Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI

Menghitung Tinggi Objek dengan Konsep Paralaks

DISUSUN OLEH:
ALFIAN BIMA (18/426159/SV/15301)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA


DEPARTEMEN TEKNOLOGI KEBUMIAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Fotogrametri seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi memperoleh informasi yang dapat
dipercaya tentang objek fisik dan lingkungan melalui proses pencatatan, pengukuran dan
iterpretasi citra fotografis dan pola radiasi elektromagnetik direkam energi dan fenomena
lainnya. Banyak aplikasi yang didapat dari fotogrametri contoh pemanfaatan sederhana
fotogrametri, jarak antara dua titik yang terletak pada sebuah pesawat sejajar dengan bidang
gambar foto dapat ditentukan dengan mengukur jarak pada gambar, jika skala (s) dari gambar
diketahui. Masih banyak lagi pemanfaatan fotogrametri dalam hal-hal yang kompleks.
Gambar atau foto yang dihasilkan dari memotret menggunakan wahana udara, biasanya
disebut foto udara. Ada 2 teknik pengambilan foto udara, yaitu foto udara vertikal dan oblique.
Untuk pengukuran dan keperluan fotogrametri yang terpenting adalah pengambilan foto secara
vertikal. Foto udara yang dihasilkan baik vertikal maupun oblique dicetak dalam bentuk foto
udara 2-dimensi dan bertampalan dengan foto lainnya. Apabila pertampalan tersebut dilihat
menggunakan stereoskop maka foto udara yang dicetak 2-dimensi dapat terkesan memiliki
ruang.
Untuk mendapatkan informasi baik kualitatif maupun kuantitatif dari potret udara,
interpretasi visual secara stereoskopis merupakan suatu proses yang memegang peranan yang
sangat penting. Manfaast intepretasi visual yang dapat diambil dari konsep keruanganan/3D ini
diantaranya ketinggian, jarak, volume dan lain-lain.
Konsep pandangan stereoskopis adalah perpotongan sumbu optik mata kiri dan kanan
manakala kedua mata terfokus pada suatu titik/obyek. Jarak terdekat persepsi kedalaman
stereoskopik untuk rata-rata orang dewasa kira-kira 25 cm, dengan basis sekitar 66 mm maka
sudut paralaks dan maksimum adalah φ=2 〖tan〗^(-1) (3.3/25)=15°.
Dari konsep tersebut maka bayangan didalam otak muncul sebagai akibat adanya perpaduan
dua gambar dengan sudut pandang yang berbeda. Masing-masing mata pengamat akan
mendapatkan informasi dari stereogram yang dilihat. Informasi tersebut diterima oleh otak dan
diterjemahkan dalam bentuk 3-dimensi.
Pengukuran tinggi objek pada foto udara dapat dilakukan secara stereoskopik
(menggunakan foto udara yang berpasangan/ bertampalan). Sebuah objek kemungkinan besar
akan memiliki posisi berbeda pada foto udara yang bertampalan/ berpasangan. Biasanya
pertampalan foto udara memiliki pertampalan sebesar 60%.
Dari pertampalan foto tersebut didapatkan objek 3-dimensi dan dapat dihitung tinggi objek
tersebut melalui perhitungan paralaks. Pokok pembahasan pada praktikum ini adalah jarak basis
foto, perhitungan beda tinggi suatu objek dan koordinat titik pada foto udara.
1.2. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu menghitung basis foto, tinggi
objek berdasarkan hasil ukuran paralaks pada sepasang foto udara dan perhitungan koordinat
tanah berdasarkan koordinat foto.
1.3. TEORI PERHITUNGAN

Fotogrametri adalah ilmu dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya tentang
objek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran, dan interpretasi gambaran
fotografik dan pola radiasi tenaga elektromagnetik yang terekam (Paul R. Wolf, 1993).
Fotogrametri sangat erat hubungannya dengan kesan 3-dimensi, yang mana menggunakan
streoskop sebagai alat praktikumnya. Praktikum kali ini streoskop yang digunakan adalah
streoskop cermin. Streoskop cermin adalah Stereoskop yang digunakan untuk melihat foto yang
bertampalan yang berukuran lebih besar daripada stereoskop saku (Sutanto, 1992). Komponen-
komponen streoskop cermin adalah cermin, kerangka, lensa pembesar, binokuler, dan paralaks
meter.

Paralaks ialah kenampakan perubahan posisi suatu obyek terhadap suatu kerangka rujukan,
yang disebabkan oleh perpindahan posisi pengamat (Paul R. Wolf, 1993). Dalam pengertian lebih
sederhana, Paralaks adalah selisih jarak relatif antar suatu titik pada dua foto udara yang
bertampalan, sehingga besarnya paralaks dapat digunakan untuk mengukur ketinggian objek
dan ketinggian medan. Di satu sisi adanya pergeseran letak ini seringkali menyulitkan pada saat
interpretasi foto udara, tetapi di sisi lain pergeseran letak berguna untuk mengukur ketinggian
objek-objek tersebut. Besarnya pergeseran letak oleh relief tergantung pada tinggi objek di
lapangan, tinggi terbang, jarak antar titik utama foto dan objek, sudut kamera saat perekaman
gambar. Karena faktor geometrik tersebut saling berkaitan, maka pergeseran letak objek oleh
relief dan posisi radialnya pada foto udara dapat diukur untuk menentukan tinggi suatu objek.

Karena paralaks terjadi sejajar dengan jalur terbang, sumbu fotografik X dan X’ untuk
pengukuran paralaks harus sejajar terhadap jalur terbang bagi masing-masing foto suatu
pasangan stereo. Jalur terbang merupakan garis yang menghubungkan titik utama dan titik
utama berikutnya (Putra, 2010). Pada praktikum kali ini, foto udara akan di ukur ddengan
menggunakan paralaks mistar. Paralaks mistar adalah alat pengukur beda paralaks
menggunakan mistar sebagai medianya dan mampu memberikan informasi yang akurat (J.Chris
McGlone, 2000).

Pengukuran basis foto dengan menggunakan mistar adalah menentukan titik (1) di foto (2)
dan mencari titik utama foto (2) di foto (1) dan di ambillah hasil yang berupa A’ dan B’ dari
pengukuran. Hasil ini kemudian diolah untuk dapat mengetahui basis foto udara yang memiliki
rumus :
𝑏1+𝑏2
b: 2

Setelah mendapatkan basis foto, maka dapat melakukan perhitungan paralaks. Perhitungan
paralaks digunakan untuk mengukur ketinggian suatu objek dari foto udara. Perhitungan
paralaks dapat dilakukan dengan mengumpulkan data berupa basis foto, tinggi terbang wahana
dan beda paralaks. Secara matematis perhitungan paralaks dirumuskan seperti berikut.
𝐻.∆𝑝
h :𝑏+∆𝑝

dengan keterangan, H adalah tinggi terbang wahana, ∆p adalalah beda paralaks yang diukur
dengan penggaris dan b adalah basis foto yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya.

Tahap terakhir data yang diambil adalah koordinat foto udara. Koordinat diambil dengan
cara mengukur titik yang telah ditentukan sebelumnya dari sumbu X dan xumbu Y. Kemudian
dari koordinat foto dikalikan dengan skala foto udara untuk mendapatkan koordinat tanah. Skala
foto dapat dirumuskan sebagai berikut.

𝑓
skala :
𝐻

dengan keterangan, f adalah fokus lensa dan H adalah tinggi terbang wahana.
BAB II

METODE

2.1. ALAT & BAHAN

a. Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Kertas/plastik Mika
4. Stereoskop cermin
5. Kalkulator
b. Bahan
1. Buku panduan
2. Modul praktikum fotogrametri
3. Sepadang foto udara

2.2. LANGKAH KERJA

BENTUK
PANDANGAN CARI PP DAN CPP
MEMPERSIAPKAN STEREO, SELOTIP DAN UKURLAH
ALAT DAN BAHAN DAN LAPISI DENGAN JARAKNYA
MIKA

UKUR JARAK ANTARA MENENTUKAN 5 TITIK


JARAK BASIS
TITIK DIFOTO YANG SAMA PADA
FOTO
PERTAMA DAN KEDUA KEDUA FOTO

∆P UKUR KOORINAT FOTO


PARALAKS

KOORDINAT
TANAH
BAB III
HASIL & PEMBAHASAN

3.1. HASIL & PEMBAHASAN

 Jarak Basis Foto Udara


Untuk mendapatkan Jarak basis foto udara dilakukan dengan menentukan titik (1) di
foto (2) dan mencari titik utama foto (2) di foto (1) dan di ambillah hasil yang berupa A’
dan B’ dari pengukuran. Kemudian titik A’ dan B’ diukur dari Principal point masing-
masing foto udara. Kemudian di rata-rata dan hasilnya sebagai berikut.

𝑏1+𝑏2
b: 2

di dapatkan dari praktikum, b1: 75 mm dan b2: 75 mm


75+75
b: 2
= 75 mm
maka rerata jarak basis foto udara adalah 7,5

 Penentuan tinggi objek


Penentuan tinggi objek dilakukan dengan pengambilan data jarak paralaks dan
membaca tinggi terbang objek pada altimeter. Sedangkan jarak basis foto didapatkan
pada perhitungan sebelumnya. Secara matematis perhitungan tinggi objek dirumuskan;
𝐻.∆𝑝
h :𝑏+∆𝑝

contoh perhitungan apabila diketahui tinggi terbang wahana 1.767,84 m dan jarak basis
foto 75mm. Sedangkan beda paralaks adalah 1mm maka perhitungan tinggi suatu objek
seperti berikut.
1767.84 𝑥 1
Tinggi objek : 75+1
= 20,798

Berikut adalah tabel hasil praktikum pengukuran beda paralaks dan perhitungan tinggi
objek.

objek P.atas P.bawah Dp Tinggi Basis foto Tinggi


(mm) terbang (mm) objek (m)
wahana
(m)
A 195 194 1 1767,83 75 20,798

Kontrol A1 195 194 1 1767,83 75 20,798

Kontrol A2 195 194 1 1767,83 75 20,798

B 195,5 194,9 0,6 1767,83 75 13,095

Kontrol B1 195,5 194,9 0,6 1767,83 75 13,095


Kontrol B2 195,5 194,9 0,6 1767,83 75 13,095

C 195,5 195 0,5 1767,83 75 11,049

D 194,9 195,4 0,5 1767,83 75 11,049

Kontrol D1 194,9 195,4 0,5 1767,83 75 11,049

Kontrol D2 194,9 195,4 0,5 1767,83 75 11,049

E 196 195,4 0,6 1767,83 75 13,095

 Koordinat Foto
Koordinat foto udara diukur dalam satuan centimeter menggunakan foto nomor 24.
Agar didapatkan koordinat tanah maka koordinat foto dikalikan dengan skala. Untuk
mendapatkan skala, data yang perlu diketahui adalah fokus lensa kamera dan tinggi
terbang wahana. Kedua data dapat diperoleh dari informasi tepi foto udara. Perhitungan
skala ditampilkan sebagai berikut.
𝑓 153,16 𝑚𝑚
Skala: 𝐻 : 1.767.840 𝑚𝑚 : 1 : 11.542. hasil dibuatkan menjadi 1 : 11.500

Perhitungan agar mendapat koordinat tanah adalah dengan mengkalikan koordinat foto
dengan skala, kemudian dibagi 100. Contoh apabila diketahui koordinat foto (4.9,1.4)
dengan skala foto 1 : 11.500 maka perhitungan koordinat tanah sebagai berikut.
Koordinat X: 4,9 x 11.500= 56.350

56.350
= 563,5
100
Koordinat Y: 1,4 x 11.500=16100

16100
100
=161
Koordinat tanah: (563.5,161)

Berikut adalah tabel hasil praktikum pengukuran koordinat foto menjadi koordinat
tanah.

Objek Koordinat skala Koordinat


foto (cm) tanah (m)

A (-4.9,-1.4) 1:11.500 (-563.5,-161)

B (-3.55,-7) 1:11.500 (-408.25,-805)

C (-1.95,-3.2) 1:11.500 (-224.25,-


368)

D (-2.9,-5.3) 1:11.500 (-333.5,-


609.5)

E (-8.3,-2.4) 1:11.500 (-954.5,-276)


BAB IV
KESIMPULAN

4.1. kesimpulan dari praktikum ini adalah


1. Tinggi suatu objek dapat diduga dengan cara membuat model 3D dari
rekonstruksi, minimal, sepasang foto udara digital yang saling bertampalan.
2. Secara matematis tinggi suatu objek dapat dihitung dengan menggunakan
𝐻.∆𝑝
rumus: h:
𝑏+∆𝑝
3. Besarnya pergeseran letak oleh relief tergantung pada tinggi objek di lapangan,
tinggi terbang, jarak antar titik utama foto dan objek dan sudut kamera saat
perekaman gambar.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Wolf, Paul R. 1993. Elemen Fotogrametri dengan interpretasi foto udara dan
penginderaan jauh. . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sutanto. 1992. Penginderaan Jauh Jilid I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Putra, Erwin Hardika. 2010. Penginderaan Jauh dengan ERMapper. Graha Ilmu.

McGlone, J.Chris. 2000. Manual of Photogrammetry. USA. American Society of


Photogrammetry.

BAB VI

LAMPIRAN

Gambar diatas merupakan hasil scan plastik mika yang digunakan ketika praktikum.
Gambar diatas merupakan sepasang foto udara yang digunakan ketika praktikum.

Anda mungkin juga menyukai