STTNAS
BLORA
Kabupaten Blora seluas + 193.723 ha secara
administratif dibagi dalam 16 wilayah
kecamatan. Secara geografis terletak antara
06o5230 07o1730 LS dan 111o0730
111o3730 BT dengan Kondisi iklim
menyebabkan perbedaan curah hujan yang nyata
antara musim penghujan dan kemarau dengan
curah hujan tahunan antara 1496 mm sampai
2506 mm. Suhu udara rata-rata bulanan berkisar
antara 26,5oC sampai 28,4oC dan rata-rata
tahunan sebesar
Jumlah penduduk di Kabupaten Blora adalah 833.566 jiwa dan pada
tingkat kecamatan bervariasi antara 23.749 jiwa (kecamatan Bogorejo)
sampai 87.207 jiwa (kecamatan Blora). Sedangkan kepadatan
penduduknya adalah 458 jiwa per km2 dengan variasi dari 1.513 jiwa/km2
di Kecamatan Cepu sampai 221 jiwa/km2 di Kecamatan Jiken. Kepadatan
penduduk tertinggi terdapat di kecamatan dekat pusat kegiatan tinggi,
misal Blora yang merupakan ibukota kabupaten dan Cepu sebagai pusat
perdagangan. Makin jauh dari pusat kegiatan angka kepadatannya
semakin kecil.
Penggunaan lahan di daerah penelitian didominasi oleh sawah seluas
89.859 ha (46,38%) dan hutan jati seluas 78.982 ha (40.77%). Sedangkan
penggunaan lainnya terdiri dari tegalan seluas 18.011 ha (9,30%), padang
rumput/tanah kosong seluas 125 ha (0,06%), semak belukar 3.526 ha
(1,82%) dan pemukiman dan pekarangan seluas 16.724 ha (8,63%).
( METODE SURFACE DAN SUBSURFACE)
FOTO UDARA
1. Batu Gamping
2. Bentonit
3. Batu Lempung
4. Batu Pasir Kuarsa
5. Gypsum
6. Marmer dan Onyx
7. Sirtu
8. Phospat
Kenampakan potensi dan penambangan
Kenampakan potensi dan penambangan
batugamping di Desa Sendangharjo dan Ngampel.
batugamping di Desa Nglangitan dan Kedungrejo
STRUKTUR GEOLOGI
Dalam kerangka tektonik regional maka proses
pembentukan struktur Tersier di Pulau Jawa dapat
dibagi menjadi 3 periode :
1. Paleogen Extension Rifting
2. Neogen Compressional Wrenching
3. Plio Pleistocene Compressing Thrust Folding
EVOLUSI MORFOTEKTONIK