Anda di halaman 1dari 21

NILAI Tanggal Pengumpulan

(..................................) (……………………………..)

LAPORAN PRAKTIKUM
GEOMORFOLOGI DASAR

ACARA: LETTERING DAN TATA LETAK

Oleh:

Nama : Maidika Rizki Astuti


NIM : 3211421006
Nama Dosen : 1. Drs. Sriyono, M. Si.
2. Dr. Edy Trihatmoko, S.Si., M.Sc.
Nama Asisten : 1. Anggi Surya Dharma
2. Muhammad Rizqi Huda

LABORATORIUM GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
A. JUDUL
LETTERING DAN TATA LETAK

B. TUJUAN
1. Mahasiswa terampil dalam membuat letter untuk berbagai topologi.
2. Mahasiswa terampil dalam menyusun tata letak informasi tepi pada peta.
3. Mahasiswa terampil dalam menentukan perhitungan skala angka.
4. Mahasiswa terampil dalam menentukan perhitungan skala garis

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
1. Penggaris
2. Lettering / Varigraph
3. Drawing pen
4. Spidol
5. Pencil tic
6. Penghapus

BAHAN :
1. Guide map A3 peta Provinsi Jawa Timur
2. Kertas A4
3. Kertas kalkir
4. Kertas cover
5. Paket data
D. DASAR TEORI
1. Pengertian Peta
Peta adalah suatu perakitan terpadu/sintesa dari empat kelompok informasi yaitu titik, garis,
wilayah, dan nama yang dikemukakan dalam istilah. Istilah tersebut adalah liputan, ciri, pola, bentuk,
ukuran, ketebalan, simbol, dan lain-lain.
Peta terlihat seperti lekukan, garis, dan gambaran yang rumit. Peta merupakan gambaran
permukaan wilayah bumi yang dibuat di atas suatu media seperti kertas, papan, dan sebagainya
dengan bentuk yang diperkecil dengan menggunakan skala. Ada dua jenis peta, yaitu peta umum dan
peta khusus.
Menurut Multilingual Dictionary of Technical Terms in Cartography, peta didefinisikan sebagai
"suatu gambaran dari kenampakan konkret atau abstrak yang dipilih pada atau dalam hubungannya
dengan permukaan bumi atau suatu benda langit, biasanya berskala dan digambar pada medium yang
datar" (Bas, 1977). Secara singkat Muehrcke (1978) mengatakan bahwa suatu peta adalah setiap
gambaran geografis dari lingkungan. Robinson (1978) menunjukkan beberapa batasan yang penting
tentang peta sebagai:
a. penggambaran peta adalah sistematik' secara dimensional,
b. petabiasanyadibuat pada permukaan yang datar karena berbagai pertimbangan,
c. peta hanyadapat memperlihatkan suatu fenomena geografis yang terpilih dan telah dila.kukan
penyederhanaan atau generalisasi.
Dari beberapa pendapat dan definisi. di atas,maka dapat dirumuskan tentang ciri-ciri umum.yang
membatasi peta sebagai berikut:
1) Peta merupakan gambaran dari kenampakan yang konkret dan ataupun abstrak.
2) Kenampakan tersebut merupakan fenomena geografis yang sengaja dipilih dan digeneralisir.
3) Fenomena geografis tersebut terdapat pada atau mempunyai hubungan dengan permukaan bumi
atau suatu benda langit.
4) Penggambaran, kenampakan biasanya dilakukan pacta medium yang datar, dengan
memperhatikan skala.
Peta umum adalah suatu peta yang dipakai untukmenggambarkan permukaan bumi atau gambaran
yangbersifat umum pada suatu wilayah tertentu. Peta khususadalah peta yang menggambarkan
keadaan khusussuatu daerah atau wilayah dengan maksud sesuaidengan keperluan. Misalnya untuk
mengetahui jumlahkepadatan penduduk, keadaan flora dan fauna, iklim,industri, dan lain-lain. Atlas
merupakan kumpulan petayang dibuat dalam bentuk buku.
2. Komposisi Peta
Peta memuat berbagai informasi tentang judul, skala, orientasi, letak koordinat, legenda, dan
sumber peta, semua informasi peta ini dinamakan informasi tepi peta. Informasi tepi peta ini sangat
penting untuk mengetahui identitas dan tema peta. Peta dengan komposisi informasi tepi peta yang
diatur dan disusun dengan baik dan benar pada ruang garis tepi peta, akan diperoleh penampilan peta
yang menarik. Penampilan peta yang menarik dapat mengundang pengguna peta (map users) untuk
mempelajari dan memanfaatkan peta tersebut. Komposisi peta disebut juga tata letak peta atau layout
peta. Komposisi peta merupakan unsur terpenting dalam mengatur informasi tepi peta. Informasi tepi
peta adalah semua keterangan yang terdapat di tepi peta, pada bagian atas, bawah atau samping
kanan dan kiri peta. Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam mengatur komposisi peta adalah
adanya keseimbangan (balance) dalam komposisi atau tata letak informasi-informasi tepi peta.
Penempatan dan pengaturan informasi tepi peta ke dalam ruang-ruang kosong dalam garis tepi peta
sangat menentukan hasil komposisi peta. Selain itu ukuran huruf (text) dan tipe huruf (style)
mempunyai peranan pula, karena itu besar kecil huruf sangat perlu dipertimbangkan secara tepat.
Pada peta tematik komposisi peta dapat dibuat sedemikian rupa dengan mempertimbangkan
asas keserasian, keseimbangan, keselarasan, dan kerapian. Unsur seni dari pembuat peta sangat
mendominasi hasil peta, komposisi peta yang selaras, serasi, dan seimbang ditambah kerapian akan
menghasilkan tampilan peta yang menarik. Langkah utama pembuatan peta tematik adalah
menentukan komposisi peta, dengan memperhatikan bentuk wilayah dan ruang-ruang kosong yang
ada pada peta. Ada tiga model komposisi peta tematik, yaitu:
- Model 1 komposisi dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta diletakkan di dalam garis tepi peta
Gb. 1 Komposisi dalam Bingkai Tematik (model 1)

Sumber : konsepgeografi.net
Keterangan:
1. Judul peta tematik
2. Skala angka dan garis
3. Orientasi peta
4. Garis tepi peta
5. Lintang dan bujur
6. Sumber peta
7. Legenda
8. Inset peta
9. pembuat peta
Model 1 merupakan tipe peta yang semua informasinya diletakkan di dalam peta. Pada model
ini diperlukan variasi dalam mengatur letak informasi peta dengan mempertimbangkan ruang-
ruang kosong. Bentuk wilayah sangat menentukan hasil komposisi peta (lihat gambar 1). Pada
model 1 judul peta dapat diletakkan diatas pada sisi tengah (center) atau di bagian rata
kanan/kiri, tergantung pada bentuk wilayah yang dipetakan dan ruang kosong yang tersedia.
Kalau bentuk wilayah condong ke kanan maka untuk mengimbanginya judul dan informasi lain
diletakkan di sebelah kiri, supaya terkesan ada keseimbangan dalam meletakkan informasi tepi
peta. Bentuk wilayah yang simetris; judul, skala, dan orientasi peta dapat diletakkan di
tengahtengah peta secara simetris memusat, informasi tepi peta yang lain dapat menyesuaikan
dengan asas keseimbangan. Penempatan legenda peta sebaiknya di bawah peta dan tidak perlu
diberi kotak atau bingkai seperti contoh di atas. Pengkotakan informasi legenda peta akan
membuat penampilan peta menjadi kaku penuh dengan kotak-kotak.

- Model 2 komposisi berjajar dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta diletakkan di sebelah kanan
atau kiri muka peta (map face).
Gb. 2 Komposisi dalam Bingkai Tematik (model 2)

Sumber : konsepgeografi.net
Keterangan:
1. Judul peta tematik
2. Skala angka dan garis
3. Orientasi peta
4. Garis tepi peta
5. Lintang dan bujur
6. Sumber peta
7. Legenda
8. Inset peta
9. Pembuat peta
Model 2 menekankan pada bentuk komposisi peta yang semua informasi tepi peta diletakkan
secara mengelompok pada sisi samping kanan atau kiri peta. Ada garis pemisah antara muka peta
(kenampakan wilayah) dengan informasi tepi petanya, namun masih terdapat dalam satu bingkai
garis tepi peta. Informasi koordinat diletakkan pada bingkai muka peta atau kenampakan
wilayah. Penempatan informasi tepi peta di sebelah kanan atau kiri tergantung pada asas
keseimbangan wilayah, dengan memperhitungkan kecondongan bentuk wilayah, bila bentuk
wilayah condong ke arah kiri maka informasi tepi peta diletakkan di bagian kanan dan
sebaliknya. Bentuk komposisi semacam ini memerlukan kertas lebih panjang dibanding model 1,
namun bentuknya masih memanjang kesamping, bila dimasukkan dalam buku laporan bentuk ini
masih dapat dilipat ke samping.

- Model 3 komposisi bersusun dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta diletakkan di sebelah
bawah muka peta (map face)
Gb. 3 Komposisi Bersusun dalam Bingkai Tematik (model 3)

Sumber : konsepgeografi.net
Keterangan:
1. Judul peta tematik
2. Skala angka dan garis
3. Orientasi peta
4. Garis tepi peta
5. Lintang dan bujur
6. Sumber peta
7. Legenda
8. Inset peta
9. pembuat peta
Bentuk komposisi model ini lebih tepat diterapkan untuk peta-peta lepas bukan sebagai
peta hasil penelitian yang dijilid dalam bentuk buku. Peta-peta dinding banyak menggunakan
model komposisi peta seperti model 3. Jenis peta seri geologi dan peta tanah menerapkan
komposisi peta pada ini, karena mempermudah dalam penyimpanan dalam rak peta, seperti
penyimpanan peta rupabumi. Bentuk model 3-b merupakan bentuk komposisi peta yang
informasi legenda inset, dan sumber peta diletakkan di bagian bawah peta (map face).
Informasi judul peta, skala peta, dan orientasi peta di letakkan pada bagian atas peta (map
face), karena informasi ini merupakan informasi utama yang perlu diletakkan pada bagian atas
peta. Peta dengan komposisi ini dapat diterapkan sebagai peta lepas, atau kalau bentuk peta
tidak terlalu panjang dapat difungsikan sebagai gambar atau lampiran pada suatu hasil
penelitian yang dijilid dalam bentuk buku.

3. Pengertian Lettering
Lettering adalah semua tulisan dan angka-angka yang tertera dalam suatu peta. Lettering
berfungsi untuk mempertegas arti dari simbol-simbol peta. Lettering jangan terlalu banyak dan
biasanya ditulis dengan huruf cetak kecil yang representatif terhadap besarnya peta. Fungsi lain dari
lettering adalah untuk mempertebal arti dari simbol peta yang ada. Panduan penting penggunaan
lettering untuk objek tertentu yaitu :
2. Objek Hipsografi ditulis dengan huruf tegak, contoh penulisan nama kota : Surakarta.
3. Objek Hidrografi ditulis dengan huruf miring, contoh penulisan nama laut : Laut Jawa.
Pada dasarnya, setiap penamaan simbol atau kenampakan alam selalu digunakan huruf-huruf standar.
1. Judul peta ditulis dengan huruf cetak besar yang tegak. Tinggi huruf disesuaikan dengan besar
peta.
2. Kenampakan di air misalnya sungai, laut, danau, rawa, menggunakan huruf bersirip dan miring,
besar kecilnya berdasarkan strateginya.
3. Tulisan sungai ditulis memanjang sesuai dengan arah sungai. Untuk penulisan dapat diletakkan di
bagian atas atau bawah sungai dengan jenis miring/italic.
4. Legenda ditulis dengan huruf cetak kecil dan diatur supaya baik untuk dilihat.
5. Kata-kata besar ditulis dengan huruf tegak dan cetak, lebih kecil dari judul peta. Untuk kota-kota
kecil hurufnya juga harus lebih kecil lagi.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam lettering suatu peta, yaitu sebagai berikut.
1. Corak atau macam huruf, meliputi ketebalan garis dan huruf serta coretan pada awal dan akhir
setiap huruf (Serif).
2. Bentuk huruf, meliputi huruf besar, huruf kecil, kombinasi huruf- besarkecil, tegak (Romana,
upright), miring (italic). Huruf-huruf yang dipakai pada kartografi modern disebut Sans Serif
(gothic).
3. Ukuran huruf, dinyatakan dalam istilah point size. Satu point size memiliki tinggi lebih kurang
0,35 mm (1/27 inci). Point size merupakan jarak tepi atas (ascender) dan tepi bawah (descender).
4. Kontras antara huruf dan latar belakang (background).
5. Metode lettering atau penamaan/penulisan pada peta.
6. Penempatan nama atau huruf.

4. Macam- macam Lettering


Suatu hal yang tidak dapat dilupakan dalam penggambaran peta adalah penulisan nama-nama
geografi. Nama-nama geografi ini perlu dicantumkan dalam peta karena nama ini dipakai sebagai
identifikasi suatu perwujudan, walaupun sebetulnya nama sendiri bukan bagian dari muka bumi.
Prinsip penulisan untuk nama-nama geografi tipe huruf yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wilayah administrasi dan nama tempat, biasanya berwana hitam, tetapi dapat pula berwarna lain
misalnya kelabu, apabila teks merupakan bagian dari peta dasar dimana informasi tematik dicetak
di atasnya;
2. Nama bentuk relief seperti pegunungan, bukit, tipe italic/miring warna hitam;
3. Nama perairan atau perwujudan air dengan tipe italic/miring warna biru. Contoh : Sungai ditulis
Ci (Jawa Barat), Kreung (Aceh), Air (Sumatera Utara). Nama sungai ditulis searah dengan aliran
sungai dan menggunakan huruf miring.
4. Nama jalan ditulis harus searah dengan aras jalan tersebut, dan ditulis dengan huruf cetak kecil.
5. Penulisan nama kota ditulis dengan 4 cara yaitu :
a. di bawah simbol kota
b. di atas simbol kota
c. di sebelah kanan simbol kota
d. di sebelah kiri simbol kota
Gb. 4 Contoh penulisan nama sungai dan nama jalan

Sumber : konsepgeografi.net
Adapun metode lettering adalah sebagai berikut :
1. Stick up lettering
Metode ini paling baik dibandingkan dengan metode lain nya karena memiliki beberapa
kelebihan, yaitu:
 Lebih cepat;
 Tidak membutuhkan keahlian khusus; dan
 Jika posisi huruf atau nama kurang tepat, masih dapat diperbaiki. Umumya stick up lettering
dicetak pada plastik yang balikannya diberi perekat. Cara penempelannya dilakukan dengan
memotong nama demi nama atau huruf demi huruf. Cara lain penempelannya dilakukan
dengan mengosok setiap huruf. Ada dua jenis cara mereproduksi stick up lettering yaitu
nonimpact (photography, electronic) dan impact (dengan mesin ketik atau pencetakan).
2. Computer Assisted Lettering
Perkembangan pemakaian peralatan komputer grafik mendorong kartografer untuk
menerapkan beberapa metoda letering secara elek tronis. Dengan cara ini, peta diberi namanama
dengan vector plotter atau raster printer. Kelemahan metode letering dengan komputer adalah
pada penem patan nama karena komputer hanya dapat menempatkan nama-nama tersebut secara
lurus dan horizontal.
3. Sistem Mekanis, Letering dengan Tinta
Peralatan mekanis yang membantu pelaksanaan letering dengan tinta, yaitu leroy, wrico, dan
varigraph. Pengoperasikan ketiga alat tersebut menggunakan bantuan template dan pena khusus.
Dari ketiga alat tersebut, varigraph merupakan alat yang paling baik karena dapat mengubah
bentuk huruf.

5. Macam- macam Layout


Pembacaan peta selain tergantung pada lettering/penempatan nama-nama geografi, juga
terkait dengan penyajian yang baik dari semua infromasi yang berkaitan dengan kebutuhan pembaca
peta, terutama dalam hal kemudahannya untuk dibaca dan diintepretasi, yang biasa disebut layout
peta.
Pada umumnya informasi tersebut ditempatkan dalam informasi tepi (marginal information)
yang mencakup berbagai informasi penting, seperti judul peta, skala peta, legenda/keterangan,
gratikul (bujur dan lintang), diagram lokasi peta indeks, ssumber data serta informasi lain yang
penting. Penentuan tata letak peta atau komposisi peta harus mempertimbangkan cara-cara yang
dapat menyentuh perasaan tertarik (sensible) dan unsur keindahan perlu juga dipertimbangkan. Salah
satu faktor utama yang perlu diperhatikan adalah adanya keseimbangan (balances) dalam tata letak
informasi tepi.
Layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah input data, editing data, analisis data,
penambahan label, dan pengaturan legenda daftar isi telah dilakukan. Melalui fasilitas layout dapat
membuat dan mengatur data mana saja yang akan digunakan sebagai output dari proses atau analisis
gis yang digunakan serta bagaimana data tersebut akan ditampilkan. Layout ini akan bermanfaat
untuk memperjelas peta dan memperindah secara tampilan, selain itu tujuan yang lebih penting
mengenai layout peta adalah sebagai atribut pelengkap yang mampu menjelaskan isi peta, yang
merupakan informasi-informasi penting. Tanpa adanya layout, sebuah peta tidak akan berarti apa-
apa, dan hanya bermakna sebagai gambar biasa. Pentingnya layout ini pada sebuah peta, sehingga
perlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mendesain
layout yang baik. Melalui praktikum ini praktikan diharapkan akan mempunyai pengetahuan
mengenai layout dan dapat mengaplikasikannya untuk keperluan lain (Budiyanto, 2002).
Sebuah layout dapat bekerja dan mencapai tujuannya bila pesan-pesan yang akan disampaikan
dapat segera ditangkap dan dipahamin oleh pengguna dengan suatu cara tertentu. Selanjutnya,
sebuah layout harus ditata dan dipetakan secara baik supaya pengguna dapat berpindah dari satu
bagian ke bagian yang lain dengan mudah dan cepat. Akhirnya, sebuah layout harus menarik untuk
mendapatkan perhatian yang cukup dari penggunanya (Petra, 2011).
Kelebihan layout diantaranya yaitu mudah, terutama untuk pemula. Adapun Kekurangannya
cukup rumit, Boros bandwidth (ukuran besar), Beberapa browser tidak terlalu baik dalam
menampilkannya.
Layout di gunakan untuk mengintegrasikan dokumen (view, table, chart) dengan
menggunakan elemen-elemen grafik yang lain di dalam suatu windows tunggal guna membuat peta
yang akan di cetak dengan layout dapat di lakukan proses penataan peta serta merancang letak-letak
properti peta seperti judul, lagenda, orientasi unsur-unsur peta (Erna, 2012).
Tata letak peta dapat dibagi dalam 3 macam katagori, yaitu :
1. Peta dengan garis tepi (Frame map)
Tata letak peta tipe ini memiliki garis baths luar (outer border line) yang mengelilingi muka
peta. Garis Batas ini memiliki fungsi memisahkan antara muka peta dengan informasi tepi
(marginal information). Peta tipe ini cocok digunakan untuk pemetaan yang berangkai (seri).
Gb. 5 Frame Map

Sumber : konsepgeografi.net
2. Peta kepulauan (Island map)
Tata letak peta ini memiliki batas dari tepi dari area yang dipetakan (neatline) berfungsi
sebagai batas garis luar (frame). Peta kepulauan (frame map) ini mempunyai bentuk yang
tidak beraturan, sehingga memberikan kebebasan bagi kartografer untuk merancang tata letak
peta, yang dirasa cocok dengan rancangannya.
Gb. 6 Island Map

Sumber : konsepgeografi.net

3. Bleeding Map
Tata letak tipe ini tidak mempunyai garis pembatas (frame), sehingga informasi tepisampai
pada batas potongan dari area petanya.
Gb. 7 Bleeding Map

Sumber : konsepgeografi.net

6. Pengertian Skala dan Jenisnya


Skala peta adalah angka perbandingan jarak di peta dengan jarak datar sebenarnya di lapangan
atau permukaan bumi. Skala peta adalah perbandingan ukuran gambar pada peta dengan keadaan
yang sebenarnya. Ukuran peta di Indonesia biasanya dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm)
sedang ukuran yang sesungguhnya dinyatakan dalam satuan kilometer (km). Skala peta ialah
perbandingan antara dimensi peta dan realitas, misalnya jarak atau luas. Terdapat empat macam
pernyataan skala yaitu:
a. Skala pecahan (representative fraction/ratio). Misalnya 1:100.000 yang berarti bahwa jarak satu
satuan panjang di dalam peta sama dengan jarak seratus ribu satuanyang sama di lapangan.
Contoh konkret, bila jarak di peta adalah satu centimeter, maka berarti jarak di lapangan adalah
seratus ribu centimeter.
b. Skala verbal (word statement). Misalnya 1 centimetre to 10 kilometres (1 cm sesuai dengan 10
km) atau 1 inch to 10 miles (1 inchi sesuai dengan 10 mil).
c. Skala luas. Skala jenis ini menunjukkan perbandingan antara luas di dalam peta dengan luas di
permukaan bumi. Misalnya 1:1.000.0002, yang artinya satu satuan luas di dalam peta sama
dengan satu juta satuan lus yang sama di permukaan bumi. Contoh konkret, bila luas di dalam
peta adalah satu centimeter2, maka luas sesungguhnya di permukaan bumi adalah satu juta
centimeter2.
d. Skala grafis atau batang (graphic or bar scale). Skala grafis ini bentuknya mirip dengan
penggaris kecil yang dicetak pada peta. Meskipun demikian tanda-tanda yang terdapat pada skala
ini ukurannya tidak sama dengan penggaris biasa. Dalam skala ini, batang atau garis dibagi-bagi
untuk menunjukkan panjang di dalam peta terhadap unit jarak di lapangan atau permukaan bumi.
Misalnya :
E. LANGKAH KERJA
1. Mahasiswa menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
2. Mahasiswa mendengarkan materi yang dijelaskan oleh asisten praktikum.
3. Mahasiswa menentukan daerah yang akan digambar sesuai dengan persetujuan asisten praktikum.
4. Mahasiswa memberikan keterangan berdasarkan guide map untuk semua unsur yang dipetakan
seperti kota, sungai, pulau, selat, dan sebagainya sesuai dengan daftar nama-nama yang telah
disediakan dan sesuai pula dengan aturan-aturan yang telah ditentukan.
5. Mahasiswa memberi informasi tepi seperti judul, skala, legenda, gratikul, orientasi, sumber data,
nama penyusun, tahun pembuatan, dan lain-lain dengan susunan yang seimbang dengan ruang yang
ada.
6. Mahasiswa enggunakan peralatan gambar yang memadai dan sesuai dengan memperhatikan ukuran
drawing pen dan sablon huruf, kemudian menggambarkan peta tersebut pada kertas kalkir.
7. Mahasiswa menghitung skala angka dan skala garis berdasarkan guide map.
8. Mahasiswa mengamati peta yang telah dibuat dengan seksama.
9. Mahasiswa menganalisis hasil pengamatan yang dilakukan.
10. Mahasiswa mengambil kesimpulan dari pengamatan dan analisis yang dilakukan.
11. Mahasiswa menyusun laporan praktikum secara sistematis.
12. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum kepada asisten praktikum tepat waktu.
F. PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
a. Guide map A3 (Terlampir)
b. Perhitungan
 Menentukan Skala Angka
Menentukan skala angka pada peta, dengan berdasarkan jarak dua garis meridian peta
Untuk menentukan skala angka dan skala garis dapat menentukan skalanya berdasarkan jarak
dua meridian peta sebagaimana berikut ini.
Diketahui :
Parallel (A-B) di peta : 7,4 cm
Titik parallel A : 111°00
Titik parallel B : 112°00
1 derajat parallel : 69 mil atau 111 km
Ditanya : skala angka dan skala garis pada peta Prov. Jawa Timur?
Dijawab :
112°00 - 111°00
1° : 11 km = titik parallel (A-B) sebenarnya 11.100.000 cm.
Skala Angka
Jarak pada Peta
Skala =
Jarak Sebenarnya
7,4
=
11.100 .000
= 6,66 cm x 100.000
= 666.000 cm
Skala angkanya adalah 1:666.000 menandakan 1 cm di peta sama dengan 666.000 di jarak
sebenarnya.

 Menentukan Skala Garis


Diketahui :
Skala peta = 1:666.000
666.000 cm = 4,23 km
Ditanya : skala garis?
Dijawab :
Skala garis peta :
0 2 3 4 5 cm

6,66 13,32 19,98 26,64 33,3 km

2. Analisis
Provinsi Jawa Timur secara geografis terletak di antara 111°0 Bujur Timur – 114°4’ BT dan
7°12’ LS – 8°48” LS , dengan luas wilayah sebesar 47.963 km 2 yang meliputi dua bagian utama.
Yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Wilayah daratan Jawa Timur sebesar 88,70
persen atau 42.541 km2, sementara luas Kepulauan Madura memiliki luas 11.30 persen atau sebesar
5.422 km2. Secara administratif Jawa Timur terbagi menjadi 29 kabupaten dan 9 kota, dengan Kota
Surabaya sebagai ibukota provinsi. Ini menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi yang memiliki
jumlah kabupaten/kota terbanyak di Indonesia. Jawa Timur terbagi dalam 4 Badan Koordinasi
Wilayah (Bakorwil ), sebagai berikut Bakorwil I Madiun meliputi Kota Madiun, Kab. Madiun, Kab.
Magetan, Kab. Ponorogo, Kab. Ngawi, Kab. Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar, Kkab.
Blitar, dan Kab. Nganjuk. Bakorwil II Bojonegoro meliputi Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kota
Mojokerto, Kota Kediri, kab. Kediri, Kab. Jombang, dan Kab. Lamongan. Bakorwil III Malang,
meliputi Kota Malang, Kab. Malang, Kota Batu, Kota Pasuruan, Kab. Pasuruan, Kota Probolinggo,
kab. Probolinggo, kab. Lumajang, kab. Jember, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo dan Kab.
Banyuwangi. Bakorwil IV Pamekasan meliputi, Kota Surabaya, Kab. Sidoarajo, kab. Gresik, kab.
Bangkalan, Kab. Sampang, Kab. Pamekasan, dan kab Sumenep. Jawa Timur mempunyai posisi yang
strategis di bidang Industri karena diapit oleh dua provinsi besar yaitu Jawa Tengah dan Bali,
sehingga menjadi pusat pertumbuhan industri maupun perdagangan. Mayoritas penduduk Jawa
Timur adalah Suku Jawa, namun demikian, entitas di Jawa Timur lebih heterogen. Suku Jawa
menyebar hampir di seluruh wilayah Jawa Timur daratan. Umumnya Suku Jawa menganut agama
Islam, sebagian menganut agama Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha. Jawa Timur memiliki
kesenian dan kebudayaan yang khas, Reog dan Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timur
yang sangat terkenal. Selain keseniannya yang begitu mendunia, kebesaran Jawa Timur juga
tercermin dari aneka ragam budayanya. Antara lain karapan sapi, pacuan sapi yang hanya ada di
Madura, yang diilhami dari petani membajak sawah dengan sapi yang merupakan kebiasaan
masyarakat Madura. Masyarakat Jawa Timur memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai
kebajikan. Hal ini terekspresikan pada pepatah “ jer basuki mawa beya” , yang berarti untuk
mencapai suatu kebahagiaan diperlukan pengorbanan. Lambang Jawa Timur berbentuk perisai
dengan bentuk dasar segi lima. Lambang ini terdiri dari gambar bintang, tugu pahlawan, gunung
berapi, pintu gerbang candi, sawah ladang, padi kapas, bunga, roda dan rantai. Bintang merupakan
lambang ketuhanan Yang Maha Esa. Tugu Pahlawan melambangkan kepahlawanan rakyat jawa
timur dalam perang kemerdekaan. Gunung berapi melambangkan semangat mencapai masyarakat
adil dan makmur. Pintu gerbang candi sebagai simbol cita-cita perjuangan masa lampau dan
sekarang. Sawah ladang, padi kapas, bunga, roda dan rantai sebagai lambang kemakmuran.
Adapun komposisi pet a Prov. Jawa Timur yang dibuat menggunakan komposisi peta model 2
dimana model komposisi berjajar dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta diletakkan di sebelah
kanan atau kiri muka peta (map face). Model 2 menekankan pada bentuk komposisi peta yang semua
informasi tepi peta diletakkan secara mengelompok pada sisi samping kanan atau kiri peta. Ada garis
pemisah antara muka peta (kenampakan wilayah) dengan informasi tepi petanya, namun masih
terdapat dalam satu bingkai garis tepi peta. Informasi koordinat diletakkan pada bingkai muka peta
atau kenampakan wilayah. Pada peta Prov. Jawa Timur informasi peta diletakkan di sebelah kanan
yang terdiri dari judul peta, skala peta, legenda, inset peta, sumber peta, pembuat peta beserta asisten
praktikum serta tanggal pembuatannya.
Lettering pada peta prov. Jawa Timur menggunakan simbol yang disesuaikan dengan
ketentuan umum yang berlaku. Seperti halnya penamaan laut, selat dan samudera menggunakan
warna biru. Sementara itu penamaan kabupaten/kota menggunakan warna hitam. Informasi mengenai
keterangan simbol peta lebih dijelaskan pada kolom legenda peta. Kemudian, pada bagian bawah
peta terdapat informasi singkat mengenai profil wilayah Prov. Jawa Timur.
Layout di gunakan untuk mengintegrasikan dokumen (view, table, chart) dengan
menggunakan elemen-elemen grafik yang lain di dalam suatu windows tunggal guna membuat peta
yang akan di cetak dengan layout dapat di lakukan proses penataan peta serta merancang letak-letak
properti peta seperti judul, lagenda, orientasi unsur-unsur peta. Layout yang digunakan pada model
peta Prov. Jawa Timur adalah peta dengan garis tepi (frame map). Tata letak peta tipe ini memiliki
garis baths luar (outer border line) yang mengelilingi muka peta. Garis batas ini memiliki fungsi
memisahkan antara muka peta dengan informasi tepi (marginal information).
Pada perhitungan skala angka dan garis menggunakan rumus membagikan jarak pada peta
dengan jarak sebenarnya. Untuk menentukan skala angka dan skala garis penghitungan skalanya
diukur berdasarkan jarak dua meridian peta. Hasil perhitungan skalanya adalah 1:666.000
menandakan 1 cm di peta sama dengan 666.000 di jarak sebenarnya.
Adapun kendala yang dihadapi dalam pembuatan peta ini adalah tulisan pada peta yang terlalu
kecil sehingga sulit untuk terbaca. Rekomendasi pada praktikum lettering peta ini adalah pilihlah
komposisi peta sesuai dengan kebutuhan, si pembuat peta (map maker) hams memikirkan cara
praktis dalam membuat peta dan sekaligus cara praktis si pengguna peta (map users) dalam
pemakaiannya. Tidak ada aturan baku komposisi peta harus dengan model tertentu, berhematlah
dengan biaya kertas dan waktu pembuatan peta. Model-model komposisi peta di atas dapat dijadikan
sebagai pedoman atau panduan dalam membuat peta tematik. Perlu ditegaskan kembali bahwa desain
dan komposisi dalam peta tematik tidak sama dengan peta rupabumi yang telah demikian baku dan
antara satu peta rupabumi dengan yang peta rupabumi yang lain adalah sama. Namun sebaliknya
untuk peta tematik, desain dan komposisi peta lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
skala peta, bentuk wilayah yang dipetakan, dan tingkat kompleksitas data atau simbol dalam
kaitannya dengan luasan gambar dan atau kertas.
G. KESIMPULAN

Peta memuat berbagai informasi tentang judul, skala, orientasi, letak koordinat, legenda, dan sumber
peta, semua informasi peta ini dinamakan informasi tepi peta. Informasi tepi peta ini sangat penting
untuk mengetahui identitas dan tema peta. Peta dengan komposisi informasi tepi peta yang diatur dan
disusun dengan baik dan benar pada ruang garis tepi peta, akan diperoleh penampilan peta yang menarik.
Penampilan peta yang menarik dapat mengundang pengguna peta (map users) untuk mempelajari dan
memanfaatkan peta tersebut. Komposisi peta disebut juga tata letak peta atau layout peta. Komposisi
peta merupakan unsur terpenting dalam mengatur informasi tepi peta.
Adapun komposisi pet a Prov. Jawa Timur yang dibuat menggunakan komposisi peta model 2 dimana
model komposisi berjajar dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta diletakkan di sebelah kanan atau kiri
muka peta (map face). Model 2 menekankan pada bentuk komposisi peta yang semua informasi tepi peta
diletakkan secara mengelompok pada sisi samping kanan atau kiri peta. Ada garis pemisah antara muka
peta (kenampakan wilayah) dengan informasi tepi petanya, namun masih terdapat dalam satu bingkai
garis tepi peta. Informasi koordinat diletakkan pada bingkai muka peta atau kenampakan wilayah. Pada
peta Prov. Jawa Timur informasi peta diletakkan di sebelah kanan yang terdiri dari judul peta, skala peta,
legenda, inset peta, sumber peta, pembuat peta beserta asisten praktikum serta tanggal pembuatannya.
. Layout yang digunakan pada model peta Prov. Jawa Timur adalah peta dengan garis tepi (frame
map). Tata letak peta tipe ini memiliki garis baths luar (outer border line) yang mengelilingi muka peta.
Garis batas ini memiliki fungsi memisahkan antara muka peta dengan informasi tepi (marginal
information).
Pada perhitungan skala angka daris menggunakan rumus membagikan jarak pada peta dengan jarak
sebenarnya. Untuk menentukan skala angka dan skala garis dapat menentukan skalanya berdasarkan
jarak dua meridian peta. Hasil perhitungan skala adalah 1:666.000 menandakan 1 cm di peta sama
dengan 666.000 di jarak sebenarnya.
Adapun kendala yang dihadapi dalam pembuatan peta ini adalah tulisan pada peta yang terlalu kecil
sehingga sulit untuk terbaca. Rekomendasi pada praktikum lettering peta ini adalah pilihlah komposisi
peta sesuai dengan kebutuhan, si pembuat peta (map maker) hams memikirkan cara praktis dalam
membuat peta dan sekaligus cara praktis si pengguna peta (map users) dalam pemakaiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Lettering pada Peta. https://www.konsepgeografi.net/2017/06/lettering-pada-peta.html


(diakses pada tanggal 01 November 2021 pukul 19.30 WIB)

Anonim. 2015. Sekilas Jawa Timur. http://jatimprov.go.id/read/sekilas-jawa-timur/sekilas-jawa-timur


(diakses pada tanggal 02 November 2021 pukul 19.30 WIB)

Bos, E.S. 1977. Thematic Cartography. Yogyakarta: Faculty of Geography, Gadjah Mada University.

Budiyanto, Eko. 2002. Sistem Informasi Geografis. Pustaka Buana : Surabaya

Ekadinata, 2013 Kelebihan dan Kekurangan Layout. ITB: Bandung

Erna, Novasing. 2012. Layout Design I. Jurusan TMIP FTIP Unpad. Bandung

Faculty Petra, 2011. Layout Design. http://faculty.petra.ac.id/dwikris/docs/desgrafisweb/la


yout_design/layout_baik.html (diakses pada tanggal 31 Oktober 2021 pukul 19.30 WIB)

Handoyo, S. 2009. Kaidah Kartografis; Sebuah kontemplasi Profesi. Jakarta: Forum Teknik Atlas Badan
Informasi Geospasial.

Hidayati, I. N. 2010. Buku Panduan Praktikum Kartografi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi
Universitas Gajah Mada.

Kraak, M. dan Ormeling, F. 2007. Kartografi Visualisasi Data Geospasial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Muehrcke, Phillip C. 1978. Map Case, Reading, .Analysis, and Interpretation. Madison: JP Publications

Novifa, Iruzzuhria, 2013. Konsep-Konsep Layout. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Nurshanti, 1995. Konsep-Konsep Dasar Distem Informasi Geografis. Informatika. Bandung.

Prihandito, Aryono. et all. 1998. Pengertian Peta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

PT. Indonesia Milik Kita. 2021. Geomedia. https://geomedia.com (diakses pada 29 Oktober 2021, pukul
22:00 WIB)

Robinson, Arthur, et all. 1978. Elements of Cartography. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Strahler, Arthur N. 1969. Physical (Geography). New York: John Wiley&·Sons, Inc.
Subagio, 2002. Pengetahuan Peta. Bandung: Penerbit ITB.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai