Anda di halaman 1dari 12

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENGIDENTIFIKASI

FENOMENA URBAN HEAT ISLAND DI KOTA SURABAYA


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Penginderaan Jauh

Dosen Pengampu:
Pangi, ST., MT

Disusun Oleh:
Erna Ratna Ayuning Pupuh (40030619650087)

FAKULTAS SEKOLAH VOKASI

PRODI STR PERENCANAAN TATA RUANG DAN PERTANAHAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penyusun haturkan khadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan ini sebagai
tugas mata kuliah Penginderaan Jauh yang berjudul “Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk
Mengidentifikasi Fenomena UHI di Kota Surabaya” yang mungkin akan bermanfaat guna
menjadi alat untuk mempermudah dalam pembelajaran perkuliahan dimasa mendatang.
Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada seluruh dosen pembimbing yang
telah membantu penyusun dalam mengerjakan dan memberikan materi yang sangat
bermanfaaat dalam penyusunan laporan ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin penyusun berikan
dari hasil laporan ini, salah satunya pengetahuan yang bermanfaat di dalam laporan ini. Karena
itu, dengan semua keterbatasan dari pengetahuan ataupun kemampuan yang masih banyak
sekali kekurangan diharapkan kedepannya dapat saya perbaiki agar menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Maka, penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang berguna
bagi kita bersama.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Lamongan, 23 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 1
1.4 Ruang Lingkup ................................................................................................................. 2
1.5 Metode.............................................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3
2.1 Urban Heat Island (UHI) ................................................................................................. 3
2.2 Tutupan Lahan.................................................................................................................. 3
2.3 Land Surface Temperature (LST) .................................................................................... 3
2.4 Penginderaan Jauh ............................................................................................................ 4
BAB 3 PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
3.1 Hasil dan Analisis Tutupan Lahan ................................................................................... 5
3.2 Hasil dan Analisis Land Surface Temperature ................................................................. 5
3.3 Hasil dan Analisis Urban Heat Island .............................................................................. 7
BAB 4 PENUTUP ..................................................................................................................... 8
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 8
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 9

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Fenoma UHI .................................................................................................. 3
Gambar 2 Peta Tutupan Lahan Tahun 1994, 2015, 2019 Kota Surabaya.................................. 5
Gambar 3 Peta Persebaran LST Tahun 1994, 2015, dan 2019 Kota Surabaya ......................... 6
Gambar 4 Diagram Perubahan Luas LST .................................................................................. 7

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Statistik LST .............................................................................................................................. 6

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan pesaatnya pertumbuhan penduduk di setiap kota yang ada di Indonesia, yang
akan mempengaruhi kondisi lingkungan di perkotaan mengalami perubahan. Hal ini
mengakibatkan ketidakseimbangan dalam lingkungan dan salah satunya dampak yang
sangat terasa adalah kenaikan suhu udara di setiap kota.
Kota Surabaya adalah kota metropolitan terbesar di Indonesia dan Ibukota dari
Provinsi Jawa Timur serta merupakan pusat kegiatan perekonomian yang ada di Jawa
Timur. Menurut BPS Kota Surabaya tahun 2020 dalam kurun waktu 9 tahun (2010-2019),
kepadatan penduduk cenderung naik seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Kenaikan
jumlah penduduk ini akan mengakibatkan adanya pembangunan dengan pembangunan
dengan pengalihan fungsi lahan terutama vegetasi menjadi lahan terbangun. Dengan hal
tersebut akan memicu sebuah permasalahan seperti meningkatnya polusi udara,
meningkatnya kepadatan penduduk, serta adanya bangunan-bangunan tinggi terutama
didaerah pusat kota. Permasalahan tersebut akan menyebabkan suhu permukaan makin
meningkat pada daerah pusat kota dibandingkan daerah pinggiran kota yang disebut
dengan fenomena urban heat island.
Teknologi penginderaan jauh termasuk salah satu teknologi yang dapat digunakan
untuk menganalisis fenomena UHI. Dengan adanya citra satelit dan algoritma pengolahan
akan memungkinkan untuk dilakukan analisis pada Kota Surabaya dengan temporal yang
berbeda. Citra Landsat dapat digunakan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan dan
persebaran suhu permukaan di Kota Surabaya. Oleh karena itu, akan memanfaatkan
teknologi penginderaan jauh untuk menganalisa fenomena urban heat island di Kota
Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu mengidentifikasi
kondisi fenomena urban heat island di Kota Surabaya dan perubahan suhu dan tutupan
lahan di Kota Surabaya pada tahun 1994, 2015 dan 2019?
1.3 Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuannya yaitu
Dapat mengidentifikasi kondisi fenomena urban heat island di Kota Surabaya pada tahun

1
2002 dan 2019 serta dapat mengetahui perubahan suhu dan tutupan lahan di Kota Surabaya
pada tahun 2002 dan 2019.
1.4 Ruang Lingkup
Kota Surabaya terletak diantara 070 12’ - 070 21’ Lintang Selatan dan 1120 36’ -
1120 54’ Bujur Timur, merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.
Dengan luas wilayah sebesar 326,36 km². Batas-batas wilayah Kota Surabaya adalah
sebagai berikut.
Batas Utara : Selat Madura
Batas Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Batas Timur : Selat Madura
Batas Barat : Kabupaten Gresik
1.5Metode
Data yang digunakan adalah data citra Landsat 5 TM C2 L1 pada tanggal 8 Juli 1994
dan Landsat 8 OLI/TIRS C2 L1. Pada Landsat 5 ini digunakan band 6 yang merupakan
band thermal. Untuk landsat 8 membawa 2 instrument yaitu Operational Land Instrument
(OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TRIS) yang terdiri dari 11 Band, untuk band thermal
terdapat di dua band, yaitu ban 10 dan band 11. Dengan menggunakan perangkat keras
Laptop, dan software Arcgis 10.3 untuk mengolah data-data citra landsat tersebut. Saat
mengolah data-data tersebut menggunakan formula-formula yang telah ditentukan.
Langkah awal pengolahan dengan mengkonversi nilai pixel Band 10 untuk landsat 8 dan
Landsat 5 menggunakan band 6. Setelah itu, konversi nilai spectral radiance menjaadi
kecerahan (Brightness temperature) dengan menggunakan formula yang telah ada.
Kemudian menentukan nilai kerapatan vegetasi (NDVI), pengolahan NDVI membutuhkan
band red (band 3 pada Landsat 5 dan band 4 pada Landsat 8) dan near infrared (band 4
pada Landsat 5 dan band 5 pada Landsat 8). Menentukan nilai Proportio of Vegetation
(Pv), niilai Pv diperoleh dengan mengskalakan NDVI untuk meminimalkan gangguan dari
kondisi tanah yang lembab dan fulks energi permukaan. Menentukan nilai Emisivitas (e),
setelah mendapatkan fraksi penutup vegetasi dapat dihitung nilai emisivitas suatu wilayah.
Yang terakhir menghitung nilai suhu permukaan (land surface temperature), untuk
mengetahui nilai dan persebaran suhu permukaan.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urban Heat Island (UHI)


Urban heat island atau fenomena pulau bahang adalah suatu kondisi klimatologi
yang mana daerah pusat kota memiliki suhu yang lebih tinggi dari daerah pinggir kota.
Fenomena ini terjadi karena perubahan penggunaan lahan dari vegetasi menjadi daerah
beraspal, beton, lahan terbangun, dan lahan terbuka nonvegetasi. Permukaan yang
tergantikan lebih banyak menyerap panas matahari dan juga lebih banyak memantulkan,
sehingga mengakibatkan suhu permukaan naik (Khomarudin, 2004 dalam Ilham G., 2016).
Berikut skema fenomena UHI dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 1 Skema Fenoma UHI

2.2Tutupan Lahan
Tutupan lahan merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan tutupan lahan
yang berada di suatu lahan. Penutup lahan diartikan sebagai tutupan biofisik pada
permukaan bumi yang merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia
yang dilakukan pada jenis penutup lahan tersebut (BSN, 2010).

2.3 Land Surface Temperature (LST)


Suhu permukaan dapat diartikan suhu bagian terluar dari suatu objek. Untuk suatu
tanah terbuka, suhu permukaan adalah suhu pada lapisan terluar permukaan tanah. Land
Surface Temperature (LST) atau suhu permukaan lahan adalah keadaan yang dikendalikan
oleh keseimbangan energi permukaan, atmosfer, sifat termasl dari permukaan, dan media
bawah permukaan tanah (Becker & Li, 1990). LST merupakan fenomena penting dlam
perubahan iklim global. Prinsip dasar yang dikembangkan dalam deteksi suhu udara
mengacu kepada prinsip fisika caha pada black body temperature. Dalam ekstraksi citra
landsat 5 umumnya menggunakan kanal band 6 (inframerah termal) untuk mendeteksi

3
suhu permukaan darat. Dimana suhu permukaan diperoleh dengan cara mengkonversi nilai
digital kanal 6 (inframerah termal) ke dalam spektral radian menggunakan formula.
Sedangkan dalam ekstrasi citra landsat 8 umumnya menggunakan kanal band 10 dan 11
untuk mendeteksi suhu permukaan darat.
2.4 Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh atau dikenal dengan “Inderaja” adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi mengenai suatu objek, daerah, maupun fenomena melalui analisis
data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa melakukan kontak langsung dengan obyek,
daerah, atau fenomena yang diteliti (Lillesand dan Kiefer, 1994, dalam Triyanti, 2008).
Pendeteksian perubahan fenomena di permukaan bumi dengan menggunakan teknik
inderaja ialah suatu proses deteksi perubahan yang mengaplikasikan sejumlah sistem
multitemporal untuk analisis kuantitatif terhadap perubahan fenomena yang sejalan
dengan fungsi waktu (Jensen, 2005, dalam Dhartaredjasa, 2013). Penginderaan jauh
membutuhkan media supaya objek atau gejala di permukaan bumi dapat diamati dan
didekati tanpa melalui kontak langsung. Media tersebut berupa citra (image atau gambar).
Menurut Hornby (1974, dalam Sutanto, 1995) citra adalah gambaran yang terekam oleh
kamera atau oleh sensor lainnya. Citra merupakan salah satu jenis data hasil penginderaan
jauh yang berupa data visual/gambar. Citra sering disebut dengan image atau imagery.
Hasil penginderaan jauh selain citra misalnya adalah data digital atau data angka/numerik
(Sutanto, 1995).

4
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Analisis Tutupan Lahan


Dari data pengolahan landsat 8 dan landsat 5 dapat diketahui perubahan tutupan lahan
secara temporal dengan waktu yang berbeda (1994, 2015 dan 2019) di Kota Surabaya
sebagai berikut:

Peta Tutupan Lahan Tahun 1994 Peta Tutupan Lahan Tahun 2015

Peta Tutupan Lahan Tahun 2019


Gambar 2 Peta Tutupan Lahan Tahun 1994, 2015, 2019 Kota Surabaya

Dari gambar diatas dapat dilihat mempunyai pola perubahan dari tahun 1994 ke tahun
2015 adanya konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun seperti pembangunan
Gedung-gedung dan penggunaan lahan sebagai permukiman. Hal ini akan mengakibatkan
suhu permukaan tanah mengalami kenaikan. Sedangkan pada tahun 2015 ke tahun 2019
tetap mempunyai pola tutupan lahan yang sama.
3.2 Hasil dan Analisis Land Surface Temperature
Pengolahan suhu permukaan memberikan hasil sebagai berikut.

5
LST Tahun 1994 LST Tahun 2015

LST Tahun 20119


Gambar 3 Peta Persebaran LST Tahun 1994, 2015, dan 2019 Kota Surabaya

Tabel 1 Statistik LST

Rata-
Tanggal Minimum Maksimum
rata
08 Juli 1994 22,38 33,66 27,49
16 Juni 2015 18,24 34,58 27,51
13 Juli 2019 18,04 36,44 30,09
Sumber : Analisis Arcgis, 2020

Dapat dilihat gambar dan table statistic LST bahwa hasil pengolahan dari data landsat
yang menggunakan aplikasi software arcgis, didapatkan terdapat 5 kelas suhu permukaan
berdasarkan rentang suhu permukaannya dan juga terdapat nilai minimum, maksimum dan
rata-rata suhu selama temporal dengan waktu yang berbeda (1994, 2015, 2019). Yang mana
nilai rata-rata suhu permukaan tertinggi pada tahun 2019 sebesar 30,09⁰C dan terendah pada
tahun 1994 sebesar 27,49⁰C. Dapat dilihat ketiga gambar petanya memiliki pola perubahan
suhu permukaan tanah yang sama jika ditinjau secara spasial, dimana suhu terendah
dipinggiran kota, dan semakin ke tengah pusat atau pusat kota maka suhu semakin tinggi.

6
Perubahan Luasan LST
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
18-20 20-24 24-28 28-32 >32

1994 2015 2019

Gambar 4 Diagram Perubahan Luas LST

Dapat dilihat dari gambar diatas, bahwa secara temporal (1994, 2015 dan 2019)
perubahan luasan kelas suhu. Hasilnya luas area dengan suhu 18-20⁰C dan 20-24⁰C
mengalami penurunan. Luas area dengan suhu 24-28⁰C selalu mengalami kenaikan dari
tahun 1994 ke tahun 2015 dan turun tahun 2019. Luas area dengan suhu 28-32⁰ mengalami
naik tahun 1994 dan turun di tahun 2015 serta mengalami kenaikan pada tahun 2019. Luas
area dengan suhu >32⁰C mengalami kenaikan dari tahun 1994, 2015 dan 2019.

3.3 Hasil dan Analisis Urban Heat Island


Fenomena pulau panas perkotaan merupakan kondisi di mana suhu kota lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu di wilayah pinggirannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa
kawasan pinggiran Kota Surabaya memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan kawasan
pusat Kota Surabaya. Hal ini ditunjukan dengan suhu kota Surabaya yang menaik dari
kawasan Surabaya Timur yang berbatasan dengan Selat Madura kearah pusat Kota Surabaya
dan kemudian menurun kembali ke arah Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Gresik.
Fenomena ini juga diakibatkan karena perubahan tutupan lahan yang berupa
permukiman padat, bangunan industry, dan lahan terbuka dengan sedikit atau tanpa
vegetasi. Sehingga menyebabkan kenaikan suhu permukaan tanah. Sedangkan di daerah
pinggiran atau area yang tidak terdampak fenomena UHI memiliki tutupan lahan seperti
tambak, sawah, danau, dan lahan terbuka dengan banyak vegetasi.

7
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Jika melihat hasil dari analisis Urban Heat Island (UHI) maka dapat disimpulkan
bahwa kota Surabaya terjadi fenomena ini. Hal ini ditunjukan dengan kawasan pinggiran
Kota Surabaya suhunya lebih rendah dibandingkan dengan kawasan pusat kota. Pada
bagian kawasan pinggiran kota yaitu bagian timur (rural) yang memiliki suhu rendah
kemudian mengalami peningkatan suhu menuju ke arah pusat kota (urban) dan kemudian
menurun kembali kearah Barat Kota Surabaya. Dan pola ini terulang setiap tahunnya dari
mulai tahun 1994, 2015 dan 2019. Dari hasil analisis ini dapat terlihat bahwa, dengan
terjadi perubahan tutupan lahan khususnya pemukiman yang semakin meningkat dan
vegetasi yang berkurang menjadi salah satu faktor terjadinya kenaikan suhu di Kota
Surabaya. Dengan adanya penelitian ini, dapat disarankan untuk mengendalikan
perkembangan pertumbuhan pemukiman di Kota Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Baroroh, N., & Pangi, P. (2019). Perubahan Penutup Lahan Dan Kerapatan Vegetasi
Terhadap Urban Heat Island Di Kota Surakarta. Seminar Nasional Geomatika, 3, 641.
https://doi.org/10.24895/sng.2018.3-0.1022
Fardani, I., Adisurya, I. A., & Saraswati, S. (2019). PENGGUNAAN CITRA SATELIT
LANDSAT UNTUK ANALISIS URBAN HEAT ISLAND (Studi Kasus: Kota
Bandung). Seminar Nasional Geomatika, 3, 1137–1146.
Giofandi, E. A. (2020). Persebaran Fenomena Suhu Tinggi melalui Kerapatan Vegetasi dan
Pertumbuhan Bangunan serta Distribusi Suhu Permukaan. Jurnal Geografi : Media
Informasi Pengembangan Dan Profesi Kegeografian, 17(2), 56–62.
https://doi.org/10.15294/jg.v17i2.24486
Guntara, I., & Priyana, Y. (2016). Analisis Urban Heat Island untuk Pengendalian
Pemanasan Global di Kota Yogyakarta Menggunakan Citra Penginderaan Jauh.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hubungan, A., Tutupan, P., Terhadap, L., Citra, M., Studi, L., & Kota, K. (2018). Analisis
Hubungan Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Suhu Permukaan Terkait Fenomena
Urban Heat Island Menggunakan Citra Landsat (Studi Kasus: Kota Surakarta). Jurnal
Geodesi Undip, 7(3), 22–31.
Kasus, S., & Semarang, K. (2018). Analisis Fenomena Urban Heat Island Serta Mitigasinya
(Studi Kasus : Kota Semarang). Jurnal Geodesi Undip, 7(3), 77–87.
Pratiwi, A. Y. (2020). Analisis Perubahan Distribusi Urban Heat Island (UHI) di Kota
Surabaya Menggunakan Citra Satelit Landsat Multitemporal. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
8
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai