Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH

ACARA I

PENGENALAN, MOSAIK, DAN INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN


DENGAN TEKNIK INTERPRETASI FOTO UDARA

Disusun untuk Memenuhi Laporan Praktikum Penginderaan Jauh

yang dibimbing oleh Ibu Ike Sari Astuti, S.P, M. Nat.Res.St, Ph.D

Disusun Oleh:

Nama : Fita Fitriani

NIM : 160721614439

Offering/Angkatan : B/2016

Tanggal Praktikum : 12 Oktober 2018

Asisten Praktikum : Hetty Rahmawati Sucahyo

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

OKTOBER 2018
ACARA I

PENGENALAN, MOSAIK, DAN INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN


DENGAN TEKNIK INTERPRETASI FOTO UDARA

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi informasi tepi foto udara.
2. Mahasiswa mampu mendefinisikan fungsi setiap informasi tepi foto udara.
3. Mahasiswa mampu melakukan mozaik foto udara secara manual.
4. Mahasiswa mampu menentukan daerah yang overlap maupun sidelap pada foto
udara.
5. Mahasiswa dapat mengidentifikasi penggunaan lahan pada citra foto berdasarkan
unsur-unsur interpretasi.
6. Mahasiswa dapat membuat peta tentatif penggunaan lahan dengan menggunakan
foto udara sebagai sumbernya.

II. BAHAN ALAT


1. Foto udara pankromatik hitam putih
2. Foto udara pankromatik berwarna
3. Plastik transparan
4. Alat tulis
5. OHP marker
6. Penggaris
7. Selotip

III. DASAR TEORI

1. Sistem Foto Udara


Citra foto (foto udara)merupakan produk penginderaan jauh yang
menggunakan sensor kamera dengan detektor film dengan sistem perekaman serentak.
Citra foto termasuk dalam penginderaan jauh sistem pasif, yang sistem kerjanya
tergantung dari tenaga alami yaitu matahari.
Foto udara terditi dari beberapa elemen informasi tepi yang meliputi jam
terbang, altimeter (ketinggian terbang terhadap mean sea levels), niveau/level
(indikator kedaratan pesawat saat pemotretan), panjang fokus, dan tanda tepi (tanda
pada tengah-tengah sisi atau pojok foto untuk penentuan titik utama foto).
Berdasarkan karakteristiknya foto udara dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu: 1) Berdasarkan spektrum elektromagnetiknya, 2) Berdasarkan sumbu
kamera, 3) Berdasarkan jenis kamera, 4) Berdasarkan warna yang digunakan, 5)
Berdasarkan sistem wahana yang digunakan. Karakteristik citra foto dapat dilihat
pada gambar 3.1 di bawah ini.

Jam Terbang

Altimeter

Niveau/level

Panjang
Fokus

Tanda Tepi

Gambar 3.1 Elemen Foto Udara

Dari gambar 3.1 tersebut, foto udara terdiri dari beberapa elemen informasi
tepi yang meliputi Jam terbang, altimeter (ketinggian terbang terhadap mean sea
levels), Niveau/level (indikator kedataran pesawat saat pemotretan ), panjang fokus,
dan tanda tepi (tanda pada tengah-tengah sisi atau pojok foto untuk penentuan titik
utama foto). Perkembangan teknologi saat ini telah banyak berkembang dengan
kemajuan teknologi kamera, perekaman yang pada awalnya menggunakan detektor
film sudah mulai ditinggalkan dengan sistem foto udara digital. Perkembangan
teknologi ini juga membawa implikasi berkembangnya jasa-jasa pembuatan foto
udara dari ukuran small format (format kecil) sampai ukuran large format (format
besar) yaitu 23cm x 23 cm.
2. Mosaik Foto Udara
Foto udara merupakan salah satu citra foto yang umumnya diambil
menggunakan wahana pesawat terbang. Bentuk wahana lain yang dapat digunakan
sebagai bahan foto udara adalah balon udara, pesawat ulang-alik, satelit, paralayang
dan berbagai wahana lainnya. Dalam teknis perekaman foto udara telah
dipertimbangkan beberapa hal yaitu:
a. Bentuk wilayah, bentuk wilayah ini akan menentukan biaya pemotretan. Semakin
luas suatu wilayah jelas biaya yang dikeluarkan akan semakin mahal, karena biaya
untuk operasional juga semakin besar.
b. Jalur terbang, dalam pengambilan jalur terbang biasanya diambil jarak yang
terpanjang untuk melakukan perekaman, hal ini untuk memperoleh kestabilan
pesawat disaat pemotretan.

Gambar 3.2 Desain Jaur Terbang (Nurdinansa, 2013).

c. Area yang bertampalan /overlap dan Sidelap, Overlap merupakan daerah yang
bertampalan antara foto satu dengan foto yang laindnya sesuai dengan nomor
urutan jalur terbang. Besarnya tampalan antar foto tersebut umumnya sebesar
60%. Misalnya foto X1 memiliki informasi yang sama dengan foto X2 sebesar
60%. Tujuan dari tampalan ini adalah untuk menghindari daerah yang kosong
disaat perekaman dikarenakan wahana pesawat terbang melaju dengan kecepatan
yang tinggi. Selain overlay foto udara juga harus sidelap. Sidelap merupakan
pertampalan antara foto udara satu dengan foto udara lain yang ada diatas maupun
dibawah area yang direkam. Sidelap ini terjadi pada jalur terbang yang berbeda
jadi suatu wilayah pada jalur terbang 1 yang telah direkam akan direkam kembali
sebesar 25% dari liputan jalur terbang 2. Berikut ini gambaran dari proses Overlap
dan Sidelap. Tujuan dibuatnya sidelap ini adalah untuk menghindari kekosongan
foto antara jalur terbang. Selain tujuan tersebut dibuatnya foto overlap dan sidelap
adalah untuk memperoleh kenampakan 3 dimensi ketika dilihat melalui sterioskop
cermin.

Gambar 3.3 Contoh hasil overlap dan sidelap pada kegiatan pemotretan udara (Nurdinansa, 2013).

Gambar 3.4 Tampalan ke depan / overlap (Nurdinansa, 2013).


Keterangan :
G = ukuran bujur sangkar medan yang terliput oleh sebuah foto tunggal
B = basis atau jarak antara stasiun pemotretan sebuah pasangan foto stereo
PE = besarnya pertampalan pada umumnya dinyatakan dalam persen
Gambar 3.5 Tampalan ke samping / sidelap (Nurdinansa, 2012).
Keterangan :
PI dan PII = pesawat yang berbeda pada jalur terbang 1 dan 2
W = jarak antara jalur terbang yang beruntun
PS = besarnya tampalan samping dinyatakan dalam persen

d. Gangguan perekaman, gangguan ini dapat berupa Drift dan Crab. Drif adalah
perpindahan atau pergeseran lateral pesawat udara dari garis terbang yang
direncanakan, yang disebabkan oleh gerakan angina, kesalahan navigasi atau
penyebab-penyabab yang lain. Hasilnya dapat berupa suatu celah (gab)
sebagaimana gambar 2 diantara foto udara yang berdekatan. Crab merupakan
keadaan yang disebabkan kegagalan mengorientasikan kamera sehubungan
dengan garis terbang yang direncanakan. Pada fotografi udara vertical hal tersebut
ditunjukkan oleh tipe-tipe foto yang tidak sejajar dengan garis basis (lintas terbang
antara pusat-pusat foto). Karena alasan ini lokasi garis terbang yang sebenarnya
dan pusat foto mungkin sedikit berbeda daripada lokasi yang direncanakan.

3. Interpretasi Foto Udara


Interpretasi citra merupakan suatu prbuatan untuk mengkji foto udara (citra
foto) maupun citra non foto (satelit) dengan maksud untuk memperoleh
mengidentifikasi objek atau arti penting objek yang tergambar pada citra tersebut.
(Simonett (dalam Sutanto (1986)). Secara sederhana, interpretasi dapat diartikan suatu
proses memaknai informasi dalam foto maupun citra satelit.
Untuk melakukan kegiatan interpretasi, diperlukan beberapa komponen di
dalamnya, yakni rona, warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, ketiggian,
situs, dan asosiasi.
a) Rona dan Warna
Rona (tone/color tone/grey) ialah tingkat kegelapan atau tingkat
kecerahan objek citra. Contoh pengenalan objek berdasarkan rona yaitu air
tampak dengan rona gelap pada foto pankromatik.
Warna ialah ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan
spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Sebagai contoh objek
tampak biru, hijau, atau merah bila ia hanya memantulkan salah satu spektrum
dengan panjang gelombang (0.4-0.7) µm
b) Bentuk
Bentuk merupakan kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka suatu objek (Lo, 1976 dalam Sutanto, 1994). Bentuk merupakan
atribut yang jelas sehingga banyak objek banyak dikenali berdasarkan
bentukny saja. Contoh pengenalan objek berdasarkan bentuk yaitu gedung
sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U dan atau berbentuk empat segi
panjang.
c) Ukuran
Ukuran ialah atribut objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi,
lereng, dan volume. Contoh pengenalan objek berdasarkan ukuran yaitu
ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau
industri.
d) Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lilesand dan
kiefer, 1970) atau pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk
dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975). Tekstur sering
dinyatakan dengan kasar, halus seperti beledu, dan belang-belang. Contoh:
hutan bertekstur kasar.
e) Pola
Pola atau susunan keruangan adalah ciri yang menandai bagi banyak
objek yang bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh
pemukiman di kota, pemukiman di kota umumnya memiliki pola teratur untuk
kawasan perumahan, yaitu dengan rumha yang ukurannya seragam dan
masing-masing menghadap ke jalan.
f) Bayangan
Bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi
beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya. Akan tetapi di sisi
lain keberadaan bayangan merupakan suatu kondisi yang bertentangan, pada
satu sisi bentuk dan kerangka bayangan dapat memberikan gambaran profil
suatu obyek. Tetapi pada lain sisi jika ada suatu obyek yang berada di bawah
bayangan, maka hanya sedikit memantulkan sedikit cahayadan sulit untuk
diamati pada citra atau foto udara. Dengan bantuan unsur bayangan ini juga
dapat menentukan arah mata angin serta pengenalan terhadap suatu obyek
yang kemungkinan sulit diamati sebelumnya.
g) Ketinggian
Ketinggian merupakan salah satu unsur yang dipertimbangkan dalam
interpretasi foto udara. Ketinggian objek umumnya dapat dilihat dalam foto
udara/citra skala besar yang menggambarkan objek lebih detail. Selain itu
pengenalan objek yang memiliki ketinggian dapat diketahui dari bayangan
objek.. sehingga antara unsur bayangan dengan ketinggian tidak bisa
dipisahkan.
h) Situs
Situs atau lokasi suatu obyek dalam hubungannya dengan obyek lain
dapat membantu dalam menginterpretasi foto udara ataupun citra ikonos. Situs
ini sering dikaitkan antara obyek dengan melihat obyek yang lain. Contoh
situs permukiman memanjang pada umumnya terletak disepanjang tepi jalan.
i) Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu
dengan obyek yang lain, dengan kata lain asosiasi ini hampir sama dengan
situs. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering
menjadi petunjuk adanya obyek yang lain. Seperti stasiun kereta api sering
berasosiasi dengan jalan kereta api yang bercabang (jumlahnya lebih dari
satu).
Menurut Sugandhy dalam Aulia Yusran (2006: 44) mengungkapkan bahwa,
Penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan
bagi maksud- maksud pembangunan secara optimal dan efisien. Suatu unit
penggunaan lahan mewakili tidak lebih dari suatu mental construct yang didisain
untuk memudahkan invent tarisasi dan aktivitas pemetaan. Identifikasi, pemantauan
dan evaluasi penggunaan lahan perlu selalu dilakukan pada setiap periode tertentu,
karena ia dapat menjadi dasar untuk penelitian yang mendalam mengenai perilaku
manusia dalam memanfaatkan lahan.
Selanjutnya menurut Bintarto dalam Aulia Yusran (2006:49) dari hubungan
yang dinamis ini timbul suatu bentuk aktivitas yang menimbulkan perubahan.
Perubahan yang terjadi adalah perubahan struktur penggunaan lahan melalui proses
perubahan penggunaan lahan, meliputi:
a) Perubahan perkembangan (development change), yaitu perubahan yang terjadi
setempat dengan tidak perlu mengadakan perpindahan, mengingat masih
adanya ruang, fasilitas dan sumber- sumber setempat.
b) Perubahan lokasi (locational change), yaitu perubahan yang terjadi pada suatu
tempat yang mengakibatkan gejala perpindahan suatu bentuk aktifitas atau
perpindahan sejumlah penduduk ke daerah lain karena daerah asal tidak
mampu mengatasi masalah yang timbul dengan sumber dan swadaya yang ada
c) Perubahan tata laku (behavioral change), yakni perubahan tata laku penduduk
dalam usaha menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dalam hal
restrukturisasi pola aktivitas.
IV. LANGKAH KERJA

1. Identifikasi Informasi Tepi Foto Udara


a. Amatilah foto udara hitam putih (pankromatik) atau berwarna yang telah
disediakan.
b. Identifikasi setiap informasi tepi foto udara tersebut.
c. Buatlah tabel hasil identifikasi
2. Mosaik Foto Udara
a. Ambilah foto udara paket foto udara hitam putih dan berwarna
b. Urutkanlah foto udara tersebut sesuai dengan nomor dan jalur terbang
c. Catatlah nomor foto yang telah berurutan
d. Ambilah satu pasang foto udara yang berurutan
e. Amati dan batasilah daerah yang overlap melalui sterioskop cermin
f. Deliniasilah objek yang tampak pada foto tersebut dengan spidol transparan
3. Interpretasi Foto Udara
a. Siapkan sepasang foto udara skala besar. Pilih pasangan foto tersebut
berurutan pemotretannya (tampalan lebih dari 55-60%).
b. Siapkan plastik (tranparansi sebagai media untuk interprestasi atau deleniasi)
c. Lakukan interprestasi penggunaan lahan pada daerah foto yang bertampalan.
d. Gunakan OHP marker yang berbeda (misal, biru untuk jalan, merah untuk
penutup lahan dll).

V. HASIL PRAKTIKUM
1. Peta penggunaan lahan tentatif daerah kajian (hasil deliniasi)

Gambar 5.1 Peta penggunaan lahan tentatif Daerah Martapura


2. Tabel hasil interpretasi

Nama
Rona/Warna Bentuk Ukuran Tekstur Pola Bayangan Situs Asosiasi
Objek
Padang
Tidak Tinggi Mengelompok
Hutan Gelap Besar Kasar Mengelompok rumput, jalan
teratur Pohon seragam
umum
Rumah-rumah
Tinggi
Pemukiman Terang Bidang Besar Kasar Memanjang yang Jalan vegetasi
Rumah
mengelomok
Dekat dengan Jalan, tanah
Sawah Terang Bidang Besar Halus Berpetak -
jalan umum kosong
Terdapat alat Pemukiman,
Jalan Terang Garis Kecil Halus Memanjang -
transportasi Sawah
Jalan Terdapat alat
Terang Garis Besar Halus Memanjang - Pertambangan
Tambang transportasi
Garis
Memanjang Air yang
Rawa Gelap dan Kecil Halus - Vegetasi
dan Membulat menggenang
Bulat
Jalan, tanah
Padang Tidak Vegetasi yang
Terang Kecil Halus Menyebar - kosong,
Rumput teratur kecil-kecil
pemukiman
Agak Agak Pola/teknik
Kebun Bidang Besar Berpetak - Sawah
Terang Kasar tanam
Agak Pola/teknik Kebun,
Ladang Terang Bidang Kecil Berpetak -
Halus tanam Sawah
Tanah Tidak ada Vegetasi,
Terang Bidang Kecil Halus Berpetak -
Kosong vegetasi Sawah
Padang
Rumput Pemukiman,
Tidak Vegetasi yang
Terang Besar Halus Menyebar - jalan umum,
Diselingi teratur kecil-kecil
hutan
Vegetasi
Tabel 5.2 Tabel hasil interpretasi foto Daerah Martapura
3. Nomor urutan foto berdasarkan jalur terbang

No Foto Nama

0226 Fita

0227 I’an

0228 Filia

Tabel 5.2 nomor urutan foto Daerah Martapura

4. Perhitungan dan gambar daerah overlap dan sidelap


Presentase pertampalan foto udara yang overlap:
1) Foto Udara no 226 dan 227
Diketahui:
Pt = 17 cm
Pfu = 23 cm
Ditanya: Luas foto yang overlap?
Jawab:
Panjang tampalan
𝑃 = Panjang Foto Udara x 100%

17 𝑐𝑚
𝑃= x 100%
23 𝑐𝑚

P = 73,09 %

2) Foto Udara no 227 dan 228


Diketahui:
Pt = 16,5 cm
Pfu = 23 cm
Ditanya: Luas foto yang overlap?
Jawab:
Panjang tampalan
𝑃 = Panjang Foto Udara x 100%

16,5 𝑐𝑚
𝑃= x 100%
23 𝑐𝑚

P = 71,07 %
Hasil praktikum dari penggabungan 3 citra foto udara berwarna yang disusun
sesuai dengan nomer foto yaitu 226,227 dan 228, sehingga didapat hasil daerah
pertampalannya overlap mozaik foto udara tersebut yaitu sebagai berikut :

Gambar 5.2 Hasil daerah pertampalan overlap Daerah Martapura

5. Hasil proses deliniasi berdasarkan interpretasi foto udara (terlampir)

VI. PEMBAHASAN

Pada dasarnya foto udara juga merupakan hasil dari penginderaan jauh, hasil
perolehan tersebut didapat dengan bantuan alat seperti wahana balon udara, pesawat
foto udara, maupun gantole dan merupakan hasil tanpa kontak langsung dengan objek
yang direkam. Melalui beragam proses tersebut kemudian didapatlah produk berupa
foto udara, pada foto udara tersebut terdapat salah satu yang penting yankni Informasi
tepi, informasi tepi ini diantaranyya adalah tanda fidusial, tanda principil, Altimeter,
level, jam pengambilan foto udara, panjang fokus dan skala foto udara. Masing-
masing tanda tepi tersebut berguna untuk mengetahui dimana, kapan, berapa, apa
serta jenis kamera apa yang digunakan dalam pengambilan foto udara tersebut. Fungsi
dari informasi tepi yang pertama yaitu Tanda Fidusial berguna untuk mengetahui
orientasi titik tengah pada foto udara, minimal terdapat 8 titik. Tanda Principal
berguna untuk mengetahui titik tengah yang diambil dari 4 titik tanda principil yang
ditarik garis berupa tanda X. Selanjutnya ada Altimeter berguna untuk memberikan
informasi tinggi terbang pesawat terhadap permukaan bumi, ketinggian berpengaruh
pada skala foto udara yang dihasilkan. Sedangkan Panjang Fokus Kamera berguna
untuk mengetahui besar panjang fokus kamera yang digunakan. Jam Pemotretan
berguna untuk memberikan informasi waktu pemotretan. Efektifnya pemotretn ini
diilakukan pada pagi hari atau tidak ada/ sedikit gangguan atmosferik (awan,
mendung, kabut, dll). Skala Foto Udara (skala ini muncul tidak di semua foto udara)
berguna untuk mengetahui jarak, luas dan volume suatu objek yang tergambar pada
foto udara. Dan yang terakhir yaitu Buble Level berguna untuk mengetahui kondisi
kemiringan antara pesawat udara dengan kamera yang digunakan untuk pemotretan
tehadap permukaan bumi. Pada level ini, terdapat niveau/gelembung udara yang
menandakan kemiringan kamera untuk pemotretan.

Selanjunya ialah tentang perhitungan skala foto udara, dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:

f = Panjang fokus (altimeter)


f
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 =
H−h H = Ketinggian wahana

H = Ketinggian objek

Diketahui:
f = 44 mm
H = 0,5 x 1000 = 500 feet
500 feet x 0,305 = 152,5 meter
152,500 mm
H = 13 meter = 13.000 mm

Ditanya: Skala……..?
Jawab:
f
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 =
H−h
44 𝑚𝑚
Skala =
152.500 𝑚𝑚−13.000 𝑚𝑚
44 𝑚𝑚
=
139.500 𝑚𝑚
1
= atau 1:3.170
3.170

Diperoleh skala citra foto tersebut yakni 1: 3.170. Perhitungan skala foto udara
ini dilakukan dengan membandingkan panjang fokus dengan ketinggian terbang
dikurangi ketinggian objek, yang mana layaknya skala pada peta skala foto udara juga
memiliki skala foto besar dan kecil, skala foto udara ini termasuk kedalam skala foto
udara besar. Dan terakhir ialah jenis foto udara ini termasuk foto udara tegak
(vertical) dikarenakan kenampakan dalam peta ialah diambil tegak lurus antara
pesawat udara berkamera dengan permukaan bumi, pada umumnya juga foto udara
tegaklah yang biasanya digunakan dalam penerapan pengindraan jauh.
Mozaik foto udara secara manual dilakukan dengan mengurutkan nomor seri
foto udara dan disusun secara manual dengan mengandalkan kemampuan visual mata
secara berurutan serta menumpang tindihkan kenampakan yang sama pada foto-foto
yang bertampalan (overlap). Menyusun mozaik secara manual ini dilakukan sekedar
untuk memperoleh gambaran umum wilayah yang dikaji. Dalam penyusunan foto
udara ini setiap foto udara yang disusun maupun ditumpang tindih memiliki skala foto
yang sama, nomor seri yang berurutan dan merupakan daerah pertampalan.
Dari penyusunan mozaik secara manual pada foto udara berwarna nomer 226,
227 dan 228 ditemukan satu pertampalan overlap mozaik foto udara dengan selisih
lebar pertampalan yang sedikit dan relatif sama, tetapi terjadi kesalahan paralaks atau
ketidak lurusan susunan mozaik foto udara tersebut, sehingga menghasilkan susunan
foto antara satu dengan yang lainnya terdapat selisih 0,5 cm, walaupun susunan foto
berdasarkan nomor jalur penerbangan yang berurutan yaitu jalur 226, 227 dan 228.
Susunan foto udara yang saling tumpang tindih memiliki susunan tidak
lurus/agak bergeser ke atas atau kebawah yang mengindikasikan dalam pemotretan
pesawat mengalami gangguan sehingga hasil pemotretan tidak bisa lurus.
Penyimpangan tersebut dikenal dengan Drif dan Crab. Drif adalah perpindahan atau
pergeseran lateral pesawat udara dari garis terbang yang direncanakan, yang
disebabkan oleh gerakan angin, kesalahan navigasi atau penyebab-penyabab yang
lain. Hasilnya dapat berupa suatu celah (gab) diantara foto udara yang berdekatan.
Crab merupakan keadaan yang disebabkan kegagalan mengorientasikan kamera
sehubungan dengan garis terbang yang direncanakan. Namun jika diamati dari
susunan mozaik foto udara nomor seri 226, 227 dan 228, kebanyakan gangguan
disebabkan oleh Drif yang biasanya disebabkan oleh angin yang menabrak pesawat,
sehingga pesawat menjadi oleng tidak stabil dan berubah posisi, atau bisa juga karena
adanya getaran pada pesawat, sehingga adanya perbedaan dan pergeseran fokus foto,
walaupun hanya sedikit, dan mengakibatkan tidak lurusnya foto udara tersebut ketika
disusun pertampalan mozaik.
Nilai overlap pada foto udara 228-227 adalah 71,07%, foto udara 227-226
adalah 73,09. Pada foto udara tersebut tidak ditemukannya pertampalan sidelap.
Dalam penyusunan foto udara secara manual diperlukan kecermatan dan ketelitian,
terutama dalam menyusun maupun menumpang tindihkan foto udara. Seringkali yang
tidak diperhatikan adalah pengurutan nomor seri foto udara. Hal tersebut cukup
menghambat dalam proses penyusuan mozaik foto udara secara manual.
Selanjutnya dalam praktikum ini terdapat 12 objek yang telah diinterpretasi
yaitu permukiman, persawahan, jalan umum, jalan tambang hutan lebat, padang
rumput, perkebunan, ladang, rawa, lahan kosong, vegetasi dan padang rumput
diselingi vegetasi. Tiap objek memiliki perbedaan mulai dari rona, warna, ukuran,
tekstur, pola, bayangan, ketinggian, situs, dan asosiasi.
1). Permukiman
Pemukiman memiliki rona dan warna yang terang, bentuk berupa
bidang bertekstur kasar, berukuran besar dengan pola mengelompok. Tekstur
kasar ini disebabkan karena bidang atau ukuran antara rumah satu dengan
yang lainnya berbeda. Permukiman ini ditandai dengan situs rumah-rumah
yang mengelompok di beberapa bagian daerah. Permukiman ini berasosisasi
dengan padang rumput, vegetasi, dan jalan umum.
2). Persawahan
Dalam citra foto ini, persawahan memiliki rona dan warna yang terang,
dengan bentuk yang berupa bidang yang bertekstur halus. Persawahan ini
berasosiasi dengan rawa/genangan air dan padang rumput serta jalan umum
karena dijumpai karena untuk perairan dan jalur transportasi.
3). Jalan Umum
Dalam citra foto ini, jalan memiliki rona dan warna yang terang. Hal
ini disebabkan oleh jalan terbentuk dari tanah (belum beraspal) yang mampu
memantulkan warna yang sangat terang. Dengan bentuk garis dan kecil serta
memiliki tekstur halus yang memanjang jalan ini juga berasosiasi dengan
perumahan.
4). Jalan Tambang
Sebenarnya kenamapakan dari jalan tambang ini dengan jalan umum di
atas tetapi pada jalan tambang memiliki factor yang membedakan yaitu lebar
jalan yang lebih lebar dari jalan umum karena dilewati oleh kendaraan
tambang yang lebih besar dari kendaraan umum dan berasosiasi dengan
tambang pada lembar citra foto nomor selanjutnya.
5). Hutan
Hutan dalam citra foto ini sangat terlihat jelas dengan rona dan warna
yang sangat gelap dikarenakan spektrum yang digunakan adalah foto udara
pankromatik yaitu objek dengan mudah dikenali dengan menggunakan gradasi
warna, berbentuk tidak teratur karena tumbuh secara alami dan bertekstur
kasar. Dengan ukuran yang besar dan memiliki bayangan menandakan bahwa
hutan tersebut memiliki vegetasi yang rapat dan tinggi. Hutan ini berasosiasi
dengan padang rumput dan jalan umum serta pemukiman.
6). Padang Rumput
Padang rumput terlihat jelas dan dapat diinterpretasikan dengan warna
dan rona yang terang dan bertektur halus memiliki bentuk yang tidak teratur
dan menyebar. Serta berasosiasi dengan pemukiman, jalan umum dan hutan.
7). Perkebunan
Dalam citra foto ini Nampak beberapa lahan pertanian dan harus teliti
melihatnya. Perkebunan ini memiliki rona dan warna yang agak terang dan
berbentuk bidang tentunya setra berukuran besar dengan tekstur yang agak
kasar yang berpetak. Berasosiasi dengan padang rumput, jalan umum dan
hutan.
8). Ladang
Ladang memiliki rona dan warna yang terang, mempunyai bentuk
bidang bertekstur agak halus, berukuran yang kecil dengan pola berpetak
seperti sawah. Lading ini berbeda dengan sawah karena dapat dibedakan dari
teksturnya yang agak halus (menuju halus) berarti lebih kasar daripada sawah.
Lading ini ditandai dengan situs garis/teknik tanamnya yang teratur, dan
berasosiasi dengan jalan umum dan padang rumput.
9). Rawa/genangan air
Kenampakan ini masih belum jelas karena banyak unsur interpretasi
yang cocok mengidentifikasi kenampakan ini. Tetapi menurut saya dalam citra
foto ini terlihat jelas bahwa itu rawa karena, memiliki rona dan warna yang
gelap karena kenampakan berupa air dengan bentuk yang memanjang dan
membulat yang bertekstur galus. Bentuk yang memanjang memang seperti
sungai tapi jika dilihat secara teliti perairan itu tidak memiliki aliran/berhenti
disitu jadi karena faktor itulah yang membedakannya denga sungai. Rawa ini
berasosiasi dengan vegetasi dan padang rumput.
10). Vegetasi
Vegetasi dalam citra foto ini berwarna agak terang. Hal ini
dikarenakan spektrum yang digunakan adalah foto udara pankromatik yaitu
objek dengan mudah dikenali dengan menggunakan gradasi warna. Bertekstur
agak kasar dan berasosiasi dengan padang rumput.
11). Lahan Kosong
Lahan Kosong dalam citra foto ini memiliki rona dan warna yang
terang. Di dalam citra foto ini kenampakan lahan kosong hanya dapat dilihat
memiliki luas yang sempit berbentuk bidang dan bertekstur halus . Hal ini
menandakan lahan kosong ini tidak ditumbuhi vegetasi dan berasosiasi dengan
jalan tambang.
12). Padang Rumput diselingi Vegetasi
Kenampakan ini terlihat sama seperti yang sudah dijelaskan di bagian
padang rumput dan vegetasi. Dapat terlihat bahwa cara tumbuh kedua
kenampakan ini yaitu saling menyatu/dalam satu lahan yang sama dan selang-
seling oleh karena itu saya menginterpretasikannya sebagai lahan padang
rumput diselingi vegetasi.

Dalam proses interpretasi pada citra foto udara Daerah Martapura ini banyak
penggunaan lahan berupa hutan lebat. Hal ini berdasarkan faktanya bahwa di Daerah
Martapura Pulau Kalimantan ini memang terkenal dengan hutannya yang lebat dan
tidak dilakukan penebangan. Adapula terlihat suatu kegiatan pertambangan di daerah
itu dan kegiatan masyarakatnya yang mayoritas berupa pertanian.
Sedangkan pada tingkat kedetailan penggunaan lahan di daerah ini sangat jelas
terlihat dari unsur interpretasi bayangan dan tekstur. Menurut saya kedua unsur itu
yang sangat menjelaskan lahan yang dilapangan. Sehingga kita sangat terbantu untuk
mengidentifikasi kenampakan lahan apa itu. Jadi di daerah ini tingkatnya memiliki
kedetailan yang agak rendah karena mudah dibedakan dan dilihat langsung.
Salah satu keuntungan dari pengenalan melalui foto udara ini menurut saya
yaitu jelas dari bentuknya, misalkan jalan dari bentuknya sudah jelas memanjang dan
terang ataupun gelap sesuai bahan dasar pembuat jalan tersebut. Tetapi adapula
keterbatasannya yaitu pada pengenalan bagian rawa atau perairan di daerah kajian
saya. Karena disitu tidak terlihat jelas alirannya karena mungkin tertutup vegetasi di
hutan yang sangat lebat.
Untuk keterkaitan antara resolusi spasial dan resolusi spektran dalam
pengenalan/identifikasi objek sangat mempunyai impact atau dampak yang besar dan
sangat signifikan. Karena hasil foto udara tergantung pada spesifikasi satellite
(spasial) yang digunakan untuk pengambilan foto tersebut. Semakin kecil ukuran
pixel suatu citra foto maka akan jelas pula objek yang dapat terlihat dan mudah untuk
dikenali. Dan pada resolusi spectral satellite yang mempunyai band yang banyak
maka dapat diaplikasikan pada banyak fenomena.

VII. KESIMPULAN
1. Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam citra foto udara terdapat bagian- bagian
antara lain Informasi tepi dan foto udaranya. Informasi tepi tersebut antara lain tanda
fidusial, tanda principil, altimeter, level, jam pengambilan foto udara, panjang fokus,
skala foto udara, koordinat foto udara, arah orientasi, nomor seri foto udara, dan
tanggal pemotertan serta data navigasi (jarang terlihat). Jadi informasi tepi tersebut
berfungsi untuk mengetahui kapan, dimana, berapa serta jenis kamera apa yang
digunakan dalam pengambilan foto udara dan yang paling pokok ialah keterangan
tentang hasil gambar, jenis foto udara tersebut termasuk jenis foto udara tegak
(vertical)
2. Diperoleh skala citra foto tersebut yakni 1: 3.170. Perhitungan skala foto udara ini
dilakukan dengan membandingkan panjang fokus dengan ketinggian terbang
dikurangi ketinggian objek, yang mana layaknya skala pada peta skala foto udara juga
memiliki skala foto besar dan kecil, skala foto udara ini termasuk kedalam skala foto
udara besar.
3. Nilai overlap pada foto udara 228-227 adalah 71,07%, foto udara 227-226 adalah
73,09. Pada foto udara tersebut tidak ditemukannya pertampalan sidelap.
4. Dalam praktikum ini terdapat 12 objek yang telah diinterpretasi yaitu permukiman,
persawahan, jalan umum, jalan tambang hutan lebat, padang rumput, perkebunan,
ladang, rawa, lahan kosong, vegetasi dan padang rumput diselingi vegetasi. Tiap
objek memiliki perbedaan mulai dari rona, warna, ukuran, tekstur, pola, bayangan,
ketinggian, situs, dan asosiasi.
5. Daerah Martapura ini banyak penggunaan lahan berupa hutan lebat.
6. Tingkat kedetailan penggunaan lahan di daerah ini sangat jelas terlihat dari unsur
interpretasi bayangan dan tekstur.
7. Keterkaitan antara resolusi spasial dan resolusi spektran dalam
pengenalan/identifikasi objek sangat mempunyai impact atau dampak yang besar dan
sangat signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto. 2012.Penginderaan Jauh Teori dan Aplikasi.Malang.UM Press.


Nurdinansa, Muhamad.2013. Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. (online)
(https://www.scribd.com/doc/191551703/ACARA-II-MOZAIK-FOTO-UDARA-edit-
docx, diakses pada 21 Oktober 2018)
Yusran, Aulia, 2006. Kajian Perubahan Tata Guna lahan pada Pusat Kota Cilegon, Program
Pasca Sarjana Undip.

Anda mungkin juga menyukai