Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Petrologi

Acara : Mineralogi

Nama : Ganantha Marsyafa Lubis


NPM : 1806187190
Jurusan / Angkatan : Geofisika / 2018
Asisten :
Shift : 14

Departemen Geosains
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2019
BAB 1
Pendahuluan

1. Latar Belakang
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu yang menjadi dasar dalam bidang
Geosains. Petrologi adalah ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi,
yang mencakup cara terjadinya, komposisi batuan, klasifikasi batuan dan sejarah
geologinya. Batuan didefenisikan sebagai kumpulan dari satu atau lebih mineral
yang terbentuk di alam secara alamiah yang merupakan bagian dari kerak bumi.
(Plummer, dkk, 2001). Mineral sendiri dipelajari dalam salah satu cabang ilmu, yaitu
Mineralogi. Mineralogi adalah Ilmu yang mempelajari tentang mineral, meliputi
pengenalan karakteristik fisik, komposisi kimia, pengelompokan, hingga proses
pembentukannya. Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di
alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas
tertentu, dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
Untuk mempelajari petrologi harus terlebih dahulu mempelajari mineralogi
karena ilmu mineralogi sangat berguna untuk menentukan jenis-jenis batuan.
Batuan sendiri tersusun dari satu atau lebih mineral, di dalam praktikum ini kita
dapat mendeskripsikan berbagai jenis mineral untuk memudahkan mengidentifikasi
batuan.

2. Tujuan Praktikum
a. Dapat mendeskripsi sifat-sifat fisik mineral
b. Dapat menentukan nama suatu mineral berdasarkan sifat-sifat fisiknya.
BAB 2
Landasan Teori

1. Landasan Teori
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-
atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu
(Graha,1987)

Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:

 Warna (colour)
 Kilap (luster)
 Kekerasan (hardness)
 Cerat (streak)
 Belahan (cleavage)
 Pecahan (fracture)
 Bentuk (form)
 Berat Jenis (specific gravity)
 Sifat Dalam
 Kemagnetan
.
1. Warna (Colour)
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan
tetapi tidak dapat dipakai sepenuhnya untuk identifikasi mineral karena suatu
mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman
komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat
berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Warna
mineral dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Warna idiokromatik : apabila warna mineral selalu tetap, pada umumnya
dijumpai pada mineral yang tidak tembus cahaya (opaque) atau berkilap
logam.
Contoh : pyrite, grafite, magnetit dan lain-lain.
b. Warna allokromatik : apabila warna mineral tidak tetap tergantung pada
mineral pengotornya, pada umumnya dijumpai pada mineral yang tembus
cahaya (transparan / translucent) atau kilap non logam.
Contoh : kalsit, kuarsa, gipsum dan lain-lain.

2. Kilap (Luster)
Kilap merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 jenis:
a. Kilap Logam (metallic luster) bila mineral tersebut mempunyai kilap atau
kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
 Gelena
 Pirit
 Magnetit
 Kalkopirit
 Grafit
 Hematit
b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
 Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
 Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
 Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada
asbes, alkanolit, dan gips.
 Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya
pada spharelit.
 Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya
pada serpentin,opal dan nepelin.
 Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin,
bouxit dan limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat
dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu
dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun
kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan
yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).

3. Cerat (Streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping
porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan
tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda.
Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya
berubah-ubah. Contohnya :
 Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna hitam.
 Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
 Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
 Biotite : Ceratnya tidak berwarna
 Orthoklase : Ceratnya putih
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara
keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral
(Sapiie, 2006).

4. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Mineral yang
mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas. Standar
kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich
Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10
skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral
terkeras.

( Danisworo, 1994. )
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan
kekerasan dari alat penguji standar :

( Danisworo, 1994. )

5. Bentuk (Form)
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang
dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang
membentuk kristal disebut mineral kristalin. Apabila mineral tidak mempunyai
batasan-batasan Kristal yang jelas disebut mineral amorf. Mineral-mineral di
alam jarang didapatkan dalam bentuk kristalin yang ideal, karena pertumbuhan
kristal dialam sering mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral
yang disesuaikan dengan kondisi disekelilingnya mengakibatkan terjadinya
bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun dalam
kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok mineral tersebut membentuk suatu
perawakkan kristal yang disebut sebagai struktur Kristal / mineral.
6. Struktur
Struktur mineral sering khas untuk mineral tertentu, terutama mineral dalam
bentuk kelompok-kelompoknya (agregasi mineral). Struktur-struktur tersebut
antara lain sebagai berikut :
 Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral
yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran
butirnya dapat dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat
dilihat dengan mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula
pasir, disebut mempunyai sakaroidal.
 Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma
tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous
atau struktur berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi:
struktur jaring-jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.
 Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-
individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran
dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.
 Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda
lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok seperti dibawah
ini :
a. Bila mineral berdiri sendiri
 Menjarum (acicular) : bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Contoh : natrolite, glaucophane
 Membenang (filliformis) : bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai
benang. Contoh : perak
 Membilah (bladded) : bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai
bilah kayu, denga perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Contoh : kyanite, gloucophane, kalaverite.
b. Bila mineral bersatu dalam kelompok tertentu
 Dendritik : bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut / daun.
Contoh : cuprite, bysolite.
 Botroidal :
 Mengginjal (reniformis) : bentuk kristal yang menyerupai bentuk
ginjal. Contoh : hematite.
 Mamillary : bentuk kristal bulat-bulat (breast like). Contoh :
malachite, opal, hemimorphite.
c. Bila kelompok mineral paralel atau radier
 Meniang (columnar) : bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk
tiang. Contoh: tourmaline, pyrolusite, wollastonite
 Menyerat (fibrous) : bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
Contoh: asbes, silimanite, tremolite, pyrophillite.
 Globular : bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memancar
menyerupai bentuk jari. Contoh : pyrolorphyte.

7. Belahan (Cleavage)
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu
atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang
mampu membelah, dan bila mineral kita pukul tidak akan hancur, tetapi terbelah-
belah menjadi bidang belahan yang licin. Belahan ini merupakan gambaran dari
struktur dalam dari kristal. Berdasarkan dari baik / tidaknya permukaan bidang
belahan, belahan dapat dibedakan menjadi :
 Belahan sempurna (perfect cleavage) : ada bidang belahan dan mudah
dibelah, contoh : muscovite, calcite, halite dan biotite.
 Belahan baik (good cleavage) : ada bidang belahan tetapi tidak mudah
dibelah, contoh : calcite, ortoklas, augite dan gypsum.
 Belahan tidak jelas (indistinc cleavage) : bidang belahan seperti garis atau
kenampakan striasi pada bidang belahannya, contoh : plagioklas, beryl,
emas, korundum dll.
 Belahan tidak menentu : tidak ada bidang belahan, contoh: kuarsa, opal,
kalsedon.
Apabila ditinjau dari arah belahannya, maka belahan dapat dibedakan menjadi:
 Belahan satu arah, contoh : muskovit, asbes.
 Belahan dua arah, contoh : feldspar, gypsum.
 Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.
 Tidak ada belahan, contoh : kuarsa

8. Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah
yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan
belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar.
Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar
seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah
dengan tidak teratur (Danisworo, 1994). Pecahan mineral dapat dibagi menjadi 5
macam, yaitu :
 Pecahan konkoidal (conchoidal fracture) : memperlihatkan gelombang
yang melengkung dipermukaan, seperti kenampakan bagian luar kulit
kerang atau botol yang dipecah, contoh : kuarsa, obsidian, rutile, zincite,
cerrusite dll.
 Pecahan berserat (splintery/fibrous fracture) : menunjukkan gejala seperti
serat atau daging, contoh : asbes, serpentin, augit.
 Pecahan tidak rata (uneven fracture) : menunjukkan kenampakan
permukaan yang tidak teratur dan kasar, contoh : garnet, marcasite,
chromite, rhodonite dll.
 Pecahan rata (even fracture) : permukaan rata dan cukup halus, contoh :
mineral lempung (bentonit & kaolin), talk dll
 Pecahan runcing (hackly fracture) : permukaan tidak teratur, kasar dan
ujungnya runcing-runcing, contoh : emas, perak, tembaga, platinum dll.

9. SIfat Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan
sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti
magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet
disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic.

10. Sifat Dalam


Sifat dalam adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan,
memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk
sifat ini adalah
 Rapuh (brittle) : apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus. Contoh :
kalsit, kuarsa, felsdpar.
 Dapat diiris (sectile) : dapat diiris dengan pisau dan memberikan kenampakan
yang halus dan rata pada bekas irisannya. Contoh : gipsum.
 Dapat dipintal (ductile) : bila mineral tersebut dapat dipintal seperti kapas.
Contoh : asbes.
 Dapat ditempa (maleabel) : apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi
pipih. Contoh :emas, perak dan tembaga.
 Lentur (elastis) : bila dibengkokkan dapat kembali seperti semula kalau
dilepaskan kembali. Contoh : mika
 Fleksibel : bila dibengkokkan tidak dapat kembali seperti semula. Contoh :
tembaga.
11. Ketembusan Cahaya (Diaphaneity)
Sifat ketembusan cahaya dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan
mineral tersebut mentransmit cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan itu, variasi
jenis mineral dapat dibedakan menjadi :
 Opaque mineral : mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam
bentuk helaian yang amat tipis. Mineral-mineral ini permukaannya
mempunyai kilap metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap.
Contoh : pyrite, hematite.
 Transparant mineral : mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca biasa.
Contoh : kuarsa, kalsit dll.
 Translucent mineral : mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang.
Contoh : kalsedon, opal, gypsum dll.

12. Bau
Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatile
melalui pemanasan atau melalui penambahan suatu asam, maka kadang-kadang
bau akan menjadi ciri-ciri yang khas dari suatu mineral. Contohnya bau belerang,
dan bau logam.
BAB 3 Hasil

1. Mineral No. 58

Spesimen mineral no.x memiliki warna ungu, memiliki kilap kaca (vitreous).
Kekerasan dari mineral ini sebesar 7 dalam skala mohs dan memiliki cerat atau
Warna asli serbuk mineral ini adalah putih. Mineral ini tidak memiliki belahan.
Pecahan pada spesimen ini termasuk jenis konkoidal. Spesimen ini memiliki sifat
dalamnya adalah brittle. Mineral ini memiliki bentuk kristalin dan berstruktur kolom.
Mineral ini jika diberi cahaya, mampu meneruskan cahaya keluar, sehingga bersifat
Transparent. Mineral ini bersifat diamagnetic karena tidak merespon jika didekatkan
dengan magnet. Nama mineral ini adalah Amethyst.
2. Mineral No. 1
3. Mineral No. 05
4. Mineral No. 15
5. Mineral No. 27
6. Mineral No. 29
7. Mineral No. 30
8. Mineral No. 35
9. Mineral No. 43
10. Mineral No. 52
11. Mineral No. 54
12. Mineral No. 60
13. Mineral No. 69
14. Mineral No. 71

Anda mungkin juga menyukai