Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

GEODESI FISIS

“Pemodelan Geoid Menggunakan Software Gravsoft”


19 November - 1 Desember 2020

Disusun oleh:
Kelompok 13
Kelas A

Affina Dyan Setyawati 18/431120/TK/47713


Aqshal Subhan Bani Nugraha 18/428698/TK/47200
Muhammad Rifa’i 18/428726/TK/47228
Nanda Putri Prihandini 18/425048/TK/46743
Tutus Al-Meyda Mujahid 18/431155/TK/47748

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI


DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Salah satu ilmu yang dapat dipelajari dalam Geodesi adalah penentuan bentuk dan ukuran
Bumi beserta medan gayaberatnya. Namun dengan seiring berjalannya waktu, ilmu yang dapat
dipelajari di Geodesi mengalami perkembangan yaitu memperljari mengenai fenomena
geodinamika seperti rotasi Bumi, gerakan kerak Bumi, pasang surut laut, penentuan bentuk
Bumi. Penentuan bentuk Bumi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, secara umum
bentuk Bumi digambarkan menyerupai bola dengan jari-jari sekitar 6378 km (Abidin, 2001).
Namun kenyataannya jika dilihat lebih detail bentuk Bumi yang sebenarnya tidak teratur.
Terdapat perbedaan densitas massa yang menyebabkan bentuk Bumi bukanlah bola sempurna.
Oleh karena itu terdapat dua pendekatan model Bumi yang sering digunakan sebagai referensi
tinggi dalam Geodesi. Pertama, bentuk Bumi adalah ellipsoid yaitu suatu ellips yang berputar
pada sumbu pendeknya. Sedangkan Geoid merupakan suatu permukaan ekuipotensial gayaberat
yang dianggap mendekati permukaan laut rata-rata pada saat kondisi laut yang tenang (Kahar,
2008). Ellipsoid dan Geoid saling berkaitan yaitu undulasi geoid. Undulasi geoid ini diperoleh
dari selisih antara tinggi orthometrik dengan tinggi ellipsoid. Ketinggian diatas ellipsoid dapat
ditentukan dengan teknik penentuan posisi dengan satelit, sedangkan ketinggian diatas geoid
dapat ditentukan dengan pengukuran gayaberat dipermukaan Bumi. Pada penentuan undulasi
geoid dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode garvimetrik dan metode geometrik. Nilai
undulasi geoid tersebut yang digunakan untuk memodelkan bentuk geoid yang sebenarnya
(Rakapuri, 2016).
Pada makalah ini akan dilakukan pemodelan geoid lokal di daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan menggunakan data model geopotensial global (GIF48), data DTM
(DEMNAS). Metode yang digunakan dalam penentuan geoid ini adalah metode Remove Restore.

I.2. Tujuan
Tujuan dari tugas ini yaitu.
a. Mahasiswa dapat memodelkan geoid wilayah DIY menggunakan data model geopotensial
global (GIF48), data DTM (DEMNAS).
b. Mahasiswa dapat melakukan pengolahan data gravitasi hingga menjadi model geoid.
c. Mahasiswa dapat mempelajari karakteristik geoid di wilayah DIY.
d. Mahasiswa dapat menganalisis hasil pemodelan geoid di wilayah DIY.

I.3. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tugas ini yaitu.
a. Mengetahui perhitungan pemodelan geoid di wilayah DIY.
b. Mengetahui pemodelan geoid di wilayah DIY.
I.4. Pelaksanaan
I.4.1. Waktu dan Tempat
Pengolahan data ini dilakukan selama 1 minggu dari tanggal 19 November 2020 sampai
dengan 31 November 2020 di lokasi masing-masing.
I.4.2. Alat dan Bahan
a. Alat :
1) Laptop
2) Software Gravsoft
3) Software Surfer
4) Microsoft Excel 2010
b. Bahan :
1) Data DEMNAS DIY.
2) Data GGM GIF48.
3) Data Anomali Gaya Berat.
4) Data titik tinggi geodesi (TTG).
BAB II
LANDASAN TEORI

Akurasi dalam menentukan bidang geoid ditentukan oleh kualitas data gayaberat dan
metode pengolahan yang digunakan, selain itu juga ditentukan oleh formulasi matematika yang
digunakan ketika mengolah model tersebut (Abdalla,2009). Pada bab ini dituliskan teori dasar
yang digunakan yaitu, gayaberat dan koreksinya serta bidang referensi dan metode penentuan
undulasi geoid.

II.1. Gayaberat
Gaya berat adalah resultan dari gaya gravitasi bumi dan gaya sentrifugal bumi.
Penyelidikan gaya berat dimaksudkan untuk membuat peta anomali gayaberat dengan tujuan
mengetahui pola persebaran batuan dan kondisi geologi serta struktur lapisan tanah berdasarkan
sebaran pola anomalinya. Metode gayaberat pada dasarnya adalah mengukur besaran densitas
batuan. Metode gayaberat merupakan salah satu metode penyelidikan dengan menggunakan
hukum Newton II tentang gravitasi, yang mengukur adanya perbedaan kecil dari massa Bumi
yang besar. Perbedaan terjadi karena distribusi massa jenis batuan yang tidak merata. Adanya
perbedaan massa jenis batuan dari suatu tempat dengan tempat lain, akan menimbulkan medan
gayaberat yang tidak merata, dan perbedaan inilah yang terukur dipermukaan Bumi. Karena
perbedaan gayaberat di suatu tempat dengan tempat lain relatif kecil, maka diperlukan alat ukur
yang peka terhadap perbedaan tersebut dan alat tersebut disebut gravimeter. Hasil pengukuran
gayaberat kemudian dikoreksi dengan berbagai koreksi yaitu koreksi pasang surut, koreksi drift,
koreksi udara bebas, koreksi Bouguer, dan koreksi medan sehingga menghasilkan suatu nilai
anomali Free air (Regina, 2012).
Konsep pemodelan geoid pada dasarnya adalah penentuan undulasi geoid. Terdapat
konsep undulasi geoid berdasarkan data anomali gayaberat yang dikemukakan oleh Stokes
(1984). Stokes mengemukakan bahwa untuk menentukan suatu geoid yang memiliki ketelitian
yang baik, diperlukan data gayaberat yang tersebar merata di seluruh permukaan Bumi dengan
tingkat kerapatan yang tinggi, dan juga diperlukan informasi densitas massa antara permukaan
Bumi dan permukaan geoid serta gradient gayaberat dari permukaan Bumi ke permukaan geoid.
Formula untuk menghitung konsep Stokes disebut formula Stokes (Heinsken& Moritz, 1967).
Untuk mendapatkan nilai anomali gayaberat pada suatu titik diperlukan nilai gayaberat normal
dan gayaberat dipermukaan geoid. Berikut ini akan dibahas secara singkat tentang gayaberat
normal, reduksi gayaberat dan anomali gayaberat.

II.1.1. Gayaberat normal


Medan gayaberat yang bereferensi pada ellipsoid disebut dengan gayaberat normal.
Sebagai basis model teoritis dari gayaberat dan potensial Bumi, digunakan sebuah referensi
ellipsoid global. Untuk menghitung nilai gayaberat normal diatas permukaan ellipsoid (ϒ),
digunakan persamaan Somigliana.

Keterangan :
ϒ : gayaberat normal dipermukaan ellipsoid (mGal)
a : setengah sumbu panjang ellipsoid (m)
b : setengah sumbu pendek ellipsoid (m)
ϒa : medan gayaberat normal pada equator (mGal)
ϒb : medan gayaberat normal pada kutub (mGal)
φ : lintang geodetik (derajat)

Untuk mengetahui hubungannya dengan tinggi ellipsoid (h) digunakanlah Taylor’s series
expansion (Anjasmara, 2013). Perhitungan koreksi free air tingkat kedua adalah:

Keterangan :
ϒ(h) : Gayaberat normal pada tinggi ellipsoid (mGal)
f : Penggepengan ellipsoid
h : Tinggi ellipsoid (m)
m : perbandingan sentrifugal gravitasi di ekuator
nilai m dihitung menggunakan persamaan:

Keterangan :
ω : percepatan sudut rotasi Bumi (rad s-¹)
GM : konstanta gravitasi geosentrik Bumi

II.1.2. Reduksi gayaberat


Nilai gayaberat yang dibutuhkan dalam penentuan geoid adalah nilai gayaberat yang
berada pada geoid. Maka perlu dilakukan reduksi gayaberat dari permukaan Bumi ke geoid.
Metode reduksi yang digunakan adalah reduksi free-air. Yaitu yang hanya memperhitungkan
nilai tinggi (H) dan mengabaikan kontribusi nilai massa dan densitas massa yang berbeda
diantara permukaan Bumi dan geoid. Reduksi free-air dituliskan dengan persamaan berikut
(Rizky &Yuwono, 2015).

dimana :
g : gayaberat di geoid (mGal)
gobs : gayaberat dipermukaan Bumi (mGal)
H : tinggi orthometrik (m)
II.1.3. Anomali gayaberat
Pada persamaan Stokes, penentuan geoid membutuhkan nilai anomali gayaberat.
Anomali gayaberat adalah selisih antara nilai gayaberat observasi di permukaan Bumi yang
sudah direduksi dengan gayaberat normal diatas ellipsoid. Nilai anomali gayaberat ditentukan
dengan persamaan berikut:

dimana :
Δg : anomali gayaberat (mGal)
g0 : gayaberat tereduksi (mGal)
ϒ0 : gayaberat normal (mGal)

II.2. Koreksi Gayaberat


Hofman dan Moritz (2006) menyatakan bahwa dalam menentukan geoid terdapat dua
kondisi yang harus dipenuhi: pertama, nilai gayaberat g harus memiliki referensi terhadap geoid;
kedua, tidak boleh ada massa diatas bidang geoid. Karenanya, data gayaberat yang didapatkan
saat akusisi perlu direduksi terlebih dahulu. Reduksi tersebut terdiri dari:
a. Massa topografi yang ada diatas geoid dihilangkan atau dimasukan ke bawah permukaan
laut.
b. Titik pengukuran gayaberat diturunkan dari permukaan (titik P) ke geoid P 0. (Tajudin,
2012)

Gambar II.1 Reduksi gayaberat (Hofmann-Wellenhof & Moritz, 2006).


Data gravitasi hasil akusisi perlu dikoreksi terlebih dahulu, berikut ini beberapa koreksi
dalam metode gravitasi:

II.2.1. Koreksi Apung (Drift Correction)


Pada saat melakukan akusisi data gravitasi di lapangan, perpindahan lokasi dari titik asal
ke titik lainnya akan memengaruhi harga pegas dari gravimeter yang digunakan. Sehingga
menyebabkan anomali gaya berat yang diukur pada titik yang sama pada waktu yang berbeda
kemungkinan akan berbeda. Dalam prakteknya, koreksi ini dilakukan dengan cara membuat
lintasan tertutup, dimana saat dimulai di titik awal harus berakhir di titik tersebut. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui besar penyimpangan yang terjadi. Perubahan hasil pengukuran
dalam suatu lintasan tertutup (looping ) dianggap linier terhadap waktu dan dirumuskan:
Dimana:
Dn : koreksi drift pada titik n
gakhir : pembacaan gravimeter pada akhir looping.
g0 : pembacaan gravimeter pada awal looping.
takhir : pembacaan gravimeter pada awal looping.
t0 : waktu pembacaan pada awal looping.
tn : waktu pembacaan pada stasiun n.

II.2.2. Koreksi Pasang surut (Tide Correction)


Gravitasi yang berasal dari benda di luar Bumi, misalnya bulan dapat mempengaruhi nilai
gravitasi pada Bumi juga. Misalnya, gravitasi bulan akan menarik permukaan samudra yang
paling dekat dengan bulan sehingga menyebabkan terbentuknya tonjolan air pada bagain
tersebut, tonjolan inilah yang menyebabkan pasang. Seiring perputaran bulan, tonjolan air
tersebut pun juga mengikuti pergerakan bulan. Karenanya akan terjadi perbedaan gravitasi yang
terukur ketika pasang dan surut terjadi. Koreksi tidal atau pasang surut diperlukan untuk menarik
gravitasi karena pasang surut akibat efek gravitasi bulan kembali ke MSL (Alan Musset, 2000).

II.2.3. Koreksi Free air (Free air Correction)


Koreksi free air dilakukan untuk mengoreksi ketinggian yang memengaruhi hasil
pengukuran. Misal, pengukuran dilakukan dari titik A ke titik B, akan ada pengaruh ketinggian
pada hasilnya dimana nilai gravitasi di titik B akan lebih kecil karena pengaruh jarak ke pusat
Bumi. Nilai g dapaat dihitung dengan menggunakan persamaan:

dimana :
g : percepatan gravitasi
G : Konstanta Gravitasi
ME : Massa Bumi
2
RE : Jari-jari Bumi
Dengan meningkatnya jarak RE maka nilai gravitasi akan berkurang sebesar 0.3086 mGal
permeter (Alan E Musset, 2000).

II.2.4. Koreksi Bouguer (Bouguer Correction).


Tujuan koreksi Bouger adalah menghilangkan seluruh efek massa diatas geoid. Pada
koreksi ini, massa diatas geoid diasumsikan menjadi sebuah lapisan (slab) yang tak berhingga
yang disebut Bouger plate. Besar koreksi Bouger BC ini adalah (Noor, 2007):

dimana :
G : 6.67x10-11m3kg-1s-2 (konstanta gravitasi umum)
ρr : rapat massa batuan
h : ketinggian stasiun pengukuran

II.2.5.Koreksi Medan (Terrain Correction)


Koreksi terrain memperhitungkan efek topografi sebenarnya pada Bouguer plate dimana
terdapat kelebihan massa ∆m+ pada A dan kekurangan massa ∆m- pada B disekitar titik
pengukuran P (Noor, 2007).

Gambar II.2 Penggambaran koreksi medan (Hofmann-Wellenhof & Moritz, 2006)

II.3. Bidang Referensi


Dalam penentuan nilai tinggi diperlukan suatu bidang referensi yang dapat dijadikan
acuan, bidang referensi tersebut memiliki parameter-parameter yang berbeda. Dalam bidang
geodesi terdapat beberapa bidang referensi dalam menentukan nilai tinggi di suatu titik di
permukaan Bumi. Bidang referensi yang sering digunakan dalam geodesi adalah ellipsoid dan
geoid. Dimana hubungan antara kedua bidang referensi tersebut dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

Gambar II.3 Bidang permukaan referensi

II.3.1. Ellipsoid
Ellipsoid merupakan bidang matematis Bumi yang memiliki sumbu panjang dan pendek
sebagai parameternya. Dengan mempertimbangkan bahwa Bumi berputar pada sumbu putarnya,
maka pengetahuan akan bentuk Bumi jadi berubah dan bertambah; bentuk Bumi menjadi
ellipsoid Bumi (earth ellipsoid), yaitu suatu ellipsoid putaran yang dibentuk oleh ellips yang
berputar pada sumbu pendeknya. Ahli geodesi menggunakan model ellipsoid Bumi ini sebagai
permukaan acuan (reference surface) untuk penentuan posisi geodetik (Kahar, 2008).

II.3.2. Geoid
Geoid adalah bidang ekipotensial yang paling berhimpit dengan MSL (Li, & Gӧtze,
2002). Geoid menggantikan MSL sebagai datum vertikal karena mean sealevel (MSL)
dipengaruhi oleh faktor lokal seperti pengaruh meteorologi, oseanografi, hidrologi, eustatik, dan
astronomik (Yunianto & Lestaria, 2004). Geoid dapat diperoleh melalui dua pendekatan, yaitu
pendekatan geometris dan pendekatan gravimetris dengan menggunakan gayaberat. Model geoid
yang digunakan untuk datum vertikal adalah model geoid yang diperoleh melalui pendekatan
gravimetris yang kemudian divalidasi oleh model geoid geometris (Pangastuti & Ibnu, 2015).

II.4. Menentukan undulasi geoid


Pada tahun 1849, G.G. Stokes seorang ilmuan Inggris, mendasari konsep peneteuan
undulasi geoid berdasarkan anomali gaya berat (Stokes, 1849). Formulasi ini disebut sebagai
formulasi Stokes’, dimana anomali gaya berat yang dimaksud adalah selisih antara nilai gravitasi
di permukaan geoid dengan nilai gravitasi normal pada permukaan elipsoid. Disini nilai potensial
gaya berat antara permukaan geoid dengan elipsoid dianggap sama.
Dalam memodelkan geoid lokal terdapat tiga komponen yang perlu diperhitungkan.
Komponen tersebut diantaranya adalah komponen gelombang panjang (long-wavelength) yang
dapat diperoleh dari Global Geoid Model (GGM), komponen gelombang medium (medium-
wavelength) yang dapat diperoleh dari data gravitasi terrestris ataupun airbone, dan komponen
gelombang pendek (short-wavelength) yang dapat diperoleh dari data Digital Terrain Model
(DTM) misalnya data SRTM atau data DEM.

Gambar II.4 Kontribusi berbagai jenis data terhadap penentuan geoid


(Modifikasi Vanicek dan Christou, 1994)
Kontribusi ketiga data dapat dilihat pada Gambar II.4. Penentuan undulasigeoid N dapat dicari
dengan menggunakan metode Remove-Compute-Restore, penjelasan terkait metode ini akan
dibahas pada sub bab II.4.1.

II.4.1. Metode Remove-Compute-Restore


Metode Remove-Compute-Restore adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menentukan undulasi geoid N. metode ini mengurangkan data anomali free air hasil akusisi data
gayaberat dari komponen Global Geoid Model (GGM) atau gelombang panjang dan gelombang
pendek (topografi). Setelah melakukan tahap remove, tahap compute digunakan untuk
melakukan perhitungan prediksi undulasi dari data gayaberat yang sudah dihilangkan kontribusi
GGM dan kontribusi terrain yang dihasilkan melalui metode Least Squares Collocation (LSC).
Selanjutnya tahap restore dapat dilakukan dengan menjumlahkan kembali atau memasukan
kembali kontribusi GGM dan topografi (short-wavelength) terhadap nilai undulasi residual
sehingga menghasilkan nilai undulasi total.
Persamaan untuk melakukan tahap remove untuk menghasilkan anomali residual dapat
menggunakan persamaan berikut ini:

dimana :
Agres : Anomali gayaberat residual
Agobs : Anomali gayaberat free air
Agglobal : Anomali gayaberat dari komponen gelombang panjang
Agterrain : Anomali gayaberat dari komponen gelombang pendek
Setelah mendapatkan anomali gayaberat residual, anomali tersebut akan diubah menjadi
undulasi geoid residual dengan menggunakan least square collocation. Nilai undulasi geoid
residual ersebut nantinya akan digunakan dalam tahap restore dimana akan dijumlahkan atau
dimasukan kembali pengaruh dari undulasi GGM dan undulasi dari SRTM/DEM. Persamaan
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

dimana :
N : undulasi geoid total
Nres : undulasi geoid residual
NGGM : undulasi geoid dari komponen gelombang panjang
Nterrain : undulasi geoid dari komponen gelombang pendek

II.5. GRAVSOFT
GRAVSOFT adalah sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan
perhitungan model geoid. Program GRAVSOFT melakukan operasi dasar geodesi fisis dan
aritmatika dasar dari beberapa varian dokumen data dalam format titik atau grid (Forsberg,
2003). Hasil dari program GRAVSOFT dapat ditampilkan pada perangkat lunak berbasis
plotting seperti Surfer dan Arcgis. GRAVSOFT merupakan perangkat lunak yang dibuat
menggunakan bahasa pemrograman Fortran yang terdiri atas sub-program yang dapat digunakan
sesuai kebutuhan.
BAB III
LANGKAH KERJA

❏ Persiapan data yang diperlukan


1. Data Gelombang Panjang
Data GGM (Global Geopotential Model) diperoleh melalui laman : http://icgem.gfz-
potsdam.de. GGM yang digunakan dalam praktikum ini adalah GIF48.
2. Data Gelombang Medium
Data anomali gayaberat diperoleh dari survey gayaberat di Provinsi DIY. Dalam tutorial ini
data anomali yang digunakan adalah anomali free air dengan distribusi kerapatan rerata
5km. dari data distribusi titik free-air anomaly, dapat ditentukan batas boundary pemodelan
geoid. Untuk menentukan batas boundary, disarankan untuk melebihkan 0.3⁰ s.d 0.5⁰ dari
batas paling utara, selatan, barat, dan timur titik anomali gayaberat.

3. Data Gelombang Pendek


Data gelombang pendek dapat diperoleh dari ekstraksi Peta RBI, DEMNAS, SRTM. Dalam
praktikum ini data DTM yang dipakai bersumber dari DEM nasional yang dapat diunduh
melalui laman http://tides.big.go.id/DEMNAS. DEMNAS yang diunduh masih dalam
format raster, untuk itu perlu dilakukan proses ekstraksi point dengan resolusi spasial 0.27
arcsec (ekuivalen 0.000267⁰).
4. Data TTG
Data titik tinggi geodesi (TTG) yang terdistribusi di wilayah D.I. Yogyakarta. Data TTG
dapat diunduh melalui laman http://srgi.big.go.id/srgi2/jkg

5. Bidang – bidang terrain


Untuk mengetahui kontribusi terain terhadap undulasi (tahap 2), dibutuhkan
permodelan bidang-bidang terrain. Bidang-bidang terrain diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu bidang detail (detailed elevation), bidang kasar (coarse
elevation), dan bidang referensi (reference elevation). Nilai bidang-bidang ini
ditentukan berdasarkan kondisi variasi topografi wilayah yang akan di lakukan
pemodelan geoid. Sehingga nilai bidang terain pada setiap daerah yang akan
ditentukan geoid lokalnya, berbeda. Pada tutorial ini, nilai estimasi bidang-
bidang terain yang digunakan adalah sebesar :
- Detailed elevation = 1.5’ = 0.025⁰
- Coarse elevation = 3’ = 0.050⁰
- Referen ce elevation = 15’ = 0.250⁰

❏ Pemodelan Geoid
Tahap Pertama
Menghitung Kontribusi Gelombang Panjang.
1. Perhitungan kontribusi GGM, dengan menggunakan GIF48 yang telah didownload dari
ICGEM. GGM yang memiliki format *.gfc perlu di re-format terlebih dahulu dengan
menghilangkan header dan menghapus kolom “key”, dengan format data berupa grid (ada
batasan wilayahnya), raw data GIF48 memiliki maksimum degree 360, ukuran tersebut
cukup ringan sehingga tidak perlu dilakukan penghapusan data. Bentuk data akan berupa .txt
dengan ketentuan format sebagai berikut.
Format file GGM GIF48 yang telah di modifikasi agar sesuai dengan format file pada
software GRAVSOFT

2. Membuka Modul GeoEGM dengan isian sebagai berikut untuk mendapatkan data anomali
dan undulasi, input datatype code untuk anomali = 13 dan undulasi = 11. Berikut pengisian
parameter anomali dan hasil script python :

Dan sebagai berikut untuk mendapatkan data undulasi.

Tahap Kedua
Menghitung Kontribusi Gelombang Pendek.
1. Melakukan Seleksi data DEMNAS dengan modul Select, tahap ini akan mengambil
beberapa bagian yang diperlukan dari seluruh data Demnas, jika proses berhasil akan
ditunjukkan nilai rerata, standar deviasi, max, min. Keluaran dari tahap ini berupa data .dat.
- Bidang Detail

Hasilnya sebagai berikut:

- Bidang Coarse (kasar)

Hasilnya sebagai berikut:


2. Melakukan gridding data demnas, yaitu untuk mengonversi dari data *.dat ke dalam format
*.gri pada bidang detail dan kasar menggunakan modul Geogrid, sehingga dihasilkan data
dalam bentuk grid.
- Bidang Detail
- Bidang Kasar

3. Melakukan gridding bidang referensi dari detail *.gri menggunakan modul Tcgrid.
4. Menghitung indirect effect menggunakan modul Tc dengan format output adalah .dat
Kemudian dikonversi ke dalam bentuk *gri.
5. Melakukan koreksi terrain (RTM) menggunakan modul Tc dengan format output adalah
*.dat

Tahap Ketiga
Melakukan Perhitungan Remove (FAA DIY - AN EGM -RTM) menghasilkan residual anomali
dalam satuan MGAL.
1. Perhitungan anomaly gayaberat (FAA DIY) - pengaruh gelombang panjang (AN EGM).

- Menggunakan data awal yang diunduh di ICGEM

- Pilih “13” untuk gravity anomali

- Pada data file masukan data FAA


2. Selanjutnya hasil pengurangan tersebut dikurangi lagi dengan pengaruh gelombang pendek
(RTM) menggunakan modul Tc.
Tahap Keempat
Proses Compute, yaitu menghitung residu geoid dengan metode FFT (Fast Fourier
Transformation).
1. Karena format file residu anomali adalah *.dat, maka perlu dilakukan convert dulu menjadi
format *.gri dengan modul GEOGRID, agar file bisa diolah di SPFOUR, output file *.gri.
2. Melakukan proses Compute, yaitu Residu Anomali (MGAL) diolah menjadi Residual Geoid
(M) dengan metode FFT (Fast Fourier Transformation) menggunakan modul SPFOUR.

Tahap Kelima
Melakukan Restore (Residual Geoid - UN EGM - IE), yaitu mengembalikan efek dari kontribusi
gelombang panjang dan pendek.
1. Menghitung co-geoid (koreksi geoid), yaitu mengembalikan kontribusi gelombang panjang,
Residual Geoid + Undulasi Gelombang panjang (UN EGM) menggunakan modul GCOMB.
2. Melakukan perhitungan geoid, yaitu koreksi geoid (Co-Geoid) + kontributi gelombang
pendek (IE), menggunakan modul GCOMB yang hasilnya dalam format .gri.
3. Mengubah format file *.gri menjadi *.grd dengan modul G2SUR agar dapat dibuka dalam
software Surfer

Visualisasi Data Spasial Menggunakan Software Surfer

1. Membuka software Surfer, lalu klik tools new map contour – pilih data yang akan dilakukan
layouting - open
2. Pada panel objectmanager, pilih contour plot. Lalu pada property manager pilih tab levels,
dan checklist pada kotak fill contours, serta memilih gradiasi warna pada fill colors
(Rainbow).

3. Tambahkan base map batas administratif pada peta, dengan menambahkan shapefile batas
wilayah geoid lokal. Pilih tools newbase map – pilih direktori penyimpanan shapefile batas
administratif – open. Pada panel object manager, pilih basemap, Lalu sesuaikan dengan
aturan kartografi.

Unceck pada masing-masing sumbu.

4. Tambahkan informasi peta lainnya, yaitu label sumbu absis dan sumbu ordinatnya. Pada
panel object manager map – pilih left axis. Lalu editing komponennya pada panel property
manager. Sesuaikan dengan aturan kartografi. Lakukan langkah yang sama pada sumbu
Absisnya.

5. Tambahkan label gradiasi warna kontur. Checklist pada color scale, lalu beri label pada
layer color scale.
6. Lakukan editing dengan menambahkan informasi informasi lainnya pada tolbar drawing

7. Untuk mengekspor menjadi format lain maka klik file >> export dan pilih format yang
diinginkan.

8. Berikut hasil plotting undulasi geoid lokal wilayah D.I. Yogyakarta metode 2D-FFT dengan
menggunakan kombinasi GIF48 dan data DEM nasional.
Uji Ketelitian Bias Pada Undulasi Geoid

Pengujian ketelitian bias pada undulasi geoid menggunakan data undulasi gravimetrik dan
undulasi geometrik. Undulasi gravimetrik diperoleh dari hasil pengolahan menggunakan
GRAVSOFT, sedangkan undulasi geometrik diperoleh dari pengukuran co-sited GNSS-
Levelling pada wilayah yang akan ditentukan undulasi geoidnya.
1. Menggunakan modul GEOIP
2. Melakukan proses perhitungan statistika di Microsoft Excel 2010
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil dan Pembahasan

Gambar IV.1.1. Pemodelan Geoid Wilayah DIY

Dari Gambar IV.1.1. di atas diketahui sebaran undulasi di wilayah DIY. Undulasi
merupakan nilai perbedaan tinggi antara permukaan geoid dengan permukaan ellipsoid.
Nilai undulasi di sebelah barat daya lebih rendah daripada nilai undulasi di sebelah timur
laut. Kontur yang rapat menunjukkan bahwa pada sekitar daerah tersebut memiliki
perbedaan nilai undulasi yang signifikan. Pada sebelah barat daya tersebut dapat
diidentifikasi bahwa wilayah tersebut merupakan perairan yang jelas memiliki elevasi
lebih rendah.

Dari hasil running program di GEOIP untuk proses validasi, kita akan mendapatkan file
dalam format .dat yang berisikan beberapa nilai (tinggi geometrik dan undulasi
gravimetrik), seperti di bawah ini:
Hasil di atas kemudian diolah menggunakan bantuan Microsoft Excel 2010 dipadukan
dengan data ttg_uji.dat sehingga menghasilkan tabel uji seperti yang terlihat pada
Gambar IV.1.2. Seperti di bawah ini.

Gambar IV.1.2. Hasil Uji Model Geoid Wilayah DIY

Keterangan:
Nama : nama titik tinggi geodesi (TTG) yang digunakan sebagai titik uji
Lintang, Bujur : posisi titik TTG
Hgeom : tinggi geometrik
Hortho : tinggi orthometrik
Ngeom : undulasi geometrik = Hgeom - Hortho
Ngravi : undulasi gravimetrik di titik TTG
Selisih : Ngeom - Ngravi
Mean : rerata selisih Ngeom - Ngravi dengan rumus (=AVERAGE(I2:I17))
Stdev : standar deviasi selisih Ngeom - Ngravi dengan rumus (=STDEV(I2:I17))

Berdasarkan hasil pengujian di atas didapatkan nilai standar deviasi yang menunjukkan
ketelitian model geoid yang telah diperoleh, yaitu sebesar 57.31294 cm. Kemudian, saat
Asisten Dosen memberikan tutorial didapatkan standar deviasi 57.1235 cm dengan GGM
EGM2008. Hal ini dirasa cukup baik karena ketelitian yang dicapai dalam fraksi cm,
walaupun jika dicermati kembali nilainya cukup besar, yaitu sekitar setengah meter. Hal
ini disebabkan karena data GGM GIF48 yang digunakan oleh kelompok kami diperoleh
dari 3 sumber data, yaitu A, G, S(Grace), sama dengan sumber data model EGM2008. Ini
jugalah yang mengakibatkan standar deviasinya tidak jauh berbeda.

IV.2. Penyelesaian Permasalahan


1. Menghitung Kontribusi Gelombang Panjang
Nilai maximum degree pada model GIF48 adalah 360 derajat, yang mana nilai ini
menunjukkan kerapatan data yang diperoleh. Semakin kecil nilainya, maka data yang
diperoleh semakin renggang.

Di tahap awal ini sempat terjadi error, yaitu seperti pada gambar di bawah ini.
Hal itu bisa terjadi karena opsi yang diberi kotak merah belum di-switch ke No. Opsi
tersebut menjelaskan apakah koefisien yang kita jadikan sebagai masukan memiliki
format ataukah tidak. Dugaan kami, file .txt yang menjadi masukan tidak memiliki format
khusus sehingga saat program dijalankan tidak akan mendapati hasil yang benar.

2. Menghitung Kontribusi Gelombang Pendek


Tahapan awalnya adalah melakukan proses seleksi. Ada tiga bidang yang akan dibentuk
dalam tahapan ini, yaitu bidang detail, bidang fasad, dan bidang referensi. Pada tahap ini
pun tidak luput dari error, yaitu pada proses seleksi nilai hasil seperti standar deviasi,
nilai minimum, dan nilai maksimum tidak dapat ditampilkan. Tampilan hasilnya adalah
seperti pada gambar di bawah ini.

Solusinya adalah dengan hanya menuliskan nama file pada masukan dan keluaran tanpa
menuliskan direktorinya, seperti gambar di bawah ini.
Kita dapat mengetahui berhasil tidaknya proses dengan cara melihat ukuran file yang
dihasilkan, yaitu detail berukuran 68 kb dan coarse berukuran 18 kb. Kita bisa
mengetahui bahwa proses seleksi berhasil dilakukan karena ukuran file detail lebih besar.

3. Tahapan remove
Error yang terjadi adalah selisih yang bernilai 0. Kami akhirnya memutuskan untuk
mengganti model GGM dari EIGEN-GL04C ke GIF48 setelah beberapa kali mengulang
dan hasilnya tetap sama.
4. Proses restore menggunakan modul GCOMB
Error yang terjadi dikarenakan file IE belum dalam ekstensi grid sehingga harus
dikonversi terlebih dahulu. Pada gambar di bawah ini nampak bahwa program tidak bisa
mengenali file berekstensi .gri dengan nama tersebut. Cara mengkonversinya sama seperti
tahapan yang telah dilakukan di atas, yakni dengan menggunakan modul GEOGRID.
BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Dari pengerjaan pemodelan geoid gravimetrik pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
tersebut dapat diketahui bahwa untuk metode penyelesaian geoid gravimetrik dapat dilakukan
dengan FFT, Kolokasi, Ring Integrasi, dan lain sebagainya. Pada pemodelan Geoid Gravimetrik
dengan metode 2D-FFT memerlukan data titik tinggi geodesi untuk keperluan pengujian
ketelitian undulasi, data tinggi topografi sebagai komponen gelombang pendek atau lokal, data
anomali gaya berat hasil pengukuran yang telah direduksi free air sebagai komponen gelombang
menengah atau regional, dan data Global Geopotential Model (GGM) sebagai komponen
gelombang panjang data global. Kemudian, dari komponen ketiga gelombang, yakni gelombang
panjang, menengah dan pendek saling terkait sehingga akan terbentuk geoid gravimetrik.

Pemodelan geoid gravimetrik memperlihatkan kontribusi massa yang berbeda-beda pada


setiap daerah, yakni pada bagian utara - timur laut yang terdapat dataran tinggi memiliki
perbedaan potensial dan kontribusi massa yang besar daripada ketika dibandingkan dengan
daerah barat daya - selatan sampai laut selatan. Kemudian, dapat diketahui nilai undulasi geoid
terdapat perbedaan dikarenakan terdapat perbedaan potensial pada setiap wilayah. Nilai undulasi
geoid di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan hasil yakni memiliki rentang antara
17.5 meter sampai 27 meter yang ditandai dengan warna ungu muda sampai merah sehingga
terlihat undulasi geoid akan semakin rendah apabila semakin menuju arah selatan wilayah pesisir
pantai DIY dengan nilai terendah 17.5 meter yang berada pada laut selatan. Sedangkan undulasi
geoid akan semakin besar apabila semakin menuju arah utara wilayah Gunung Merapi dengan
nilai maksimum 27 meter.

Pada validasi geoid dengan menggunakan data GIF48, dilakukan validasi geoid secara
absolut dengan membandingkan hasil antara pemodelan dengan undulasi geoid geometrik pada
TTG sehingga didapatkan hasil untuk nilai Min = 0.295, nilai Max = 2.118, nilai Mean =
1.3050625 dan Standar Deviasi = 0.5731294 m atau 57.31294 cm. Oleh karena itu, hal ini dirasa
cukup baik karena ketelitian yang dicapai dalam fraksi cm, walaupun jika dicermati kembali
nilainya cukup besar, yaitu sekitar setengah meter. Hal ini disebabkan oleh data GGM diperoleh
dari 3 sumber yang berbeda, yaitu A, G, S (Grace). Lalu, kesalahan bias gravimetri diakibatkan
oleh kesalahan dan bias pada nilai undulasi geometrik dan undulasi gravimetri. Pada undulasi
geometrik mengandung kesalahan dan bias karena beberapa faktor yaitu seperti karakteristik
geoid di wilayah tersebut, kemudian distribusi TTG yang tidak merata dan kesalahan tinggi
geometrik maupun tinggi orthometrik.
V.2. Saran

Dari pemodelan geoid gravimetrik pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut
terdapat beberapa saran yakni perhitungan gelombang harus lebih teliti, sebelum melakukan
pengolahan data harus memastikan terlebih dahulu data yang digunakan dalam pemodelan
tersebut sudah lengkap, karena data yang digunakan cukup banyak. Kemudian perlu pemahaman
terkait urutan langkah-langkah pemrosesan yang baik dan benar sehingga menghasilkan undulasi
gravimetri yang sesuai.
Daftar Pustaka

Abidin, H. Z. 2001. Geodesi Satelit. Jakarta: Pradnya Paramita.


Kahar, J. 2008. Geodesi. Bandung: ITB.
Rakapuri, G., dkk. 2016. Pemodelan Geoid Lokal Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal
Geodesi UNDIP, 15-21.
Anzaria, Febie. 2018. Pemodelan Geoid Menggunakan Metode Remove-Restore (Studi Kasus
Kalimantan Barat). Bogor.
https://www.academia.edu/36449874/LAPORAN_KERJA_PRAKTEK_pemodelan_geoid
_kalimantan_barat_menggunakan_metode_remove_retore_docx diakses pada tanggal (29
November 2020).

Anda mungkin juga menyukai