Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR

Interpretasi Citra Foto dengan mennggunakan Mirror Stereoscope Topcon MS-3


(Pengamatan Stereoskopis)

Disusun Oleh:

Nama : Mohammad Axel Winata


NIM : A030317014
Program Studi : DIII TEKNIK GEODESI
Tanggal Praktikum : 29 Oktober -
Minggu Ke- :
Praktisi : Hairunnida, S.T

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI
TAHUN 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara


dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut
sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu
dari macam pekerjaan fotogrametri yang digunakan sekarang. Interpretasi foto
termasuk kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek.

Pada era informasi seperti sekarang ini perkembangan teknologi


penginderaan jauh dan sistem informasi geografis semakin pesat. Perkembangan
tersebut ditandai oleh perkembangan sensor (kamera, scanner, hyperspectral).
Pengelolaan dan penanggungan data, maupun keragaman aplikasinya. Salah satu
aplikasi dari penginderaan jauh adalah pada bidang ilmu fotogrametri .
fotogrametri ialah ilmu, seni, dan tekhnologi untuk memperoleh ukuran
terpercaya dari foto udara. (Kiefer, 1993)

Dari pengertian tersebut objek yang dikaji adalah kenampakkan dari foto
udara dengan menginterpretasinya menggunakan sistem penginderaan jauh.
Akan tetapi, analisis fotogrametri dapat berkisar dari dari pengukuran jarak,
luas, dan elevasi dengan alat atau teknik, sampai menghasilkan berupa peta
topografi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari laporan praktikum ini adalah:

1. Mahasiswa mengenal dan menggunakan alat stereoskop.


2. Mahasiswa mampu mengamati atau melihat sepasang foto udara secara
bersamaan dengan kedua mata kiri dan mata kanan menggunakan alat
stereoskop.
3. Mahasiswa mampu melakukan pembacaaan angka pada paralaks bar.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari laporan praktikum ini adalah:

1. Mahasiswa dapat mengenal dan cara menggunakan alat stereoskop.


2. Mahasiswa dapat mengamati atau melihat sepasang foto udara secara
bersamaan dengan kedua mata kiri dan mata kanan menggunakan alat
stereoskop.
3. Mahasiswa dapat melakukan pembacaaan angka pada paralaks bar.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Foto Udara

Foto udara adalah citra fotografi hasil perekaman dari sebagian permukaan bumi
yang diliputi dari pesawat udara pada ketinggian tertentu menggunakan kamera
tertentu. Foto udara yang dipergunakan dapat berupa foto udara metrik, yaitu foto
udara yang diambil dengan kamera udara metrik (23 x 23 cm). Jenis ini sangat
tinggi ketelitiannya karena kamera foto dibuat khusus untuk keperluan pemetaan
dengan ketelitian tinggi dan resolusi citra foto sangat baik.

2.1.1 Foto Udara Pankrometrik

Foto Pankromatik adalah foto yang menggunakan seluruh spektrum


tampak mata mulai dari warna merah hingga ungu. Pada umumnya digunakan
film sebagai negatif dan kertas sebagai positifnya.Wujudnya seperti pada
foto, tetapi bersifat tembus cahaya. Foto pankromatik menggunakan spektrum
tampak dengan panjang gelombang 0.4 – 0.7 mikrometer. Karena
menggunakan seluruh saluran sinar tampak maka objek yang terekam sesuai
dengan keadaan sebearnnya dan sesuai dengan kepekaan mata manusia.
Kelemahan dari citra ini adalah harganya yang mahal dan resolusinya yang
masih terlalu kasar dibandingkan pankromatik hitam putih.

(a) (b)
Gambar 2.1 Foto udara Pankromatik Berwarna (a) dan Hitam Putih (b)
2.1.2 Informasi Tepi Foto Udara

Keterangan tepi foto Udara tegak ukuran standar 23cm x 23 cm seperti


gambar dibawah ini.
Jam pemotretan

Altimeter

Identitas projek

Gambar 2.2 : Informasi tepi foto udara

Keterangan dari gambar:

1. Tanda waktu (jam pemotretan) = waktu kejadian pemotretan


2. Kompas = Petunjuk Arah angin
3. Identitas Project = Berisi identitas foto
4. Tanda Fidusial ( ) = tanda pada tengah-tengah sisi atau pojok foto
untuk penentuan titik utama foto / principal point foto udara untuk
menarik garis dua fidusial yangt berhadapan

2.2 Pengamatan Foto Udara

Pengamatan foto udara terbagi menjadi dua yaitu pengamatan monoskopik dan
pengamaatan stereoskopis

2.2.1 Pengamatan Monoskopik

Pengamatan Monoskopi adalah pengamatan yang dilakukan dengan


hanya satu mata. Dengan cara ini obyek yang dipandang tidak memberikan
kesan di dalam ruang atau keruangan. Jadi obyek yang terlihat seolah-olah
diproyeksikan pada suatu bidang datar sehingga tidak dapat diperkirakan
perbedaan jarak antara obyek atau benda yang satu dengan yang lain terhadap
mata kita. Hanya secara kualitatip dapat dikatakan benda yang satu lebih jauh
dari pada benda yang lain atau sebaliknya. Sifat atau keadaan yang dapat
dipakai sebagai dasar untuk membedakan jauh dekatnya benda yang satu
terhadap yang lain adalah :

1. Benda yang di depan akan menutupi sebagian dari benda yang ada
dibelakangnya, atau dikatakan benda yang lebih dekat akan menutupi
sebagian dari pada benda yang letaknya lebih jauh dari kita.
2. Sifat Perspektip. Dua benda dengan bentuk dan ukuran yang sama
maka benda yang lebih dekat dengan mata kita akan terlihat lebih
besar dari yang letaknya lebih jauh. Itulah sebabnya dalam deretan
tiang listrik yang ada di tepi jalan makin jauh terlihat listrik yang ada
di tepi jalan makin jauh terlihat makin kecil atau jalan yang lurus
makin jauh makin sempit.
3. Akomodasi mata. Apabila kita melihat suatu benda yang dekat dengan
jelas kemudian pandangan kita bepindah ke benda yang jauh, terasa
mata kita mengalami akomodasi untuk menyesuaikan jarak agar
benda tersebut kelihatan jelas.
4. Transparansi udara. Bila kita melihat benda yang dekatan tempat jelas
dengan warna aslinya. Hal ini karena media yang dilalui cahaya
pendek sehingga warna yang dipancarkan oleh benda tersebut tidak
mengalami penyerapan. Tetapi bila benda itu jauh cahaya yang
dipantulkan akan melalui media yang panjang dan mengalami
penyerapan warna, sehingga akan terjadi perubahan warna benda
tersebut.

2.2.2 Pengamatan Stereoskopis

Pengamatan stereoskopik adalah pengamatan yang dilakukan dengan


menggunakan kedua buah mata secara bersamaan. Dari cara memandang ini
menghasilkan kesan keruangan atau tiga dimensional. Dalam hal ini
perbedaan jarak dapat diperkirakan sebatas kemampuan mata dalam
berfungsi secara normal. Kemampuan mata untuk membedakan jarak secara
stereoskopik bila obyek terletak di antara 10 sampai 2000 inci. Selebihnya
itu orang tidak dapat melihat kesan keruangan. Dengan demikian tidak ada
perbedaan seperti melihat secara monoskopik.

Melihat secara monoskopik adalah suatu kegiatan interpretasi citra / foto


udara dengan menggunakan alat bantu yang bernama stereoskop. Pada
kegiatan pengamatan ini stereoskop berfungsi untuk menampilkan gambar 3
dimensi dari foto yang diamati, ada beberapa syarat syarat yang harus
dipenuhi yaitu :

1. Terdapat daerah bertampalan pada foto udara.


2. Untuk dapat diinterpretasi dengan jelas maka lebar daerah yang
bertampalan kira-kira 1/3 – 2/3 dalam sebuah foto/citra. Prinsip kerja
stereoskop adalah sebagai berikut :
a. Mata 1 (mata kanan) mengamati citra sebelah kanan
b. Mata 2 (mata kiri) mengamati citra sebelah kiri
c. Stereoskop menyatukan daerah bertampalan sehingga hanya
mengamati 1 citra saja
d. Daerah bertampalan menghasilkan gambar 3D yang dapat
digunakan untuk mengamati unsur ketinggian dan
kemiringan , terutama pada foto udara tegak lurus.

2.3 Stereoskopis

Stereoskop merupakan alat yang dipakai untuk melihat sepasang foto udara
secara stereoskopis atau tiga dimensional. Fungsinya adalah mengatur agar mata
kiri hanya melihat pasangan foto sebelah kiri dan mata kanan hanya melihat
pasangan foto sebelah kanan. Adapun jenis stereoskop yaitu:

1. Stereoskop lensa atau saku (pocket stereoscope).


Stereoskop ini adalah jenis paling sederhana dan paling mudah dibawa
karena mempunyai ukuran yang kecil dan hanya terdiri dari dua lensa yang
hanya berjarak sebesar basis mata.
a. Ukuran foto yang dapat dilihat bentuk tiga dimensinya terbatas
sekitar 6 cm x 10 cm
b. Stereoskop saku mempunyai lensa positif. Lensa – lensanya
biasanya mempunyai perbesaran 2,5 kali.
c. Stereoskop ini memiliki kelemahan yang sama seperti pemakaian
mata telanjang, yaitu jarak antar titik yang berpasangan tak boleh
melebihi
d. Panjang basis mata (basis mata rata rata = 64 mm).

Gambar 2.3 Poket Stereoskop

2. Stereoskop cermin
a. Ada lensa yang dilengkapi cermin yang dipasang di kiri dan kanan
(cermin sayap) di bagian bawah lensa ada prisma yang berfungsi
sebagai cermin untuk membelokkan cahaya dari cermin sayap agar
dapat masuk ke lensa, kemudian menuju ke mata. Dengan demikian
jarak antara kedua buah foto ukuran 23cm x 23cm yang dipasang di
bawah stereoskop dapat diperbesar.
b. Bagian-bagian dari stereoskop cermin ini meliputi lensa cembung,
sepasang prisma/cermin, cermin perak, tiang penyangga, dan lensa
binokuler.
c. Kelebihan dari stereoskop cermin ini adalah dapat melakukan
perbesaran dengan penambahan lensa binokuler, daerah yang
diamati lebih luas daripada stereoskop saku, dan dapat
menampakkan satu lembar foto udara secara penuh.
d. Kekurangan stereoskop ini adalah ukurannya yang besar sehingga
tidak praktis (lebih sukar jika dibawa ke lapangan), harga relatif
mahal, dan jika ditambahkan dengan binokuler maka akan
memperkecil daerah yang diamati.
e. Sebagai alat pelengkap stereoskop cermin alah tongkat paralaks
yang berfungsi sebagai alat pengukur paralaks. Tongkat ini dapat
diperpanjang atau diperpendek serta dilengkapi dengan skala
pembacaan.
f. Disamping itu untuk menunjuk titik bayangan obyek di foto kiri dan
kanan pada tongkat ini juga disediakan tempat untuk dipasangi kaca
yang ada titik apungnya (berupa titik, cincin dan silang). Untuk
pembacaan, apabila bacaan makin besar jarak antara kedua titik
apung makin kecil. Obyek yang diukur akan makin tinggi, dan
sebaliknya.
g. Pada tongkat ini sering pula dilengkapi tempat pensil, sehingga
dapat digunakan untuk menggambar peta dari foto.
Gambar 2.4 Stereoskop Cermin

2.3.1 Stereoskopi Mata

Stereoskopi mata adalah pandangan dua mata yang terpusat pada suatu
titik, sumbusumbu optis lensa mata berpotongan dan membentuk sudut yang
disebut sudut paralaktis di titik tersebut. Bayangan titik tersebut jatuh tepat
pada bintik kuning. Untuk tiap titik pada umumnya sudut paralaktisnya
berbeda dengan perbedaan sudut ini orang akan melihat perbedaan jarak titik-
titik terhadap mata, dan memberikan kesan kedalaman stereoskopik. Gambar
berikut ini menunjukkan bahwa sudut paralaktis di titik A dan B berbeda.
Sudut paralaktis αB. Sehingga terjadi kesan kedalaman yang berbeda pula.
Disini B tampak lebih dalam daripada A.

2.3.2 Paralaks

Paralaks adalah perubahan letak obyek pada citra terhadap titik atau
sistem acuan. Pada umumnya disebabkan oleh perubahan letak titik
pengamatan (Wolf, 1983). Titik pengamatan ini berupa tempat pemotretan.
Paralaks stereoskopik ialah pergeseran posisi bayangan obyek yang
disebabkan oleh pergantian posisi pemotretan. Pertampalan pada foto udara
berupa pertampalan depan (overlap) dan pertampalan samping (sidelap).
Paralaks yang terjadi karena titik pengamatan 1 dan 2 disebut paralaks x,
yaitu paralaks sejajar jalur terbang. Paralaks lainnya ialah paralaks y, yaitu
paralaks yang tegak lurus paralaks x dan disebabkan oleh perubahan tempat
kedudukan pada jalur terbang yang berdampingan.

Apabila dua buah foto udara telah dipasang di bawah stereoskop dalam
keadaan belum diorientasikan dan dilihat melalui lensa stereoskop maka akan
terlihat bahwa masing-masing detil dari kedua foto tersebut belum saling
berimpit atau dari bayangan tersebut masih ada paralaks. Paralaks ini dapat
timbul karena :

1. Skala kedua buah foto tidak sama


2. Salah satu fotonya miring.
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Pengenalan Alat

3.1.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di lab penginderaan jauh dan SIG, Politekni


Negeri Banjarmasin pada pukul 10.25 WITA.

3.1.2 Alat dan Bahan

3.1.2.1 Alat
a. Topcon MS3
b. Sokkia MS 27
c. Parallax bar
d. Meja lighting Topcon MS3
3.1.2.2 Bahan
a. Sepasang foto udara
b. Mika transparan 2 lembar
c. Selotip

3.1.3 Langkah Kerja

1. Pengenalan foto udara dan bagian tepinya


Siapkan dua lembar foto yang mempunyai nomor berurutan, overlap dan
skala sama, identifikasi informasi-informasi yang ditampilkan, kemudian
dicatat.
2. Pengenalan alat stereoskop cermin dan parallax bar
a. Angkatlah tangkai sebelah kiri dan kanan stereoskop dengan
kedua tangan, lalu tarik keduaya satu per satu. Letakka di atas
meja light, kemudian idntifikasi bagiannya, kemudian catat.
b. Letakkan parallax bar di atas meja, kemudian identifikasi
bagiannya, kemudian catat.
3. Pengamatan stereoskopis
a. Letakkan satu lembar foto udara (FU₁)dengan nomor yang kecil
disebelah kiri dibawah stereoskop sebelah kiri dan diberi selotip,
agar foto tidak mudah bergeser.
b. Letaknya pasangan foto satunya (FU₂) dengan nomor yang besar
dibawah stereoskop sebelah kanan.
c. Geser-geserlah FU₂ dibawah pengamatan stereoskop sehingga
menghasilkan gambaran tiga dimensi.
d. Untuk mendapatkan gambaran tiga dimensi, pilihlah dua objek
yang mudah dikenali dan yang terdapat dikedua pasangan foto
udara misalnya: perpotongan jalan, cabang sungai, maupun objek
lain.
e. Berilah tanda pada kedua bentuk yang dipilih dengan cermat agar
kedua foto mudah disambung.
f. Amati secara stereoskopik dua objek yang tergambar pada foto
udara yang bertampalan. Mata kiri melihat objek pada foto kiri
(FU₁) dan mata kanan melihat objek pada foto kanan (FU₂).
Setelah itu bisa terbentuk kenampakan stereoskopik.
4. Penentuan arah utara foto udara
a. Amati bayang-bayang benda yang ada di foto udara
b. Lihat arah dari bayangan benda yang terbentuk
c. Tetapkan arah utara foto dari hasil pengamatan arah bayangan
benda dan hubungkan dengan jam terbang (waktu pemotretan)
5. Penentuan titik utama (TU)
a. Letakkan mika transparan diatas foto udara yang sudah terbentuk
model tiga dimensinya, kemudian direkatkan.
b. Identifikasi fiducial mark yang ada pada foto udara.
c. Hubungkan fiducial mark yang berseberangan sehingga terbentuk
sebuah titik ditengah foto dari perpotongan garis-garis dari hasil
menghubungkan fiducial mark tadi.
d. Beri tanda TU₁ pada titik tengah FU₁ dan TU₂ pada FU₂

Jika sudah selesai praktikum, letakkan kembali stereoskop dan


parallaks meter ke tempat awan dan aman.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

1. Nomor Lembar Foto : 2095 - 2096


2. Skala Foto : 1: 50.000
3. Daerah yang diamati : Jawa Timur
4. Tanggal pemotretan : 07 – Agustus – 1993
5. Sumber Foto : Bakosurtanal
6. Objek yang diamati : Sudut Jalan
7. Angka pembacaan pada tongkat paralaks : 18,70 mm
8. Nomor Seri : NY.10 – W.21 – 34
BAB V
KESIMPULAN
Hasil dari praktikumfotogrametri dasar ini bisa diambil kesimpulan bahwa
praktikum yang menggunakan alat stereoskop adalah untuk menentukan objek yang
sama pada foto udara dengan nomor seri yang lebih tinggi diletakan disebelah kiri dan
nomor seri terendah disebelah kanan, agar kedua foto tersebut menyatu atau bertampal

Dan foto udara yang saya amati dengan nomer 2095 dan 2096 object yang saya
amati sudut bangunan di daerah jawa timur dengan menggunakan tongkat paralaks bar.
Angka bacaan pada paralaks bar diperoleh untuk 1d1 – 1d1’= 29,50 mm dan untuk 1d2-
1d2’= 29,55 mm

Anda mungkin juga menyukai