Anda di halaman 1dari 17

GEOLOGI DAERAH BLORA

STTNAS

DISUSUN OLEH : Djatmiko Nim : 410013089


Muhammad Rizka Nim : 410013059
Filas Alenza Dani Nim : 410013123

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL


YOGYAKARTA
LATAR BELAKANG

Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai tugas pada mata


kuliah geologi Indonesia, kami para penyusun menyadari
bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
mengingat keterbatasan waktu pengetahuan dan
kemampuan yang kami miliki namun demikian dengan
segala kemampuan yang ada dan dengan rasa
tanggungjawab akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas
ini.
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari makalah ( tugas ) yang kami buat ini


adalah untuk mengetahui ataupun menambah
wawasan pembaca khususnya daerah blora.

Tujuan dari makalah ( tugas ) yang berjudul Geologi


Daerah Blora ini guna untuk mengisi nilai tugas
dengan sebagai mana mestinya.
PEMILIHAN LOKASI

BLORA
Kabupaten Blora seluas + 193.723 ha secara
administratif dibagi dalam 16 wilayah
kecamatan. Secara geografis terletak antara
06o5230 07o1730 LS dan 111o0730
111o3730 BT dengan Kondisi iklim
menyebabkan perbedaan curah hujan yang nyata
antara musim penghujan dan kemarau dengan
curah hujan tahunan antara 1496 mm sampai
2506 mm. Suhu udara rata-rata bulanan berkisar
antara 26,5oC sampai 28,4oC dan rata-rata
tahunan sebesar
Jumlah penduduk di Kabupaten Blora adalah 833.566 jiwa dan pada
tingkat kecamatan bervariasi antara 23.749 jiwa (kecamatan Bogorejo)
sampai 87.207 jiwa (kecamatan Blora). Sedangkan kepadatan
penduduknya adalah 458 jiwa per km2 dengan variasi dari 1.513 jiwa/km2
di Kecamatan Cepu sampai 221 jiwa/km2 di Kecamatan Jiken. Kepadatan
penduduk tertinggi terdapat di kecamatan dekat pusat kegiatan tinggi,
misal Blora yang merupakan ibukota kabupaten dan Cepu sebagai pusat
perdagangan. Makin jauh dari pusat kegiatan angka kepadatannya
semakin kecil.
Penggunaan lahan di daerah penelitian didominasi oleh sawah seluas
89.859 ha (46,38%) dan hutan jati seluas 78.982 ha (40.77%). Sedangkan
penggunaan lainnya terdiri dari tegalan seluas 18.011 ha (9,30%), padang
rumput/tanah kosong seluas 125 ha (0,06%), semak belukar 3.526 ha
(1,82%) dan pemukiman dan pekarangan seluas 16.724 ha (8,63%).
( METODE SURFACE DAN SUBSURFACE)
FOTO UDARA

pandangan citra landsat pandangan foto udara


147 km 3.08 km
DATA SEKUNDER

Bahan induk tanah di daerah Blora terdiri dari 6 jenis, yaitu


aluvium (endapan lempung), aluvio-koluvium (bahan halus),
batugamping, napal, batulempung dan batupasir berkapur.
Di kabupaten Blora dijumpai ordo tanah Entisol, Inceptisol,
Mollisol, Vertisol dan Alfisol. Selanjutnya 5 Ordo tanah ini
dibedakan lagi menurut rejim kelembaban tanah (ustik, udik
dan akuik) menurunkan 12 subordo, 18 great group dan 30
subgroup
MODEL SUBSURFACE
DATA-DATA LAPANGAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pemetaan di


lapangan, pada Kabupaten Blora, Provinsi Jateng
terdapat beberapa potensi bahan galian yang bisa
dimanfaatkan, antara lain :

1. Batu Gamping
2. Bentonit
3. Batu Lempung
4. Batu Pasir Kuarsa
5. Gypsum
6. Marmer dan Onyx
7. Sirtu
8. Phospat
Kenampakan potensi dan penambangan
Kenampakan potensi dan penambangan
batugamping di Desa Sendangharjo dan Ngampel.
batugamping di Desa Nglangitan dan Kedungrejo

Kenampakan potensi dan penambangan Kenampakan potensi batugamping di


batugamping di Kecamatan Jepon
Kecamatan Bogorejo
Kenampakan potensi batugamping di Kenampakan potensi batugamping di desa
Kecamatan Todanan Mendenrejo

Kenampakan potensi batulempung bentonit


di desa Bodeh, kecamatan Randublatung Kenampakan potensi batulempung
(atas) dan Kradenan (bawah) Kecamatan Banjarejo dan Kecamatan Blora
Kenampakan potensi gipsum didesa Kutukan
kecamatan Randublatung

Paling atas dan kiri bawah


merupakan kenampakan
potensi batupasir kuarsa,

daerah penelitian terdapat berbagai macam corak


Potensi sirtu di sepanjang sungai Bengawan
marmer, diantaranya berupa statuary marble, breccia
Solo yang sudah dilakukan penambangan
marble, shell marble, ornamental marble dan onyx
marble
Potensi phosphat di Kecamatan Bogorejo

Peta potensi bahan galian di Kabupaten Blora


PEMBAHASAN

STRUKTUR GEOLOGI
Dalam kerangka tektonik regional maka proses
pembentukan struktur Tersier di Pulau Jawa dapat
dibagi menjadi 3 periode :
1. Paleogen Extension Rifting
2. Neogen Compressional Wrenching
3. Plio Pleistocene Compressing Thrust Folding
EVOLUSI MORFOTEKTONIK

Evolusi Morfotektonik zona rembang berdasarkan data


stratigrafi dan struktur geologinya dapat dibagi menjadi
4 fase:
1. Fase Tektonik pertama yang terjadi selama tersier
sampai awal Oligocene yang mengendapkan formasi
Ngimbang dan Kujung yang diendapkan diatas
basement yang berupa mlange dan ofiolit.
2. Fase yang kedua terjadi pada oligocen tengah
sampai miosen akhir
3. Fase yang ketiga terjadi pada Miosen akhir sampai
pleistocen awal.
4. Fase yang keempat terjadi pada Pleistocene akhir
Holosen.
LITHOSTRATIGRAFI

Litostratigrafi Tersier di Cekungan Jawa


Timur bagian Utara secara umum dan
rincian stratigrafi Cekungan Jawa Timur
bagian Utara dari Zona Rembang yang
disusun oleh Harsono Pringgoprawiro
(1983) terbagi menjadi 15 (lima belas)
satuan yaitu Batuan Pra Tersier,
Formasi Ngimbang, Formasi Kujung,
Formasi Prupuh, Formasi Tuban, Formasi
Tawun, Formasi Ngrayong, Formasi Bulu,
Formasi Wonocolo, Formasi Ledok,
Formasi Mundu, Formasi Selorejo,
Formasi Paciran, Formasi Lidah dan
Undak Solo
KESIMPULAN
Geologi wilayah kabupaten Blora merupakan Perbukitan Rembang
yang telah mengalami pengangkatan, pelipatan dan patahan serta
proses erosi yang intensif sehingga terjadi pendataran (peneplain)
Sepanjang jalur Zona Rembang membentuk struktur perlipatan
yang
dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Bagian Timur, dimana arah umum poros antiklin membujur dari
Barat Laut Timur Tenggara.
2. Bagian Barat, yang masing masing porosnya mempunyai arah
Barat timur dan secara umum antiklin-antiklin tersebut menunjam
baik ke arah barat ataupun ke arah timur.
Dalam kerangka tektonik regional maka proses pembentukan
struktur Tersier di Pulau Jawa dapat dibagi menjadi 3 periode :
1. Paleogen Extension Rifting
2. Neogen Compressional Wrenching
3. Plio Pleistocene Compressing Thrust Folding
. Landform di daerah ini dapat dibagi tiga grup utama, yaitu Aluvial,
Karst dan Tektonik/struktural. Dari 3 landform utama ini dapat
dibagi lagi berdasarkan bentuk wilayahnya, menjadi bentuk wilayah
datar luas 57.814 ha, berombak luas 54.647 ha, bergelombang luas
39.413 ha dan berbukit luas 38.629 ha.

Anda mungkin juga menyukai