REPRESENTASI RELIEF
TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menggambarkan peta kontur serta menambahkan informasi
bentuk relief
2. Mahasiswa mampu membuat penampang melintang (profil) sebagai salah satu
keunggulan representasi relief
3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kemiringan lereng
DASAR TEORI
Peta Topografi
Topografi berasal dari bahasa Yunani, “topos” yang berarti tempat dan “graphia”
yang berarti menulis/menggambar. Peta topografi umumnya menyajikan informasi
dasar permukaan bumi dan disertai dengan garis kontur untuk menunjukkan
informasi ketinggian tempat. Oleh karena informasi yang disajikan peta topografi
bersifat umum, maka termasuk ke dalam klasifiaksi peta dasar. Umumnya peta
topografi suatu negara dibuat oleh institusi yang berwenang, misalnya untuk peta
topografi Indonesia dibuat oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan nama
produk Peta Rupa Bumi Indoensia (RBI). Namun demikian ada pula penyusunan
peta topografi untuk tujuan tertentu yang dibuat oleh negara lain, misalnya peta
topografi Indonesia yang dibuat oleh Army Map Service (AMS) Amerika Serikat yang
dibuat pada tahun 1954. Badan Informasi Geospasial (BIG) menurut UU No. 4
Tahun 2011 merupakan walidata dalam penyediaan peta dasar Indonesia.
Semua tema peta yang ditampilkan dalam Peta RBI memuat unsur alami dan buatan
yang dipilih sebagai sajian topografi Indonesia. Walaupun demikian perlu diketahui
bahwa tidak semua tema peta tersebut merupakan tanggung jawab BIG. Sebagai
contoh, data batas administrasi merupakan kewenangan Kementerian Dalam Negeri
untuk menetapkan batas yang memiliki kekuatan hukum. Dalam peta RBI dapat
ditemui pernyataan bahwa batas administrasi yang ditampilkan hanya sebatas peta
indikatif saja.
Garis Kontur
Secara sederhana relief dapat diartikan sebagai suatu konfigurasi nyata dari
permukaan bumi, yaitu perbedaan dalam ketinggian dan kemiringan permukaan
bumi. Relief dapat direpresentasikan dengan cara membuat garis yang
menghubungkan titik di permukaan bumi yang mempunyai ketinggian yang sama
disebut dengan garis kontur (Gambar 1).
Keterangan :
A : depresi (lubang) di puncak
B : daerah curam
C : daerah landai
Pembuatan garis kontur pada prinsipnya dilakukan secara logika yaitu dengan cara
interpolasi terhadap titik-titik hasil pengukuran di lapangan, karena sangat tidak
praktis untuk mengukur suatu titik di lapangan dengan survei terestrial. Beberapa
kegunaan dari garis kontur adalah untuk mengetahui bentuk lereng, besarnya
kemiringan lereng dan menunjukkan bentuk relief. Garis kontur yang rapat
menunjukkan bentuk lereng yang terjal dan garis kontur yang renggang
menunjukkan bentuk lereng yang landai/datar, atau dengan kata lain bahwa semakin
rapat bentuk suatu garis kontur maka bentuk lereng di daerah tersebut menunjukkan
lereng yang semakin terjal, begitu pula sebaliknya. Beberapa sifat yang dimiliki oleh
garis kontur adalah :
• Merupakan kurva tertutup pada setiap nilai ketinggian
• Tidak memiliki cabang dan tidak berpotongan antar garis kontur yang berbeda
ketinggian
• Garis kontur yang rapat menunjukkan daerah yang semakin landai/datar
• Garis kontur disajikan dalam interval ketinggian tertentu,yang disebut sebagai
interval kontur
• Garis kontur digambarkan menjorok ke arah hulu jika berpotongan dengan
sungai
Penyajian Relief
Kesan tiga dimenasi untuk merepresentasikan relief pada suatu peta dapat
dilakukan dengan bersumber pada garis kontur. Terdapat berbagai macam cara
dalam menampilkan relief, diantaranya hachures, hill shading, hypsometric tints, dan
blok diagram (Gambar 3). Prinsip pembuatan hill shading adalah memberi bayangan
pada suatu gambaran relief pada garis kontur, sedangkan hachures merupakan
penggambaran relief pada peta dengan suatu garis yang berbeda ketebalannya.
Hypsometric tints merupakan pemberian warna pada kelas ketinggian tertentu,
sementara blok diagram menyajikan relief dalam perspektif miring (oblique). Blok
diagram melibatkan sumbu z dalam visualisasi sehingga menyajikan bidang tiga
dimensi.
a) b)
c)
d)
LANGKAH KERJA
Bagian 1 – Pembuatan Peta Kontur
1. Saudara akan diberikan peta titik sebaran hasil pengukuran ketinggian tempat
2. Gunakan teknik interpolasi linear untuk menggambarkan peta kontur pada peta
tersebut, dengan mengikuti langkah 3 – 6
3. Tentukan interval kontur, misal dalam contoh ini adalah 10 meter. Pada gambar
tersebut dapat ditarik garis kontur 80 m. Buat garis yang menghubungkan antara
dua titik yang diantaranya terdapat nilai 80, misal antara 75 hingga 85
4. Nilai 80 terletak tepat di tengah-tengah antara 75 hingga 85, sehingga tandailah
titik tengah dari garis yang telah dibuat
5. Ulangi langkah (a) dan (b) hingga semua kemungkinan nilai 80 tergambarkan.
Jika perhitungan tidak sesederhana poin (b) gunakan formula yang dijelaskan
sebagai berikut :
6. Hapus garis yang menghubungkan anatar titik, lalu tarik garis kontur melalui titik-
titik ketinggian 80 meter yang telah diidentifikasi. Lakukan juga untuk nilai
ketinggian yang lain
3. Pindahkan potongan kertas tersebut pada kertas milimeter atau kertas HVS,
letakkan garis A-B tersebut pada posisi sumbu x.
4. Ketinggin (elevasi) digambarkan pada sumbu y, dimana skala pada sumbu
tersebut dapat diperbesar. Hal tersebut dikenal dengan istilah perbesaran vertikal
(vertical exagerration/VE). Nilai VE nantinya dicantumkan dalam profil agar
pembaca paham bahwa terdapat perbedaan skala pada sumbu x dan sumbu y.
5. Lakukan plotting ketinggian, lalu hubungkan titik-titik tersebut dengan sebuah
garis yang wajar (bukan patah-patah). Lengkapi profil dengan visualisasi yang
menarik, misalnya ketika memotong sungai pada profil yang dibuat.
elevasi
Jarak horizontal
HASIL PRAKTIKUM
1. Peta kontur hasil interpolasi
2. Profil (penampang melintang) di daerah pemetaan
3. Perhitungan kemiringan lereng