Dosen Pengampu:
Pangi, ST., MT
Disusun Oleh:
Erna Ratna Ayuning Pupuh (40030619650087)
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penyusun haturkan khadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan ini sebagai
tugas mata kuliah Penginderaan Jauh yang berjudul “Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk
Mengidentifikasi Fenomena UHI di Kota Surabaya” yang mungkin akan bermanfaat guna
menjadi alat untuk mempermudah dalam pembelajaran perkuliahan dimasa mendatang.
Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada seluruh dosen pembimbing yang
telah membantu penyusun dalam mengerjakan dan memberikan materi yang sangat
bermanfaaat dalam penyusunan laporan ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin penyusun berikan
dari hasil laporan ini, salah satunya pengetahuan yang bermanfaat di dalam laporan ini. Karena
itu, dengan semua keterbatasan dari pengetahuan ataupun kemampuan yang masih banyak
sekali kekurangan diharapkan kedepannya dapat saya perbaiki agar menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Maka, penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang berguna
bagi kita bersama.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Fenoma UHI .................................................................................................. 3
Gambar 2 Peta Tutupan Lahan Tahun 1994, 2015, 2019 Kota Surabaya.................................. 5
Gambar 3 Peta Persebaran LST Tahun 1994, 2015, dan 2019 Kota Surabaya ......................... 6
Gambar 4 Diagram Perubahan Luas LST .................................................................................. 7
DAFTAR TABEL
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2002 dan 2019 serta dapat mengetahui perubahan suhu dan tutupan lahan di Kota Surabaya
pada tahun 2002 dan 2019.
1.4 Ruang Lingkup
Kota Surabaya terletak diantara 070 12’ - 070 21’ Lintang Selatan dan 1120 36’ -
1120 54’ Bujur Timur, merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.
Dengan luas wilayah sebesar 326,36 km². Batas-batas wilayah Kota Surabaya adalah
sebagai berikut.
Batas Utara : Selat Madura
Batas Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Batas Timur : Selat Madura
Batas Barat : Kabupaten Gresik
1.5Metode
Data yang digunakan adalah data citra Landsat 5 TM C2 L1 pada tanggal 8 Juli 1994
dan Landsat 8 OLI/TIRS C2 L1. Pada Landsat 5 ini digunakan band 6 yang merupakan
band thermal. Untuk landsat 8 membawa 2 instrument yaitu Operational Land Instrument
(OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TRIS) yang terdiri dari 11 Band, untuk band thermal
terdapat di dua band, yaitu ban 10 dan band 11. Dengan menggunakan perangkat keras
Laptop, dan software Arcgis 10.3 untuk mengolah data-data citra landsat tersebut. Saat
mengolah data-data tersebut menggunakan formula-formula yang telah ditentukan.
Langkah awal pengolahan dengan mengkonversi nilai pixel Band 10 untuk landsat 8 dan
Landsat 5 menggunakan band 6. Setelah itu, konversi nilai spectral radiance menjaadi
kecerahan (Brightness temperature) dengan menggunakan formula yang telah ada.
Kemudian menentukan nilai kerapatan vegetasi (NDVI), pengolahan NDVI membutuhkan
band red (band 3 pada Landsat 5 dan band 4 pada Landsat 8) dan near infrared (band 4
pada Landsat 5 dan band 5 pada Landsat 8). Menentukan nilai Proportio of Vegetation
(Pv), niilai Pv diperoleh dengan mengskalakan NDVI untuk meminimalkan gangguan dari
kondisi tanah yang lembab dan fulks energi permukaan. Menentukan nilai Emisivitas (e),
setelah mendapatkan fraksi penutup vegetasi dapat dihitung nilai emisivitas suatu wilayah.
Yang terakhir menghitung nilai suhu permukaan (land surface temperature), untuk
mengetahui nilai dan persebaran suhu permukaan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2Tutupan Lahan
Tutupan lahan merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan tutupan lahan
yang berada di suatu lahan. Penutup lahan diartikan sebagai tutupan biofisik pada
permukaan bumi yang merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia
yang dilakukan pada jenis penutup lahan tersebut (BSN, 2010).
3
suhu permukaan darat. Dimana suhu permukaan diperoleh dengan cara mengkonversi nilai
digital kanal 6 (inframerah termal) ke dalam spektral radian menggunakan formula.
Sedangkan dalam ekstrasi citra landsat 8 umumnya menggunakan kanal band 10 dan 11
untuk mendeteksi suhu permukaan darat.
2.4 Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh atau dikenal dengan “Inderaja” adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi mengenai suatu objek, daerah, maupun fenomena melalui analisis
data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa melakukan kontak langsung dengan obyek,
daerah, atau fenomena yang diteliti (Lillesand dan Kiefer, 1994, dalam Triyanti, 2008).
Pendeteksian perubahan fenomena di permukaan bumi dengan menggunakan teknik
inderaja ialah suatu proses deteksi perubahan yang mengaplikasikan sejumlah sistem
multitemporal untuk analisis kuantitatif terhadap perubahan fenomena yang sejalan
dengan fungsi waktu (Jensen, 2005, dalam Dhartaredjasa, 2013). Penginderaan jauh
membutuhkan media supaya objek atau gejala di permukaan bumi dapat diamati dan
didekati tanpa melalui kontak langsung. Media tersebut berupa citra (image atau gambar).
Menurut Hornby (1974, dalam Sutanto, 1995) citra adalah gambaran yang terekam oleh
kamera atau oleh sensor lainnya. Citra merupakan salah satu jenis data hasil penginderaan
jauh yang berupa data visual/gambar. Citra sering disebut dengan image atau imagery.
Hasil penginderaan jauh selain citra misalnya adalah data digital atau data angka/numerik
(Sutanto, 1995).
4
BAB 3
PEMBAHASAN
Peta Tutupan Lahan Tahun 1994 Peta Tutupan Lahan Tahun 2015
Dari gambar diatas dapat dilihat mempunyai pola perubahan dari tahun 1994 ke tahun
2015 adanya konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun seperti pembangunan
Gedung-gedung dan penggunaan lahan sebagai permukiman. Hal ini akan mengakibatkan
suhu permukaan tanah mengalami kenaikan. Sedangkan pada tahun 2015 ke tahun 2019
tetap mempunyai pola tutupan lahan yang sama.
3.2 Hasil dan Analisis Land Surface Temperature
Pengolahan suhu permukaan memberikan hasil sebagai berikut.
5
LST Tahun 1994 LST Tahun 2015
Rata-
Tanggal Minimum Maksimum
rata
08 Juli 1994 22,38 33,66 27,49
16 Juni 2015 18,24 34,58 27,51
13 Juli 2019 18,04 36,44 30,09
Sumber : Analisis Arcgis, 2020
Dapat dilihat gambar dan table statistic LST bahwa hasil pengolahan dari data landsat
yang menggunakan aplikasi software arcgis, didapatkan terdapat 5 kelas suhu permukaan
berdasarkan rentang suhu permukaannya dan juga terdapat nilai minimum, maksimum dan
rata-rata suhu selama temporal dengan waktu yang berbeda (1994, 2015, 2019). Yang mana
nilai rata-rata suhu permukaan tertinggi pada tahun 2019 sebesar 30,09⁰C dan terendah pada
tahun 1994 sebesar 27,49⁰C. Dapat dilihat ketiga gambar petanya memiliki pola perubahan
suhu permukaan tanah yang sama jika ditinjau secara spasial, dimana suhu terendah
dipinggiran kota, dan semakin ke tengah pusat atau pusat kota maka suhu semakin tinggi.
6
Perubahan Luasan LST
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
18-20 20-24 24-28 28-32 >32
Dapat dilihat dari gambar diatas, bahwa secara temporal (1994, 2015 dan 2019)
perubahan luasan kelas suhu. Hasilnya luas area dengan suhu 18-20⁰C dan 20-24⁰C
mengalami penurunan. Luas area dengan suhu 24-28⁰C selalu mengalami kenaikan dari
tahun 1994 ke tahun 2015 dan turun tahun 2019. Luas area dengan suhu 28-32⁰ mengalami
naik tahun 1994 dan turun di tahun 2015 serta mengalami kenaikan pada tahun 2019. Luas
area dengan suhu >32⁰C mengalami kenaikan dari tahun 1994, 2015 dan 2019.
7
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jika melihat hasil dari analisis Urban Heat Island (UHI) maka dapat disimpulkan
bahwa kota Surabaya terjadi fenomena ini. Hal ini ditunjukan dengan kawasan pinggiran
Kota Surabaya suhunya lebih rendah dibandingkan dengan kawasan pusat kota. Pada
bagian kawasan pinggiran kota yaitu bagian timur (rural) yang memiliki suhu rendah
kemudian mengalami peningkatan suhu menuju ke arah pusat kota (urban) dan kemudian
menurun kembali kearah Barat Kota Surabaya. Dan pola ini terulang setiap tahunnya dari
mulai tahun 1994, 2015 dan 2019. Dari hasil analisis ini dapat terlihat bahwa, dengan
terjadi perubahan tutupan lahan khususnya pemukiman yang semakin meningkat dan
vegetasi yang berkurang menjadi salah satu faktor terjadinya kenaikan suhu di Kota
Surabaya. Dengan adanya penelitian ini, dapat disarankan untuk mengendalikan
perkembangan pertumbuhan pemukiman di Kota Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, N., & Pangi, P. (2019). Perubahan Penutup Lahan Dan Kerapatan Vegetasi
Terhadap Urban Heat Island Di Kota Surakarta. Seminar Nasional Geomatika, 3, 641.
https://doi.org/10.24895/sng.2018.3-0.1022
Fardani, I., Adisurya, I. A., & Saraswati, S. (2019). PENGGUNAAN CITRA SATELIT
LANDSAT UNTUK ANALISIS URBAN HEAT ISLAND (Studi Kasus: Kota
Bandung). Seminar Nasional Geomatika, 3, 1137–1146.
Giofandi, E. A. (2020). Persebaran Fenomena Suhu Tinggi melalui Kerapatan Vegetasi dan
Pertumbuhan Bangunan serta Distribusi Suhu Permukaan. Jurnal Geografi : Media
Informasi Pengembangan Dan Profesi Kegeografian, 17(2), 56–62.
https://doi.org/10.15294/jg.v17i2.24486
Guntara, I., & Priyana, Y. (2016). Analisis Urban Heat Island untuk Pengendalian
Pemanasan Global di Kota Yogyakarta Menggunakan Citra Penginderaan Jauh.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hubungan, A., Tutupan, P., Terhadap, L., Citra, M., Studi, L., & Kota, K. (2018). Analisis
Hubungan Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Suhu Permukaan Terkait Fenomena
Urban Heat Island Menggunakan Citra Landsat (Studi Kasus: Kota Surakarta). Jurnal
Geodesi Undip, 7(3), 22–31.
Kasus, S., & Semarang, K. (2018). Analisis Fenomena Urban Heat Island Serta Mitigasinya
(Studi Kasus : Kota Semarang). Jurnal Geodesi Undip, 7(3), 77–87.
Pratiwi, A. Y. (2020). Analisis Perubahan Distribusi Urban Heat Island (UHI) di Kota
Surabaya Menggunakan Citra Satelit Landsat Multitemporal. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
8
LAMPIRAN