Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR

MENGENAL STEREOSKOP

DISUSUN OLEH :
NAMA : KHALIMATUS SADIYAH
NIM : 18/426177/SV/15319

PROGRAM STUDI DIPTOMA TEKNIK GEOMATIKA


DEPARTEMEN TEKNOLOGI KEBUMIAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini
dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah fotogrametri dasar. Diharapkan laoran ini dapar memberikan informasi
erkait fotogrametri dasar bab steroskop.
Penulis mengucapkan teimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu merealisasikan laporan praktikum ini baik dari segi pemahaman materi
maupun pelaksanaan praktikum.
Penulis tentunya menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar laoran praktikum ini lebih baik dan bermanfaat untk pembaca.

Yogyakarta, 16 Maret 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada era pembangunan ini, diberbagai bidang perencanaan dan


pengembangan wilayah perlu disiapkan tenaga teknisi, analisis dan pengelola
di bidang pengolahan data dan informasi kebumian, yang mampu menangani
data informasi (numeric dan spasial), menganalisis, melakukan control aktivitas
manusia, dan mampu membuat perencanaan kegiatan. Tuntutan terhadap
spesifikasi berbagai keahlian ini menimbulkan aktivitas yang disebut
pengembangan sumber daya manusia. (Dulbahri, 1995 dalam Hartono, 2004).

Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan


teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta
keadaan disekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran dan
interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Salah satu bagian dari
pekerjaan fotogrametri adalah interpretasi foto udara. Oleh karena itu dengan
adanya praktikum tentang interpretasi foto udara kali ini diharapkan mahasiswa
program studi teknik geomatika mampu melakukan interpretasi foto udara
dengan menggunakan prinsip-prinsip interpretasi yang benar.

1.2 Maksud dan tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah

1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu stereoskop


2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian stereoskop
4. Mahasiswa dapa mengetahui fungsi dari masing-masing bagian stereoskop
5. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pemakaian stereoskop
6. Mahasiswa dapat melakukan pengamatan mengunakan stereokop dan
menginerpretasi hasil pengamatan tersebut.

1.3 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan stereoskop?
2. Apa saja jenis-jenis stereoskop?
3. Apa bagian dan fungsi dari masing-masing bagian stereoskop?
4. Bagaimana cara pemakaian stereoskop?

1.4 Waktu dan tempat praktikum


Waktu : jumat, 13 Maet 2019
Pukuk 07.00 WIB s.d 09.00 WIB
Tempat : Laboratorium Penginderaan Jauh Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Penginderaan jauh

Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kotak langsung terhadap obyek, daerah, atau
gejala yang dikaji (Lillesansd dan Kiefer, 1979 dalam Sutanto, 1992).

Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau


citra dengan maksud untuk menidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya
obyek tersebut (Estes dan Simonett, 1975). Interpretasi citra dan fotogametri
berhubungan sangat erat, meskipun keduanya tidaklah sama. Bedanya
fotogametri berkepentingan dengan geometri obyek, sedangkan interpretasi citra
berurusan dengan manfaat, penggunaan, asal-usul, ataupun identitas obyek yang
bersangkutan (Glossary of the Mapping Sciences, 1994).

Proses di dalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra sekaligus


berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan
menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada citra. Sehingga penafsir citra
berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan
menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi,
ekologi, dan disiplin ilmu lainnya (Sutanto, 1986).

Rangkaian kegiatan yang diperlukan di dalam pengenalan obyek yang


tergambar pada citra yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis....(Lintz Jr. dan
Simonett,1976). Deteksi berarti penentuan ada atau tidak adanya sesuatu obyek
pada citra. Ia merupakan tahap awal dalam interpretasi citra. Keterangan yang
didapat pada tahap deteksi bersfat global. Keterangan yang didapat pada tahap
interpretasi selanjutnya, yaitu pada tahap identifikasi, bersifat setengah rinci.
Keterangan rinci diperoleh dari tahap akhir interpretasi, yaitu tahap analisis
(Lintz dan Simonett, 1976).
Menurut Sutanto (1986), karakteristik penting dari obyek pada citra
yang digunakan sebagai interpretasi citra terdiri dari delapan unsur. Kedelapan
unsur tersebut ialah warna (color)/rona (tone), bentuk (shape), ukuran (size),
bayangan (shadow), tekstur (texture), pola (pattern), situs (site), dan asosiasi
(association). Di antara kedelapan unsur tersebut, warna/rona merupakan hal
yang paling dominan, dan langsung mempengaruhi pengguna citra dalam
memulai interpretasi.

Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara


yaitu interpretasi foto udara monoskopis dan interpretasi foto udara stereoskopis
(Alfi Nur Rusydi). Interpretasi foto udara monoskopis merupakan kegiatan
interpretasi foto udara tanpa menggunakanalat bantu, hanya menggunakan mata
telanjang. Interpretasi foto udara monoskopis digunakan untuk menginterpretasi
penutup dan penggunaan lahan. Interpretasi foto udara stereoskopis merupakan
kegiatan interpretasi foto udara dengan menggunakan alat bantu yang bernama
stereoskop.

2.2 Pengertian stereoskop

Stereoskop adalah alat yang biasanya digunakan untuk melihat bentuk tiga
dimensi pasangan foto udara. Fungsinya adalah mengatur agar mata kiri hanya
melihat pasangn foto sebelah kiri dan mata kanan hanya melihat pasangan foto
sebelah kanan. Salah satu jenis stereoskop yang paling sederhana adalah
seteroskop saku.

2.3 Jenis-jenis stereoskop


a. Stereoskop Cermin
Stereoskop yang digunakan untuk melihat foto yang bertampalan
yang berukuran lebih besar daripada stereoskop saku. Bagian – bagian
dari stereoskop ini meliputi lensa cembung, sepasang prisma/cermin,
cermin perak, tiang penyangga, lensa binokuler. Kelebihan dari
stereoskop ini adalah dapat melakukan perbesaran dengan penambahan
lensa binokuler, daerah yang diamati lebih luas daripada stereoskop
saku, dan dapat menampakkan satu lembar foto udara secara penuh.
Kekurangan stereoskop ini adalah ukurannya yang besar sehingga tidak
praktis, harga relatif mahal, jika ditambahkan dengan binokuler maka
akan memperkecil daerah yang diamati.
Stereoskop cermin :
- Lebih besar dari stereoskop saku
- Daerah yang dapat dilihat secara stereoskop lebih luas jika
dibandingkan dengan menggunakan stereoskop lensa
- Karena bentuknya agak besar maka agak lebih sukar dibawa ke
lapangan

( Gambar stereoskop cermin )

b. Stereoskop Saku
Stereoskop yang berukuran kecil , stereoskop ini terdiri dari lensa
convex yang sederhana, dan mempunyai faktor perbesaran yang cukup
besar. Bagian – bagian dari stereoskop ini meliputi lensa cembung dan
tiang penyangga. Kelebihan stereoskop ini adalah harganya yang murah,
praktis dapat dibawa kemana – mana, faktor perbesarannya cukup besar.
Kekurangan dari stereoskop ini adalah daerah yang bisa diamati sangat
terbatas.
Stereoskop saku atau stereoskop lensa :
- Lebih murah daripada stereoskp cermin
- Cukup kecil hingga dapat dimasukkan kedalam saku
- Terdiri dari susunan lensa convex yang sederhana
- Mempunyai faktor perbesaran yang cukup besar
- Mudah dibawa ke lapangan
- Daerah yang dapat dilihat secara stereoskopis sangat terbatas

( Gambar stereoskop saku )

c. Prisma Tunggal
Stereoskop yang merupakan gabungan dari stereoskop cermin
dengan stereoskop saku. Stereoskop ini sangat praktis, sehingga mudah
untuk digunakan langsung dilapangan. Selain memiliki kelebihan yang
praktis tadi, stereoskop ini merupakan gabungan dari 2 stereoskop.
Kekurangannya adalah jika dibawa kelapangan langsung masih kalah
praktis dengan stereoskop saku.

d. Stereoskop Kembar
Stereoskop ini kurang lebih sama penggunaannya dengan
stereoskop cermin tetapi dengan kelebihan dan kekurangan masing –
masing. Kelebihannya adalah stereoskop ini dapat digunakan langsung
oleh 2 orang secara bersamaan, selain itu memiliki perbesaran hingga 3
– 6 kali. Kekurangannya adalah kurang praktis jika dibawa ke lapangan.

e. Interpretoskop
Interpretoskop merupakan stereoskop yang termasuk kategori
mikroskop. Kelebihan dari interpretoskop adalah toleransinya terhadap
perbedaan skala, yaitu hingga 1 : 7,5 antara foto kanan dan foto kiri
dalam pasangan foto stereo. Interpretoskop juga dapat diamati oleh dua
orang langsung. Selain itu kelebihannya memungkinkan memutar citra
hingga 360 derajat. Kekurangan pada interpretoskop adalah
pembesarannya hanya 10 kali, dan alat ini begitu besar, sehingga hanya
baik digunakan di Laboratorium.

f. Stereoskop Penyiam ‘Old Delft’


Stereoskop yang secara umum sama dengan stereoskop cermin.
Hanya saja stereoskop ini lensa pengamatannya dapat diputar – putar
untuk dapat mengamati atau menyiam seluruh daerah pertampalan
sehingga tidak memerlukan penggeseran stereoskop maupun
penggeseran foto stereonya. Kelebihan dari stereoskop ini adalah
dilengkapi dengan binokuler dan batang paralaks atau stereometer.
Kekurangan stereoskop, selain harga yang mahal dan perawatan yang
rumit, juga kurang praktis jira dibawa ke lapangan.

g. Stereoskop Penyiam Kembar ‘Old Delft’


Stereoskop ini dibuat untuk menyempurnakan stereoskop cermin
dan stereoskop penyiam ‘Old Delft’. Stereoskop ini dilengkapi dengan
dua set lensa pengamat sehingga dimungkinkan untuk pengamatan oleh
dua orang secara bersamaan. Pembesarannya satu setengah hingga tiga
kali. Dengan keuntungan mampu digunakan oleh dua orang pengamat
langsung, maka kedua pengamat dapat bermufakat tentang foto stereo
yang sedang diinterpretasi. Kelebihan selain diatas adalah stereoskop ini
sangat bermanfaat untuk latihan antara pelatih dan siswa secara
langsung. Juga memudahkan dua orang penafsir citra dalam
menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan seorang diri.
Kekurangan dari stereoskop ini adalah tentu saja harga yang mahal,
perawatan sulit, dan juga kurang praktis untuk dilapangan.

h. Zoom Stereoscope
Yaitu stereoskop yang lensanya dapat diganti – ganti untuk
pembesaran yang berbeda – beda. Lensa yang pembesarannya terkecil
yaitu dengan pembesaran dua setengah ingá sepuluh kali. Pembesaran
diatasnya yaitu lima ingá duapuluh kali. Pembesaran yang terbesar
hádala seratus kali (Lillesand dan Kiefer. 1979; LaPrade. 1980; dikutip
dari Soetanto. 1986). Disamping pembesarannya yang sangat besar,
keunggulan lain darizoom stereoscope adalah pasangan foto stereo yang
dapat diputar – putar. Citra yang dapat diamati dengan alat ini adalah
transparansi berupa positif maupun negatif, dan citra yang dicetak pada
kertas tak tembus cahaya.

2.4 Bagian-bagian dan fungsi per bagain stereoskop


( Gambar 1 )

( Gambar 2 )
Bagian –bagian stereoskop cermin

Stereokop cermin merupakan jenis baku yang banyak digunakan dalam


interpretasi citra. Bagian – bagian dari stereoskop ini meliputi lensa cembung,
sepasang prisma/cermin, cermin perak, tiang penyangga, lensa binokuler.

1. Binokuler
Binokuler digunakan untuk pengamatan foto udara dengan peruwjudan
yang diperbesar, baik skala tegak maupun skala mendatarnya.
2. Lensa Cembung
Untuk menentukan dan menghasilkan suatu bayangan objektif serta
memperbesar benda yang diamati.
3. Sepasang prisma / cermin
Komponen pemantul dengan memanfaatkan pemantulan sempurna,
membelokkan cahaya yang masuk. Stereoskop cermin menggunakan
paduan prisma dan cermin untuk memisahkan garis pengliatan dai tiap mata
pengamat
4. Cermin Perak
Menangkap Bayangan dari Objek Foto. Setereoskop cermin mempunyai
jarak antara dua sayap cermin yang jauh lebih besar dari pada jarak
pengamatan, sehingga pasangan foto udara yang berukuran 240 mm dapat
diletakan untuk di amati tanpa saling menutupi.
5. Tiang Penyangga
Sebagai Alat Berdirinya Stereoskop

2.5 Prosedur pemakaian stereoskop cermin

1. Pasang stereoskop pada meja praktikum


2. Letakkan dua citra di bawah stereoskop
3. Tempelkan telunjuk kiri pada salah satu objek yang mudah dikenali pada
foto tersebut. Kemudian tempelkan ujung telunjuk tangan kanan pada foto
di sebelah kanan. Eser-geser kedua citra dengan jari telunjuk sehingga
telunjuk kanan dan telunjuk kiri tampak saling bertindihan atau menjadi satu
bila dilihat dari lensa stereoskop
4. Amati dua citra yang berurutan . buatlah sedemikian hingga foto berpindah-
pindah tempat ( jika diperlukan sudut-sudut foto bias diisolasi pada meja
praktikum ).
5. Tunggu beberapa detik hingga mata berakomodasi, setelah itu objek di citra
foto akan tampak tiga dimensi.
6. Interpretasi foto tersebut.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat pengamatan


Praktikum fotogrametri bab stereoskop dilakukan pada :
Hari / tanggal : Jumat, 15 Maret 2019
Waktu : pukul 07.00 WIB S.D 09.00 WIB
Tempat : Laboratorium penginderaan jauh fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada

3.2 Alat dan bahan


Pada praktikum fotogrametri adsar ini dibutuhkan alat dan bahan sebagai
berikut :
1. Stereoskop 1 set
2. Kertas pengamatan stereoskop basket 1 pasang
3. Kertas pengamatan stereoskop logo 1 pasang
4. Kertas pengamatan stereoskop moessner i 1 pasang
5. Kertas pengamatan stereoskop moessner ii 1 pasang
6. Hasil foto udara overlap 1 pasang
7. Alat tulis 1 set
8. Solatip 1 buah

( Gambar terlampir )

3.3 Langkah kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Pasang stereoskop pada meja praktikum
3. Letakkan dua gambar ( pada pengamatan gambar basket, logo, moesser I,
dan moesser II ) atau foto citra ( pada pengamatan citra foto ) di bawah
stereoskop
4. Tempelkan telunjuk kiri pada salah satu objek yang mudah dikenali pada
gambar foto tersebut. Kemudian tempelkan ujung telunjuk tangan kanan
pada foto di sebelah kanan. Eser-geser kedua citra dengan jari telunjuk
sehingga telunjuk kanan dan telunjuk kiri tampak saling bertindihan atau
menjadi satu bila dilihat dari lensa stereoskop
5. Amati dua gambar ( pada pengamatan gambar basket, logo, moesser I, dan
moesser II ) atau foto citra ( pada pengamatan citra foto ). buatlah
sedemikian hingga foto berpindah-pindah tempat ( jika diperlukan sudut-
sudut foto bias diisoasi pada meja praktikum ).
6. Tunggu beberapa detik hingga mata berakomodasi, setelah itu objek gambar
( pada pengamatan gambar basket, logo, moesser I, dan moesser II ) atau
foto citra ( pada pengamatan citra foto ) akan tampak tiga dimensi.
7. - Tentukan titik pertemuan dua lingkaran ( pada gambar basket dan gambar
logo ), kemudian ukur jarak titik tersebuta pada kedua kertas yang telah
diamati menggunakan stereoskop dan catat hasilnya pada kertas
- lihat huruf-huruf yang floating ( pada pengamatan moesser I dan moesser
II ) kemudian catat huruf-huruf yang floating tersebut pada kertas
- interpretasi foto tersebut ( pada pengamatan foto citra ).
8. Melaporkan hasil praktikum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan menggunakan stereoskop dihasilkan data sebagai berikut:

Hasil
Jenis
No.

Basket
1
Pertemuan anatara lingkaran A dengan lingkara B
adalah 260 cm

Ketika gambar hanya dilihat dengan mata telanjang


maka akan terlihat tiga buah lingkaran yang saling
bersisian jika dilihat menggunakan stereoskop maka
akan terihat bahwa lingkara B berada di depan,
lingkaran C berada di tengah, dan lingkaran A berada
di belakang.
Logo
2

Pertemuan antara A dengan C adalah 265 cm

Pembahasan :

- gunung B sjajar gunung C

- Gunung A berada dibelakang antara gunung B


dengan gunung C

- pada gambar sudah terlihat jelas bahwa gunung B


dan gunung C posisinya sejajar, sedangkan gunung A
berada dibelakang antara gunung B dan gunung C.
namun jika dilihat menggunakan stereoskop akan
terlihat lebih jelas dan bisa diukur jarak antar titik
kedua gambar.
Kolom 1 : E/1 ; C/2 ; D/4 ; A/5 ; E/6 ; B/7

Kolom 2 : A/1 ; D/1 C/3 ; D/5 ; E/6 ; B/8

Kolom 3 : D/1 ; A/2 ; C/3 ; A/5 ; C/5 ; D/5 ; C/6 ; B/7

Kolom 4 : -
Moesser I
3 Pembahasan :
Moesser 1 berisi kolom yang berisi huruf-huruf
dimana terdapat beberapa huruf yang tidak sejajar
dengan huruf pada kertas pasangannya. Pada saat
praktikum pengamatan moesser 1 dibutuhkan
ketelitian agar dapat melihat huruf mana yang
mengambang atau floating. Salah satu factor yang
menyebabkan sulitnya mengidentifikasi huruf yang
floating adalah focus mata setiap orang yang berbeda
dan penempatan kedua gambar atauu kertas yang
kurang akurat. Kesabaran dalam menggeser kertas
yang akan diamati hingga bertampalan sempurna
sangat dibutuhkan agar menghasilkan posisi yang pas.
Pada pengamatan moesser I didapatkan beberapa
huruf yang floating pada masing-masing kolom.
Namun pada kolom ke empat tidak didapatkan huruf
yang floating.

4 Moesser II

Kolom 1 : E/1 ; C/2 ; D/4 ; A/5 ; E/6 ; B/7

Kolom 2 : A/1 ; D/1 C/3 ; D/5 ; E/6 ; B/8

Kolom 3 : B/7

Kolom 4 : -

Pembahasan :
Seperti halnya pengamatan dengan moesser I pada
moesser II juga mengamati huruf yang floating pada
dua kertas yang berbeda namun berisi gambar yang
sama. Pada moesser II ini didapatkan hasil yang sama
dengan moesser satu pada kolom satu, dua, dan empat.
Namun pada kolom ke tiga hasil moesser II berbeda
dengan hasil moesser I.

5 Foto udara overlap


Pembahasan :
Dengan menggunakan konsep steoroskopis dimana
pada praktikum ini kami menggunakan 2 foto udara
yang saling bertampalan menjadi 3D dengan bantuan
alat steoroskop. Lalu dari hasil pengamatan foto udara
menggunakan steoroskop kami bisa mendapatkan
hasil data dari bacaan paralaks yang nantinya dapat
kami olah menjadi koordinat untuk penggambaran
peta. Jadi dengan memanfaatkan konsep steorosokopis
foto udara kita bisa melakukan pemetaan foto udara
BAB V
KESIMPULAN
1. Dari hasil praktikum fotogrametri dasar yaitu dengan melakukan pemetaan
foto udara menggunakan steoroskop dapat disimpulkan bahwa interpretasi
dan pemetaan foto udara merupakan kegiatan fotogrametri. Dengan
menggunakan konsep steoroskopis dimana pada praktikum ini kami
menggunakan 2 foto udara yang saling bertampalan menjadi 3D dengan
bantuan alat steoroskop. Lalu dari hasil pengamatan foto udara
menggunakan steoroskop kami bisa mendapatkan hasil data dari bacaan
paralaks yang nantinya dapat kami olah menjadi koordinat untuk
penggambaran peta. Jadi dengan memanfaatkan konsep steorosokopis foto
udara kita bisa melakukan pemetaan foto udara.
2. Setiap orang memiliki focus mata yang berbeda-beda
3. Ketelitian dan kesabaran dalam melakukan pengamatan foto citra sangat
diperlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Lampiran

( sebelum dirangkai )

( tampak depan )
( tampak bawah )

( tampak samping )
( penggaris )
( lensa )
Daftar Pustaka

- https://dokumen.tips/documents/stereoskop-cermin.html
- https://www.scribd.com/doc/253282987/Praktikum-Foto-Udara
- https://www.academia.edu/9725191/INTERPRETASI_CITRA
_MENGGUNAKAN_STEREOSKOP
- http://news.teknologisurvey.com/cara-menggunakan-alat-
pengamat-stereoskop/
- https://www.scribd.com/archive/plans?doc=168883699&metad
ata=%7B%22context%22%3A%22archive_view_restricted%2
2%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3
A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22
platform%22%3A%22web%22%7D
- https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=stereoskop+adalah

Anda mungkin juga menyukai