Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA 1
DESAIN SIMBOL PETA

Disusun Oleh :
Aifisa Nurul Aziza (21.85.0172)

Tanggal Pengumpulan Laporan Tanggal Praktikum


5 Desember 2021 1 Desember 2021

Dosen Pengampu Nilai

Widiyana Riasasi, M.Sc.


MEMBACA PETA DAN MENGKLASIFIKASIKAN PETA

A. Tujuan

- Praktikan mampu mengetahui tentang cara penggunaan simbol peta sesuai dengan
kaidah kartografi.
- Praktikan mampu membuat desain simbol peta sesuai dengan kaidah kartografi.
- Praktikan mampu memahami dan membuat jenis-jenis simbol peta.
- Praktikan mampu membedakan simbol berdasarkan jenis datanya.

B. Alat dan Bahan


1. Guide map
2. Kertas kalkir
3. Drawing pen 0,1 dan 0,3
4. Pensil warna
5. Alat tulis (pensil dan penghapus)
6. Penggaris

C. Dasar Teori
Peta merupakan suatu media komunikasi antara pembuat peta dengan pengguna
peta. Untuk menjadi media komunikasi, perlu adanya suatu sistem komunikasi kartografis.
Sistem komunikasi kartografis merupakan rangkaian proses, dimana di dalamnya terdapat
konsep penggambaran bentuk permukaan bumi yang sebenarnya (real world), untuk
dirancang hingga menjadi gambar pada bidang datar. Pada akhirnya konsep tersebut dapat
dipahami oleh pengguna peta.

Gambar Sistem komunikasi kartografis

Dalam proses penuangan konsep kartografer hingga menjadi sebuah peta,


terdapat kegiatan berupa perancangan peta (map design). Termasuk di dalam perancangan
peta adalah merancang simbol (symbol design), menentukan tata letak peta (map
layouting), menentukan isi peta (map content), dan generalisasi.
Konsep Desain Simbol
Simbol adalah tanda atau lambang yang mewakili objek di permukaan bumi yang
terdapat pada peta. Karena peta yang dianggap baik dan benar setidaknya memenuhi
persyaratan seperti berikut ini : Peta tidak boleh membingungkan dan harus mudah dipahami
oleh pengguna, sehingga dalam membuat peta tidak boleh serumit kenampakan aslinya.
Supaya peta tidak membingungkan pembaca dan mudah dimengerti maka dalam membuat
peta harus dilengkapi dengan legenda atau keterangan, skala peta, judul peta. Agar pengguna
dapat memahami makna peta, maka dalam membuat peta juga harus memperhatikan tata
warna, simbol dan proyeksi peta. Sedangkan dalam aspek ketelitian peta sangat berkaitan
dengan tujuan peta, jenis peta serta skala peta yang akan dibuat.

Dalam merancang simbol, maka seorang pembuat peta harus


mempertimbangkan:
1. Sifat dan ukuran data yang akan disimbolkan
2. Bentuk dan wujud simbol yang akan dibuat
3. Variabel visual dan persepsi visual yang diharapkan

1. Sifat dan Ukuran Data


1.1 Secara garis besar, Robinson et.al. (1984) menyebutkan bahwa data dikelompokkan
menjadi 4 lokasi, yaitu :
- Dimensi 0, yaitu data yang persebarannya ditunjukkan dengan satu nilai
koordinat yang unik. Data ini disebut sebagai data titik (point) atau posisional.
Contohnya masjid, gereja, sekolah, kantor.
- Dimensi 1, yaitu data yang persebarannya memanjang menyerupai garis. Data
ini disebut sebagai data garis (line). Contohnya jalan, sungai, batas administrasi.
- Dimensi 2, yaitu data yang persebarannya menyebar dalam suatu luasan bidang.
Data ini disebut sebagai data area (polygon). Contohnya pola penggunaan lahan,
jenis tanah, jenis tanaman.
- Dimensi 3, yaitu data yang persebarannya menyebar dalam suatu luasan bidang
serta memiliki nilai. Data ini disebut sebagai data volume (volumetric).
Contohnya curah hujan rata-rata, suhu permukaan, kepadatan penduduk.

Sifat data yang akan disimbolkan, dibagi menjadi data kualitatif dan data kuantitatif
a. Data Kualitatif
Data kualitatif memiliki karakteristik yaitu tidak memiliki ukuran yang pasti, sehingga
tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka matematis. Biasanya data kualitatif
disajikan dalam bentuk deskriptif.
Contoh :
Data Kepadatan Penduduk:
- Kepadatan penduduk tinggi
- Kepadatan penduduk sedang
- Kepadatan penduduk rendah
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang memiliki ukuran yang pasti (memiliki satuan),
sehingga bisa dinyatakan dengan angka-angka matematis. Penyajian data kuantitatif
dapat berbentuk angka, rentang, derajad, dan satuan ukuran yang lain
Contoh :
Data kepadatan penduduk :
- > 100.000 jiwa/ km2
- 50.000 – 100.000 jiwa/ km2
- 50.000 jiwa/ km2
Konteks keruangan membedakan data berdasarkan distribusi datanya, yaitu diskrit atau
continue. Data diskrit adalah data yang persebarannya hanya ada di satu titik yang unik,
contohnya curah hujan di suatu stasiun dan jumlah penduduk di suatu kota. Sedangkan
data kontinu adalah data yang persebarannya merata di suatu daerah dan dapat
ditemukan dimana saja dalam area tersebut. Data continue biasanya berupa generalisasi
atau interpolasi, contohnya ketinggian tempat. Pengukuran ketinggian dilakukan di
beberapa titik yang memiliki perbedaan tinggi (data diskrit) yang kemudian
dihubungkan dan dilakukan interpolasi sehingga membentuk area-area dengan
ketinggian yang sama (data continue). Robinson et.al. (1984) menyebut data diskrit
dengan data tidak halus (nonsmooth) dan data kontinu dengan data halus (smooth).
1.2 Ukuran data yang akan disimbolkan, dibagi menjadi data nominal, data ordinal, dan
data interval/rasio
a. Data nominal merupakan jenis data tunggal yang tidak menunjukkan adanya
tingkatan sehingga tidak diketahui mana yang lebih besar atau lebih kecil. Semua
data memiliki nilai yang sama. Pengukuran datanya
berdasarkan pada pemikiran kualitatif. Data nominal menyebutkan nama dan jenis
datanya.
Contoh:
● Data jenis tanah : laterit, grumusol, regosol
● Data fasilitas kesehatan: rumah sakit, puskesmas, apotek
● Data fasilitas pendidikan: SD, SMP, SMA, SMK, Perguruan Tinggi
b. Data Ordinal merupakan jenis data menunjukkan adanya tingkatan sehingga dapat
diketahui mana yang lebih besar atau lebih kecil. Setiap data tidak memiliki nilai
yang sama/ setara. Pengukuran data ordinal berdasarkan pada pemikiran kualitatif
dengan membedakan tingkatan data, tetapi tidak menyebutkan besaran angkanya.
Contoh:
● Data kepadatan penduduk: kepadatan tinggi, kepadatan sedang, kepadatan
rendah
● Data topografi: terjal, landai, datar
c. Data interval/rasio merupakan data kuantitatif yang menggambarkan adanya
tingkatan dan telah menyebutkan besaran angka dengan satuan tertentu. Setiap data
tidak memiliki nilai yang sama/ setara.
- Data interval merupakan data dengan nilai nol tidak mutlak.
Contoh :
Data suhu : 0°C - 10°C = 32°F - 42°F
- Data rasio merupakan data dengan nilai nol mutlak Contoh:
● Data berat badan: 0 – 10 kg, > 10 kg – 20 kg, > 20 kg
● Data jumlah penduduk
- 0 – 20.000 jiwa
- > 20.000 – 40.000 jiwa
- > 40.000 jiwa

2. Bentuk dan wujud simbol


2.1 Bentuk simbol yang akan dibuat bedakan menjadi simbol titik, garis, dan area/bidang.
a. Titik, menyatakan lokasi, atau bentuk unsur-unsur lain yang erat hubungannya
dengan skala peta.
Contoh :

= gunung api
= rumah
sakit

b. Garis, digunakan untuk mewakili unsur-unsur yang berbetuk garis seperti jalan,
sungai, batas administrasi, garis pantai, dan lain-lain. Garis juga digunakan untuk
menunjukkan tingkat perbedaan kualitas yang biasa disebut dengan isolines.
Dengan demikian, timbul istilah istilah sebagai berikut : Isohyet (garis dengan
jumlah curah hujan sama), Isobar (garis dengan tekanan udara sama), Isogon (garis
dengan deklinasi magnet sama), Isoterm (garis dengan angka suhu sama), Isopleth
(garis yang menunjukkan angka kuantitas yang bersamaan).
Contoh :

= jalan kereta api

= garis kontur

c. Area/bidang, digunakan untuk mewakili unsur-unsur topografi yang berbentuk luas,


seperti permukiman, danau, daerah administrasi, dan lain- lain
= sawah

= danau

2.2 Wujud simbol yang akan dibuat bedakan menjadi simbol piktorial, geometrik, dan
huruf/angka
a. Simbol Piktorial adalah simbol yang memiliki wujud yang mirip dengan kenampakan
unsur yang digambarkan
Contoh :
= rumah makan

= gereja
b. Simbol Geometrik/abstrak adalah simbol yang menggambarkan kenampakan unsur
dengan bentuk yang abstrak, atau tidak menyerupai kenampakan asli. Biasanya
digambarkan dengan bentuk bidang datar (segitiga, persegi, lingkaran, dll).
Contoh :

= ibukota provinsi

= titik ketinggian

c. Simbol huruf/angka adalah simbol yang mewakilkan kenampakan unsur di muka


bumi, dengan bentuk berupa huruf atau angka
Contoh :

3. Variabel visual dan persepsi visual


3.1 Variabel visual
Variabel visual merupakan variabel yang digunakan untuk membedakan unsur yang
diwakili pada tiap simbol. Semua perbedaan yang bisa diimajinasikan antara simbol
disebut sebagai variabel visual (Bertin, 1983, dalam Kraak dan Ormeling, 2007).
Variabel dibedakan menjadi 6, yaitu bentuk, orientasi, warna, tekstur, nilai, dan ukuran
a. Bentuk
Variabel visual bentuk simbol mudah digambar dan variasi tidak terbatas.
Variabel bentuk umumnya digunakan untuk membedakan jenis data kualitatif
dengan penerapan simbol titik dan garis. Contoh:
Jenis Fasilitas Pendidikan

b. Orientasi
Variabel visual orientasi simbol mempunyai keterbatasan maksimum dan hanya dapat
membedakan 4 – 6 jenis data
Contoh:
Jenis Fasilitas Pendidikan

Arah mata angin

c. Warna
Variabel visual warna merupakan variabel visual paling mudah digunakan, paling sering
digunakan dalam desain simbol karena memiliki banyak varian Contoh :

d. Tekstur
Variabel visual tekstur memperlihatkan variasi kepadatan pada elemen grafik dengan
nilai tetap
Contoh :
Jenis penggunaan lahan

e. Nilai
Variabel visual dengan derajat berbeda
Contoh :

f. Ukuran
Variasi visual yang berdasarkan pada dimensi simbol
Contoh :

3.2 Persepsi Visual


Persepsi visual merupakan kesan yang diperoleh pembaca peta terhadap peta yang
dihasilkan. Persepsi visual adalah kesan yang diperoleh ketika melihat suatu peta.
Terdapat 4 macam persepsi visual, yaitu asosiatif, selektif, bertingkat dan kuantitatif.
Persepsi asosiatif dan selektif diperoleh dari penyajian data ordinal dan interval, persepsi
kuantitatif diperoleh dari penyajian data rasio. Persepsi visual erat kaitannya dengan
variabel visual. Agar perbedaan simbol dipersepsi hanya sebagai perbedaan kualitatif, ia
harus dipersepsi sebagai nilai sama, dengan perbedaan dalam jenis warna, bentuk, serta
orientasi. Perbedaan dalam tingkatan akan dapat dipersepsi dari simbol yang berbeda
dalam ukuran, perbedaan-perbedaan nilai abu-abu, atau nilai kecerahan, tekstur, demikian
juga dari perbedaan-perbedaan saturasi warna (Kraak dan Ormeling, 2007).
a. Persepsi Asosiatif
Persepsi asosiatif muncul ketika simbol-simbol nampak sama penting. Ciri- ciri dari
persepsi asosiatif adalah :
- Semua simbol memperlihatkan level yang sama
- Tidak ada simbol yang lebih menonjol
Contoh :

b. Persepsi Selektif
Persepsi selektif muncul ketika membedakan grup-grup. Ciri – ciri pada persepsi
selektif adalah semua simbol memperlihatkan perbedaan, tetapi jika diperhatikan
lebih lanjut, simbol-simbol tersebut memberikan kesan pengelompokan.
Contoh :

c. Persepsi Bertingkat
Perspektif bertingkat muncul jika simbol yang dibuat akan memberikan kesan adanya
suatu tingkatan tertentu. Ciri persepsi bertingkat adalah semua simbol secara spontan
dapat diatur dalam suatu tingkatan tertentu
Contoh :
d. Persepsi Kuantitatif
Persepsi kuantitatif muncul jika simbol-simbol memberikan kesan adanya suatu
tingkatan dan dapat diekspresikan dengan suatu jumlah. Semua simbol secara
spontan dapat memberi kesan untuk dapat menghitung jumlah.
Contoh :
Matriks hubungan variabel visual, persepsi visual dan ukuran data
D. Langkah Kerja

1. Metode atau langkah kerja yang digunakan dalam pembuatan Peta Penggunaan Lahan
dan Peta Infrastruktur Wilayah yaitu menyiapkan guide map (peta penggunaan lahan
dan peta infrastruktur wilayah), menyiapkan alat dan bahan lainnya seperti kertas
kalkir, pensil warna, drawing pen, dan alat tulis lain.
2. Memahami jenis-jenis simbol pada peta terlebih dahulu sebelum menggambar di
kertas kalkir.
3. Menentukan simbol yang akan digunakan (titik, garis, area, warna) sebelum menyalin
di kertas kalkir dengan memperhatikan ketentuan pada tabel variabel visualisasi.
4. Menyalin gambar peta penggunaan lahan dan infrastruktur pada kertas kalkir dengan
mengganti dan melengkapi simbol yang telah ditentukan sesuai dengan ketentuan
pada tabel variabel visualisasi.
5. Melengkapi informasi tepi peta atau legenda sehingga peta tersajikan dengan lengkap
dan mudah dipahami.

E. Hasil Praktikum
- Peta Penggunaan Lahan (Terlampir)
- Peta Infrastruktur Kota (Terlampir)

F. Pembahasan

Pada pertemuan pertama, praktikan membuat simbol kreasi sendiri pada sebuah peta,
dimana simbol tersebut yang dibuat sesuai dengan kaidah kartografi supaya membantu
pembaca dapat memahami Peta Penggunaan Lahan dan Peta Infrastruktur Wilayah.

Peta Penggunaan Lahan dan Peta Infrastruktur Wilayah tersebut memiliki perbedaan
yaitu pada jenis peta. Untuk Peta Penggunaan Lahan hanya disajikan kenampakan
pembagian sebuah wilayah tanpa adanya kenampakan jalan ataupun jalur transportasi
lainnya. Sedangkan untuk Peta Infrastruktur Wilayah, peta tersebut disajikan
kenampakan jalur-jalur transportasi dan sebagian daerah perairan. Tujuan dari
pembuatan Peta Penggunaan Lahan untuk menunjukkan persebaran penggunaan lahan
suatu wilayah yang dipetakan menurut jenis dan kegunaan lahan-lahan yang ada. Peta
Penggunaan Lahan termasuk dalam jenis peta menurut data yang disajikan yaitu Peta
Tematik yang hanya menyajikan data-data atau informasi dari suatu konsep tertentu saja,
baik berupa kualitatif maupun kuantitatif. Peta Infrastruktur Wilayah dibuat bertujuan
untuk mengetahui infrastruktur wilayah tersebut dengan kenampakan jalur-jalur
transportasi, jalan setapak, dan daerah perairan.

Pada Peta Penggunaan Lahan praktikan menggunakan simbol warna supaya pengguna
peta mudah memahami isi dari perbedaan kenampakan peta yang ada. Dalam Peta
Penggunaan Lahan semak belukar disimbolkan dengan warna hijau muda, kebun
disimbolkan dengan warna hijau tua, pemukiman warga disimbolkan dengan warna
coklat, lahan sawah irigasi disimbolkan dengan warna biru, sawah tadah hujan
disimbolkan dengan warna orange dan tegalan disimbolkan dengan warna merah. Pada
Peta Penggunaan Lahan terdapat dua legenda yang tidak digunakan atau tidak terdapat
pada wilayah tersebut yaitu kenampakan wilayah gedung dan rumput, dimana gedung
oleh praktikan disimbolkan dengan warna biru dan rumput disimbolkan dengan warna
kuning. Metode simbol yang digunakan dalam pembuatan peta tersebut yaitu Metode
Nominal karena tidak terdapat adanya tingkatan dalam legenda tersebut.

Pada Peta Infrastruktur Wilayah praktikan menggunakan persepsi visual berupa


(persegi) dengan warna merah untuk legenda kantor pos dan warna oranye untuk stasiun
kereta api. Persepsi tersebut termasuk dalam persepsi selektif karena menunjukkan grup
atau kelompok tertentu yang berbeda sehingga memberikan kesan pengelompokan dan
simbol tersebut memiliki perbedaan warna tetapi memiliki bentuk yang sama. Terdapat
kenampakan berupa garis-garis pada peta yang menunjukkan jalanan dan jalur kereta api.
Praktikan menunjukkan perbedaan jalan tersebut melalui ketebalan yang berbeda-beda
dari masing-masing garis. Untuk garis tipis menunjukkan jalan setapak, garis dengan dua
ketebalan (mengulang dua kali dalam menggambar garis) menunjukkan jalan lokal, jalan
kolektor ditunjukkan dengan garis yang paling tebal dengan empat ketebalan, dan
terdapat juga simbol titik dan garis yang terhubung menunjukkan jalan lain. Sedangkan
untuk rel kereta api disimbolkan dengan dua garis panjang lalu diberi garis tengah untuk
membedakan dengan jalan lain. Dalam Peta Infrastruktur Wilayah tersebut juga terdapat
sungai yang disimbolkan dengan bentuk persegi panjang dengan warna biru muda. Pada
Peta Infrastruktur tersebut terdapat satu simbol yang tidak ditampakkan yaitu jalan arteri,
karena tidak ada kenampakan jalan arteri pada peta tersebut. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada gambar berikut :

Dari gambar tersebut dapat dilihat perbedaan bentuk-bentuk simbol, yaitu pada
legenda kantor pos dengan warna merah bentuk persegi dan persegi warna orange
menunjukkan stasiun kereta api. Data yang digunakan pada legenda yaitu Data Nominal,
karena pengukuran data berdasarkan pemikiran kualitatif, menyebutkan nama dan jenis
datanya sehingga dibutuhkan perbedaan warna pada simbolnya. Contoh dari data
nominal yaitu fasilitas kesehatan yang meliputi rumah sakit, puskesmas, dan apotik.
Sedangkan pada peta terdapat kantor pos dan stasiun kereta api dimana gedung tersebut
merupakan gedung milik pemerintah. Untuk kelas jalan termasuk dalam jenis Data
Ordinal karena menunjukkan tingkatan yang berbeda yang bisa dilihat dengan ketebalan
dari suatu garis pada Peta Infrastruktur Wilayah tersebut.

G. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut memiliki tujuan dan fungsi yang
berbeda dan persepsi visual penggunaan simbol yang digunakan pastinya juga berbeda.
Peta Penggunaan Lahan menggunakan persepsi visual warna karena hanya menampilkan
keadaan pembagian wilayah-wilayah di suatu wilayah pada peta tersebut. Sedangkan
pada Peta Infrastruktur Wilayah menggunakan persepsi visual bentuk, ukuran ketebalan
garis dan warna karena pada peta tersebut hanya disajikan kelas jalan dan sebagian
daerah perairan. Dalam pemilihan warna dan bentuk bisa dibuat bebas oleh pembuat peta
tetapi harus memperhatikan kaidah dalam kartografi supaya peta tersebut mudah
dipahami oleh pengguna peta. Perbedaan lain yaitu judul peta, karena judul peta akan
memberikan isi dan tujuan dari peta yang dibuat.

H. Daftar Pustaka

● Setyowati L. D., Andi Irawan B., dan Saptono Putro, 2018, Kartografi Dasar,
Ombak, Yogyakarta.
● I Made Sandy, 1986, Esensi Kartografi. Jakarta : Jurusan Geografi FMIPA UI
● Kraak, Menno-Jan dan Ferjan Ormeling. 2007. Kartografi : Visualisasi Data
Geospasial (edisi kedua). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
● Robinson, Arthur H., Randall D. Sale, Joel L. Morrison dan Phillip C. Muehrcke.
1984. Elements of Cartography (5th ed.). New York : Wiley
● Pigawati, Beta dan Pangi. 2101. Buku Petunjuk Praktikum Kartografi. Semarang :
Biro Penerbit Planologi Undip.

LAMPIRAN

- Peta Penggunaan Lahan


- Peta Infrastruktur Wilayah

Anda mungkin juga menyukai