Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS ILMU SOSIAL


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA 12
INTERPRETASI FOTO UDARA DENGAN STEREOSKOP

Nama : Zein Zidan Azzahmi


NIM : 21405241045
Kelas : A2

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi foto udara melalui stereoskop
2. Mahasiswa mampu melakukan deleniasi foto udara melalui stereoskop
B. Alat dan Bahan
1. Stereoskop cermin
2. Pena OPF
3. 2 Foto udara infrared daerah pesisir Utara Jawa Timur berpasangan
4. Plastik transparan
5. Tabel pengamatan
6. Alat tulis

C. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan dan mengatur stereoskop yang telah dikeluarkan dari dalam kotak
penyimpanannya
3. Menyesuaikan fokus lensa dan pantulan cermin dari stereoskop
4. Mengamati dua foto udara berpasangan yang diperoleh. Mengatur sedemikian rupa
sehingga foto di sebelah kiri tidak berpindah pindah tempat (sudut-sudut foto diisolasi
dengan meja praktikum) dan citra di sebelah kanan dapat di geser-geser
5. Meletakkan stereoskop di atas kedua foto udara tersebut, dan menempelkan mata pada
lensa stereoskop untuk melihat objek pada foto udara yang diamati
6. Meletakkan jari telunjuk kiri pada salah satu objek yang mudah di kenali pada foto udara
sebelah kiri (yang diberi isolasi), kemudian meletakkan telunjuk kanan pada objek yang
sama di foto sebelah kanan.
7. Menggeser foto udara pada sebelah kanan bersama-sama dengan jari telunjuk sehingga
jari telunjuk tangan kiri dan telunjuk tangan kanan tampak tumpang tindih atau menjadi
satu bila di lihat dari lensa stereoskop
8. Menunggu beberapa detik agar mata melakukan akomodasi dan dapat mengenali objek.
Setelah itu, maka objek pada foto udara akan tampak tiga dimensi (3D)

1|Lab Geospasial, FIS UNY, 2022


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

9. Selanjutnya, memberikan isolasi pada sudut-sudut foto udara sebelah kanan agar foto
udara tidak bergeser
10. Melakukan interpretasi objek pada foto udara yang telah tampak tiga dimensi (3D)

D. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil
(Terlampir)
b. Pembahasan
Interpretasi merupakan kegiatan yang sangat esensial dalam penginderaan jauh. Hal
tersebut dikarenakan informasi yang ada dalam suatu citra maupun foto udara hanya dapat
diketahui oleh pengguna dengan kegiatan interpretasi baik itu dilakukan secara visual maupun
digital. Interpretasi sendiri merupakan kegiatan mengidentifikasi dan menganalisis kenampakan
yang ada dalam citra maupun foto udara serta mengomunikasikan hasil temuannya dengan yang
lain (Lillesand dkk., 2015). Interpretasi dalam penginderaan jauh tidak hanya dilakukan pada
citra tapi juga pada foto udara. Interpretasi foto udara merupakan proses pengidentifikasian
obyek yang tergambar pada suatu foto udara (Amelia dkk., 2015). Foto udara itu sendiri
merupakan gambar yang dihasilkan dari pemotretan udara dengan metode fotografik melalui
kamera yang dipasang pada pesawat terbang, balon udara, gantole, drone, pesawat tanpa awak,
pesawat ultra ringan, dan jenis wahana lainnya (Wicaksono, 2009). Foto udara berisi mengenai
berbagai informasi spasial yang ditampilkan dalam bentuk kenampakan suatu wilayah yang
terekam kamera. Cakupan wilayah pada foto udara lebih sempit jika dibandingkan dengan citra
satelit tetapi memiliki kedetailan kenampakan objek yang lebih tinggi dan presisi daripada citra.
Terdapat beberapa sudut pemotretan dalam foto udara yakni (1) pemotretan udara tegak (vertical
image), yakni pemotretan yang dilakukan dengan posisi wahana yang membawa kamera
melakukan pemotretan secara tegak lurus dengan permukaan bumi; (2) pemotretan udara
condong (oblique image), yakni pemotretan yang dilakukan dengan posisi wahana yang
membawa kamera agak miring atau miring dengan permukaan bumi yang dicirikan juga dengan
batas cakrawala masih tidak terlihat; (3) pemotretan udara sangat condong (high oblique image ),
yakni pemotretan yang dilakukan dengan posisi wahana yang membawa kamera sangat miring
dengan permukaan bumi hingga hampir horizontal yang dicirikan juga dengan batas cakrawala
sudah terlihat.
Pengambilan foto udara tidak dilakukan secara serta merta akan tetapi terdapat tujuan
atau kepentingan di dalamnya yang salah satunya untuk pemetaan. Sebelum dilakukan
pemotretan udara untuk pemetaan biasanya dilakukan penentuan jalur dan arah terbang dari
wahana yang digunakan untuk pemotretan udara (Wicaksono, 2009). Dalam foto udara biasanya
juga terdapat beberapa keterangan tambahan pada bagian tepinya seperti yang tertera pada tabel
berikut beserta fungsinya menurut Wicaksono (2009):

2|Lab Geospasial, FIS UNY, 2022


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

Tabel 12.1 Keterangan tambahan dalam foto udara beserta fungsinya

Interpretasi foto udara dapat dilakukan secara visual maupun digital. Interpretasi visual
merupakan interpretasi yang dilakukan secara langsung dengan mata pengamat untuk
mengidentifikasi obyek yang ada. Selain dilakukan langsung dengan ,mata telanjang. Interpretasi
visual pada foto udara juga dapat dilakukan dengan bantuan beberapa instrumen. Salah satu
instrumen yang dapat digunakan untuk interpretasi visual foto udara adalah stereoskop.
Stereoskop merupakan alat yang bisa menampilkan kenampakan 3D dari objek yang tergambar
pada foto udara melalui pengamatan pada dua foto udara yang bertampalan (Alva, 2014).
Kenampakan 3d yang terlihat pada stereoskop dihasilkan dari perbedaan arah pantulan akibat
sudut pemotretan yang berlawanan arah dari citra bertampalan yang sedang diamati.
Kenampakan 3D yang terlihat pada stereoskop ini disebut juga dengan stereomodel (Ray dalam
Alva, 2014). Kenampakan 3D dari stereoskop ini sangat membantu dalam proses interpretasi
foto udara secara visual dikarenakan objek yang terlihat akan sangat jelas dan seperti nyata
sehingga mempermudah pengamat untuk mengidentifikasi objek yang ada dan memperoleh

3|Lab Geospasial, FIS UNY, 2022


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

informasi spasial darinya. Terdapat 2 jenis stereoskop yang masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan yakni (1) stereoskop saku atau lensa, cirinya lebih murah dan cukup kecil
sehingga bisa dimasukkan ke saku, terdiri dari susunan lensa convex sederhana, memiliki faktor
perbesesaran yang cukup besar, mudah dibawa ke lapangan, serta daerah yang dapat dilihat
sangat terbatas; (2) stereoskop cermin, cirinya lebih besar dari stereoskop saku dan lebih mahal,
daerah yang dapat dilihat lebih luas daripada stereoskop saku, memiliki wadah khusus
penyimpanan, serta sukar dibawa-bawa ke lapangan. Kemudian terdapat pula beberapa bagian-
bagian pendukung pada stereoskop yang memiliki fungsi tertentu untuk membantu dalam
pengamatan foto udara yakni lensa cembung sebagai penyetaraan bayangan yang dilihat mata;
lensa binokuler untuk melihat objek secara tiga dimensi; cermin sebagai pemantul bayangan;
tiang penyangga sebagai penopang; handle sebagai pegangan stereoskop, dan bagian lainnya.
Praktikum interpretasi foto udara kali ini menggunakan stereoskop cermin dengan dua
foto udara bertampalan atau berpasangan yakni dua foto udara infrared dari salah satu daerah
pesisir Utara di Jawa Timur. Proses interpretasi visual dengan stereoskop cermin pada foto
udara tersebut menghasilkan beberapa kenampakan di antaranya (1) daerah semak belukar atau
tanah bervegetasi jarang, daerah ini tampak di stereoskop cermin dengan daerah berwarna merah
gradasional yang tidak teratur dan tidak terlalu kasar serta terdapat penonjolan warna merah di
beberapa titik. Pada peta hasil deleniasi daerah ini disimbolkan dengan daerah dengan huruf V
hijau yang menggambarkan rumput. Daerah yang dominan merah gradasional dengan
penonjolan di beberapa titik dapat diartikan sebagai daerah bervegetasi jarang karena vegetasi
bersifat memantulkan kuat gelombang merah sehingga tampak di foto udara akan berwarna
merah dengan intensitas yang berbeda-beda (Fahmi & Widartono, 2019). Polanya yang
gradasional dengan merah pucat dan beberapa tonjolan berwarna merah kasar menunjukkan
daerah yang vegetasinya rendah atau jarang yang diselingi beberapa perdu, semak, dan pohon.
(2) Lalu ada sawah, daerah ini pada stereoskop cermin tampak dengan daerah berbentuk persegi
panjang dengan warna kemerahan dengan intensitas yang tebal dan tipis . Pada peta hasil
deleniasi disimbolkan dengan kotak berarsir hijau yang tebal dan tipis. Selain itu daerah tersebut
pada foto udara juga banyak di dekat aliran sungai yang menunjukkan sawahnya jenis sawah
irigasi.Bentuk persegi panjang dengan kemerahan yang berbeda-beda menunjukkan bentuk
sawah yang pada umumnya persegi panjang dengan tanaman lebat yang mewakili warna merah
tebal dan tanaman jarang ayang mewakili warna merah tipis. (3) Kemudian ada tambak garam,
pada stereoskop cermin daerah ini memiliki pola persegi panjang dengan berbagai ukuran
dengan warna dan rona putih cerah dan tekstur agak kasar. Pada peta hasil deleniasi disimbolkan
dengan daerah kotak merah dengan simbol G yang mewakili kata garam. Tambak pada
umumnya memiliki bentuk persegi panjang serta tambak garam yang sudah mengalami
kristalisasi dapat berisi kristal-kristal garam yang berwarna putih sehingga dari foto udara terlihat
putih cerah dengan tekstur agak kasar. Selain itu dari sisi situs pesisir Utara Jawa Timur
khususnya daerah Gresik, Lamongan, Tuban, dan sekitarnya terkenal akan tambaknya baik untuk

4|Lab Geospasial, FIS UNY, 2022


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

ikan maupun garam. (4) Lalu ada tambak, pada stereoskop cermin tambak memiliki pola persegi
panjang dengan berbagai bentuk dengan warna dan rona yang biru dengan berbagai intensitas.
Pada peta hasil deleniasi tambak diwakili dengan pola pesegi dengan corak gelembur berwarna
biru. Sama seperti tambak garam, tambak biasanya memiliki pola persegi panjang dengan
berbagai bentuk dan warna dan rona biru dengan berbagai intensitas tergantung kedalaman,
adanya sedimen, dan faktor lain. Tambak yang demikian merupakan tambak yang diperuntukkan
untuk pembudidayaan ikan tidak untuk pembuatan garam. Selain itu interpretasi tambak juga
diperkuat dengan situs dari objek yang diidentifikasi sebagai tambak tersebut yang berada di
pesisir Utara Jawa Timur khususnya daerah Gresik, Lamongan, Tuban, dan sekitarnya terkenal
akan tambaknya baik untuk ikan maupun garam. (5) Kemudian terdapat sungai, pada stereoskop
cermin sungai terlihat sebagai objek dengan bentuk memanjang dengan warna dan rona biru
gelap dan intensitas biru lainnya. Pada peta hasil deleniasi sungai direpresentasikan dengan alur
persegi panjang memanjang dengan warna biru. Bentukan memanjang dengan pola yang
berkelok-kelok pada foto udara maupun citra dengan warna dan rona biru dengan berbagai
intensitas biasanya diinterpretasi sebagai sungai. (6) Lalu terdapat laut, pada stereoskop cermin
laut dideteksi sebagai objek dengan daerah luas berwarna biru dengan intensitas yang beragam.
Pada peta hasil deleniasi laut direpresentasikan dengan area dengan simbol gelombang berwarna
biru. Air bersifat menyerap gelombang infrared dan memantulkan gelombang biru sehingga
warna biru yang luas pada citra maupun foto udara dapat diidentifikasi sebagai badan air seperti
laut dsb. (7) Kemudian ada permukiman, pada stereoskop cermin permukiman diidentifikasi
sebagai fenomena aglomerasi objek-obek berbentuk kotak berbagai ukuran pada titik tertentu
dan memanjang pada beberapa objek lain seperti jalan maupun sungai. Pada peta hasil deleniasi
permukiman direpresentasikan dengan simbol rumah berwarna hitam, intensitas simbol rumah
menunjukkan intensitas kepadatan dari perumahan pada foto udara. (8) Kemudian terdapat juga
jalan setapak, pada stereoskop cermin jalan setapat diidentifikasi sebagai objek dengan bentuk
persegi panjang dengan pola memanjang dengan rona putih kemerahan. Pada peta hasil deleniasi
jalan setapak direpresentasikan alur panjang berwarna hitam. Jalan setapak yang terlihat pada
foto udara kemungkinan merupakan jalan dengan tanah berkapur dikarenakan sifat tanah yang
memantulkan gelombang infrared dengan warna putih dari kapur oleh karena itu pada foto udara
terlihat putih kemerahan. Selain itu objek yang diduga diinterpretasi jalan setapak tersebut juga
berasosiasi sebagai penghubung antara permukiman satu dengan permukiman lain dengan
ukuran tidak terlalu besar yang menguatkan bahwa objek tersebut adalah jalan setapak.

E. Daftar Pustaka
Alva, K. (2014). Interpretasi geologi sebagian daerah Kulonprogo, Yogyakarta berdasarkan citra
penginderaan jauh foto dan non foto. Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2(2), 1-41.
Amelia, N.R., Akhbar, A., Adrianingsih, I. (2015). Pembuatan peta penutupan lahan
menggunakan foto udara yang dibuat dengan paramotor di Taman Nasional Lore Lindu

5|Lab Geospasial, FIS UNY, 2022


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

(TNLL) (studi kasus Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi). Warta Rimba:
Jurnal Ilmiah Kehutanan, 3(2), 65-72.
Fahmi, L. P. Z. & Widartono, B.S. (2019). Pemanfaatan foto udara format kecil (fufk)
inframerah berwarna untuk identifikasi usia tanam dan kemasakan tanaman tebu
(saccharum officinarum) di sebagian Kecamatan Gamping, Godean dan Prambanan.
Core.ac.uk, 1-10.
Lillesand, T.M., Kiefer, R.W., Chipman, J.W. (2015). Remote sensing and image interpretation
(seventh ed.). Jhon Wiley & Sons, Inc.
Wicaksono, F. Y. E. (2009). Apa itu foto udara. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
DIY.

F. Lampiran

6|Lab Geospasial, FIS UNY, 2022


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

Gambar 12.1 Petah hasil deleniasi interpretasi visual dengan stereoskop cermin pada foto udara
infrared salah satu pesisir Utara Jawa Timur

7|Lab Geospasial, FIS UNY, 2022


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

Gambar 12.2 Keterangan peta hasil deleniasi

8|Lab Geospasial, FIS UNY, 2022

Anda mungkin juga menyukai