Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KARTOGRAFI DASAR
ACARA VIII
REPRESENTATISI RELIEF

Disusun oleh :
Nama

: Eni Paryani

NIM

: 16 / 397441 / GE / 08320

Program Studi

: Geografi dan Ilmu Lingkungan

Hari, waktu

: Rabu, 13.00 - 14.40

Asisten

: 1. Intan Khaeruli F.
2. Widya Nur Fauziah

LABORATORIUM KARTOGRAFI
PROGRAM STUDI KARTOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH
DEPARTEMEN SAINS INFORMASI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

ACARA VIII
REPRESENTASI RELIEF

A. TUJUAN
1. Menggambar peta kontur serta menambahkan informasi bentuk relief.
2. Membuat penampang melintang (profil) sebagai salah satu keunggulan representasi
relief, dan melakukan pengukuran kemiringan lereng.
3. Mengetahui interpolasi peta kontur, penyajian relief, dan pembuatan profil dengan
menggunakan perangkat lunak.
B. BAHAN DAN ALAT
1. Peta titik ketinggian hasil pengukuran (dummy)
2. Alat tulis yang relevan dan penggaris
3. Kalkulator
4. Kertas milimeter blok
5. Data titik ketinggian digital
6. Perangngkat lunak dan /atau Quantum GIS

C. LANGKAH KERJA
Peta Dummy

alat tulis dan kalkulator

data digital dan perangkat lunak

Interpolasi garis kontur

mengkopy menjadi 3 peta

Penyajian relief dengan 3 metode yaitu metode Hachures, Hill Shading, dan Hypsometric Tints

Pembuatan profil

Perhitungan kemiringan lereng

Penyajian relief dengan perangkat lunak

Hasil Praktikum

Keterangan : :

= Input
= Proses

= Output

D. HASIL PRAKTIKUM
1. Peta kontur hasil interpolasi (terlampir).
2. Penyajian reliaf dalam bentuk a) Hachures, b) Hill Shading, c) Hypsometric tints
3.
4.
5.
6.

(terlampir).
Profil (penampang melintang) di daerah pemetaan (terlampir).
Kemiringan lereng pada 2 segmen profil (terlampir).
Ulasan tentang penyajian relief secara digital (pembahasan).
Tugas (terlampir)

E. PEMBAHASAN
Peta Topografi menyajikan informasi dasar permukaan bumi dan informasi
ketinggian tempat dengan menggunakan garis kontur. Garis kontur adalah garis yang
menghubugkan titik di permukaan bumi yang mempunyai ketinggian yang sama. Garis
kontur merupakan salah satu representasi dari relief. Relief dapat diartikan sebagai suatu
konfigurasi nyata dari permukaan bumi, yaitu perbedaan dalam ketinggian dan
kemiringan permukaan bumi. Prinsip pembuatan garis kontur yaitu dengan menggunakan
metode interpolasi terhadap titik-titik hasil pengukuran di lapangan. Hal ini dilakukan
karena sangat tidak praktis mengukur semua titik di lapangan dengan survei terestrial
(Wahyu W, Totok, 2016).
Garis kontur dapat digunakan sebagai petunjuk bentuk lereng, besarnya
kemiringan lereng, dan menujukkan bentuk relief. Sifat-sifat yang dimiliki garis kontur
adalah 1) merupakan kueva tertutup pada setiap nilai ketinggian, 2) Tidak memiliki
cabang dan tidak berpotongan antar garis kontur yang berbeda ketinggian, 3) Garis
kontur yang rapat menunjukkan daerah yang semakin curam, 4) Garis kontur yang
renggang menunjukkan daerah yang semakin landai/datar, 5) Garis kontur disajikan
dalam interval ketinggian tertentu (interval kontur), 6) Garis kontur digambarkan
menjorok ke arah hulu jika beropotongan di sungai (Wahyu W, Totok, 2016).
Bentuk garis kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya.
Jika garis kontur memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka kemiringannya juga
tetap. Kontur adalah garis yang berkesinambungan/kontinyu, artinya sejauh apapun
kontur berada tetap akan bertemu kembali dengan titik awalnya, kecuali jika kontur
tersebut masuk ke suatu kemiringan yang sangat curam. Garis kontur yang bagian bawah
lerengnya merapat, maka bentuk lereng disebut konveks atau cembung dan memberikan
pandangan yang pendek. Garis kontur yang meregang disebut konkaf atau cekung namun
memberikan pandangan yang panjang. Garis kontur yang rapat dan tidak teratur
menunjukkan lereng yang patah-patah. Garis kontur yang halus belokannya juga

menunjukkan permukaan yang terratur, kecuali ada peta skala kecil yang mengalami
generalisasi (Wahyu W, Totok, 2016).
Pembuatan garis kontur merupakan metode paling dasar dalam penyajian relief.
Pembuatan garis kontur sangat penting dan sangat berpengaruh pada hasil kontur yang
dihasilkan. Langkah awal dalam pembuatan garis kontur adalah dengan menggunakan
teknik interpolasi linear. Teknik Interpolasi linear adalah membuat segitiga-segitiga yang
saling menghubungkan titik-titik ketinggian pada peta. Syarat interpolasi adalah garis
seitga hanya menghubungkan dua titik saja, artinya antar garis tidak boleh bersilangan.
Titik-titik yang dihubungkan harus melebihi interval kontur yang tersedia, serta tidak
membuat garis pada titik ketinggian yang sama. Titik-titik ketinggian yang sama harus
dihubungkan oleh garis kontur, bukan garis segitiga. Teknik interpolasi bersifat
subyektif, artinya pendapat tiap orang berbeda-beda, akibatnya sering terjadi kesalahan
karena pola pada peta kontur tidak teratur dan tidak membentuk dataran rendah maupun
dataran tinggi. Pembuatan garis kontur merupakan langkah dasar dalam penyajian relief.
Penyajian relief dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu hachures, hill shading,
hypsometric tints, dan blok diagram. Blok diagram merupakan salah satu bentuk
penyajian relief dalam perspektif bidang miring (oblique). Blok diagram melibatkan
sumbu z dalam visualisasi, sehingga menyajikan bidang tiga dimensi. Blok diagram
merupakan salah satu cara yang cukup sulit untuk digunakan dalam penyajian relief.
Prinsip penyajian relief dengan metode Hachures yaitu dengan penggambaran
relief pada peta dengan suatu garis yang berbeda ketebalan dan jaraknya. Semakin tebal
dan rapat garis tersebut, maka ia menunjukkan relief lereng yang curam, sebaliknya
semakin renggang dan tipis garisnya maka itu merupakan daerah yang landai. Metode
Harchures digunakan untuk menujukkan daerah pegunungan, dataran tinggi dan puncak
gunung. Kesulitan dalam menggunkan metode ini adalah perlu adanya kesabaran dan
ketelitian karena garis yang dibuat kecil-kecil dan banyak.
Prinsip pembuatan hill shading adalah dengan memberi bayangan pada suatu
gambar relief pada garis kontur. Pemberian bayangan ini haris disesuaikan dengan letak
sumber cahayanya. Daerah yang tidak terkena sinar matahari digambarkan dengan
arsiran hitam dengan ketebalan tertentu karena daerah tersebut merupakan daerah
bayangan cahaya. Daerah yang kerkena sinar matahari digambarkan dengan warna putih
sehingga menimbulkan kesan terang.
Prinsip pembuatan Hypsometric tints yaitu pemberian warna pada kelas tertentu.
Warna yang diberikan merupakan tingkatan warna dari gelap ke terang yang masih
termasuk satu warna atau disebut dengan gradasi warna. Tujuan pewarnaaan ini adalah

untuk menunjukkan perbedaan ketinggian pada daerah tertentu. Metode ini sangat cocok
untuk menyajikan kenampakan relief bumi karena mudah dalam penyajian dan
pemahaman pembaca peta.
Penyajian relief dapat pula dilakukan dengan menggunakan profil penampang
melintang dan tingkat kemiringan lereng. Setelah menghasilkan profil penampang
melintang, selanjutnya membagi segmen yang telah didapat dari profil penampang
melintang. Semakin bergam topografi yang ada pada profil, semakin banyak pula profil
yang dapat dibagi. Segmen dalam profil dihitung untuk menentukan kemiringan lereng
dengan cara pecahan, persen, dan derajat.
Penyajian relief menggunakan perangkat lunak dapat dilakukan dengan metode
krigging. Metode krigging dapat menentukan ketinggian dan kemiringan lahan ddengan
cepat dan mudah. Metode Krigging dapat dijalankan untuk menentukan interpolasi
kontur, penyajian relief, pembuatan profil, hingga perhitungan kemiringan lereng dengan
efisien dan cepat. Kelemahan metode krigging adalah tidak semua orang dapat
menggunakan metode tersebut.

F. KESIMPULAN
Penggambaran peta kontur dilakukan dengan menggunkan teknik interpolasi planar,
yaitu dengan membuat garis bantu berupa segitiga untuk menentukan titik-titik
kontur. Penyajian relief dapat dilakukan dengan metode Hachures, Hill Shading dan
Hypsometric Tints. Metode yang paling mudah dilaksanakan dan dipahami adalah
metode Hypsometric Tints.
Representasi relief dilakukan dengan menggunakan metode profil penampang
melingtang. Metode ini dilakukan dengan menggunkan garis bantu yang kemudian
menghasilkan grafik yang berisisi segmen relief. Pengukuran kemiringan lereng
dilakukan dengan metode pecahan, persen dan derajat.
Penyajian reliaf dalam perangkat lunak menggunkan metode krigging. Metode
kringging dapat dilakukan untuk mengetahui interpolasi peta kontur, penyajian relief,
pembuatan profil, serta perhitungan kemiringan lereng dengan lebih cepat dan
efisien.
G. DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 24 Juni 2015 : Perbedaan DEM, DTM dan DSM,
http://indoatlas.net/index.php/2015/06/24/perbedaan-dem-dtm-dan-dsm/
(diakses pada tanggal 9 November 2016 pukul 08.20)

Wahyu W., Totok dan Khakim, Nurul, 2016, Petunjuk Praktikum Kartografi Dasar GKP
0101, Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

H.LAMPIRAN

I. TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan Digital Elevation Model (DEM) ?
Jawab : DEM atau Digital Elevation Model adalah data digital yang menggambarkan
geometri dari bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari
himpunan titik-titik koordinat hasil sampling dari permukaan dengan
algoritma yang mendefinisikan permukaan tersebut menggunakan koordinat
(Templi, 1991). DEM khusunya untuk menggambarkan relief medan.
Gambaran model relief rupabumi tiga dimensi yang menyerupai keadaan
yang sebenarnya di dunia nyata divisualisasikan dengan bantuan teknologi
komputer grafis dan teknologi virtual reality (Mogal, 1993). DEM
menyangku pengertian informasi elevasi. Sumber data DEM adalah citra
satelit, pengukuran di lapangan, peta topografi, radar, dan alat lainnya.
bentuk data DEM yaitu titik (titik tinggi), garis (kontur), dan penyiaman
(LIDAR). Turunan DEM antara lain profil, titik tertinggi dan terendah suatu
daerah, peta kontur, peta kelas elevasi, peta lereng, efek bayangan, dan lainlain.
2. Apa yang dimaksud dengan Digital Surface Model (DSM) ?
Jawab : DSM atau Digital Surface Model adalah digital surface model atau dapat
diartikan sebagai model permukaan digital. DSM juga merupakan model
elevasi yang menampilkan ketinggian permukaan, jika DTM hanya
menampilkan ground (permukaan tanah tanpa apapun yang diatasnya) maka
DSM menampilkan bentuk permukaan apapun yang ada seperti ketinggian
pohon, bangunan dan objek apapun yang ada diatas tanah.
3. Berikan contoh peta yang tidak memerlukan informasi ketinggian tempat, disertai
dengan alasan mengapa informasi tersebut tidak perlu ditampilkan !
Jawab :

Peta Tematik
Peta Navigasi
Peta yang tidak memerlukan informasi ketinggian tempat adalah peta tematik dan
chart atau peta navigasi. Peta tematik ada yang menggunakan informasi
ketinggian ada pula yang tidak menggunakan informasi ketinggian, hal itu
disesuai dengan tujuan pembuat peta tematik itu sendiri. Peta tematik yang
tidak menggunakan informasii ketinggian adalah peta tematik yang bertema
soaial, contohnya peta kepadatan penduduk Indonesia. Ciri peta tematik

tanpa informasi ketinggian adalah warna dasar wilayah sama. Chart atau peta
navigasi tidak memerlukan informasi ketinggian karena peta navigasi ini
berada di lautan yang datar atau pada ketinggian nol meter diatas permukaan
air laut. Selain itu, di lautan lepas tidak terlihat kenampakan relief muka
bumi diatasnya.

Perhitungan Garis Kontur menggunakan Microsoft Excel

n
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7

batas
atas
300
310
240
150
300
180
120
150
180

batas bawa

jarak

hasil perhitungan

240
240
180
100
250
150
100
100
120

2,2
1,9
2,2
1,2
1,9
1,4
2
2,3
3,1

0,366666667
0,271428571
0,366666667
0,24
0,38
0,466666667
1
0,46
0,516666667

180

150

1,7

0,566666667

180

150

2,2

0,733333333

170

150

1,1

0,55

190

170

1,6

0,8

250

200

1,7

0,34

290

250

1,8

0,45

210

150

2,9

0,483333333

270

210

2,7

0,45

290

260

1,5

0,5

290

190

2,4

0,24

190

130

1,1

0,183333333

150

120

2,4

0,8

150

120

2,7

0,9

260

210

2,1

0,42

270

150

3,6

0,3

200

170

2,9

0,966666667

230

200

1,9

0,633333333

270

230

3,6

0,9

Anda mungkin juga menyukai