Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

ANALISIS NAMA UNSUR GEOGRAFI


DESA RANUPANE LUMAJANG

Oleh :
1. Dessy Dwi Rachmadani 03311840000009
2. Yuneiska Kartika Sari 03311840000027
3. Irma Dewamtary 03311840000037
4. Fauzano Nikomaru 03311840000082
5. Bisma Satria Nugraha 03311840000083

TOPONIMI A

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah–Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan laporan mata kuliah
“Toponimi”. Laporan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Toponimi di program studi
Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan laporan ini :

1. Orangtua yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan kepada saya

2. Bapak Ir. Yuwno, selaku dosen pengampu pada mata kuliah Toponimi yang telah
memberikan ilmu kepada saya sehingga saya dapat mengerjakan dan menyelesaikan
laporan ini

3. Ibu Nurwatik, selaku dosen responsi mata kuliah Toponimi yang telah memberikan ilmu
kepada saya mengenai pengguanan aplikasi system basis data sehingga dapat saya
terapkan dalam menyelesaikan laporan

4. Teman-teman Teknik Geomatika ITS 2018 yang telah membantu dan mendukung saya

Saya menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan laporan ini, maka
dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Saya menyampaikan permohonan maaf apabila ada tulisan yang
kurang berkenan. Saya berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi penyusun dan siapa saja yang
akan menggunakannya. Aamiin. 

18 Februari 2020

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam pemberian nama suatu tempat atau wilayah, tak jarang terdapat kesamaan antara
nama dua daerah. Hal ini akan menimbulkan kerancuan terutama di tingkat pusat. Nama
suatu tempat biasanya dilatar belakangi oleh asal-usul tempat tersebut yang biasa disebut
legenda ataupun dari fenomena yang terjadi di tempat tersebut. Tidak dapat dipungkiri,
penamaan tempat yang sama di daerah satu dan lainnya masih sering terjadi di Indonesia.
Dalam hal ini, survei topinimi perlu dilakukan guna menghindari hal tersebut. Toponimi
sangat erat kaitannya dengan informasi geospasial yang dihasilkan oleh seorang geodet.
Dalam suatu informasi geospasial, pastilah perlu adanya penamaaan tempat-tempat yang
menjadi objek. Hal ini untuk mempermudah pengguna dalam mencari suatu tempat. Dengan
demikian, apabila terjadi penamaan tempat yang ganda dapat menimbulkan kebingungan
bagi pengguna informasi geospasial itu sendiri.
Indonesia terdiri dari banyak pulau yang memiliki banyak nama pada masing masing
unsur pembentuk pulau tersebut yang mana setiap unsur memiliki asal-usul atau sejarah
dalam penamaannya. Oleh karena itu laporan ini ditulis untuk membahas lebih lanjut
mengenai penamaan beberapa unsur geografi di Desa Ranupane, Kecamatan Senduro,
Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
1. Memenuhi tugas 2 responsi untuk mata kuliah toponimi
2. Mampu memahami toponimi
3. Mampu mengetahui dengan baik asal mula penamaan unsur geografi
4. Mampu menganalisis nama unsur geografi

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut :
a. Bagi penulis, laporan ini bermanfaat sebagai tolak ukur sejauh mana pemahaman penulis
tentang mata kuliah toponimi.
b. Bagi pembaca, laporan ini memberikan informasi tentang sejarah, peta dan eksisting di
Desa Ranupani

3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Toponimi
Toponimi berasal dari bahasa Yunani tópos (τόπος) yang berarti tempat dan diikuti
oleh ónoma (ὄνομα) yang berarti nama. Toponimi adalah bidang keilmuan
dalam linguistik yang membahas tentang asal-usul penamaan nama tempat, wilayah, atau
suatu bagian lain dari permukaan bumi, termasuk yang bersifat alam (sungai, lautan, dan
pegunungan) yang buatan (kota, gedung, jalan, jembatan). Toponimi berkaitan dengan
bidang etnologi dan kebudayaan. Pada beberapa kasus, nama-nama jalan berkaitan dengan
sejarah, mitos, maupun legenda suatu tempat. Beberapa sistem penamaan jalan di Indonesia
banyak diadopsi melalui nama-nama pahlawan di nusantara.
Toponimi merupakan sebuah keilmuan yang melembaga yang bertugas menstandarkan
dan mengatur penamaan unsur geografis. Dikarenakan tidak mudah dalam menstandarkan
maka dilakukan kajian sebagai berikut :
1. Linguistik, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan atau merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari Bahasa secara ilmiah. Linguistik memiliki 3 pilar penyangga yaitu ontology,
epistemology, dan aksiologi.
2. Antropologi, yaitu ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga
setiap manusia satu dengan yang lainnya berbeda beda.
3. Geografi sejarah, yaitu ilmu yang mempelajari tentang manusia, fisik, fiksi, dan fakta
geografi pada masa lampau. Umumnya membahas tentang geografi masa lalu dan
bagaimana perubahan suatu wilayah atau tempat berdasarkan waktu.
Definisi unsur rupabumi adalah bagian permukaan bumi yang berada di atas daratan dan
permukaan laut serta di bawah permukaan laut yang dapat dikenali identitasnya sebagai
unsur alamat dan/atau unsur buatan manusia (Rais et al., 2008, p. 87). Unsur rupabumi
terdiri dari enam kategori, yaitu:
1. Unsur bentang alami (natural landscape features), seperti gunung, bukit, sungai, danau,
laut, selat, pulau, termasuk unsur-unsur bawah laut seperti palung, cekungan, gunung
bawah laut, dan sebagainya.
2. Tempat-tempat berpenduduk dan unsur lokalitas (populated places and localities).
Sebagai contoh unsur-unsur lokal misalnya bangunan bersejarah, makam pahlawan,
mesjid, gereja, stasiun bis, kereta api, dan sebagainya.
3. Pembagian administratif/politis dari negara (civil/political subdivisions of a country)
seperti Provinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan, distrik pemilu, dan sebagainya.
4. Kawasan administrasi (administrative area) seperti taman nasional, hutan lindung, daerah
konservasi, cagar alam, kawasan margasatwa, lahan basah, dan sebagainya.
5. Rute transportasi (transportation route) seperti jalan, jalan tol, jalan setapak, dan
sebagainya.

4
6. Unsur-unsur yang dibangun/dikonstruksi lainnya (other constructed features) seperti
bandara, dam, monumen, kanal, pelabuhan, mercusuar, dan sebagainya.
Kajian toponimi dengan melakukan penelusuran nama-nama unsur geografis yang
diberikan oleh manusia yang bermukim di suatu wilayah dapat dipakai untuk menelusuri
suatu bangsa/kelompok etnik yang mendiami suatu wilayah di masa lalu (Rais et al., 2008, p.
7). Selain itu, penelusuran tersebut juga terkait dengan sejarah permukiman manusia (Rais et
al., 2008, p. 9). Sejarah ini dapat dilacak melalui penemuan peta-peta di masa silam di atas
daun papyrus (di zaman peradaban Mesir kuno) atau peta tablet tanah liat di lembah sungai
Eufrat dan Tigris (Moore (1983) dalam (Rais et al., 2008, p. 7)). Selain sejarah manusia,
kajian ini juga berguna untuk melacak sejarah geografi (Rais et al., 2008, p. 55). Di samping
itu, pemertahanan nama-nama unsur rupa bumi dapat melestarikan bahasa dan budaya
setempat (Rais et al., 2008, p. 85).

2.2 Hubungan Toponimi dengan Mata Kuliah Di Teknik Geomatika


Hubungan toponimi dengan mata kuliah di Teknik Geomatika adalah penamaan lokasi
suatu tempat merupakan salah satu komponen yang penting dalam pekerjaan survey pemetaan
peta, jika terdapat kesalahan penulisan nama tempat maka dapat menimbulkan kesalahan
orientasi dan kebingungan bagi pengguna peta. Selain itu, mata kuliah di Teknik Geomatika
sangat erat dengan lokasi dan posisi suatu obyek di permukaan bumi dan penginderaan jauh.,
Sistem Informasi Geografis dan Kartografi. Selain itu, ada beberapa mata kuliah yang bersifat
umum dan mendukung seperti Pertanahan, Pengembangan Wilayah Pesisir dan sebagainya.

5
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu Pelaksanaan


 Tanggal pemberian tugas : 13 Februari 2020
Waktu
No Kegiatan November
1 14 15 1 17 18 19
3 6
1 Memilih Peta yang akan dianalisis
2 Mencari referensi data terakit
3 Pengumpulan data
4 Penulisan laporan
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan
 Tanggal pengumpulan tugas : 19 Februari 2020

3.2 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan laporan ini menggunakan
metode tinjauan media, yaitu menggunakan data dan informasi dari beberapa media
(internet).

3.3 Metode Pembuatan Sistem Basis Data dan Penulisan Laporan


3.3.1 Alat
1. Laptop
2. Flashdisk
3. Alat Tulis

3.3.2 Bahan
Data – data yang didapat dari berbagai referensi (internet).

3.4 Tahap Penulisan


Dalam penulisan laporan ini terdapat beberapa tahap yang digunakan untuk
mengembangkan data atau informasi yang didapat, tahapan tersebut antara lain :
 Tahap Perumusan Tema Dan Permasalahan
Tahap ini merupakan langkah awal dari penulisan laporan, untuk menentukan tema
dan permasalahan yang akan dibahas pada laporan.

6
 Tahap Pengumpulan Data Dan Landasan Teori
Merupakan tahapan lanjut dari tahap perumusan tema dan permasalahan, yang
digunakan untuk mencari data dan dasar-dasar teori yang relevan dengan permasalahan.
 Tahap Analisa
Merupakan penganalisaan data dan dasar teori yang didapat, sehingga masalah
tersebut dapat diidentifikasi secara jelas dan dapat dicari solusi dari permasalahan yang
ada.
 Tahap Kesimpulan Dan Rekomendasi
Tahap ini bertujuan untuk menyimpulkan seluruh isi laporan. Pada tahap ini juga
diberikan rekomendasi untuk permasalahan yang dibahas.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Daftar Unsur Geografi


Daftar unsur nama geografi di Desa Ranupane, Lumajang antara lain :

1. Kabupaten Malang
2. Ds. Ngadas
3. Kecamatan poncokusumo
4. Gunung Kukusan
5. Gunung Gentang
6. Ranu Kumbolo
7. Gunung Kumbolo
8. RANU PANE
9. Ds. Argosari
10. Kabupaten Lumajang
11. Kecamatan Candipuro
12. Ds. ora-oraombo
13. Ds. Pronojiwo
14. Ds. Sidomulyo

4.2 Analisis Sejarah Penamaan Unsur Geografi1


1. Kabupaten Malang
Malang Berasal dari Nama Bangunan Suci.Tentu banyaknya penelitian menghasilkan
beberapa hipotesa, diantaranya adalah nama “Malang” yang berasal dari
Malangkucecwara. Kalimat tersebut dapat kita jumpai dalam lambang Kota Malang itu
sendiri. Menurut para ahli, Malangkucecwara merupakan nama dari sebuah bangunan
suci. Hipotesa ini dibuat karena nama bangunan suci tersebut telah ditemukan dalam
prasasti miliki Raja Balitung (berasal dari Jawa Tengah) yaitu prasasti Mantyasih yang
ditulis pada tahun 907 dan 908. Malang Diambil dari Nama Puncak Gunung Hipotesa
lain menyatakan bahwa nama “Malang” diambil dari sebuah gunung di barat Kota
Malang yang juga bernama Malang. Salah satu puncak gunung di Pegunungan yang
membentang di sebelah timur Kota Malang juga bernama Malang. Selain itu di utara
Kota Malang, tepatnya di Tumpang terdapat sebuah desa yang sejak dahulu bernama
Malangsuka yang diduga berasal dari kata Malankuca. Di daerah juga banyak ditemukan
peninggalan sejarah seperti Candi Kidal dan Candi Jago. Selain itu di utara Kota Malang,

8
tepatnya di Tumpang terdapat sebuah desa yang sejak dahulu bernama Malangsuka yang
diduga berasal dari kata Malankuca. Di daerah juga banyak ditemukan peninggalan
sejarah seperti Candi Kidal dan Candi Jago.
Malang Diambil dari Bahasa Jawa. Hipotesa selanjutnya menjelaskan bahwa nama
“Malang” berasal dari kata dalam Bahasa Jawa Malang yang berarti “Menghalang-
halangi” atau “Membantah”.Dalam sejarah diceritakan bahwa Sunan Mataram
mempunyai keinginan untuk memperluas pengaruhnya ke daerah-daerah di Jawa Timur.
Saat berada di daerah Malang, penduduk asli mengobarkan perang besar untuk
menghalangi keinginan Sunan Mataram. Sejak saat itu beliau menyebut daerah tersebut
sebagai Malang.
2. Desa Ngadas
Ngadas adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur.[1][2] Ngadas merupakan salah satu dari 36 desa Suku
Tengger yang tersebat dalam empat kabupaten/kota.[1] Terletak di tengah Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Ngadas merupakan kantung (enclave) dari
TNBTS dan berada di ketinggian mencapai 2200 mdpl dengan luas area sekitar 395 ha
dengan topografi berbukit, Di desa ngadas ini sering diadakan upacara entas entas,
dimana upacara tersebut merupakan upacara yang di gunakan untuk menyucikan roh
atau adma bagi orang yang sedang meninggal, atau sebagai upaya untuk memperingati
kematian keluarga agar mendapatkan tempat yang lebih baik, sedangkan entas sendiri
memiliki arti mengangkat (ke atas) dan untuk wilayah ngadas sendiri berada pada
dataran tinggi tengger, maka dari itu desa tersebut di beri nama desa ngadas.
3. Kecamatan Poncokusmo
Berdasarkan cerita rakyat pada masa terdahulu desa poncokusmo masih berupa
hutan belantara yang kemudian datanglah seorang yang bernama mbah suro wani dan
melakukan babat alas, Bersama keluarga dan kerabatnya yang berjumlah lima orang
hingga perkembangannya menjadi sebuah perkampungan menjadi desa poncokusmo
4. gunung kukusan
Gunung yang berawal dari suatu cerita rakyat magetan jawa timur. Gunung ini
dinamakan kukusan karena bentuknya yang menyerupai kukusan raksaksa seperti
gundukan dunung, oleh karenanya di beri nama gunung kukusan.
5. Gunung Gentong
Gunung Gentong merupakan objek utama Desa Ngalang. Ketinggian gunung ini
ialah 520 mdpl. Dinamakan Gunung Gentong karena di puncak gunung ini terdapat
padhasan/gentong kecil yang tak biasa. Konon, di masa itu Prabu Brawijaya melakukan
pelarian dari anaknya yang bernama Raden Patah dan bersemedi di Gunung Gentong.
Bukan tanpa alasan mengapa Raden Patah mengejar ayahnya. Ia ingin mengajak

9
ayahnya untuk masuk islam. Untuk membuktikan ada tidaknya Prabu Brawijaya, Raden
Patah melempar gentong dari arah Bayat, Klaten yang diarahkan menuju tempat semedi
Prabu Brawijaya. Anehnya, gentong ini tidak hancur saat mengenai kepala Prabu
Brawijaya. Hal itu dibenarkan oleh masyarakat sekitar yang menemukan sebuah
gentong utuh di gunung ini.
6. Ranu Kumbolo
Pada suatu ketika ada seorang suami dan istri yang sangat miskin bernama
Marmoyo dan Sawitri. Ketika Sawitri hamil muda, ia sangat ingin makan ikan. Karena
tidak punya cukup uang untuk membeli ikan di pasar, Marmoyo pergi ke sungai untuk
menangkap ikan. Cukup lama memancing Marmoyo, akhirnya umpan pancing dimakan
ikan. Tapi ikan mas yang ditangkap bukan sembarang ikan. Ikan tersebut adalah ikan
mas ajaib yang bisa berbicara dan sisiknya bisa berubah menjadi potongan emas.

Marmoyo memutuskan untuk memelihara ikan itu, dan merahasiakannya dari


istrinya. Dia menyimpan ikan di laras. Marmoyo pergi ke pasar untuk menjual potongan
emas dan membeli minyak sawit untuk memasak. Sementara Sawitri di dalam rumah
tidak dapat menahan lapar, melihat saat itu ada ikan di dalam tong Sawitri bergegas
langsung menggoreng. Sepulang dari pasar sang suami Marmoyo terkejut, sungguh
mengejutkan melihat bahwa ikan itu tinggal kepala dan tulang.

Dia juga memberi tahu istrinya bahwa ikan yang dia makan adalah ikan ajaib.
Sawitri mendapat kutukan sampai anak bersisik lahir bernama kumbolo. Kumbolo
terlahir menjadi bocah lelaki yang pintar perenang dan mampu menyelam cukup lama di
air. Tapi Kumbolo dianggap aneh dan terasing, dan selalu menjadi olok-olok teman-
temannya.

7. Gunung Kumbolo
Dahulu kala, ada seekor kucing yang terjebak di tepi sungai. Sebagai raja lintah
terima kasih, dia memberi tahu kumbolo bahwa sisik di tubuhnya bisa hilang dengan
mutiara pelangi yang merupakan puncak musim panas di puncak gunung. Kisah
legendaris Ranu Kumbolo menulis bahwa lele King juga memberikan kumisnya yang
bisa berubah menjadi tongkat, sihir cambuk dan bisa berubah menjadi ikat pinggang.
Dengan berkah dari orang tua, Kumbolo mengembara ke Gunung Semeru dan ingin
menemukan mutiara.

Sesampainya di puncak gunung, Kumbolo berhasil menemukan mutiara. Orang tua


Kumbolo khawatir dan menyusulnya, tetapi hanya mencapai lereng, ada tiga anak nakal
yang mencuri persediaan mereka dan disesatkan di hutan. Ketika Kumbolo turun gunung
dia juga mencegat 3 anak laki-laki nakal dan ingin merebut mutiara pelangi. Perdebatan

10
yang sengit terjadi sampai mutiara jatuh dan runtuh. Ajaibnya tanah runtuh langsung
memancarkan pegas besar. Dalam sekejap penyergapan tanah berubah menjadi danau dan
ketiga bocah lelaki itu tenggelam di dalamnya.

Sementara Kumbolo berhasil keluar dari danau dan sisiknya menghilang dari
tubuhnya. Orang tua Kumbolo yang telah tersesat di hutan berhasil keluar dan melihat
keindahan danau (ranu) di tengah deretan pegunungan. Mereka semakin terkejut melihat
Kumbolo keluar dari ranu dengan sisik yang bersih. Mereka sangat senang melihat
kumbolo telah lolos dari kutukan. Akhirnya danau itu bernama Ranu Kumbolo.

8. Ranupane

Di masa pra-kemerdekaan Indonesia, kawasan yang saat ini dikenal dengan Desa
Ranupani merupakan lokasi geografis yang dikelola oleh salah satu keluarga yang berasal
dari Belanda. Pada saat itu, pengelolaan tanah di hampir sebagian Jawa kepada keluarga-
keluarga yang berasal dari Eropa merupakan fenomena yang sangatlumrah terjadi. Hal
tersebut dapat dilihat dari bagaimana distribusi kewenangan terhadap pengelolaan sebagian
tanah di Dataran Tinggi Iyang oleh keluarga Ledeboer tahun 1916. Kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945 mengakibatkan eksodus bangsa Belanda di berbagai penjuru
tanah air, yang mana kemudian diikuti dengan proses pelepasan aset-aset yang mereka miliki
kepada pemerintah Republik Indonesia
Desa Ranu Pane sebelumnya merupakan dusun yang menjadi bagian Desa Argosari
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Desa Ranupane secara resmi menjadi wilayah
admnistratif tingkat desa setelah pemekaran, pada tahun 2001 dari desa Argosari yang mana
pada sebelumnya belum menjadi desa yang resmi sekitar tahun 2000 dan kemudian menjadi
Desa Definitif atau wilayah adminstratif tingkat desa sejak tahun 2001.

11
9. Argosari
Argosari adalah Kalurahan yang berdiri pada 1 Desember tahun 1946. Terletak di
perbatasan Barat Daya Kabupaten Bantul, tepatnya di Jalan Wates Km 14 yang berbatasan
dengan Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman.
Pada tahun 1940 saat Indonesia masih dalam penjajahan Belanda, Argosari merupakan
gabungan dari Dusun Tonalan, Dusun Klangon dan Dusun Sedayu kemudian jadilah Desa
Argosari.Kemudian pada tahun 1946 Desa Argosari bertambah anggota atau berkembang
dengan adanya 13 Dusun seperti Dusun Kalijoho, Tapen, Botokan, Gunung Mojo, Jambon,
Gayam, Jaten, Jurug, Gubug dan Pedusan.
Dari sejak berdirinya Desa Argosari sampai sekarang sudah ada 4 Pemimpin atau Lurah

1. Bapak F. MARTOHANDOYO

2. Alm. Bapak SOEMARYONO

3. Bapak.SULISTIYONO

4. Drs. HIDAYATURACHMAN
10. Lumajang
Dikutip dari berbagai sumber, nama Lumajang berasal dari "Lamajang" yang
diketahui dari penelusuran sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti
petilasan, dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya.
Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain, Prasasti Mula Malurung, Naskah
Negara Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa Wijaya, Kitab Pujangga Manik, Serat
Babad Tanah Jawi, dan Serat Kanda.Karena Prasasti Mula Manurung dinyatakan sebagai
prasasti tertua dan pernah menyebut-nyebut "Negara Lamajang" maka dianggap sebagai
titik tolak pertimbangan hari jadi Lumajang.
11. Candi Puro; Peninggalan Mojopahit yang Mengilhami Nama Sebuah Kecamatan
Dipercaya, Bila Mandi di Kolam Bisa Awet Muda
Candi Putri atau Candi Puro yang terletak di Dukuh Selorejo, Desa Klopo Sawit,
Kecamatan Candipuro, Lumajang menyimpan cerita sejarah tersendiri. Sayangnya, kondisi
candi kini telah rusak dan tak terurus. CANDI ini terletak sekitar 5 kilometer ke arah utara
dari Balai Desa Sumberejo dan terletak di areal persawahan, masuk Desa Kloposawit.
Berada di ketinggian 310 meter di atas permukaan laut (dpl) di lereng sebelah timur
gunung Semeru.
Bangunan utama candi kini sudah tak berbentuk lagi. “Sekitar 20 tahun lalu, saya
sering bermain ke sini dan bangunannya masih berdiri. Saya lupa tepatnya kapan candi ini
rata dan tinggal tumpukan bata seperti ini,” jelas Kepala Desa Sumberejo Bowo Prayitno.

12
Padahal, keberadaan candi inilah yang kemudian mengilhami munculnya nama Kecamatan
Candipuro.
12. DESA ORO ORO OMBO
Oro oro Ombo, pada zaman dahulu adalah merupakan sebuah tempat dimana
terdapat area atau lahan tanah kosong [oro oro;bhs Jawa] yang cukup luas [ombo;bhs Jawa]
dan digunakan sebagai tempat berkumpul para Petinggi Kerajaan Mataram untuk
beristirahat dalam perjalanannya. Konon para Raja, Ratu, Adipati dan Punggawa Kerajaan
antara lain Raja Mataram bersama para istri selirnya sering melaksanakan permandian di
sumber mata air panas Songgoriti dan kemudian beristirahat atau berkumpul [bahasa Jawa]
di daerah yang konon pada saat itu ada hamparan tempat yang sangat luas berupa lahan
kosong yang sekarang disebut dengan Desa Oro oro Ombo. Geografis wilayah Oro oro
Ombo yang terletak di kaki lereng Gunung Panderman dengan panorama yang indah serta
hawanya yang sangat sejuk saat itu menjadikan daya tarik tersendiri bagi siapapun yang
sedang dalam perjalanan untuk beristirahat di tempat ini, maka pada akhirnya daerah ini
dinamakan “Desa Oro oro Ombo.” Oleh seorang yang bernama” Brodjodento “ yang tak
lain adalah salah satu petingi kerajaan Mataram
13. Desa Pronojiwo
Sejarah desa pronojiwo tidak lerlepas dari sejarah masyarakat samin di kabupaten
lumajang.desa ini awalnya bernama Desa kalibening dengan lurah seumur hidup yang
bernama Mangun.Lurah Mangun adalah kepala desa yang dermawan,karena sangat
terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat samin.Karena adanya semangat perubahan maka
desa ini pada tahun 1952 dirubah namanya menjadi pronojiwo.Nama pronojiwo di
dasarkan pada bayaknya sumber air bening yang ada di desa ini. Adapun kepala desa
yang pernah menjabat hingga sekarang adalah sebagai berikut: Mohammad sarip,Rasid
Astro Pawiro, K. Asnan, Achmad Ra’is dan Junaidi Rais.
14. Desa sidomulya
Desa Sidomulyo dahulu merupakan wilayah Desa Pronojiwo. Desa ini awalnya
adalah bernama Dusun Sumberowo dengan kepala dusunnya bernama Saliman. Pada
Tahun 1970 Dusun Sumberowo berdiri sendiri menjadi sebuah desa, yaitu Desa
Sidomulyo. Nama Sidomulyo diambil dari bahasa jawa Sido artinya Jadi dan Mulyo
artinya Luhur, jadi kata Sidomulyo mempunyai arti ingin menjadi desa yang lebih
baik/sejahtera.
Adapun nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala desa mulai tahun
1970-2016 antara lain :

SUPARNO
Drs.PUNARI
GUNAWAN WIBISONO
PAIMAN.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penamaan unsur-unsur geografi di suatuu tempat sangatlah penting. Dengan
adanya toponimi, unsur geografi di Indonesia memiliki nama sebagai identitas atau
ciri khas tersendiri. Oleh karena ]itu toponiimi sangatlah penting untuk dipelajari dan
diterapkan dalam kehidupan sehari hari.

5.2 Saran
Agar data data yang dituliskan vald dan akurat maka saran yang harus dilakukan
yaitu mencari sumber data resmi baik dari website resmi wilayah tersebut ataupun
dari sumber lain yang tervalidasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://iwardany.wordpress.com/2015/08/22/definisi-toponimi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Toponimi
http://taandika1.blogspot.com/2017/12/legenda-sejarah-gunung-semeru.html
http://pokdarwis.com/dokumentasi/detail/PROFIL-DESA-ORO-ORO-OMBO.html
http://mitos-cerita-legenda.blogspot.com/2017/02/sejarah-singkat-kota-lumajang.html?m=1
http://keripikpagiri.blogspot.com/2016/09/legenda-desa-candipuro-lumajang.html?m=1
https://argosari.bantulkab.go.id/

15

Anda mungkin juga menyukai