Anda di halaman 1dari 32

Laporan Praktikum Geologi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN GEOLOGI
Geologi (berasal dari bahasa Yunani - (geos-,bumi) dan (logos,
pengetahuan) adalah Ilmu (sains yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat
fisik, sejarah, dan proses yang membentuknya Seperti kita ketahui, minyak bumi, gas dan
sumber energi pada umumnya berasal dari alam. Dan sebagian besar berada di dalam permukaan
bumi. Bidang cakupan geologi meliputi beberapa cabang ilmu geologi :
1.2 RUANG LINGKUP GEOLOGI
Mineralogi, ilmu yang mempelajari sifat fisik dan kimia mineral cara terjadinya dan kegunaanya.
Paleontologi, cabang ilmu geologi yang mempelajari kehidupan masa lalu yang didasarkan atas
fosil baik tumbuhan maupun hewan.
Petrologi, cabang ilmu geologi yang mempelajari batuan sebagai pembentuk kerak bumi.
Stratigrafi, cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang urutan pelapisan batuan.
Geologi struktur, cabang ilmu geologi yang mempelajari struktur geologi yang tertentu akibat
gaya tektonik.
Geomorfologi, cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang relief (bentuk-bentuk permukaan)
bumi.

BAB II
MINERAL

2.1 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan analisa mineral adalah untuk mengetahui dari mana saja mineral tersebut
berasal.

2.2 Dasar Teori
Mineral adalah zat yang homogen yang terjadi dialam, terjadi secara alamiah dengan
suatu komposisi kimia tertentu dan memiliki susunan atom yang teratur, biasanya terbentuk
secara proses Anorganik. Sifat fisik mineral ditentukan oleh struktur Kristal dan kompopsisi
kimianya.
2.2.1 Sifat-sifat fisik mineral
Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik mineral
antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat fisik mineral tersebut
meliputi: Warna, Kilap (luster), Kekerasan (hardness), Cerat (streak), Belahan (cleavage),
Pecahan (fracture), Bentuk Kristal, Sifat dalam (tenacity).

a. Warna
Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dibedakan menjadi dua,
yaitu:
Idiokromatik, apabila warna mineral selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang
tidak tembus cahaya(opak) seperti galena, magnetit, dan pirit
Alokromatik, bila warna mineral tidak tetap, tergantung dari material pengotornya. Umumnya
terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya seperti kuarsa dan kalsit.
b. Kilap (luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap di bedakan
menjadi dua yaitu kilap logam dan kilap non logam.


1. Kilap logam
Kilap ini memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya
dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral biji seperti: emas, galena,
pirit dan kalkopirit.
2. Kilap non logam
Kilap ini tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena cahaya. Kilap non logam
biasanya berwarna terang atau transparan.(kecuali bila tebal).Kilap jenis ini dapat dibedakan
menjadi:
kilap kaca (vitreous luster), memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya. Contoh: kalsit,
kuarsa, halit.
kilap intan (adamantine luster), memberikan kesan cemerlang seperti intan. Contoh: intan.
kilap sutera (silky luster), member kesan seperti sutera. Umunya terdapat pada mineral yang
mempunyai struktur serat. Contoh: asbes, aktinolit, gypsum.
Kilap dammar (resinous luster), member kesan seperti dammar. Contoh: sfalerit dan resin.
kilap mutiara (pearly luster), memberi kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit
kerang. Contoh: talk, dolomite, muskovit, dan tremolit.
kilap lemak (greasy luster), menyerupai lemak atau sabun. Contoh:talk dan serpentin.
kilap tanah, kenampakannya buram seperti tanah. Contoh: kaolin, limonit dan bentonit.
3. kekerasan(hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif sifat fisik ini
di tentukan menggunakan skala mosh. Berikut urutan kekerasan berdasarkan skala mosh:
1= talk
2= gypsum
3= kalsit
4= fluorit
5= apatit
6= feldspar
7= kuarsa
8= topaz
9= korundum
10= intan
Sedangkan alat yang digunakan sebagai sebagai alat penentu kekerasan adalah:
Kuku jari memiliki nilai H sekitar 2,5.
Uang logam memiliki nilai H = 3,0
Baja pada pisau lipat memiliki nilai H =>3,0
Kaca jendela memiliki nilai H = 5,5
Jarum baja memiliki nilai H = 6,5
d. Cerat(steak)
Cerat adalah warna mineral yang bebrbentuk bubuk halus. Meskipun warna mineral mungkin
saja bervariasi tetapi gores umurnya tetap. Gores didapat dengan menggoreskan mineral pada
suatu permukaan porselen( H=7)
e. Belahan(cleavage)
Suatu mineral dikatakan memiliki belahan apabila mineral tersebut memiliki kecendrungan
untuk pecah melalui bidang tertentu. Belahan sangat membantu dalam mendeskripsikan mineral
dan kualitasnya. Belahan sendiri dinyatakan dengan istilah: sempurna, baik, jelas, dan tidak jelas.
f. Pecahan(fracture)
Suatu mineral akan pecah bila tidak mengikuti bidang belahnya. Pecahan sendiri dibagi
menjadi enam yaitu:
Konkoidal, pecahannya seperti cangkang kerang atau pecahan botol. Contoh: beril, kuarsa dan
leucite.
Hackly, pecahannya bergerigi dan berujung runcing serta kasar, tekstur permukaan pecahannya
sangat tidak rata. Contoh: mineral penyusun logam murni.
Even, Pecahan ini adalah pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
ujung pecahan masih mendekati bidang datar sehingga mempunyai penampakan agak teratur.
Contoh: plagioclase dan mineral lempung.
Uneven, salah satu jenis pecahan yang tekstur pecahannya mempunyai bidang pecahan yang
kasar dan tidak teratur. Contoh: Garnet, Nepheline, Augite dan Ortoclase.
Splintery, Jenis pecahan ini mempunyai bentuk yang hancur menjadi pecahan yang kecil-kecil
seperti benang atau serabut. Contoh: Asbes dan Augite.
Earthy, adalah jenis pecahan yang hasil pecahannya hancur seperti tanah. Contoh: mineral
lempung.
g. Bentuk kristal
Bentuk Kristal dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai bidang kristalin
yang jelas. Bidang Kristal dikatakan amorf, bila bila tidak memiliki batas-batas Kristal yang
jelas. Mineral dialam jarang di jumpai dalam bentuk amorf yang ideal, karena kondisi
pertumbuhan yang biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain.
h. Sifat dalam(tenacity)
Sifat dalam atau yang disebut juga ketahanan adalah ketahanan mineral terhadap pemataan,
penggerusan, pembongkaran atau pengirisan. Istilah berikut dipergunakan untuk menyatakan
katahanan:
Rapuh(brittle), bila mineral mudah pecah menjadi bubuk
Dapat ditempa(malleable), bila mineral dapat ditempa atau dipukul.
Dapat diiris(sectile), bila mineral dapat diiris tipis-tipis.
Dapat dipintal(ductile), bila mineral dapat dibentuk seperti kawat.
Fleksibel, bila mineral dapat di bengkokkan tapi tidak dapat kembali semula.
Lentur(elastic), bila mineral dapat dibengkokkan dan kembali seperti semula.
2.2.2 Mineral pembentuk batuan
Mineral pembentuk batuan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
Mineral Utama (essential minerals)
Mineral ikutan/ tambahan (accessory minerals)
Mineral sekunder (secondary minerals)
Mineral utama
Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari unsur utama yaitu
oksigen, silikon, alumunium, besi, kalsium, sodium, potasium, dan magnesium, unsur ini
membentuk mineral yang tergolong mineral utama yaitu:
Kuarsa
plagioklas
ortoklas
olivin
piroksin
amfibol
mikafelpatora
Mineral ikutan / tambahan
Mineral tambahan merupakan mineral hasil kristalisasi magma, namun jumlahnya relatif
kecil (kurang dari 5 %) sehingga tidak menentukan nama atau sifat batuan. Mineral ikutan atau
tambahan antara lain zirkon, apatit, magnetit, hematit, trutil.
Mineral sekunder
Mineral sekunder adalah mineral yang merupakan hasi ubahan dari mineral primer,
terjadi sebagai akibat dari proses pelapukan, sirkulasi larutan sisa magma (hidrotermal),
koolinisasi serpentinisasi atau karena metamorfisma.

BAB III
BATUAN
3.1 Dasar teori
Batuan adalah kumpulan dari satu mineral atau lebih yang mengendap dan bersatu. Adapun
yang kita kenal dengan istilah mineral. Di dalam batuan disusun oleh satu atau beberapa mineral.
Mineral adalah unsur anorganik pembentuk batu-batuan. Ada berbagai jenis mineral,
pembedanya berdasarkan belahan, pecahan, kekerasan, ketahanan, kilap, warna, gores/cerat.
Sebagian besar batuan mengandung dua atau tiga mineral, tetapi beberapa hanya mengandung
beberapa macam saja. Nama dan sifat kelompok dari batuan ditentukan oleh kandungan dan
proposi mineralnya. Karena setiap kelompok mineral berkaitan dengan jenis khusus batuan,
maka sifat ini sangat memudahkan ahli geologi dalam mengenali batuan.
3.2 Penyebaran Batuan di Muka Bumi
Menurut asal usulnya, batu-batuan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok utama yaitu
batuan beku (igneous rocks), batuan sedimen (sedimentary rocks) dan batuan metamorf/malihan
(metamorphic rocks). Bakuan beku terbentuk oleh lava yang mencapai permukaan selama
letusan gunung berapi lalu menjadi dingin. Batuan sedimen berunsurkan butir-butir batu dari
batuan yang sudah ada, kemudian diangkut dan diendapkan oleh angin, sungai, gletser atau es,
dan unsur samudra. Batuan metamorf/malihan berasal dari batuan beku atau batuan sedimen itu
sendiri yang berubah susunan dan rupanya akibat tekanan dan temperatur. Tekanan dan
temperatur yang mempengaruhi pembentukan batuan ini sangat tinggi dari pada pembentukan
batuan beku dan sedimen sehingga mengubah mineral asal menjadi mineral lain.

Gambar 3.1
Rock cycle












BAB IV
BATUAN BEKU
4.1 Tujuan percobaan
Tujuan analisa batuan beku adalah untuk mengetahui mineral apa saja yang terkandung
dalam batuan beku serta proses terjadinya. Selain itu, kita juga dapat mengetahui bagaimana
proses terbentuknya batuan beku.
4.2 Dasar teori
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, api) adalah jenis batuan
yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi,
baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan
yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh
salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar
terbentuk di bawah permukaan kerak bumi. Batuan beku yang terjadi dibangun oleh mineral
mineral tertentu ataupun oleh suatu matrik dari silika. Mineral tersebut ukurannya berbeda beda
tergantung dari kecepatan pembekuannya. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur
tertentu juga. Urutan kristalisasi tersebut seperti diganbarkan dalam Bowen Reaction Series.
Gambar 4.1
Bowen reaction series

4.3 Struktur Batuan Beku
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku
extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing
masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama
yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku
4.3.1 Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang
memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini
diantaranya:
Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.
Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang
pensil.
Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan
proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini
terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit,
kuarsa atau zeolitg. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran.
Autobrecia, stuktur yang terdapat pada lava yang memperlihatkan fregmen dari lava-lava itu
sendiri.
Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya fregmen batuan yang masuk atau tertanam
kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk akibat peleburan tidak sempurna dari batuan
samping didalam magma yang menerobos.
Vesikuler merupakan yang ditandai adanya lubang lubang gas dengan arah tertentu.
Skoria seperti vesikuler tetapi tidak menunjukan arah yang teratur.
4.3.2 Struktur Batuan Beku Intrusif
Intrusive Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dibawah permukaan bumi. Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan
yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
diskordan.
Gambar 3.2
Proses intrusif


Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenisjenis dari tubuh
batuan ini yaitu :
Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya.
Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang
asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian
dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan
meter.
Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh
batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith,
yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk
sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.

Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis
tubuh batuan ini yaitu:
Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular
atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan
panjang ratusan meter.
Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan
membeku pada kedalaman yang besar.
Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil
4.4 Tekstur Batuan
Tekstur adalah istilah untuk menyatakan ciri fisik batuan yang berkaitan dengan:
derajat kehabluran (degree of cristalinity)
ukuran butir atau granularitas (glanularity)
bentuk dan kemas (fabric) atau susunan dan distribusi mineral dalam batuan.
Ciri khas yang dinyatakan oleh tekstur memberikan gambaran kondisi terbentuknya batuan
beku dari pembekuan magma, induknya yang diatur oleh laju dan urutan kristalisasi yang
bergantung pada suhu komposisi, kandungan gas pada awalnya dan kekentalan magma serta
tekanan saat membeku.
a. Derajat kehabluran (degree of cristalinity)
Bergantungan pada kondisi pembekuan magma, batuan beku dapat seluruhnya terdiri dari
kristal, atau kaca atau campuran dari keduanya. Derajat kehabluran (degree of cristalinity)
terdiri atas:
Holokristalin bila massa batuanseluruhnya terdiri dari kristal.
Hipokristalin / merokristalin bila massa batuan terdiri dari kristal dan bahan amorf.
Holohialin bila massa batuan seluruhnya terdiri dari bahan amorf atau kaca.
b. Granularitas (granularity)
Berdasarkan kekompakan ynamo dalam batuan secara megaskopi maka batuan beku
dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
Faneritik fanerokristalin bila ynamo dalam batuan dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran
ynamo butiran halus (<1 mm), sedang (1 5 mm),kasar (5 30 mm), peamatif (>30 mm).
Afanitik bila kristal dalam batuan sangat halus yang hanya teramati dengan mikroskop
c. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya
berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada
sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan
mikroskop yaitu:
Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
Batuan beku
Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya, batuan beku dibagi menjadi:
Unidomorphic granular bila seluruhnya terdiri dari kristal euhedral
Hypidiomorphic granular bila terdiri dari kristal subhedral
Allotriomorphyc granular bila terdiri dari kristal anhedral
Berdasarkan keseragaman antar butirnya,batuan beku dibagi menjadi:
Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama
Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama
Berdasarkan kriteria ini tekstur batuan beku dapat dibedakan sebagai berikut:
Tekstur berbutir (granular texture)
Tekstur fanerik (phaneritik texture)
Tekstur afanitik (aphanitic texture)
Teklstur kaca (glassy/vitric texture)
Teksture porfiritik (porphyritik texture)
Tekstur piroklas (pyroclastik texture)
Tekstur berbutir
Tekstur ini mencerminkan proses pendinginan magma secara perlahan sehingga memberi
kesempatan kristal mineral berkembang sebagai butiran. Contoh batuan bertekstur berbutir
antara lain adalah: granit, pegmatii, syenit.


Tekstur fenerik
Batuan bertekstur fenerik berbutir kasar yang dapat dilihat dengan mata telanjang juga
mencerminkan proses pendinginan magma yang berlangsung sangat lambat.
Tekstur afanitik
Batuan bertekstur afanitik berbutir halus sebagai akibat prose pendinginan yang cepat. Butir
kristal terlalu kecil untuk pemeriksaan mata telanjang. Bila kristal batuan kecil sekali dengan
yang dengan mikroskop yang juga tidak dapat dibedakan disebut kriptokristalin.
Tekstur kaca
Tekstur ini terjadi akibat proses pendinginan yang terlalu cepat sehingga tidak sempat terjadi
penghabluran (kristalisasi), misalnya terjadi bila magma tersembur atau meleleh keluar dari
gunungapi dan terkena udara.
Tekstur forfiritik
Tekstur ini mencerminkan terjadinya pendinginan dalam 2 tahap yang ditunjukan oleh
ynamo yang lebih besar tertanam dalam massa dasar (matrix) yang berbutir halus. Kristal yang
lebih besar disebut fenokris.
Tekstur piroklastik
Tekstur piroklastik terdapat dalam batuan gunung api butiran butiran berupa fregmen
fregmen batuan akibat letusan.






BAB V
BATUAN SEDIMEN
5.1 Tujuan percobaan
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat lithifikasi bahan rombakan batuan
asal, maupun hasil denudasi atau dari hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme.
Batuan sedimen hanya merupakan 5% dari seluruh batu-batuan yang terdapat di kerak bumi.
Dari jumlah 5% ini, batulempung adalah 80% , batupasir 5%, dan gamping 5%.
5.2 Dasar teori
5.2.1 Klasifikasi
Batuan sedimen dapat digolongkan menjadi:
Batuan sedimen detritius klastik
Batuan ini di endapkan dengan pross mekanisme, terbagi dalam dua golongan besar dan
pembagian ini berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun
dilingkungan air laut.
Batuan sedimen evaporit
Proses terbentuknya adalah pada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada
umumnya trbentuk di danau dan larutan tertutup.
Batuan sedimen organic
Batuan ini terbentuk dari unsur unsur yaitu tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan
tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh lapisan yang tebal diatasnya sehingga tidak
memungkinkan terjadinya pelapukan
Batuan sedimen silica
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organic seperti radiolaria atau
diatom dan proses kimiawi untuk lebih menyempurnakannya
Batuan sedimen karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuknya dari kumpulan cangkang moluska alga, foraminifera atau
lainnya yang bercangkang kapur. Atau proses pengendapan yang merupakan rombakan batuan
yang terbentuk lebih dulu dan diendapkan disuatu tempat.
5.2.2 Penggolongan dan penamaan
Berdasarkan genetisnya batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan(Pettijhon, 1975 dan W.T. Huang, 1962) yaitu:
Batuan sedimen klastik.
Batuan sedimen non klastik.
5.2.2.1 Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal.
Batuan asal dapat berupa batuan beku metamorf dan sedimen. Fragmentasi dimulai dari
pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu
cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung, sedimen mulai mengalami
diagenesa,yakni proses perubahan yang berlangsung dalam tempratur rendah di dalam suatu
sedimen, selama dan sesudah lithifikasi terjadi. Proses diagenesa antara lain:
Kompaksi sedimen
Sementasi
Rekritalisasi
1. Pemerian batuan sedimen klastik
Pemerian batuan sedimen klastik terutama didasarkan pada tekstur, struktur, dan
komposisi mineral.
i. Tekstur
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta
susunannya. Pembahasan tekstur meliputi:
Pemilahan
ukuran butir
kebundaran
kemas

ii. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya
semakin seragam ukuran dan besar butirnya maka pemilahan semakin baik. Dalam pemilahan
dipakai batasan-batasan sebagai berikut:
pemilahan baik (well sorted)
pemilahan sedang (moderate sorted)
pemilahan buruk (poorly sorted)
Gambar 5.1
Jenis Pemilahan






iii. Ukuran butir
Pemerian ukuran butir didasarkan pada skala Wintworth, 1922 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1
Skala Winworth



Nama butir
Besar butir(mm)
Bongkah (boulder)
>256
Brangkal (couble)
256 64
Kerakal (pebble)
64 4
Kerikil (granule)
4 2
Pasir sangat kasar (very coarse sand)
2 1
Pasir kasar (coarse sand)
1
Pasir sedang (medium sand)

Pasir halus (fine sand)
1/8
Pasir sangat halus (very fine sand)
1/8 1/16
Lanau (silt)
1/16 1/256
Lempung(clay)
< 1/256


iv. Kebundaran
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya bisa
diamati pada batuan sedimen klastik kasar. Kebundaran dapat dilihat dari bentuk batuan yang
trdapat dalam batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali variasi dari bentuk batuan, akan
tetapi untuk mudahnya dipakai perbandingan sebagai berikut:
sangat membundar (wellrounded)
membundar (rounded)
membundar tanggung (subrounded)
menyudut tanggung (subangular)
menyudut (angular)

v. Kemas
Didalam batuan sedimen dikenal dua macam kemas, yaitu:
kemas terbuka, apabila butiran tidak saling bersentuhan
kemas tertutup, apabila butiran saling bersentuhan
Gambar 5.2
Tipe kemas


vi. Stuktur
Struktur batuan sedimen diantaranya adalah pelapisan. Macam-macam pelapisan antara lain:
Massif, bila menunjukkan struktur dalam
Sejajar, bila lapisan seling sejajar
Laminasi, pelapisan sejajar yang ukurannya lebih tipis dari lem
Philihan, bila pelapisan disusun oleh butiran yang berubah dari kasar ke halus kearah vertical
Silang siur, pelapisan yang membentuk sudut terhadap bidang pelapisan.
vii. Komposisi mineral
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik adalah sebagai berikut:
Fragmen, adalah butiran yangberukuran paling besar. Dapat berupa pecahan batuan, mineral dan
cangkang fosil.
Matrik, butirannya lebih kecil dari fragmen dan terletak diantara fragmen sebagai maa dasar.
Matrik juga berupa batuan, mineral dan fosil.
Semen, adalah bahan pengikut antar butiran\ fragmen dan matrik, bahan yang umum adalah:
a) Semen karbonat(berwarna putih dan tidak bereaksi dengan HCL)
b) Semen semen silica(berwarna putih dan bereaksi dengan HCL dengan mengeluarkan busa)
c) Semen oksida besi(bereaksi dengan HCL dengan berubah warna menjadi merah)
5.2.2.2 Batuan sedimen non klastik
Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi,
seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang sebagai proses kimiawi.
Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil proses organik, seperti batu
gamping terumbu yang berasal dari organisme yang telah mati atau batubara yang berasal dari
sisa tumbuhan yang terubah. Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi
yang larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses kimiawi
seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan proses biologi (seperti
membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil bahan kimia yang ada dalam air).
1. Pemerian batuan sedimen non klastik
Pemerian batuan sedimen non klastik terutama didasarkan pada tekstur, struktur, dan
komposisi mineral.
i. Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi;
Kristalin, terdiri dari Kristal-kristak yang interlocking, Kristal saling mengunci satu sama lain.
Amorf, terdiri dari mineral yang tidak mempunyai system Kristal.
ii. Struktur
Struktur yang penting antara lain:
Fosiliferous, struktur yang ditunjukkan oleh fosil komposisi organic.
Geode, rongga yang terisi Kristal dengan pertumbuhan konsentris
Styloit, merupakan struktur bergerigi akibat pelarutan.
iii. Komposisi
Komposisi batuan sedimen non klastik umumnya menominera(satu macam mineral),contoh:
batu gamping :kalsit
chert :kalsedon
gypsum :mineral gypsum.

BAB VI
BATUAN METAMORF
6.1 Tujuan percobaan
Batuan metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (3-20km) yang
keseluruhannya / sebagian besar terjadi dalam keadaan padat / batu yang terbentuk oleh proses
metamorfisme.
Batuan metamorf dapat berasal dari batuan induk batuan beku sedimen atau metamorf sendiri.
Menurut HGF. Winklers, 1967, Metamorfosa adalah Proses proses yang mengubah mineral
suatu batuan pada fasa padat karena pengaruh atau response terhadap kondisi fisika dan kimia di
dalam kerak bumi, dimana kondisi fisika dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya.
Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
6.2 Dasar teori
6.2.1 Tipe tipe metamorfosa
6.2.1.1 Metamorfosa lokal
1. Metamorfosa kontak/thermal disebabkan karena intrusi
2. Metamorfosa kataklasik/dinamo disebabkan karena sesar
6.2.1.2 Metamorfosa regional
1.Metamorfosa regional/dinamo thermal pada zona tumbukan(subduction zone)
2. Metamorfosa beban/burial akibat beban sedimen diatasnya
6.2.2 Struktur batuan metamorf
a. Struktur foliasi
Slatycleavage, Merupakan peralihan dari batu lempung ke batuan metamorf phillitic. Penjajaran
mineral mulai kasar daun mika dan klorit sudah cukup besar, berkilap sutra halus.
Schistosy(skistosa), Mineral pipih (biotit) muskovit velspar lebih dominan dibandingkan mineral
butiran.
Gneissic(gneissic), Mineral granular lebih dominan dibandingkan mineral pipih.
b. Struktur non foliasi
Struktur hornfelsik, Dicirikan butiran yang seragam terbentuk pada bagian dalam daerah kontak
sekitar batuan beku.
Struktur milonit , Struktur yang berkembang oleh penghancuran batuan asal yang yang
mengalami metamorfosa dinamo.
Struktur kataklastik, Sama dengan milonit hanya butirannya lebih kasar,
Struktur pilonitik, Menyerpai milonit tetapi butiranya kasar mendekati philit
Struktur flaser, Seperti struktur katakklastik dimana struktur batuan asal berbentuk lensa yang
tertanam pada massa dasar milonit.
Stuktur augen, Seperti struktur flaser hanya terdiri dari bitir flaser dalam masa dasar lebih halus
Struktur Granoulose, Hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran
lebih besar.
Struktur Liniasi, Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral seperti
jarum(fibrous).
6.2.3 Tekstur batuan metamorf
Tekstur kristaloblastik
Tekstur yang terbentuk dalam suasana padat (tekstur batuan asal tidak Nampak lagi) dan,
bukan mengkristal dalam suasana cair. Karena itu Kristal yang terjadi disebut blastos.
Lepidoblastik
Tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral pipih yang memperlihatkan
orientasi sejajar, seperti mineral biotit,muscovite dan sebagainya.
Granoblastik
Tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral-mineral yang membentuk butiran-
butiran yang seragam, seperti kuarsa, kalsit, garnet, dan lain-lain.
Nematoblastik
Terdiri dari mineral-mineral berbentuk prismatic menjarum yang memperlihatkan orentasi
sejajar, seperti mineral amphibol, silimanit, piroksen, dan lainnya.
Porfiroblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana Kristal besar ( fenokris) tertanam didalam massa dasar
yang relative halus.
Xenoblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk-bentuk mineral penyusunnya berbentuk euhedral.
Tekstur palimpsest
Merupakan tekstur sisa dari batuan asal yang dijumpai pada batuan metamorf. Tekstur ini
meliputi:
Balastoporfiritik
suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.
Blastopsefit
Suatu tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukurannya lebih besar dari pasir.
Blastopsamit
Tekstur sisa dari batuan sedimen yang berukuran pasir.
Blastopellite
Tekstur sisa dari batuan sedimen yang berukuran lempung.
6.2.4 Komposisi batuan metamorf
Pada hakekatnya komposisi batuan metamorf dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

a. Mineral stress
Adalah mineral yang stabil dalam kondisi tekanan dimana mineral ini dapat berbentuk pipih atau
tabular, prismatic, maka mineral tersebut akan tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya, sebagai
contoh:
Mika zeolit
Tremolit-actinolit glaukopan
Serpentin klorit
Selemanit staurolit
Kyanit antopolit

b. Mineral anti stress
Adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan dimana biasanya berbentuk
equidimensional. Sebagai contoh:
Kwarsa kalsit
Feldspar koordierit






6.2.5 Penamaan batuan metamorf
Berdasarkan struktur
Tabel 6.1
Penamaan batuan metamorf
Berdasarkan struktur




Struktur Nama batuan
Slatycleavage Slate
Philitic Philit
Schistosity Skis
Gneissic Gneiss

Apabila terdapat mineral tertentu dalam jumblah yang banyak maka dapat diberi nama
gabungan. Contoh:
Skiss..skis mica
Untuk struktur non foliasi, komposisi mineral memegang peranan penting dalam
penamaan batuan. Contoh:
Bila dominan kwarsanama batuan kwarsit
Bila dominan kalsit...nama batuan marmer
Bila dominan serpentin.nama batuan serpentinit

BAB VII
KOLOM STRATIGRAFI
7.1 Tujuan praktikum
Tujuan dari praktikum kolom stratigrafi adalah pada dasarnya untuk mengetahui
bagaimana lapisan - lapisan batuan itu mengalami penyebaran dan mempunyai derajat
kemiringan serta arah penyebaran lapisan. Serta mengetahui bahwa di setiap lapisan tidak selalu
mempunyai struktur lapisan yang sama. Dan hal itu menunjukkan adanya proses perlapisan
(sedimentasi).

7.2 Dasar teori
Stratigrafi adalah cabang ilmu geologi. Dalam arti sempit stratigrafi berasal dari kata
:Stratum : Perlapisan dan Grafis : Menggambarkan/pemerian
Jadi stratigrafi adalah ilmu pemerian strata/lapisan batuan. Dalam arti luas, stratigrafi ialah ilmu
yang membahas semua batuan baik batuan sedimen, beku dan metamorfosa. Dalam hal genesa,
hubungan, kejadian serta sifat sejarahnya dalam ruang dan waktu geologi.
Dengan mempelajari aspek biostratigrafi dan Lithostratigrafi, maka kita akan dapat menyusun
sejarah geologi suatu daerah yang kita pelajari/selidiki.
Sehingga dalam mempelajari stratigrafi erat sekali kaitannya dengan sedimentologi (ilmu yang
mempelajari genesa,sifat-sifat dan klasifikasi batuan sedimen). Begitu pula dengan hubungannya
yang erat dengan ilmu Paleontology (ilmu yang mempelajari tentang masa lampau, dengan
kajian adalah fosil).Fosil adalah sisa, atau jejak ataupun organisme itu sendiri yang telah
terawetkan dalam batuan sedimen, yang berumur dalam skala waktu geologi.
Hukum Hukum Stratigrafi
Hukum Steno
a. Hukum Super posisi
Hukum ini dikemukakan oleh steno, 1969, kemudian Lehman,1759. Hukum tersebut mengatakan
bahwa lapisan yang berada diatas adalah lebih muda daripada lapisan yang berada
dibawahnya,dalam urut-urutan normal.
Hukum ini kemudian dperhalus oleh Anthony,1955 yang berbunyi, lapisan yang termuda
terletak dipuncak,dalam urut-urutan yang tidak terganggu.
Jika lapisan A,B,C berturut-turut diendapkan dari bawah maka berdasarkan hukum tersebut
lapisan A lebih tua daripada lapisan B, sedangkan lapisan B lebih tua dari lapisan C.
Gambar 7.1
Hukum superposisi


Dalil yang di turunkan : Bidang perlapisan adalah bidang kesamaan waktu.
Bidang perlapisan adalah permukaan pengendapan atau dipositional interface.

b. Hukum kesinambungan lateral (lateral continuity)
Lapisan sedimen menerus secara lateral (dan akan membaji ditepi cekungan)
Dalil yang diturunkan : penerusan atau penyusunan bidang perlapisan merupakan dasar dari
prinsip korelasi stratigrafi.
Penghentian kesinambungan lapisan,terjadi oleh :
1. pembajian
2. Perubahan fasies
3. Pemancungan karena erosi, dibawah ketidakselarasan
4. Dislokasi karena sesar.


Gambar 7.2
Hukum kesinambungan lateral





c. Hukum asal horizontal
Lapisan pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar.
Menurut pendapat Woodford 1935 : lapisan lapisan sedimen diendapkan secara hampir
horizontal dan tidak pasti sejajar dengan permukaan dimana sedimen tersebut diendapkan.
Dalil yang dapat diturunkan : Akumulasi pengendapan secara vertikal (principle of vertical
acumulation).
Gambar 7.3
Hukum horizontalitas

Pengecualian : Pada keadaan tertentu (pada lingkungan delta, terumbu, dan tseterusnya)disini
saat terjadi dibawah permukaan pengendapannya miring yang disebut kemiringan asli (original
dip) atau clinoform.
Turunan pengecualian : akumulasi pengendapan dalam keadaan tertentu, dapat terjadi secara
lateral karena progadasi (lateral accumulatio though progadation)

Hukum Ketidakselarasan (James Hutton 1775)
Dalam suatu urutan suatu lapisan sedimen, kadang-kadang ditemukan bidang pemisah,
dimana lapisan-lapisan yang berada dibawahnya adalah merupakan hasil daur geologi yang lebih
tua dari urutan lapisan yang berada diatasnya. Setiap daur geologi terdiri dari peristiwa
permulaan dan akhir suatu pengendapan yang ditandai atau dipisahkan oleh suatu bidang yang
mewakili periode tidak adanya pengendapan yang disebabkan oleh adanya pengangkatan dengan
tanda kemiringan perlipatan ataupun yang disertai intrusi batuan beku, serta metamorfosa yang
kemudian diikuti oleh adanya erosi. Bidang ini disebut KETIDAKSELARASAN.
Bidang ketidakselarasan ini terbagi atas beberapa macam yaitu:
1. Bidang ketidakselarasan sejajar (disconformaty)
Jika periode ini diwakili oleh pengangkatan satu erosi saja. (epirogenesa)
Pengamatan stratigrafi :
Lapisan yang berada diatas bidang ketidakselarasan adalah sejajar dengan lapisan dibawahnya.
2. Bidang ketidakselarasan bersudut (angular unconformity)
Jika dalam periode ini diwakili oleh kemiringan atau perlipatan serta pengangkatan dan erosi.
(orogenesa)
Pengamatan stratigrafi :
Lapisan yang berada dibawah bidang ketidakselarasan membuat sudut terhadap lapisan yang
berada diatasnya.
3. Bidang Bukan keselarasan (non conformity)
Jika periode pemisah ini diwakili oleh gejala-gejala intrusi atau metamorfosa regional serta
pengangkatan yang diikuti oleh erosi, sehingga menyingkapkan batuan kristalin ini. (beku atau
metamorfosa) sebelum lapisan diatasnya diendapkan.
Pengendapan stratigrafi :
Batuan yang terletak dibawah bidang bukan keselarasan adalah beku plutonik atau metamorfosa
atau batuan kristalin.
4. Bidang ketidakselarasan
Merupakan dasar untuk pengendapan sedimen non daur geologi yang berada diatasnya.
Dalil yang diturunkan : lapisan yang berada diatas bidang ketidakselarasan selalu dalam keadaan
paralel atau sub paralel terhadap bidang ketidakselarasan..


Prinsip Prinsip Intrusi, James Hutton, 1795
Hukum penerobosan (The law of intrusio)
Batuan intrusi (magmatik) selalu mengintrusi batuan yang lebih tua.
1. Tubuh batuan intrusi dapat bersifat (terhadap batuan yang diintrusi)
Konkordan (batas intrusi sejajar dengan perlapisan batuan)
a. Sill, bentuknya pipih dan sejajar lapisan.
b. Lakolit, bentuk lensa cembung.
c. Lapolit, bentuk lensa cekung
Diskordan (batas intrusi memotong lapisan batuan yang diintrusi)
d. Dike, bentuk pipih seperti lapisan dan tegak lurus
e. Stock, bentuknya seperti pipa
f. Boss, bentuknya seperti kuba
g. Batholit, bentuk tak menentu dan besarnya juga tak menentu, bisa sampai ratusan kilometer
tanpa diketahui dasarnya.
2. Perbatasan antara batuan intrusi dengan batuan yang diintrusi.
Jalur pendinginan pada batuan yang mengintrusi, penghalusan kristal brangsur kearah batas
intrusi. Basin depan (basic front) pada batuan yang mengintrusi, peningkatan mineral mineral
mafic (mineral hitam) kearah batas intrusi, terutama pada batuan plutonik/batolit. Efek
pembakaran (baking effect) pada batuan sedimen yang diintrusi, seperti batu tanduk (hornstone)
merupakan bentuk pegerasan pada sedimen-sedimen lempung.
Jalur ubahan pada batuan yang diintrusi
Jalur metamorfosa termal (contact metamorfosa) pada sedimen yang diintrusi, seperti
batu tanduk, rekristalisai, pembentukan mineral mineral khusus seperti, wallastonit,granit,dan
kyanit.
Hukum Uniformitarism
Proses proses geologi yang berlaku sekarang juga terjadi pada masa yang lampau dan
hukum ini tidak berlaku untuk kehidupan fauna.
Hukum Urut urutan Fauna (The low of fauna succession), Abde Giroud Soulbie,1777).
Jenis jenis fosil itu berbeda beda sesuai dengan umurnya. Fosil yang berada formasi
yang terbawah, tidak serupa dengan apa yang ada pada formasi yang lebih tinggi, Anthony 1955
Strata dikenal oleh kandungan fosilnya, Smith 1816
Lapisan batuan dibedakan dari kandungan fosilnya yang khas, Woodford 1935.





7.3 Alat dan bahan
1. Palu geologi
2. Kompas geologi
3. Meteran
4. Busur
5. Alat tulis
6. Plastik saampel
7. Pensil warna kuning dan hijau
8. Papan skener
7.4 Prosedur percobaan
Mempersiapkan alat
Mengukur ketebalan total seluruh lapisan
Mengukur ketebalan tiap tiap perlapisan.
Mengambil foto foto sample dan foto lapisan.
Masukkan sampel tiap lapisan ke dalam kantong sampel.
Menentukan arah dan penyebaran lapisan dengan menggunakan kompas geologi (papan skener
ditempelkan pada lapisan kemudian menggunakan kompas geologi untuk menentukan arah dan
penyaebaran lapisan).
Mencatat semua data hasil pengamatan dalam format pengamatan praktikum lapangan serta
mengambil gambar perlapisan dan sampel.



7.5 Hasil pengamatan
KOLOM STRATIGRAFI
Perumahan Bukit Damai Sentosa II
TAHUN 2010

Nama/ NIM :Wanda Prayoga/1001057 Strike/Dip : N 10E / 5
Kelas : S1 Tek. Perminyakan A Institusi : STT MIGAS Balikpapan
Nama Kelompok : II A Skala : 1 : 15
SEK
OLA
H
TIN
GGI
TEK
NOL
OGI
MIN
YA
K
BU
MI
DAN
GAS
BAL
IKP
APA
N
IDE
NTI
FIK
ASI
BAT
UAN SEDIMEN

NAMA : Wanda Prayoga
KELOMPOK : 2
JENIS BATUAN : Sedimen klastik
WARNA : coklat muda
Keabu - abuan
U
M
U
R

F
O
R
M
A
S
I

S
A
T
U
A
N

B
A
T
U
A
N

T
E
B
A
L

(
m
)

S
T
R
U
K
T
U
R

S
E
D
I
M
E
N

SIMBOL LITOLOGI

DIAMETER BUTIR

C L FS MS CS G


PEMERIAN


KANDUNGAN
FOSIL
L
I
N
G
K
U
N
G
A
N

P
E
N
G
E
N
D
A
P
A
N



P
E
R
U
M
A
H
A
N

B
U
K
I
T

D
A
M
A
I

S
E
N
T
O
S
A

I
I
















S
a
u
a
n

B
a
t
u

p
a
s
i
r




S
a
t
u
a
n

B
a
t
u

L
e
m
p
u
n
g









S
a
t
u
a
n

B
a
t
u

P
a
s
i
r













S
a
t
u
a
n

B
a
t
u

L
e
m
p
u
n
g



. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. .

. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . .

-STA 1
Termasuk batu lempung, dengan
warna keabu-abuan, diameter
butirannya <

, derajat
pembundarannya menyudut
tanggung, pemilahan sedang,
kemas tertutup, struktur masif,
genesa terbentuk di permukaan
bumi.
-STA 2
Termasuk batu pasir, dengan
warna kuning, diameter butiran
tipe pasir halus -

, derajat
pembundaran membuntar, dengan
pemilahan sedang, kemas terbuka,
struktur masif, genesa terbentuk
di permukaan bumi.
-STA 3
Termasuk batu lempung, dengan
warna abu abu, diameter
butirannya tipe lempung <

,
derajat pembundaran menyudut
tanggung, tipe pemilahan sedang,
kemas tertutup, struktur masif,
genesa terbentuk di permukaan
bumi.
-STA 4
Termasuk batu pasir, dengan
warna kuning kecoklatan,
diameter butirannya jenis pasir
halus -

, derajat pembundarannya
membuntar, pemilahan sedang,
kemas tertutup, struktur masif,
genesa terbentuk di permukaan
bumi.











0
,
7
3
m























1
,
3
m



0
,
2
m









0
,
4
2
m


TEKSTUR :
DIAMETER BUTIRAN : < 1/256
DERAJAT PEMBUNDARAN : Menyudut tangguang
PEMILAHAN / KESERAGAMAN BUTIRAN : Pemilahan Sedang
KEMAS : Kemas tertutup
KOMPOSISI :
FRAGMEN : -
GROUNDMASS ( MASA DASAR ) : -
SEMEN : -
MATRIX : -
STRUKTUR : Masif
CIRRI KHUSUS : -
NAMA BATUAN : Batu Lempung
GENESA : -






Gambar 7.4 Lempung



SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK BUMI DAN GAS
BALIKPAPAN
IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN

NAMA : Wanda Prayoga
KELOMPOK : 2
JENIS BATUAN : Batu Pasir
WARNA : Kuning
TEKSTUR :
DIAMETER BUTIRAN : - 1/8
DERAJAT PEMBUNDARAN : Membundar
PEMILAHAN / KESERAGAMAN BUTIRAN : Sedang
KEMAS : Kemas Terbuka
KOMPOSISI :
FRAGMEN : -
GROUNDMASS ( MASA DASAR ) : Ada
SEMEN : -
MATRIX : -
STRUKTUR : Styloit
CIRRI KHUSUS : -
NAMA BATUAN :Batu Pasir Halus
GENESA : -






Gambar 7.5 Batu Pasir



7.5.1 Deskripsi lapisan
Deskripsi lapisan adalah pendataan dari suatu lapisan dimana kita telah mengklasifikasikan
jenis, warna, ketebalan dan telah mengukur arah penyebarannya dengan menentukan strike dan
dip lapisan yang di teliti. Berikut pendeskripsian lapisan yang telah kami teliti :
Strike dan Dip Keseluruh lapisan : 10 E / 5
Lapisan 1 :
Jenis : Lempung
Warna : Cokelat Muda Keabu-abuan
Ketebalan : 73 cm
Lapisan 2 :
Jenis : Pasir
Warna : Kuning
Ketebalan : 130 cm
Lapisan 3 :
Jenis : Lempung
Warna : Krem
Ketebalan : 20 cm
Lapisan 4 :
Jenis : Pasir
Warna : Kuning kejinggaan
Ketebalan : 42 cm




7.5.2 Gambar / Foto Lapisan
STA 1 :
Gambar 7.6 STA 1
STA 2 :
Gambar 7.7 STA 2

STA 3 :
Gambar 7.8 STA 3

Gambar 7.9 STA 4
STA 4 :

7.5.3 Gambar / Foto Singkapan

Gambar 7.10
Singkapan










BAB VIII
KESIMPULAN UMUM

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi beserta isinya. Dan ruang lingkup geologi
itu sangat luas cabang cabang ilmunya meliputi mineralogy, paleontology, lithostratigrafi,
petrologi, stratigrafi, geologi struktur dan geomorfologi.
Mineral adalah zat yang homogen yang terjadi dialam, terjadi secara alamiah dengan suatu
komposisi kimia tertentu dan memiliki susunan atom yang teratur, biasanya terbentuk secara
proses Anorganik. Sifat fisik mineral ditentukan oleh struktur Kristal dan kompopsisi
kimianya.

Batuan adalah kumpulan dari satu mineral atau lebih yang mengendap dan bersatu. Nama dan
sifat kelompok dari batuan ditentukan oleh kandungan dan proposi mineralnya. Menurut asal
usulnya, batu-batuan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok utama yaitu batuan beku (igneous
rocks), batuan sedimen (sedimentary rocks) dan batuan metamorf/malihan (metamorphic rocks).
Batuan Beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan magma yang keluar dari
perut bumi yang mengalami pendinginan dan pengerasan tanpa proses kristalisasi baik di dalam
ataupun di luar permukaan.
Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat serta sangat panas yang berada
dalam perut bumi. Aktifitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas
yang terkandung di dalamnya sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran lempeng
kulit bumi. Magma dapat berbentuk gas padat dan cair.
Batuan Sedimen adalah batuan yang tebentuk akibat proses semenisasi atau perlapisan sehingga
mengalami perubahan bentuk akibat adanya perlapisan perlapisan.
Batuan metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi ( 3 - 20 km ) yang
keseluruhannya / sebagian besar terjadi dalam keadaan padat / batu yang terbentuk oleh proses
metamorfisme.

Praktikum kolom stratigrafi adalah pada dasarnya untuk mengetahui bagaimana lapisan - lapisan
batuan itu mengalami penyebaran dan mempunyai derajat kemiringanserta serta arah penyebaran
lapisan. Serta mengetahui bahwa di setiap lapisan tidak selalu mempunya struktur lapisan yang
sama. Dan hal itu menunjukkan adanya proses perlapisan (sedimentasi).
Stratigrafi adalah ilmu pemerian strata/lapisan batuan. Dalam arti luas, stratigrafi ialah ilmu
yang membahas semua batuan baik batuan sedimen, beku dan metamorfosa. Dalam hal genesa,
hubungan, kejadian serta sifat sejarahnya dalam ruang dan waktu geologi.
Hukum Steno menjadi acuan utama dalam ilmu stratigrafi dimana hukum ini menyebutkan
bahwa semakin dalam suatu lapisan maka usia lapisan tersebut semakin tua.
Kompas Geologi dan Palu Geologi sangatlah penting untuk diketahui cara penggunaannya
dengan baik dan benar karena menjadi alat di lapangan terutama dalam ilmu stratigrafi.








DAFTAR PUSTAKA

Adriany, Norma, Ir.2010, Petunjuk Praktikum Batuan. Balikpapan.
Bp, 1. 13/12/2010. geologi-struktur,http://1.bp.blogspot.com
Denny, Maulani Septian.2008. STT MIGAS Balikpapan
Fahmi, Ali. 13/12/22010. Geologi-struktur,http://alifahmi.wordpress.com
http://wingmanarrows.files.wordpress.com/2010/07/clip_image011_thumb.jp/13/12/2010
http://www.washington.edu/uwired/outreach/teched/projects/web/rockteam/WebSite/rcycle.gif/1
3/12/2010
http://en.wikibooks.org/wiki/High_School_Earth_Science/Relative_Ages_of_Rocks/13/12/2010
www.museum.bgl.esdm.go.id/12/12/2010

Anda mungkin juga menyukai