belahan merupakan kenampakan dari mineral yang berdasarkan kemampuannya untuk
membelah melalui bidang belahan yang rata dan juga licin. Biasanya bidang belahan
berbentuk sejajar dengan bidang tertentu. Contoh mineral yang dapat membelah yaitu
kalsit. Kalsit memiliki tiga arah belahan sedangkan untuk kuarsa, tidak memiliki
belahan. Belahan sendiri terbagi menjadi:
 Belahan satu arah, contohnya: muscovite
 Belahan dua arah, contohnya: feldspar
 Belahan tiga arah, contohnya: halit dan kalsit
8. Berat jenis (Specifif Gravity)
Merupakan perbandingan antara berat pada mineral dengan volume mineral. Untuk
mengetahui berat jenis mineral yaitu dengan cara menimbang terlebih dahulu mineral
tersebut. Selanjutnya, untuk mendapatkan volume mineral, dapat dilakukan dengan
memasukannya ke dalam air yang berada di gelas ukur. Volume air awal atau sebelum
dimasukan mineral, dikurangi dengan volume air akhir atau setelah dimasukan
mineral. Itulah jumlah volume mineral.
9. Raksi HCl (Reaction to Hydrochlorid Acid)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Adalah asam
kuat. Asam klorida harus ditangani dengan mewanti keselamatan yang tepat karena
merupakan cairan yang sangat korosif. Fungsi HCl pada proses identifikasi sifat
mineral adalah untuk mengetahui kandungan kapur pada mineral. Apabila mineral
bereaksi (berbuih) saat di teteskan HCl maka mineral tersbut mengandung kapur di
dalamnya.
10. Sifat lainnya (Others Properties) Example : Sifat Dalam (Density)
Merupakan sifat fisik mineral saat kita mematahkan, menghancurkan,
membengkokkan, memtotong atau mengiris. Dan yang termsuk ke dalam sifat dalam
yaitu:
 Rapuh (birttle) : mudah hancur namun bisa terpotong,
 Mudah ditempa (melleable) : bisa ditempa menjadi lapisan tipis,
 Dapat diiris (secitile) : mampu diiris dengan pisau,
 Fleksibel : mineral dalam bentuk lapisan tipis, mempu dibengkokkan tanpa patah
namun jika mudah bengkok tidak dapat kembali ke bentuk semula,
 Blastik : mineral dalam bentuk lapisan tipis, saat dibengkokkan dapat kembali ke
bentuk semula jika dihentikan tekanannya.
C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang diperlukan:
1. Mohs hardness mineral specimen
2. Loupe 20 x magnification
3. Porcelain plate
4. Busur derajad
5. Kertas folio, pencil, dan penggaris
6. Gelas ukur dan timbangan
b. Bahan yang diperlukan:
1. Mineral specimens (5 macam)
2. Hydroclorid acid (HCL)
D. LANGKAH KERJA
1. Siapkan mineral specimen yang akan dipakai untuk praktikum (5 macam)
2. Lakukan pengamatan terhadap mineral specimen secara urut dangan menggunakan
langkah-langkah teori identifikasi mineral
3. Menyiapkan Table of Physical Properties
4. Lakukan pengujian terhadap mineral dimulai dari:
a. Kilap (Luster)
b. Warna (Color)
c. Kekerasa (Relative Hardness)
d. Tipe Kristal (Crystal Type)
e. Jumlah Belahan (Number of Cleveage)
f. Tipe Belahan (Type of Cleveage)
g. Pecahan (Fracture)
h. Berat Jenis (Specific Gravit)
i. Reaksi HCl (Reaction to Hydrochlorid Acid)
j. Sifat Lainnya (Others Properties)
5. Mengisikan sifat fisik mineral ke dalam Table of Physical Properties
6. Menggambarkan bentuk kristal pada kertas folio
E. HASIL PRAKTIKUM
1. Table Pengamatan Sifat Fisik Mineral

No 5
1 2 3 4
Specimen
A b C
Luster/ Waxy Glassy Waxy Metalic vitreous to
vitreous Vitreous
Kilap luster Luster Luster Luster dull

Color/ Hijau Putih Kuning


Putih susu Putih hijau gelap hijau gelap
warna Kebiruan kekuningan keemasan

Hardness
(Skala 7 7 3 6-6,5 6-6.5 5-7 2,5-3
Mohs)

Prisma Heksagonal
Crystal Heksagon
tidak skalenohedr Cubic anhedral prismatik Tabular
type/ bentuk al
beraturan al

Fracture/pec
Konkoidal Konkoidal Konkoidal Even Irregular
ahan

Specific
Gravity/ 5,2 2,6 - 2,63 2,8 4,55 2,7
berat jenis

Cerat Putih Putih Tidak Ada Hitam tidak berwarna-putih

Tipe Tidak
- sempurna - -
belahan Jelas

Jumlah
- 0 3 - -
belahan

Sistem Memiliki
sistem sistem sistem sistem sistem
kristal: sifat listrik
Sifat lainnya kristal: kristal: kristal kristal kristal
Heksagon dan tahan
trigonal Isometrik triklinal monoklinik monoklin
al panas

Reaksi HCl Tidak ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

plagioklas
biotit
Milky Kuarsa / (NaAlSi3 piroksen
Nama Kalsit Pyrite (K(Mg,Fe)3
Quarts Quartz O8- (M11M21T
mineral (CaC03) (FeS₂) (AlSi3O10)
(SiO2) ( SiO2) CaAl2Si2 2O6)
(F,OH)2)
O8)

BATU DIORIT
2. Gambar/foto mineral
a. Specimen ke 1 (Kuarsa Susu/Milky Quartz)

b. Specimen ke 2 (Kuarsa/Quartz)

c. Specimen ke 3 (Kalsit/Calcit)
d. Specimen ke 4 (Pirit/Pyrite)

e. Specimen ke 5 (Batu Diorit)

3. Gambar Kristas Mineral


a. Specimen 1 dan 2
b. Specimen ke 3

c. Specimen ke 4

d. Specimen ke 5 (Batu Diorit)


F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini digunakan lima mineral specimen (macam) yang diamati
dan diidentifikasi sifat fisiknya. Proses identifikasi mineral dilakukan dalam beberapa
tahap pengujian tergantung pada sifat fisik apa yang akan diidentifikasi. Terdapat 10
(sepuluh) sifat fisik mineral yang diidentifikasi yaitu: 1. Kilap (Luster), 2. Warna
(Color), 3. Tingkat Kekerasan (Relative Hardness), 4. Tipe Kristal (Crystal Type), 5.
Pecahan (Freacture), 6. Massa Jenis (Specific Gravity), 7. Cerat (Streak), 8. Tipe belahan
(Type of cleavage), 9. Jumlah belahan (Number of cleavage), 10. raksi HCl (Reaction to
Hydrochlorid Acid), dan 11. Sifat lainnya (Others Properties). Pengujian setiap sifat fisik
bertujuan untuk mengetahui nama mineral yang telah diberikan sebagai specimen soal.
Proses identifikasi warna (Color) dilakukan secara langsung ketika mineral
terkena cahaya atau spektrum cahaya yang dipantulkan mineral ditangkap oleh mata.
Sama halnya dengan proses identifikasi warna, proses identifikasi kilap (Luster)
dilakukan secara langsung oleh mata, kesan mineral yang ditunjukkan oleh pantulan
cahaya dapa dilihat secara langsung apakah mineral tersbut memiliki kilap logam
(Metallic) atau nonlogam (Non Metallic). Berbeda halnya dengan warna dan kilap,
proses identifikasi kekerasan (Hadrness) memerlukan alat bantu berupa mineral lainya
yang berguna untuk menguji ketahanan mineral terhadap satuan goresan, yang nantinya
akan diklasifikasikan dengan menggunakan skala mosh. Dalam praktikum kali ini
digunakan empat sampel materi sebagai meteri penguji (komparator), yakni kuku
manusia (2,5), mata pisau (5,5-6), koin tembaga (6), dan kuarsa (7).
Proses identifikasi cerat (Streak) dilakukan dengan cara menggoreskan mineral ke
kepingan kasar porselin lalu diidentifikasi warna cerat yang muncul. Sementara untuk
mengetahui tipe belahan (Type of Cleavage), jumlah belahan (Nomber of Cleavage), dan
pecahan (Fracture) dilakukan dengan cara mengidentifikasi kudua sifat yang telah
dijelaskan pada dasar teori tersebut menggunakan Lup 20 x pembesaran kemudian
disamakan dengan sumber referensi yang telah dicari. Untuk penentuan dan identifikasi
massa jenis (Specific Gravity) dilakukan proses penimbangan specihem mineral yang
telah dilkakukan menggunakan timbangan elektri, kemudian melkukan pengukuran
volume dengan bantuan gelas ukur yang tersedia. Lalu hitung dengan membagi berat
dengan volume mineral. Selain dikalakukan identifikasi sifat-sifat di atas, dilakukan pula
pengujian bahan kapur yang terdapat pada mineral menggunakan larutan HCl, apabila
mineral mengeluarkan reaksi berupa buih ketika ditetesi larutan Hcl maka dipastikan
bahwa mineral tersebut memiliki kandungan kapur didalamnya.
Dari beberapa tahapan praktikum yang telah dilakukan terhadap 5 (lima) mineral
specimen, didapatkan data-data yang menunjukkan sifat-sifat sehingga dapat dilakukan
identifikasi nama mineral yang dimaskud sebagai berikut:
1. Specimen ke 1
Pada specimen pertama memiliki kilap lilin (waxy luster), warna putih susu,
kekerasan 7 skala mosh, bentuk kristal prisma tidak beraturan, tipe pecahan
konkoidal (concoidal), massa jenis 5,2 gram, cerat putih, sistem kristal heksagonal,
tidak bereaksi (berbuih) terhadap HCl, dan tidak memiliki tipe dan jumlah belahan.
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang ada, nama mineral yang dimaksud adalah kuarsa
susu/Milky Quartz (SiO₂).
2. Specimen ke 2
Pada specimen kedua memiliki kilap kaca (glassy luster), warna hijau kebiruan,
kekerasan 7 skala mosh, tipe kristas heksagonal, tipe pecahan kokoidal (concoidal),
mass jenis 2,6-2,63 gram, cerat putih, memiliki sifat listrik dan tahan panas, tidak
bereaksi (mengeluarkan buih) saat ditetesi laurtan HCl, serta tidak memiliki sifat
fisik berupa tipe dan jumlah belahan. Berdasarakan sifat-sifat fisik yang ada nama
mineral yang sesuai adalah kuarsa/quartz (SiO₂.)
3. Specimen ke 3
Pada specimen ketiga memiliki kilap lilin (waxy luster), warna putih kekuningan,
tingkat kekerasan 3 skala mosh, bentuk kristal heksagonal skalenohedral, tipe
pecahan konkoidal, massa jenis 2,8 gram, tidak memiliki cerat, tipe belahan
sempurna, jumlah belah 3, siste kristal trigono metri, dan mengalami reaksi (berupa
buih) saat ditetesi HCl (mengandung kapur). Berdasarkan sifat-sifat fisik yang ada,
nama mineral yang sesuai adalah kalsit (CaCO₃).
4. Specimen ke 4
Pada specimen keempat memiliki kilap logam (metalic luster), warna kuning
keemasan, tingkat kekerasan skala mosh 6-6,5, bentuk kristal cubic, tipe pecahan
even, massa jenis 4,55 gram, cerat berwarna hitam, tidak memiliki tipe dan jumlah
belahan, sistem kristal isometrik, dan memiliki kandungan kapur (bereaksi terhadap
HCl). Berdasarkan sifat-sifat fisik yang ada, nama mineral yang sasui adalah
pirit/pyrite (FeS₂). Pada proses identifikasi reaksi HCl terhadap specimen mineral
pirite terjadi beberapa kali perbedaan. Pada percobaan pertama mineral tidak
bereaksi terhadapat HCl, sementara pada percobaan kedua dan ketiga mineral
bereaksi. Mengingat specimen mineral yang praktikan gunakan merupakan speciman
yang sama digunakan oleh praktikan kloter satu. Maka dapat disimpukan harus dikaji lebih
lanjut mengenai keterkaitan antara kondisi basah dan kering mineral pirit terhadap reaksi
HCl.
5. Specimen ke 5
Setalah dilakukan identifikasi sifat-sifat fisik yang ada, specimen ke 5 merupakan
jenis batuan diorit yang setidaknya memiliki 3 (tiga) mineral dalamnya yaitu:
 Plagioklas (NaAlSi₃O₈-CaAl₂Si2O₈), memiliki kilap non logam yaitu kilap
kaca (vitrous luster), berwarna putih, tingakat kekerasan 6-6,5 skala mosh,
bentuk kristal anhedral, tipe pecahan irregular, massa jenis 2,7 gram, memiliki
cerat tidak berwarna (putih bening), tidak memiliki tipe dan jumlah belahan,
memiliki sistem kristal monoklin, dan tidak bereaksi terhadap HCl,
 Piroksen (M₁₁M₂₁T2O₆), memiliki kilap non metalik yakni kilap kaca kusam
(vitreous to dull), warna hijau gelap, tingakt kekerasan 5-7 skala mosh, bentuk
kristal prismatik, tipe pecahan irregular, massa jenis 2,7 gram, cerat tidak
berwana (putih bening), sistem kristal monoklinik, tidak memiliki tipe dan
jumlah belahan, dan tidak bereaksi terhadap HCl.
 Biotit (K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(F,OH)2), memiliki kilap non metalik yakni kilap
kaca (vetrous luster), berwarna hijau gelap, tingkat kekerasan 2,5-3 skala mosh,
bentuk kristal tabular, tipe pecahan irregular, massa jenis 2,7 gram, cerat tidak
berwarna (putih bening), sistem kristal monoklin, tidak memiiki tipe dan jumlah
belahan, dan tidak beraksi terhadap HCl

G. KESIMPULAN
1. Proses identifikasi sifat fisik mineral bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik yang
ada pada mineral sehingga dapat dibedakan dengan mineral lainnya,
2. Proses identifikasi sifat-sifat fisik mineral dapat dilakukan untuk mengetahui nama
atau jenis mineral yang diidentifikasi,
3. Semakin banyak sifat fisik mineral yang diidentifikasi maka semakin terlihat
perbedaan antara mineral satu dengan meneral lainnya
4. Terdapat sifat fisik mineral yang dapat diidentifikasi secara langsung (tanpa alat)
menggunakan panca indra, dan adapula sifat fisik minereal yang harus diidentifikasi
menggunakan bantuan alat seperti lup, gelas ukur, lembar porselin, dan lain
sebagainya,
5. Diantara dua jenis mineral atau lebih terkadang terdapat beberapa sifat-sifat fisik yang
sama, namun sifat fisik lainnya membantu membedakannya.
H. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Bazher, Ilham Salmin. 2013. Makalah : Ciri-Ciri Fisik dan Kimia Mineral. Yogyakarta.
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
Hendrawan, Adnan. 2015. Power Point (PPT) : Sifat-sifat Fisik mineral.
Adnan.hendarawan95@gmail.com
Khairunnisa, Wa Ode Puspa. 2014. Makalah Geologi Fisik : Sifat-Sifat Fisik Mineral.
Gowa. Program Sturdi Teknik Geologi Fakultas Teknik Unicersitas
Hasanuddin.
N. Suharta dan B.H. Prasetyo. 2008. Susunan Mineral dan Sifat Fisiko-Kimia Tanah
Bervegetasi Hutan dari Batuan Sedimen Masam di Provinsi Riau. Jurnal Tanah
Dan Iklim No. 28/2008.
I. LAMPIRAN
Dokumentasi preses identifikasi sifat fisik mineral
a. Proses identifikasi sturktur, belahan, dan pecahan mineral menggunakan Lup 20 x
pembesaran

b. Proses identifikasi tingkat kekerasan mineral menggunakan skala mosh dengan alat
bantu mata pisau dan koin
c. Proses identifikasi berat jenis menggunakan timbangan alektrik dan gelas ukur

d. Proses identifikasik reaksi mineral terhadap larutan HCl

Anda mungkin juga menyukai