LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA 4
PENAMPANG MELINTANG & KEMIRINGAN LERENG
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa memahami konsep intepretasi topografi berdasarkan peta kontur.
2. Mahasiswa mampu merepresentasikan topografi melalui penggambaran profil melintang.
3. Mahasiswa mampu menghitung kemiringan lereng berdasarkan data kontur ketinggian.
C. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan seperti peta kontur 1:25.000, kertas HVS, pensil,
pengghapus, penggaris, dan kalkulator.
2. Membuat titik memanjang (misal A ke B) di peta kontur dengan memotong garis kontur
secara tegak lurus.
3. Memindahkan garis memanjang titik A ke B dari peta kontur ke kertas HVS beserta
interval tiap ketinggian kontur yang dilaluinya sebagai sumbu X (skala horizontal).
4. Membuat skala vertikal (sumbu X) dengan bantuan persamaan rumus VE untuk
menemukan interval dari skala vertikalnya. Dibagian bawah sumbu Y yang dekat dengan
titik minimum di sumbu Y, diberi tanda seperti zigzag yang menunjukkan tidak dimulai
dari 0.
5. Memploting antara interval ketinggian kontur pada sumbu X dengan interval pada sumbu
Y untuk ditemukan titik temunya.
6. Menarik garis dari titik pertemuan yang ada dan membentuk sebuah profil.
7. Menghitung kemiringan lereng titik A ke B dalam satuan persen dan derajat.
tersebut akan menghasilkan profil dari titik A ke B. Hasil profil vertikal titik A ke B
menunjukkan bentukan lereng yang cukup curam dari ketinggian 500 meter ke 737,5 meter.
Setelah profil selesai dibuat maka langkah selanjutnya adalah menghitung kemiringan dari titik
A ke titik B.
Kemiringan lereng dapat diketahui dari derajat atau persentase kemiringan dari lereng
tersebut. Oleh karena itu kemiringan lereng dapat dinyatakan dalam satuan persen maupun
derajat. Definisi dari kemiringan lereng itu sendiri adalah sudut yang dibentuk dari perbedaan
tinggi suatu relief, yakni bidang datar tanah dengan bidang horizontal (Syafri dkk., 2015). Jika di
lapangan, kemiringan lereng dapat diukur dengan bantuan beberapa instrumen seperti
klinometer, theodolit, dsb. Pada peta kontur, kemiringan lereng dari suatu titik perpanjangan
yang dipilih dapat diukur dengan rumus kemiringan lereng yang dinyatakan dalam bentuk persen
yakni dengan hasil pembagian antara selisih ketinggian dan selisih jarak horizontal dikalikan
seratus. Selain itu juga dapat dinyatakan dalam bentuk derajat dengan menghitung inverse tan
(arctan) dari pembagian selisih ketinggian dengan selisij jarak horizontal. Dari perhitungan yang
telah dilakukan saat praktikum, diperoleh kemiringan lereng titik A ke B adalah sebesar 16,37 %
dalam persentase dan 9,30 ̊ dalam derajat. Menurut Syafri dkk. (2015), Kemiringan 16,37 %
berada pada kelas kemiringan 15-25 % yang menunjukkan lereng yang agak curam.sedangkan
menurut Lihawa (2009) kemiringan 16,37 % berada pada kelas kemiringan 14-20 % yang
menunjukkan lereng dengan curam menengah. Daerah dengan kemiringan lereng agak curam
atau curam menengah biasanya digunakan daerah pertanian dan perkebunan dengan penerapan
teras guludan dan bangku yang biasanya digunakan pada lereng yang memiliki kemiringan 10-30
%. Lahan dengan kemiringan agak curam atau curam menengah biasanya sudah terjadi tingkat
erosi yang intensif karena salah satu faktor yang memengaruhi besar laju erosi adalah faktor
panjang dan kemiringan lereng. Semakin panjang dan besar kemiringan suatu lereng maka
semakin besar potensi laju erosinya.
E. Daftar Pustaka
Bagus, D., Awaluddin, M., & Sasmito, B. (2015). Analisis pengukuran penampang memanjang
dan penampang melintang dengan GNSS metode RTK-NTRIP. Jurnal Geodesi Undip,
4(2), 43-50.
Lihawa, F. (2009). Pendekatan geomorfologi dalam survei kejadian erosi. Jurnal Pelangi Ilmu,
2(5).
Raharja, B., Setianto, A., & Titisari, A. D. (2020). Ekstraksi Informasi Dari DEM SRTM Untuk
Pemetaan Struktur Geologi Studi Kasus: Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Geomine, 8(2), 80-95.
Raisz, E. (1948). General cartography. Mc Graw Hill Book Company, Inc.
Setyowati, H. A., Nurani, R., & Santosa, S. H. M. B. (2018). Studi pendahuluan penginderaan
jauh dan sistem informasi geografis untuk analisis medan skala tinjau di sebagian Provinsi
Sumatera Selatan. Geomatika, 24(2), 107-116.
Syafri, S. H. (2015). Identifikasi Kemiringan Lereng Di Kawasan Permukiman Kota Manado
Berbasis SIG. Spasial, 1(1), 70-79.
F. Lampiran