Disusun Oleh :
Panji Suprobo
15/385017/TK/43679
Kelas A
B. Dasar Teori
Paralaks merupakan pergeseran yang tampak dari suatu objek (titik 1) terhadap latar
belakang (titik 2) yang disebabkan oleh perubahan posisi pengamat. Paralaks dapat
diartikan juga sebagai selisih dalam pergeseran secara topografis dengan besaran dan arah
yang berbeda pada foto-foto yang berurutan. paralaks adalah selisih aljabar, diukur sejajar
garis terbang (sumbu x) dan sumbu-sumbu y yang berkaitan untuk dua gambar dari suatu
titik pada sepasang foto udara yang stereoskopis.
Untuk mengetahui besarnya paralaks mutlak dilakukan dengan meletakkan jalur
terbang pada foto. Sumbu x dari suatu titik adalah sejajar dengan arah jalur terbang. Setiap
jalur terbang menjadi titik tengah dari foto-foto yang dihasilkan. Karena tampalan depan
foto udara minimal 60%, maka setiap titik tengah foto udara akan tergambar pada foto
berikutnya sebagai titik pindahan. Dengan menarik suatu garis dari titik tengah foto ke titik
tengah pindahan berarti jalur terbang telah ditetapkan dan dapat dilakukan perhitungan
paralaks untuk menentukan beda tinggi suatu objek.
Pada fotografi dikenal istilah kesalahan paralaks, yaitu sebuah kesalahan
pendekatan paraksial yang dilakukan pada pergeseran sudut pandang. Fotografi mengenal
dua jenis kesalahan paralaks:
a. Paralaks penyambungan, yaitu tidak tersambungnya garis-garis pada
foreground, midground dan background dari beberapa foto yang akan
disambung untuk membentuk sebuah citra panorama.
b. Paralaks sudut pandang, yaitu paralaks yang sering dijumpai pada kamera
refleks lensa ganda atau kamera TLR saat digunakan untuk mengambil foto
pada jarak yang sangat dekat. Foto yang dihasilkan akan mempunyai sudut
pandang yang berbeda dengan sudut pandang yang dilihat oleh fotografer pada
jendela bidik.
C. Alat dan Bahan
1. 2 buah foto udara (saling overlap)
2. Stereoskop
3. Alat Tulis
4. Paralaks Bar
5. Penggaris
D. Langkah kerja
1. Menentukan titik principal point (pp) pada foto udara 1 dan 2
2. Menentukan conjugate principal point (cpp) di masing2 foto
3. Menghitung basis foto, yaitu jarak dari pp ke cpp degnan rumus
𝑏1 + 𝑏2
PB =
2
Keterangan :
H=f.s
Keterangan :
s= skala
f = fokus
H = tinggi terbang
5. Memilih 3 objek yang memiliki ketinggian untuk ditentukan beda tingginya
6. Mengukur jarak kedua obyek yang sama dengan pengukuran paralaks secara
setereospik, dengan bantuan alat paralaks bar
∆P= Pa-Pb
7. Menghitung beda tinggi antara 2 titik yang tergambar pada tampilan foto
𝐻. ∆P
∆h =
∆P ± PB
Keterangan :
∆h= beda tinggi
𝐻= tinggi terbang
∆P= selisih Paralaks
PB= rata-rata basis foto A dan B
𝑏1 + 𝑏2
PB =
2
b 1= 9.4 cm
b 2= 9,4 cm
PB = 9.4 cm
2. Tinggi terbang
H=f.s
s= 5000 mm
f = 499
H = 2495 meter
Obyek 1
∆P = 22.09-22.05
= 0.04 cm
Obyek 2
∆P = 22.6-22.55
= 0.05 cm
Obyek 3
∆P = 21.8-21.77
= 0.03 cm
Obyek 4
∆P = 21.9-21.85
= 0.05 cm
Obyek 5
∆P = 22.5-22.45
= 0.05 cm
4. Beda tinggi obyek
Obyek 1
(2495)(0.04)
∆h =
(0.04) ± (9.4)
= 10.57 meter
Obyek 2
(2495)(0.05)
∆h =
(0.05) ± (9.4)
= 13.2 meter
Obyek 3
(2495)(0.03)
∆h =
(0.03) ± (9.4)
= 7.94 meter
Obyek 4
(2495)(0.05)
∆h =
(0.05) ± (9.4)
= 13.2 meter
Obyek 5
(2495)(0.05)
∆h =
(0.05) ± (9.4)
= 13.2 meter
F. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengukuran
menggunakan penggaris biasa bisa dianggap tidak teliti karena dengan ketelitian penggaris
sebesar 1 mm dan dengan skala foto udara sebesar 1:5000 maka kesalahan yang mungkin
terjadi bisa sampai 5 meter. Terlebih lagi keterbatasa mata manusia untuk mengamati dan
memperkirakan hasil pengukuran dari penggaris tersebut.
G. Daftar pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Paralaks